Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Om DH sudah rindu sekali dengan dian, romansa berasa bener jgn lama lama om updatenya
Semangaaaat...
 
"tapi keluargamu itu bisa menjadi penghalang" ucap lelaki gempal

"ah itu beres, nanti setelah pertemuan itu aku akan menghabisi mereka semua, tepat setelah mereka pulang liburan" ucap laki-laki tambun

"anak istrimu?" ucap laki-laki gempal

"aku akan menghabisi mereka juga ha ha ha" jawab lelaki tambun itu

"ha ha ha... memang rencana yang sempurna, bagaimana dengan wanita menyakitkan itu?" ucap seorang lelaki gempal

"kita akan lempar mereka bersama anak mereka, dan kita akan menikmati mereka juga" jawab lelaki tambun

wanita menyakitkan siapa yah ?

mohon pencerahan nya ......
 
Suasana dingin malam masih terasa di pagi yang mulai dihiasi oleh sinar matahari ini. tampak satu per satu tanaman mulai bernafas kembali membersihkan kotoran-kotoran udara. Embun-embun pagi mulai merangkak diatas daun. Ya dingin, walaupu matahari sekarang mulai untuk menghangatkan suasana di daerah yang masih kental dengan budaya daerahnya. Kembali ke sebuah rumah yang terletak di daerah perumahan ELITE, sebuah rumah yang dihuni oleh dosen perempuan yang cantik mungkin itu kata yang pas untuk menggambarkan dirinya. Manis? ya memang benar manis tak ada kata lain lagi. Di dalam kamar itu seorang laki-laki bernama Arya sedang tertidur sangat pulas, lelah karena malam yang mungkin melelahkan baginya.

Wanita itu terjaga karena alarm dari sematpon kesayangannya, segera wanita itu meraih sematpon dan mematikan alarm yang berbunyi lumayan keras. Wanita itu melepaskan tangan lelaki yang memeluknya, dia kemudian bangun dan duduk sambi merenggangkan ke dua tangannya. Mulutnya menganga lebar yang langsung ditutupinya dengan tangan kanannya. Kedua tangannya memaksa matanya untuk terbuka, dikucek-kucek, argh... walaupun sehabis bangun tetap saja dia tampak cantik dan manis. Ya, dia Dian pemilik rumah ini.

Dian duduk dengan kedua lutut tertekuk, direbahkannya kepalanya di atas lututnya miring memandang lelaki yang bernama arya. Dengkuran keras Arya tidak membuat dian terganggu, dian malah tersenyum ketika melihat tingkah bocah yang berumur 4 tahun dibawahnya. Dikecupnya kening lelaki itu dan dimainkannya hidung lelaki itu dengan jari telunjukny. Senyumnya lebar melihat wajah polos dan lugu dari lelaki itu. dian tidak berlama-lama memandang wajah lelaki itu, segera dia menggeser tubuhnya turun dari ranjang. Diraihnya ikat rambut yang berada di meja kecil, sambil berdiri dan berjalan menuju kamar mandi dian mengikat rambutnya. Mencuci muka, melaksanakan kewajiban dan begitulah yang dian lakukan kesetiap harinya.

Dian kemudian duduk disamping Arya yang masih mendengkur, ingin rasanya dia membangunkan agar arya tidak lupa akan kewajibannya. Tapi melihat wajahnya yang tampak tenang dan membutuhkan banyak istirahat, dian hanya mengcup bibirnya sekejap.

“Dasar cowok, kalau tidur pasti kelihatan aslinya hi hi hi, kamu memang benar-benar lucu Arya-ku” ucapnya lirih walau bisa didengar tetap saja arya tidak bisa mendengarnya

“bobo sana, dasar cowok bikin ugh... “ ucapnya dengan memandang wajah laki-laki tersebut.

Lama dian memandang arya, tiba-tiba saja air matanya menetes. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, ditutupnya bibir manisnya menahan suara tangisnya. Segera dia keluar dari dalam kamar dan duduk di depan televisi.

“maafkan aku ar... Maafkan aku hiks hiks hiks... aku tidak tahu apa kita bisa melewatinya hiks hiks hiks” desah mulutnya

“tidak, aku tidak boleh nangis, aku yakin pasti bisa melewatinya bersama arya” desah kecilnya

Diusapnya kedua matanya, dan kembali berdiri. Apa sebenarnya yang ada dipikirannya? Ada apa dengan wanita ini?bukankah semua yang dia inginkan sudah ada didekatnya, ah entahlah tapi sekarang dia sudah berjalan menuju dapurnya dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Diambilnya dua gelas cangkir dan ditata bersebelahan, dipandanginya gelas lama sekali pandangan matanya memandang dua buah cgkir yang bersebelahan itu. Entah apa yang di dalam pikirannya, namun kemudian tiba-tiba saja dian tersenyum semakin lebar. Dia berbalik dan berlari kecil meuju kamarnya, dilihatnya arya masih tidur. Perlahan dia dekati wajah lelaki itu...

“Aku percaya padamu...” ucapnya pelan dan sedikit kecupan di kening arya

Ah, wanita memang membingungkan, penulis saja juga bingung mengenai wanita. Langkahnya kembali menuntunnya keluar kamar, dilihatnya jaket arya yang ada di lantai bawah dekat dengan kursi tamu. Hela nafas panjang dengan kepala menggeleng-geleng, mungkin dalam batinya berkata. “dasar laki-laki sulit sekali untuk rapi”. Tapi entahlah, diambilnya jaket arya.

Klotak... sebuah kotak jatuh dari jaket arya

“hmmm... kenapa arya bawa seperti ini?” ucapnya lirih sambil memutar-mutar kotak itu

Dengan jaket berada dilengannya, dian berjalan dan memutar-mutar kotak itu. Dibukanya perlahan tapi tak terdengar suara apapun. Dian kemudian tersenyum, aneh juga baginya ada seorang lelaki menyukai hal-hal klasik seperti ini.

“apa buat aku ya?” ucap dian, jari tangannya meraba pada bagian bawah kotak tersebut

“eh ada chargernya juga, kotak musik yang aneh tapi apa iya ya kalau kotak musik pakai charger? Masa bodohlah” ucapnya lirih

Diletakannya kotak musik itu di bifet dekat dengan ruang keluarga dan disambungkan dengan listrik. Ditekan tombol ON dan kotak musik itu memutar sebuah simpony lagu klasik. Sambil mendengarkan alunan lagu klasik yang terus berputar, dian berjalan menuju dapur sembari meletakan jaket arya di mesin cuci. Dengan senyum mengembang, dian mulai membereskan dapurnya. Menanak nasi, memasak sayur untuk dimakan bersama lelaki kesayangannya.

“Tehnya nanti saja deh, arya kan suka minuman hangat” ucapnya pada dirinya sendiri sembari tersenyum terkekeh

Walau dia adalah seorang wanita karir yang bekerja sebagai seorang dosen, tetap saja dia melakukan pekerjaan rumahnya. Membersihkan rumah yang selalu diitnggalinya selama ini. sempurna? Mungkin tapi sempurna hanya bagi yang mencintainya dan memilikinya. Menyapu kembali seisi rumah, mengepel beberapa tempat yang kotor, melap kaca-kaca yang sudah mulai berdebu. Walu keringat mengalir diwajahnya tetap tidak menghapus kecantikannya. Tanpa terasa waktu berjalan, menunggu sang lelakinya bangun. Setelah semua selesai wanita cantik ini menjatuhkan tubuhnya di sofa depan televeisi dengan pandangannya memandang sekeliling ruangan, melihat hasil kerjanya. Dipejamkan matanya sambil rebahan disofa.

“Hmm... teh hangat? Mungkin asyik” begitu bathinnya berkata

Dengan cepat Dian berdiri dan membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. Dengan memegang cangkir panas berisi tehnya, dia berjalan hati-hati menuju sofa depan Televisi. Dengan segelas cangkir yang masih panas sambil meniupinya agar lekas dingin. Dian menonton televisi yang acara entah memiliki nilai pendidikan atau tidak untuk anak-anak. Lipsing dan lipsing, itulah acara musik sekarang ini... untuk menunggu sang lelakinya bangun dari lelapnya tidur

----

“ugh... hoaaaam....argghhhh....” aku terjaga dari tidurku, hei aku arya masih ingat kan?

“APA?! Jam sepuluh?” ucapku terkaget ketika pandangan rabunku menjadi sangat jelas terlihat

Aku segera melompat dari tempat tidurku, dan keluar dari kamar hanya mengenakan celana dalam. Ku buka pintu kamar, dan berhenti karena terdengar lagu klasik lirih dari luar kamar. langkahku perlahan dan kulihat dian sedang duduk dengan memegang kedua gelasnya sambil menonton televisi tanpa suara.

“Kenapa ndak dibangunkan?” ucapku berdiri di belakang sofa

“Eh... sudah bangun? Sebentar, teh hangatnya belum siap” ucap dian berdiri dan tersenyum kepadaku. Kubalas senyumannya dan duduk disofa, kulihat secangkir tehnya masih tersisa separuh berada diatas karpet

“ini tehnya, diminum pelan-pelan sedikit panas itu” ucapnya

srupuuut srupuuut....

“manisnya pas banget” ucapku

“terima kasih, pinter deh memuji” ucapnya sambil menarik pipiku

“ouch... “

“oh ya, itu dari mana? Kok ada kotak musik?” ucapku

“dari jaket tadi di ruang tamu” ucapnya smabil memegang teh hangat dengan kedua tangannya

“oh ya lupa, semalam ketemu ibu dirumah kakek. Dan Ibu memberikan kotak itu sebagai hadiah untuk pemilik rumah ini”ucapku

“benarkah? Nanti aku telepon mamah, mau ngucapin terima kasih” ucapnya tersenyum kepadaku

Kami berdua kemudian diam menyaksikan sebuah tontonan tanpa suara. Mata melihat seorang wanita menyanyikan lagu yang kelihatannya keras namun yang terdengar adalah alunan musik dari kotak musik ibu. aku merasa berbeda pagi ini, kelihatan sekali dia tidak manja seperti hari-hari sebelumnya. Kulirik sedikit wajahnya yang masih memandang televisi.

“kalau seperti ini kita lebih akrab ya?” ucapku

“hmm... akrab bagaimana?” balas dian

“nyatanya dari tadi kita ndak manggil mas-ade lagi jadi kelihatan labih akrab” ucapku

“eh... kamu sendiri bangun ndak manggil dengan sebutan ‘ade’, ya aku ndak manggil dengan sebutan mas” balasnya tanpa memandangku

“kamu marah aku tinggal semalaman?” balasku

“enggak...” balasnya dengan senyum mengembang

“terus kenapa? ada yang kamu pikirkan?” ucapku

“ada...” balasnya singkat tanpa memandangku

“apa?” ucapku singkat sambil memandangnya, dia kemudian menoleh kearahku

“kamu... cup... ” ucapnya sambil mengecup pipiku

“terima kasiiiiiih.... enakan mana mas-ade atau begini saja?” ucapku

“terserah kamu...” ucapnya

“kelihatannya lagi ndak pengen manja ya? jadi ndak mau mas-ade? Kalau ndak mas-ade berarti ndak boleh manja lho... He he he he” godaku, mendengar ucapanku dian meletakan cangkirnya dikarpet bawah

“arghhh.... ndak mau, mau mas-ade, mau arya-dian, tapi harus ada kata sayangnya terus kalau manja ya terserah akunya mau manggilnya pakai apa ya pokoknya boleh” ucapnya sambil memelukku dan menarik hidungku

“Aewaew iyee saket ini hidihunghkhu... sudah sudah nanti ini tehnya tumphah...” ucapku dengan kedua tangan terangkat ke atas

“boleh manja” ucapnya judes sambil kedua matanya terlihat mendelik kearahku

“ndak boleh” balasku sambil memandangnya, lidahku melet

“boleeeeeeeh..” ucapnya dengan wajah semakin mendekat, terlihat wajahnya malah berubah manja

“ndak boleh” balasku lagi

“ugh bau, mandi dulu, belum mandi besar lagi habis keluar semalem hiiiiiii” ucapnya sambil mundur kebelakang, ketika bibirnya sudah sangat dekat dengan bibirku

“iya ya, lagian juga, tadi ndak dibangunin” balasku sambil meletekan cangkir di karpet

“kamu kelihatan capeeek sayaaaaaangku” balasnya sambil menarik pipiku

“iiih genit deh, sakit tahu” balas mengecup pipiku dan langsung lari menuju kamar mandi

“biarin! Dasar jelek” ucapnya

“huuuuuu....” ucapku

Semenjak kedatanganku dirumah ini aku merasa seperti hidup dengan pasangan sehidup sematiku. Walau sampai sekarang aku merasakan ada yang aneh dengan dian, entah apa itu. ah, tapi masa bodohlah sekarang aku bersamanya, dan harus aku selesaikan semuanya dengan cepat. Dari awal kebersamaanku dengannya, aku sudah tidak ingin jauh darinya. Selesai mandi aku makan bersama dian dengan alunan musik dari kotak musik hadiah dari ibu. senyum, canda bersamanya memang berbeda ketika aku harus bersama dengan yang lain. Aku ceritakan kenapa aku bisa mendapatkan kotak musik itu, dari awal aku menceritakan semuanya dengan sangat detil. Bagaimana aku bisa beraksi dengan koplak walau tidak lengkap, ditambah lagi kejadian dengan eri yang karena keceplosan akhirnya aku bercerita.

“beneran ndak ngapa-ngapain?” ucap dian wajahnya tampak sekali cemburu

“beneran sayang, yakin” ucapku

“iya, sayang percaya kok sama ayang muach...” ucapnya sambil mengecup bibirku

Melewati siang hari, aku lebih memilih bermalas-malasan walau pada dasarnya ku menunggu berita kematian aspal. Aku rebahkan tubuhku di sofa bersama dian yang matanya sudah terpejam terlihat dia begitu lelah hari ini, sama seperti hari-hari ketika dia mengajar dikelasku. Walau wajahnya berseri tapi tetap saja tampak lelah. Kulihat sekeliling ruangan memang tampak bersih, ah mungkin memang lelahnya adalah mengurusi rumah ini.

Chanel televisi aku pindah-pindah hingga akhirnya mataku berhenti pada salah satu chanel berita. Berita tentnag kematian aspal yang sudah aku tunggu, berita siang yang mengulas tentang bagaimana kematian si aspal. Dalam acara berita tersebut terlihat sekali orang-orang yang semalam kami lumpuhkan sedang digiring kedalam mobil polisi, entah keterangan apa yang akan mereka berikan kepada polisi. Sejenak mataku terhenyak ketika melihat dua orang yang tersorot kamera, walau sebentar. Ingatanku kembali ketika aku datang ke TKP kematian KS, ya dua orang itu adalah orang yang menabrakku waktu itu. Di beritakan bahwa kematian aspal dikarenakan pembunuhan sadis oleh sekelompok orang. segera aku bangun dengan perlahan agar dian tidak ikut terbangun. Kuambil sematponku dan menelepon anton.

“ada apa cat?”

“kamu sudah lihat acara berita siang ini?”

“siang ? gundulmu itu berita tadi pagi, emang ada apa?”

“Kamu lihat dua orang berbaju hitam yang tersorot kamera”

“Sebentar aku tadi merekam berita itu, hmmm.... sebentar, ya aku melihatnya, kamu tahu mereka?”

“iya, itu adalah orang yang menabrakku ketika aku ke olah TKP kematian KS”

“hm... berarti mereka ada dalam sangkut pautnya dengan ayahmu, mungkin bisa jadi mereka adalah suruhan ayahmu”

“itu yang aku pikirkan ton”

“oh ya ar, setelah aku telusuri semua petunjuk, memang ada beberapa anggota oknum aparat keamanan yang terlibat dengan mereka berempat tapi tidak keseluruhan jadi usahakan untuk tidak melapor ke aparat keamanan bisa membahayakan dirimu, okay?”

“Hmmm... okay ton, terus apa rencana kita selanjutnya? Kamu adalah otak rencana kita”

“menunggu... Sekarang aku dan anggotaku sudah berpencar untuk mencari informasi lebih lanjut lagi mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah mengetahui satu teman mereka tewas mengenaskan”

“apa aku perlu jalan-jalan juga?”

“ya perlu dong bro, lihat situasi terutama kampus kamu. jangan minta jatah pacara baru kamu terus ha ha ha”

“ah gundulmu, ya udah kalau nanti ada kabar dan informasi aku dikabari nton”

“Okay cat”

Setelah percakapan dengan anton, aku kembali ke memeluk dian yang sedang tertidur di sofa. dian sempat bangun sebentar tapi kemudian memelukku lebih erat lagi. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan sifat manjanya dikala bersamaku. Aku hanya bisa tersenyum memandang wajah manjanya, benar-benar wanita yang sulit diduga. Kadang judes kadang manja, tapi manjanya tidak pernah hilang ketika aku bersamanya didalam rumah ini. selepasnya aku hanya menghabiskan waktuku bersama dian didalam rumah ini tanpa keluar rumah sekalipun, waperti pengantin baru walau tanpa bercinta dengannya aku sudah merasa cukup puas bersamanya. Setiap malam menjelang dian selalu memancing dengan pakaiannya yang tidak pernah mengenakan pakaian dalam, tubuhnya hanya berbalut tank-top dan celana dalam.

“yang, pakaiannya dicuci semua ya?” ucapku sambil memeluknya dari belakang ketika kami hendak tidur

“ndak, emang ada apa siiiiiih? Ndak suka ya? kalau ndak suka nanti tak pakai pakaian lengan panjang yang tertutup sekalian saja bagaimana?” ucapnya

“ya ndak segitu kali, tapi kan kalau keluar lagi gimana?” ucapku

“tinggal mandi saja susah iiih... gitu aja keluar weeeeek” ucap dian mengejekku

“hmmm... “ ucapku

“hmmm apa? Awas kalau macem-macem” ucapnya sedikit keras

“emang kalau macem-macem mau diapain?” godaku

“ndak diapa-apain, kalau mau macem-macem ya ndak papa, asal siap jadi bapak” ucapnya judes

“kalau kamu istrinya aku siap..” ucapku sambil memeluknya erat, dipeluknya kedua tanganku lebih erat lagi

“mau makan apa nanti?” ucapnya lirih

“hem hem hem...” tawaku didalam punggungnya

“kok malah ketawa? Wajar kan kalau cewek mikirnya jauh” ucapnya

“makan nasi, sayur, daging, minumnya susu, kopi, teh dan lain sebagainya” candaku

“iiih nyebelin, uangnya dari mana?” balasnya tidak mau kalah

“kerja” jawabku singkat

“TA saja belum jadi, mau kerja” jawabnya judes

“kalau ditanya mau makan apa, kan jawabnya sudah benarkan? Kalau uang dari mana, ya dari kerja kan? Ada yang salah? Masalah TA ya nanti aku selesaikan, Cuma satu saja..” jawabku santai

“apa?” tanyanya penasaran

“mau ndak sama brondong? Malu tidak?” ucapku

“malu...” jawabnya

“eh...” aku terkejut mendengarnya

“kalau nglamarnya kelamaan! Dah bobo cepetan meluknya yang bener dong!” jawabnya judes

“iya sayangku iya adeku sayang” jawabku sambil memeluknya erat

“celanannya dilepas!” ucapnya sambil kedua matanya terpejam

“Eh... iya...” balasku

Alhasil malam ini seperti malam-malam sebemlumnya, aku dan dian hanya tidur mengenakan celana dalam. Beberapa kali tangan dian mengarahkan tanganku ke dadanya yang besar itu, tap aku mencoba menepisnya dengan selalu berpura-pura mencium pipinya sehingga tanganku bisa beralih lagi keperutnya. Well, itu adalah salah satu cara agar dedek arya tidak muntah.

Esok hari aku bergegas menuju kerumahku, kuliah masih libur karena kampus baru saja melaksanakan ujian akhir semester. Aku meminta ijin untuk melihat situasi dirumah, jika memang rumahku didatangi oleh mereka berarti mereka mulai mencurigaiku dan dian memperbolehkan aku. Pacaraku satu nan cantik ini, karena dian selalu berada dirumah selama aku tinggal bersamanya . Dian tidak berangkat untuk mengajar di kampus, karena memang setelah Ujian semester ini dosen tidak mengajar hanya mengisi daftar hadir. Jadi memang tidak perlu ke kampus. Sesampainya aku dirumah tampak dirumah sangat sepi, aku duduk termenung di tangga. Ah, keluargaku seandainya saja tidak pernah ada konflik mungkin aku akan hidup bahagia bersama mereka. Aku datang karena dia datang, aku hadir untuk menghentikannya. Itu semua memang karena dia memulainya dengan cara yang salah. Segera aku kekamarku, masih tercium bau-bau khas kenyamanan dimana aku selalu menghabiskan malamku disini. Bayanganku tentang permainan dengan Ibu muncul membuatku sedikit merasa kehilangan. Argh, Ibu aku ingin sekali memlukmu saat ini, tapi jika semua telah berakhir dia akan menjadi ibuku dan aku harus tetap pada janji kami berdua. Dian, pacarku sekaligus kekasihku saat ini tapi menyentuhnya saja aku tidak berani.

Aku kemudian ke kamar ayah dan Ibuku, sejenak aku melihat kesekelilingnya. Aku buka almari ayah dan ibuku tapi tak ada satupun yang tersisa disana. Kulihat tempat tidur ibuku, ingatanku kembali ketika aku bercinta dengan ibu dihadapan ayahku yang sedang dalam pengaruh obat tidur. Tak ada yang aku temukan didalam kamar ini, kecuali hanya kenangan bersama ibuku. terdapat sebuah album kenangan masa kecilku yang ada hanya foto aku dan ibuku tak ada yang lain. Aku kemudian keluar dari kamar untuk segera kembali kerumah dian. ketika aku berdiri di lorong kamar terlihat seseorang sedang membuka pintu.

Kleeek....

“Ibu...” ucapku tekejut dengan kedatangan ibu. wanita yan mengambil keperjakaanku, ibuku sendiri. tubuhnya hanya mengenakan kaos longgar dengan belahan dada agak kebawah, dilengkapi rok hingga dibawah lututya

“sayang, kok ada dirumah?” ucap ibu tersenyum lebar sambil berjalan kearahku

“tadi aku ijin sama dian untuk mengecek keadaan diluar setelah kejadian, jika benar mmmmmm...” ucapku terputus karena ibu memelukku dan kemudian melumat bibirku

“sayangku, kekasihku ibumu kangen sama anak ganteng satu-satunya ini...”ucap ibu dengan wajah sedikit manja

“Arya juga bu, ibu masih datang bulan?” ucapku

“ibu juga kangen, ibu harap kita masih bisa melakukannya walau sebenarnya ibu tidak tega terhadapa dian” ucap ibu, sambil kepalanya menggeleng

“bu... bolehkah arya minta...” ucapku

“pintu gerbang sudah ibu kunci, dan pintu rumah juga sudah ibu kunci” ucapnya, ku kecup keningnya

“dikamar pengantin kita sayang” ucap ibu menunjuka bekas kamarku kamar ketika aku bergulat hebat puntuk pertama kalinya

“Jika boleh aku ingin melakukannya hingga nanti sore, disemua tempat dirumah ini” ucapku

“em em em... ndak boleh sayang, nanti kamu akan kelihatan capek. Dian bisa tahu itu, ibu tahu dia masih perawan tapi perasaan seorang wanita tidak bisa dibohongi. Apalagi kalau seandainya saja sudah kamu perawani pasti dia bisa merasakan semuanya, keanehan disetiap kalian bercinta” ucap ibu, langsung aku gendong ibu menuju ruang

“Jadi apakah arya boleh bu? Arya benar-benar kangen, arya tidak menyangka bisa bertemu ibu dirumah, yang arya tahu ibu ada di rumah kakek” ucapku

“ibu pulang untuk mengambil pakaian sayang, eh didepan teras garasi ada motor kamu. benar-benar pas, ibu juga sudah tidak mens lagi. Sayang ibu kangeeeeeen... ibu ingin dipeluk kamu dulu yang lama sayang, setelah itu terserah kamu. Mau ibu yang biasa atau yang liar.... mmmmm” ucapnya didepan tempat tidur aku turunkan kaki ibu, ibu memelukku dengan sangat erat. bibir kami berpagutan, benar-benar aku merasa jarang dibelai. Dian terlupakan ketika aku bertemu dengan kekasih pertamaku.

Lumatan bibir lembut diantara kami berdua, kedua tangan ibu merangkul leherku sambil mengelus-elus belakang kepalaku. Sedang kedua tanganku dari pinggangnya turun ke pantat ibu, kuremas bongkahan pantat yang selalu menggemaskan. Tanpa tergesa-gesa aku memainkan pantat ibu terlebih dahulu dan berciuman melepas rindu. Setelahnya, kedua tanganku membuka resleting rok ibu, hingga rok itu terjatuh. Tangan ini sudah lama sekali tidak meremas pantat ibu, kuraba pantat ibu dan meremasnya dengan gemas.

Aku membalik tubuh ibuku, kupeluk dari belakang dengan kedua tanganku meremas susu besarnya. Ibu menoleh kebelakang kusambut dengan bibirku kembali, tangan ibu mulai menelusup diantara tubuhku. Dielusnya perlahan dedek arya yang masih terbungkus. Dengan cekatan kedua tangan ibu melepas sabuk yang mengikat celana jeansku hingga celana jeansku turun sedikit meperlihatkan celana dalamk. Kutarik kaos ibu keatas, dengan respon cepat ibu mengankat kedua tangannya dan berbalik kearahku. Ibu tersenyum manis kepadaku, diciumnya leherku turun dengan bantuan tangannya kaosku dinaikan. Lidahnya bermain-main di puting dadaku, tak lama berada di dadaku ciumannya semakin turun kebawah. Ciumannya hingga pada perutku, tangannya menarik kebawah celana jeansku. Kuangkat kedua kakiku bergantian dan terlepaslah jenasku.

Tak lama kemudian, ibu menciummi dan menjilati dedek arya yang masih berada didalam celana dalam. Wanita itu ibuku sedang menciumi kemaluan anaknya sendiri, benar-benar membuatku ingin sekali menubruknya tapi tidak, hari masih panjang sekarang belum melewati siang hari. Aku harus bisa bersabar agar kangenku pada tubuh ibuku bisa berkurang karena aku belum bisa menggantikan sepenuhnya ibu dengan dian untuk urusan dedek arya. dilorotkannya celana dalamku hingga lepas dari tubuhku, tangan kanannya mengocok batang dedek arya dan bibir serta lidahnya beramin-main di buah zakar.

“Ough bu... ibu enak sekali ough ibuku sayang, kontol arya keenakan bu ogh terus bu, arya pengen dikulum bu” ucapku

“Slurp... sabar sayang, ibu masih pengen mainin si nakal ini, kelihatan sekali sinakal sudah kangen sama tempik ibu” ucap ibu semakin nakal,

“iya bu, arya nurut sama ibu yang penting arya bisa menikmati hari ini bersama ibu, arya sudah kangen berat sama ibu” ucapku kepada ibu yang sekarang sibuk melumat kepala dedek arya

Secara perlahan kepala ibu maju dan mundur, memasukan kepala dedek arya kemudian dikeluarkannya lagi. Begitu seterusnya hingga setengah batang dedek arya masuk ke dalam mulut ibu. Tak kusangka, dengan hati-hati ibu mencoba memasukan semua batangku kedalam mulutnya. terasa sangat linu dedek arya ketika semua batangnya masuk ke dalam mulut ibu. terasa tertekuk kedalam dan masuk kedalam lubang. Ah, ibu memasukannya hingga sampai ditenggorokannya dan tak berapa lama, ibu menarik mundur kepalanya.

“hash hash hash hash... arghhh... uhuk uhhuk...” ibu seperti kehabisan nafas dan terbatuk-batuk

“ibu tidak kenapa-napa?” ucapku khawatir melihat keadaan ibu

“tenang kekasihku, ibu memang ingin melakukannya karena selama ini hanya sebagian yang masuk hash hash jadi penasaran” ucap ibu kembali melumati dedek arya kuelus kepalanya perlahan

“ibu sudah bu, arya sudah kangen sama susu ibu” ucapku sambil mengangkat tubuh ibu keatas, kucium bibirnya dan turun keleher jenjang ibu

“ough bu arya kangen bu owhhh... indah sekali bu lipatan susu ibu” ucapku yang sudah tak bisa aku kendalikan

“remas sayang, susu ibu juga sudah kangen dengan remasan tanganmu” ucap ibu

kutarik keatas tank-top berenda ibu ketas, sejurus kemudian aku tarik kebawah BH ibu membuat susu ibu tampak semakin mancung dan menantang. Kumainkan susu ibu, kuremas dan ku jilati seluruh bagian susu ibu. setelah aku puas dengan posisi ini, Kumiringkan tubuh ibu sedikit, Lidahku bermain-main di sekitar puting ibu dengan tangan kananku masuk kedalam celana dalam ibu. jariku mencari-cari klitoris ibu dan bibirku menjilati puting kanan susu ibu, tangan kiriku dari belakang punggungnya memutar dan menarik puting ibu kiri ibu untuk aku mainkan.

“arghh... jilat sayang jilat terus, ugh menyusu ke ibu seperti dulu lagi sayang emmmghhh.... terus mainkan itil ibu juga, aah ehmmmm kamu memang hebbbbath oughhh enak sayang ya disitu main kan disitu pas sekalihh di itil ouwhhh yah terus... “ racaunya yang sudah tidak karuan lagi, tangannya kadang menjambak kadang mengelus kepalaku. Aku cium bibir ibu dan kudorong ibu hingga pantatnya bersandar pada meja, kepalaku menuju ke selangkangan ibu. Tangaku membuka vagina ibu, lidahku keluar menjulur dan memainkan klitoris ibu

“egh sayangghhhh... terus, oh yah emmmh erghhhh yah terus masukan jarimu sayang masukan kocok yang keras ough sayang sayang owh sayang mmmhhhh ibu mau arghh egh egh egh egh egh....” racaunya. Setelah lama aku memainkan klitoris ibu, akhirnya ibu mengalami orgasme untuk pertama kalinya

Aku berdiri dan memandang ibu, wajahnya tampak layu seketika itu namun tetap mencoba memperlihatkan senyuman dibibirnya. kucium bibir manis dengan senyum indah itu, lalu aku sedikit merendahkan tubuhku. Ibu tahu akan maksudku, kakinya melebar dengan satu tangan menahan tubuhnya sedang satu tangannya lagi memegang dedek arya. diarahkannya dedek arya ke dalam liang senggamanya.

“Emmmhh.... mmmmfffthhh.... arghhhh... penuh bangeth ahhhh...” desah ibu semula menciumku kemudian melepas ciumannya tatkala dedek arya masuk semakin dalam. Kuraih kedua paha ibu dan kuangkat tubuhnya. Kurebahkan tubuhnya ditempat tidur yang memberikan aku kenangan.

“ough bu, kontol arya serasa kejepit bu, sempit sekalihh ughh aghhh aghh agh” ucapku sambil menggoyang pelan pinggangku

“ibu masih merawatnyah ouwh untukh kamuh ya lebih kerashhh lebih dalmhhh... kau masih kekasihkuh sayanghhh mmmmhhh eghhh.... kontol, ogh kontol anakku sampai menyentuh rahimku yah terushhh” racau ibu dengan tubuh bergoyang dan susunya yang terjepit BH itu naik turun

“yah bu arya sukahhh...” desahku

“pejuhin ibu sayang, ibu ingin dipejuhin kamu lagi ough yah terush sayangkuwh... mmmhhh nikmat sekali kontol kamuhhhh... yah terus lebih keras sayang lebih keras tempik ibu kangen bertahhhh oghhhhh dengan kontol kam kamuu” racaunya dengan tubuh yang bergoyang semakin cepat

Kulepas semua yang menempel di tubuhku dengan segera aku peluk erat tubuh ibu. puting terasa hangat ketika menempel di dadaku. Bibir kamu berpagutan hanya desahan yang keluar dari bibir tipis ibu.

“mmmeghhh mmmmgghh mmmmghhh...” desah ibu tersumbat oleh mulutku. Tubuh mungilnya melengking, mengejang beberapa kali hingga akhirnya terkulai lemas

“hash hash... cairan ibu benar-benar hangat, kontol arya suka sekali bu mmmmmhhhh slurrppp” ucapku lirih kemudian menciumnya

“ash ash ash... sayang, ash ash kontol kamu benar-benar nakal, baru sebentar saja ibu sudah dibuath hash keluar” ucapnya

“ibu ingin lagi?” tanyaku sambil menjilati bibir tipisnya, ibu mengangguk dengan nafas tersengalnya

Aku balik tubuhnya dan kuposisikan ibu menungging. Kuelus pantatnya dan kubuka lebar. Dengan bantuan tangan ibu, dedek arya masuk kedalam liang vaginanya. Kugoyang pelan tubuh ibu, desahan ibu sudah mulai terdengar. Ketika pinggulku mulai memompa lebih keras lagi, desahan ibu mulai terdengar lebih keras.

“argh sayang... terus sayang mmmhhh.... lebih dallam laggi, ibu ing... ngin lebih dalam lagi sayang, lebih keras sayang lebih keras, arghhh ya terus ammmmmmm...” racaunya ibu yang kemudian terdengar tidak jelas, kedua tangannya tertekuk kini ibu benar-benar menungging dengan tubuh depannya rebah dikasur

Tubuhku semakin tidak terkontrol, pompaanku semakin liar. Aku meremas pantat indah ibu, aku sodok semakin keras liang vagina ibu. Tempat tidur pun mulai berdecit mengikuti irama kami dalam bercinta.

“sayang.. ugh ibu mauuhh erghhh ough lebih keras lagi yah terusshhhh mmmhhh kamu benar-ber hebat ... ough kekasihku aku ingin pejuh kamuhhh, kontoli tempik ibu .... aaaaaaaaaaarghhhhh” desah ibu diakhiri oleh teriakan kerasnya tubuhnya kembali mengejang. Kupeluk tubuh ibu dari belakang, tubuhnya kemudian tengkurap di tempat tidur. Kuciumi tengkuk leher belakang ibu.

“sayang saking, ibu benar-benar kangen capek seperti ini... hash hash has... saking kangennya ibu sayang, ibu puas bisa keluar tiga kali... hash hash hash pejuhin mulut ibu sayang, pejuhin mulut ibumu ini biar ibu semakin puas...” rayunya

“ya bu, arya juga kepengen keluar dimulut ibu hosh hosh” ucapku sembari membalik tubuhnya

“ayo sayang, cepat sayang tempik ibu tidak tahan lagi” goda ibu dengan senyum manisnya

“yang ndak tahan tempik ibu atau ibu” godaku sambil memainkan dedek arya di pintu vaginanya

“dua-duanya, ayo dong...” ucap ibu dengan wajahnya yang sudah sedikit memerah

“arghhh....” desahnya seketika dedek arya masuk ke dalam liang senggamanya

Aku tarik kedua tangnnya dan kupegang erat, aku mulai memompa dedek arya didalam vagina ibu. susu besarnya nak turun tak karuan didepan mataku. Matanya terpejam hanya desahan-desahan kenikmatan yang tak bisa di sembunyikan dari bibirnya. Aku peluk tubuhnya dan kusatukan dadaku di dadanya.

“nikmat sekali sayang, nikmat ibu, arghhh terus ibu hampir keluar terus sayang pejuhi ibumu” desah pelan ibu deitelingaku

“arya juga mau keluar... ughhh... eughhh” desahku

Aku memompa semakin keras, hingga akhirnya aku merasakan dedek arya mau muntah. Ibu terlihat seperti akan keluar, membuatku menghentak lebih dalam dan lebih cepat lagi. Selang beberapa saat, Tubuh ibu melengking terasa cairan hangat dari liang vaginanya, jeritnya tertahan karena pompaanku semakin cepat. Kutarik dedek arya dan kukakangi kepala ibuku, dibukannya mulut ibu ...

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Dikuluminya dedek arya dengan mulutnya hingga tetes terakhir dari spermaku. Aku terkulai lemas disamping ibu dan dipeluknya tubuhku oleh tubuhnya. Hingga nafas kami teratur baru kemudian mengobrol sejenak mengenai ayah dan komplotannya.

“kalau dirumah kakek ndak ada sayang, kelihatanya aman-aman saja” ucap ibu

“Arya hanya khawatir jika ayah bertindak gegabah, ibu tahu dimana keberadaan ayah?” ucapku

“tidak, ibu tadi pagi sebelum kesini mencoba menelepon dan sms tapi tidak ada balasan” ucap ibu

“bu...” balasku

“hem...” jawabnya

“enak banget” ucapku sambil memiringkan tubuhku dan memeluknya

“ibu juga enak, sayang pikiran ibu pusing kalau lama ndak begini sama kamu” ucap ibu

“arya juga cup” kukecup keningnya

“nak, jika semuanya berakhir ibu harap kamu juga mendukung ibu untuk bisa melupakanmu sebagai kekasih” ucap ibu tiba-tiba

“eh... pasti bu, maafkan arya jika semuanya terlalu jauh” ucapku

“kita pasti bisa, hanya sampai ayahmu jatuh. Karena ibu tidak ingin menyakiti dian, ibu suka sama dian. dia wanita baik, tidak seperti ibu” ucap ibu

“est est est... jangan bilang gitu bu, ibu juga wanita baik kok. Buktinya arya suka sama ibu.hmmmm... hufttth...”

“Selama ibu yakin kita bisa berhenti setelah dia ndak ada, arya yakin kita bisa bu” ucapku

“iya sayang terima kasih...” ucap ibu bangkit dan kini berada diatasku, kami saling bertukar senyum

“sekali lagi ya syang, tapi cukup di emut saja ya. ibu mau diwajah sekarang jangan dimulut” ucap ibu, aku hanya mengiyakan keinginan ibu

Tak perlu aku ceritakan mengenai Blow job ibu, ibu sudah tahu kelemahanku walau sedikit lama. Namanya juga sudah sering jadi pastinya tahu, gaya ibu seperti mengulum selalu membuatku tak tahan untuk muncrat. Setelah wajahnya belepotan dengan spermaku, kami kemudian bersih-bersih. Kemudian aku menunggu ibu mengambil apa yang diperlukannya untuk liburan nanti sebelum aku antar kerumah kakek. Ibu mengatakan kepadku bahwa besok keluarga besar baru akan berangkat ke liburan jadi masih ada waktu bagi ibu untuk mengambil beberapa pakaian yang diperlukan.

Aku kemudian mengantar ibu ke rumah kakek kembali, ibu menasehatiku agar tidak mengatakan kepada dian akalu bertemu dengannya. Ibu juga menyarankan aku untuk melihat kekampus bisa saja ayah melakukan hal lain dengan menyatroni kampus mencari tahu mengenai eri dan rani. Setelahnya aku pulang kerumah dian lagi menjelang sore hari dengan tubuh sedikit lelah. Tapi tetap saja aku menyembunyikannya. Kubukan pintu rumah dalam keadaan sepi, kulangkahkan kakiku hingga ruang tengah dan kudapati dian duduk dengan bibir manyun sambil menonton televisi. Kudekati dian dan duduk disebelahnya..
 
“bibirnya jelek ih” candaku

“...” tak ada balasan dari dian

“kok malah manyun gitu?” lanjutku

“dibela-belain ndak berangkat kerja biar bisa bareng sama kamu, arya jelek! Malah pergi dari pagi sampai sore, main terus, maiiiiiiiiiiiiin terus! ARYA JELEK!” ucapnya tanpa memandangku, aku terkejut

“yah, kan sudah ijin tadi...” ucapku

“ijin ya ijin tapi mbok jangan lama-lama napa sih! Besok itu aku dah harus ngampus lagi! Huh!” judesnya mulai keluar smabil matanya melotot memandangku

“iya maaf kan ndak tahu, iya-iya....” ucapku

Kryuuuuuuuuk...

“ma’em dulu mas, tuh perut sudah kirim SOS! Maemnya dimeja makan” ucapnya dengan wajah judes tapi aku tahu dia perhatian bangeeet

“Asyiiiiik... ade, mas ma’em dulu ya sayang, muach” ucapku sambil mengecup pipinya, wajahnya langsung memerah. Aku berdiri dan melepas jaket kemudian beranjak menuju dapur melewati belakang sofa

“temenin ma’em ndak?” ucapnya tertunduk ketika aku menengok wajahnya, aku tersenyum

“iya sayaaaang temenin...” bisiku dengan tubuh membungkuk tepat disamping telinganya, seketika dian membalikan tubuhnya kearahku dan membuka kedua tangannya

“gendong...” wajahnya merah entah karena apa tetap tak bisa ditutupinya dengan judesnya

Aku langsung menyambut tangan yang terbuka tersebut dan kuangkat tubuhnya dari kedua ketiaknya. Dian berdiri dan langsung memelukku dengan erat, kedua pahanya aku raih dengan kedua tanganku dan ku gendong berhadapan. Wajahnya dibuang kesamping karena memerah entah karena malu atau bagaimana.

“manjanyaaaaaa....” ucapku sambil berjalan

“biarin, ma pacar sendiri weeeeek, yang penting bukan ma orang lain” ucapnya, wanota dewasa ternyata bisa manja juga ya.

“iya, iya, hadap sini dong jangan kesamping terus, masa disuruh lihat telinga terus?” protesku

“nih, emang mau apa? Dasar Arya jelek!” ucap dian

“beneran jelek?” godaku, kepalanya menggeleng-geleng dan dikecupnya keningku

“terima kasih sayangku” ucapku, senyumnya mengembang. Ku dudukan dian disalah satu kursi.

“wah, enak nih ayam penyet plus lalapan hmmmm...” ucapku dengan gaya seorang koki setelah selesai memasak, bergegas mencuci tanganku dan mengambil piring

“ade lapeeeer mas” ucapnya

“lho belum makan tadi? Ya mas ambil kan piring ya...” ucapku

“ndak mau...” balasnya manja sambil menggeleng-gelengkan kepala sebagai

“katanya lapar....?”tanyaku heran

“satu piring sama mas” jawabnya tersenyum kepadaku,

“Okay” ucapku, segera aku mengambil nasi lebih banyak sedikit untuk aku dan dian beserta aluk pauknya. aku geser kursi tempat dudukku dekat dengan dian, agar kami bisa makan bersama. Segera aku melahap makanan yang ada didepanku dengan sangat beringas, karena memang perut belum terisi. Baru aku sadar telah melupakan keberadaan dian yang diam mematung memandangku makan.

“eh, ade ndak makan?” ucapku, dian geleng-geleng kepala

“mas saja, mas kelihatan lapar sekali” ucapnya

“mas saja atau disuapin?” tawarku untuk menggodanya

“suapiiiiiiiiiin... dari tadi disuekin terus” ucapnya dengan pipinya digelembungkan mirip baso

“mas kira mau makan bareng satu piring,...”

“aaaaaaa....” lanjutku sambil tangaku yang berisi nasi aku dekatkan kemulutnya

“enak ndak sayang? Buatan pacarku lho...” ucapku sambil memandangnya

“ufth ufth ufth... pedeeeeeeeees... air air air..” ucap dian langsung berdiri mengambil gelas dan menuang air ke gelasnya

“iiiih mas kok ndak bilang kalau pedes sekali sambalnya” ucapnya

“lha kan ade sendiri yang buat? Kalau mas ini sudah pas” ucapku tersenyum geli melihat dian

“ade tadi ndak nyobain, huft huft huft.... tapi beneran pas mas?” ucap dian

“kalau mas, pas!” ucapku sambil mengacungkan jempol kananku

“enak?” tanyanya lagi

“ayam gorengnya bumbunya meresap!” ucapku,

Walau sebenarnya ayam goreng terasa hambar mungkin karena ada sambal jadi rasa hambarnya hilang. Kalau beli di pinggri jalan rasanya gurih, hmmm mungkin akan aku beri masukan nanti saja kalau sekarang tidak boleh. Wanita biasanya sangat sensitif salah satunya masalah masakan. Dian tersenyum kepadaku, dan duduk lagi untuk disuapi makan. Namun porsi sambalnya aku kurangi karena dian pasti akan kepedasan kalau kebanyakan sambal.

“sebentar, ada tamu tuh... aaaaaa” ucapku sambil mengambil nasi disebelah bibirnya dan aku suapkan lagi

“cup...” tiba-tiba dian mengecup pipiku

“eh...” aku tersenyum dan memandangnya, kami melanjutkan makan lagi bersama hingga aku habis dua ayam goreng. Masih tersisa sedikit daging ayam goreng yang berada dipiringku, diambilnya sisa daging itu dan dimakannya, tiba-tiba wajahnya menjadi cemberut.

“kalau ndak enak itu bilang ndak enak, ndak usah bohong kenapa?!” ucap dian cemberut

“yang ndak enak itu makan sendiri tanpa kehadiran seorang yang dcintainya, kalau menurut mas sudah enak hanya perlu ditambahi sedikit bumbu lagi biar tambah gurih, cup” ucapku yang berdiri membereskan piring dan mengcup pipinya. Kucuci piring dan tak ada jawaban dari dian, aku menoleh kearahnya

“kok diem?” tanyaku, kemudian melanjutkan mencuci piring

“berarti kalau makan batu ditemeni sama orang yang disayang tetep enak?” tanyanya

“ya ndak begitu juga kali sayang...” aku berjalan ke arahnya dan mendekatkan wajahku diwajahnya

“kalau batu jelas ndak enak, itu kan bukan makanan. Ade mau makan batu?” tanyaku, dian menggelengkan kepala

“yang penting saling mendukung dan memperbaiki. Seperti katamu kotor bisa dibersihkan, kalau kurang gurih bisa digurihkan lagi besok. Yang penting itu kamu yang masakin dan mmmmmmmmm” ucapku terhambat oleh bibirnya

“ternyata mahasiswa bisa romantis juga ya sama dosen” ucapnya

“mana mahasiswa? Mana dosen? Ndak ada dirumah ini kok” ucapku berdiri dan menoleh kekanan dan kekiri

“iya... cowok jelek! Gendoooooong...” ucapnya manja, aku tersenyum dan kemudian membopongnya

“baru kali ini ya, ada pacar dikatain jeleeeeeeeeek terus sama pacarnya” ucapku dengan pura-pura memasang wajah jengkel

“eh... jangan marah, pokoknya ndak boleh marah... emoh emooooooh (ndak mau)” ucapnya manja

“biarin” ucapku sambil menggelembungkan pipiku

Dian memohon-mohon terus dengan kemanjaannya agar aku tidak memasang wajah jengkelku. Hingga akhirnya aku kalah juga, dan ku habiskan hariku dengan dian dengan sikap manjanya. Senyumnya mempesona, kerlingan matanya membuatku runtuh sesaat walau aku menyembunyikan hubunganku dengan ibu yang masih berjalan hingga sekarang. Hingga akhirnya waktu sudah menunjukan malam sudah saatnya untuk melepas lelah.

“mas, coba duduk...” ucap dian membangunkan aku

“ughhhh... ya sayang” ucapku yang bagkit dan duduk diatas sepring bed

“hadap sini dong yang” ucapnya manja, aku balik tubuhku menghadap kearahnya. Kulihat dian tersenyum manis kepadaku

“mmmmmm....” gumamnya sambil menyentuh bibirku dan kemudian menunjuk-nunjuk bibirnya. Aku mengerti maksdunya, kedua tangannya meremas pundakku dan...

Kami berciuman, saling melumat bibir memang dian bisa benar-benar membuatku melupakan semua yang telah terjadi. Tubuhnya mendekat, tangannya turun dari bahu menuju ke lengan tanganku. Perlahan secara perlahan bergerak hingga meremas kedua tanganku. Sambil berciuma aku pun ikut meremas tagannya, menggenggamnya erat. Matanya yang semula terbuka kemudian terpejam, genggaman tangannya kemudian lepas dan kempali ke pergelangan tangaku. Merambat kembali menuju punggung tanganku dan diremasnya. Diangkatnya tanganku dan ditempelkannya di susunya.

“ad...” ucapku terpotong dengan kepala sedikit mundur

“sssssstt... Kenapa? apa perempuan dihadapanmu ini tidak menarik bagimu? Jika memang belum waktunya kenapa kamu sering pergi lama dariku?” ucapnya tiba-tiba dengan jari telunjuk kanannya menyilang di bibirku

“hsssssssssshhhhh.... Aku pergi lama untuk...” ucapku terpotong setelah hela nafas panjang dari bibirku yang tertutup oleh jarinya

“aku tidak suka jika ditinggal lama olehmu, aku sudah cukup puas berpisah denganmu hingga bertahun-tahun. Bukannya aku egois tapi kamu mengatakan kepadaku tentang dirimu dan aku ingin kamu berada didalam lingkaranku. Sekarang akulah kekasihmu, kenapa?” jelasnya sekali lagi, dan bibirnya maju menyentuh bibirku, bukan berciuman. Kurasakan nafasnya pelan menyentuh bibirku, nafas yang tenang bukan nafas karena nafsu.

“Aku bukan wanita yang begitu saja dengan mudah menyerahkan milikku kepada orang lain. Kamulah yang telah membuat hatiku memilihmu. Jika memang ada sesuatu yang menghalangimu melakukannya, apakah aku bukan tempat yang pantas untuk mendengar ceritamu?” ucapnya sekali lagi

“hssssshhhh... aku ingin kita melakukannya setelah kita benar-benar sa...” perkataanku terpotong lagi karena bibirnya menutupi bibirku

“dan kamu bisa terus bersama dengan yang lain. Tidak mempedulikan aku lagi? Aku memang tidak tahu apa yang kamu lakukan diluar sana. Hanya perasaan khawatir dalam diriku. Takut, cemburu dan yang jelas pikiranku selalu berprasangka buruk ketika kamu diluar sana. Aku sedih, aku gelisah ketika kamu diluar sana dan terkadang kamu tidak memberiku kabar, entah lupa atau memang tidak ingin. Aku marah dengan diriku sendiri sebagai seorang kekasih yang tidak bisa menahanmu tetap berada disampingku. Aku selalu berpikir apakah ada yang kurang tentang diriku kepadamu? Aku juga merasakan kegelisahan ketika harus melakukannya denganmu. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa berpikir lagi apa yang harus aku lakukan agar bisa menahanmu lebih lama lagi disini....” ucapnya

“bersamaku...” ucapnya dengan air mata yang mengalir dipipinya

Aku terus memandangnya tangan kiriku yang tak dipegang olehnya coba aku angkat untuk menghapus air matanya namun tangan kirinya kembali menahan tangan kiriku untuk tetap rebah di dadanya. Pandangan kami bertemu, tak ada kata-kata lagi terucap dari kami. sebuah pandangan yang seakan mengobrak-abrik perasaanku, mencoba menelusuri semua kebohongan-kebohonganku. Ku pejamkan mata dan kembali kubuka untuk berani berkata-kata.

“cobalah kamu ingat, aku keluar juga untuk mencari informasi. Bukan untuk yang lain, dan aku selalu kembali lagi ditempat ini. kamu pernah bilang padaku untuk tidak membatasiku berkumpul dengan sahabat-sahabatku da...” belaku yang terpotong kembali

“aku tahu itu semua, tapi setiap kali kamu pergi sekalipun itu hanya sebentar saja, aku selalu merasa gagal...” ucapnya kembali

“tolonglah... buat aku benar-benar berarti bagimu...” lanjutnya kembali

Aku gugup, aku gelisah dengan situasi ini. apakah aku harus melakukannya dengannya saat ini? aku gugup tak tahu harus berbuat apa. Dia terlalu indah bagiku. Tanpa sadar aku merasakan elusan di bagian dedek arya, dedek arya bangun tanpa komando dan tanpa mengerti akan perasaanku saat ini. laki-laki muda kalah dengan sebuah argumen dari seoranng wanita, itulah yang terjadi saat ini. bibirnya sudah menempel dibibirku, hanya diam. Nafasku menjadi nafas seorang pemburu.

Bibirnya maju perlahan, bibir kami semakin menempel. Secara refleks kepalaku sedikit miring, lidahnya keluar membuka bibirku dengan tanganku masih berada diatas dadanya. Ah, lebih besar, lebih lembut, lebih kencang itulah yang dikatakan oleh perasaanku. Perasaan yang mengatakan kepadaku bahwa yang sekarang aku pegang adalah yang terindah. Apakah benar itu semua?

“mmmmhhhhh.... mmmmmmh... mmmmhh.....”

Desahan dari bibir kami berdua yang sedang bersatu satu sama lain. Tubuhnya mendorongku hingga aku rebah ditempat tidur. Setiap kali tanganku mencoba untuk lari dari tempat itu, selalu saja tangannya mengembalikan tanganku ke tempat semula. Tak kuasa apa yang ada ditanganku membuatku meremas secara perlahan susu itu, susu yang masih terbungkus tank-top hitam. Tangannya semakin terasa mengelus dan sedikit meremas dedek arya. tak seperti yang pertama namun perasaanku campur aduk. Ketikan tangannya menekan dan menggesek-gesek dedek arya yang masih berada didalam celana membuat sang dedek arya kehilangan kendali. Terlalu lembut, terlalu nikmat dengan apa yang dian perbuat kepadaku. Tubuhku membalik tubuhnya perlahan, kini dian berada dibawahku, satu tanganku bergerak mengelus rambutnya ke atas dan satu tanganku masih aktif meremas susunya. ah, kami berciuman layaknya orang sedang bercinta. Kuarahkan ciumanku ke keningnya dan kupandang matanya.

“besok lagi kalau bobo, jangan pakai BH” ucapku dengan senyuman, membuat suasana mereda seketika

“eh... mmmmmmhhhh mmmmmmhhhhh....” desahnya

Sambil berciuman, kuangkat tubuhnya dan kurapikan posisinya seperti ketika kita mau tidur. Aku tetap berada diatasnya dan dian berada dibawahku.

“lepasin to...” ucapnya manja

“ntar kalau lihat gimana? Ntar malah ndak aku tutup lagi” ucapku

tanpa menunggu jawabanku, dian malah menarik kaosku dan memaksaku melepas kaos. Senyuman nakal dari bibirnya membuatku membalas perbuatannya. Kulepas tank-topnya dan alamaaaaaaak sebenarnya ini ukuran berapa? Dengan segera mengalihkan perhatian mataku, aku kembali mecium bibirnya. Kulingkarkan tanganku untuk melepas pengait BH dibelakang punggungnya dan kuloloskan BH dian. kini kami berdua hanya memiliki pengaman di alat vital kami. ku dudukan dian dihadapanku, kembali kami berciuman. Kusatukan keningku dan tatapanku kebawah, kesusunya.

“lihat apa hayo?” ucapnya, suasana menjadi tenang kembali

“ini apa?” ucapku sambil mengelus susu dian disekitar putingnya

“ndak tahu, waktu lahir belum punya tapi setelah dewasa ada sendiri” ucapnya kemudian tangannya menaikan daguku

“buat kamu....” pelan

“sekarang?” ucapku

“terserah kamu, asal kamu tidak ragu lagi.... aku mau...” ucapnya

“beneran? Sudah siap?” ucapku, kepalanya menggeleng sedikit

“hmmm... gitu kok mancing-mancing?” ucapku

“lha kamu perginya selalu lama, bikin ndak enak hati. Sekarang pokoknya....” ucapnya

“pokoknya apa?” ucapku

“harus dibelai, kalau ndak dibelai aku minta belaian laki-laki lain” ancamnya

“diginiin?” ucapku sambil meremas pelan susunya dengan tangan kananku

“uffffthh... he’em...” balasnya

“lha itunya?” ucapku, dengan tangan kiriku memegang pinggangnya, dan jempol tanganku memijit-mijit perutnya tepat diatas vaginanya

“eh.. mmmmmngggg... katanya sakit...” ucapnya manja

“kamu itu aneh, kalau tadi aku kepancing beneran gimana?” ucapku, sambil mengelus sekitar payudaranya dengan punggung jariku

“erghhh... ya siap jadi bapak mmmmhhh” ucapnya dengan desahan kecil dari bibirnya

“aku siap, tapi kamu siap sakit?” ucapku dibalasnya dengan gelengan kepala menandakan dia belum siap

“bobo yuk...” ucapku

“he’em... tapi...” balasnya

“apa?” tanyaku

“dipeluk sama digituin” ucapnya

“iya sayangku, adeku sayang...” balasku

Aku tidur disebelah kirinya, tubuhnya miring menghadap ke tubuhku. Kutarik selimut untuk menutupi tubuh kami. ku sejajarkan kepalaku dengannya agar kami bisa tetap saling berciuman. Kini aku sudah tidak sungkan lagi untuk meremas susu yang lebih besar dari semua wanita yang pernah mengajakku tidur bersama, bahkan ibuku sendiri. belaian pada susunya dibalasnya dengan elusan halus di dedek arya.

“kenapa?” ucapku

“besar banget, kalau masuk.... muat?” tanyanya

“mau dicoba?” balasku

“entar kalau sakit?” balasnya kembali

“kita masih punya banyak waktu, aku yakin kita pasti benar-benar akan bersama” ucapku menenagkan dirinya

“he’em....” balasnya

Kami kembali berciuman dan saling meraba satu sama lain. Bahkan aku yang sudah bertempur tadi siang masih selalu membelai sesuatu yang indah ini. Yang indah daripada yang lain dengan bibir terus melumat bibirnya. Kesadaranku masih bisa aku kontrol, tapi gerakan bibir dian mulai berhenti kulihat matanya terpejam dan alunan nafasnya tenang. Dian telah tertidur, kukecup keningnya dan aku duduk dan sekali lagi aku buka selimut perlahan melihat apa yang aku eslu-elus tadi.

“beruntungnya aku...” bathinku, kupandang wajah yang telah terlelap

“aku pasti akan menemanimu hingga akhir nafas kita” ucapku pelan disamping telinganya

Kutarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua, kuposisikan dadaku sejajar dengan kepalanya. Tangan kananku meremas dan mengelus lembut susunya. kuselipkan tangan kiriku diantara disela-sela lehernya. Hingga akhirnya kesadaranku mulai hilangan tertidur berselimutkan malam.

“terima kasih....” sayup-sayup aku dengar suara dian namun aku sudah tidak sanggup lagi membuka mata...
 
Bimabet
Alunan melody udara dingin dengan hiasan kicauan burung di pagi hari. Pagi dimana masih terlihat gelap seperti malam. Kulihat jam dinding yang semakin menertawakan aku untuk semua masalah-masalah yang semakin dekat dengan akhir. Good Ending atau bad ending, huft mata ini masih rabun untuk memikirkan akhir dari perjalananku. Kuraba tempat tidur disebelah kiriku tapi tak ada tubuh yang semalam setengah telanjang dalam pelukanku. Segera aku bangkit dan beranjak ke kamar mandi luar, karena memang aku tidak pernah masuk kedalam kamar mandi dalam kamar dian. kupakai kaos dan celana pendekku, terdengar suara gemercik air yang terdengar di dalam kamar mandi dalam. Setelah dari kamar mandipun aku masih mendapati dian berada didalam kamar mandi, segera ak melaksanakan kewajibanku dan kemudian tidur lagi dengan posisi miring membelakangi kamar mandi.

Kleeek... terdengar langkah dian mendekatiku

“sayaaaang, sudah jam setengah enam. Masa tidur lagi? Ntar rejekinya dipatok ayam lho” bisik dian pelan

“masih ngantuk...” ucapku sambil memejamkan mata

“sekali-kali ngampus sayang ketemu sama dosennya gitu...” ucap dian

“males ah, dosennya judes enakan dirumah sama pacar” candaku masih mememjamkan mata

“dosennya judes banget ya sayang? Sampe ndak mau ketemu sama dosennya?” ucap dian sambil memelukku

“ndak mau...” ucapku sedikit manja

“bangun, mandi sambil menunggu sarapan atauuuuuuu... hmmm... ntar malam bobo sambil ngelus-elus bantal saja ya...” ucap dian langsung meninggalkan aku. WHAT! Bantal????

Aku segera bangun namun sudah tak kudapati dian di dalam kamar. segera bangkit dan berjalan kembali lagi ke dalam kamar mandi yang dingin sebagai syarat agar malam nanti tidak memeluk bantal ataupun guling. Ah, memang wanita sehebat apapaun karirnya tetap saja mereka tidak pernah melupakan tempat yang membuat mereka bertambah cantik, dapur. Kulihat dian sedang asyik membuat sarapan pagi, ketika dian menoleh matanya melotot menyuruhku untuk segera mandi. Ah, segaaaaaaaaaaaaaaaar dan dingin.

Seluruh tubu sudah bersih, dan sudah berpakaian lengkap untuk berangkat ke kemapus. Dapur? Jelas untuk menemui dian, kudapati dirinya sedang menyiapkan makan pagi untuk kami berdua. Kudekati dian dan kupeluk dari belakang tubuhnya. Sedikit aku senggol bagian susunya.

“kok ndak pakai BH?” ucapku nyleneh dipagi ini

“iiih katanya ndak boleh pakai, sekarang malah diprotes? Apa sih maumu hmmmm” ucapnya judes

“yeee kalau bobo saja sayaaaang, kalau keseharian gini ya dipakai. Ntar kalau banyak yang sadar kamunya ndak pakai, ndak terima akunya!” ucapku sedikit keras

“kalau ndak terima terus mau diapain orangnya?” tanyanya

“ya gitu deh, paling banter ya UGD” ucapku sombong

“ndak boleh gitu sayang, iya ade pakai deh. dipakaikan ya?” ucapnya manja

“iiih pacarku udah gede minta dipakaikan baju” ejekku

“mau ndak? Kalau ndak mau ya sudah” ucapnya sambil melepas pelukanku dan berjalan menuju kamar. dian berjalan dengan senyuman mengejek, dia tahu kalau aku pasti tidak akan menolaknya.

“mau.... mau....” ah godaan yang tidak bisa ditolak, mungkin sebagian besar laki-laki pasti tidak akan menolak ketika harus memakaikan baju pacarnya (benarkan?)

Setelah setengah telanjang didalam kamar, dian melotot melihatku yang terkesima dengan keindahan payudara ah susunya itu. Dijewernya telingaku karena terlalu lama tidak memakaikan baju ke tubuhnya. Canda tawa kami bersama didalam kamar membuat hubungan kami semakin hangat. Makan pagi bersama dian, dan yang jelas aku selalu menyuapinya karena memang sikap manjanya tidak bisa aku tolak. Menolak menyuapi dian? sama saja menolak mendapat hadiah. Setelahnya aku berangkat, dian menggunakan mobil dan aku menggunakan REVIA-ku, pacar lamaku.

“ndak bareng mas sekalian?” tawarku yang sebenarnya aku tahu jawaban dian

“ade pakai mobil saja” ucapnya

“boleh ndak kalau mas bareng?” godaku

“eh... mmmm....” ucapnya

“iya, iya... sudah, ade berangkat dulu. Nanti mas yang tutup pintu gerbangnya” ucapku, kulilhat dian berdiri mematung disamping pintu mobil yang terbuk, kemudian menoleh kearahku

“mas lulus dulu ya, ade takut kalau mereka tahu kebersamaan kita. Nanti akan ada pembicaraan miring mas, nanti mereka mengira ade mempermudah kuliah mas” ucapnya, kudekati dian

“cup... iya mas tahu, mas kan masih mahasiswanya ade jadi memang seharusnya kalau dikampus ade bersikap seprofesional mungkin. Jadi kangen sama judesnya dosen mas yang cantik itu he he he” ucapku, yang langsung berjalan mundur ketika tangan dian mencoba mecubitku

Ke kampus? Ya kini adalah jalan kemana aku harus mencari informasi detail dikampus. Dian berangkat terlebih dahulu menggunakan mobilnya sedangkan aku menyusul dengan menggunakan REVIA. Sesampainya dikampus aku berjalan-jalan memutari kampus, sesekali aku bertemu dian yang sedang bersama bu erna. Well, sikap kami layaknya seorang mahasiswa dengan dosen. Aku suka dengan wajahnya ketika bertemu aku, judes hi hi hi tapi kalau dirumah brrrrrrr harus angkat sana-sini si dianya. Universitasku memang luas, jika harus memutari universitas ini harus menggunakan motor. Ku pilih dengan menggunakan kedua kakiku menuju ke kampus/ fakultas rani. Dengan bergaya seperti mahasiswa baru, aku duduk-duduk di taman bersama dengan mahasiswa-mahasiswi yang lain. Dan ketika kupasang eraphone di telingaku...

“eh... kenapa mereka ada disini? Apa yang mereka lakukan disini?” bathinku ketika mata ini melihat sesosok dua orang yang sudah tidak asing lagi dimataku

Aku bersikap cuek dengan memainkan sematponku, tak kuhiraukan mereka berdua. Ya, mereka adalah orang yang pernah menabrakku ketika aku berada di TKP kematian KS. Pikiranku semakin tidak tenang, ingin rasanya aku membuntuti mereka tapi jika itu aku lakukan bisa membuat kecurigaan terhadapa mereka. sesekali aku melakukan selfie agar aku bisa memperhatikan pergerakan mereka. kulihat mereka menuju kantin kampus rani. Aku pun berjalan menuju ke kantin mengikuti mereka dengan gaya Ababil sambil mengenakan sematpon kesayanganku.

“bu, mie goreng satu sama es teh ya bu” teriakku kepada ibu kantin yang tidak aku begitu kenal

“ya, mas sebentar” ucap ibu kantin, kulirik kedua pria itu sedang memesan makanan di kantin sebelahnya. Oh ya, kantin dikampus rani sama dengan dikampusku hampir mirip dengan pujasera jadi ada 5 kantin dalam satu tempat

Dan beruntungnya aku, karena mereka melihi tempat duduk yang bersebelahan dengan mejaku. Aku makan ditemani beberapa mahasiswa yang tidak aku kenal, wajar saja aku bukan salah satu mahasiswa dari fakultas rani. Ku matikan earphoneku berharap akan mendapat sedikit informasi dari yang ku dengar.

“mas ini “ ucap perempuan yang membantu ibu kantin

“makasih mbak” ucapku

“masnya bukan dari fakultas sini ya?” ucapnya, sedikit gugup aku ketika ditanya

“eh, iya mbak aku dari fakultas sebelah. Kesini main mbak, sekalian nunggu teman berangkat kuliah mau mengembalikan flashdisk” ucapku

“ooooh pantesan ndak pernah lihat, ya walaupun banyak mahasiswa yang makan disini tapi mas kelihatan asing gitu, ya udah mas silahkan dinikmati” ucap mbak nya

“terima kasih mbak” balasku

Segera aku melahap mie instan ini, tak begitu lapar sebenarnya setelah makan pagi bersama dian. kumakan pelan-pelan sambil memainkan game di sematponku, itung-itung juga untuk mendengarkan percakapan mereka berdua. Aku pelankan makanku tapi orang disebelahku tidak bercakap-cakap, ah percuma kayaknya kalau aku harus menunggu. Tapi...

“kita sudah memutari univ ini tapi tetap tidak ada tanda-tanda anak bos, apalagi dikampus yang pertama tadi kita juga tidak menemukannya” ucap lelaki 1

“mungkin mereka sudah bersembunyi disuatu tempat. Oia, kamu masih ingat pacar anak sibos tukang yang digebuki di univ yang diceritakan oleh kawan kita?” ucap lelaki 2

“iya aku ingat, anak itu masih terlihat beberapa hari ketika si anak perempuan bos tukang menghilang. Beberapa kawan kita juga sudah mengobrak-abrik kosnya tapi tidak ada tanda-tanda kalau paarnya itu menyembunyikan anak bos tukang” ucap lelaki 1

“bagaimana dengan pacar anak si bos aspal? Apa ada tanda-tanda dia menyembunyikannya?” ucap lelaki 2

“juga tidak, dia masih terlihat. Bahkan sempat dari kawan kita ada yang menyamar sebagai paman dari ana si bos aspal. Tapi anak itu tidak tahu mengenai anak si bos aspal, dia sudah menyerah untuk mendekatinya karena tidak ingin mati” ucap lelaki 1

“ha ha ha ya jelaslah... tapi sayang mereka berdua sudah menghilang padahal enak tuh bisa di makan rame-rame. Mungkin kita harus pulang segera untuk memberitahukan kepada bos mengenai kondisi kampus” ucap lelaki 2

Kemudian mereka berdua diam, aku habiskan makanku dan pergi dari tempat itu. dengan gaya ababilku berjalan santai menuju fakultasku. Sebenarnya aku sudah sangat bersyukur mengenai apa yang dilakukan oleh anta dan rino, mereka ternyata seorang yang bisa sangat dipercaya. Dengan rokok, dunhill sebatang ditangan kananku aku melewati jalan universitas yang lumayan ramai. Tiba-tiba saja ada mobil berhenti didepanku, pintu terbuka dan sebuah pistol mengarah kepadaku. Orang yang berada didalamnya melambaikan tangan menyuruhku segera masuk kedalam mobil. Ah, sial jika aku lari akan terlihat kalau akku terlibat. Aku berjalan dengan rasa takut menuju ke dalam mobil. Tak ada yang mengajakku berbicara, ada dua orang yang berada disampingku mereka yang tadi berada di kantin dan dua orang lagi berada di jok depan, aku belum mengetahui wajah mereka sebelumnya. Mobil kemudian bergerak menuju tempat sepi disudut taman rektorat.

“Kamu tahu ini?” ucap lelaki 3 dari depan menunjukan dua foto yang bersampingan

“eh,...” aku terkejut dan terdiam penuh rasa takut

Bugh... bogem mentah mendarat dipipi kiriku

“ngomong kenal tidak?” ucap lelaki 2

“ke... kenal pak” ucapku

“dimana dia?” ucap lelaki 3

“tidak tahu pak, saya cu... Cuma kenal di KKN pak setelah KKN tidak pernah ketemu lagi” ucapku

Bugh... bogem mentah mendarat di pipi kananku

“bohong kamu ya? katanya kamu tadi mau mengembalikan flasdisk, jawab jujur... kamu ingin bertemu dengan salah satu wanit ini kan?” ucap lelaki 1

“bukan, aku mau bertemu temanku tapi cowok... pak beneran pak... sumpah” ucapku dengan raut takut. Tiba-tiba lelaki 4 yang menyetir mobil mengacungkan pistol kearahku

“kita bisa bunuh kamu disini, dan membuang mayatmu disini juga. Jawab jujur! Kita sudah tahu semua teman KKN kedua wanita ini dan mereka semua bilang juga tidak tahu, pasti kamu tahu mengenai mereka berdua” ucap lelaki 4

“beneran pak saya ndak tahu pak, setelah KKN ndak pernah kontak-kontakan lagi. Karena aku takut dimarahi pacarku pak, kalau ketemuan sama cewek pak yakin pak sumpah beneran...” ucapku memasang raut wajah takut

“argh sialan, bagaimana ini? kita habisi dia saja?” ucap lelaki 2

“******! Kamu mau mati sekarang?” bentak lelaki 3 kepada lelaki 2

“oh... iya aku lupa...” ucap lelaki 2

“argh kampret, cewek berwajah cina itu juga tidak tahu menahu keberadaan dua wanita ini. siapa sebenarnya arghhhh! Hei hajar saja dia! Dan kamu ingat berani kamu lapor polisi, akan kami habisi kamu dan teman-temanmu!” bentak lelaki 3

“iya pak, saya ndak akan lapor pak. Saya Cuma mau kuliah saja pak dan lulus” ucapku ketakutan

Sreeet... brughh... bugh bugh bugh...

Dikeluarkannya aku dari mobil dan dihajar habis-habisan. Empat bogem mentah mendarat di wajahku, aku kemudian meringkuk dan habislah punggungku dihajar oleh mereka berdua. Diludahinya aku dan kemudian ditinggalkannya aku sendirian. Aneh juga mereka menghajarku, apa mereka menghajarku hanya sebagai syarat kalau mereka pura-pura tidak mengenalku. Tubuhku tampak pegal semua, aku paksakan tubuhku untuk rebah berbaring menghadap ke atas. kudengar suara laju mobil menghilang dari telingaku. Hash hash hash... sial kenapa mereka bisa tiba-tiba datang menjemputku tadi, apa mungkin karena melihatku di kampus rani? Ah, sial... tanganku meraba ke kantong jaket yang aku kenakan. Ah, dunhill mungkin ini memang saat yang tepat untuk melepas penat di paru-paruku.

Aku tidak mau memaksakan tubuhku untuk bergerak, mungkin orang yang melihatku sekarang akan merasa aneh dan mengira aku orang gila yang tidur diatas paving. Setengah batang dunhill telah terbakar, kuraba-raba saku jaketku yang satunya. Sematpon kesayanganku masih bisa dinyalakan dan untungnya mereka tidak menyita atau merebut sematponku. Bisa jadi mereka tahu semua gerak-gerikku, apalagi aku tidak pernah hafal nomor rani dan eri. Bagaimana coba kalau sematponku disita dan rani menghubungiku. Untung kan sematponku tidak di rebut mereka. touch... touch... touch... touch... touch... dan seterusnya, ku kirim sebuah pesan BBM ke anton.

To : Anton “Awan Kinton”
Empat orang datang kekampus,
Mereka mencari rani dan eri

Setelah sebuah pesan kukirim ke anton, aku masih rebah diatas paving yang lumayan teduh. Untungnya saja mereka mereka memilh tempat yang enak untukku dihajar.

Tek kotek kotek, anak ayam... Ringtone

“Bagaimana kamu bisa tahu?”

“Asu (Anjing), tanya keadaan dulu kenapa?”

“Lho? Lha emang kamu kenapa bro?”

“Tadi aku diciduk sama mereka, dan disekap untungnya ndak dibunuh, mereka tahu aku teman KKN-nya. Sekarang aku sedang terbaring lemas habis dihajar oleh mereka”

“hufth... untunglah kamu Cuma dihajar. Tapi dilihat dari pergerakan mereka, mereka berjalan hati-hati”

“matamu! Sebenarnya aku mau dibunuh tadi, salah satu dari mereka tahu siapa aku”

“yang penting kamu ndak mati kan? Ha ha haha Ya sudah, biar anggotaku sekarang yang mengitari kampusmu”

“ati-ati bro...”

“oke, oh iya, ada informasi. Dari anggotaku ada yang melihat ayahmu naik mobil sama wanita. Jadi hati-hati bro...”

“Eh, okay”

Pastilah Tante wardani, istri pak koco... ah kapan aku bisa membebaskan mereka dari belenggu perbudakan ayahku dan om nico. Bagaimana caranya agar aku bisa menyelesaikannya dengan cepat? Setelah satu batang dunhill menjadi asap dan tertinggal filter, Aku paksakan tubuhku untuk bangkit dan mulai berdiri secara perlahan. Jalanku pincang, punggungku linu seperti seorang tua yang sedang sakit pinggang. Aku berjalan menuju ke kamar mandi auditorium yang dekat dengan rektorat dan membasuh lukaku. Sial, kenapa juga pas diwajah ada luka, bisa tambah ndak ganteng aku.

Sejenak aku beristirahat duduk di depan auditorium tersebut. Ah, universitasku dan universitas dimana ibuku berada. Aku disini juga karena aku melihat dian yan pernah aku lihat waktu itu. kulihat sekilas seoran lelaki yang aku kenal, ya itu adalah anda sedang bersama seorang wanita disisinya berjalan berdampingan. Tangan anda sedang menggandeng tangan wanita itu. gila, cepat banget dia dapat gebetan baru. Ah, namanya juga seorang laki-laki, mati satu tumbuh seribu.

“kaget ya?” ucap seorang lelaki dari belakangku, aku menoleh kearah suara itu

“eh, pak felix... gimana kabar pak felix kok ndak pernah kelihatan?” ucapku sembari mencoba berdiri dan menyalaminya

“i’m fine... sudah santai saja,” ucap pak memegang pundakku dan duduk disampingku

“lho wajahmu kenapa? berantem lagi? Wah wah kamu itu ndak ada kapoknya sejak kejadian waktu itu?” ucap pak felix

“alah pak namanya juga anak muda, masih labil” jawabku sekenanya

“kamu itu ada-ada saja...” ucap pak felix yang kemudian mengeluarkan sebungkus rokok berwarna merah, Djarum Super

“kok baru kelihatan pak?” ucapku

“ngisi pelatihan diluar kampus, mungkin tahun ajaran baru nanti sudah bisa mulai ngajar lagi” ucap pak felix dengan hembusan asap keluar dari mulutnya

“kamu kaget ya lihat anda jalan sama cewek lain?” ucap pak felix membuatku heran karena seakan dia tahu semuanya

“kenal saja tidak pak...” jawabku sekenanya

“masa ndak kenal? Bukannya setelah dian tidak jadi sama aku, anda yang pedekate sama dian? kamu ndak tahu?” ucapnya yang kelihatannya berpura-pura tidak tahu menahu tentang semua yang terjadi

“bu dian kan dosen pak, itu urusanya bu dian. bukan urusan saya, saya kan Cuma mahasiswa” ucapku

“arya... arya... hufffffffffthhhh....” deburan asap keluar dari bibirnya

“entah mengapa aku merasa kalau dian itu suka sama kamu, walau aku tidak tahu keseluruhannya. Waktu aku melamar dian di taman waktu itu dan kamu ada disitu, raut wajah dian langsung berubah dan pasti kamu juga merasakannya”

“anda, dia laki-laki sainganku juga ketika aku mendekati dian untuk kedua kalinya. Aku dulu pernah pacaran sama dian pas study diluar negeri tapi putus gara-gara aku selingkuh. Balik ke negeri sini, mencoba memperbaiki ada anda menjadi sainganku tapi anda mundur ketika tahu aku yang menjadi sainganku. Tapi sejalan dengan waktu aku sendiri yang kalah tidak bisa menaklukan dian, aku tidak tahu apa alasannya tapi kelihatannya alasannya adalah kamu”

“anda mental ditolak sama dian, dia cerita ke aku, dan dia juga cerita waktu itu dia secara terang-terangan ngomong ke kamu agar kamu menjauhi dian. mungkin dia merasa sama seperti yang aku rasakan, ketika ada kamu dian selalu berubah. tapi waktu itu aku membuang jauh pemikiran itu, ya karena kamu mahasiswanya... ” ucap pak felix dengan gumpalan asap keluar dari mulutnya

“ah pak felix bisa saja...” ucapku

“aku juga tidak tahu ar, tapi seandainya saja dia menyukaimu dan kamu juga memiliki perasaan yang sama... jaga dia ar, aku tidak tahu tentang perasaan dian ke kamu tapi yang jelas ada sesuatu yang membuat dia tertarik kepadamu” ucap pak felix sedikit membuatku terdiam

“ha ha ha ha sudah jangan kamu pikirkan ar, kamu lulus dulu saja kerja baru pedekate sama dian. pasti dia mau, karena.... dian bukan wanita sembarangan, itu yang aku tahu. Pacarnya saja pasti tidak akan berani menyentuhnya sampai pacarnya menikahinya, mungkin karena aku nakal ya ar dan aku lelaki yang suka bertualang. Jiwa petualangku yang membuatku tidak betah dengan dian waktu itu, dan akhirnya aku pergi dari dian. tapi waktu itu aku menyesal, namanya kesempatan kedua itu pasti ada tapi tidak akan pernah sama dengan kesempatan yang pertama” ucap pak felix semakin membuatku tertegun

“ha ha ha ha aku ini ngomong apa ya ar, ya sudah aku mau pergi dulu dan ingat ya ar... kalau kamu jadi sama dian, kamu tidak akan pernah menyesal...” ucap pak felix

“pak, ngimpi kali ya pak kalau mahasiswa bisa pacaran dengan dosennya?” ucapku santai

“mimpi itu cita-cita, kan kamu tahu sendiri semua berawal dari mimpi atau khayalan kita. Kalau ndak punya mimpi berarti orang itu mati ha ha ha lha kamu suka sama dian ndak?” ucapnya

“ya kalau bu diannya mau sama saya, saya mau pak... gila apa cowok nolak cewek kaya bu dian” ucapku cengengesan

“ha ha ha ha... ya sudah aku pergi dulu, mau ke luar kota lagi ini tadi mampir ke auditorium jalan-jalan melepas kangen sama universitas, sudah berbulan-bulan ndak pernah pulang ha ha ha oh iya, kurangi kesukaanmu berkelahi ar...bahaya tahu” ucap pak felix sambil berdiri

“okay pak” ucapku, kulihat pak felix kemudian berjalan menuju ke rektorat dan disana ada seorang wanita yang berjalan kearahnya. Kulihat mereka tampak mesra, ah ternyata dia sudah dapat wanita lagi.

Argh sialan, tubuhku rasanya sakit semua. Kalau seperti ini, lebi baik aku segera pulang kerumah dian. istirahat dan tidur, ah benar juga aku juga bisa merokok dibelakang rumah. Mumpung ndak ada dian dirumah, jadi aku bisa bebas. Aku segera melangkah menuju ke tempat parkir kampusku yang berada nun jauh dari auditorium. Ya walaupun jauh aku memilih jalan melingkar dengan tujuan agar aku tidak bertemu dengan orang-orang yang aku kenal, setelah sampai di tempat parkir segera aku melaju dan pergi dari kampus.

Dalam perjalanan aku kemudian teringat akan kata-kata orang yang baru saja memukuliku. Ah, wanita cina, ajeng. Semoga saja ajeng tidak diapa-apakan, tapi kalau dari pembicaraan mereka menurutku ajeng baik-baik saja. apa aku harus menemuinya ya? waduh, bisa jadi perang dunia ketiga kalau dian tahu aku menemui ajeng. Mending tidak usah sajalah, anton ya anton, aku hubungi dia saja mengenai ajeng. sesampainya aku dirumah dian, segera aku masuk.

Rumah dalam keadaan sepi tanpa penghuni. Aku buat segelas teh hangat dan duduk dipekarangan rumah ditemani dua batang dunhill. Segera aku menghubungi anton untuk menanyakan keadaan ajeng. menurut penuturan anton ajeng dalam kondisi baik-baik saja. Tak ada yang berubah dari ajeng, dari sesama anggota IN yang memberikan informasi ke anton. Ternyata, ajeng ditemui oleh orang-orang suruhan ayah hanya sebentar dan setelahnya ajeng dibuntuti oleh orang-orang tersebut selama beberapa hari. Namun setelahnya orang-orang suruhan ayah tidak lagi membuntuti ajeng karena keseharian ajeng hanya ngampus-ngampus dan ngampus.

Lega rasanya mendengar ajeng tidak apa-apa, ah ajeng tubuhmu berlumurkan air danau. WhaT! Hei sadar arya, sadar ada dian dipikaran kamu. mau tidur sama guling kamu arya? ah daripada berpik yang tidak-tidak mending aku cuci muka dan tidur siang. Kubungkus dua batang filter dunhill dan kubuang ditempat sampah agar dian tidak tahu kalau aku merokok dirumah. Segera aku mencuci muka dan menggosok gigiku.

Ngiiiiiik...... bruuuummmmm..... psfttt.... ngiiiiik... suara pintu gerbang terbuka, tidak lama kemudian suara mobil masuk ke dalam rumah dan mati diikuti suara gerbang yang terutup. Aku keluar dari kamar mandi, beridiri di dekat sofa depan TV, kudengar suara langkah kaki cepat menunju ke dalam rumah. Kleeeek....

“maaaaaaaaaaaaaas....” ucap dian berjalan cepat kearahku

“sudah dibilangin jangan berkelahi lagi, kenapa masih juga suka berkelahi! Ini wajah kenapa? iiihhhh cepetan duduk...” ucap dian memegang wajahku sejurus kemudian ditariknya tubuhku dan duduk di sofa. secepat kilat dian mengambil kotak peralatan obat.

“sudahlah kan cuma luka kecil ndak papa kok, tenaaaang...” ucapku santai

“ndak papa-ndak papa, aku itu khawatir tahu gak sih kamu itu, dasar cowok sukanya main kekerasan!” bentak dian yang berjalan kearahku

“eh... iya maaf, bukan berkelahi. Ini hasil dari penelusuran informasi ke kampus rani sayang” ucapku merayu

“diam...” ucapnya sambil berlutut dihadapanku dan membuka kotak obat

Kulihat dengan telaten dian mengobatiku, setiap goresan luka di wajahku di obatinya dengan lembut. Terasa sakit dan perih memang namun tak membuat mataku beralih melihat wajahnya yang tampak sangat khawatir. Aku tersenyum namun wajah dian masih juga terus serius, jadi merasa bersalah.

“ade,kok tahu kalau mas terluka?” ucapku mencoba merayu dengan panggilan mas-ade

“dari felix...” ucapnya judes

“ketemu sama dia?” ucapku

“kenapa? cemburu?” ucapnya masih terus mengobati lukaku

“ndak, ngapain cemburur?” balasku santai

“beneran?” ucapnya

“iya beneran ndak suka kamu ketemu sama dia”” jawabku ngambek

“itu namanya cemburu... berarti sayang dong sama dosennya” godanya sedikit ada senyum, dengan membenahi kotak obat dan berdiri mengembalikan kota obat tersebut

“ndak sayang...” ucapku

“terus kenapa dirumah ini? mending pergi saja sana!” ucapnya dengan wajah marah ketika berbalik dan berdiri melihatku

“aku sih ndak sayang sama kamu... Cuma cinta saja sama kamu” jawabku santai sambil merebahkan punggungku bersandar pada sofa

Brughhh....

“argh sakit sayaaaang....” rintih sakitku ketika dian tiba-tiba saja duduk di atas pahaku

“cinta ya?” ucapnya sambil senyum

“he’em...” jawabku mengangkat tubuhku, mendekatkan wajahku ke wajahnya. Walau kealaku sedikit menengadah ketika itu.

“jangan berkelahi lagi hiks hiks hiks...” ucapnya sambil memeluk kepalaku, dan yuuut terbenam semua wajahku di dadanya

“mmmm... mmmm... hah hah hah hah hah... ndak bisa nafas” jawabku

“sudah jangan nangis, selama urusanku belum selesai seperti yang aku ceritakan kepadamu. Mungkin aku masih tetap berkelahi, namu jika semuanya selesai aku pasti berhenti dari berkelahi kecuali kamu dalam bahaya” jawabku

“janji ya...” ucapnya memandangku, kuhapus air matanya dengan kedua tanganku

“sini ade peluk lagi...” ucapnya

“ndak bisa nafas ade” jawabku

“ndak suka ya?” ucapnya sambil wajahnya sedikit mewek

“suka... adeku suka apalagi dipeluk sama bu dosen” ucapku dan tanpa dikomando kepalaku maju dan masuk kedalam gumpalan dada dian, setelahnya kumiringkan kepalaku dengan maksud untuk bernafas

Dielusnya kepalaku dengan lembut dan sambil bibir tertutupnya menyanyikan alunan lagu. Entah lagu apa tapi aku merasa tenang didekatnya. Kupeluk tubuhnya erat, dan tubuh kami bergoyang bersama.

“maem dulu yuk, ade beli makan siang tadi di luar...” ucapnya
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd