Down hill
Senpai Semprot
- Daftar
- 31 Mar 2015
- Post
- 786
- Like diterima
- 6.259
Aku melepas pelukannya dan mengangguk pelan kearahnya. Aku hanya duduuk di sofa menunggu dian mengambil makan siang di mobil. Dian, kemudian masuk membawakan makan siang dan kami makan bersama. seperti biasa dian selalu minta disuapi setiap makan, ah benar-benar wanita ini tidak membuatku bisa berkonsentrasi makan. Setiap berada di dalam rumah dian selalu melepas semua pakaiannya dan meninggalkan tank-top beserta celana dalam tipis. Menyuapi penuh dengan pemandangan erotis bagiku hari ini, mataku tak pernah luput untuk melirik dada dan selangkangan dian. sebenarnya dian juga tahu kelakuan mataku, terkadang daguku diangkatnya dan dian tersenyum manis kepadaku. ah, godaan.... bertahan arya bertahaaaaan...
Masih pegal ndak? ucapnya bangkit sambil mengambil piring
sedikit ucapku meinum es teh buatannya
nanti malam aku pijitin, tapi nanti malam ya ucapnya sambil berlalu menuju dapur.
kenapa harus nanti malam? tanyaku selepas dian kembali dari dapur
ya... mmmm.... egh.... ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya disampingku yang berada disofa, kepalanya langsung rebah dipahaku. Diraihnya bantak kecil dan dipeluknya.
dielus-elus... ucapnya, sudah ketahuan kalau dia ingin bermanja-manjaan hari ini
yang mana? godaku
terserah, pokoknya pengen bobo dipangkuanmu ucapnya
terus masmu yang jelek ini bobo dimana? Kan lagi sakit ucapku
yeee... sakit kan karena perbuatan sendiri weeeeek... ucapnya
iyaa... iya, dah bobo dulu, kelihatan capek wajah kamu yang ucapku
Ah, dian memejamkan matanya. Terlihat sangat cantik, apapun yang dian lakukan dihadapanku selalu terlihat cantik. Entah bangun tidur, entah habis mandi, entahlah pokoknya apapun yang ada pada dirinya selalu terlihat indah dimataku. Sifatnya yang kadang manja membuatku seakan menjadi seorang lelaki yang lebih dewasa darinya yang harus memnuhi semua keinginannya, memberitahukan kepada dia mana yang salah dan mana yang benar. Ya, itu terjadi ketika dia bermanja-manjaan kepadaku tapi ketika dia memanggilku dengan sebuta kamu-aku terlihat sekali dia mencoba mengajakku untuk menjadi temannya, sahabatnya yang bisa saling berbagi satu sama lain. Berbeda lagi ketika dia menjadi seorang dosen di kampus, penuh dengan kewibawaan terhadap seorang mahasiswa. Memberikan masukan dan memberikan nasehat kepadaku. Ah, apa mungkin itu dia sengaja melakukan hal itu semua agar aku bisa mulai berpikir dewasa? Ya, dilihat dari manapun aku tampak masih seperti anak kecil, seorang bocah yang masih labil emosinya.
aku tadi ketemu felix... ucapnya dengan mata terpejam
ouwh... jawabku dengan perasaan sedikit terbakar
ketemuan? lanjutku sambil mengelus kepalanya
tidak, tadi dia ke ruangku pas lagi ngobrol sama erna jawabnya
dia kan sudah punya pacar... jawabku
iya, aku sudah tahu... ucapnya
terus kenapa dia datang ketempatmu? selidikku
Cuma main pengen ketemu sama teman-teman dosen, katanya... jawabnya masih terpejam dan memeluk bantal kecil
eh... terus? selidikku
kenapa? cemburu? jawabnya
eh, ya ndak gitu kan aku Cuma nanya saja jawabku mengelak
nanya apa cemburu? Kok nadanya seperti itu? balasnya
iya, aku cemburu... jawabku tegas
terus kalau cemburu mau ngapain? ucapnya dengan wajah datar, matanya masih terpejam
tergantung dia ngapain sama kamu balasku
kalau semisal dia ngajak pergi aku, terus ngajak makan siang bagaimana? ucapnya membuatku semakin panas
kok kamu gitu? Kenapa ndak ngabari aku tadi? jawabku dengan nada sedikit marah dan membuatku menghentikan elusan pada kepalanya
aku kan bilang semisal yang, elus lagi... jawabnya
aku hajar dia... jawabku santai tanpa melanjutkan mengelus kepalanya. Matanya terbuka dan membalikan tubuhnya memandang ke atas, ke arah wajahku. Diraihnya tanganku untuk mengelus kepalanya kembali, dengan sedikit malas aku mengelus kepalanya lagi
hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperparahnya. Kenapa kamu tidak mengatakan kepadaku untuk tidak jalan dengan cowok lain atau menasehtiku. Kamu laki-lakiku seharusnya kamu bisa menjawab dengan kelaki-lakianmu, itu semua hanya permisalan namun kamu sudah menaikan emosi kamu sendiri.... elus lagi jelasnya santai dan kemudian memiringkan tubuhnya kembali dan memeluk guling.
Aku terdiam sejenak, memang aku terlalu berburuk sangka padahal itu sebenarnya hanya sebuah permisalan. Permisalan yang dibuat dian adalah permisalan yang belum terjadi, dan aku yakin tidak akan terjadi. Tanganku berhenti sejenak diatas kepalanya dan kupadanngi wajahnya yang sedikit ngambek karena jawabanku.
maaf... jawabku pelan dan mulai megelus kepalanya lagi
kamu laki-lakiku, dan jika hal itu terjadi... dan kamu mengetahuinya dengan mata kepalamu sendiri, apakah benar dengan datang ke tempat makan dan menggebrak meja lalu menghajar felix ditempat itu? apa kamu mau menjadi seorang lucas? mendengar jawaban itu aku terdiam
atau jika seandainya kamu mengetahui hal itu dari teman kamu atau mengetahuinya dariku atau mengetahuinya dari pesan singkat di sematponku... apakah kamu akan mendatangi felix atau mungkin memarahiku semarah-marahnya dan lalu mendatangi felix lalu menghajarnya? jelasnya
kenapa diam? lanjutnya bertanya kepadaku
maaf mungkin aku tadi menjawab dengan emosi, padahal itu hanya sebuah permisalan... jawabku datar
permisalan atau bukan, itu menandakan personal kamu. permisalan atau bukan itu semuanya bisa terjadi. Permisalan atau bukan, kamu adalah lelakiku... aku tidak ingin kamu menjadi sangat arogan dalam kehidupamu ketika bersamaku jelasnya
apa cinta akan selalu membuatmu buta akan sebuah pertanyaan? Cobalah bertanya, bukan maksudku untuk meminta kebebasan dari kamu ketika diluar sana tapi cobalah untuk menggunakan logikamu dan berpikir. Berprasangkalah sebaik mungkin terhadap seseorang sebelum kamu menemukan bukti yang konkrit, bukankah selama ini kamu juga melakukannya?.... Ayahmu... jelasnya, aku semakin terdiam tanpa menggerakan tanganku. Kata-katanya seakan menamparku, ingin rasanya marah ketika dia berbicara seperti itu. tapi memang bear, selama ini aku tidak menyukai ayah sebelumnya tapi setelah semua bukti aku dapatkan aku baru mulai tidak menyukainya.
kamu adalah lelakiku, selamanya menjadi lelakiku... aku ingin kamu menjadi pemilik rumah ini bersamaku, saling melegkapi dan saling berbagi. Marah adalah hal yang biasa, selam kita mencoba untuk bertanya dan menghargai jawaban dari masing-masing. Jika memang ada yang salah, kita perbaiki bersama, tap ingat... ucapnya
eh... aku sedikit terkejut mendengar perkataan dian yang mengeras ketika mengatakan kata tapi ingat. Matanya terbuka dan melihat kesamping tanpa melihatku
jika kamu melakukan satu kesalahan saja dengan bermain dengan wanita lain. Aku tidak akan membalas perbuatanmu, hanya akan mengakhiri hidupku didepanmu... jelasnya
mungkin aku bocah sampai sekarangpun aku masih bocah. Bahkan kamu sendiri pernah bilang aku masih seperti bocah... he he he jawabku, dian berbalik memandangku
kenapa kamu malah tertawa? tanyanya
karena aku sudah kehabisan kata-kata jika melawanmu. Maafkan atas jawabanku, dan jika semua permisalan yang kamu buat benar-benar terjadi ketika kita sudah bersama... aku akan melakukan apa yang kamu lakukan jika aku melakukan perbuatan bodoh ucapku
Mata kami saling berpandangan, tak ada kata-kata terucap...
jadilah lelakiku selamanya, jadilah pemimpinku... aku sangat mencintaimu... ucapnya lirih
dan kamu juga, jadilah wanitaku, jadilah ratu dalam kehidupanku... aku juga sangat mencintaimu ucapku membalas
Tubuhku ditariknya lembut dengan tangan kanannya, membungkuk dan bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Lembut tanpa perkataan apapun, mungkin setelah ini aku memang harus lebih hati-hati dalam mengendalikan emosiku, mengendalikan perkataanku. Karena lawanku adalah seorang dosen yang selalu mengerti krakteristik dari mahasiswanya. Dia tahu semua tentang aku, sedangkan aku masih buram tentang dirinya. Yang aku tahu dian sangat mencintaiku, begitu pula aku. Dengan manja dian memintaku untuk kembali mengelus kepalanya hingga dia tertidur. nafasnya menjadi sangat teratur seketika itu, kulihat wajahnya tampak lelah. Punggungku rebah ke sandaran sofa dan ikut tertidur bersamanya dengan wanita yang aku cintai berada dipangkuanku.
Malam harinya, makan bersama seperti biasa dan berbincang selama aku menyuapinya.
bagaimana kamu tahu aku terluka? ucapku
Felix... nyam nyam nyam jawabnya datar
berarti benar dia datang ke ruanganmu? ucapku dan dia mengangguk
dia datang mampir ke ruanganku, karena memang selama ini ada keperluan ke luar kota. Ya hanya say hai saja, tapi setelahnya dia cerita kalau tadi ketemu sama mahasiswa bimbinganku ucapnya setelah menelan makan
Iya tadi aku ketemu sama pak felix di auditorium setelah dihajar habis ucapku
besok hati-hati yah nyam nyam nyam air air hug... jawabnya
makanya kalau mau ngomong ditelan dulu ucapku
glek glek glek... aaaah... yang ngajak ngomong siapa tadi? protesnya
iya, maaf... huh dasar bu dosen ucapku
apa? Dosen apa? Judes? Gitu? ucapnya
eh eh eh ada pesawat terbang diluar ucapku yang berdiri dan menuju tempat cucian
iiih dasar cowok nyebelin ucapnya sambil bersedekap dan membuang muka
ck ck ck ck... aku menggelengkan kepala sambil memandangnya
apa?! bentaknya
walau muka dibuang, tapi tetap saja kelihatan... mmm... ucapku yang kuhentikan
kelihatan apa? jawabnya
jelek weeeeeeeeeeeeeeek.... jawabku sembari lari ke arah ruang TV
ARYAAAAAAAA JELEEEEEEEEEEEEK! teriaknya sambil mengejarku
Ah, Dian, dian kamu membuat hari-hariku semakin indah bersamamu. Sikapmu membuatku semakin tunduk kepada hatimu. Seandainya dari dulu aku tahu bahwa kamu cewek SMA itu, mungkin aku akan mendatangimu dan mengatakan cintaku terlebih dahulu. Tapi semua berjalan sesuai dengan jalannya aku menemukanmu setelah aku bertualang...
....
dipijit punggungnya? ucapnya yang kini berada diatas punggungku
Aku tengkurap di atas sepring bed kamar dian. dian duduk diatasku dan memijit punggungku
heem... enak ya dipijit ade ucapnya
iiih... nyebelin, ade ndak pernah dipijit sama mas ucapnya
kan dielus-elus tiap malam, sampe tidur lagi jawabku
iya iyaaaa... dasar cowok ganteng... balasnya, sambil mengucek-ucek rambutku. Sebenarnya hanya menakan punggungku saja dengan jari-jarinya, sudah cukup membuatku rileks. Ya, hanya itu yang dilakukan dian kadang pula tanganku dipijatnya, hmmm enak benar punya cewek dian.
diginiin enak ndak... ucapnya
eh... heem... he he he hanya itu yang bisa aku ucapkan ketika dian menyentuhkan susunya kepunggungku, beberapa kali dian juga mencium tengkuk leherku
Heem... apanyah? bisiknya di telingaku, aliran nafasnya membuat darahku berdesir
pijatanyah yang... jawabku
yang mana? balasnya lagi
dipunggung yang...jawabku dengan nada tertahan
enak dipijit pake itu ya yang? ucapnya
heemhhh... balasku
heem apanya yang? Dipijit pakai apa sih yang kok keenakan kaya gitu? godanya
pakai itunya ade balasku sekenanya
itu apa? Yang jelas dong... jawabnya
payudara ade... ucapku lantang
payudara itu apaan sih yang? godanya
suh...susu... jawabku tertahan karena tubuhku ditekan kebawah oleh tubuhnya
iiih mahasiswaku jorok deh... balasnya
dosennyah yang mulaihhh ufthhh... ade bangun, mas ndak bisa nafas nih... ucapku, dan diang bangun duduk disebelah tubuhku, aku membalikan tubuhku dan memandangnya sebentar
makasih adeku sayang, yuk bobo saja... ucapku
dieluussss tapi... jawabnya manja
Kami berbaring bersampingan, tubuhku menghadap ketubuhnya begitu pula tubuh dian miring menghadapku. Wajah kami berpandangan sejenak dan kucium bibirnya perlahan. Nafas kami kembali bersatu, tangannya meraih tanganku dan diarahkannya ke susunya. tubuhnya masih berbalut dengan tank-top dan celana dalam tanpa bra. Kuelus lembut susu dian, matanya terpejam. Tangan dian mulai bergerak menuju ke dedek arya yang berbalutkan celana dalam. Dielus dedek arya dari bawah ke atas, dan ugh... membuatku sedikit mendesah. Elusan lembutku kembali mengelus susu dian, kuarahkan tanganku ke puting dian yang aku rasakan menonjol dan kumainkan dengan jari tanganku.
mas... emmmmhhhh... erghhh.... masssshhhhh.... desahnya,
Reflek tubuh dian bergerak ketika aku memainkan putingnya, dian bearing dan menghadap keatas. Tangannya menarik tubuhku, walau sebenarnya tidak ditarikpun aku tetap bergerak ke atas dian. ku posisikan mengangkangi dian, tangannya masih mengelus-elus dedek arya yang sudah tegang tanpa syarat. Ciuman kami masih beradu dengan lembut, tanganku masih bergreliya dan memainkan kedua puting dian. desahannya semakin terdengar walau bibirya tertutup oleh bibirku. Matanya terbuka, wajahnya berubah merah ketika melihatku memandangnya. Permainan tanganku semakin menjadi-jadi dan remasan-remasan lembut disusunya serta permainan jariku di puting susunya. pikiranku masih bisa aku kontrol, kutarik bibirku dan kukecup keningnya.
Bobo yuk dah malam ucapku sambil menggeser tubuhku kesamping kanannya, tapi dian menggelengkan kepala lalu ditariknya kepalaku, kami kembali melumat bibir
bukain tank-top ade... ucapnya lirih disela-sela kami berciuman
Lepas ciuman kami, dia duduk didepanku yang kini duduk dan aku tarik tank-topnya hingga terlepas dian kini hanya memakai celana dalam. Kepalanya menoleh kebelakang, wajahnya semakin memerah bibirnya kusambut dengan bibirku. Tanganku mulai memainkan susu dan puitngnya kembali. Tangan dian menelusup masuk diantar tubuh kami, mengelus dan kadang meremas dedek arya. suasana semakin panas, aku terbawa oleh nafsuku sendiri. tangan kananku perlahan mengelus perutnya yang ramping dan semakin kebawah masuk ke dalam celana dalam dian. jariku langsung menjelajah mencari butiran kecil milik dian.
Arghh.... mas emmmmhhh.... geli erghhhh.... mas... ade sayang mas.... mmmhhhh ade cinta masssshhh... erghhh.... desahnya
mas juga sayang mmmmmmhhhhh slurpppp..... mas cinta sama adehhh mmmhhhh.... ucapku
Tangan dian kini bukan hanya meremas, namun sudah menarik dedek arya untuk keluar dari celana dalam walau sebagian dari dedek aryamasih tertutup oleh celana dalam. Tangan kiriku memainkan putingnya, bibirku melumat bibirnya sedangkan tangan kananku memainkan klitorisnya. Dian melepas ciumannya dan bersandar seluruhnya ketubuhku, tangannya melepas dedek arya. dian hanya bisa mendesah dan mendesah. Klitorisnya aku mainkan semakin menggila.
mas... ugh... mmmmm.... ade rasanya mau... pipis, erghh... mas sudah mas... sudhhhhhahhhhhh mas... sudhhhhaaaahhhh... ade mau piphhhhhpis ucapnya namun aku tidak menanggapinya
wajah ade memerah.... cup.... ucapku sambil mengecup pipinya
mashh.... mashh.... mashh sudhhhaaaah ade mau erghhhhh.... egh egh egh egh ucapnya kemudian sedikit terasa cairan hangat dari vaginanya. Nafasnya tersengal dan pinggulnya sedikit terangkat keatas. Kupeluk perutnya dan kuciumi lehernya, menunggunya beristirahat sejenak. Tak kusangka dengan memainkan klitorisnya, dian bisa mencapai orgasmenya
mashhh... ade sayang mashhh.... ucapnya berbalik ke arahku dan langsung menciumku
Ditariknya tubuhku dan kini aku berada diatasnya. Ketika tubuhku berada diatasnya aku tahan dengan kedua tangan dan lututku. Tiba-tiba saja tangan dian menarik celana dalamku dan kini dedek arya mengagantung tegang diatas selangkangannya. Di remas, dan dielusnya.
mas... ucapnya dengan mata memandangku, aku tahu maksud arti dari pandangan itu tapi argh....
be beneran de? ucapku dan diajawabnya dengan anggukan
Aku turun dari tubuh dian, dian menarik celana dalamnya sendiri hingga kini dian telanjang oval dihadapanku. Kuposisikan tubuhku diantara pahanya yang terbuka. Kupandang sejenak dian dengan wajahnya yang memerah, dian tersenyum manja, argh entah manja atau malu... aku tidak tahu. Aku membungkuku dan kucium dian, kupastikan sekali lagi dan jawaban dian masih sama. Aku kembali diposisiku dan kuarahkan dedek arya ke dalam liang vaginanya yang masih tampak bersih. Kumainkan sejenak klitoris dian, kedua tangan dian menutupi wajahnya. kuarahkan kepala dedek arya, ketika tepat di pintu vaginanya aku membungkuk dan kutarik tangan dian agar memandangku. Sedikit kudorong...
arghh... pelan masshhh sakiiiiiiiiiiittthhh sakiiiiit mas sakiiiiiittt.... sakiit bangettthhh rintihnya, aku berhenti, baru juga kepala masuk. Tiba-tiba terdengar tangis dian...
hiks sakit banget mas hiks hiks hiks... ucapnya, Aku yang kebingungan melihat kejadian ini seketika itu pula rasa ibaku muncul, logikaku kembali menguasaiku. Segera kucabut, aku duduk disamping dian dan kukecup keningnya.
sudah ade, bobo saja yuk... ajakku dengan senyum kepadanya
tapi... maafin ade, tadi beneran sakit banget...hiks tangisnya
iya, mas minta maaf tadi kelewatan... bobo aja yuk ajakku kembali
tapi mas, hiks mas ndak papa?... ucapnya, aku hanya mengangguk penuh senyum walaupun sedikit perasaan kentang didalam otakku
ngomong sama ade, ade harus ngapain biar mas... tapi kalau diituin lagi hiks ade belum siap, tadi sakit banget hiks... punya mas sih gede banget... ucapnya
kok tahu gede banget, hayo... godaku
eh itu iiiih... hiks hiks... ya pernah lihat, erna pernah lihatin video di sematponnya ucapnya sedikit terkejut. Ah, bu erna ternyata dia juga suka nonton seperti itu pantas saja waktu itu sempat menggodaku
ya sudah, bobo saja mas ndak papa kok, yuk... ajakkku
ndak mauuuuu... ade harus ngapain, tapi kalau itu... ucapnya diakhiri dengan gelengan kepala
ya... itu aduh... ndak usah saja, bobo saja... rayuku
ade mau mati saja... balasny sambil membalikan tubuhnya, membelakangiku
ayo dong jangan ngambek, sayang... rayuku, aneh juga rasanya, aku yang kentang kenapa dia yang malah marah?
ade mau mati saja besok hiks ucapnya
ya sudah... mmm... dikocokin aja dek tapi jangan kasar, yah... rayuku, dian langsung berbalik dan duduk dihadapanku.
Diciumnya bibirku dan tangannya mulai meraih batang dedek arya. aku kemudian menggeser dudukku dan bersandar, kedua pahaku terbuka dan dian diantara keduanya. Tubuhnya telanjang, susunya yang sekal masih ranum ndak turun sedikitpun, dan itu ough... bulu-bulu halusnya, aku pengen ngiler. Dian mengocoknya dengan lembut, aku angkat tubuhku dan kudekati wajahnya. Kuangkat dagunya, Kucium bibirnya sekali lagi, kurasakan tangnnya masih mengocok lembut dedek arya.
mas...desahnya
hmmm.... ucapku
besar banget... apa semua laki-laki besarnya seperti ini? ucapnya polos
lha kan ade sudah pernah lihat di video? ucapku
eh... kan ade langsung tutup wajah waktu itu, tapi ya lihat sedikit... jawabnya
hiiii.... he he he... beda-beda adeku ughhhh sudah de... ucapku
eh kenapa mas? Sakit? Maaf... maafin ade mas ucapnya
iya,ugh... ucapku sambil meniup-niup dedek arya
maafin ade, ndak tahu harus gimana hiks... ucapnya dengan tangis lagi
sudah jangan nangis, dah ndak papa, mungkin karena keset jadinya sakit... punya lotion? ucapku, dian mengangguk
kalau minyak zaitun gimana? Ade punya... tawarnya
ya dikasih itu saja biar mas ndak terasa sakit ucapku, sekejap dian mengambil minyak zaitun , setelahnya kulumuri tangannya dengan minyak itu. kuarahkan kembali tangannya untuk mengocok dedek arya.
Dian mulai kembali mengocok dedek arya, argh... kocokan belum pernah membuatku keluar kecuali dengan variasi bibir dan susu. Lama sekali dian mengocok dedek arya, tapi dedek arya bukannya semakin menegang tapi malah semakin layu perlahan tertunduk lemas. Kupegang tangan dian yang mengocok dedek arya, tapi pandanganku tidak benar-benar memandangnya tapi memandang yang lain.
Sudah bobok yuk ajakku, tapi wajahnya malah bertambah sedih, air matanya keluar perlahan. Aku jadi bingung, hufth... aku kecup keningnya.
Sudah kapan-kapan lagi sayang, mas ndak papa beneran selama mas sama ade, mas akan menunggu momen terindah kita, okay? ucapku
hiks... mas bobo... cepetan! ucapnya dengan setengah menjerit
Melihat wajahnya yang serius aku kemudian memundurkan tubuhku, tidak beraring namun kembali bersandar. Tangan kiri dian mengusap air matanya, perlahan dian mulai menggerakan tangannya, kucoba meresapi setiap gerakan tangnnya. Kupejamkan mata ini membayangkan dian sedang menggoyang pinggulnya dengan tubuhnya yang putih nan indah itu. namun...
ouchh.... arghhh... ade sudah ucapku sedikit berteriak. Tak menyangka dian akan mengulum kemaluanku, dian terkejut dan melepaskan kulumannya
kok ade kulum? Tadi sakit mungkin kena gigi ade ucapku
eh... maaf mas, ade Cuma mau nyoba saja. jangan marah... ade sudah bingung ucapnya, matanya tampak berkaca-kaca
eh... sudah bobo saja, besok masih ada waktu. Besok ade kan berangkat ke kampus ini sudah malam ucapku, namun dian menggelengkan kepalanya
ajari... ucapnya dengan wajah yang hampir mewek. Ah, sial kalau begini aku kelihatan sekali seperti pemain yang ulung
beneran? ucapku, dian mengangguk
hufth... pakai feeling ade saja yang penting jangan kena gigi, pelan-pelan saja ucapku dan dian mengangguk
mas rebahan lagi, tutup matanya... ade malu... ucapnya manja. Aku turuti kemauannya dan kembali rebah sembari menutup mataku
Perlahan aku rasakan , bibir dian mulai menyentuh kepala dedek arya. sedikit aku buka mataku dan kulihat bibir dian secara perlahan melumat dan mengulum kepala dedek arya terlebih dahulu. Sensasi yang luar biasa, dosenku yang dulu judesnya minta ampun sekarang sudah berada ditengah-tengah paha telanjangku dan tentunya dengan tubuh telanjangnya. Kupejamkan mataku kembali, kurasakan bibirnya semakin dalam mengulum dedek arya. memang masih terasa sedikit sakit ketika dian mengulum tapi tak sesakit diawal. Ah, pelan tapi pasti aku sudah bisa menikmatinya, sudah sangat terasa kalau dian sekarang sudah mulai bisa melakukannya. Ugh, terasa kini kulumannya memompa dedek arya. kubuka mataku, kulihat dian sedang mencoba memuaskan dedek arya. perasaanku, nafsuku semakin terbakar melihat pemandangan itu. situasi yang sangat berbeda, membuatku terasa seperti berada dihamparan taman bunga.
Ade... uh... enak... enak banget... ugh... mas... mau keluar... mas ughh... adeeeee racauku
Refleks tanganku memegang kepalanya dan menahan kepalanya untuk tidak lepas dari dedek arya. dan crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot... spermaku keluar. Aku yang tersadar langsung melepaskan kedua tanganku dari kepala dian. aku merasa bersalah, dian mencabut kulumannya dan memandangku dengan senyum, spermaku meleleh keluar dari sela-sela mulut dian. ku elus kepalanya perlahan, ketika tanganku mencoba mengelap sperma dimulutnya, tangan dian meahan. Dian kemudian banngkit dan menuju kamar mandi, kulihat tubuh telanjangnya berjalan. Aku tak menyangka akan sejauh ini dengannya. Setelah beberapa saat, dian keluar dari kamar mandi dan aku menghampirinya. Kupeluk tubuhnya...
terima kasih sayang... terima kasih cintaku... maaf jika sejauh ini ucapku
ade cinta mas... Cuma itu yang dian ucapkan kepadaku
mas juga cinta ade... jawabku
Kupandang wajah layunya, dan ku cium bibir indahnya...
iiih... mas kok masih bangun? Bukannya habis keluar langsung lemas sebuah pertanyaan dari seorang wanita dewasa yang seharusnya tak dilontarkannya. Apa dian benar-benar polos mengenai hal ini?
ini tipe fighter, kalau lawan belum pingsan dia ndak akan lemas candaku
eh... aaaaaaaaa... ucapnya sambil menutup wajahnya, dan kemudian dijatuhkan ke dadaku
lho kenapa? ucapku, aku bingung melihat dian, ku dorong kedua pundaknya dengan tanganku agar aku bisa melihat
ade ngebayangin kalau... aaaaa... ucapnya langsung menjatuhkan kembali wajahnya yang tertutup tangannya ke dadaku, dan aku tahu maksudnya.
yeee kan masih lama, yuk bobo... ucapku, dian mengangguk dan mengiyakan
Dian membuka wajahnya, memandangku sejenak dan mengecup bibirku. Langsung dia berjalan menuju ke kamar dan berbaring, senyumnya selalu terlukis di wajanya. Kupandangi sejenak dian yang berbaring di atas tempat tidur, kupandangi seluruh tubuh indah itu. ah, benar-benar sempurna bagiku bahkan jika dibandingkan dengan mmm selama aku bertualang sangat berbeda. natural dan murni indahnya. Susunya yang menurutku paling besar dari yang pernah aku lihat. Kulitnya putih bersih, dan tubuhnya yang membentuk memperlihatkan keseksiannya. Kudeati tubuh yang tampak lelah tersebut dan dan kudekap dalam pelukanku. Kucium keningnya dan kutarik selimut untuk menutupi ketelanjangan kami berdua. Lelah malam menemani kami tertidur.
ini yang terhebat... ucap dedek arya
Kini kehidupanku bersama dian, wanita yang selama ini aku cari. Pagi menjelang, semuanya tampak indah, semuanya sudah tersedia hampir sama ketika aku berada dirumah. ketika makan bersama adalah momen yang indah bagiku dan juga memakan waktu yang lama, karena aku harus menyuapinya. Hari ini dian berangkat ke kampus dan aku berada dirumah. Menjadi seorang pengangguran dengan kekasih yang bekerja, enak kan? Iya enak sekarang tapi kalau terus begini, pasti didepak aku sama dian. emang nasi bisa dibeli dengan cinta, aku tetap dengan logikaku. Untuk saat ini aku menjalaninya dengan rasa sedikit sungkan karena semua kebutuhanku dicukupi oleh dian. uang saku? Hanya dari ibu dan itu pun ada di ATM, sedangkan uang hasil curian yang aku curi dari ayah masih ditempat yang aman.
Welcome to wherever you are this is your life (Bon Jovi). Ringtone. Anton
halo nton
bro, kabar buruk
heh, ada apa nton?
kemarin wanita yang bersama ayahmu, ternyata setelah aku tanyakan kembali ke anggotaku. Dia adalah ibumu
hah? (bukankah ibu seharusnya sudah berangkat liburan)
be benar itu ton?
iya, sebaiknya kamu hubungi ibu kamu dulu
okay
Segera aku tutup telepon dari anton, kulihat jam dinding menertawakanku semakin keras. Pukul 10.00 WIB, ah kenapa baru sekarang anton memberitahukan kepadaku. Kutelepon ibu namun hanya suara tut tut tut yang terdengar, tak ada jawaban. Aku semakin gelisah dengan keadaan ini, apalagi aku belum tahu maksud ibu kembali kerumah. Mungkinkah ayah akan menggunakan ibu sebagai pengganti rani da eri yang telah menghilang?ah, kenapa aku malah membuat posisi ibu semakin sulit seperti ini? bagaimana ini? kemana ayah membawa ibu pergi? Aku tidak tahu, aku harus keluar, harus mencarinya. Segera aku bangkit dan masuk kedalam kamar ku ganti baju dan...
Centung. BBM masuk.
Dari ibu, dan membuatku semakin panik 7 keliling. Ingin aku membalasnya tapi ibu sudah mengatakan untuk tidak membalas pesannya. Taku jika aku menghubungi ibu, dan ayah tahu. Apakah mungkin? Argh! Aku tidak tahu, aku bingung. Aku menunggu dan menunggu, kucob telepon ibu tapi tetap hanya nada sambung yang aku dengar dari sematponku. Kurang lebih sudah dua jam ibu tidak memberi kabar, tapi mau bagaimana lagi aku hanya bisa menunggu. Dan tepat pukl 12:00, ibu meneleponku.
halo, Ibu kenapa sih kok malah sama ayah? Bahaya buuuuu
ndak nanya kabar ibu dulu nih?
ibu kok bisa satai begitu?
iya dong, kemarin ada yang ketinggalan lagi. Ibu telepon ayah untuk jemput, karena belum beli tiket ya berangkatnya hari ini sayang
lha terus sekarang?
ibu nunggu bis diterminal, ayahmu sudah pergi
huft beneran kan bu?
beneran sayangku, sudah kamu tenang saja dan sebentar ibu tutup dulu teleponnya, ibu mau kirim gambar
eh, kan ndak perlu ditutup bisa bu...
ibu sudah tua nak, gimana caranya? Kamu mau mendikte ibu pelan-pelan? Malah lama lho, mending tutup dulu, ibu bisanya ditutup dulu, maklum jamannya ibu belum ada kaya gini
Iya bu iya
Setelah telepon ditutup selang beberapa lama sebuah gambar terkirim. gambar tersebut adalah gambar sematpon ayah yang di ambil gambar oleh ibu. Gambar tersebut menunjukan lokasi dimana pertemuan akan dilagsungkan, segera gambar tersebut aku kirimkan ke anton. Belum ada balasan dari anton, ibu kemudian menelepon kembali.
Ibu kok bisa dapat informasi itu?
Ya bisa dong sayang, kan kamu tahu sendiri... coba diingat dulu waktu diatas kasur, ayahmu dikasih apa coba?
Obat tidur bu?
Heem...
fyuuuuuh...
Kok lega banget kayaknya? Ada apa?
berarti ibu ndak ngapa-ngapain kan sama ayah?
Ndak sayang... sayang bisnya sudah datang, ini ibu mau menyusul mereka dulu ya
Kok Ibu di terminal? Bukannya naik pesawat atau kereta bu?
iya tadinya juga ibu mau naik pesawat atau kereta api, tapi ibu milih naik bis saja. walaupun telat kan ndak masalah sayang, yang penting sampai ditujuan kan? Dan yang jelas, ayahmu tidak tahu kemana ibu pergi, benar kan?
iya deh percaya sama ibu, ibu hati-hati ya?
Iya sayang, kamu juga hati-hati, muach
muach juga ibuku sayang
Masih pegal ndak? ucapnya bangkit sambil mengambil piring
sedikit ucapku meinum es teh buatannya
nanti malam aku pijitin, tapi nanti malam ya ucapnya sambil berlalu menuju dapur.
kenapa harus nanti malam? tanyaku selepas dian kembali dari dapur
ya... mmmm.... egh.... ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya disampingku yang berada disofa, kepalanya langsung rebah dipahaku. Diraihnya bantak kecil dan dipeluknya.
dielus-elus... ucapnya, sudah ketahuan kalau dia ingin bermanja-manjaan hari ini
yang mana? godaku
terserah, pokoknya pengen bobo dipangkuanmu ucapnya
terus masmu yang jelek ini bobo dimana? Kan lagi sakit ucapku
yeee... sakit kan karena perbuatan sendiri weeeeek... ucapnya
iyaa... iya, dah bobo dulu, kelihatan capek wajah kamu yang ucapku
Ah, dian memejamkan matanya. Terlihat sangat cantik, apapun yang dian lakukan dihadapanku selalu terlihat cantik. Entah bangun tidur, entah habis mandi, entahlah pokoknya apapun yang ada pada dirinya selalu terlihat indah dimataku. Sifatnya yang kadang manja membuatku seakan menjadi seorang lelaki yang lebih dewasa darinya yang harus memnuhi semua keinginannya, memberitahukan kepada dia mana yang salah dan mana yang benar. Ya, itu terjadi ketika dia bermanja-manjaan kepadaku tapi ketika dia memanggilku dengan sebuta kamu-aku terlihat sekali dia mencoba mengajakku untuk menjadi temannya, sahabatnya yang bisa saling berbagi satu sama lain. Berbeda lagi ketika dia menjadi seorang dosen di kampus, penuh dengan kewibawaan terhadap seorang mahasiswa. Memberikan masukan dan memberikan nasehat kepadaku. Ah, apa mungkin itu dia sengaja melakukan hal itu semua agar aku bisa mulai berpikir dewasa? Ya, dilihat dari manapun aku tampak masih seperti anak kecil, seorang bocah yang masih labil emosinya.
aku tadi ketemu felix... ucapnya dengan mata terpejam
ouwh... jawabku dengan perasaan sedikit terbakar
ketemuan? lanjutku sambil mengelus kepalanya
tidak, tadi dia ke ruangku pas lagi ngobrol sama erna jawabnya
dia kan sudah punya pacar... jawabku
iya, aku sudah tahu... ucapnya
terus kenapa dia datang ketempatmu? selidikku
Cuma main pengen ketemu sama teman-teman dosen, katanya... jawabnya masih terpejam dan memeluk bantal kecil
eh... terus? selidikku
kenapa? cemburu? jawabnya
eh, ya ndak gitu kan aku Cuma nanya saja jawabku mengelak
nanya apa cemburu? Kok nadanya seperti itu? balasnya
iya, aku cemburu... jawabku tegas
terus kalau cemburu mau ngapain? ucapnya dengan wajah datar, matanya masih terpejam
tergantung dia ngapain sama kamu balasku
kalau semisal dia ngajak pergi aku, terus ngajak makan siang bagaimana? ucapnya membuatku semakin panas
kok kamu gitu? Kenapa ndak ngabari aku tadi? jawabku dengan nada sedikit marah dan membuatku menghentikan elusan pada kepalanya
aku kan bilang semisal yang, elus lagi... jawabnya
aku hajar dia... jawabku santai tanpa melanjutkan mengelus kepalanya. Matanya terbuka dan membalikan tubuhnya memandang ke atas, ke arah wajahku. Diraihnya tanganku untuk mengelus kepalanya kembali, dengan sedikit malas aku mengelus kepalanya lagi
hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperparahnya. Kenapa kamu tidak mengatakan kepadaku untuk tidak jalan dengan cowok lain atau menasehtiku. Kamu laki-lakiku seharusnya kamu bisa menjawab dengan kelaki-lakianmu, itu semua hanya permisalan namun kamu sudah menaikan emosi kamu sendiri.... elus lagi jelasnya santai dan kemudian memiringkan tubuhnya kembali dan memeluk guling.
Aku terdiam sejenak, memang aku terlalu berburuk sangka padahal itu sebenarnya hanya sebuah permisalan. Permisalan yang dibuat dian adalah permisalan yang belum terjadi, dan aku yakin tidak akan terjadi. Tanganku berhenti sejenak diatas kepalanya dan kupadanngi wajahnya yang sedikit ngambek karena jawabanku.
maaf... jawabku pelan dan mulai megelus kepalanya lagi
kamu laki-lakiku, dan jika hal itu terjadi... dan kamu mengetahuinya dengan mata kepalamu sendiri, apakah benar dengan datang ke tempat makan dan menggebrak meja lalu menghajar felix ditempat itu? apa kamu mau menjadi seorang lucas? mendengar jawaban itu aku terdiam
atau jika seandainya kamu mengetahui hal itu dari teman kamu atau mengetahuinya dariku atau mengetahuinya dari pesan singkat di sematponku... apakah kamu akan mendatangi felix atau mungkin memarahiku semarah-marahnya dan lalu mendatangi felix lalu menghajarnya? jelasnya
kenapa diam? lanjutnya bertanya kepadaku
maaf mungkin aku tadi menjawab dengan emosi, padahal itu hanya sebuah permisalan... jawabku datar
permisalan atau bukan, itu menandakan personal kamu. permisalan atau bukan itu semuanya bisa terjadi. Permisalan atau bukan, kamu adalah lelakiku... aku tidak ingin kamu menjadi sangat arogan dalam kehidupamu ketika bersamaku jelasnya
apa cinta akan selalu membuatmu buta akan sebuah pertanyaan? Cobalah bertanya, bukan maksudku untuk meminta kebebasan dari kamu ketika diluar sana tapi cobalah untuk menggunakan logikamu dan berpikir. Berprasangkalah sebaik mungkin terhadap seseorang sebelum kamu menemukan bukti yang konkrit, bukankah selama ini kamu juga melakukannya?.... Ayahmu... jelasnya, aku semakin terdiam tanpa menggerakan tanganku. Kata-katanya seakan menamparku, ingin rasanya marah ketika dia berbicara seperti itu. tapi memang bear, selama ini aku tidak menyukai ayah sebelumnya tapi setelah semua bukti aku dapatkan aku baru mulai tidak menyukainya.
kamu adalah lelakiku, selamanya menjadi lelakiku... aku ingin kamu menjadi pemilik rumah ini bersamaku, saling melegkapi dan saling berbagi. Marah adalah hal yang biasa, selam kita mencoba untuk bertanya dan menghargai jawaban dari masing-masing. Jika memang ada yang salah, kita perbaiki bersama, tap ingat... ucapnya
eh... aku sedikit terkejut mendengar perkataan dian yang mengeras ketika mengatakan kata tapi ingat. Matanya terbuka dan melihat kesamping tanpa melihatku
jika kamu melakukan satu kesalahan saja dengan bermain dengan wanita lain. Aku tidak akan membalas perbuatanmu, hanya akan mengakhiri hidupku didepanmu... jelasnya
mungkin aku bocah sampai sekarangpun aku masih bocah. Bahkan kamu sendiri pernah bilang aku masih seperti bocah... he he he jawabku, dian berbalik memandangku
kenapa kamu malah tertawa? tanyanya
karena aku sudah kehabisan kata-kata jika melawanmu. Maafkan atas jawabanku, dan jika semua permisalan yang kamu buat benar-benar terjadi ketika kita sudah bersama... aku akan melakukan apa yang kamu lakukan jika aku melakukan perbuatan bodoh ucapku
Mata kami saling berpandangan, tak ada kata-kata terucap...
jadilah lelakiku selamanya, jadilah pemimpinku... aku sangat mencintaimu... ucapnya lirih
dan kamu juga, jadilah wanitaku, jadilah ratu dalam kehidupanku... aku juga sangat mencintaimu ucapku membalas
Tubuhku ditariknya lembut dengan tangan kanannya, membungkuk dan bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Lembut tanpa perkataan apapun, mungkin setelah ini aku memang harus lebih hati-hati dalam mengendalikan emosiku, mengendalikan perkataanku. Karena lawanku adalah seorang dosen yang selalu mengerti krakteristik dari mahasiswanya. Dia tahu semua tentang aku, sedangkan aku masih buram tentang dirinya. Yang aku tahu dian sangat mencintaiku, begitu pula aku. Dengan manja dian memintaku untuk kembali mengelus kepalanya hingga dia tertidur. nafasnya menjadi sangat teratur seketika itu, kulihat wajahnya tampak lelah. Punggungku rebah ke sandaran sofa dan ikut tertidur bersamanya dengan wanita yang aku cintai berada dipangkuanku.
Malam harinya, makan bersama seperti biasa dan berbincang selama aku menyuapinya.
bagaimana kamu tahu aku terluka? ucapku
Felix... nyam nyam nyam jawabnya datar
berarti benar dia datang ke ruanganmu? ucapku dan dia mengangguk
dia datang mampir ke ruanganku, karena memang selama ini ada keperluan ke luar kota. Ya hanya say hai saja, tapi setelahnya dia cerita kalau tadi ketemu sama mahasiswa bimbinganku ucapnya setelah menelan makan
Iya tadi aku ketemu sama pak felix di auditorium setelah dihajar habis ucapku
besok hati-hati yah nyam nyam nyam air air hug... jawabnya
makanya kalau mau ngomong ditelan dulu ucapku
glek glek glek... aaaah... yang ngajak ngomong siapa tadi? protesnya
iya, maaf... huh dasar bu dosen ucapku
apa? Dosen apa? Judes? Gitu? ucapnya
eh eh eh ada pesawat terbang diluar ucapku yang berdiri dan menuju tempat cucian
iiih dasar cowok nyebelin ucapnya sambil bersedekap dan membuang muka
ck ck ck ck... aku menggelengkan kepala sambil memandangnya
apa?! bentaknya
walau muka dibuang, tapi tetap saja kelihatan... mmm... ucapku yang kuhentikan
kelihatan apa? jawabnya
jelek weeeeeeeeeeeeeeek.... jawabku sembari lari ke arah ruang TV
ARYAAAAAAAA JELEEEEEEEEEEEEK! teriaknya sambil mengejarku
Ah, Dian, dian kamu membuat hari-hariku semakin indah bersamamu. Sikapmu membuatku semakin tunduk kepada hatimu. Seandainya dari dulu aku tahu bahwa kamu cewek SMA itu, mungkin aku akan mendatangimu dan mengatakan cintaku terlebih dahulu. Tapi semua berjalan sesuai dengan jalannya aku menemukanmu setelah aku bertualang...
....
dipijit punggungnya? ucapnya yang kini berada diatas punggungku
Aku tengkurap di atas sepring bed kamar dian. dian duduk diatasku dan memijit punggungku
heem... enak ya dipijit ade ucapnya
iiih... nyebelin, ade ndak pernah dipijit sama mas ucapnya
kan dielus-elus tiap malam, sampe tidur lagi jawabku
iya iyaaaa... dasar cowok ganteng... balasnya, sambil mengucek-ucek rambutku. Sebenarnya hanya menakan punggungku saja dengan jari-jarinya, sudah cukup membuatku rileks. Ya, hanya itu yang dilakukan dian kadang pula tanganku dipijatnya, hmmm enak benar punya cewek dian.
diginiin enak ndak... ucapnya
eh... heem... he he he hanya itu yang bisa aku ucapkan ketika dian menyentuhkan susunya kepunggungku, beberapa kali dian juga mencium tengkuk leherku
Heem... apanyah? bisiknya di telingaku, aliran nafasnya membuat darahku berdesir
pijatanyah yang... jawabku
yang mana? balasnya lagi
dipunggung yang...jawabku dengan nada tertahan
enak dipijit pake itu ya yang? ucapnya
heemhhh... balasku
heem apanya yang? Dipijit pakai apa sih yang kok keenakan kaya gitu? godanya
pakai itunya ade balasku sekenanya
itu apa? Yang jelas dong... jawabnya
payudara ade... ucapku lantang
payudara itu apaan sih yang? godanya
suh...susu... jawabku tertahan karena tubuhku ditekan kebawah oleh tubuhnya
iiih mahasiswaku jorok deh... balasnya
dosennyah yang mulaihhh ufthhh... ade bangun, mas ndak bisa nafas nih... ucapku, dan diang bangun duduk disebelah tubuhku, aku membalikan tubuhku dan memandangnya sebentar
makasih adeku sayang, yuk bobo saja... ucapku
dieluussss tapi... jawabnya manja
Kami berbaring bersampingan, tubuhku menghadap ketubuhnya begitu pula tubuh dian miring menghadapku. Wajah kami berpandangan sejenak dan kucium bibirnya perlahan. Nafas kami kembali bersatu, tangannya meraih tanganku dan diarahkannya ke susunya. tubuhnya masih berbalut dengan tank-top dan celana dalam tanpa bra. Kuelus lembut susu dian, matanya terpejam. Tangan dian mulai bergerak menuju ke dedek arya yang berbalutkan celana dalam. Dielus dedek arya dari bawah ke atas, dan ugh... membuatku sedikit mendesah. Elusan lembutku kembali mengelus susu dian, kuarahkan tanganku ke puting dian yang aku rasakan menonjol dan kumainkan dengan jari tanganku.
mas... emmmmhhhh... erghhh.... masssshhhhh.... desahnya,
Reflek tubuh dian bergerak ketika aku memainkan putingnya, dian bearing dan menghadap keatas. Tangannya menarik tubuhku, walau sebenarnya tidak ditarikpun aku tetap bergerak ke atas dian. ku posisikan mengangkangi dian, tangannya masih mengelus-elus dedek arya yang sudah tegang tanpa syarat. Ciuman kami masih beradu dengan lembut, tanganku masih bergreliya dan memainkan kedua puting dian. desahannya semakin terdengar walau bibirya tertutup oleh bibirku. Matanya terbuka, wajahnya berubah merah ketika melihatku memandangnya. Permainan tanganku semakin menjadi-jadi dan remasan-remasan lembut disusunya serta permainan jariku di puting susunya. pikiranku masih bisa aku kontrol, kutarik bibirku dan kukecup keningnya.
Bobo yuk dah malam ucapku sambil menggeser tubuhku kesamping kanannya, tapi dian menggelengkan kepala lalu ditariknya kepalaku, kami kembali melumat bibir
bukain tank-top ade... ucapnya lirih disela-sela kami berciuman
Lepas ciuman kami, dia duduk didepanku yang kini duduk dan aku tarik tank-topnya hingga terlepas dian kini hanya memakai celana dalam. Kepalanya menoleh kebelakang, wajahnya semakin memerah bibirnya kusambut dengan bibirku. Tanganku mulai memainkan susu dan puitngnya kembali. Tangan dian menelusup masuk diantar tubuh kami, mengelus dan kadang meremas dedek arya. suasana semakin panas, aku terbawa oleh nafsuku sendiri. tangan kananku perlahan mengelus perutnya yang ramping dan semakin kebawah masuk ke dalam celana dalam dian. jariku langsung menjelajah mencari butiran kecil milik dian.
Arghh.... mas emmmmhhh.... geli erghhhh.... mas... ade sayang mas.... mmmhhhh ade cinta masssshhh... erghhh.... desahnya
mas juga sayang mmmmmmhhhhh slurpppp..... mas cinta sama adehhh mmmhhhh.... ucapku
Tangan dian kini bukan hanya meremas, namun sudah menarik dedek arya untuk keluar dari celana dalam walau sebagian dari dedek aryamasih tertutup oleh celana dalam. Tangan kiriku memainkan putingnya, bibirku melumat bibirnya sedangkan tangan kananku memainkan klitorisnya. Dian melepas ciumannya dan bersandar seluruhnya ketubuhku, tangannya melepas dedek arya. dian hanya bisa mendesah dan mendesah. Klitorisnya aku mainkan semakin menggila.
mas... ugh... mmmmm.... ade rasanya mau... pipis, erghh... mas sudah mas... sudhhhhhahhhhhh mas... sudhhhhaaaahhhh... ade mau piphhhhhpis ucapnya namun aku tidak menanggapinya
wajah ade memerah.... cup.... ucapku sambil mengecup pipinya
mashh.... mashh.... mashh sudhhhaaaah ade mau erghhhhh.... egh egh egh egh ucapnya kemudian sedikit terasa cairan hangat dari vaginanya. Nafasnya tersengal dan pinggulnya sedikit terangkat keatas. Kupeluk perutnya dan kuciumi lehernya, menunggunya beristirahat sejenak. Tak kusangka dengan memainkan klitorisnya, dian bisa mencapai orgasmenya
mashhh... ade sayang mashhh.... ucapnya berbalik ke arahku dan langsung menciumku
Ditariknya tubuhku dan kini aku berada diatasnya. Ketika tubuhku berada diatasnya aku tahan dengan kedua tangan dan lututku. Tiba-tiba saja tangan dian menarik celana dalamku dan kini dedek arya mengagantung tegang diatas selangkangannya. Di remas, dan dielusnya.
mas... ucapnya dengan mata memandangku, aku tahu maksud arti dari pandangan itu tapi argh....
be beneran de? ucapku dan diajawabnya dengan anggukan
Aku turun dari tubuh dian, dian menarik celana dalamnya sendiri hingga kini dian telanjang oval dihadapanku. Kuposisikan tubuhku diantara pahanya yang terbuka. Kupandang sejenak dian dengan wajahnya yang memerah, dian tersenyum manja, argh entah manja atau malu... aku tidak tahu. Aku membungkuku dan kucium dian, kupastikan sekali lagi dan jawaban dian masih sama. Aku kembali diposisiku dan kuarahkan dedek arya ke dalam liang vaginanya yang masih tampak bersih. Kumainkan sejenak klitoris dian, kedua tangan dian menutupi wajahnya. kuarahkan kepala dedek arya, ketika tepat di pintu vaginanya aku membungkuk dan kutarik tangan dian agar memandangku. Sedikit kudorong...
arghh... pelan masshhh sakiiiiiiiiiiittthhh sakiiiiit mas sakiiiiiittt.... sakiit bangettthhh rintihnya, aku berhenti, baru juga kepala masuk. Tiba-tiba terdengar tangis dian...
hiks sakit banget mas hiks hiks hiks... ucapnya, Aku yang kebingungan melihat kejadian ini seketika itu pula rasa ibaku muncul, logikaku kembali menguasaiku. Segera kucabut, aku duduk disamping dian dan kukecup keningnya.
sudah ade, bobo saja yuk... ajakku dengan senyum kepadanya
tapi... maafin ade, tadi beneran sakit banget...hiks tangisnya
iya, mas minta maaf tadi kelewatan... bobo aja yuk ajakku kembali
tapi mas, hiks mas ndak papa?... ucapnya, aku hanya mengangguk penuh senyum walaupun sedikit perasaan kentang didalam otakku
ngomong sama ade, ade harus ngapain biar mas... tapi kalau diituin lagi hiks ade belum siap, tadi sakit banget hiks... punya mas sih gede banget... ucapnya
kok tahu gede banget, hayo... godaku
eh itu iiiih... hiks hiks... ya pernah lihat, erna pernah lihatin video di sematponnya ucapnya sedikit terkejut. Ah, bu erna ternyata dia juga suka nonton seperti itu pantas saja waktu itu sempat menggodaku
ya sudah, bobo saja mas ndak papa kok, yuk... ajakkku
ndak mauuuuu... ade harus ngapain, tapi kalau itu... ucapnya diakhiri dengan gelengan kepala
ya... itu aduh... ndak usah saja, bobo saja... rayuku
ade mau mati saja... balasny sambil membalikan tubuhnya, membelakangiku
ayo dong jangan ngambek, sayang... rayuku, aneh juga rasanya, aku yang kentang kenapa dia yang malah marah?
ade mau mati saja besok hiks ucapnya
ya sudah... mmm... dikocokin aja dek tapi jangan kasar, yah... rayuku, dian langsung berbalik dan duduk dihadapanku.
Diciumnya bibirku dan tangannya mulai meraih batang dedek arya. aku kemudian menggeser dudukku dan bersandar, kedua pahaku terbuka dan dian diantara keduanya. Tubuhnya telanjang, susunya yang sekal masih ranum ndak turun sedikitpun, dan itu ough... bulu-bulu halusnya, aku pengen ngiler. Dian mengocoknya dengan lembut, aku angkat tubuhku dan kudekati wajahnya. Kuangkat dagunya, Kucium bibirnya sekali lagi, kurasakan tangnnya masih mengocok lembut dedek arya.
mas...desahnya
hmmm.... ucapku
besar banget... apa semua laki-laki besarnya seperti ini? ucapnya polos
lha kan ade sudah pernah lihat di video? ucapku
eh... kan ade langsung tutup wajah waktu itu, tapi ya lihat sedikit... jawabnya
hiiii.... he he he... beda-beda adeku ughhhh sudah de... ucapku
eh kenapa mas? Sakit? Maaf... maafin ade mas ucapnya
iya,ugh... ucapku sambil meniup-niup dedek arya
maafin ade, ndak tahu harus gimana hiks... ucapnya dengan tangis lagi
sudah jangan nangis, dah ndak papa, mungkin karena keset jadinya sakit... punya lotion? ucapku, dian mengangguk
kalau minyak zaitun gimana? Ade punya... tawarnya
ya dikasih itu saja biar mas ndak terasa sakit ucapku, sekejap dian mengambil minyak zaitun , setelahnya kulumuri tangannya dengan minyak itu. kuarahkan kembali tangannya untuk mengocok dedek arya.
Dian mulai kembali mengocok dedek arya, argh... kocokan belum pernah membuatku keluar kecuali dengan variasi bibir dan susu. Lama sekali dian mengocok dedek arya, tapi dedek arya bukannya semakin menegang tapi malah semakin layu perlahan tertunduk lemas. Kupegang tangan dian yang mengocok dedek arya, tapi pandanganku tidak benar-benar memandangnya tapi memandang yang lain.
Sudah bobok yuk ajakku, tapi wajahnya malah bertambah sedih, air matanya keluar perlahan. Aku jadi bingung, hufth... aku kecup keningnya.
Sudah kapan-kapan lagi sayang, mas ndak papa beneran selama mas sama ade, mas akan menunggu momen terindah kita, okay? ucapku
hiks... mas bobo... cepetan! ucapnya dengan setengah menjerit
Melihat wajahnya yang serius aku kemudian memundurkan tubuhku, tidak beraring namun kembali bersandar. Tangan kiri dian mengusap air matanya, perlahan dian mulai menggerakan tangannya, kucoba meresapi setiap gerakan tangnnya. Kupejamkan mata ini membayangkan dian sedang menggoyang pinggulnya dengan tubuhnya yang putih nan indah itu. namun...
ouchh.... arghhh... ade sudah ucapku sedikit berteriak. Tak menyangka dian akan mengulum kemaluanku, dian terkejut dan melepaskan kulumannya
kok ade kulum? Tadi sakit mungkin kena gigi ade ucapku
eh... maaf mas, ade Cuma mau nyoba saja. jangan marah... ade sudah bingung ucapnya, matanya tampak berkaca-kaca
eh... sudah bobo saja, besok masih ada waktu. Besok ade kan berangkat ke kampus ini sudah malam ucapku, namun dian menggelengkan kepalanya
ajari... ucapnya dengan wajah yang hampir mewek. Ah, sial kalau begini aku kelihatan sekali seperti pemain yang ulung
beneran? ucapku, dian mengangguk
hufth... pakai feeling ade saja yang penting jangan kena gigi, pelan-pelan saja ucapku dan dian mengangguk
mas rebahan lagi, tutup matanya... ade malu... ucapnya manja. Aku turuti kemauannya dan kembali rebah sembari menutup mataku
Perlahan aku rasakan , bibir dian mulai menyentuh kepala dedek arya. sedikit aku buka mataku dan kulihat bibir dian secara perlahan melumat dan mengulum kepala dedek arya terlebih dahulu. Sensasi yang luar biasa, dosenku yang dulu judesnya minta ampun sekarang sudah berada ditengah-tengah paha telanjangku dan tentunya dengan tubuh telanjangnya. Kupejamkan mataku kembali, kurasakan bibirnya semakin dalam mengulum dedek arya. memang masih terasa sedikit sakit ketika dian mengulum tapi tak sesakit diawal. Ah, pelan tapi pasti aku sudah bisa menikmatinya, sudah sangat terasa kalau dian sekarang sudah mulai bisa melakukannya. Ugh, terasa kini kulumannya memompa dedek arya. kubuka mataku, kulihat dian sedang mencoba memuaskan dedek arya. perasaanku, nafsuku semakin terbakar melihat pemandangan itu. situasi yang sangat berbeda, membuatku terasa seperti berada dihamparan taman bunga.
Ade... uh... enak... enak banget... ugh... mas... mau keluar... mas ughh... adeeeee racauku
Refleks tanganku memegang kepalanya dan menahan kepalanya untuk tidak lepas dari dedek arya. dan crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot... spermaku keluar. Aku yang tersadar langsung melepaskan kedua tanganku dari kepala dian. aku merasa bersalah, dian mencabut kulumannya dan memandangku dengan senyum, spermaku meleleh keluar dari sela-sela mulut dian. ku elus kepalanya perlahan, ketika tanganku mencoba mengelap sperma dimulutnya, tangan dian meahan. Dian kemudian banngkit dan menuju kamar mandi, kulihat tubuh telanjangnya berjalan. Aku tak menyangka akan sejauh ini dengannya. Setelah beberapa saat, dian keluar dari kamar mandi dan aku menghampirinya. Kupeluk tubuhnya...
terima kasih sayang... terima kasih cintaku... maaf jika sejauh ini ucapku
ade cinta mas... Cuma itu yang dian ucapkan kepadaku
mas juga cinta ade... jawabku
Kupandang wajah layunya, dan ku cium bibir indahnya...
iiih... mas kok masih bangun? Bukannya habis keluar langsung lemas sebuah pertanyaan dari seorang wanita dewasa yang seharusnya tak dilontarkannya. Apa dian benar-benar polos mengenai hal ini?
ini tipe fighter, kalau lawan belum pingsan dia ndak akan lemas candaku
eh... aaaaaaaaa... ucapnya sambil menutup wajahnya, dan kemudian dijatuhkan ke dadaku
lho kenapa? ucapku, aku bingung melihat dian, ku dorong kedua pundaknya dengan tanganku agar aku bisa melihat
ade ngebayangin kalau... aaaaa... ucapnya langsung menjatuhkan kembali wajahnya yang tertutup tangannya ke dadaku, dan aku tahu maksudnya.
yeee kan masih lama, yuk bobo... ucapku, dian mengangguk dan mengiyakan
Dian membuka wajahnya, memandangku sejenak dan mengecup bibirku. Langsung dia berjalan menuju ke kamar dan berbaring, senyumnya selalu terlukis di wajanya. Kupandangi sejenak dian yang berbaring di atas tempat tidur, kupandangi seluruh tubuh indah itu. ah, benar-benar sempurna bagiku bahkan jika dibandingkan dengan mmm selama aku bertualang sangat berbeda. natural dan murni indahnya. Susunya yang menurutku paling besar dari yang pernah aku lihat. Kulitnya putih bersih, dan tubuhnya yang membentuk memperlihatkan keseksiannya. Kudeati tubuh yang tampak lelah tersebut dan dan kudekap dalam pelukanku. Kucium keningnya dan kutarik selimut untuk menutupi ketelanjangan kami berdua. Lelah malam menemani kami tertidur.
ini yang terhebat... ucap dedek arya
Kini kehidupanku bersama dian, wanita yang selama ini aku cari. Pagi menjelang, semuanya tampak indah, semuanya sudah tersedia hampir sama ketika aku berada dirumah. ketika makan bersama adalah momen yang indah bagiku dan juga memakan waktu yang lama, karena aku harus menyuapinya. Hari ini dian berangkat ke kampus dan aku berada dirumah. Menjadi seorang pengangguran dengan kekasih yang bekerja, enak kan? Iya enak sekarang tapi kalau terus begini, pasti didepak aku sama dian. emang nasi bisa dibeli dengan cinta, aku tetap dengan logikaku. Untuk saat ini aku menjalaninya dengan rasa sedikit sungkan karena semua kebutuhanku dicukupi oleh dian. uang saku? Hanya dari ibu dan itu pun ada di ATM, sedangkan uang hasil curian yang aku curi dari ayah masih ditempat yang aman.
Welcome to wherever you are this is your life (Bon Jovi). Ringtone. Anton
halo nton
bro, kabar buruk
heh, ada apa nton?
kemarin wanita yang bersama ayahmu, ternyata setelah aku tanyakan kembali ke anggotaku. Dia adalah ibumu
hah? (bukankah ibu seharusnya sudah berangkat liburan)
be benar itu ton?
iya, sebaiknya kamu hubungi ibu kamu dulu
okay
Segera aku tutup telepon dari anton, kulihat jam dinding menertawakanku semakin keras. Pukul 10.00 WIB, ah kenapa baru sekarang anton memberitahukan kepadaku. Kutelepon ibu namun hanya suara tut tut tut yang terdengar, tak ada jawaban. Aku semakin gelisah dengan keadaan ini, apalagi aku belum tahu maksud ibu kembali kerumah. Mungkinkah ayah akan menggunakan ibu sebagai pengganti rani da eri yang telah menghilang?ah, kenapa aku malah membuat posisi ibu semakin sulit seperti ini? bagaimana ini? kemana ayah membawa ibu pergi? Aku tidak tahu, aku harus keluar, harus mencarinya. Segera aku bangkit dan masuk kedalam kamar ku ganti baju dan...
Centung. BBM masuk.
From : Ibu tercinta
Sssst... teleponnya nanti saja ya
Jangan balas!
Pokoknya tunggu kabar ibu :*
Dari ibu, dan membuatku semakin panik 7 keliling. Ingin aku membalasnya tapi ibu sudah mengatakan untuk tidak membalas pesannya. Taku jika aku menghubungi ibu, dan ayah tahu. Apakah mungkin? Argh! Aku tidak tahu, aku bingung. Aku menunggu dan menunggu, kucob telepon ibu tapi tetap hanya nada sambung yang aku dengar dari sematponku. Kurang lebih sudah dua jam ibu tidak memberi kabar, tapi mau bagaimana lagi aku hanya bisa menunggu. Dan tepat pukl 12:00, ibu meneleponku.
halo, Ibu kenapa sih kok malah sama ayah? Bahaya buuuuu
ndak nanya kabar ibu dulu nih?
ibu kok bisa satai begitu?
iya dong, kemarin ada yang ketinggalan lagi. Ibu telepon ayah untuk jemput, karena belum beli tiket ya berangkatnya hari ini sayang
lha terus sekarang?
ibu nunggu bis diterminal, ayahmu sudah pergi
huft beneran kan bu?
beneran sayangku, sudah kamu tenang saja dan sebentar ibu tutup dulu teleponnya, ibu mau kirim gambar
eh, kan ndak perlu ditutup bisa bu...
ibu sudah tua nak, gimana caranya? Kamu mau mendikte ibu pelan-pelan? Malah lama lho, mending tutup dulu, ibu bisanya ditutup dulu, maklum jamannya ibu belum ada kaya gini
Iya bu iya
Setelah telepon ditutup selang beberapa lama sebuah gambar terkirim. gambar tersebut adalah gambar sematpon ayah yang di ambil gambar oleh ibu. Gambar tersebut menunjukan lokasi dimana pertemuan akan dilagsungkan, segera gambar tersebut aku kirimkan ke anton. Belum ada balasan dari anton, ibu kemudian menelepon kembali.
Ibu kok bisa dapat informasi itu?
Ya bisa dong sayang, kan kamu tahu sendiri... coba diingat dulu waktu diatas kasur, ayahmu dikasih apa coba?
Obat tidur bu?
Heem...
fyuuuuuh...
Kok lega banget kayaknya? Ada apa?
berarti ibu ndak ngapa-ngapain kan sama ayah?
Ndak sayang... sayang bisnya sudah datang, ini ibu mau menyusul mereka dulu ya
Kok Ibu di terminal? Bukannya naik pesawat atau kereta bu?
iya tadinya juga ibu mau naik pesawat atau kereta api, tapi ibu milih naik bis saja. walaupun telat kan ndak masalah sayang, yang penting sampai ditujuan kan? Dan yang jelas, ayahmu tidak tahu kemana ibu pergi, benar kan?
iya deh percaya sama ibu, ibu hati-hati ya?
Iya sayang, kamu juga hati-hati, muach
muach juga ibuku sayang
Terakhir diubah: