Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Bimabet
Aku melepas pelukannya dan mengangguk pelan kearahnya. Aku hanya duduuk di sofa menunggu dian mengambil makan siang di mobil. Dian, kemudian masuk membawakan makan siang dan kami makan bersama. seperti biasa dian selalu minta disuapi setiap makan, ah benar-benar wanita ini tidak membuatku bisa berkonsentrasi makan. Setiap berada di dalam rumah dian selalu melepas semua pakaiannya dan meninggalkan tank-top beserta celana dalam tipis. Menyuapi penuh dengan pemandangan erotis bagiku hari ini, mataku tak pernah luput untuk melirik dada dan selangkangan dian. sebenarnya dian juga tahu kelakuan mataku, terkadang daguku diangkatnya dan dian tersenyum manis kepadaku. ah, godaan.... bertahan arya bertahaaaaan...

“Masih pegal ndak?” ucapnya bangkit sambil mengambil piring

“sedikit” ucapku meinum es teh buatannya

“nanti malam aku pijitin, tapi nanti malam ya” ucapnya sambil berlalu menuju dapur.

“kenapa harus nanti malam?” tanyaku selepas dian kembali dari dapur

“ya... mmmm.... egh....” ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya disampingku yang berada disofa, kepalanya langsung rebah dipahaku. Diraihnya bantak kecil dan dipeluknya.

“dielus-elus...” ucapnya, sudah ketahuan kalau dia ingin bermanja-manjaan hari ini

“yang mana?” godaku

“terserah, pokoknya pengen bobo dipangkuanmu” ucapnya

“terus masmu yang jelek ini bobo dimana? Kan lagi sakit” ucapku

“yeee... sakit kan karena perbuatan sendiri weeeeek...” ucapnya

“iyaa... iya, dah bobo dulu, kelihatan capek wajah kamu yang” ucapku

Ah, dian memejamkan matanya. Terlihat sangat cantik, apapun yang dian lakukan dihadapanku selalu terlihat cantik. Entah bangun tidur, entah habis mandi, entahlah pokoknya apapun yang ada pada dirinya selalu terlihat indah dimataku. Sifatnya yang kadang manja membuatku seakan menjadi seorang lelaki yang lebih dewasa darinya yang harus memnuhi semua keinginannya, memberitahukan kepada dia mana yang salah dan mana yang benar. Ya, itu terjadi ketika dia bermanja-manjaan kepadaku tapi ketika dia memanggilku dengan sebuta kamu-aku terlihat sekali dia mencoba mengajakku untuk menjadi temannya, sahabatnya yang bisa saling berbagi satu sama lain. Berbeda lagi ketika dia menjadi seorang dosen di kampus, penuh dengan kewibawaan terhadap seorang mahasiswa. Memberikan masukan dan memberikan nasehat kepadaku. Ah, apa mungkin itu dia sengaja melakukan hal itu semua agar aku bisa mulai berpikir dewasa? Ya, dilihat dari manapun aku tampak masih seperti anak kecil, seorang bocah yang masih labil emosinya.

“aku tadi ketemu felix...” ucapnya dengan mata terpejam

“ouwh...” jawabku dengan perasaan sedikit terbakar

“ketemuan?” lanjutku sambil mengelus kepalanya

“tidak, tadi dia ke ruangku pas lagi ngobrol sama erna” jawabnya

“dia kan sudah punya pacar...” jawabku

“iya, aku sudah tahu...” ucapnya

“terus kenapa dia datang ketempatmu?” selidikku

“Cuma main pengen ketemu sama teman-teman dosen, katanya...” jawabnya masih terpejam dan memeluk bantal kecil

“eh... terus?” selidikku

“kenapa? cemburu?” jawabnya

“eh, ya ndak gitu kan aku Cuma nanya saja” jawabku mengelak

“nanya apa cemburu? Kok nadanya seperti itu?” balasnya

“iya, aku cemburu...” jawabku tegas

“terus kalau cemburu mau ngapain?” ucapnya dengan wajah datar, matanya masih terpejam

“tergantung dia ngapain sama kamu” balasku

“kalau semisal dia ngajak pergi aku, terus ngajak makan siang bagaimana?” ucapnya membuatku semakin panas

“kok kamu gitu? Kenapa ndak ngabari aku tadi?” jawabku dengan nada sedikit marah dan membuatku menghentikan elusan pada kepalanya

“aku kan bilang semisal yang, elus lagi...” jawabnya

“aku hajar dia...” jawabku santai tanpa melanjutkan mengelus kepalanya. Matanya terbuka dan membalikan tubuhnya memandang ke atas, ke arah wajahku. Diraihnya tanganku untuk mengelus kepalanya kembali, dengan sedikit malas aku mengelus kepalanya lagi

“hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah memperparahnya. Kenapa kamu tidak mengatakan kepadaku untuk tidak jalan dengan cowok lain atau menasehtiku. Kamu laki-lakiku seharusnya kamu bisa menjawab dengan kelaki-lakianmu, itu semua hanya permisalan namun kamu sudah menaikan emosi kamu sendiri.... elus lagi” jelasnya santai dan kemudian memiringkan tubuhnya kembali dan memeluk guling.

Aku terdiam sejenak, memang aku terlalu berburuk sangka padahal itu sebenarnya hanya sebuah permisalan. Permisalan yang dibuat dian adalah permisalan yang belum terjadi, dan aku yakin tidak akan terjadi. Tanganku berhenti sejenak diatas kepalanya dan kupadanngi wajahnya yang sedikit ngambek karena jawabanku.

“maaf...” jawabku pelan dan mulai megelus kepalanya lagi

“kamu laki-lakiku, dan jika hal itu terjadi... dan kamu mengetahuinya dengan mata kepalamu sendiri, apakah benar dengan datang ke tempat makan dan menggebrak meja lalu menghajar felix ditempat itu? apa kamu mau menjadi seorang lucas?” mendengar jawaban itu aku terdiam

“atau jika seandainya kamu mengetahui hal itu dari teman kamu atau mengetahuinya dariku atau mengetahuinya dari pesan singkat di sematponku... apakah kamu akan mendatangi felix atau mungkin memarahiku semarah-marahnya dan lalu mendatangi felix lalu menghajarnya?” jelasnya

“kenapa diam?” lanjutnya bertanya kepadaku

“maaf mungkin aku tadi menjawab dengan emosi, padahal itu hanya sebuah permisalan...” jawabku datar

“permisalan atau bukan, itu menandakan personal kamu. permisalan atau bukan itu semuanya bisa terjadi. Permisalan atau bukan, kamu adalah lelakiku... aku tidak ingin kamu menjadi sangat arogan dalam kehidupamu ketika bersamaku” jelasnya

“apa cinta akan selalu membuatmu buta akan sebuah pertanyaan? Cobalah bertanya, bukan maksudku untuk meminta kebebasan dari kamu ketika diluar sana tapi cobalah untuk menggunakan logikamu dan berpikir. Berprasangkalah sebaik mungkin terhadap seseorang sebelum kamu menemukan bukti yang konkrit, bukankah selama ini kamu juga melakukannya?.... Ayahmu...” jelasnya, aku semakin terdiam tanpa menggerakan tanganku. Kata-katanya seakan menamparku, ingin rasanya marah ketika dia berbicara seperti itu. tapi memang bear, selama ini aku tidak menyukai ayah sebelumnya tapi setelah semua bukti aku dapatkan aku baru mulai tidak menyukainya.

“kamu adalah lelakiku, selamanya menjadi lelakiku... aku ingin kamu menjadi pemilik rumah ini bersamaku, saling melegkapi dan saling berbagi. Marah adalah hal yang biasa, selam kita mencoba untuk bertanya dan menghargai jawaban dari masing-masing. Jika memang ada yang salah, kita perbaiki bersama, tap ingat...” ucapnya

“eh...” aku sedikit terkejut mendengar perkataan dian yang mengeras ketika mengatakan kata “tapi ingat”. Matanya terbuka dan melihat kesamping tanpa melihatku

“jika kamu melakukan satu kesalahan saja dengan bermain dengan wanita lain. Aku tidak akan membalas perbuatanmu, hanya akan mengakhiri hidupku didepanmu...” jelasnya

“mungkin aku bocah sampai sekarangpun aku masih bocah. Bahkan kamu sendiri pernah bilang aku masih seperti bocah... he he he” jawabku, dian berbalik memandangku

“kenapa kamu malah tertawa?” tanyanya

“karena aku sudah kehabisan kata-kata jika melawanmu. Maafkan atas jawabanku, dan jika semua permisalan yang kamu buat benar-benar terjadi ketika kita sudah bersama... aku akan melakukan apa yang kamu lakukan jika aku melakukan perbuatan bodoh” ucapku

Mata kami saling berpandangan, tak ada kata-kata terucap...

“jadilah lelakiku selamanya, jadilah pemimpinku... aku sangat mencintaimu...” ucapnya lirih

“dan kamu juga, jadilah wanitaku, jadilah ratu dalam kehidupanku... aku juga sangat mencintaimu” ucapku membalas

Tubuhku ditariknya lembut dengan tangan kanannya, membungkuk dan bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Lembut tanpa perkataan apapun, mungkin setelah ini aku memang harus lebih hati-hati dalam mengendalikan emosiku, mengendalikan perkataanku. Karena lawanku adalah seorang dosen yang selalu mengerti krakteristik dari mahasiswanya. Dia tahu semua tentang aku, sedangkan aku masih buram tentang dirinya. Yang aku tahu dian sangat mencintaiku, begitu pula aku. Dengan manja dian memintaku untuk kembali mengelus kepalanya hingga dia tertidur. nafasnya menjadi sangat teratur seketika itu, kulihat wajahnya tampak lelah. Punggungku rebah ke sandaran sofa dan ikut tertidur bersamanya dengan wanita yang aku cintai berada dipangkuanku.

Malam harinya, makan bersama seperti biasa dan berbincang selama aku menyuapinya.

“bagaimana kamu tahu aku terluka?” ucapku

“Felix... nyam nyam nyam” jawabnya datar

“berarti benar dia datang ke ruanganmu?” ucapku dan dia mengangguk

“dia datang mampir ke ruanganku, karena memang selama ini ada keperluan ke luar kota. Ya hanya say hai saja, tapi setelahnya dia cerita kalau tadi ketemu sama mahasiswa bimbinganku” ucapnya setelah menelan makan

“Iya tadi aku ketemu sama pak felix di auditorium setelah dihajar habis” ucapku

“besok hati-hati yah nyam nyam nyam air air hug...” jawabnya

“makanya kalau mau ngomong ditelan dulu” ucapku

“glek glek glek... aaaah... yang ngajak ngomong siapa tadi?” protesnya

“iya, maaf... huh dasar bu dosen” ucapku

“apa? Dosen apa? Judes? Gitu?” ucapnya

“eh eh eh ada pesawat terbang diluar” ucapku yang berdiri dan menuju tempat cucian

“iiih dasar cowok nyebelin” ucapnya sambil bersedekap dan membuang muka

“ck ck ck ck...” aku menggelengkan kepala sambil memandangnya

“apa?!” bentaknya

“walau muka dibuang, tapi tetap saja kelihatan... mmm...” ucapku yang kuhentikan

“kelihatan apa?” jawabnya

“jelek weeeeeeeeeeeeeeek....” jawabku sembari lari ke arah ruang TV

“ARYAAAAAAAA JELEEEEEEEEEEEEK!” teriaknya sambil mengejarku

Ah, Dian, dian kamu membuat hari-hariku semakin indah bersamamu. Sikapmu membuatku semakin tunduk kepada hatimu. Seandainya dari dulu aku tahu bahwa kamu cewek SMA itu, mungkin aku akan mendatangimu dan mengatakan cintaku terlebih dahulu. Tapi semua berjalan sesuai dengan jalannya aku menemukanmu setelah aku bertualang...

....

“dipijit punggungnya?” ucapnya yang kini berada diatas punggungku

Aku tengkurap di atas sepring bed kamar dian. dian duduk diatasku dan memijit punggungku

“he’em... enak ya dipijit ade” ucapnya

“iiih... nyebelin, ade ndak pernah dipijit sama mas” ucapnya

“kan dielus-elus tiap malam, sampe tidur lagi” jawabku

“iya iyaaaa... dasar cowok ganteng...” balasnya, sambil mengucek-ucek rambutku. Sebenarnya hanya menakan punggungku saja dengan jari-jarinya, sudah cukup membuatku rileks. Ya, hanya itu yang dilakukan dian kadang pula tanganku dipijatnya, hmmm enak benar punya cewek dian.

“diginiin enak ndak...” ucapnya

“eh... he’em... he he he” hanya itu yang bisa aku ucapkan ketika dian menyentuhkan susunya kepunggungku, beberapa kali dian juga mencium tengkuk leherku

“He’em... apanyah?” bisiknya di telingaku, aliran nafasnya membuat darahku berdesir

“pijatanyah yang...” jawabku

“yang mana?” balasnya lagi

“dipunggung yang...”jawabku dengan nada tertahan

“enak dipijit pake itu ya yang?” ucapnya

“he’emhhh...” balasku

“he’em apanya yang? Dipijit pakai apa sih yang kok keenakan kaya gitu?” godanya

“pakai itunya ade” balasku sekenanya

“itu apa? Yang jelas dong...” jawabnya

“payudara ade...” ucapku lantang

“payudara itu apaan sih yang?” godanya

“suh...susu...” jawabku tertahan karena tubuhku ditekan kebawah oleh tubuhnya

“iiih mahasiswaku jorok deh...” balasnya

“dosennyah yang mulaihhh ufthhh... ade bangun, mas ndak bisa nafas nih...” ucapku, dan diang bangun duduk disebelah tubuhku, aku membalikan tubuhku dan memandangnya sebentar

“makasih adeku sayang, yuk bobo saja...” ucapku

“dieluussss tapi...” jawabnya manja

Kami berbaring bersampingan, tubuhku menghadap ketubuhnya begitu pula tubuh dian miring menghadapku. Wajah kami berpandangan sejenak dan kucium bibirnya perlahan. Nafas kami kembali bersatu, tangannya meraih tanganku dan diarahkannya ke susunya. tubuhnya masih berbalut dengan tank-top dan celana dalam tanpa bra. Kuelus lembut susu dian, matanya terpejam. Tangan dian mulai bergerak menuju ke dedek arya yang berbalutkan celana dalam. Dielus dedek arya dari bawah ke atas, dan ugh... membuatku sedikit mendesah. Elusan lembutku kembali mengelus susu dian, kuarahkan tanganku ke puting dian yang aku rasakan menonjol dan kumainkan dengan jari tanganku.


“mas... emmmmhhhh... erghhh.... masssshhhhh....” desahnya,

Reflek tubuh dian bergerak ketika aku memainkan putingnya, dian bearing dan menghadap keatas. Tangannya menarik tubuhku, walau sebenarnya tidak ditarikpun aku tetap bergerak ke atas dian. ku posisikan mengangkangi dian, tangannya masih mengelus-elus dedek arya yang sudah tegang tanpa syarat. Ciuman kami masih beradu dengan lembut, tanganku masih bergreliya dan memainkan kedua puting dian. desahannya semakin terdengar walau bibirya tertutup oleh bibirku. Matanya terbuka, wajahnya berubah merah ketika melihatku memandangnya. Permainan tanganku semakin menjadi-jadi dan remasan-remasan lembut disusunya serta permainan jariku di puting susunya. pikiranku masih bisa aku kontrol, kutarik bibirku dan kukecup keningnya.

“Bobo yuk dah malam” ucapku sambil menggeser tubuhku kesamping kanannya, tapi dian menggelengkan kepala lalu ditariknya kepalaku, kami kembali melumat bibir

“bukain tank-top ade...” ucapnya lirih disela-sela kami berciuman

Lepas ciuman kami, dia duduk didepanku yang kini duduk dan aku tarik tank-topnya hingga terlepas dian kini hanya memakai celana dalam. Kepalanya menoleh kebelakang, wajahnya semakin memerah bibirnya kusambut dengan bibirku. Tanganku mulai memainkan susu dan puitngnya kembali. Tangan dian menelusup masuk diantar tubuh kami, mengelus dan kadang meremas dedek arya. suasana semakin panas, aku terbawa oleh nafsuku sendiri. tangan kananku perlahan mengelus perutnya yang ramping dan semakin kebawah masuk ke dalam celana dalam dian. jariku langsung menjelajah mencari butiran kecil milik dian.

“Arghh.... mas emmmmhhh.... geli erghhhh.... mas... ade sayang mas.... mmmhhhh ade cinta masssshhh... erghhh....” desahnya

“mas juga sayang mmmmmmhhhhh slurpppp..... mas cinta sama adehhh mmmhhhh....” ucapku

Tangan dian kini bukan hanya meremas, namun sudah menarik dedek arya untuk keluar dari celana dalam walau sebagian dari dedek aryamasih tertutup oleh celana dalam. Tangan kiriku memainkan putingnya, bibirku melumat bibirnya sedangkan tangan kananku memainkan klitorisnya. Dian melepas ciumannya dan bersandar seluruhnya ketubuhku, tangannya melepas dedek arya. dian hanya bisa mendesah dan mendesah. Klitorisnya aku mainkan semakin menggila.

“mas... ugh... mmmmm.... ade rasanya mau... pipis, erghh... mas sudah mas... sudhhhhhahhhhhh mas... sudhhhhaaaahhhh... ade mau piphhhhhpis” ucapnya namun aku tidak menanggapinya

“wajah ade memerah.... cup....” ucapku sambil mengecup pipinya

“mashh.... mashh.... mashh sudhhhaaaah ade mau erghhhhh.... egh egh egh egh” ucapnya kemudian sedikit terasa cairan hangat dari vaginanya. Nafasnya tersengal dan pinggulnya sedikit terangkat keatas. Kupeluk perutnya dan kuciumi lehernya, menunggunya beristirahat sejenak. Tak kusangka dengan memainkan klitorisnya, dian bisa mencapai orgasmenya

“mashhh... ade sayang mashhh....” ucapnya berbalik ke arahku dan langsung menciumku

Ditariknya tubuhku dan kini aku berada diatasnya. Ketika tubuhku berada diatasnya aku tahan dengan kedua tangan dan lututku. Tiba-tiba saja tangan dian menarik celana dalamku dan kini dedek arya mengagantung tegang diatas selangkangannya. Di remas, dan dielusnya.

“mas...” ucapnya dengan mata memandangku, aku tahu maksud arti dari pandangan itu tapi argh....

“be beneran de?” ucapku dan diajawabnya dengan anggukan

Aku turun dari tubuh dian, dian menarik celana dalamnya sendiri hingga kini dian telanjang oval dihadapanku. Kuposisikan tubuhku diantara pahanya yang terbuka. Kupandang sejenak dian dengan wajahnya yang memerah, dian tersenyum manja, argh entah manja atau malu... aku tidak tahu. Aku membungkuku dan kucium dian, kupastikan sekali lagi dan jawaban dian masih sama. Aku kembali diposisiku dan kuarahkan dedek arya ke dalam liang vaginanya yang masih tampak bersih. Kumainkan sejenak klitoris dian, kedua tangan dian menutupi wajahnya. kuarahkan kepala dedek arya, ketika tepat di pintu vaginanya aku membungkuk dan kutarik tangan dian agar memandangku. Sedikit kudorong...

“arghh... pelan masshhh sakiiiiiiiiiiittthhh sakiiiiit mas sakiiiiiittt.... sakiit bangettthhh” rintihnya, aku berhenti, baru juga kepala masuk. Tiba-tiba terdengar tangis dian...

“hiks sakit banget mas hiks hiks hiks...” ucapnya, Aku yang kebingungan melihat kejadian ini seketika itu pula rasa ibaku muncul, logikaku kembali menguasaiku. Segera kucabut, aku duduk disamping dian dan kukecup keningnya.

“sudah ade, bobo saja yuk...” ajakku dengan senyum kepadanya

“tapi... maafin ade, tadi beneran sakit banget...hiks” tangisnya

“iya, mas minta maaf tadi kelewatan... bobo aja yuk” ajakku kembali

“tapi mas, hiks mas ndak papa?... “ ucapnya, aku hanya mengangguk penuh senyum walaupun sedikit perasaan kentang didalam otakku

“ngomong sama ade, ade harus ngapain biar mas... tapi kalau diituin lagi hiks ade belum siap, tadi sakit banget hiks... punya mas sih gede banget...” ucapnya

“kok tahu gede banget, hayo...” godaku

“eh itu iiiih... hiks hiks... ya pernah lihat, erna pernah lihatin video di sematponnya” ucapnya sedikit terkejut. Ah, bu erna ternyata dia juga suka nonton seperti itu pantas saja waktu itu sempat menggodaku

“ya sudah, bobo saja mas ndak papa kok, yuk...” ajakkku

“ndak mauuuuu... ade harus ngapain, tapi kalau itu...” ucapnya diakhiri dengan gelengan kepala

“ya... itu aduh... ndak usah saja, bobo saja...” rayuku

“ade mau mati saja...” balasny sambil membalikan tubuhnya, membelakangiku

“ayo dong jangan ngambek, sayang...” rayuku, aneh juga rasanya, aku yang kentang kenapa dia yang malah marah?

“ade mau mati saja besok hiks” ucapnya

“ya sudah... mmm... dikocokin aja dek tapi jangan kasar, yah... “ rayuku, dian langsung berbalik dan duduk dihadapanku.

Diciumnya bibirku dan tangannya mulai meraih batang dedek arya. aku kemudian menggeser dudukku dan bersandar, kedua pahaku terbuka dan dian diantara keduanya. Tubuhnya telanjang, susunya yang sekal masih ranum ndak turun sedikitpun, dan itu ough... bulu-bulu halusnya, aku pengen ngiler. Dian mengocoknya dengan lembut, aku angkat tubuhku dan kudekati wajahnya. Kuangkat dagunya, Kucium bibirnya sekali lagi, kurasakan tangnnya masih mengocok lembut dedek arya.

“mas...”desahnya

“hmmm....” ucapku

“besar banget... apa semua laki-laki besarnya seperti ini?” ucapnya polos

“lha kan ade sudah pernah lihat di video?” ucapku

“eh... kan ade langsung tutup wajah waktu itu, tapi ya lihat sedikit...” jawabnya

“hiiii.... he he he... beda-beda adeku ughhhh sudah de...” ucapku

“eh kenapa mas? Sakit? Maaf... maafin ade mas” ucapnya

“iya,ugh... “ ucapku sambil meniup-niup dedek arya

“maafin ade, ndak tahu harus gimana hiks...” ucapnya dengan tangis lagi

“sudah jangan nangis, dah ndak papa, mungkin karena keset jadinya sakit... punya lotion?” ucapku, dian mengangguk

“kalau minyak zaitun gimana? Ade punya...” tawarnya

“ya dikasih itu saja biar mas ndak terasa sakit” ucapku, sekejap dian mengambil minyak zaitun , setelahnya kulumuri tangannya dengan minyak itu. kuarahkan kembali tangannya untuk mengocok dedek arya.

Dian mulai kembali mengocok dedek arya, argh... kocokan belum pernah membuatku keluar kecuali dengan variasi bibir dan susu. Lama sekali dian mengocok dedek arya, tapi dedek arya bukannya semakin menegang tapi malah semakin layu perlahan tertunduk lemas. Kupegang tangan dian yang mengocok dedek arya, tapi pandanganku tidak benar-benar memandangnya tapi memandang yang lain.

“Sudah bobok yuk” ajakku, tapi wajahnya malah bertambah sedih, air matanya keluar perlahan. Aku jadi bingung, hufth... aku kecup keningnya.

“Sudah kapan-kapan lagi sayang, mas ndak papa beneran selama mas sama ade, mas akan menunggu momen terindah kita, okay?” ucapku

“hiks... mas bobo... cepetan!” ucapnya dengan setengah menjerit

Melihat wajahnya yang serius aku kemudian memundurkan tubuhku, tidak beraring namun kembali bersandar. Tangan kiri dian mengusap air matanya, perlahan dian mulai menggerakan tangannya, kucoba meresapi setiap gerakan tangnnya. Kupejamkan mata ini membayangkan dian sedang menggoyang pinggulnya dengan tubuhnya yang putih nan indah itu. namun...

“ouchh.... arghhh... ade sudah” ucapku sedikit berteriak. Tak menyangka dian akan mengulum kemaluanku, dian terkejut dan melepaskan kulumannya

“kok ade kulum? Tadi sakit mungkin kena gigi ade” ucapku

“eh... maaf mas, ade Cuma mau nyoba saja. jangan marah... ade sudah bingung” ucapnya, matanya tampak berkaca-kaca

“eh... sudah bobo saja, besok masih ada waktu. Besok ade kan berangkat ke kampus ini sudah malam” ucapku, namun dian menggelengkan kepalanya

“ajari...” ucapnya dengan wajah yang hampir mewek. Ah, sial kalau begini aku kelihatan sekali seperti pemain yang ulung

“beneran?” ucapku, dian mengangguk

“hufth... pakai feeling ade saja yang penting jangan kena gigi, pelan-pelan saja” ucapku dan dian mengangguk

“mas rebahan lagi, tutup matanya... ade malu...” ucapnya manja. Aku turuti kemauannya dan kembali rebah sembari menutup mataku

Perlahan aku rasakan , bibir dian mulai menyentuh kepala dedek arya. sedikit aku buka mataku dan kulihat bibir dian secara perlahan melumat dan mengulum kepala dedek arya terlebih dahulu. Sensasi yang luar biasa, dosenku yang dulu judesnya minta ampun sekarang sudah berada ditengah-tengah paha telanjangku dan tentunya dengan tubuh telanjangnya. Kupejamkan mataku kembali, kurasakan bibirnya semakin dalam mengulum dedek arya. memang masih terasa sedikit sakit ketika dian mengulum tapi tak sesakit diawal. Ah, pelan tapi pasti aku sudah bisa menikmatinya, sudah sangat terasa kalau dian sekarang sudah mulai bisa melakukannya. Ugh, terasa kini kulumannya memompa dedek arya. kubuka mataku, kulihat dian sedang mencoba memuaskan dedek arya. perasaanku, nafsuku semakin terbakar melihat pemandangan itu. situasi yang sangat berbeda, membuatku terasa seperti berada dihamparan taman bunga.

“Ade... uh... enak... enak banget... ugh... mas... mau keluar... mas ughh... adeeeee” racauku

Refleks tanganku memegang kepalanya dan menahan kepalanya untuk tidak lepas dari dedek arya. dan crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot... spermaku keluar. Aku yang tersadar langsung melepaskan kedua tanganku dari kepala dian. aku merasa bersalah, dian mencabut kulumannya dan memandangku dengan senyum, spermaku meleleh keluar dari sela-sela mulut dian. ku elus kepalanya perlahan, ketika tanganku mencoba mengelap sperma dimulutnya, tangan dian meahan. Dian kemudian banngkit dan menuju kamar mandi, kulihat tubuh telanjangnya berjalan. Aku tak menyangka akan sejauh ini dengannya. Setelah beberapa saat, dian keluar dari kamar mandi dan aku menghampirinya. Kupeluk tubuhnya...

“terima kasih sayang... terima kasih cintaku... maaf jika sejauh ini” ucapku

“ade cinta mas...” Cuma itu yang dian ucapkan kepadaku

“mas juga cinta ade...” jawabku

Kupandang wajah layunya, dan ku cium bibir indahnya...

“iiih... mas kok masih bangun? Bukannya habis keluar langsung lemas” sebuah pertanyaan dari seorang wanita dewasa yang seharusnya tak dilontarkannya. Apa dian benar-benar polos mengenai hal ini?

“ini tipe fighter, kalau lawan belum pingsan dia ndak akan lemas” candaku

“eh... aaaaaaaaa...” ucapnya sambil menutup wajahnya, dan kemudian dijatuhkan ke dadaku

“lho kenapa?” ucapku, aku bingung melihat dian, ku dorong kedua pundaknya dengan tanganku agar aku bisa melihat

“ade ngebayangin kalau... aaaaa...” ucapnya langsung menjatuhkan kembali wajahnya yang tertutup tangannya ke dadaku, dan aku tahu maksudnya.

“yeee kan masih lama, yuk bobo...” ucapku, dian mengangguk dan mengiyakan

Dian membuka wajahnya, memandangku sejenak dan mengecup bibirku. Langsung dia berjalan menuju ke kamar dan berbaring, senyumnya selalu terlukis di wajanya. Kupandangi sejenak dian yang berbaring di atas tempat tidur, kupandangi seluruh tubuh indah itu. ah, benar-benar sempurna bagiku bahkan jika dibandingkan dengan mmm selama aku bertualang sangat berbeda. natural dan murni indahnya. Susunya yang menurutku paling besar dari yang pernah aku lihat. Kulitnya putih bersih, dan tubuhnya yang membentuk memperlihatkan keseksiannya. Kudeati tubuh yang tampak lelah tersebut dan dan kudekap dalam pelukanku. Kucium keningnya dan kutarik selimut untuk menutupi ketelanjangan kami berdua. Lelah malam menemani kami tertidur.

“ini yang terhebat...” ucap dedek arya

Kini kehidupanku bersama dian, wanita yang selama ini aku cari. Pagi menjelang, semuanya tampak indah, semuanya sudah tersedia hampir sama ketika aku berada dirumah. ketika makan bersama adalah momen yang indah bagiku dan juga memakan waktu yang lama, karena aku harus menyuapinya. Hari ini dian berangkat ke kampus dan aku berada dirumah. Menjadi seorang pengangguran dengan kekasih yang bekerja, enak kan? Iya enak sekarang tapi kalau terus begini, pasti didepak aku sama dian. emang nasi bisa dibeli dengan cinta, aku tetap dengan logikaku. Untuk saat ini aku menjalaninya dengan rasa sedikit sungkan karena semua kebutuhanku dicukupi oleh dian. uang saku? Hanya dari ibu dan itu pun ada di ATM, sedangkan uang hasil curian yang aku curi dari ayah masih ditempat yang aman.

Welcome to wherever you are this is your life (Bon Jovi). Ringtone. Anton

“halo nton”

“bro, kabar buruk”

“heh, ada apa nton?”

“kemarin wanita yang bersama ayahmu, ternyata setelah aku tanyakan kembali ke anggotaku. Dia adalah ibumu”

“hah?” (bukankah ibu seharusnya sudah berangkat liburan)

“be benar itu ton?”

“iya, sebaiknya kamu hubungi ibu kamu dulu”

“okay”

Segera aku tutup telepon dari anton, kulihat jam dinding menertawakanku semakin keras. Pukul 10.00 WIB, ah kenapa baru sekarang anton memberitahukan kepadaku. Kutelepon ibu namun hanya suara tut tut tut yang terdengar, tak ada jawaban. Aku semakin gelisah dengan keadaan ini, apalagi aku belum tahu maksud ibu kembali kerumah. Mungkinkah ayah akan menggunakan ibu sebagai pengganti rani da eri yang telah menghilang?ah, kenapa aku malah membuat posisi ibu semakin sulit seperti ini? bagaimana ini? kemana ayah membawa ibu pergi? Aku tidak tahu, aku harus keluar, harus mencarinya. Segera aku bangkit dan masuk kedalam kamar ku ganti baju dan...

Centung. BBM masuk.

From : Ibu tercinta
Sssst... teleponnya nanti saja ya
Jangan balas!
Pokoknya tunggu kabar ibu :*

Dari ibu, dan membuatku semakin panik 7 keliling. Ingin aku membalasnya tapi ibu sudah mengatakan untuk tidak membalas pesannya. Taku jika aku menghubungi ibu, dan ayah tahu. Apakah mungkin? Argh! Aku tidak tahu, aku bingung. Aku menunggu dan menunggu, kucob telepon ibu tapi tetap hanya nada sambung yang aku dengar dari sematponku. Kurang lebih sudah dua jam ibu tidak memberi kabar, tapi mau bagaimana lagi aku hanya bisa menunggu. Dan tepat pukl 12:00, ibu meneleponku.

“halo, Ibu kenapa sih kok malah sama ayah? Bahaya buuuuu”

“ndak nanya kabar ibu dulu nih?”

“ibu kok bisa satai begitu?”

“iya dong, kemarin ada yang ketinggalan lagi. Ibu telepon ayah untuk jemput, karena belum beli tiket ya berangkatnya hari ini sayang”

“lha terus sekarang?”

“ibu nunggu bis diterminal, ayahmu sudah pergi”

“huft beneran kan bu?”

“beneran sayangku, sudah kamu tenang saja dan sebentar ibu tutup dulu teleponnya, ibu mau kirim gambar”

“eh, kan ndak perlu ditutup bisa bu...”

“ibu sudah tua nak, gimana caranya? Kamu mau mendikte ibu pelan-pelan? Malah lama lho, mending tutup dulu, ibu bisanya ditutup dulu, maklum jamannya ibu belum ada kaya gini”

“Iya bu iya”

Setelah telepon ditutup selang beberapa lama sebuah gambar terkirim. gambar tersebut adalah gambar sematpon ayah yang di ambil gambar oleh ibu. Gambar tersebut menunjukan lokasi dimana pertemuan akan dilagsungkan, segera gambar tersebut aku kirimkan ke anton. Belum ada balasan dari anton, ibu kemudian menelepon kembali.

“Ibu kok bisa dapat informasi itu?”

“Ya bisa dong sayang, kan kamu tahu sendiri... coba diingat dulu waktu diatas kasur, ayahmu dikasih apa coba?”

“Obat tidur bu?”

“He’em...”

“fyuuuuuh...”

“Kok lega banget kayaknya? Ada apa?”

“berarti ibu ndak ngapa-ngapain kan sama ayah?”

“Ndak sayang... sayang bisnya sudah datang, ini ibu mau menyusul mereka dulu ya”

“Kok Ibu di terminal? Bukannya naik pesawat atau kereta bu?”

“iya tadinya juga ibu mau naik pesawat atau kereta api, tapi ibu milih naik bis saja. walaupun telat kan ndak masalah sayang, yang penting sampai ditujuan kan? Dan yang jelas, ayahmu tidak tahu kemana ibu pergi, benar kan?”

“iya deh percaya sama ibu, ibu hati-hati ya?”

“Iya sayang, kamu juga hati-hati, muach”

“muach juga ibuku sayang”
 
Terakhir diubah:
Telepon aku tutup, dan kemudian aku memutar kembali. Kulihat seorang pedagang sayur keliling masih menjajakan dagangannya. Ku beli beberapa bahan makanan dan sayuran untuk makan hari ini. yah, mungkin saja dian belum makan, lagipula aku sedikit mempunyai keahlian memasak yang aku dapatkan sari ibuku dan jug aibu wongso yang kadang mengajariku memasak. Aku kembali kerumah dian, melepas semua pakaian tempurku dan menuju ke dapur bersama dengan bahan makanan yang baru saja aku beli. Sembari meracik makanan, aku membuka sematponkku yang ternyata ada sebuah BBM dari dian. tampaknya dia sangat marah ketika aku hendak keluar dari rumah, ku foto diriku dan ku kirim ke BBMnya.

To : Dian "Angel" Rahmawati
Percayakan sekarang kalau ndak keluar-keluar?

From : Dian "Angel" Rahmawati
Iya percaya, oia mas ni ade lagi ada rapat
jadi kemungkinan langsung pulang
ndak mampir beli makan

To : Dian "Angel" Rahmawati
Sudah, tenang saja dirumah sudah ada kok

From : Dian "Angel" Rahmawati
Iya, terima kasih sayangku muach :*

To : Dian "Angel" Rahmawati
Aku dicium dosenku, aseeeeek...

From : Dian "Angel" Rahmawati
Maaf, salah emoticon :p

To : Dian "Angel" Rahmawati
Oh, gitu ya? jadi begitu ya?

From : Dian "Angel" Rahmawati
Ndak boleh marah,
Iya tadi emoticon cium buat mas :)

To : Dian "Angel" Rahmawati
Terima kasih :*
Met rapat

From : Dian "Angel" Rahmawati
:*

Segera aku memasak beberapa bahan makanan untuk menyambut kedatangan dian pulang kerumah. Setelah semua selesai aku kemudian berisitirahat sejenak dengan segelas teh hangat di pekarangan rumah. Menunggu adalah hal yang paling membosankan bagiku, apalagi harus menunggu kapan koplak bisa berkumpul lagi. Daripada pergerakanku dibaca oleh orang-orang yang kemarin menangkapku sebaiknya memang aku mengikuti apa kata anton. Terlebih diluar juga sangat berbahaya jika melihat semakin dekatnya waktu mereka berkumpul. Mandi, dan segera berganti baju karena mungkin dian sebentar lagi akan pulang, bisa berbahaya jika dian tahu aku merokok. Selesai mandi aku mendengar mobil datang dan aku tahu itu dian.

"Baru pulang sayang?" ucapku menyambutnya diruang tamu ketika dian masuk ke dalam rumah

"iya, tadi rapat jurusan lama banget yang" ucapnya dengan wajah sedikit jengkel

"kenapa?" ucapku mendekatinya

"kangen sama kamu" jawabnya sembari memelukku

"iiih... bu dosen kangen sama mahasiswanya ya?" godaku

"eng... iya bodoh, jelek" ucapnya dengan sedikit pukulan di dadaku

"yuk maem, sudah mas siapkan tuh" ucapku

"eh, he'em disuapin ya?" ucapnya, aku mengangguk. Aku berbalik dan meninggalkannya, tanganku ditariknya

"Ada apa?" ucapku

"penat... bukain bajunya...." ucapnya manja

"yeee... makan kok sambil buka-bukaan. Nanti malam sayangku" ucapku

"emooooh bukain!" paksanya penuh dengan kemanjaan

Aku mendekatinya dan kubuka blazernya, ku katakan kepadanya untuk tetap memakai baju beseta rok selututnya. Ku rayu dia agar mau, karena jujur saja aku kangen dengan dian yang selalu berada dihadapanku ketika aku bimbingan. Dengan senyuman indahnya, dian aku gandeng menuju ke dapur untuk makan bersama.

"Eh, mas masak sendiri?" ucapnya

"ndak, beli lah masa cowok masa sendiri" ucapku

"bohong, itu alat masak kenapa kotor semua hayo?" selidiknya

"he he he ketahuan, iya tadi masak, sebenarnya tadi sudah nekat mau keluar tapi anton menelepon untuk tetap stay sampai ada pemberitahuan selanjutnya" ucapku, kemudian aku menceritakan kepada dian juga mengenai ibu yang tiba-tiba bersama-sama ayahku dan bermalam bersama ayah dirumah. tapi untungnya ibu tidak kenapa-napa.

"jadi, mama tadi sama eee... ayahnya mas ya? kemarin?" ucap dian

"iya, tapi untunglah ndak papa, tadi sempat telepon ibu juga. Sekarang ibu sedang perjalanan menyusul keluarga yang lainnya" ucapku

"huft... ya udah ade maafin untuk yang keluar tadi, tapi awas kalau besok nekat lagi, huh! Cepetan suapi!" ancamnya

"iya, aaaaa...." ucapku, selang beberapa saat dian berhenti dan wajahnya kembali mewek

"lho kenapa?" ucapku penasaran

"kok enak banget, mas jahaaaaaaaaaaaaaaaaaaat! Eng eng eng" ucapnya sambil memukuli pundakku

"lho aduh... sudah, sudah, kenapa sih sayang... kan ndak papa kan?" belaku

"iya ndak papa, tapi masakan mas lebih enak dari ade, besok mas harus ajari ade..." ucapnya

"iya, iya ini juga belajar dari ibu sama ibunya wongso sayang" ucapku

"eng... ndak boleh lebih enak dari punya ade pokoknya... eng..." ucapnya sambil memberiku pukulan ringan di bahuku

"iya sayang, iya besok mas ajari deh, terus mas ndak masak lagi kecuali kalau ade lagi sibuk" ucapku sambil membetet hidungnya

Makan bersama dian, setelahnya aku bersantai bersama dian. Sore menjelang malam, setelah mandi kemudian nampak sekali wajah dian murung sekali, entah karena apa. Setelah semua bujuk rayuku, akhirnya dian mau mengatakannya.

"Ade, dapet mas...." ucapnya

"yaelah adeeeeeeee, kan ya ndak papa kan? Lha wong juga ndak dimasuki kok" ucapku santai

"tapi, kalau dapet kan ndak boleh diapa-apain?" ucapnya

"lha kan memang mas ndak ngapa-ngapain ade" ucapku santai

"ntar mas pengen enaknya sendiri, terus ade ndak diapa-apain gitu... iya kan?" ucapnya sambil membalikan tubuhnya. Kupeluk tubuhnya dari belakang.

"kita ndak usah ngapa-ngapain, yang penting bareng terus okay?" ucapku

Dian kemudian berbalik dan tersenyum kepadaku, kami berciuman. Kehidupanku setelah dian mengalami mendapatkan datang bulan sebenarnya tidak berubah seratu persen, aku masih bisa memeluk dan menciumnya walau tidak harus mengeluarkan spermaku keluar. Hari-hari kedepanya aku lalui dengan menjadi Lelaki Rumah Tangga, santai dan menunggu berita. Setiap hari aku selalu mendapat informasi baru mengenai keberadaan ayahku dari anton. Anton juga telah meneliti tempat berkumpulnya ayah dan komplotannya. Dian selalu menunjukan sikap manjanya yang selalu berlebihan ketika bersamaku dirumha, ya... terkadang juga dian selalu memperlihatkan bagaimana dewasanya dia ketimbang aku. Sudah tahukan bagaimana dia mempermainkan psikologisku ketika hanya memisalkan sesuatu hal sepele. Pakiannya tidak terbuka seperti sebelum-sebelumnya, ya tahu sediri kan lagi M tapi setelah M juga pakaian mengundang dedek arya bangun. Sudah tidak sungkan bagiku untuk menyentuh barang pribadinya, ya walaupun ada sedikit rasa... gimana ya menjelaskannya. Ah, dian... dian.... seandainya hari-hariku adalah kanvas putih yang sangat bersih mungkin dian adalah cat yang selalu mencoret-coret kanvasku. Suka sekali ketika aku bisa menggodanya hingga menangis jengkel, ya terkadang itu perlu kan? Walau sebenarnya hanya bercanda dan dian tahu itu tapi tetap saja wanita itu bisa menangis. Sehabis menangis? Biasalah harus dilayani bak ratu kerajaan.

Hingga pada pagi hari tepatnya H-2 sebelum kejadian, aku mendapatkan pesan dari anton agar malam ini kumpul bersama di warung wongso. Semua geng koplak akan ikut didalamnya. Di malam hari ketika aku hendak berkumpul dengan koplak.

"Ade, mas nanti malam mau keluar kumpul sama koplak, membahas untuk besok malam" ucapku ketika aku dan dian sedang santai bersantai bersama di depan ruang televisi

"eh, mas hati-hati besok mas..." ucapnya

"iya, sekarang mas keluar dulu ya..." ucapku tersenyum kepadanya

"he'eh... jangan lama-lama, kalau sudah selesai kabari ade..." ucapnya

"iya, adeku sayang..." ucapnya, aku peluk dia dan kukecup keningnya. Kami berpelukan lama sekali hingga kami terhanyut dalam kemesaraan ini.

Malam hari, aku berangkat menuju ke warung wongso dengan pacar lamaku, REVIA. Ku kendarai REVIA dengan cepat dan tangkas hingga aku sampai di warung wongso. Kami bertemu setelah sekian lama tidak pernah berkumpul, seperti merasa tidak pernah berkumpul puluhan tahun. berlebihan ya? begitulah koplak, apalagi semua dari koplak sudah memiliki pasangan masing-masing. Seperti dipenjara tapi juga dilayani didalam penjaranya, mungkin itu istilah yang tepat untuk koplak bukan suami-suami takut istri lho. Setelah semua berkumpul, kemudian kami yang sebelumnya berkumpul di depan rumah wongso mulai masuk ke dalam rumah.

Tampak anton sangat sibuk menyiapkan semua perlengkapan untuk menjelaskan kepada kami, sebuah proyektor yang dihubungkan dengan komputer lipatnya. Anton berdiri didepan kami, semua nampak terhenyak ketika anton menyapukan pandangan ke arah kami semua. Anton dengan tampang seriusnya menyuruh kami untuk diam dan mendengarkan apa yang akan dia katakan kepada kami semua. Tidak ada yang berani memotong perkataannya, karena wajahnya tampak sangat serius, lebih serius dari sebelum-sebelumnya. Menjadi sangat aneh ketika itu, tak ada canda tawa dari kami ketika berkumpul. Anton kemudian menjelaskan secara detail mengenai tempat atau lokasi berkumpulnya ayah beserta komplotannya.

Penjelasan dimulai dari foto yang dia peroleh dari tempatk perkara akan terjadi kejadian. Foto-foto memperlihatkan sebuah pemadangan gedung yang bisa dibilang tua tapi sebenarnya masih baru, menurut penjelasan anton itu adalah gedung yang baru selesai dibangun namun belum dihuni sama sekali. Dikelilingi oleh kebun-kebun singkong, ada pula pohon sengon yang tumbuh disitu. Tampak sekali lingkungan sekitar gedung masih rindang dengan tanaman-tanaman, yupz anton mengatakan kita akan masuk melewati kebun belakang gedung yang masih rimbun ini. Anton kemudian menjelaskan kepada kami, mengenai gedung yang terdiri dari 3 lantai, luas bangungan cukup luas. Dari penuturan anton ini hanya perkiraan karena ketika anton berada di lokasi, sudah ada beberapa orang yang berjaga-jaga ditempat itu. sehingga untuk masuk anton mengalami kesulitan, bahkan utnuk mengambil gambar anton hanya menggunakan sebuah kamera kecil yang berada didalam karungnya. Ya itulah mengapa gambar yang ditampilkan sedikit miring sana-mring sini.

"itu informasi lokasi yang bisa aku berikan kepada kalian dan ini desain dari gedung tersebut, aku kemarin meminta dari kontraktornya" ucap anton, yang kemudian duduk dan menyulut dunhill mild

"nyamar jadi petani nton?" ucap hermawan

"Bukan, tapi tukang rongsokan" ucap anton

"keren banget baru kali ini ada tukang rongsok bawaanya kamera" ucap dewo

"ah, sudah kembali ke topik pembicaraan!" bentak anton membuat kami semua duduk tegak kembali.

Dengan asap mengepul di dalam rumah wongso, udara semakin panas dan penat. Pandangan kami tampak sedikit kabur karena asap yang semakin pekat.

"Jendelone bukak su, iki nek dijar-jarke... awake dewe mati keracunan dhisik sak durunge mangkat perang (jendelane dibuka njing, ini kalau dbiarkan... kita bakalan mati keracunan dulu sebelum berangkat perang)" ucap wongso kepada dira

"iya sayangkyu... ganteng deh muach..." ucap dira

"halaaaaaaaaaah... ganjen!" ucap kami bersama-sama, tampak dira pede dengan

Kita ulangi lagi, Dengan asap mengepul di dalam rumah wongso, udara semakin panas dan penat. Pandangan kami tampak sedikit kabur karena asap yang semakin pekat. Namun udara mulai masuk kedalam rumah wongso setelah jendela mulai terbuka. Anton memulai pembicaraan dengan menjelaskan rencananya secara detail dan terperinci. Layaknya kita akan berangkat perang, tapi apa sebenarnya rencana anton? Semua tampak kebingungan dengan apa yag diucapkan anton.

"jujur ae (saja) aku bingung.." ucap udin polos

"hadeeeeh... celeng (babi hutan), gini gampange!" ucap anton

Yang kemudian menjelaskan secara gamblang dan kami akhirnya mengerti. Tapi anton juga menjelaskan pakaian-pakaian yang akan kita pakai. Dari jaket anti peluru, mikropon, pisayu belati, pistol? Tidak ada pistol diserahkan kepada kami, karena sulit bagi anton untuk membawa pistol sejumlah koplak, bisa dicurigai. Penjelasan-penjelasan mengenai perlengkapan perang kami, walau sebenarnya kami tidak paham keseluruhannya tapi anton dengan telaten menejelaskan kepada kami fungsi masing-masing alat. Setelah panjang lebar menjelaskan masalah, lokasi, rencana dan perengkapan akhirnya kami pusing juga. Padahal jika dilihat dari rencana sajalah, intinya Cuma bagaimana kita melumpuhkan penjaga yang didepan dan kemudian masuk. Hanya itu, itu saja... nanti didalam kita bergerak dengan "mata tertutup" maka dari itu anton menyuruh kita berkelompok minimal 2-3 orang. sebentar kami nongkrong didepan rumah wongso, tampak ibu wongso menutup warung.

"bu, jangan ditutup dulu, mau buat minum buat anak-anak" ucap wongso

"Oh ya wes nang (sudah nak), nanti kamu tutup ibu sudah capek. Mi, asmi... kamu tidur sama ibu saja, pijetin ibu ya" ucap ibu wongso

"Inggih bu..." ucap asmi

Dengan masing-masing dari kami memegang segelas minuman hangat, sesekali dari mereka menepuk bahuku. Mereka mengerti akan kegelisahanku, mencoba menenangkannya. Asap Dunhil bertebaran kemana-mana, dira yang biasanya menggoda kami saja tidak berani berkata-kata.

"Besok kita akan mati ya? he he he" ucap Karyo

"may be yes, may be no he he he" ucap aris

"gimana kalau sekarang kita ngocok bareng-bareng?" ucap dewo

"dari pada ngocok bareng-bareng, sini dira emutin, atau mau pakai susu dira bisa lho" ucap dira melumerkan suasana

"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha" tawa kami semua

Selang beberapa saat kemudian, satu demi satu dari kami pulang. Pulang menuju rumah para perempuannya. Sama halnya denganku, menuju ke tempat dimana aku selalu tinggal. REVIA melaju dengan cepat dengan dadaku berdegup dengan keras, gelisah akan besok malam. Akankah semua selesai? Atau aku yang akan selesai? Masa bodoh dengan semua ini. ketika pikiranku kalut, wongso selalu menenangkanku begitupula koplak yang lain. Hah, aku tidak seharusnya melibatkan mereka semua. Tapi setiap kali aku meminta mereka untuk tidak ikut campur bukannya senang malah mearahiku habis-habisan. Ya sudahlah, we are the winner, i believe!

Kulihat wanita itu sedang tertidur di sofa depan TV, aku mengambil selimut dari dalam kamar. kututupi tubuhnya dengan selimut. Kulihat wajah tenangnya ketika tertidur, wajah polosnya walau sedewasa ini dia belum begitu mengerti tentang seks. Ya, wajar karena dian memang belum pernah melakukannya. Ku kecup keningnya lalu aku melangkah menuju dapur, membuat minuman hangat. Dengan hanya memakai kaos dan celana jeans, aku meminum teh hangat di pekarangan belakang rumah. Asap mulai bertebaran bersama kegelisahanku menuju hari esok.

"Kenapa tidak lari saja mas? Mas bisa lari tidak perlu, mengurusi ayah mas" ucap dian yang bersandar dipintu. Aku menoleh kearahnya.

"eh, ade kok bangun? Bobo saja..." ucapku mengalihkan pembicaraan

"maaas...." ucapnya dengan memandang mataku

"eh, maaf... tidak bisa... ada beberapa hal yang harus mas selesaikan. Mas janji akan menyelesaikannya dan kembali pada ade, untuk menepati janji mas ke ade" ucapku

"tapi, itu sangat berbahaya mas..." ucapnya

"aku harap kamu bisa mengerti tentang semua yang sudah mas ceritakan..." ucapku pelan

"iya aku mengerti, tapi apa tidak ada jalan lain selain mengorbankan diri sendiri?" ucapnya

"yan, kamu aku kan dari dulu... aku tidak pernah mau membiarkan hal buruk terus terjadi. Apakah kamu akan merasa bahagia jika ketika kita bersama tapi ada orang-orang yang masih menderita perasaanya, padahal...."

"padahal kita bisa menghentikannya..." ucapku pelan

"hessssssssssssh... terserah kamu ar, aku hanya mengikuti kamu. yang jelas aku tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk kepadamu, hanya itu saja" ucapnya disertai langkah meninggalkanku

Aku kemudian masuk kedalam, kuletakan gelas di meja dapur kemudian menuju ke kamar mandi. Kulihat dian memangku dagunya di sofa depan TV, kutinggalkan dia sejenak untuk ke kamar mandi. Sangat jelas, karena aku tahu dian tidak meyukai bau rokok. Masih mengenakan jeans yang aku lipat bagian bawahnya hingga selutut, setelah bersih-bersih aku keluar dari kamar mandi. Dian berdiri disamping sofa sambil memandangku dengan mata berkca-kaca. Dian maju kearahku dan menarik tanganku. Dian berjalan mundur hingga didepan sofa, aku ditariknya dan kemudian didorong hingga jatuh disofa. Dian kemudian duduk bersimpuh diatas pangkuanku. Ciuman mendarat dibibirku, tanganku ditariknya untuk meremas susu yang masih berbalut dengan tank-top. Bibirnya melumatku tidak seperti biasanya, ini lebih dari yang biasanya. Lidahnya terlebih dahulu meyeruak masuk kedalam bibirku. Tanganku semakin meremas susu indahnya tersebut, aku terbawa nafsuku.

Ciuman kami berhenti ketika dian duduk tegak diatas pangkuanku. Tanganku masih meremas susunya, dian kemudian turun dengan senyum memandangku. Dibukanya kaosku dan hal yang aneh ketika itu melihat dian mencoba membuka celana jeansku. Aku bisa melihat dian sebenarnya tidak terbawa nafsu namun yang kulihat entah berbeda dari sebelumnya. Aku cegah kedua tangannya untuk membuka, namun...

"sudah, jang..." ucapku terpotong ketika melihat mata itu

"jika kamu sayang aku, dan benar-benar mecintaiku biarkan aku melakukannya..." ucapnya dengan mata sedikit berkaca-kaca

Dian menarik celana jeansku dan melepasnya. Ditariknya pula celana dalamku, ketika dedek arya sudah keluar dan tegang tanpa menggunakan bantuan tangannya karena tangan dian masih sibuk melepas celana dalamku. Dian langsung mengulum dedek arya, terasa sangat ngilu dan sedikit sakit ketika giginya bersentuhan dengan kulit dedek arya.

"pelaaanhhh sayangghhh pelannnhhhh... erghhh...." ucapku

Kulumannya kemudian menjadi sangat lembut, masih terasa sakit ketika giginya bersentuhan dengan dedek arya. kepalanya maju mundur, aku hanya bisa membelai rambutnya. Kulihat matanya melihatku, kaca-kaca itu belum hilang namun aku tidak bisa mengehntikan keinginannya. Semakin lama kuluman dian semakin lembut dan nikmat, lidahnya kadang menyapu bagian bawah dedek arya. kadang pula, dian melepas kulumannya dan menjilati kepala dedek arya. entah darimana dia bisa mengembangkan cara mengulum, ataukah dia mengingat semua yang pernah dia tonton dari sematpon erna.

"ergh... adeeeegghh... emmmmhhh.... ufthh...." desahkuu sambil melihat kepala dian yang naik turun dibawah selangkanganku

Diawal kurasakan sedikit sakit, namun lama kelamaan, kuluman dian lebih nikmat dari yang pernah aku rasakan. Entah karena cinta atau apa, tapi yang jelas dialah yang terbaik. Membuatku terasa terbang dan membuat dedek arya semakin mengeras tegang. Dan ...

"egh... egh... egh... egh... egh... egh... eggggghhhhh..." desahku ketika spermaku keluar dari dedek arya

Kuliha dian terdiam dengan sebagian batang dedek arya didalam mulutnya. terasa sedotannya kuat, ketika kepalanya mundur. Dan plup... dedek arya lepas dari mulutnya, bibrnya tertutup selang beberapa saat tenggorokannya bergerak.

"Ade telan?" ucapku, dia hanya megangguk dan kemudian melepas celana dalamnya. Dian kemudian berdiri diantara dedek arya, diarahkannya dedek arya kelubang vaginanya.

"Sayang, sudah... hentikan, ini terlalu berlebiha..." ucapku terpotong ketika jarinya menyilang di bibirku

"ini milikmu, jadi apa salahnya jika milikmu menjadi satu denganmu?" ucap dian, masih memegang dedek arya dan kepala dedek arya sudah tepat di depan vaginanya

"ta tapi, aku mohon..." ucapnya dan plak...

"kenapa dengan yang lain kamu bisa? Tapi denganku kamu tidak bisa? Kamu masih ingin bermain diluar sana kan hiks hiks hiks" ucapnya hingga terduduk dipangkuanku, dengan dedek arya tegang berdiri tepat didepan perutnya.

Tangannya memegang pundakku, matanya memandangku dengan air mata yang mengalir dipipinya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya, kupeluk tubuhnya dan kucium bibirnya. Bibir kami bersatu kembali, kuangkat tubuhnya dan kurebahkan di sofa. aku terus menciumnya, tanganku bergreliya di susunya. kusentuh pahanya agar terbuka lebih lebar. Kusatukan keningku dengan keningnya.

"Tahan ya..." ucapku

"he'em... hiks..." ucapnya

Dengan satu tanganku meraba bagian vaginannya, ku arahkan dedek arya ke lubang vaginanya. Keningku masih bersatu dengan keningnya namun pandanganku mengarah ke bagian vagina dian.

"Pas..?" ucapku, kembali memandangnya. Dian menjawab dengan sedikit anggukan

Aku kemudian mendorong dedek arya, agar masuk secara perlahan. Kepala dedek arya kurasakan sudah memasuki pintu vagina dian. terasa sangat sakit dan ngilu, sangat sempit sekali dibandingkan dulu ketika dengan erlina dan ajeng. Keningku masih bersatu dengannya, hanya pinggulku yang sekarang bergerak. Kulihat mata dian terpejam sangat rapat, air matanya tidak begitu mengalir dengan deras.

"tahan sayang... buka matamu sayang, lihatlah mas..." ucapku, dian kemudian membuka matanya

"aku mencintaimu... kamulh cintaku, dian..." ucapku sambil menempelkan hidungku ke hidungnya

"aku juga cinta kamu arya..." ucap, dahinya sedikit mengrenyit

Kurasakan dedek arya sedikit mudah masuk kedalam lagi, seiring dengan ucapan cinta diantara kami berdua (pengalaman : kalau bercinta dengan bumbu kata-kata cinta apalagi dengan pasangan, biasanya lebih maknyus). Terasa setengah batang dedek arya masuk dan tertahan oleh sesuatu di dalam vagina dian.

"pelan sayang... sakit..." ucapnya

"iya sayangku, aku mencintaimu" ucapku lirih sambil mengecup bibirnya

Kudorong lebih kuat lagi dedek arya agar masuk lebih kedalam lagi. Dinding tebal yang menghalangi dedek arya masuk, seakan sangat lentur mengikuti arah pergerakan dedek arya. Mata dian mulai terpejam dahinya mengrenyit. Ku tambahkan kekuatan dorongan pada pinggulku dan...

"Erghhh....." mata dian kemuadian terbuka dengan teriakan yang tertahan

Blesss... masuk sudah tiga perempat dedek arya, dan kemudian aku tambahkan dorongan agar semua batangnya masuk. Kudiamkan sejenak didalam vagina dian.

"masih sakit..." ucapku dian mengangguk, air matanya mengalir diujung matanya

"punya ade sempit banget... punya mas ngilu..." ucapku

"hiks... ahhhh... slurpp... buat mas, semuanya buat mas... ade cinta mas..." ucapnya

"mas juga cinta ade..." ucapku sambil mencium bibirnya

Entah, tanpa mempertimbangkan rasa sakit dian. reflek seketika bibir kami berciuman pinggulku mulai memompa maju mundur. Terasa sekali vagina dian yang masih benar-benar baru dan dedek aryalah yang memakainya untuk pertama kali. sempit, kesat, sedikit becek, jepitannya membuatku merasakan ngilu di dedek arya. aku bangkit dan memandang dian yang sedikit kesakitan, kuremas susunya dan kumainkan putingnya yang masih berbalut dengan tank-top.

"maaas... pelaaaan... masih sedikit sakit... erghh emmmhh..." ucapnya sambil memandangku

"Iya, sayang...." ucapku sambil melambatkan pompaanku

"masssshhh erghhh jangan duduk, pelllhuk ade...." ucapnya, aku kembali memeluknya dan mencium bibirnya

Kami berciuman kembali, pinggulku seakan tak bisa lagi menerima logikaku untuk memompa pelan. Pinggulku bergerak semakn cepat, dian tidak memprotesnya. Air matanya kembali berlinang, kedua tangannya memeluk leherku dengan erat. pompaanku semakin cepat, semakin ganas.

"mashhh... ade mau pipihhhhsss.. erghh...." ucapnya

"mas juga yanghhhh adeku, cintaku, sayangku oghhh... mas keluarkan diluar..." ucapku

"jangan didalam sajahhhh... adehh amannnhhh erghhh... terussshhh mas ade mau pipis bareng sama masshhh...." ucapnya

Aku semakin cepat memompa dan kulihat wajah dian semakin tidak karuan. Dahinya mengrenyit, dan...

Crooot... crooot... crooot... crooot... crooot... crooot... crooot...

Bersamaan dengan keluarnya spermaku, aku merasakan cairan hangat dari dalam vagina dian. kuelus rambutnya dan ku kecup keningnya. Kupeluk tubuhnya, kemudian aku menlumat kembali bibirnya. Sembari melumat bibirnya, aku usap air matanya. Kulepas ciumanku dan kupandang wajahnya. Dian tersenyum padaku, begitu pula aku membalas senyumnya.

"terima kasih sayang, aku mencintaimu..." ucapku

"semua untuk mas, ade cinta mas..." balasnya

Aku tarik dedek arya dari vagina dian, tampak dian sedikit mengaduh. Kulihat spermaku keluar dengan warna dominan merah, meleleh hingga jatuh kesofa bulu berrwarna putih ini. ketika hendak aku ambil celana dalamku untuk mengelapnya.

"jangan mas, tidur bersama ade di sini. Biarkan itu menjadi kenangan indah kita" ucapnya

"Eh..." aku terkejut dan kemudian tersenyum kepada dian

Aku masuk kedalam pelukan dian, dian berada di bagian dalam sofa sedangkan aku berada dipinggir sofa menghadap ke arahnya. Tak ada kata-kata selain mengutarakan isi hati kami, cinta, sayang dan lain sebagainya menghiasi malam ini hingga kami tertidur dalam lelapnya malam. Malam ini, malam dimana dian kehilangan keperawananya karenaku. Aku sangat mencintainya...

Keesokan harinya, ya hari ini, entah apakah ceritaku akan berlanjut atau berhenti. sejak pagi tak ada canda ataupun tawa diantara kami berdua. Dian, tidak sedikitpun dia melempar senyum kepadaku walaupun aku selalu mencoba tersenyum kepadanya. Kabar dari anton datang, agar kami semua berkumpul lebih awal kurang lebih jam 1 siang. Tepat pukul 12 siang, Kupersiapkan semua yang aku butuhkan, dian hanya bersandar di pintu memandangku sejenak ketika berganti pakaian dan kemudian keluar lagi. Kulihat wajahnya yang tak begitu senang dengan apa yang akan aku lakukan. Setelah semua selesai, aku keluar dari kamar dian berdiri sedikit jauh didepan pintu kamar.

"a... aku pergi dulu..." ucapku, namun dian hanya memandangku dengan tatapan yang sangat datar. Aku mendekatinya tetapi dian membuang wajahnya.

"aku janji akan segera kembali lagi..." ucapku, seketika itu aku melihat air matanya mengalir tanpa suara isak tangis. Kucoba menghapus air matanya, tapi tangannya menepis tanganku

"tenang... aku pasti kembali..." ucapku kemudian melangkah menuju pintu rumah

Tiba-tiba saja, pakaian belakangku seperti ditarik. Kurasakan keningnya jatuh dipunggungku, kudengar sedikit isak tangis.

"aku mohon, kita bisa pergi bersama..." ucap dian

"tidak... aku harus ketempat itu..." ucapku

"kita bisa memulai kehidupan baru diluar sana..." ucapnya

"ada begitu banyak yang aku sayangi, aku tidak ingin mereka mati..." ucapku

"aku pun sama juga mempunyai orang-orang yang aku sayangi, tapi jika kamu mau pergi denganku... aku hanya ingin bersamamu..." ucapnya

"tapi aku tidak akan membiarkan semuanya hilang begitu saja" ucapku

"hiks... baiklah jika itu keputusanmu, maafkan aku, pergilah dan hati-hati..." ucapnya

"terima kasih..." balasku

Aku keluar dari pintu rumah tanpa dian menemaniku hingga keluar rumah. Ketika aku berjalan dengan REVIA, melewati depan rumah pun tak ada dian yang berada di sana. Tapi ucapannya sudah membuatku sedikit tenang. Aku percepat laju REVIA hingga di warung wongso, semua koplak telah berkumpul di rumah wongso.

"Okay, kaliah beristirahatlah dulu, menjelang jam 6 kita sudah harus sampai disana. Berarti kita berangkat dari sini jam 5 sore. Ini semua perlengkapan, sebelum kalian beristirahat aku akan menjelaskan semua perlengkapan itu. dan gunakan dengan baik-baik" ucap anton

----------

Disebuah perumahan ELITE, seorang wanita sedang berganti pakaian. Mengenakan tank-top kemudian di rangkapi dengan kaos dengan belahan dada sedikit terbuka sehingga memperlihatkan sedikit tank-top yang dipakainya. Celana jeans ketat dia pakai, sejenak dia melihat kedalam kamarnya.

"maafkan aku hiks hiks hiks... jika mas memilih untuk menyeleamtkan orang-orang yang kamu sayangi, aku juga akan memilih hal yang sama. Seandainya saja kamu mau pergi bersamaku, aku tidak akan mempedulikan semuanya karena sudah ada kamu" ucapnya memandang seisi kamarnya dengan air mata berlinang

Tangisnya pecah, sambil berjalan dia keluar dari dalam kamar. dilihatnya sofa bulu putih dengan bercak noda merah. Sempat tersenyum walau akhirnya tetap haru menangis kembali. Wanita tersebut kemudian keluar dari rumah, tepat didepan pintu rumah dia berbalik dan memandang pintu rumah.

"ini akan menjadi kenagan kita... seandainya saja kamu masih mau menerimaku, mungkin kita masih bisa bersama. dan seandainya saja kamu hilang, aku akan menyusulmu" ucapnya

Dengan mobil yang biasa dia kemudikan, wanita tersebut keluar dari rumahnya. Di injak pedal gas dan bergerak menuju kesuatu tempat, entah tempat apa itu. senyum ramahnya biasanya menghiasai semua bibirnya ketika melewati pos satpam, namun kali ini para penjaga perumahan itu tidak medapatkannya. Perjalanannya cukup dekat, namu ketika itu ada sebuah mobil sedan hitam menyalipnya.

Ciiiiiiiiitt....

Mobil tersebut menyilang dan berhenti tepat didepan mobil wanita tersebut. Membuatnya mengerem mendadak. Seketika itu ketika seseorang keluar dari pintu pengemudi mobil sedan. Mata wanita tersebut terkejut melihat yang keluar dari mobil.

-----

"Okay, jam lima kurang 15 menit. Semuanya bersiap!" teriak anton

"Siap!" teriak semua koplak

"ingat! Jangan berjalan beriringan! Ambil jalur lain...."

"and we meet in battle field!" ucap anton
 
Terakhir diubah:
okay,nubie sudah update, maaf kelamaan
memang sekarang mau menjelang akhir tahun, pekerjaan menumpuk banyak sekali hingga akhir tahun, ini juga ada deadline dihari senin jadi nubie belum bisa menggarap lanjutannya dulu.
semua terasa seperti kejar-mengejar bis hufthhh...

mohon kritik dari ceriita yang sudah nubie upload dan juga sarannya,

oia suhu dan agan, kalau punya ide mengenai pertempuran mereka,
mungkin nanti cerita di aksinya agak sedikit datar he he he... maklum, kebanyakan nonton JAV he he he :p

:ngupil:

:ngacir: ke bukit kembar :D
 
Yes suhu DH comeback, I like it.
:baca: ntr mlm blm sempet,numpang tinggalin jejak.
 
tanks gan rokok wes updet maknyos pecah perawane :jempol:

mkin penasaran nih,jangn" dian ada sangkut pautnya dngn klompok bkpnya arya :papi:
 
aihhh itu dian mau diaain suhu.... hadehhhh jngan sad ending suhu...pliiisssssss.....:((
ane lagi baper bngt akhir2 ne masa ditambahin ginian :((
 
Haiizzz jangan2 si dian itu anak nya penjaga losmen..

Makin penasaran euy...
 
Bimabet
Haiizzz jangan2 si dian itu anak nya penjaga losmen..

Makin penasaran euy...

Ehm kemunkinanya si ada tp kayanya g cocok deh ama keterangan tante Wardiah yg anakknya di luar kota dan jauh dr jangkauan dr Mahesa and Nico..DH Sensei please akhirilah ending cerita ini dengan Dian-Arya bersatu, jujur hubungan mereka ni bikin greget di awal2 tp pas Arya-Dian jadian, ini kisah cnta dan hubungannya yg indah and manis
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd