Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhirnya ada secercah harapan.........updet
 
Terimakasih ya Viny, hehe

Part 10.1



RRxCe7Qk_o.jpg


"Eh kenapa kamu bisa disini." Tanya Viny bingung melihat gue yang masuk ke dalam kamarnya

"Aku cuma kangen, itu aja." Kata gue sambil menutup pintu kamar Viny

"Kenapa kamu bisa di dalem kamarku, kalo orangtuaku tau gimana." Ia sedang duduk di meja kerjanya, sepertinya ia ingin begadang untuk menyelesaikan projectnya

"Yah jangan kasih tau dong, diem diem aja."

Viny masih bingung

"Kamu masuk lewat mana..."

"Kamu nggausah mikirin gimana caranya aku masuk kamarmu tanpa ketauan orangtua kamu, yang penting kita sekarang bisa ketemu kan."

"Eh tapi..."

"Udah.... sekarang waktunya kamu istirahat, kamu pasti kecapekan kan, aku diem diem masuk kamar kamu cuma mau mastiin sampai kamu bener bener tertidur, biar aku bisa pulang dengan tenang. Dan lihat kan, sekarang kamu masih mau ngelanjutin project kamu, bukannya langsung istirahat, bandel banget sih. Aku khawatir tauk lihat kegiatan kamu yang padet akhir akhir ini, bikin jam tidur kamu berkurang. Kantung mata kamu tebel banget, dan muka kamu keliatan stress." Gw menyelipkan poni Viny ke telinganya

"Nanggung sayang, kurang satu item lagi biar project aku kelar..."

"Ngga boleh... Pokoknya kamu harus istirahat sekarang... Ini udah hampir jam satu..." Gue mengambil kuas dan palet dari tangannya.

"Huft iya iya, aku tidur, sekarang kamu pulang ya, biar kamu juga bisa tidur cepet..." Kata Viny sambil membaringkan diri di kasur dan menarik selimut.

"Aku kan udah bilang, aku ngga mau pulang sampe kamu bener bener tidur. Jadi kamu ngga bisa boong." Gue duduk di tepian kasur Viny

"Huft curang..." Ia memanyunkan bibirnya

Viny pun menarik gw ke dalam selimut, sehingga kini kami sama sama terbaring miring diatas bantal yang sama dan saling berhadapan.

"Nyet, ceritain dongeng dong."

"Nggausah macem macem, udah cepet tidur. Aku tungguin. Kalo kamu udah tidur, aku langsung pulang deh."

"Kalo gitu... aku nggamau tidur ah, biar kamunya tetep disini, nemenin aku." Kata Viny

"Jangan bandel cumiiikkk.... Cepet tidur." Gw menjewer hidungnya

"Hih apasih." Ia mendengus

Viny pun memejamkan matanya, mencoba untuk terlelap. Gue terus mengawasinya sampai ia benar benar tertidur.

Beberapa menit telah berlalu, dan gw baru menyadari bahwa ia hanya pura pura tertidur, bola matanya terlihat jelas masih bergerak gerak di dalam kelopak matanya.

"Aku tau loh kamu cuma pura pura tidur." Gw mencubit hidungnya

Ia membuka matanya sedikit untuk mengintip

"Hufft..." Ia mendengus lantaran ketahuan hanya berpura pura.

"Kamu ngga capek apa?"

"Kalo dibilang capek, ya capek, tapi aku ngga bisa tidur, ya gimana dong. Nah daripada bengong kan mending aku ngerjain project aja, siapa tau nanti ngantuk."

"Hmmm... aku bikinin susu, mau?"

"Mau mau..." Viny mengangguk sambil tersenyum.

"Ohiya..."

"Kenapa nyet?"

"Dapur kamu kan di lantai satu ya, sedangkan kamar orangtua kamu di lantai dua. Kalo ketauan gimana."

"Hmmm yaudah deh nggausah kalo gitu." Kata Viny kecewa lantaran sudah terlanjur berharap akan dibuatkan susu.

"Oke oke, aku bikinin sekarang, kamu tunggu sebentar ya. Jangan merengut gitu dong." Gw mengacak acak rambutnya

Gw turun dari ranjang dengan hati -hati agar tak menimbulkan suara gaduh, kemudian gw melepas sepatu agar suara jejak kaki gue tak terlalu terdengar saat melangkah. Gw menuruni tangga dan membuka pintu kamar secara perlahan. Sampailah gw di lantai dua. Agak gelap karna lampu utama memang dimatikan.

Gw berjalan bagaikan maling yang hendak mencuri perabotan rumah orang. Berjalan seminimal mungkin dan menghindari derap suara. Gw menuruni tangga ke lantai satu dengan suara sesenyap mungkin. Sesampainya di dapur, gw menyalakan dispenser air hangat. Mengambil gelas dan kotak susu yang biasa Tante simpan di Bipet (Buffet) atas.

Selesai membuat susu hangat, gw kembali menuju kamar Viny. Seperti tadi, gw berjalan mengendap endap layaknya pencuri ulung. Nah ketika sampai di lantai dua, gw baru menyadari bahwa kamar orangtua Viny lampunya masih menyala, terlihat dari celah bawah pintu.

Ah sial, kalo kaya gini, membuat suara sedikit saja bakal menimbulkan masalah baru. Gue harus berjalan lebih hati hati.

Dari dalam kamar, terdengar sayup sayup dialog diantara mereka berdua, dan gw ngga sengaja mendengar kata "Hamil".


Deggg


Perasaan gw mulai engga enak. Gw kurang menangkap percakapan mereka, tapi gue yakin bahwa gue tadi mendengar kata "hamil", membuat gw makin penasaran untuk menyimak perbincangan mereka. Kira kira mereka membicarakan kehamilan siapa. Rasanya ingin sekali menguping.

Ah tapi gw ngga mau ambil resiko, mending sekarang gw langsung naik ke atas. Daripada gue ketahuan dan malah berabe jadinya.

Tapi...

Baru saja kaki kanan gw menyentuh anak tangga menuju kamar Viny, tanpa sengaja gw mendengar lagi kata itu.

"Teteh hamil."


Sriiinnggg


Apakah 'Teteh' yang dimaksud mereka adalah Viny? Karna panggilan Viny di rumah adalah 'Teteh'.

Anjir gw benar benar penasaran untuk menguping pembicaraan suami istri ini. Gw dilema antara naik ke kamar Viny atau kembali untuk menguping.

Errgghhh.....

Ahh peduli setan, gw penasaran!

Akhirnya gw berjalan kembali menuju kamar orangtua Viny dan berhenti tepat di samping pintu. Gw berusaha menajamkan pendengaran gw, menembus pintu agar dialog mereka terdengar jelas.

"Ngga salah lagi..." Kata seorang wanita di dalam kamar, yang tak lain tak bukan adalah Mamah Viny.

"Mamah jangan ngawur..." Kata si Om merespon si Tante

"Firasat seorang Ibu ngga pernah salah, Pah. Mamah beneran takut..."

"Setau Papah, Rio anak baik baik kok, ngga mungkin melakukan hal sebejat itu. Dan Rio kalo main ke rumah pun ngga pernah sampe malem kan, ngga pernah nginep juga, jadi pasti aman lah." Kata Om Beny

"Tapi kan kita nggatau Pah, pergaulan mereka di luar gimana, lagian untuk melakukan hal kaya gitu kan ngga perlu nunggu malem, ataupun di dalem kamar. Selama mereka menemukan tempat sepi dan nyaman, mereka bisa aja 'gituan'." Kata Tante terdengar khawatir.

Sial, gw mulai mengerti arah pembicaraan mereka.

"Mamah ngga bisa bayangin, apabila putri kita satu satunya hamil di luar nikah Pah."


Degggg


Gw tersentak mendengar perkataan itu. Tante nampaknya mulai menyadari perubahan dari fisik Viny, dan memiliki firasat buruk akan kehamilannya.

Ergghhhhhh.... Kepala gw makin runyam. Terlalu banyak fikiran berat akhir akhir ini. Gw harus apa sekarang. Bagaimana caranya gw menyembunyikan kehamilan Viny agar mereka tak curiga lagi. Bahkan gue ngga pernah memperhitungkan "Firasat orangtua".

Gue ngga pernah mengira bahwa orangtua Viny akan mencurigai kehamilan Viny. Naif sekali gue kalo berfikiran bisa menyembunyikan kehamilan Viny dari orangtuanya. Firasat orangtua memang tak pernah meleset.

Sial kepala gue tiba tiba pusing sekali, terasa berat dan sakit seperti tertanam paku di ubun ubun. Tolonglah jangan sampe vertigo gue kumat disaat seperti ini. Gue akan ketahuan menguping kalo gue sampe pingsan disini. Arrgghh...

"Mamah sabar ya, belum tentu firasat Mamah benar, dan Papah pun berharap firasat Mamah salah, siapa sih orangtua yang mau anaknya hamil di luar nikah? Papah rasa ngga ada..."

"... Kalo perlu, besok Papah tanyakan ke Rio langsung tentang hal ini." Kata Om Beny

"Iya Pah, semoga firasat Mamah kali ini salah..."

"Yaudah sekarang Mamah tidur ya..."

Terlihat dari celah bawah pintu ada sesosok bayangan bergerak, menandakan seseorang sedang berjalan mendekat ke pintu. Langkah kaki pun terdengar semakin dekat.

Sial, gw harus ngumpet dimana!! Tidak ada objek untuk bersembunyi di sekitar sini, kalopun gue lari ke tangga, pasti akan menimbulkan suara gaduh ...


Cklaakkkk...


Deggggg.....


Suara pintu kamar mereka terbuka


Cklaakkk


Baru saja gw hendak berlari, tiba tiba sesosok Pria keluar dari kamar begitu saja dengan terburu buru, berjalan menuju toilet di ujung yang berada di sebelah kanan dari kamar mereka, untung saja gue berdiri di sebelah kiri, sehingga beliau tidak menyadari keberadaan gue.

Fyuuh...

Setelah dirasa aman, gw langsung mengendap endap menaiki tangga ke lantai tiga, dimana kamar Viny berada.

Sekarang posisi Viny benar benar tak aman, orangtuanya sudah mulai menanam prasangka buruk terhadap kami. Mereka tidak salah sih, namanya orangtua selalu memiliki ikatan mendalam terhadap buah hatinya, pastilah rasa sayang itu akan menimbulkan rasa khawatir.

Apakah gw harus memberitahu Viny mengenai hal yang baru saja gw dengar ini? Mungkin gw harus memberitahunya, agar ia lebih berhati hati dalam bersikap disaat sedang bersama orangtuanya.

Setelah sampai di kamar Viny, gue berniat menceritakan semua yang gue dengerin barusan...

Viny sedang duduk di atas meja kerjanya

"Cumik.. " Gw berbisik memanggilnya

Ia hanya diam saja, tak merespon apa apa,

"Heh..."

Dia tetap diam saja.

"Zzzzzzz....."

Hmmm pantesan, ternyata dia sudah tertidur pulas, matanya terpejam dengan damai, dan tubuhnya meringkuk diatas meja kerjanya. Gw menaruh susu hangat diatas meja kerjanya, kemudian menutupnya menggunakan buku yang memiliki hardcover.

Setelah itu gw membopong dan menidurkan dia di atas kasur, memakaikan selimut agar menutupi sekujur tubuhnya. Dilihat dari nafas dan detak jantungnya, ia benar benar terlelap, bukan pura pura seperti tadi.

Wajahnya begitu damai, dan tenang, bahagia sekali bisa melihat dia tertidur sepulas ini. Ada perasaan lega.

Yah pada akhirnya gue nggajadi menceritakan tentang percakapan orangtuanya, mungkin besok aja, yang jelas harus secepatnya.

Hmm tugas gue selesai, waktunya pulang

Gw mengecup keningnya.


"Istirahat yang nyenyak, meraih mimpi pun butuh jeda..." Gue mengusap rambutnya


.
.
to be continue
 

Terimakasih ya Viviyona, hehe

Part Filler


mCxTx6z2_o.jpg


Yona...

Viviyona Apriani...

Gadis penuh ego dengan jutaan mimpi, kurang lebih begitulah yang bisa gue simpulkan dari dirinya

Si pemimpi dan si pecinta bulan...

Katanya, dia bisa memandangi bulan sampai pagi, sampai orang orang bangkit dari mimpinya. Ketika dia sedang memiliki masalah atau kebimbangan, dia akan begadang dan memandangi bulan melalui jendela. Katanya, hal tersebut bisa bikin mood dia membaik, dengan memandang bulan semalaman, dia merasa bahwa dia sedang berkencan dengan bulan, atau lebih tepatnya.... berbagi cerita. Jadi dia tak hanya sekedar diam saja, tapi juga mencurahkan isi hatinya kepada bulan.

Dia memiliki keyakinan bahwa, disaat dia sedang menceritakan kegundahannya kepada bulan, disaat bersamaan, akan ada orang yang melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di belahan bumi yang lain, entah dimana itu. Dan dia percaya bahwa, ketika dia berkeluh kesah pada bulan, bulan akan membagikan kegundahan itu kepada orang orang yang juga sedang mencurahkan isi hatinya kepada bulan. Jadi bisa dibilang, curhat kepada bulan, sama saja curhat kepada orang orang yang juga sedang memiliki masalah, yang tersebar di belahan bumi yang lain. Semakin banyak telinga yang mendengar curahan hati kita, samakin lega lah kita dibuatnya, beban jadi semakin ringan. Orang galau memang tak butuh lawan bicara, cukup telinga untuk mendengar.

Dan Yona sering melakukan hal itu...

Lalu bagaimana jika bulan tidak muncul pada malam hari?

Ia memilih terlelap dan berpetualang pada mimpi mimpinya. Melepas sejenak kepenatannya di dunia nyata dan menenggelamkan diri sedalam dalamnya pada dasar palung alam bawah sadarnya.

Gadis yang cukup unik...


UuhBnjfM_o.jpg


Yona...

Gadis biasa dengan daya tarik tersendiri, memiliki banyak misteri dalam dirinya, selalu saja membuat gue penasaran untuk mengungkapnya

Gue tau ini terlarang, tapi gue ngga bisa membohongi diri sendiri...

Bahwa...

Gue rindu Yona...



=====00000=====​




kembali ke momen beberapa minggu yang lalu, sekitar akhir Januari



p1GDGGQb_o.jpg



Gelap...

Perlahan lahan kesadaran gue kembali, gue bisa merasakan kembali jiwa gue sudah berada di tubuh lagi.

Vertigo gue kumat, penyakit yang sudah tak pernah kembali sejak tiga tahun ini, akhirnya kumat kembali. Sakit kepala yang begitu menyiksa, bukan sakit kepala biasa, lebih menyakitkan bila dirasakan. Tigaratus persen lebih menyiksa.

Vertigo yang muncul setelah mendengar pernyataan dari Yuri sore tadi. Sakit yang membuncah dan puncaknya membuat gue ngga kuat untuk menahannua sampai sampai gue pingsan di tempat.

Sekarang gue merasakan sekujur tubuh gue sangat nyaman dan hangat, gue penasaran kenapa bisa seperti itu.

Gue membuka mata secara perlahan

Terlihat langit langit sebuah ruangan yang asing bagi gue, nampaknya gw belom pernah ke tempat ini sebelumnya.

Kamar yang remang, hanya bermodalkan pencahayaan dari lampu tidur yang redup. Serta aroma harum semerbak di dalam ruangan ini.

Gw mendapati diri gw sedang terbaring di atas ranjang empuk berbalut selimut hangat.

Dimana ini?

Arrggh...

Kepala gw masih pusing, bergerak sedikit saja rasanya seperti sedang ditusuk tusuk.

Kemudian gw menoleh ke kanan, secara perlahan

Eh?

Siapa dia?

Sesosok manusia dengan tubuh yang mungil dan memiliki rambut panjang. Sepertinya seorang perempuan. Ia tertidur di samping gw menggunakan piyama tipis dan berada di dalam satu selimut yang sama dengan gw.

Gw pun memaksa diri untuk bangkit, menopang tubuh menggunakan tangan yang sedang kesemutan itu. Sekujur tubuh gw serasa kaku.

Usaha gw untuk duduk itu membuat ranjang berdecit beberapa kali, membuat perempuan yang sedang tertidur itu terganggu, dan ia pun akhirnya ikut terbangun.

Ia menoleh mencari tahu apa yang menganggu tidurnya itu.

Yona?

Ya dia Yona.

Kok Yona?

"Apa lo liat liat..." Katanya dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Yon?"

"Apaan."

"Lu beneran Yona kan?"

"Pake nanya lagi."

"Ini kamar lu?"

"Iyaa.. " Ia mengucek matanya beberapa kali, berusaha menghilangkan kantuknya. Kemudian ia menguap.

"Kok gw bisa disini?"

"Bawel lu ya."

"Jawab serius dong."

"Gw semalem nemuin lu enak enakan tiduran di basement P3, ngga salah kan kalo gw bawa pulang?"

"Makasih sebelumnya. Tapi kenapa lu ngga hubungin Viny aja, biar dia yang bawa gw balik ke kosan."

Ia menghela nafas, kemudian ia bangkit duduk sambil menggaruk garuk kepalanya

"Kebetulan semalem paket internet gw habis dan gw ngga bisa hubungin siapa siapa, yaudah gw bawa pulang aja. Udah... nggausah banyak nanya lagi."

"Sekarang jam berapa?"

"Auk ah."

"Udah jam tiga pagi ya." Kata gw setelah mengambil hp di lemari buffet samping ranjang.

"Mau ngapain juga." Jawab Yona dengan malas

"Gw mau pulang."

"Males bukain pintu, besok pagi aja pulangnya." Ia kembali merebahkan tubuhnya

"Nggak, gw harus pulang sekarang."

"Bodo, besok aja." Ia menarik selimut

Gw pun menurunkan kaki gw dari ranjang, namun belum sempat gw berdiri, Yona buru buru menarik tangan gw.

"Masih jam segini, ngapain buru buru, besok pagi gw anter pulang deh."

"Mobil gw gimana?"

"Ya masih di fx lah."

"Waduh biaya parkirnya gimana tuh."

"Besok gw anter kesana, sekarang lu disini aja, temenin gw."

"Please Yon." Gw memelas

"Kok lu berubah sih, biasanya lu selalu semangat godain gw, bercandain gw, tapi sekarang kok ngga bersemangat gini. Mana Rio yang biasanya?"

"Gw... ada beberapa hal..."

"Beberapa hal?" Yona menyimak dengan seksama

"Terjadi sesuatu..."

"Cerita dong..."

"Errgghh.... Udah udah, lupain aja, ngga ada apa apa koo."

"Bikin orang penasaran aja, huft..."

Gw harus pulang, gw ngga boleh lama lama berada dalam satu ranjang dengan Yona. Takutnya terjadi suatu hal yang ngga diinginkan, gw ngga mau nambah beban. Cukup segini aja.

"Lepasin Yon, gw mau balik."

"Pokoknya lu harus temenin gw disini sampe pagi."

"Lagian ini kan single bed, kita tidurnya jadi desek desekan gini."

"Kan malah anget."

"Gw cuma mau pulang, itu aja."

"Cowok emang ngga ada yang peka ya." Perkataan Yona sedikit membingungkan, tersirat ekspresi kecewa di wajahnya.


aNPmcsTt_o.jpg


"Peka? Sejak kapan gw harus peka ke elu?" Gw bertanya

"Sejak kapan? Sejak kapan lu bilang? Ya sejak lu udah sukses bikin gw sayang sama lu." Jawabnya

"Ups..." Yona langsung membungkam mulutnya sendiri.

Hah?

"Lu sayang sama gw?" Gw memastikan

Ia menggeleng dengan panik, rupanya dia tadi salah bicara. Gue berdiri menjauhi Yona

"Lu tadi bilang, lu sayang sama gw, kok sekarang berubah pikiran. Lu seriusan ada perasaan sama gw?"

"Eh ennggg.... Engga kok..." Ia panik

"Hmmm member jeketi emang tukang boong ya..."

"Oke fine, gw emang sayang sama lo, puas dengernya?" Ucapnya sinis, udah terlanjur terbongkar, dia memilih mengakuinya

"Masa sih, boong ah."

"Lu inget pas di restoran cepat saji waktu itu? Pas lo mau jemput Viny, dan disitu ada Shani juga, waktu itu lo godain gw dan becandain gw habis habisan, tanpa sadar lo udah bikin gw nyaman deket sama lo, dari situ udah mulai muncul perasaan suka. Trus pas hs? Lu inget? Waktu itu lu ngegodain gw di dalem bilik, dan sukses bikin mood gw berantakan, ditambah lagi lo ngacak acak rambut gw, tapi sebenarnya yang berantakan ngga cuma rambut, tapi hati gw juga ikut berantakan, peka dikit dong. Lu udah mainin perasaan gw. Sekarang gw jadi sayang beneran sama lo. Ini kan tujuan lo? Ngebikin gw jadi nyaman deket sama lo?"

Gw menelan ludah, kenapa jadi seperti ini, gw sama sekali ngga bermaksud membuat Yona sayang sama gw, sama sekali ngga berpikiran seperti itu, gw hanya menggodanya selayaknya teman, bukan seperti ini. Gw sama sekali ngga mengharapkan ini.

"Sorry Yon, tapi gw sama sekali ngga bermaksud kayak gitu, lu tau kan gw ini siapa? Pacar temen lo sendiri, dan lo tau kalo gw sayang banget sama dia."

"Gw tau kok, dan gw paham, gw nya aja yang bego bisa kejebak...."

"Duh gw jadi ngerasa bersalah gini." Gw menggaruk garuk kepala yang makin runyam.

"Tapi please, gw cuma pengen lo temenin gw sampe pagi disini, gw ngga mau sendirian lagi." Pinta Yona

Gw menghela nafas, mencoba menjernihkan fikiran

"Oke, gw bakal tetep disini sampe besok pagi, tapi janji abis itu anter gw pulang."

"Nah gitu dong hihi." Ekspresinya seketika berubah

Yona pun turun dari ranjang kemudian berjalan mendekat, ia merengkuh tubuh gw dengan hangat.


Grepp


Ia memeluk gw dengan senang, senyumnya benar benar tulus apa adanya. Terasa getaran yang bergejolak pada diri Yona. Sebenarnya gw merasa sedikit risih lantaran dadanya yang menonjol itu menyembul di dada gw, namun gw ngga mau mengganggu kesenangannya tersebut dan memilih pasrah saat ia memeluk gw.

Tanpa permisi, Yona pun mengecup bibir gw singkat, mengalirkan aliran listrik ke seluruh tubuh, dan efeknya memompa darah gw kian kencang... sial gw ngaceng.

"Eh sorry, gw berlebihan ya." Kata Yona merasa bersalah.

Di pagi buta begini memang rawan sekali nafsu laki laki bergejolak, ditambah oleh umpan seperti ini, birahi gw perlahan lahan meningkat.

Tapi gw harus menahannya... inget ketika terakhir kali gw ngga bisa mengendalikan hawa nafsu, Yuri yang menjadi korbannya, gw ngga mau hal ini terjadi juga kepada Yona.

Gw menatap Yona, aura biru dia mulai terasa, tatapannya begitu pasrah, mungkin dia juga mulai sange, gw pun juga seperti itu, bukankah kesempatan yang bagus untuk melepas hormon stress dan rasa letih?


Plakk


Gw menampar diri gw sendiri, ngomong apa gw barusan.

"Kita lanjut tidur aja yuk." Gw mengajaknya untuk kembali tertidur, daripada kami berdua terus terjaga dan takutnya malah kebablasan melakukan hal yang tidak tidak.

"Lo bener ngga mau nih?"

Tangannya mulai terampil melepas kancing piyamanya satu persatu dengan perlahan, nampak belahan dada yang sungguh menakjubkan, bulat dan begitu membusung.

Gw menelan ludah.

Payudara yang begitu bulat dan menonjol, masih tertutup oleh bra berenda putihnya. Pemandangan yang begitu luar biasa. Entah mengapa produksi liur gue meningkat, membuat gue menelan ludah berkali kali.

Sial!!

Gw ngaceng berat, bulu kuduk gw berdiri di sekujur tubuh. Payudara yang begitu menggiurkan, ranum dan pas digenggaman.


Srrlllppp...


"Mau diliatin doang?" Yona menggoda gw

Tahan Rio... Tahan...

Gw mengepalkan tangan mencoba menahan gejolak nafsu.

Yona pun melempar baju piyamanya ke lantai. Kini ia hanya memakai bra putih. Payudaranya yang membusung itu di goyangkan beberapa kali. Dari leher sampai perutnya terlihat sangat bersih, tak ada noda atau apapun yang menempel pada tubuhnya, Hanya terdapat beberapa tahilalat, sepertinya ia sangat menjaga kebersihan tubuhnya, ditambah lagi aroma harum yang merebak dari tubuhnya membuat gue makin tergiur untuk mencicipi tubuh mungilnya.

Sekarang kedua tangannya mulai bergerak ke belakang punggung, berniat untuk melepas kancing bra yang berada di belakang. Dia terus menatap mata gw dengan menggoda dan senyum yang mengundang.

Gw berjalan mendekati Yona, membuat wajahnya memerah tersipu. Ekspresinya semakin pasrah seiring gue melangkah mendekatinya, sampai jarak wajah kami hanya terpaut beberapa centimeter..

Semakin mendekat dan dekat....


Grepp


"Stop, jangan diterusin."

Yona sedikit terkejut

Gw menggamit lengan Yona, menghentikan niatnya untuk menelanjangi dirinya sendiri.

"Tatap mata gw Yon, oke. Gw ngga mau lo lakuin ini demi lelaki jalang kayak gw, masih banyak laki laki di luar sana yang lebih pantes buat lo, gw ngga mau lo nyesel kedepannya."

Gue melepas tangannya...

"Ooh sayang sekali, ternyata lo tipikal cowok setia ya." Kata Yona, tatapannya yang semula 'nakal' langsung berubah menjadi sinis.

"Ehmm gimana ya..." Gue menggaruk kepala

"Lo emang cowok setia kok, gw bangga sama lo, Viny pasti bahagia punya cowok kayak lo, dan pastinya.... cowok setia itu ngga bakal pernah maksain nafsunya ke cewek yang ia temuin di toilet, padahal si cewek udah nolak."

"Hah? Maksud lo?" Gw menerawang arah pembicaraan Yona.

"Jangan sampe kasus pemerkosaan di toilet theater kebongkar ya. Hihi."


Deeeggg....


Sial, sekarang gw baru paham maksud perkataan Yona barusan. Tapiiii, apa dia sudah tau hal yang sebenarnya? Apakah Yuri membeberkannya ke para member?

"Tenang aja Rio, cuma beberapa orang kok yang tau rahasia ini, karna ini adalah aib. Bahkan saking rahasianya, Viny aja belom tau."

"Please Yon, jangan kasih tau Viny dulu. Gw ngaku salah, gw khilaf. Gw ngga mau Viny denger hal ini dari orang lain. Sebisa mungkin gw bakal ngasih tau langsung ke dia." Gw menggenggam tangan Yona dengan memelas, membujuknya untuk tidak membeberkan rahasia ini.

"Gw punya kartu As lu, sekarang lu ikutin permainan gw. okay?"

Sial, dia memanfaatkan rahasia ini sebagai senjata, gw merasa menjadi pecundang paling hina di dunia ini. Hanya dengan ancaman seperti itu, gw takhluk.

Yah mau gimana lagi kan.

Yona pun membuka kancing bra nya, kemudian menurunkan kedua tali yang melingkari bahunya secara bergantian, setelah itu ia melepas mangkuknya sedikit demi sedikit, membuat gue makin tak sabaran untuk melihat isinya.

Gluukk...

Gue melotot sambil menelan ludah berkali kali

Nampak kedua payudara bulat yang sudah agak kendor ketika bra sudah terlepas, dengan bulatan coklat tua dan puting yang sudah mengacung tegang. Terdapat tahilalat di tulang selangka kirinya, kulitnya begitu wangi dan mulus, aroma tubuhnya itu berhasil merasuk ke rongga hidung gue dan membangkitkan sukma.

Hmmmm....

Naluri lelaki gue ngga bisa berbohong, bahwa gue saat ini sange berat. Mana ada laki laki yang tahan untuk tidak ngaceng ketika disuguhi payudara ranum dan wajah cantiknya Yona, apalagi di pagi buta seperti ini, Rasanya ngga ada...

Errgghhh....

Tapi... Gue mencoba untuk terlihat biasa aja, gue ngga mau terlihat senang di depan Yona, gue ngga mau terlihat horny di depan dia. Karna semakin gue terlihat antusias, semakin merasa menanglah dia. Dan gue ngga mau itu terjadi.

Ketika dia merasa menang, harga diri gue makin keinjek injek.

"Mau?" Yona manawarkan

Gue menahan hasrat untuk menyentuhnya

"Lo ngga doyan tete apa gimana sih? Dianggurin aja daritadi..." Kata Yona menggoyangkan payudaranya

"Errgghhh...." Gue melongo sambil memikirkan kata kata apa yang cocok untuk dilontarkan, jadi gemes sendiri gue ditantang seperti itu, tapi gue harus tetap menahan diri

"Hmmmm... fine lo ngga doyan tete, pantes lo pacarannya sama Viny..."

"Eh maksudnya apa nih..."

"Hehe engga kok engga..."

Tahan... tahan...

Errgghhh...

Tapi bagaimana bisa gue menahan birahi yang sudah ada di ujung titit ini. Titit yang sudah tegang sejak beberapa menit yang lalu, terlipat di dalam celana, terus memberontak.

Yona mengalungkan bra nya ke belakang leher gue kemudian ia menarik kedua sisi talinya, badan gue otomatis ikut ketarik ke depan sampai sampai wajah kami sekarang hanya terpaut beberapa milimeter saja. Nafasnya terasa hangat berhembus di muka gue, pipinya pun memerah, ia telah berada di titik puncak birahinya, sama halnya dengan gue.

"Malam ini, lu punya gue..." Bisiknya menggoda, bibirnya sengaja di sentuhkan ke pipi gue, membuat gue bergidik.

Hanya selang sepersekian detik, ia langsung melahap bibir gue dengan kasar. Ia harus berjinjit lantaran postur tubuhnya yang pendek. Sementara gue hanya bisa memejamkan mata, mengikuti permainan Yona.

Maafin gue Vin, gue terpaksa ngelakuin hal ini, gue terpaksa bermain api di belakang lu kaya gini. Tapi ini semua karna gue terpojok, diluar kehendak gue. Bahkan gue ngga bisa ngelawan. Sekali lagi maaf...

"Hmmmm.... mhhhh..."

Ia memberikan rangsangan pada bibir bawah gue dengan menjepitnya menggunakan kedua bibirnya. Ia memejamkan matanya sambil menikmati. Tangannya mulai menuntun tangan gue ke payudaranya.

Gue menahan tangan gue sendiri, menolak untuk menyentuh payudaranya, tapi dia terus memaksa, bahkan sampai mencubit tangan gue.

"Aggrhh..." Gue mengerang

Yona terus menyosor bibir gue dan memaksa tangan gue untuk menyentuh payudaranya, keinginan Yona sangat kuat sampai akhirnya gue menyerah dan mengikuti kemauannya

"Hmmmm...." Ia tersenyum setelah tangan gue berada di payudaranya

Gundukan kenyal putih mulus dengan beberapa guratan urat kehijauan, kenyal kenyal hangat. Gue meremas remas tete Yona agak aneh, soalnya tete Viny tidak sebesar ini. Gue harus beradaptasi.

"Hmmm... emmhhh..."

Ia terus mendesak gue ke belakang sampai kaki gue mentok ke tepian ranjang.

Yona pun melepas ciuman, ia mendorong gue ke kasur hingga gue terjerembab di atas kasur. Yona pun melepas celana piyamanya, Kemudian melepas celana dalam tipisnya. Akhirnya vagina Yona menampakkan dirinya juga, vagina yang memiliki jembut lebih tebal daripada punya Viny, vagina yang lebih tembem.

Ia telah bertelanjang bulat, memamerkan dua payudara dan vagina tebal yang begitu menggiurkan.

Meskipun ruangan itu cenderung remang remang temaram lantaran hanya diterangi lampu tidur, namun lekuk tubuh Yona dapat gue lihat dengan jelas. Gue menelan ludah...

Ia mengambil sesuatu di lacinya, dan nampaknya itu adalah kondom yang memang sengaja disiapkan untuk saat saat seperti ini.

"Pake..." Ia melempar kondom itu ke gue.

"Nggamau..." Gue menggeleng.

"Ih cepet pake."

"Nggamau, gue ngga seneng pake kondom."

"Lu ngga puas hamilin Yuri? Sekarang mau hamilin gue juga?"

"Kan bisa dikeluarin di perut..."

"Buat jaga jaga aja..." Kata Yona

"Pokoknya nggamau..."

"Bego, sini gue pakein..."

Ia mengambil kembali kondomnya yang dilempar ke kasur tadi, kemudian ia mengupas dengan giginya. Setelah terkupas, ia menaruh kondom di mulutnya sementara kedua tangannya sibuk melepas ikat pinggang gue dan menurunkan ritsleting celana jeans gue.


Slaaapp...


Titit gue menggelepar dengan gaharnya sesaat setelah Yona menurunkan celana dalam gue. Titit yang sudah ngaceng sejak tadi, sejak Yona membuka bra nya beberapa saat yang lalu.

"Uuwww...." Yona bersorak

Ia pun membuka lilitan pada kondom dan bersiap memasangkan kondom pada titit gue.

"Eitss tunggu dulu, kalo lo emang maksa gue pake kondom, lo harus masang pake mulut, ngga boleh pake tangan..." Gue memberi tantangan ke Yona

"Ih apa apaan..." Yona menolak

"Harus mau dong..."

"Ngga ah..."

"Yaudah kalo gitu gue ngga mau pake..."

Ia nampak berpikir sejenak, ia agak ragu ragu, sementara gue hanya menatapnya dengan seringai kemenangan.

"Yaudah oke, gue pasang pake mulut..." Yona setuju

"Tapi sebelom dipasang, dibasahin dulu dong, masa dibiarin kering begini..."

"Ih manja banget sih lu..."

"Lah kok manja? Kan biar enak..."

Gue pun bangkit duduk di tepian kasur kemudian mencengkram leher belakang Yona, mengarahkannya pada titit gue yang sedang ngaceng berat. Yona berlutut di pinggir ranjang menghadap ke titit gue.

"Lu maksa maksa ngewe, tapi nyepong aja ogah, aneh..."

"Iya iya bawel, gue sepong nih."

"Hmmmm.... emmmhhh...." Yona memasukan titit gue ke dalam mulutnya.

Itu adalah moment pertama Yona menyepong gue.

Gue membuka selangkangan lebar lebar agar ia lebih leluasa melakukan oral. Ia menjepit titit gue menggunakan mulutnya dan menyusur permukaannya dari ujung sampai pangkalnya, ia melakukannya dengan sangat pelan, membuat sensasinya jadi makin terasa. Sial! Dia jago! Ia melakukannya berulang ulang, dari ujung sampai pangkal, terus begitu, saking menikmatinya, ia melahap sampai benar benar hampir ditelannya.

"Haaahh...." Ia melepas kulumannya

"Enak?" Tanyanya sambil menatap gue yang masih merem melek, ia menunggu jawaban gue sambil mengocok titit gue dengan lembut.

"Enak hehe..." Gue mengusap kepalanya, memberi kode padanya untuk melanjutkan.

Ia memasukkan lagi titit gue ke dalam mulutnya, meludahi hingga batang itu benar benar basah dan hangat. Tangan kirinya memijat mijat biji sementara tangan kanannya sibuk mengocok pangkalnya. Aiihhh nikmat sekali. Yona kini mulai menyedot nyedot titit gue seakan akan ia sedang menikmati sebuah eskrim. Ia menyusur dari pangkal sampai ujung dengan sangat pelan, membuat gue merasakan sedotan yang sangat kuat. Errgghhhhh....

Gue nyengir mencoba menahan kenikmatan yang begitu memaksa gue untuk ejakulasi,

Tahan... tahan...

Ia melirik ke atas tanpa melepas sepongannya, matanya yang lebar menatap gue dengan seringai.

Lu menang Yon, lu udah bikin gue lunglai ahh.

"Hmmmm.... ehhmmm... mmmm..."

Kepalanya naik turun, membuat rambutnya berserakan ke depan, gue menyibak rambutnya ke belakang agar gue bisa melihat wajahnya, hmmm sensasi yang sangat menyenangkan, melihat wajah gadis yang sedang melakukan oral pada kita.

"Haaahhh...." Ia pun melepas titit gue, ia mendongak menatap mata gue sambil tersenyum.

"Enak?" Tanya nya lagi.

Gue hanya bisa mengangguk.

Ia membusungkan dadanya dan mengarahkannya pada titit gue, kemudian ia menjepit titit gue menggunakan kedua payudaranya.

"Eh?"

"Pasti lo belom pernah diginiin Viny kan..."

Yona menggosok gosokan payudaranya naik turun, seolah olah celah diantara kedua payudaranya adalah liang vagina, sementara titit gue terus dimanjakan oleh kemulusan dadanya.

Baru pertama kali gue diperlakukan seperti ini oleh cewek, dan rasanya tak kalah enak dibanding oral biasa.

Yona meludahi dadanya sendiri agar licin, ia terus menekan payudaranya agar titit gue terdesak di tengah tengahnya dan menggosoknya naik turun.

"Lu pinter nyenengin cowo ya..."

Gue memegang kepala Yona dan memintanya menunduk agar titit gue bisa masuk ke mulutnya juga. Gue menggoyangkan pinggul gue maju mundur, menerobos celah diantara dua payudaranya dan agar ujung titit gue bisa masuk ke mulutnya. Gue melakukan hal itu berulang ulang.


Slapp... slaappp.... sllaaappp...


Yona menggosok payudaranya naik turun dengan tempo yang lumayan kencang, membuat titit gue tak kuasa menahan nya, mulai terasa sperma yang mendesak keluar, tapi gue terus menahan agar gue tak ejakulasi.

Tapi keterampilan Yona tersebut mampu membuat gue kewalahan dan pada akhirnya...


Crooottt ... crooott.... crooottt....


"Arrgghhhh...." Gue nyengir tak mampu membendung peju yang tercurah deras.

Yona menjulurkan lidahnya seraya menerima semburan demi semburan peju hangat. Kini dada dan mulutnya penuh oleh peju.

"Sorry Yon, gue ngga tahan..."

"Hehehe..." Ia tertawa

Ia melepas payudaranya kemudian mulai menjilati ujung titit gue, membersihkan peju dari lubangnya. Setelah dirasa bersih, ia mengusap mulutnya menggunakan lengan kanannya.

Kemudian ia menaruh kondom di bibirnya kemudian mengarahkan bibirnya ke titit gue...

"Hmmm...." Ia mulai memasang kondom menggunakan mulutnya.

Karet silikon itu telah menancap di ujung titit gue, ia melepas lilitan kondom yang menggulung gulung dengan mendorongnya ke pangkal sedikit demi sedikit menggunakan bibirnya. Mau tak mau, kondom itu ikut basah oleh liurnya


Sruutt... sruuutt.... sruuuttt....


Setelah kondom itu berhasil membungkus titit gue sampai ke pangkal, ia menarik ujungnya sedikit, memberikan ruang untuk sperma yang nantinya akan keluar.

"Udah ya..." Katanya sambil mengusap bibirnya yang penuh liur dan sperma

"Katanya rasa strawberry, tapi kok pait ya..." Lanjutnya sambil meludah beberapa kali.

Malam semakin pagi, langit yang semula hitam pekat berubah perlahan ke biru tua, menandakan matahari akan segera hadir menerangi, di luar sudah terdengar beberapa kendaraan yang lalu lalang, menandakan orang orang telah memulai aktivitasnya....

Tiba tiba hape Yona berbunyi dari atas lemari buffet di sebelah ranjang.

"Udah jam empat pagi..." Kata Yona, mematikan alarm di hapenya

Ia menarik lepas celana gue secara singkat, kemudian ia merangkak di atas kaki gue sambil mendorong tubuh gue ke belakang agar gue rebahan, tetenya yang besar itu bergoyang bergelantung pelan seperti pepaya segar yang ranum tertiup angin. Tak mau buang waktu, ia pun bersiap duduk diatas selangkangan gue dan....


Sleepppp....


"Uhhhhh...." Kami sama sama mendesah

Untuk pertama kalinya titit gue merangsek masuk ke liang memek milik Yona, terasa hangat dan basah. Tubuh gue bagai tersetrum. Jembutnya yang lumayan tebal itu cukup menggelitik, ia tersenyum.

Setelah ia memasukan titit gue ke dalam memeknya, ia memutar tubuhnya berbalik sehingga kini ia membelakangi gue. Rasanya titit gue seperti terpuntir di dalam liang memeknya itu, ahhh...

"Bentar Yon, gue duduk dulu."

Gue pun bangkit duduk, kemudian menggeser pantat gue ke belakang agar gue bisa duduk sambil bersandar ke dinding. Yona yang masih menancapkan vaginanya ke titit gue, mau ngga mau mengikuti kemana tubuh gue bergerak.

"Nah gini kan enak..." Kata gue sambil memasang bantal untuk mengganjal punggung gue ke dinding

Selangkangan kami sama sama terbuka lebar, ia pun mulai memompanya naik turun secara perlahan.


Slappp... slaappp... slaapp....


"Ahhhh.... Yooonnn...."


Slappp... slaappp... slaapp....


Yona melakukan self service terhadap dirinya sendiri, ia menggerakan pinggulnya sedemikian rupa sehingga vaginanya dapat melakukan penetrasi. Gue hanya bisa diam melihat keberingasan Yona yang berada diatas pangkuan gue tersebut.

Posisi dia jongkok membelakangi gue sambil menggenjot bokongnya seperti katak, sementara gue hanya bisa duduk bersandar pada dinding, menyaksikan punggungnya.

"Ahhhhh.... ahhhh.... uuhhhh...." Yona mendesah halus

Ia meraih tangan gue dan mengarahkannya ke payudara besarnya.

Dari belakang gue meremas remas kedua payudara Yona yang cukup bulat dan kenyal, sementara Yona masih asik memanjakan vaginanya dan menari nari diatas titit gue.


Slaappp... slaappp... slaappp....


Yona sibuk dengan dunianya sendiri, setelah sekian menit, ia masih semangat untuk melakukan penetrasi. Sementara gue menikmati kekenyalan payudaranya serta aroma tubuhnya, gue meremas sambil menciumi punggung dan bahunya.


Slaappp... slaappp... slaappp....


"Ahhh.... ahhh.... ahhhh...." Ia mendesah nikmat

Gue cukup membatasi diri, gue ngga mau terlalu dominan, takutnya kalo gue kebablasan, gue bakal lupa diri dan malah keenakan sendiri, bagaimanapun juga gue ngga enak harus bermain api seperti ini. Jadi biarkan Yona memuaskan dirinya sendiri, sementara gue hanya menunggu sampai ia lelah, gue ngga mau nantinya malah gue terjebak, makanya gue harus hati hati dan membatasi diri.

Ia menghentikan gerakannya

"Haahh... haahh..." Ia menghela nafas

"Udah kan Yon." Kata gue

"Keluar aja belom..."

Ia pun berdiri dan memutar tubuhnya menghadap ke gue, sekarang ia duduk kembali di pangkuan gue dan menancapkan titit gue ke memeknya begitu saja.


Slepp...


"Uuhhhh...." Yona mendesah pendek.

"Lo ngga capek apa..." Kata gue ke Yona

"Bawel, mamam nih..."

Yona menjejalkan kedua puting susunya ke dalam mulut gw, kedua tetenya yang besar itu bisa menutup hampir separo muka gue.

"Emmmpphhh...." Gue kesulitan bernafas

"Hahahaha...." Yona tertawa jahat

Ia mendesak kepala gue ke tembok dan terus menyodorkan susunya ke mulut gue, gumpalan kenyal itu menutup hidung dan mulut gue, yang otomatis menyumbat pernafasan gue.

Sial gue ngga bisa nafas...

"Emmpphhh.... emmpphhh... "

Gue ngga berkutik, Yona sangat beringas sekali. Gue mencoba menahan tubuh Yona namun sia sia.

"Emmpphhh.... emmpphhh.."

Gue mencubit perutnya

"Awww...." Ia memekik

"Ihhhh sakittt..." Ia balas mencubit

"Gue ngga bisa nafas bego..."

"Makanya jangan pasif, jadi capek sendiri kan gue..." Katanya marah

"Gue ngantuk...."

"Ikut gerak kek, biar gue ngga capek sendirian..."

Yona pun bersiap untuk menggenjot lagi...

"Bentar Yon, gue tiduran dulu..."

Gue menggeser pantat gue ke depan agar gue mendapat ruang untuk merebahkan tubuh, capek juga kalo duduk terus. Sementara Yona menggerakan selangkangannya mengikuti titit gue yang bergeser.

Kami berdua sama sama membenarkan posisi masing masing agar terasa nyaman, gue mengambil bantal dan memakainya di kepala, sementara Yona yang semula duduk berjongkok, mengganti duduknya menjadi duduk bersimpuh sambil memegang perut gue.

"Lu jangan diem aja dong, ikut gerak kek..." Kata Yona mengulang

Yona menarik kaos gue ke atas, meminta gue untuk melepas kaos tersebut, kemudian membuangnya sembarang ke lantai. Sekarang kami berdua sama sama dalam keadaan telangang bulat. Setelah itu Yona mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya berpegangan pada bahu gue, kemudian pinggulnya mulai bergerak maju mundur.


Sleepp... sleepp... sleepp...


"Uuuhhhhh..." Yona mendesah pelan

Gue hanya bisa diam menikmati penetrasi yang dilakukan Yona, memperhatikan wajahnya yang sangat keenakan. Disaat tubuhnya maju mundur, tetenya yang mulus itu ikut bergerak naik turun, menggoda sekali untuk dijamah.

Tangan gue mulai terpancing untuk meremas remas kedua gundukan itu, gue meremasnya dengan lembut seperti sedang mengolah adonan kue, kemudian mengenyot putingnya secara bergantian, membuat Yona makin keenakan. Payudaranya itu lengket akibat peju dan keringat yang bercampur.

Yona menggenjot dengan statis dan pelan, ia menikmati tiap gesekannya dan diikuti desahan desahan yang membuat suasana makin panas.

"Ahhhh... ahh.... aaahhhh...."


Sleepp... sleepp... sleepp...


Ia menggigit bibir bawahnya sambil menggenjot.

Setelah beberapa menit, Yona masih saja menggenjot dengan statis dan sangat pelan, membuat gue lama lama bosan juga.

"Lemot banget lu Yon, bosen gue..."

Akhirnya gue berinisiatif untuk ikut menggenjot, gue melipat lutut gue untuk mengambil kuda kuda dan gue menaruh tangan gue di bahunya untuk menopang tubuhnya.

"Siap siap Yon..."

"Hmmm?"


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Gue menghujam vaginanya secara bertubi tubi dengan tempo yang lumayan cepat.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Gue mengerahkan tenaga gue pada lutut agar genjotan gue lebih maksimal, dibanding genjotan Yona barusan, genjotan gue ini hampir empat kali lipat lebih cepat. Sekitar empat kali tusukan tiap detiknya. Gue ingin Yona merasakan betapa hebatnya gue.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Aarrgghhhhhhh!!!!!" Yona berteriak, desahan halusnya berubah menjadi teriakan kesakitan


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Sakitt bego arrgghhhh!!!!" Teriak Yona sambil nyengir kesakitan, wajahnya memerah semerah tomat

Ia mencengkram lengan gue dengan kuat, menahan rasa sakit hujaman demi hujaman pada lobang vaginanya.

Tubuhnya pun kaku, punggungnya melengkung ke atas, kepalanya menghadap ke langit langit sambil beberapa kali menggeleng geleng.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Udah udah..... arrgghhhhh.... sakiittttt... udahhhhhh.... arrghhhhh.... AHHHHHH...." ia terus meracau


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Keringat mulai membasahi tubuh gue, rasa lelah perlahan lahan merasuk ke lutut dan pinggul gue, namun gue belum gentar, gue masih semangat memberikan tusukan demi tusukan untuk Yona.

Aahhhh!! Ini enak sekali!!!

"Rioooo!!!! Udah udah.... sakitttttt aaargghhghh...."

Tetenya mencuat naik turun dengan cepat, gue jadi khawatir kalo sewaktu waktu copot. Wajahnya sungguh lucu ketika menahan sakit seperti itu. Tangan gue yang semula menopang bahunya beralih turun ke pinggulnya, Yona yang masih tersiksa oleh penetrasi itu tak mampu menopang tubuhnya sendiri, dan akhirnya ia tersungkur jatuh di atas tubuh gue, membuat tubuh kami berdua saling bergesekan.

Gue merangkul tubuh Yona sambil menciumi wajahnya tanpa melambatkan tempo sedetikpun.



Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



"Arrgghhhhhh.... sakitt.... sakiittt..... periihhhh...." Ia terus menggeleng gelengkan kepalanya, meminta gue untuk menghentikannya. Namun gue mengabaikannya, semakin ia merengek, semakin gue semangat.

Gue menciumi leher dan pipinya, sesekali menciumi bibirnya.


Krieeett... krieeettt ... krieettt....


Ranjang Yona pun berdecit berkali kali seiring genjotan pinggul gue, menimbulkan suara gaduh seantero ruangan.


Krieeett... krieeettt ... krieettt....


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



Kenikmatan yang sungguh hakiki.

Tapi, lama lama pergelangan kaki gue terasa kesemutan, ah sial padahal lagi enak. Mau ngga mau gue menghentikan genjotan itu.


Slaaappp!!!


"Ahhhh.... ahhh....." Wajah Yona terlihat lega, perutnya pun kembang kempis setelah gue menghentikan gerakan

"Hahaha..." Gue mentertawakan Yona yang sedang ngos ngosan

"Begooo!!!" Ia menjambak rambut gue.

"Eh sakit sakit...." Gue nyengir

"Lo kenapa sih!!" Yona membentak

"Katanya tadi jangan pasif..."

"Tapi ngga gitu juga, sakit bego..."

Yona pun ambruk ke samping saking lemasnya, tak kuasa menahan sakit.

"Keluar aja belom, masa udah lemes."

"Sakit bego!!"

"Ampun ngga?" Gue bertanya

"Ampun apaan..."

"Karna lo udah lemes, berarti tugas gue udah selesai ya, gue mau pulang."

"Gue belum puas."

Yona mendorong gue hingga gue tiduran lagi. Ia kembali ke posisi tadi.


Sleepp..


"Lo diem, biar gue aja yang gerak. Awas kalo kaya tadi..." Katanya sambil menunjuk wajah gue dengan jari telunjuk.

"Ampun engga?"

"Engaa..." Kata Yona tegas

"Wah nantangin lu..."

Gue memasang kembali kuda kuda gue dan mengerahkan genjotan dengan sekuat tenaga...


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Tangan gue memegang perut dan pinggang Yona agar gue dapat membuat tubuhnya mengikuti tempo. Sementara tangan Yona reflek mencengkram bahu gue.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Woooohhhh..... arrgghhhhh.... pleesee Riooo, ini sakiiiitt, gue ngga boong!!!! aarrgghhhhh...."


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Plaakkk... plaaakk... plaakk...


Kriiitt... kriittt.... kriieett....


Suara teriakan Yona, hentakan pada pantatnya serta decitan pada ranjang bergaung menjadi satu di kamar ini, terdengar sangat berisik. Mungkin kamar kosan sebelah bisa mendengarnya atau malah terganggu tidurnya dengan aktifitas kami? Gue ngga peduli, gue hanya mau memberi Yona pelajaran.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



"Sumpah sumpah ini sakiiiittt.... arrggghhh... udah udahhhh.... pleasee.... gue ngga tahan....arrgghhhh...."

Tubuhnya mulai berkucuran deras oleh keringat segar, begitupun gue, AC dengan suhu 17° sudah tidak terasa lagi sejuknya. Aroma asam mulai tercium pekat.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Ampun ngga?" Gue menanyainya lagi

"Arrghhhhh!!!!"


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Ahhhhh Riooo... Riooo..... udahhhh!!!! aarrgghhhhhhh....."


Crooott.... croootttt.... crooott...


"Ahhhh!! ahhh!!! aaaaaaahhhh...."



Tubuh Yona menggelinjang hebat, pinggulnya bergetar tak karuan merasakan gejolak orgasme yang sangat dahsyat. Sesaat detik detik orgasmenya, gue mengubah genjotan gue yang semula cepat menjadi tusukan tusukan yang dalam, agar orgasme Yona makin terasa nikmat.

Sesampainya di puncak orgasme, gue melancarkan satu hujaman terakhir yang sangat kencang dan dalam


Slaaappp...


Gue menahan beberapa saat titit gue di dalam liang memeknya yang telah basah oleh cairan cairan.

"Oohhhhhhh...."

Matanya terbuka, namun pupil hitamnya tenggelam ke atas ke dalam kelopak matanya, sehingga bola matanya hanya terlihat bagian putihnya saja, mulutnya terbuka lebar. Perutnya kembang kempis dan dadanya naik turun. Saking lemasnya dia, tangannya sudah tak mampu lagi berpegangan sehingga dirinya ambruk ke atas tubuh gue.

"Haahhh... haahhh... haahh..." Ia mengatur nafas

Keringatnya mengucur deras, menetes dan mengalir ke badan gue. Tangan kiri gue merangkul punggungnya sementara tangan kanan gue mengusap rambutnya. Ia sangat kelelahan, nafasnya sangat dalam dan wajahnya sangat merah. Kami berdua sama sama bernafas melalui mulut saking lelahnya.

"Ampun ngga?"

"Iyah.. iyah.. ampun... ampun... haahh... haahh... ampunn... jangan gitu lagi...." Katanya lirih di sela sela nafas beratnya

"Hehehe... maaf yah..."

Gue menunggu Yona sampai nafasnya benar benar pulih, ia masih terpuruk diatas tubuh gue dengan nafas yang tersengal. Kepalanya berada di atas dada gue.

Kami berdua berdiam diri selama beberapa menit, nafas gue maupun nafas Yona akhirnya mulai teratur. Tubuh Yona masih berada di atas gue, dia tak juga menyingkir dari situ.

"Yon.... Yona...." Gue menepuk bahunya

Ia tak menjawab

"Heh Yon... Yona...." Gue menepuk bahunya lagi

Ia masih diam saja

"Heh Yon, minggir, gerah nih..."

"Groookkk... zzzzzz.... groookkk.... zzzzz...." Tiba terdengar dengkuran halus dari mulutnya

"Yeeeee anjir dia tidur diatas gue lagi, heh Yon..... bangun woyy, gerah nih gue, mana badan lengket lagi..."

Ia tertidur dengan sangat nyaman diatas gue, menjadikan dada gue sebagai bantal dan tubuh bagian bawah sebagai guling. Ia nampak sangat nyenyak, mungkin karna kelelahan. Melihat wajahnya yang begitu damai membuat gue ngga tega untuk membangunkannya. Akhirnya gue mengalah dan membiarkan ia tertidur pulas. Gue mengusap rambutnya kemudian mencium ubun ubunnya.

Tiba tiba gue pun menguap, mata gue mulai berat, gue juga kelelahan ternyata. Yaudahlah mending gue ikut tidur.






=====00000=====​




Gue membuka mata dengan berat, matahari bersinar melalui celah jendela dan tepat mengenai mata, membuat gue terbangun. Seketika itu juga gue menyadari bahwa gue masih berada di kamar Yona, dengan posisi Yona masih tidur menindih diatas badan gue dalam keadaan sama sama bertelanjang.

"Yon... Yona... udah siang nih... bangun dong, gerah tau..."

Ia masih diam saja.

Ah sial, susah banget bangunin ni orang, gue menjepit hidung Yona menggunakan jari, menutup jalan pernafasannya.

Setelah beberapa detik, ia pun menggerak gerakan kepalanya berusaha menyingkirkan tangan gue dari hidungnya.

"Yon... bangun bego..."

"Hahh??!!" Ia terkejut menyadari bahwa ternyata dia tertidur di atas badan gue, ia buru menyingkir dan duduk di kasur.

"Lengket banget badan lu..." Kata gue

Jiwa Yona belum sepenuhnya kembali ke raganya, tatapannya masih kosong.

"Heh Yon kayak orang gila lu, rambut acak acakan, muka mengkilap, badan bau asem, ngga pake baju..."

"Bawel, masih ngantuk gue..." Ia mengucek matanya

Wajah Yona seketika panik.

"Eh sekarang jam berapa!!" Ia buru buru mengambil smartphone di atas buffet.

"Aaaaa udah jam satu!! Gue telat ikut pretest jam sepuluh!!!"

"Salah lo sendiri lah."

"Yaaaah gue males ngejar ngejar dosen buat minta susulan haaaaaaa..." Ia merengek

"Bodo ah Yon..."

"Jam tiga gue ada kelas, matkul ini gue harus hadir..."

Yona bangkit dari ranjang kemudian mengambil handuk di balik pintu kamar mandi, yang bersebelahan dengan dapur kecil. Kamar kosan Yona ini terbagi menjadi dua ruangan, yakni kamar tidur dan dapur, kedua ruangan ini tak memiliki batas yang jelas, hanya sekedar tirai yang bisa di singkap. Nah di dapur terdapat sebuah kamar mandi. Jadi jarak antara dapur dan kasur sangat dekat, bahkan kamar mandinya pun bisa dilihat langsung dari atas kasur.

"Gue mau mandi, mau ikut ngga?" Tanya Yona

"Mandi aja masa ajak ajak..."

"Ya siapa tau lu masih mau lagi, hehehe..."

"Nggak, capek."

"Huft, yaudah gue mandi sendiri..."

Disaat Yona mandi, gue berencana untuk melarikan diri, ini adalah kesempatan gue, gue udah ngga tahan dimanfaatkan Yona kaya gini. Gue pun buru buru memakai celana dan baju gue. Tapi gue baru sadar, kunci mobil gue ternyata ngga ada di kantong celana, gue cari di kasur, meja dan lemari buffet pun ngga ada, pasti diumpetin Yona, sialan emang nih cewek.

Gue berjalan ke pintu keluar, dan ternyata pintunya terkunci, gue ngga bisa menemukan dimana kunci kamar Yona dan kunci mobil gue.

Gue berniat melompat dari jendela untuk keluar dari sini, tapi setelah gue melihat keluar jendela, ternyata kamarnya berada di lantai tiga. Asli gue merasa kaya hewan peliharaan Yona, dikurung dan ngga dibolehin kemana mana. Gue kesal. Akhirnya gue berjalan ke kamar mandi dan menggedor pintunya.

"Yon!! Kunci mobil gue dimana!! Kunci kamar lo dimana!! Gue mau pulang, gue ada kerjaan!!"

"Entar gue kasih, selesai gue mandi." Katanya santai sambil terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi.

Tuh kan bener, kunci mobil gue diumpetin dia. Mau ngga mau gue harus nungguin dia selesai mandi.

Akhirnya gue kembali ke kasur, mengambil hape gue yang ternyata banyak sekali missed call dari Viny. Gue berniat menelfon balik Viny namun terdapat sebuah noftifikasi "Battery is too low to make a call." Ah kntl, gue ngga bawa charger lagi.

"Yoon, gue pinjem charger.."

"Charger gue dibawa Viny..." Teriaknya dari dalam kamar mandi

Tak lama kemudian, hape gue pun mati. Ah apes bener gue.

Limabelas menit kemudian, Yona pun keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Menutupi dada sampai seperempat pahanya, ah sial melihatnya seperti itu membuat gue ngaceng lagi.

"Lama banget lo, sini cepetan kunci mobil gue..."

"Ih apasih buru buru amat..."

"Gue kerja anjir, lu kira gue pengangguran apa..."

"Iya entar gue kasih, tapi entar yaaa, lu sekarang mandi dulu, trus anter gue ke kampus..."

"Banyak maunya lu Yon...."

"Nih pake handuk yang ini..." Katanya sambil melempar handuk baru dari dalam lemarinya

"Jahat lu Yon, gue cuma mau pulang, masa harus nganterin lu dulu ke kampus."

"Gue lagi males bawa mobil sendiri, ntar lu bawa mobil gue sekalian buat ambil mobil lo yang ada di fx."

"Ribet banget dah..."

"Udah cepet masuk kamar mandi sono, gue mau ganti disini." Ia mendorong gue ke kamar mandi.

Gue kesal, tapi ya mau gimana lagi, kalo ngga diturutin, dia bisa bongkar rahasia gue, ngerepotin banget.

Yona mengubek ubek lemari pakaiannya, mengambil baju diantara barisan pakaian yang digantung di dalam lemari, kemudian ia melepas handuknya ke lantai untuk memakai baju, namun ia buru buru mengambil handuknya di lantai dan melilitkan kembali ke tubuhnya setelah ia menyadari bahwa ternyata gue belum masuk ke kamar mandi dan masih melihat ke arahnya.

"Ihh buruan mandi!! Gue mau pake baju!! Jangan ngintip!!"

"Lah? Kenapa lo jadi malu gitu? Tadi subuh aja lo liar banget, masa sekarang malu malu gitu telanjang di depan gue..."

"Eh... emmm... iya juga ya..."



=====00000=====


Matahari bersinar cerah, tak nampak awan satupun di langit Jakarta siang ini. Gue membuka jendela dan melompat ke balkon. Sebenarnya ada pintunya untuk menuju ke balkon, tapi karna engselnya sedang bermasalah jadinya gue melompat lewat jendela. Gue memandangi berbagai aktifitas masyarakat Jakarta dari atas sini, sambil menyeruput teh panas dan menyesap sebat.

Selesai mandi tadi, Yona meminjami gue kaos oblong yang ternyata adalah milik mantannya yang pernah tertinggal di kamarnya.

Gue duduk di balkon, ngeteh sembari menunggu Yona yang berdandan sangat lama, ia menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk berias di depan cerminnya. Rokok sudah habis dua batang pun ia belum selesai juga mengenakan make up.


jZIJ7pOd_o.jpg


Yona pun akhirnya selesai berdandan, walaupun tadi gue sempat kesal harus menunggu lama saat dia berdandan, ternyata hasilnya memang tak mengecewakan, rasa kesal gue seketika sirna berubah menjadi takjub. Dia terlihat sangat cantik dan menawan, senyumnya mampu menggelitik hati gue, sementara matanya berpijar memancarkan kebahagiaan.

Ergghhh....

Tapi gue mencoba biasa saja, gue ngga mau terlalu memperlihatkan ketakjuban gue akan makhluk satu ini, bisa geer dia nanti. Tapi dari lubuk hati yang terdalam, gue ngga bisa boong, Dia sempurna.... hampir.

Gadis Sunda kenapa bisa cantik cantik gini sih....

Bogor dan Tangerang masuk Sunda kan ya?

"Udah cantik belom?" Tanya Yona sambil melihat gue dari cermin

"Iya cantik banget..." Ucap gue mantap sambil mengangguk antusias

"Hehe makaciihh..."

Ah bgst, gue keceplosan, beberapa detik yang lalu gue berniat untuk bersikap biasa saja, kenapa sekarang malah gue memuji dia, kenapa gue selalu lemah sama cewe cantik... Bisa besar kepala nanti dia.

Kalo diliat liat, Yona dan Viny memiliki kesamaan dalam selera berpakaian, tapi mereka memiliki perbedaan dari cara berdandannya. Yona cenderung berias untuk menutupi keriputnya, sementara Viny berias untuk menutupi muka bantalnya. Viny berdandan dengan ala kadarnya, memakai bedak tipis, alis tipis, lipstick tipis, pokoknya serba tipis, yang penting terlihat segar, berbanding terbalik dengan Yona yang menghabiskan setengah jam hanya untuk membuat alis dan eye liner.

"Ayo udah jam dua lebih nih, matiin rokoknya..."

Setelah itu kami berdua bergegas turun ke halaman, kami berangkat ke kampusnya Yona menggunakan mobil Ayahnya yang terparkir di halaman kosan. Gue memacu mobil memasuki jalanan ibukota.

Di perjalanan, Yona terus bercerita tentang hari harinya selama di jeketi, sambil sesekali bercerita tentang Viny juga, gue yang sedang memegang setir hanya memanggapi dengan seadanya, karna gue tidak begitu tertarik dengan bahan obrolannya. Rasanya ingin mendorong Yona keluar dari mobil dan meninggalkannya di jalan supaya gue bisa langsung pulang, tapi gue ngga setega itu.

"Rio, lu kan jago motret, kenapa ngga submit aplikasi ke JOT aja? (JKT48 Operational Team) jadi juru potret dan visual. Lu juga bisa edit video kan?"

"Emang boleh?"

"Submit aja, masalah dipanggil mah bisa kapan aja, kalo mereka lagi butuh ya pasti mereka langsung cari aplikasi letter yang menarik, kebetulan salah satu juru foto kita abis resign. Apalagi kan pengalaman lu udah lumayan tuh di salah satu jasa potret terbesar di Jakarta."

"Hmmmm boleh juga ya kalo gitu..." Gue mempertimbangkan

"....eh tapi kan gue cuma lulusan SMA, S1 gue ngga kelar..."

"Halah yang penting mah skill, staff ticketing aja masih nyambi kuliah..."

"Wah gue jadi semangat nih..."

"Tapi kalo udah di Acc, jangan sering modusin member ya..."

"Yeee bego..."

"Hahahaha...." Yona pun tertawa

Gue sebenarnya nggatau Yona kuliah dimana, dan gue juga ngga peduli, gue hanya menyetir mengikuti arahan Yona, melewati jalan jalan tikus agar lebih efisien katanya.

Setengah jam di jalanan, akhirnya kami sampai juga di pelataran parkiran kampus.

Hmmmm...

Kok gue kayak ngga asing ya sama tempat ini? Gue kayaknya pernah dateng ke kampus ini, tapi kapan ya? Hmmm mungkin gue pernah dapet job di kampus ini, cuma gue lupa. Soalnya sering banget gue dapet job di kampus kampus di Jakarta. Yaudahlah ngga penting...


r8o1s96C_o.jpg


"Lu pasti laper... Sarapan yuk..." Kata Yona menyeret tangan gue.

"Engga perlu, gue mau langsung pulang aja." Kata gue mencoba menyembunyikan rasa lapar

"Gue bayarin deh..."

"Ngga makasih...."

"Gue janji, ini permintaan terakhir gue, abis sarapan lu boleh balik, sumpah gue ngga boong, ya? ya?"

"Hadeehhh..."



=====00000=====



RTYF1BD9_o.jpg


Gue kalah...

Gue ngga bisa menolak setiap permintaan Yona, entah mengapa, bahkan diluar ancaman tentang rahasia itu, gue tetap ngga bisa menolak. Seperti ada suatu ikatan antara gue dan Yona.

Apa gue mulai peduli dengan Yona?

Apa gue mulai perhatian ke Yona?

Apa....

Emmm...

Apa gue ada perasaan ke Yona?

Ngga... ngga mungkin...

Yona terus menyeret tangan gue masuk ke dalam kampusnya, menyusuri kelas kelas dan lorong. Gue mulai merasakan getaran itu...

Duduklah kami di salah satu kedai makanan di kantin kampus Yona. Kedai makanan yang lumayan ramai. Para mahasiswa maupun mahasiwi sedang asik bercengkrama di meja masing masing. Untung saja kami masih kebagian meja kecil di sudut ruangan.

Kami duduk berhadapan sambil menikmati sajian nasi goreng yang lumayan enak. Ditemani siaran tv kabel dari sudut atas ruangan dan dikelilingi kucing kucing kampus yang berpatroli dari meja ke meja demi mendapat asupan.

Seperti saat di mobil, Yona masih saja cerewet, bercerita ngalor ngidul yang gue pun sebenarnya malas untuk mengetahuinya. Gue memilih fokus untuk menghabiskan santapan di depan gue ini.

Gue cukup menikmati tempat ini. Tapi ada satu hal yang menganggu, gue masih ngga asing sama tempat ini, tapi gue ngga inget kapan gue pernah ke tempat ini. Masih mengawang awang.

Yona makan dengan sangat lambat, menghabiskan satu porsi nasi goreng aja butuh waktu lebih dari setengah jam, berbeda sekali dengan Viny yang rakus kalo lagi kelaperan.

Gue mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celana dan mengambil sebatang, Gue melihat sekeliling ruangan untuk mencari cari plang "dilarang merokok". Dan ternyata ngga ada, yowis berarti boleh kan merokok di tempat ini.

Disaat gue sedang menyulut rokok, tiba tiba Yona berceletuk...

"Mampus..."

Gue bingung melihat ekpresi Yona yang tiba tiba menjadi panik sendiri, ia memberi isyarat ke gue untuk melihat sesuatu di belakang.

"Apaan si Yon..." Tanya gue penasaran

"Liat belakang lu cepet..." Kata Yona sambil nyengir nyengir ngga jelas

Gue pun menoleh mencari tau apa yang dimaksud Yona...


Degggg....



CoOtUhau_o.jpg



Eh? Viny?

Kenapa bisa ada Viny di kampus Yona?!! Bisa salah paham nih kalo dia liat gue sedang berduaan dengan Yona.



"Loh nyet? Kok kamu... sama Yona.... emmmm...."


.
.
to be continue
 
Terakhir diubah:
Di real life-nya stelah Yona resign dari kampusnya di rawa belong ntu bertahun² lalu, emang sekarang Viny & Yona kuliah di kampus yg sama btw.
 
Terakhir diubah:
Kampreeett terciduk juga diaa wkwkwkkwwk
Terimakasih ya Viviyona, hehe

Part Filler


mCxTx6z2_o.jpg


Yona...

Viviyona Apriani...

Gadis penuh ego dengan jutaan mimpi, kurang lebih begitulah yang bisa gue simpulkan dari dirinya

Si pemimpi dan si pecinta bulan...

Katanya, dia bisa memandangi bulan sampai pagi, sampai orang orang bangkit dari mimpinya. Ketika dia sedang memiliki masalah atau kebimbangan, dia akan begadang dan memandangi bulan melalui jendela. Katanya, hal tersebut bisa bikin mood dia membaik, dengan memandang bulan semalaman, dia merasa bahwa dia sedang berkencan dengan bulan, atau lebih tepatnya.... berbagi cerita. Jadi dia tak hanya sekedar diam saja, tapi juga mencurahkan isi hatinya kepada bulan.

Dia memiliki keyakinan bahwa, disaat dia sedang menceritakan kegundahannya kepada bulan, disaat bersamaan, akan ada orang yang melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di belahan bumi yang lain, entah dimana itu. Dan dia percaya bahwa, ketika dia berkeluh kesah pada bulan, bulan akan membagikan kegundahan itu kepada orang orang yang juga sedang mencurahkan isi hatinya kepada bulan. Jadi bisa dibilang, curhat kepada bulan, sama saja curhat kepada orang orang yang juga sedang memiliki masalah, yang tersebar di belahan bumi yang lain. Semakin banyak telinga yang mendengar curahan hati kita, samakin lega lah kita dibuatnya, beban jadi semakin ringan. Orang galau memang tak butuh lawan bicara, cukup telinga untuk mendengar.

Dan Yona sering melakukan hal itu...

Lalu bagaimana jika bulan tidak muncul pada malam hari?

Ia memilih terlelap dan berpetualang pada mimpi mimpinya. Melepas sejenak kepenatannya di dunia nyata dan menenggelamkan diri sedalam dalamnya pada dasar palung alam bawah sadarnya.

Gadis yang cukup unik...


UuhBnjfM_o.jpg


Yona...

Gadis biasa dengan daya tarik tersendiri, memiliki banyak misteri dalam dirinya, selalu saja membuat gue penasaran untuk mengungkapnya

Gue tau ini terlarang, tapi gue ngga bisa membohongi diri sendiri...

Bahwa...

Gue rindu Yona...



=====00000=====​




kembali ke momen beberapa minggu yang lalu, sekitar akhir Januari



p1GDGGQb_o.jpg



Gelap...

Perlahan lahan kesadaran gue kembali, gue bisa merasakan kembali jiwa gue sudah berada di tubuh lagi.

Vertigo gue kumat, penyakit yang sudah tak pernah kembali sejak tiga tahun ini, akhirnya kumat kembali. Sakit kepala yang begitu menyiksa, bukan sakit kepala biasa, lebih menyakitkan bila dirasakan. Tigaratus persen lebih menyiksa.

Vertigo yang muncul setelah mendengar pernyataan dari Yuri sore tadi. Sakit yang membuncah dan puncaknya membuat gue ngga kuat untuk menahannua sampai sampai gue pingsan di tempat.

Sekarang gue merasakan sekujur tubuh gue sangat nyaman dan hangat, gue penasaran kenapa bisa seperti itu.

Gue membuka mata secara perlahan

Terlihat langit langit sebuah ruangan yang asing bagi gue, nampaknya gw belom pernah ke tempat ini sebelumnya.

Kamar yang remang, hanya bermodalkan pencahayaan dari lampu tidur yang redup. Serta aroma harum semerbak di dalam ruangan ini.

Gw mendapati diri gw sedang terbaring di atas ranjang empuk berbalut selimut hangat.

Dimana ini?

Arrggh...

Kepala gw masih pusing, bergerak sedikit saja rasanya seperti sedang ditusuk tusuk.

Kemudian gw menoleh ke kanan, secara perlahan

Eh?

Siapa dia?

Sesosok manusia dengan tubuh yang mungil dan memiliki rambut panjang. Sepertinya seorang perempuan. Ia tertidur di samping gw menggunakan piyama tipis dan berada di dalam satu selimut yang sama dengan gw.

Gw pun memaksa diri untuk bangkit, menopang tubuh menggunakan tangan yang sedang kesemutan itu. Sekujur tubuh gw serasa kaku.

Usaha gw untuk duduk itu membuat ranjang berdecit beberapa kali, membuat perempuan yang sedang tertidur itu terganggu, dan ia pun akhirnya ikut terbangun.

Ia menoleh mencari tahu apa yang menganggu tidurnya itu.

Yona?

Ya dia Yona.

Kok Yona?

"Apa lo liat liat..." Katanya dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Yon?"

"Apaan."

"Lu beneran Yona kan?"

"Pake nanya lagi."

"Ini kamar lu?"

"Iyaa.. " Ia mengucek matanya beberapa kali, berusaha menghilangkan kantuknya. Kemudian ia menguap.

"Kok gw bisa disini?"

"Bawel lu ya."

"Jawab serius dong."

"Gw semalem nemuin lu enak enakan tiduran di basement P3, ngga salah kan kalo gw bawa pulang?"

"Makasih sebelumnya. Tapi kenapa lu ngga hubungin Viny aja, biar dia yang bawa gw balik ke kosan."

Ia menghela nafas, kemudian ia bangkit duduk sambil menggaruk garuk kepalanya

"Kebetulan semalem paket internet gw habis dan gw ngga bisa hubungin siapa siapa, yaudah gw bawa pulang aja. Udah... nggausah banyak nanya lagi."

"Sekarang jam berapa?"

"Auk ah."

"Udah jam tiga pagi ya." Kata gw setelah mengambil hp di lemari buffet samping ranjang.

"Mau ngapain juga." Jawab Yona dengan malas

"Gw mau pulang."

"Males bukain pintu, besok pagi aja pulangnya." Ia kembali merebahkan tubuhnya

"Nggak, gw harus pulang sekarang."

"Bodo, besok aja." Ia menarik selimut

Gw pun menurunkan kaki gw dari ranjang, namun belum sempat gw berdiri, Yona buru buru menarik tangan gw.

"Masih jam segini, ngapain buru buru, besok pagi gw anter pulang deh."

"Mobil gw gimana?"

"Ya masih di fx lah."

"Waduh biaya parkirnya gimana tuh."

"Besok gw anter kesana, sekarang lu disini aja, temenin gw."

"Please Yon." Gw memelas

"Kok lu berubah sih, biasanya lu selalu semangat godain gw, bercandain gw, tapi sekarang kok ngga bersemangat gini. Mana Rio yang biasanya?"

"Gw... ada beberapa hal..."

"Beberapa hal?" Yona menyimak dengan seksama

"Terjadi sesuatu..."

"Cerita dong..."

"Errgghh.... Udah udah, lupain aja, ngga ada apa apa koo."

"Bikin orang penasaran aja, huft..."

Gw harus pulang, gw ngga boleh lama lama berada dalam satu ranjang dengan Yona. Takutnya terjadi suatu hal yang ngga diinginkan, gw ngga mau nambah beban. Cukup segini aja.

"Lepasin Yon, gw mau balik."

"Pokoknya lu harus temenin gw disini sampe pagi."

"Lagian ini kan single bed, kita tidurnya jadi desek desekan gini."

"Kan malah anget."

"Gw cuma mau pulang, itu aja."

"Cowok emang ngga ada yang peka ya." Perkataan Yona sedikit membingungkan, tersirat ekspresi kecewa di wajahnya.


aNPmcsTt_o.jpg


"Peka? Sejak kapan gw harus peka ke elu?" Gw bertanya

"Sejak kapan? Sejak kapan lu bilang? Ya sejak lu udah sukses bikin gw sayang sama lu." Jawabnya

"Ups..." Yona langsung membungkam mulutnya sendiri.

Hah?

"Lu sayang sama gw?" Gw memastikan

Ia menggeleng dengan panik, rupanya dia tadi salah bicara. Gue berdiri menjauhi Yona

"Lu tadi bilang, lu sayang sama gw, kok sekarang berubah pikiran. Lu seriusan ada perasaan sama gw?"

"Eh ennggg.... Engga kok..." Ia panik

"Hmmm member jeketi emang tukang boong ya..."

"Oke fine, gw emang sayang sama lo, puas dengernya?" Ucapnya sinis, udah terlanjur terbongkar, dia memilih mengakuinya

"Masa sih, boong ah."

"Lu inget pas di restoran cepat saji waktu itu? Pas lo mau jemput Viny, dan disitu ada Shani juga, waktu itu lo godain gw dan becandain gw habis habisan, tanpa sadar lo udah bikin gw nyaman deket sama lo, dari situ udah mulai muncul perasaan suka. Trus pas hs? Lu inget? Waktu itu lu ngegodain gw di dalem bilik, dan sukses bikin mood gw berantakan, ditambah lagi lo ngacak acak rambut gw, tapi sebenarnya yang berantakan ngga cuma rambut, tapi hati gw juga ikut berantakan, peka dikit dong. Lu udah mainin perasaan gw. Sekarang gw jadi sayang beneran sama lo. Ini kan tujuan lo? Ngebikin gw jadi nyaman deket sama lo?"

Gw menelan ludah, kenapa jadi seperti ini, gw sama sekali ngga bermaksud membuat Yona sayang sama gw, sama sekali ngga berpikiran seperti itu, gw hanya menggodanya selayaknya teman, bukan seperti ini. Gw sama sekali ngga mengharapkan ini.

"Sorry Yon, tapi gw sama sekali ngga bermaksud kayak gitu, lu tau kan gw ini siapa? Pacar temen lo sendiri, dan lo tau kalo gw sayang banget sama dia."

"Gw tau kok, dan gw paham, gw nya aja yang bego bisa kejebak...."

"Duh gw jadi ngerasa bersalah gini." Gw menggaruk garuk kepala yang makin runyam.

"Tapi please, gw cuma pengen lo temenin gw sampe pagi disini, gw ngga mau sendirian lagi." Pinta Yona

Gw menghela nafas, mencoba menjernihkan fikiran

"Oke, gw bakal tetep disini sampe besok pagi, tapi janji abis itu anter gw pulang."

"Nah gitu dong hihi." Ekspresinya seketika berubah

Yona pun turun dari ranjang kemudian berjalan mendekat, ia merengkuh tubuh gw dengan hangat.


Grepp


Ia memeluk gw dengan senang, senyumnya benar benar tulus apa adanya. Terasa getaran yang bergejolak pada diri Yona. Sebenarnya gw merasa sedikit risih lantaran dadanya yang menonjol itu menyembul di dada gw, namun gw ngga mau mengganggu kesenangannya tersebut dan memilih pasrah saat ia memeluk gw.

Tanpa permisi, Yona pun mengecup bibir gw singkat, mengalirkan aliran listrik ke seluruh tubuh, dan efeknya memompa darah gw kian kencang... sial gw ngaceng.

"Eh sorry, gw berlebihan ya." Kata Yona merasa bersalah.

Di pagi buta begini memang rawan sekali nafsu laki laki bergejolak, ditambah oleh umpan seperti ini, birahi gw perlahan lahan meningkat.

Tapi gw harus menahannya... inget ketika terakhir kali gw ngga bisa mengendalikan hawa nafsu, Yuri yang menjadi korbannya, gw ngga mau hal ini terjadi juga kepada Yona.

Gw menatap Yona, aura biru dia mulai terasa, tatapannya begitu pasrah, mungkin dia juga mulai sange, gw pun juga seperti itu, bukankah kesempatan yang bagus untuk melepas hormon stress dan rasa letih?


Plakk


Gw menampar diri gw sendiri, ngomong apa gw barusan.

"Kita lanjut tidur aja yuk." Gw mengajaknya untuk kembali tertidur, daripada kami berdua terus terjaga dan takutnya malah kebablasan melakukan hal yang tidak tidak.

"Lo bener ngga mau nih?"

Tangannya mulai terampil melepas kancing piyamanya satu persatu dengan perlahan, nampak belahan dada yang sungguh menakjubkan, bulat dan begitu membusung.

Gw menelan ludah.

Payudara yang begitu bulat dan menonjol, masih tertutup oleh bra berenda putihnya. Pemandangan yang begitu luar biasa. Entah mengapa produksi liur gue meningkat, membuat gue menelan ludah berkali kali.

Sial!!

Gw ngaceng berat, bulu kuduk gw berdiri di sekujur tubuh. Payudara yang begitu menggiurkan, ranum dan pas digenggaman.


Srrlllppp...


"Mau diliatin doang?" Yona menggoda gw

Tahan Rio... Tahan...

Gw mengepalkan tangan mencoba menahan gejolak nafsu.

Yona pun melempar baju piyamanya ke lantai. Kini ia hanya memakai bra putih. Payudaranya yang membusung itu di goyangkan beberapa kali. Dari leher sampai perutnya terlihat sangat bersih, tak ada noda atau apapun yang menempel pada tubuhnya, Hanya terdapat beberapa tahilalat, sepertinya ia sangat menjaga kebersihan tubuhnya, ditambah lagi aroma harum yang merebak dari tubuhnya membuat gue makin tergiur untuk mencicipi tubuh mungilnya.

Sekarang kedua tangannya mulai bergerak ke belakang punggung, berniat untuk melepas kancing bra yang berada di belakang. Dia terus menatap mata gw dengan menggoda dan senyum yang mengundang.

Gw berjalan mendekati Yona, membuat wajahnya memerah tersipu. Ekspresinya semakin pasrah seiring gue melangkah mendekatinya, sampai jarak wajah kami hanya terpaut beberapa centimeter..

Semakin mendekat dan dekat....


Grepp


"Stop, jangan diterusin."

Yona sedikit terkejut

Gw menggamit lengan Yona, menghentikan niatnya untuk menelanjangi dirinya sendiri.

"Tatap mata gw Yon, oke. Gw ngga mau lo lakuin ini demi lelaki jalang kayak gw, masih banyak laki laki di luar sana yang lebih pantes buat lo, gw ngga mau lo nyesel kedepannya."

Gue melepas tangannya...

"Ooh sayang sekali, ternyata lo tipikal cowok setia ya." Kata Yona, tatapannya yang semula 'nakal' langsung berubah menjadi sinis.

"Ehmm gimana ya..." Gue menggaruk kepala

"Lo emang cowok setia kok, gw bangga sama lo, Viny pasti bahagia punya cowok kayak lo, dan pastinya.... cowok setia itu ngga bakal pernah maksain nafsunya ke cewek yang ia temuin di toilet, padahal si cewek udah nolak."

"Hah? Maksud lo?" Gw menerawang arah pembicaraan Yona.

"Jangan sampe kasus pemerkosaan di toilet theater kebongkar ya. Hihi."


Deeeggg....


Sial, sekarang gw baru paham maksud perkataan Yona barusan. Tapiiii, apa dia sudah tau hal yang sebenarnya? Apakah Yuri membeberkannya ke para member?

"Tenang aja Rio, cuma beberapa orang kok yang tau rahasia ini, karna ini adalah aib. Bahkan saking rahasianya, Viny aja belom tau."

"Please Yon, jangan kasih tau Viny dulu. Gw ngaku salah, gw khilaf. Gw ngga mau Viny denger hal ini dari orang lain. Sebisa mungkin gw bakal ngasih tau langsung ke dia." Gw menggenggam tangan Yona dengan memelas, membujuknya untuk tidak membeberkan rahasia ini.

"Gw punya kartu As lu, sekarang lu ikutin permainan gw. okay?"

Sial, dia memanfaatkan rahasia ini sebagai senjata, gw merasa menjadi pecundang paling hina di dunia ini. Hanya dengan ancaman seperti itu, gw takhluk.

Yah mau gimana lagi kan.

Yona pun membuka kancing bra nya, kemudian menurunkan kedua tali yang melingkari bahunya secara bergantian, setelah itu ia melepas mangkuknya sedikit demi sedikit, membuat gue makin tak sabaran untuk melihat isinya.

Gluukk...

Gue melotot sambil menelan ludah berkali kali

Nampak kedua payudara bulat yang sudah agak kendor ketika bra sudah terlepas, dengan bulatan coklat tua dan puting yang sudah mengacung tegang. Terdapat tahilalat di tulang selangka kirinya, kulitnya begitu wangi dan mulus, aroma tubuhnya itu berhasil merasuk ke rongga hidung gue dan membangkitkan sukma.

Hmmmm....

Naluri lelaki gue ngga bisa berbohong, bahwa gue saat ini sange berat. Mana ada laki laki yang tahan untuk tidak ngaceng ketika disuguhi payudara ranum dan wajah cantiknya Yona, apalagi di pagi buta seperti ini, Rasanya ngga ada...

Errgghhh....

Tapi... Gue mencoba untuk terlihat biasa aja, gue ngga mau terlihat senang di depan Yona, gue ngga mau terlihat horny di depan dia. Karna semakin gue terlihat antusias, semakin merasa menanglah dia. Dan gue ngga mau itu terjadi.

Ketika dia merasa menang, harga diri gue makin keinjek injek.

"Mau?" Yona manawarkan

Gue menahan hasrat untuk menyentuhnya

"Lo ngga doyan tete apa gimana sih? Dianggurin aja daritadi..." Kata Yona menggoyangkan payudaranya

"Errgghhh...." Gue melongo sambil memikirkan kata kata apa yang cocok untuk dilontarkan, jadi gemes sendiri gue ditantang seperti itu, tapi gue harus tetap menahan diri

"Hmmmm... fine lo ngga doyan tete, pantes lo pacarannya sama Viny..."

"Eh maksudnya apa nih..."

"Hehe engga kok engga..."

Tahan... tahan...

Errgghhh...

Tapi bagaimana bisa gue menahan birahi yang sudah ada di ujung titit ini. Titit yang sudah tegang sejak beberapa menit yang lalu, terlipat di dalam celana, terus memberontak.

Yona mengalungkan bra nya ke belakang leher gue kemudian ia menarik kedua sisi talinya, badan gue otomatis ikut ketarik ke depan sampai sampai wajah kami sekarang hanya terpaut beberapa milimeter saja. Nafasnya terasa hangat berhembus di muka gue, pipinya pun memerah, ia telah berada di titik puncak birahinya, sama halnya dengan gue.

"Malam ini, lu punya gue..." Bisiknya menggoda, bibirnya sengaja di sentuhkan ke pipi gue, membuat gue bergidik.

Hanya selang sepersekian detik, ia langsung melahap bibir gue dengan kasar. Ia harus berjinjit lantaran postur tubuhnya yang pendek. Sementara gue hanya bisa memejamkan mata, mengikuti permainan Yona.

Maafin gue Vin, gue terpaksa ngelakuin hal ini, gue terpaksa bermain api di belakang lu kaya gini. Tapi ini semua karna gue terpojok, diluar kehendak gue. Bahkan gue ngga bisa ngelawan. Sekali lagi maaf...

"Hmmmm.... mhhhh..."

Ia memberikan rangsangan pada bibir bawah gue dengan menjepitnya menggunakan kedua bibirnya. Ia memejamkan matanya sambil menikmati. Tangannya mulai menuntun tangan gue ke payudaranya.

Gue menahan tangan gue sendiri, menolak untuk menyentuh payudaranya, tapi dia terus memaksa, bahkan sampai mencubit tangan gue.

"Aggrhh..." Gue mengerang

Yona terus menyosor bibir gue dan memaksa tangan gue untuk menyentuh payudaranya, keinginan Yona sangat kuat sampai akhirnya gue menyerah dan mengikuti kemauannya

"Hmmmm...." Ia tersenyum setelah tangan gue berada di payudaranya

Gundukan kenyal putih mulus dengan beberapa guratan urat kehijauan, kenyal kenyal hangat. Gue meremas remas tete Yona agak aneh, soalnya tete Viny tidak sebesar ini. Gue harus beradaptasi.

"Hmmm... emmhhh..."

Ia terus mendesak gue ke belakang sampai kaki gue mentok ke tepian ranjang.

Yona pun melepas ciuman, ia mendorong gue ke kasur hingga gue terjerembab di atas kasur. Yona pun melepas celana piyamanya, Kemudian melepas celana dalam tipisnya. Akhirnya vagina Yona menampakkan dirinya juga, vagina yang memiliki jembut lebih tebal daripada punya Viny, vagina yang lebih tembem.

Ia telah bertelanjang bulat, memamerkan dua payudara dan vagina tebal yang begitu menggiurkan.

Meskipun ruangan itu cenderung remang remang temaram lantaran hanya diterangi lampu tidur, namun lekuk tubuh Yona dapat gue lihat dengan jelas. Gue menelan ludah...

Ia mengambil sesuatu di lacinya, dan nampaknya itu adalah kondom yang memang sengaja disiapkan untuk saat saat seperti ini.

"Pake..." Ia melempar kondom itu ke gue.

"Nggamau..." Gue menggeleng.

"Ih cepet pake."

"Nggamau, gue ngga seneng pake kondom."

"Lu ngga puas hamilin Yuri? Sekarang mau hamilin gue juga?"

"Kan bisa dikeluarin di perut..."

"Buat jaga jaga aja..." Kata Yona

"Pokoknya nggamau..."

"Bego, sini gue pakein..."

Ia mengambil kembali kondomnya yang dilempar ke kasur tadi, kemudian ia mengupas dengan giginya. Setelah terkupas, ia menaruh kondom di mulutnya sementara kedua tangannya sibuk melepas ikat pinggang gue dan menurunkan ritsleting celana jeans gue.


Slaaapp...


Titit gue menggelepar dengan gaharnya sesaat setelah Yona menurunkan celana dalam gue. Titit yang sudah ngaceng sejak tadi, sejak Yona membuka bra nya beberapa saat yang lalu.

"Uuwww...." Yona bersorak

Ia pun membuka lilitan pada kondom dan bersiap memasangkan kondom pada titit gue.

"Eitss tunggu dulu, kalo lo emang maksa gue pake kondom, lo harus masang pake mulut, ngga boleh pake tangan..." Gue memberi tantangan ke Yona

"Ih apa apaan..." Yona menolak

"Harus mau dong..."

"Ngga ah..."

"Yaudah kalo gitu gue ngga mau pake..."

Ia nampak berpikir sejenak, ia agak ragu ragu, sementara gue hanya menatapnya dengan seringai kemenangan.

"Yaudah oke, gue pasang pake mulut..." Yona setuju

"Tapi sebelom dipasang, dibasahin dulu dong, masa dibiarin kering begini..."

"Ih manja banget sih lu..."

"Lah kok manja? Kan biar enak..."

Gue pun bangkit duduk di tepian kasur kemudian mencengkram leher belakang Yona, mengarahkannya pada titit gue yang sedang ngaceng berat. Yona berlutut di pinggir ranjang menghadap ke titit gue.

"Lu maksa maksa ngewe, tapi nyepong aja ogah, aneh..."

"Iya iya bawel, gue sepong nih."

"Hmmmm.... emmmhhh...." Yona memasukan titit gue ke dalam mulutnya.

Itu adalah moment pertama Yona menyepong gue.

Gue membuka selangkangan lebar lebar agar ia lebih leluasa melakukan oral. Ia menjepit titit gue menggunakan mulutnya dan menyusur permukaannya dari ujung sampai pangkalnya, ia melakukannya dengan sangat pelan, membuat sensasinya jadi makin terasa. Sial! Dia jago! Ia melakukannya berulang ulang, dari ujung sampai pangkal, terus begitu, saking menikmatinya, ia melahap sampai benar benar hampir ditelannya.

"Haaahh...." Ia melepas kulumannya

"Enak?" Tanyanya sambil menatap gue yang masih merem melek, ia menunggu jawaban gue sambil mengocok titit gue dengan lembut.

"Enak hehe..." Gue mengusap kepalanya, memberi kode padanya untuk melanjutkan.

Ia memasukkan lagi titit gue ke dalam mulutnya, meludahi hingga batang itu benar benar basah dan hangat. Tangan kirinya memijat mijat biji sementara tangan kanannya sibuk mengocok pangkalnya. Aiihhh nikmat sekali. Yona kini mulai menyedot nyedot titit gue seakan akan ia sedang menikmati sebuah eskrim. Ia menyusur dari pangkal sampai ujung dengan sangat pelan, membuat gue merasakan sedotan yang sangat kuat. Errgghhhhh....

Gue nyengir mencoba menahan kenikmatan yang begitu memaksa gue untuk ejakulasi,

Tahan... tahan...

Ia melirik ke atas tanpa melepas sepongannya, matanya yang lebar menatap gue dengan seringai.

Lu menang Yon, lu udah bikin gue lunglai ahh.

"Hmmmm.... ehhmmm... mmmm..."

Kepalanya naik turun, membuat rambutnya berserakan ke depan, gue menyibak rambutnya ke belakang agar gue bisa melihat wajahnya, hmmm sensasi yang sangat menyenangkan, melihat wajah gadis yang sedang melakukan oral pada kita.

"Haaahhh...." Ia pun melepas titit gue, ia mendongak menatap mata gue sambil tersenyum.

"Enak?" Tanya nya lagi.

Gue hanya bisa mengangguk.

Ia membusungkan dadanya dan mengarahkannya pada titit gue, kemudian ia menjepit titit gue menggunakan kedua payudaranya.

"Eh?"

"Pasti lo belom pernah diginiin Viny kan..."

Yona menggosok gosokan payudaranya naik turun, seolah olah celah diantara kedua payudaranya adalah liang vagina, sementara titit gue terus dimanjakan oleh kemulusan dadanya.

Baru pertama kali gue diperlakukan seperti ini oleh cewek, dan rasanya tak kalah enak dibanding oral biasa.

Yona meludahi dadanya sendiri agar licin, ia terus menekan payudaranya agar titit gue terdesak di tengah tengahnya dan menggosoknya naik turun.

"Lu pinter nyenengin cowo ya..."

Gue memegang kepala Yona dan memintanya menunduk agar titit gue bisa masuk ke mulutnya juga. Gue menggoyangkan pinggul gue maju mundur, menerobos celah diantara dua payudaranya dan agar ujung titit gue bisa masuk ke mulutnya. Gue melakukan hal itu berulang ulang.


Slapp... slaappp.... sllaaappp...


Yona menggosok payudaranya naik turun dengan tempo yang lumayan kencang, membuat titit gue tak kuasa menahan nya, mulai terasa sperma yang mendesak keluar, tapi gue terus menahan agar gue tak ejakulasi.

Tapi keterampilan Yona tersebut mampu membuat gue kewalahan dan pada akhirnya...


Crooottt ... crooott.... crooottt....


"Arrgghhhh...." Gue nyengir tak mampu membendung peju yang tercurah deras.

Yona menjulurkan lidahnya seraya menerima semburan demi semburan peju hangat. Kini dada dan mulutnya penuh oleh peju.

"Sorry Yon, gue ngga tahan..."

"Hehehe..." Ia tertawa

Ia melepas payudaranya kemudian mulai menjilati ujung titit gue, membersihkan peju dari lubangnya. Setelah dirasa bersih, ia mengusap mulutnya menggunakan lengan kanannya.

Kemudian ia menaruh kondom di bibirnya kemudian mengarahkan bibirnya ke titit gue...

"Hmmm...." Ia mulai memasang kondom menggunakan mulutnya.

Karet silikon itu telah menancap di ujung titit gue, ia melepas lilitan kondom yang menggulung gulung dengan mendorongnya ke pangkal sedikit demi sedikit menggunakan bibirnya. Mau tak mau, kondom itu ikut basah oleh liurnya


Sruutt... sruuutt.... sruuuttt....


Setelah kondom itu berhasil membungkus titit gue sampai ke pangkal, ia menarik ujungnya sedikit, memberikan ruang untuk sperma yang nantinya akan keluar.

"Udah ya..." Katanya sambil mengusap bibirnya yang penuh liur dan sperma

"Katanya rasa strawberry, tapi kok pait ya..." Lanjutnya sambil meludah beberapa kali.

Malam semakin pagi, langit yang semula hitam pekat berubah perlahan ke biru tua, menandakan matahari akan segera hadir menerangi, di luar sudah terdengar beberapa kendaraan yang lalu lalang, menandakan orang orang telah memulai aktivitasnya....

Tiba tiba hape Yona berbunyi dari atas lemari buffet di sebelah ranjang.

"Udah jam empat pagi..." Kata Yona, mematikan alarm di hapenya

Ia menarik lepas celana gue secara singkat, kemudian ia merangkak di atas kaki gue sambil mendorong tubuh gue ke belakang agar gue rebahan, tetenya yang besar itu bergoyang bergelantung pelan seperti pepaya segar yang ranum tertiup angin. Tak mau buang waktu, ia pun bersiap duduk diatas selangkangan gue dan....


Sleepppp....


"Uhhhhh...." Kami sama sama mendesah

Untuk pertama kalinya titit gue merangsek masuk ke liang memek milik Yona, terasa hangat dan basah. Tubuh gue bagai tersetrum. Jembutnya yang lumayan tebal itu cukup menggelitik, ia tersenyum.

Setelah ia memasukan titit gue ke dalam memeknya, ia memutar tubuhnya berbalik sehingga kini ia membelakangi gue. Rasanya titit gue seperti terpuntir di dalam liang memeknya itu, ahhh...

"Bentar Yon, gue duduk dulu."

Gue pun bangkit duduk, kemudian menggeser pantat gue ke belakang agar gue bisa duduk sambil bersandar ke dinding. Yona yang masih menancapkan vaginanya ke titit gue, mau ngga mau mengikuti kemana tubuh gue bergerak.

"Nah gini kan enak..." Kata gue sambil memasang bantal untuk mengganjal punggung gue ke dinding

Selangkangan kami sama sama terbuka lebar, ia pun mulai memompanya naik turun secara perlahan.


Slappp... slaappp... slaapp....


"Ahhhh.... Yooonnn...."


Slappp... slaappp... slaapp....


Yona melakukan self service terhadap dirinya sendiri, ia menggerakan pinggulnya sedemikian rupa sehingga vaginanya dapat melakukan penetrasi. Gue hanya bisa diam melihat keberingasan Yona yang berada diatas pangkuan gue tersebut.

Posisi dia jongkok membelakangi gue sambil menggenjot bokongnya seperti katak, sementara gue hanya bisa duduk bersandar pada dinding, menyaksikan punggungnya.

"Ahhhhh.... ahhhh.... uuhhhh...." Yona mendesah halus

Ia meraih tangan gue dan mengarahkannya ke payudara besarnya.

Dari belakang gue meremas remas kedua payudara Yona yang cukup bulat dan kenyal, sementara Yona masih asik memanjakan vaginanya dan menari nari diatas titit gue.


Slaappp... slaappp... slaappp....


Yona sibuk dengan dunianya sendiri, setelah sekian menit, ia masih semangat untuk melakukan penetrasi. Sementara gue menikmati kekenyalan payudaranya serta aroma tubuhnya, gue meremas sambil menciumi punggung dan bahunya.


Slaappp... slaappp... slaappp....


"Ahhh.... ahhh.... ahhhh...." Ia mendesah nikmat

Gue cukup membatasi diri, gue ngga mau terlalu dominan, takutnya kalo gue kebablasan, gue bakal lupa diri dan malah keenakan sendiri, bagaimanapun juga gue ngga enak harus bermain api seperti ini. Jadi biarkan Yona memuaskan dirinya sendiri, sementara gue hanya menunggu sampai ia lelah, gue ngga mau nantinya malah gue terjebak, makanya gue harus hati hati dan membatasi diri.

Ia menghentikan gerakannya

"Haahh... haahh..." Ia menghela nafas

"Udah kan Yon." Kata gue

"Keluar aja belom..."

Ia pun berdiri dan memutar tubuhnya menghadap ke gue, sekarang ia duduk kembali di pangkuan gue dan menancapkan titit gue ke memeknya begitu saja.


Slepp...


"Uuhhhh...." Yona mendesah pendek.

"Lo ngga capek apa..." Kata gue ke Yona

"Bawel, mamam nih..."

Yona menjejalkan kedua puting susunya ke dalam mulut gw, kedua tetenya yang besar itu bisa menutup hampir separo muka gue.

"Emmmpphhh...." Gue kesulitan bernafas

"Hahahaha...." Yona tertawa jahat

Ia mendesak kepala gue ke tembok dan terus menyodorkan susunya ke mulut gue, gumpalan kenyal itu menutup hidung dan mulut gue, yang otomatis menyumbat pernafasan gue.

Sial gue ngga bisa nafas...

"Emmpphhh.... emmpphhh... "

Gue ngga berkutik, Yona sangat beringas sekali. Gue mencoba menahan tubuh Yona namun sia sia.

"Emmpphhh.... emmpphhh.."

Gue mencubit perutnya

"Awww...." Ia memekik

"Ihhhh sakittt..." Ia balas mencubit

"Gue ngga bisa nafas bego..."

"Makanya jangan pasif, jadi capek sendiri kan gue..." Katanya marah

"Gue ngantuk...."

"Ikut gerak kek, biar gue ngga capek sendirian..."

Yona pun bersiap untuk menggenjot lagi...

"Bentar Yon, gue tiduran dulu..."

Gue menggeser pantat gue ke depan agar gue mendapat ruang untuk merebahkan tubuh, capek juga kalo duduk terus. Sementara Yona menggerakan selangkangannya mengikuti titit gue yang bergeser.

Kami berdua sama sama membenarkan posisi masing masing agar terasa nyaman, gue mengambil bantal dan memakainya di kepala, sementara Yona yang semula duduk berjongkok, mengganti duduknya menjadi duduk bersimpuh sambil memegang perut gue.

"Lu jangan diem aja dong, ikut gerak kek..." Kata Yona mengulang

Yona menarik kaos gue ke atas, meminta gue untuk melepas kaos tersebut, kemudian membuangnya sembarang ke lantai. Sekarang kami berdua sama sama dalam keadaan telangang bulat. Setelah itu Yona mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya berpegangan pada bahu gue, kemudian pinggulnya mulai bergerak maju mundur.


Sleepp... sleepp... sleepp...


"Uuuhhhhh..." Yona mendesah pelan

Gue hanya bisa diam menikmati penetrasi yang dilakukan Yona, memperhatikan wajahnya yang sangat keenakan. Disaat tubuhnya maju mundur, tetenya yang mulus itu ikut bergerak naik turun, menggoda sekali untuk dijamah.

Tangan gue mulai terpancing untuk meremas remas kedua gundukan itu, gue meremasnya dengan lembut seperti sedang mengolah adonan kue, kemudian mengenyot putingnya secara bergantian, membuat Yona makin keenakan. Payudaranya itu lengket akibat peju dan keringat yang bercampur.

Yona menggenjot dengan statis dan pelan, ia menikmati tiap gesekannya dan diikuti desahan desahan yang membuat suasana makin panas.

"Ahhhh... ahh.... aaahhhh...."


Sleepp... sleepp... sleepp...


Ia menggigit bibir bawahnya sambil menggenjot.

Setelah beberapa menit, Yona masih saja menggenjot dengan statis dan sangat pelan, membuat gue lama lama bosan juga.

"Lemot banget lu Yon, bosen gue..."

Akhirnya gue berinisiatif untuk ikut menggenjot, gue melipat lutut gue untuk mengambil kuda kuda dan gue menaruh tangan gue di bahunya untuk menopang tubuhnya.

"Siap siap Yon..."

"Hmmm?"


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Gue menghujam vaginanya secara bertubi tubi dengan tempo yang lumayan cepat.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Gue mengerahkan tenaga gue pada lutut agar genjotan gue lebih maksimal, dibanding genjotan Yona barusan, genjotan gue ini hampir empat kali lipat lebih cepat. Sekitar empat kali tusukan tiap detiknya. Gue ingin Yona merasakan betapa hebatnya gue.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Aarrgghhhhhhh!!!!!" Yona berteriak, desahan halusnya berubah menjadi teriakan kesakitan


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Sakitt bego arrgghhhh!!!!" Teriak Yona sambil nyengir kesakitan, wajahnya memerah semerah tomat

Ia mencengkram lengan gue dengan kuat, menahan rasa sakit hujaman demi hujaman pada lobang vaginanya.

Tubuhnya pun kaku, punggungnya melengkung ke atas, kepalanya menghadap ke langit langit sambil beberapa kali menggeleng geleng.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Udah udah..... arrgghhhhh.... sakiittttt... udahhhhhh.... arrghhhhh.... AHHHHHH...." ia terus meracau


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Keringat mulai membasahi tubuh gue, rasa lelah perlahan lahan merasuk ke lutut dan pinggul gue, namun gue belum gentar, gue masih semangat memberikan tusukan demi tusukan untuk Yona.

Aahhhh!! Ini enak sekali!!!

"Rioooo!!!! Udah udah.... sakitttttt aaargghhghh...."

Tetenya mencuat naik turun dengan cepat, gue jadi khawatir kalo sewaktu waktu copot. Wajahnya sungguh lucu ketika menahan sakit seperti itu. Tangan gue yang semula menopang bahunya beralih turun ke pinggulnya, Yona yang masih tersiksa oleh penetrasi itu tak mampu menopang tubuhnya sendiri, dan akhirnya ia tersungkur jatuh di atas tubuh gue, membuat tubuh kami berdua saling bergesekan.

Gue merangkul tubuh Yona sambil menciumi wajahnya tanpa melambatkan tempo sedetikpun.



Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



"Arrgghhhhhh.... sakitt.... sakiittt..... periihhhh...." Ia terus menggeleng gelengkan kepalanya, meminta gue untuk menghentikannya. Namun gue mengabaikannya, semakin ia merengek, semakin gue semangat.

Gue menciumi leher dan pipinya, sesekali menciumi bibirnya.


Krieeett... krieeettt ... krieettt....


Ranjang Yona pun berdecit berkali kali seiring genjotan pinggul gue, menimbulkan suara gaduh seantero ruangan.


Krieeett... krieeettt ... krieettt....


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



Kenikmatan yang sungguh hakiki.

Tapi, lama lama pergelangan kaki gue terasa kesemutan, ah sial padahal lagi enak. Mau ngga mau gue menghentikan genjotan itu.


Slaaappp!!!


"Ahhhh.... ahhh....." Wajah Yona terlihat lega, perutnya pun kembang kempis setelah gue menghentikan gerakan

"Hahaha..." Gue mentertawakan Yona yang sedang ngos ngosan

"Begooo!!!" Ia menjambak rambut gue.

"Eh sakit sakit...." Gue nyengir

"Lo kenapa sih!!" Yona membentak

"Katanya tadi jangan pasif..."

"Tapi ngga gitu juga, sakit bego..."

Yona pun ambruk ke samping saking lemasnya, tak kuasa menahan sakit.

"Keluar aja belom, masa udah lemes."

"Sakit bego!!"

"Ampun ngga?" Gue bertanya

"Ampun apaan..."

"Karna lo udah lemes, berarti tugas gue udah selesai ya, gue mau pulang."

"Gue belum puas."

Yona mendorong gue hingga gue tiduran lagi. Ia kembali ke posisi tadi.


Sleepp..


"Lo diem, biar gue aja yang gerak. Awas kalo kaya tadi..." Katanya sambil menunjuk wajah gue dengan jari telunjuk.

"Ampun engga?"

"Engaa..." Kata Yona tegas

"Wah nantangin lu..."

Gue memasang kembali kuda kuda gue dan mengerahkan genjotan dengan sekuat tenaga...


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Tangan gue memegang perut dan pinggang Yona agar gue dapat membuat tubuhnya mengikuti tempo. Sementara tangan Yona reflek mencengkram bahu gue.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Woooohhhh..... arrgghhhhh.... pleesee Riooo, ini sakiiiitt, gue ngga boong!!!! aarrgghhhhh...."


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


Plaakkk... plaaakk... plaakk...


Kriiitt... kriittt.... kriieett....


Suara teriakan Yona, hentakan pada pantatnya serta decitan pada ranjang bergaung menjadi satu di kamar ini, terdengar sangat berisik. Mungkin kamar kosan sebelah bisa mendengarnya atau malah terganggu tidurnya dengan aktifitas kami? Gue ngga peduli, gue hanya mau memberi Yona pelajaran.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....



"Sumpah sumpah ini sakiiiittt.... arrggghhh... udah udahhhh.... pleasee.... gue ngga tahan....arrgghhhh...."

Tubuhnya mulai berkucuran deras oleh keringat segar, begitupun gue, AC dengan suhu 17° sudah tidak terasa lagi sejuknya. Aroma asam mulai tercium pekat.


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Ampun ngga?" Gue menanyainya lagi

"Arrghhhhh!!!!"


Slappp... slappp... slappp....
Slappp... slappp... slappp....


"Ahhhhh Riooo... Riooo..... udahhhh!!!! aarrgghhhhhhh....."


Crooott.... croootttt.... crooott...


"Ahhhh!! ahhh!!! aaaaaaahhhh...."



Tubuh Yona menggelinjang hebat, pinggulnya bergetar tak karuan merasakan gejolak orgasme yang sangat dahsyat. Sesaat detik detik orgasmenya, gue mengubah genjotan gue yang semula cepat menjadi tusukan tusukan yang dalam, agar orgasme Yona makin terasa nikmat.

Sesampainya di puncak orgasme, gue melancarkan satu hujaman terakhir yang sangat kencang dan dalam


Slaaappp...


Gue menahan beberapa saat titit gue di dalam liang memeknya yang telah basah oleh cairan cairan.

"Oohhhhhhh...."

Matanya terbuka, namun pupil hitamnya tenggelam ke atas ke dalam kelopak matanya, sehingga bola matanya hanya terlihat bagian putihnya saja, mulutnya terbuka lebar. Perutnya kembang kempis dan dadanya naik turun. Saking lemasnya dia, tangannya sudah tak mampu lagi berpegangan sehingga dirinya ambruk ke atas tubuh gue.

"Haahhh... haahhh... haahh..." Ia mengatur nafas

Keringatnya mengucur deras, menetes dan mengalir ke badan gue. Tangan kiri gue merangkul punggungnya sementara tangan kanan gue mengusap rambutnya. Ia sangat kelelahan, nafasnya sangat dalam dan wajahnya sangat merah. Kami berdua sama sama bernafas melalui mulut saking lelahnya.

"Ampun ngga?"

"Iyah.. iyah.. ampun... ampun... haahh... haahh... ampunn... jangan gitu lagi...." Katanya lirih di sela sela nafas beratnya

"Hehehe... maaf yah..."

Gue menunggu Yona sampai nafasnya benar benar pulih, ia masih terpuruk diatas tubuh gue dengan nafas yang tersengal. Kepalanya berada di atas dada gue.

Kami berdua berdiam diri selama beberapa menit, nafas gue maupun nafas Yona akhirnya mulai teratur. Tubuh Yona masih berada di atas gue, dia tak juga menyingkir dari situ.

"Yon.... Yona...." Gue menepuk bahunya

Ia tak menjawab

"Heh Yon... Yona...." Gue menepuk bahunya lagi

Ia masih diam saja

"Heh Yon, minggir, gerah nih..."

"Groookkk... zzzzzz.... groookkk.... zzzzz...." Tiba terdengar dengkuran halus dari mulutnya

"Yeeeee anjir dia tidur diatas gue lagi, heh Yon..... bangun woyy, gerah nih gue, mana badan lengket lagi..."

Ia tertidur dengan sangat nyaman diatas gue, menjadikan dada gue sebagai bantal dan tubuh bagian bawah sebagai guling. Ia nampak sangat nyenyak, mungkin karna kelelahan. Melihat wajahnya yang begitu damai membuat gue ngga tega untuk membangunkannya. Akhirnya gue mengalah dan membiarkan ia tertidur pulas. Gue mengusap rambutnya kemudian mencium ubun ubunnya.

Tiba tiba gue pun menguap, mata gue mulai berat, gue juga kelelahan ternyata. Yaudahlah mending gue ikut tidur.






=====00000=====​




Gue membuka mata dengan berat, matahari bersinar melalui celah jendela dan tepat mengenai mata, membuat gue terbangun. Seketika itu juga gue menyadari bahwa gue masih berada di kamar Yona, dengan posisi Yona masih tidur menindih diatas badan gue dalam keadaan sama sama bertelanjang.

"Yon... Yona... udah siang nih... bangun dong, gerah tau..."

Ia masih diam saja.

Ah sial, susah banget bangunin ni orang, gue menjepit hidung Yona menggunakan jari, menutup jalan pernafasannya.

Setelah beberapa detik, ia pun menggerak gerakan kepalanya berusaha menyingkirkan tangan gue dari hidungnya.

"Yon... bangun bego..."

"Hahh??!!" Ia terkejut menyadari bahwa ternyata dia tertidur di atas badan gue, ia buru menyingkir dan duduk di kasur.

"Lengket banget badan lu..." Kata gue

Jiwa Yona belum sepenuhnya kembali ke raganya, tatapannya masih kosong.

"Heh Yon kayak orang gila lu, rambut acak acakan, muka mengkilap, badan bau asem, ngga pake baju..."

"Bawel, masih ngantuk gue..." Ia mengucek matanya

Wajah Yona seketika panik.

"Eh sekarang jam berapa!!" Ia buru buru mengambil smartphone di atas buffet.

"Aaaaa udah jam satu!! Gue telat ikut pretest jam sepuluh!!!"

"Salah lo sendiri lah."

"Yaaaah gue males ngejar ngejar dosen buat minta susulan haaaaaaa..." Ia merengek

"Bodo ah Yon..."

"Jam tiga gue ada kelas, matkul ini gue harus hadir..."

Yona bangkit dari ranjang kemudian mengambil handuk di balik pintu kamar mandi, yang bersebelahan dengan dapur kecil. Kamar kosan Yona ini terbagi menjadi dua ruangan, yakni kamar tidur dan dapur, kedua ruangan ini tak memiliki batas yang jelas, hanya sekedar tirai yang bisa di singkap. Nah di dapur terdapat sebuah kamar mandi. Jadi jarak antara dapur dan kasur sangat dekat, bahkan kamar mandinya pun bisa dilihat langsung dari atas kasur.

"Gue mau mandi, mau ikut ngga?" Tanya Yona

"Mandi aja masa ajak ajak..."

"Ya siapa tau lu masih mau lagi, hehehe..."

"Nggak, capek."

"Huft, yaudah gue mandi sendiri..."

Disaat Yona mandi, gue berencana untuk melarikan diri, ini adalah kesempatan gue, gue udah ngga tahan dimanfaatkan Yona kaya gini. Gue pun buru buru memakai celana dan baju gue. Tapi gue baru sadar, kunci mobil gue ternyata ngga ada di kantong celana, gue cari di kasur, meja dan lemari buffet pun ngga ada, pasti diumpetin Yona, sialan emang nih cewek.

Gue berjalan ke pintu keluar, dan ternyata pintunya terkunci, gue ngga bisa menemukan dimana kunci kamar Yona dan kunci mobil gue.

Gue berniat melompat dari jendela untuk keluar dari sini, tapi setelah gue melihat keluar jendela, ternyata kamarnya berada di lantai tiga. Asli gue merasa kaya hewan peliharaan Yona, dikurung dan ngga dibolehin kemana mana. Gue kesal. Akhirnya gue berjalan ke kamar mandi dan menggedor pintunya.

"Yon!! Kunci mobil gue dimana!! Kunci kamar lo dimana!! Gue mau pulang, gue ada kerjaan!!"

"Entar gue kasih, selesai gue mandi." Katanya santai sambil terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi.

Tuh kan bener, kunci mobil gue diumpetin dia. Mau ngga mau gue harus nungguin dia selesai mandi.

Akhirnya gue kembali ke kasur, mengambil hape gue yang ternyata banyak sekali missed call dari Viny. Gue berniat menelfon balik Viny namun terdapat sebuah noftifikasi "Battery is too low to make a call." Ah kntl, gue ngga bawa charger lagi.

"Yoon, gue pinjem charger.."

"Charger gue dibawa Viny..." Teriaknya dari dalam kamar mandi

Tak lama kemudian, hape gue pun mati. Ah apes bener gue.

Limabelas menit kemudian, Yona pun keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di tubuhnya. Menutupi dada sampai seperempat pahanya, ah sial melihatnya seperti itu membuat gue ngaceng lagi.

"Lama banget lo, sini cepetan kunci mobil gue..."

"Ih apasih buru buru amat..."

"Gue kerja anjir, lu kira gue pengangguran apa..."

"Iya entar gue kasih, tapi entar yaaa, lu sekarang mandi dulu, trus anter gue ke kampus..."

"Banyak maunya lu Yon...."

"Nih pake handuk yang ini..." Katanya sambil melempar handuk baru dari dalam lemarinya

"Jahat lu Yon, gue cuma mau pulang, masa harus nganterin lu dulu ke kampus."

"Gue lagi males bawa mobil sendiri, ntar lu bawa mobil gue sekalian buat ambil mobil lo yang ada di fx."

"Ribet banget dah..."

"Udah cepet masuk kamar mandi sono, gue mau ganti disini." Ia mendorong gue ke kamar mandi.

Gue kesal, tapi ya mau gimana lagi, kalo ngga diturutin, dia bisa bongkar rahasia gue, ngerepotin banget.

Yona mengubek ubek lemari pakaiannya, mengambil baju diantara barisan pakaian yang digantung di dalam lemari, kemudian ia melepas handuknya ke lantai untuk memakai baju, namun ia buru buru mengambil handuknya di lantai dan melilitkan kembali ke tubuhnya setelah ia menyadari bahwa ternyata gue belum masuk ke kamar mandi dan masih melihat ke arahnya.

"Ihh buruan mandi!! Gue mau pake baju!! Jangan ngintip!!"

"Lah? Kenapa lo jadi malu gitu? Tadi subuh aja lo liar banget, masa sekarang malu malu gitu telanjang di depan gue..."

"Eh... emmm... iya juga ya..."



=====00000=====


Matahari bersinar cerah, tak nampak awan satupun di langit Jakarta siang ini. Gue membuka jendela dan melompat ke balkon. Sebenarnya ada pintunya untuk menuju ke balkon, tapi karna engselnya sedang bermasalah jadinya gue melompat lewat jendela. Gue memandangi berbagai aktifitas masyarakat Jakarta dari atas sini, sambil menyeruput teh panas dan menyesap sebat.

Selesai mandi tadi, Yona meminjami gue kaos oblong yang ternyata adalah milik mantannya yang pernah tertinggal di kamarnya.

Gue duduk di balkon, ngeteh sembari menunggu Yona yang berdandan sangat lama, ia menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk berias di depan cerminnya. Rokok sudah habis dua batang pun ia belum selesai juga mengenakan make up.


jZIJ7pOd_o.jpg


Yona pun akhirnya selesai berdandan, walaupun tadi gue sempat kesal harus menunggu lama saat dia berdandan, ternyata hasilnya memang tak mengecewakan, rasa kesal gue seketika sirna berubah menjadi takjub. Dia terlihat sangat cantik dan menawan, senyumnya mampu menggelitik hati gue, sementara matanya berpijar memancarkan kebahagiaan.

Ergghhh....

Tapi gue mencoba biasa saja, gue ngga mau terlalu memperlihatkan ketakjuban gue akan makhluk satu ini, bisa geer dia nanti. Tapi dari lubuk hati yang terdalam, gue ngga bisa boong, Dia sempurna.... hampir.

Gadis Sunda kenapa bisa cantik cantik gini sih....

Bogor dan Tangerang masuk Sunda kan ya?

"Udah cantik belom?" Tanya Yona sambil melihat gue dari cermin

"Iya cantik banget..." Ucap gue mantap sambil mengangguk antusias

"Hehe makaciihh..."

Ah bgst, gue keceplosan, beberapa detik yang lalu gue berniat untuk bersikap biasa saja, kenapa sekarang malah gue memuji dia, kenapa gue selalu lemah sama cewe cantik... Bisa besar kepala nanti dia.

Kalo diliat liat, Yona dan Viny memiliki kesamaan dalam selera berpakaian, tapi mereka memiliki perbedaan dari cara berdandannya. Yona cenderung berias untuk menutupi keriputnya, sementara Viny berias untuk menutupi muka bantalnya. Viny berdandan dengan ala kadarnya, memakai bedak tipis, alis tipis, lipstick tipis, pokoknya serba tipis, yang penting terlihat segar, berbanding terbalik dengan Yona yang menghabiskan setengah jam hanya untuk membuat alis dan eye liner.

"Ayo udah jam dua lebih nih, matiin rokoknya..."

Setelah itu kami berdua bergegas turun ke halaman, kami berangkat ke kampusnya Yona menggunakan mobil Ayahnya yang terparkir di halaman kosan. Gue memacu mobil memasuki jalanan ibukota.

Di perjalanan, Yona terus bercerita tentang hari harinya selama di jeketi, sambil sesekali bercerita tentang Viny juga, gue yang sedang memegang setir hanya memanggapi dengan seadanya, karna gue tidak begitu tertarik dengan bahan obrolannya. Rasanya ingin mendorong Yona keluar dari mobil dan meninggalkannya di jalan supaya gue bisa langsung pulang, tapi gue ngga setega itu.

"Rio, lu kan jago motret, kenapa ngga submit aplikasi ke JOT aja? (JKT48 Operational Team) jadi juru potret dan visual. Lu juga bisa edit video kan?"

"Emang boleh?"

"Submit aja, masalah dipanggil mah bisa kapan aja, kalo mereka lagi butuh ya pasti mereka langsung cari aplikasi letter yang menarik, kebetulan salah satu juru foto kita abis resign. Apalagi kan pengalaman lu udah lumayan tuh di salah satu jasa potret terbesar di Jakarta."

"Hmmmm boleh juga ya kalo gitu..." Gue mempertimbangkan

"....eh tapi kan gue cuma lulusan SMA, S1 gue ngga kelar..."

"Halah yang penting mah skill, staff ticketing aja masih nyambi kuliah..."

"Wah gue jadi semangat nih..."

"Tapi kalo udah di Acc, jangan sering modusin member ya..."

"Yeee bego..."

"Hahahaha...." Yona pun tertawa

Gue sebenarnya nggatau Yona kuliah dimana, dan gue juga ngga peduli, gue hanya menyetir mengikuti arahan Yona, melewati jalan jalan tikus agar lebih efisien katanya.

Setengah jam di jalanan, akhirnya kami sampai juga di pelataran parkiran kampus.

Hmmmm...

Kok gue kayak ngga asing ya sama tempat ini? Gue kayaknya pernah dateng ke kampus ini, tapi kapan ya? Hmmm mungkin gue pernah dapet job di kampus ini, cuma gue lupa. Soalnya sering banget gue dapet job di kampus kampus di Jakarta. Yaudahlah ngga penting...


r8o1s96C_o.jpg


"Lu pasti laper... Sarapan yuk..." Kata Yona menyeret tangan gue.

"Engga perlu, gue mau langsung pulang aja." Kata gue mencoba menyembunyikan rasa lapar

"Gue bayarin deh..."

"Ngga makasih...."

"Gue janji, ini permintaan terakhir gue, abis sarapan lu boleh balik, sumpah gue ngga boong, ya? ya?"

"Hadeehhh..."



=====00000=====



RTYF1BD9_o.jpg


Gue kalah...

Gue ngga bisa menolak setiap permintaan Yona, entah mengapa, bahkan diluar ancaman tentang rahasia itu, gue tetap ngga bisa menolak. Seperti ada suatu ikatan antara gue dan Yona.

Apa gue mulai peduli dengan Yona?

Apa gue mulai perhatian ke Yona?

Apa....

Emmm...

Apa gue ada perasaan ke Yona?

Ngga... ngga mungkin...

Yona terus menyeret tangan gue masuk ke dalam kampusnya, menyusuri kelas kelas dan lorong. Gue mulai merasakan getaran itu...

Duduklah kami di salah satu kedai makanan di kantin kampus Yona. Kedai makanan yang lumayan ramai. Para mahasiswa maupun mahasiwi sedang asik bercengkrama di meja masing masing. Untung saja kami masih kebagian meja kecil di sudut ruangan.

Kami duduk berhadapan sambil menikmati sajian nasi goreng yang lumayan enak. Ditemani siaran tv kabel dari sudut atas ruangan dan dikelilingi kucing kucing kampus yang berpatroli dari meja ke meja demi mendapat asupan.

Seperti saat di mobil, Yona masih saja cerewet, bercerita ngalor ngidul yang gue pun sebenarnya malas untuk mengetahuinya. Gue memilih fokus untuk menghabiskan santapan di depan gue ini.

Gue cukup menikmati tempat ini. Tapi ada satu hal yang menganggu, gue masih ngga asing sama tempat ini, tapi gue ngga inget kapan gue pernah ke tempat ini. Masih mengawang awang.

Yona makan dengan sangat lambat, menghabiskan satu porsi nasi goreng aja butuh waktu lebih dari setengah jam, berbeda sekali dengan Viny yang rakus kalo lagi kelaperan.

Gue mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celana dan mengambil sebatang, Gue melihat sekeliling ruangan untuk mencari cari plang "dilarang merokok". Dan ternyata ngga ada, yowis berarti boleh kan merokok di tempat ini.

Disaat gue sedang menyulut rokok, tiba tiba Yona berceletuk...

"Mampus..."

Gue bingung melihat ekpresi Yona yang tiba tiba menjadi panik sendiri, ia memberi isyarat ke gue untuk melihat sesuatu di belakang.

"Apaan si Yon..." Tanya gue penasaran

"Liat belakang lu cepet..." Kata Yona sambil nyengir nyengir ngga jelas

Gue pun menoleh mencari tau apa yang dimaksud Yona...


Degggg....



CoOtUhau_o.jpg



Kenapa bisa ada Viny di kampus Yona?!! Bisa salah paham nih kalo dia liat gue sedang berduaan dengan Yona.



"Loh nyet? Kok kamu... sama Yona.... emmmm...."


.
.
to be continue
 
Anjirrr bisa-bisanya dia lupa sama kampus dengan toilet bersejarah itu.. tapi senang sekali dapet update seperti ini. Menyelesaikan yang tergantung di part sebelumnya dan mendalami cerita sama yona yg di part sebelumnya rada kurang kena gitu hahahaha.. nice one!
 
Mantap hu updatebya ditunggu kelanjutannya hu
Jadi makin penasaran dengan nasib jati dan dan yuri
 
Banyak side story yg padahal mau gua tanyakan ketika inti cerita ini mau masuk ke akhir.

Ini ttg yona dalam proses. Tinggal cerita shani.

Terima Kasih suhu atas update nya.
 
Di real life-nya stelah Yona resign dari kampusnya di rawa belong ntu bertahun² lalu, emang sekarang Viny & Yona kuliah di kampus yg sama btw.
*aku nggatau apa apa*

Anjirrr bisa-bisanya dia lupa sama kampus dengan toilet bersejarah itu.. tapi senang sekali dapet update seperti ini. Menyelesaikan yang tergantung di part sebelumnya dan mendalami cerita sama yona yg di part sebelumnya rada kurang kena gitu hahahaha.. nice one!
ditodong mulu bikin side storynya sih

Banyak side story yg padahal mau gua tanyakan ketika inti cerita ini mau masuk ke akhir.

Ini ttg yona dalam proses. Tinggal cerita shani.

Terima Kasih suhu atas update nya.
kalo Shani nggatau deh bakal di lanjut apa nggak wkwkwk
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd