Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT VIRDA

Hari demi hari terus berganti..
Jum'at demi Jum'at telah terlewat..
Tapi updatean belum juga di nampak..
Ada apakah gerangan dengan si pemilik rumah???
Karena sudah lama tak pernah terlihat..
Semoga si pemilik rumah baik² saja,
Serta selalu dalam lindungan-Nya..
Maacih atas doanya kang, akang juga semoga selalu lancar di RL dan selalu diberi kesehatan amin...
 
PART 5




DEQWO


DONA
Sebelumnya...

Lokasi Apartemen
Pukul : 00.00 Wib

“Nick…nick…! Oek…oek…!!”

Dengan kondisiku yang setengah sadar, aku berusaha mengantarkan Dona yang terlihat sudah mulai berbicara ngelantur.

“Sial, kenapa gue jadi ngurus cewek teler segala sih…!!” ucapku kesal dan juga mulai merasakan pengaruh alkohol yang kuminum tadi.

Ting

Pintu lift terbuka. Dengan susah payah aku harus membopong tubuh Dona masuk kedalam lift.

“Dona, lantai berapa?” tanyaku.

“Eh…Nick.. Heekk... kamu disini? Heeekkk Lantai 3 sayang Heeekk” ujar Dona yang bercampur sendawa akibat alkohol yang diminumnya. Dan tiba-tiba Dona berusaha menciumku.

"Dona gue Deqwo..!!! Sadar woi…!!” Ucapku sambil berusah menghindari ciuman Dona dengan sedikit menjauhkan kepalanya.

“Heekk! Nick…." Ucapnya lagi.

“Shiit, parah nih cewek kalau mabuk!!!” batinku. Hingga akhirnya aku terselamatkan setelah pintu lift kembali terbuka.

Ting

“Dona sadar woi! Unit kamar lo dimana nih?”

“Sebe... Heekk....lah kanan kamar no.... Heekk... 2 Nick…” akhirnya aku pun membopongnya hingga tiba di unit kamar apartemen yang disebutkannya.

Beruntung dengan keadaan mabuk begini ia masih ingat password pintu apartement-nya. Lalu setelah aku masuk kedalam. Dengan perlahan-lahan aku merebahkan tubuh Dona di atas kasurnya.

“Huft, Dona gue balik ya? Gue juga pusing nih." Ucapku berpamitan padanya, namun baru saja aku membalikan badanku tiba-tiba…

“Nick sayang jangan pergi, Heekks.” ucapnya sambil menahan tanganku dan menarikku langsung hingga tubuh jatuh dalam pelukannya…

“Brugh…”


Kamar Dona


Aku terjatuh menindih Dona yang langsung memeluku erat, aku dapat merasakan hangat tubuh dan kulit halus yang bergesekan dengan kulitku. Mungkin dia benar-benar mengira kalau aku adalah Nick.

Aku tidak peduli, kupejamkan mata yang memang mulai terasa berat. Aku mulai merasa nyaman. Beban di kepalaku perlahan menghilang. Hampir saja kehilangan kesadaran seandainya aku tidak merasakan hembusan nafas halus di telingaku.

"Nick, aku...aku benar-benar sayang sama kamu."

Aku membuka mata. Bukan hanya karena kata-kata Dona tadi, tetapi juga karena tangan halus Dona mulai merayap di lenganku .Aku juga merasakan sentuhan bibirnya di telingaku. Aku memalingkan wajah menatap wajah Dona. Mata gadis itu terpejam.

“Gue Deqwo, bukan Nick.“ ucapku sambil menggerakan tubuh untuk duduk, kemudian aku memijit kening yang masih terasa pusing.

"Aku tidak peduli," ucapnya sambil memeluk pinggangku erat. Kepalanya tiba-tiba berada di pahaku. Kuamati wajahnya lagi, matanya masih terpejam tetapi bibirnya menggumam tidak jelas.

Aku menarik nafas dalam. Ku geser kepalanya agar menjauh dari tubuhku, tetapi pelukannya di pinggaku sangat erat. Aku yang setengah mabuk tidak bisa menjaga keseimbangaku dan terjatuh kembali di atas ranjang.

Kembali ku amati wajahnya. Cantik! Dona itu cantik dan menarik, bibirnya merah menggoda hidungnya juga indah. Entah kenapa, saat ini aku mulai tertarik kepadanya atau lebih tepatnya, aku menginginkan tubuhnya. Aku merasakan getaran gairah sebagai lelaki mulai bangkit.

“Nick..”

Dia menggumam lagi, kali ini matanya sedikit terbuka. Aku merasakan tanganya sudah melingkar di leherku dan bibirnya menyentuh bibirku.

Aku menatap wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku. Bibirku mulai membuka menyambut bibirnya yang basah dan lembut. Ciuman itu membuat wajahku semakin panas dan tubuhku bergetar.

Aku dapat merasakan lidahnya yang bermain di rongga mulutku. Aku menikmatinya, tanganku mulai bergerak membelai punggungnya yang terbungkus baju. Bagian tubuhku yang lain juga otomatis bereaksi seiring dalamnya ciuman kami.

Aku mulai menindih tubuhnya. Kulepaskan ciuman di bibirnya, kepalaku bergerak dileher Dona.

“Hssshh..”

Aku mendengar hembusan nafasnya yang berat. Sebuah dorongan dari dalam tubuhku mulai menuntut lebih dan mulai melupakan masalahku dengan Virda.

Kumainkan lidahku di leher Dona. Tubuh Dona bergerak menggelinjang, aku mulai menelusupkan tanganku ke dalam bajunya. Merasakan kulitnya yang begitu lembut di telapak tanganku, deru nafasku yang semakin berat.

Aku bersusah payah melepaskan baju Dona dari tubuhnya. Selain karena tubuhku yang lemas, juga karena Dona yang hampir kehilangan kesadaran sehingga tubuhnya agak kaku. Dia tidak melawan sama sekali, aku mulai mencari pengait bra dan melepas dari tubuhnya.

"Ahhh Nick..hsssh."

Dona mendesah ketika kubenamkan wajahku di belahan payudaranya yang putih dan kenyal. Rasanya begitu hangat dan lembut, aku merasakan detak jantungku mulai memukul dada ketika puting susu Dona masuk kedalam mulutku kemudian lidahku memainkan dengan nakal.

Tubuh Dona menggeliat, dia mendesah pelan. Jemari tangaku juga ikut memainkan buah dada Dona, meremas remas sampai berwarna kemerahan.


Aku memantapkan posisi tubuh di atas tubuh Dona, ia mulai membuka paha semakin lebar. Kemudian mencari pengait celana Dona dan melepaskan celana itu dari tubuhnya.

Aku menahan nafas melihat bentuk pahanya yang berisi dan juga kencang, aku menyentuh dan membelainya sebentar sebelum menarik celana dalam Dona terlepas dari tubuhnya. Wajah Dona juga bersemu merah. Matanya lebih sering terpejam, hanya terbuka beberapa kali.

Tubuhku semakin terasa panas melihat tubuh telanjang Dona, aku tergesa-gesa melepaskan pakaianku, kulirik penisku yang sudah menegang. Keraguan menghantui pikiranku sejenak.

Tetapi setelah melihat payudara indah, perut rata dan pinggang yang ramping. Semua keraguan itu sirna berganti menjadi gairah yang ingin segera di tuntaskan.

Aku kembali menindih tubuhnya. Kali ini terasa berbeda, kulitku bersentuhan langsung dengan kulitnya yang halus. Aku begitu menyukainya. Kembali ku cium bibir Dona dan dibalas oleh Dona dengan ciuman yang lebih ganas. Kembali jemariku meremas-remas payudara Dona dan melintir putihnya lembut. Tubuh Dona menggeliat di bawah tubuhku.

Aku benar-benar mabuk oleh gairah, ku belai gundukan di selangkangan Dona. Aku menemukan lubangnya yang sedikit basah, ku memainkan jemariku di sana.

“Ahhhhh...”

Aku dapat mempelihat wajah Dona yang mengernyit menahan kenikmatan. Dorongan dari dalam tubuhku juga minta di tuntaskan. Koposisikan penisku yang menegang ke lubang vaginanya, ku dorong pinggulku pelan.

Hal ini adalah yang pertama buatku dan aku hanya mengikuti naluri kelelakianku.

Aku mendengar desahan Dona kembali, kali ini lebih keras. Tubuhku juga bergetar hebat ketika penisku mulai masuk kedalam lubang kenikmatan Dona. Tangan Dona meraih punggungku, dia memeluku erat. Aku kembali mencium bibirnya, tubuhku mulai bergerak di atas tubuhnya.

“Ahhh..hsssh.."

Entah sudah berapa kali Dona mendesah. Tanganya juga bergerak liar di punggungku, terkadang mencakar. Gerakanku di atas tubuhnya semakin lama semakin cepat. Kenikmatan demi kenikmatan mulai masuk ke pusat tubuhku.

Deru nafasku semakin berat, beberapa kali aku mengertakan rahang karena merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Tubuhku yang bergerak semakin liar dan cepat sudah mulai bersimbah keringat, begitu juga tubuh Dona. Gadis itu terkadang juga menggerakan pinggul dan pantat mengimbangi gerakanku.

Dorongan dari dalam tubuhku semakin kencang, aku mempercepat gerakanku di atas tubuh Dona. Kepala Dona bergerak liar mencari bibirku, ia menciumku dengan dahsyat sebelum tubuhnya mengejang karena orgasme.

“Ahrrgghhhhh" tubuhku juga mengejang, ku nikmati kedutan di ujung kemaluanku ketika memuntahkan spermaku keluar. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sebelum tubuhku ambruk menindih tubuh Dona.

oOo


Lokasi Sekolah SMA Bahtera
4 Agustus 2008


"Pagi anak-anak." sapa pak Renal guru matematika memasuki kelas.

"Pagi pak." jawab semua siswa dengan serentak.

"Buka buku matematika kalian halaman 69, dan kerjakan soalnya. Setelah selesai kepada ketua kelas Doni untuk dibawa ke ruangan saya. Saya ada rapat sekarang." perintah pak Ronal. Guru pavorit para siswi karena ketampanannya. "Doni... Tolong dibagikan hasil ulangan kemarin ini kepada yang lain." pak Ronal memberikan hasil ulangan kepada Doni.

"Baik pak." Doni menghampiri meja pak Ronal untuk mengambil hasi ulangan kemarin, dan membagikan kepada seluruh siswa.

"Untuk hasil ulangan kemari, Virda yang mendapat nilai tertinggi dari seluruh siswa di kelas 10. Pertahankan dan tingkatkan lagi, ya Virda." ujar pak Ronal dan memandang Virda dengan senyuman bangga.

"Saya pak?" kaget Virda, tak percaya mendapat nilai tertinggi.

"Bohong tuh pak, paling hasil mencontek." timpal Dona sewot.

"Huhh...." ricuh seluruh siswa.

"Sudah..sudah.." tegur pak Ronal melerai.

"Dona, nilai kamu menurun drastis. Kalau kamu masih seperti ini saya akan memanggil orang tua kamu." kata pak Ronal. "Kamu harus banyak belajar lagi! Contoh Virda yang nilainya semakin meningkat. Kamu bisa belajar sama dia."

"Apa? Belajar sama Virda males ah Pak. Mending saya panggil guru les private termahal, dibanding belajar sama dia." Kesal Dona menunjuk Virda.

"Huhh..." ricuh siswa mengejek Dona.

"Berhenti semua..." teriak pak Renal. "Terserah kamu Dona, saya mau ulangan berikutnya ada peningkatan. Saya pergi dulu menghadiri rapat, jaga ketenangan kelas." perintah pak Ronal melihat arloji dan melangkah keluar kelas.

"Baik pak.."

"Yes.." seru semua siswa.

"Eh kalian hari ini jangan ke kantin ya, kita ngumpul di taman aja." ucap Virda mengeluarkan kotak makan dan memberikan kepada Anta dan Deqwo. Virda tersenyum melirik ke Anta yang sedang memperhatikannya.

Deqwo tersenyum penuh arti saat dia menerima kotak makanan dari Virda. Dia tidak tau alasan Virda yang sebenarnya membawakan makan siang untuk mereka.

"Tumben kau bawa makanan." ujar Anta tanpa memegang kotak makan siang yang telah diletakkan di meja Anta.

"Emangnya gak boleh ya?" suara Virda begitu lirih.

Entah kenapa kalimat "TUMBEN" yang di ucapkan Anta barusan, begitu menyakitkan bagi Virda. Karena bukan kali ini Virda membawakan makanan buat Anta. Seakan Anta tidak pernah menganggap setiap pemberian Virda. Mata Virda mulai berkaca-kaca, mencoba menahan sakit di hati.

"Apaan sih lu An!" Deqwo menyikut bahu Anta. "Makasih ya Vir. Kalo Anta gak mau buat gue aja dua-duanya. Kebetulan gue belum nyarap di rumah tadi, thanks banget loh Vir." Deqwo langsung mengambil bekal bagian Anta.

Tapi, saat Anta Melihat wajah kekecewaan Virda, Anta pun tak tega, dan akhirnya mengambil kotak yang sudah dipegang Deqwo.

"Kamu ulang tahun?" tanya Anta seraya memperhatikan mimik wajah Virda.

Virda tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Pagi ini nyokap gue masak banyak, jadi sekalian aja gue bawain buat kalian." ujar Virda berbohong.

"Anta yang aneh. Sikapnya yang terkadang pendiam, terkadang periang penuh canda. Bahkan sangat menjengkelkan, namun adakalanya penuh perhatian kepada teman. Hmmmm.....Anta... Antaa.." Virda berucap dalam hati, senyumnya menghias sambil menatap wajah Anta.

Bel istirahat berbunyi. Virda, Anta, dan Deqwo berjalan ke arah taman samping sekolah.

"Anta.. Lo mau kemana sih? Ohya hari ini gue traktir lo ke kantin ya? Gue lagi ultah hari ini." ucap Dona mencegat mereka.

"Aku mau makan sama Virda dan Deqwo." Ujar Anta.

Dona kesal dengan penolakan Anta. Dia melihat bekal yang ada ditangan Anta, kemudian mengambil paksa bekal tersebut dan melemparkan kotak bekal tersebut kelantai.

Klontangg...

"Sekarang gak ada lagi kan?" Dona menyunggingkan senyum sinis. "Ayo An? Gue yang bayar kok."

"Lu kenapa sih Don? Tega banget sama Virda." marah Deqwo mengambil kotak makan yang berserakan di lantai.

"Biarin aja Wo." ucap Virda sedih menghentikan Deqwo yang mengambil kotak makan di lantai. "Lu ada masalah apa sih Don sama gue? Lebih baik lu cerita deh, daripada otak lu makin gesrek tiap hari." timpal Virda yang geram atas perbuatannya Dona.

"Jangan kurang ajar ya lo!" seru Dona ingin menjambak rambut Virda, namun langsung dicekal oleh Anta.

"Kalau kau mau ribut sana pergi ke ring atau ke pasar. Jangan ganggu kami." kecam Anta malas meladeni sikap Dona, dan menghempaskan tangan Dona.

"Kenapa lo selalu bela dia sih An? Gue kan lebih cantik dan seksi daripada dia." Ujar Dona kesal sambil menunjuk Virda.

Anta menghela nafas panjang. "Pikirkan sendiri!" ujar Anta dan mengajak Virda dan Deqwo meninggalkan Dona yang masih mencak-mencak.

"Tunggu An, gue ke toilet dulu ya bersihin sepatu gue yang kotor. Nanti gue nyusul." ucap Virda berlari kecil ke arah toilet.

"Mau diantar gak Vir?" timpal Deqwo.

"Gak usah." teriak Virda.

Anta yang merasa bosan langsung berlalu melangkah ke arah taman di susul oleh Deqwo.

"Anta... An..." teriak Dona kesal karena selalu di acuhkan oleh Anta. "Awas ya lo Vir, gak cuma di pelajaran lo mengungguli gue. Bahkan Anta pun selalu membela lo" batin Dona saat melihat Virda memasuki toilet.

##########

Keadaan toilet perempuan sedang sepi, cuma ada beberapa siswi yang keluar dari sana. Virda memasuki toilet dan mengambil tissu dari dalam saku roknya.

Virda membersihkan sepatu hitamnya dengan tissu yang telah dibasahkan. Tiba-tiba ia merasakan perutnya melilit dan ingin buang air kecil.

Virda masuk ke satu ruang kecil sekat di dalam toilet tersebut dan membuang hajatnya. Ia tidak sadar kalau ada tiga orang siswi yang mengikutinya dengan membawa tali dan gagang pel lantai dan masuk ke dalam toilet.

Siswi itu mengikat erat pintu ruangan toilet dengan tali yang di rekatkan ke gagang pel lantai, sehingga pintu tidak akan bisa dibuka dari dalam.

Salah satu siswi yang bernama Sherly membawa satu ember penuh air dan masuk ke dalam ruangan dekat toilet yang digunakan Virda. Ia dibantu oleh temannya yang bernama Yvonne untuk menaiki closet dan mengangkat satu ember penuh air. Setelah itu, dia langsung menyiramkan air yang ada di ember tersebut tepat keatas kepala Virda.

Byurrrr

"Aw....."

Virda berteriak dengan kencang. Pakaiannya basah kuyup. "Hei.. Siapa lu, beraninya lu siram gue sama air." geram Virda dari dalan sekat ruangan toilet. Ia mengibas-ibaskan bajunya yang basah dengan tangan.

"Hahaha......" Ketiga wanita tertawa melihat tubuh Virda yang basah.

"Makanya lo jangan caper terus sama Anta, jadi ya gini akibatnya, hihihi...." terdengar suara tawa Dina yang penuh kemenangan dari luar." ini baru awal Vir. Sekali lagi lo ganggu Anta, lo akan terima yang lebih dari ini hahaha...."

"Shit... Iseng banget lu Don. Apa salah gue? Gue cuma berteman sama Anta." Virda mengguncang-guncangkan handel pintu yang tak mau terbuka. "Buka...buka... Don.."

Virda berteriak meminta tolong, tapi tak di gurbis oleh Dona, Sherly, dan Yvonne. Tak ada satu pun siswi yang berani masuk ke dalam toilet karena di cegah oleh Yvonne.

Brakkkk

Pintu toilet terbuka didobrak oleh Anta. Wajah Dona menegang pucat pasi.

"Apa-apaan kau Don.?" bentak Anta kepada Dona.

"An.. Anta.. Lo kok disini? Inikan toilet wanita." Dona ketakutan melihat wajah Anta yang penuh amarah

"Anta... An itu lu? tolongin gue, buka pintunya." teriak Virda dari dalam bilik toilet dan menggedor-gedor pintu.

Anta membuka pintu toilet. Melihat pakaian Virda yang basah kuyup, Anta memalingkan wajahnya. Tubuh Virda terlihat jelas dibalik pakaian yang basah. Bahkan sekilas Anta melihat bra Virda yang berwarna orange yang tercetak pada seragam sekolah Virda.

Virda merasa heran dengan tingkah Anta. Bukannya menolong, Anta malah memalingkan wajahnya. Bahkan Virda semakin keheranan saat Anta membuka baju. Dan dengan masih memalingkan wajahnya, Anta mendekati Virda dan memberikan bajunya kepada Virda.

"Kau pakai bajuku ini, bra-mu kelihatan."

Sontak Virda tersadar akan ucapan Anta. Dia baru menyadari kalau baju seragamya menjadi transparan akibat basah. Sehingga dengan jelas memperlihatkan bentuk tubuhnya. Virda pun langsung menyambar baju anta. Dengan buru-buru, Virda mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian Anta.

"Sudah kau pakai?" tanya Anta.

"Iya."

Anta berbalik dan menghampiri Virda. Lalu menggenggam tangan Virda dan mengajaknya keluar dari dalam toilet. Saat mereka bersisihan dengan komplotan Dona. Anta berhenti dan menatap tajam kearah Dona.

"Sekali lagi kau ulangi ngejahilin Virda. Ku tusbol kau pakai sendok Garpu. Ingat itu!!" ancam Anta. Kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga dengan wajah melongok dan gemetar ketakutan.

"Anta makasih ya," ujar Virda

"Santai aja, ya sudah aku pulang dulu."

"Loh... Lu mau bolos..!"

"Emangnya aku bisa masuk kelas dengan keadaan kayak gini?" Anta tersenyum.

Wajah Virda terlihat sendu. Dia merasa tidak enak hati. Akibat menolong dirinya, Anta harus bolos sekolah. Tapi di dasar hatinya yang lain, Virda merasa bahagia.



Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd