Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
kangen

WL9T83RV_o.jpg


kqdp8PPf_o.jpg

Kangen ngisep ludahnya pini nih suhu... :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terimakasih ya Viny, Hehe
2nd Season

Part 10

HUfo1d10_o.jpg


Tahun ini cepat sekali berlalu, belum lama perayaan tahun baru, dan tanpa terasa hari ini sudah memasuki bulan kedua. Kebetulan dua minggu lagi adalah hari ulang tahun Viny, dan gw masih bingung akan memberinya kado apa. Dengan gaji gw yang pas pasan ngga mungkin gw ngasih perhiasan atau sesuatu yang mahal. Tapi gw pribadi pengen ngasih sesuatu yang spesial yang bisa ia kenang sampe tua. Sesuatu yang berkesan dan ngga bakal mudah terlupakan, dan yang jelas memiliki kegunaan untuk Viny.

Hmmmm ada saran?

Dua hari semenjak pertemuan gw dengan Viny di rooftop telah berlalu, dan perasaan gw makin tak menentu. Dihantui dengan banyak sekali ketakutan. Semalam Yuri menelfon gw dan meminta kejelasan tentang kelanjutan nasibnya, gw bingung harus seperti apa menanggapinya. Gw butuh waktu. Memang gw mengakui bahwa gw telah menghamilinya, namun gw bingung harus seperti apa menyikapinya. Gw kasihan terhadap Yuri, tapi di sisi lain, gw sayang Viny.

Makin pusing gw dibuatnya. Bagaimana cara gue jujur ke Viny, dari lubuk hati yang terdalam gue ngga mau kehilangan dia, gue ngga mau nyakitin dia lagi.

Ditambah urusan dengan Jati yang belum clear, dia pasti sangat kecewa dengan Viny, apapagi dengan gue. Mengetahui bahwa idolanya ternyata memiliki hubungan khusus dengan sahabatnya sendiri.

Seharian kemaren gw ngga bertemu Jati di studio, sepertinya ia meliburkan diri, entahlah. Hari ini pun dia ngga kelihatan di studio. Apakah ia marah? Hmmm udah jelas sih.

Tapi ya gimana ya, gw kenal dengan Viny bahkan sebelum gw mengetahui bahwa dia adalah member jeketi dan Jati sebagai fans nya. Gw ngga salah dong? Gw bisa aja bilang ke dia 'Lo ngga bisa ngatur ngatur percintaan orang.' tapi gw ngga cukup tega mengatakan itu ke Jati, dia sahabat gw sejak SMP, masak pertemanan kami harus renggang gara gara masalah percintaan? Gw harus segera menyelesaikan masalah ini.

Hadeh banyak juga ya masalah gue, mana bisa gw menyelesaikannya dengan cepat, pasti bakal rumit banget. Gue menarik nafas dalam dalam, memompa oksigen ke ruang ruang di otak gue agar pikiran tetap jernih.



=====00000=====​



7HjTVyra_o.jpg


"Sayang aku otw rumah kamu..." Begitulah chat yang gw kirimkan ke Viny pagi itu sekitar jam setengah tujuh.

"Enggausah nyet, aku udah naik bus kok, pagi ini aku harus buru buru soalnya ada pretest pagi." Balasnya

"Maaf yah, aku kurang pagi bangunnya."

"Hahahaha gapapa kali, justru aku yang minta maaf karna sering ngerepotin kamu, sekarang aku pengen mandiri lagi."

"Yaudah hati hati di jalan yah, nanti kalo sempet, aku jemput."

"Iyaaaa..."

"Hmmmm jangan lupa sarapan..."

"Iya iya, tadi Mamah aku udah bawain sarapan, aku makan abis pretest."

"Oke deh kalo gitu..."

"Kamu juga jangan lupa sarapan."

"Siap boss, hv a nice day today inyi minyi vinyi..."

Yah syukurlah gue ngga harus jauh jauh ke rumah Viny pagi ini. Masih bisa bermanja manja ria dulu di kasur kesayangan sebelum berangkat ke studio.

Gue menarik selimut lagi. Mencoba melanjutkan tidur yang tidak nyenyak itu. Tapi sepertinya akan susah untuk kembali tidur.

Hoaamm...

Setengah jam tidak melakukan apa apa diatas kasur sangatlah membosankan, ingin melanjutkan tidur, tapi ngga ngantuk, ingin bangun tapi mager.


Grukkk... grukk... gruuukk....


Suara perut yang bergemuruh menandakan waktunya untuk sarapan. Ah benar juga, semalam gue ngga sempat makan, saking lelahnya semalam, gue langsung pulang dan tidur.

Gue pun meraih dompet di meja komputer di sebelah kasur.

Ah sial, dompet gue kosong, kemaren kelupaan mampir ke atm. Mau ngga mau gue harus mampir dulu ke atm untuk mengambil uang. Mana jauh lagi.

Disaat gue sedang meratapi dompet gue yang kosong, tiba tiba mata gue tertuju pada kondom saschet yang terselip diantara KTP dan STNK. Ini masih baru, belum gue pake sama sekali.


Fx94BZoC_o.jpg


Kalo kalian mau tau, ini adalah kondom pemberian Yona, saat gue di kosan Yona beberapa waktu yang lalu, dia memaksa gue untuk memakai kondom. Padahal kalian tau sendiri, gue ngga suka pake kondom, mengurangi estetika saat bercinta. Berdalih security yang hanya ditanggung oleh karet setebal nol koma sekian milimeter. Kenikmatan saat berhubungan pun menurun. Ngga nyaman deh pokoknya.

Tapi diluar itu, gue suka sekali cara Yona memasangkan kondom ke titit gue menggunakan mulutnya. Gue jadi gemas sendiri kalo kebayang adegan waktu itu. Dengan bibirnya yang tebal dan dengan gestur yang sangat sensual, membuat gue ngaceng berat waktu itu aaahhhhhh....

Hmmmmmm.....


Plaaakkk....


Sudah cukup, gue rasa tadi gue senyum senyum sendiri sambil liatin kondom di dalam dompet, aneh sekali ya. Hanya dengan melihat kondom ini, gue bisa mengenang kebersamaan gue dengan Yona. Mungkin gue harus membuang barang ini jauh jauh, agar gue bisa melupakan kenangan bersama Yona. Bagaimanapun ini adalah hubungan terlarang.



=====00000=====



VJktAB61_o.jpg


"Ahhhh.... Yooonnn...."


Slappp... slaappp... slaapp....


Yona melakukan self service terhadap dirinya sendiri, ia menggerakan pinggulnya sedemikian rupa sehingga vaginanya dapat melakukan penetrasi. Gue hanya bisa diam melihat keberingasan Yona yang berada diatas pangkuan gue.

Posisi dia jongkok membelakangi gue sambil menggenjot bokongnya seperti katak, sementara gue hanya bisa duduk bersandar pada kepala ranjang, menyaksikan punggungnya yang mengkilap lantaran keringat yang berkucuran.

"Ahhhhh.... ahhhh.... uuhhhh...." Yona mendesah

Ia menggamit tangan gue dan mengarahkannya ke payudara besarnya.

Dari belakang gue meremas remas kedua payudara Yona yang cukup bulat dan kenyal, sementara Yona masih asik memanjakan vaginanya dan menari nari diatas titit gue.


Slaappp... slaappp... slaappp....


"Riooo... gw udah ngga tahaannn.... ahhhh..."

Tubuh Yona mulai bereaksi, kaku disekujur tubuhnya, ia mengejan ejan dengan suara yang tertahan...

"Aaaahhhhh......"


Crooott.... crooott... crooott....


Srrrr.... srrrr.... srrr....


"Ukkhhh...."

Tubuh Yona pun ambruk ke belakang, menimpa tubuh gue yang berada tepat di belakangnya. Sementara ia sibuk mengatur nafas, gue meremas remas kembali tete ranumnya yang sangat menggairahkan, yah walaupun sedikit kendor, namun tetap saja enak.

Titit gue mulai terasa basah lagi, ini adalah ketiga kalinya ia orgasme malam ini, membuat gue merasa hebat karna bisa membuat Yona terpuaskan sampai tiga kali dalam satu waktu.

Tapi.... di sisi lain, gue merasa sangat bersalah telah mengkhianati Viny.


"Haahh... haahh..." Ia menghela nafas

"Udah kan Yon." Kata gue sambil memainkan putingnya

Ia pun berdiri dan berganti posisi menghadap ke gue, sekarang ia duduk kembali di pangkuan gue dan menancapkan titit gue ke memeknya begitu saja.


Slaapp...


"Uuhhhh...." Yona mendesah pendek.

"Lo ngga capek apa..." Kata gue ke Yona

"Bawel, makan nih..."

Yona menjejalkan kedua puting susunya ke dalam mulut gw, kedua tetenya yang besar itu bisa menutup hampir separo muka gue.

"Emmmpphhh...." Gue kesulitan bernafas

"Hahahaha...." Yona tertawa jahat

Ia mendesak kepala gue ke tembok dan terus menyodorkan susunya ke mulut gue, gumpalan kenyal itu menutup hidung dan mulut gue, yang otomatis menghambat pernafasan gue.

Sial gue ngga bisa nafas...

"Emmpphhh.... emmpphhh... "

Gue ngga berkutik, Yona sangat beringas sekali. Gue mencoba menahan tubuh Yona namun sia sia.

"Emmpphhh.... emmpphhh.."



Gubraakk...


Gue terjatuh dari meja kerja, Santi, salah satu rekan kerja gue, dari meja sebelah langsung bergegas menghampiri gue dengan khawatir.

"Eh lo kenapa." Tanya Santi

"Eh gapapa San, gue ketiduran aja tadi, trus jatoh deh dari kursi."

"Ngga ada yang luka kan?"

"Engga kok, engga, selow hehe..."

"Hmmm yaudah, balik kerja lagi..." Ia pun kembali ke meja kerjanya.

Bgst, lagi lagi gue memimpikan moment itu, moment dimana gue dipaksa berhubungan badan dengan Yona, mimpi ini hadir tak hanya sekali dua kali. Apakah ada yang salah dengan gw, sampai sampai kejadian itu selalu menghantui. Tolonglah, gw ingin melupakan itu. Gw merasa jadi laki laki paling jahat sedunia kalo keinget kejadian ini. Gue ngga kuat kalo harus mengkhianati Viny lebih dari ini.

Setelah cuci muka untuk menjernihkan otak, gw kembali ke ruang editing dan kembali menyelesaikan kerjaan yang sempat terjeda karna gw ketiduran tadi.




=====00000=====


Keeeokan harinya, pada sore hari di studio, semua berjalan seperti biasanya, Jati akhirnya keliatan juga di studio setelah beberapa hari absen. Namun persis seperti yang gw takutkan, ia tak mau berbicara dengan gw, dan cenderung menghindari berada dalam satu ruangan dengan gw. Ia dengan jelas menjauh, mungkin ia masih memendam sakit hati.

Rasanya tak nyaman sekali apabila ada sahabat kita yang sedang marahan, dan gw pun bingung harus mengatakan apa kepada Jati agar ia kembali seperti dulu.


00​


Malam semakin larut, shif sore pun usai, gw berpamitan pada teman teman gw, termasuk Jati. Namun reaksi Jati tetap dingin.

"Jat..."

Ia diam saja

"Jat... Jati..."

Ia masih terdiam, pura pura sibuk, padahal gue tau yang sedang ia rapikan hanyalah tumpukan foto cacat cetak yang tak penting.

"Jat... besok nonton theater yuk..."

Ia melengos pergi, dingin sekali. Bukan seperti Jati yang gue kenal, biasanya kalo ada masalah, dia yang paling ngebet untuk menyelesaikannya, namun kali ini ia hanya bersikap acuh seperti ini, sepertinya tingkat kekecewaanya sudah berada di titik tertinggi.

Yah mau gimana lagi...

Sementara ini gw akan membiarkan Jati untuk menjauhi gw dulu, takutnya malah makin parah kalo gw paksain.



=====00000=====​



xbmYXBsK_o.jpg



Malam semakin larut namun kota Jakarta sama sekali tak menurunkan suhunya. Semakin larut, lalu lintas pun makin padat, ya wajarlah jam jam segini adalah jam jamnya masyarakat Jakarta pulang kerja, termasuk gue.

Gue sedang terjebak macet di salah satu jalanan Ibukota di dalam sebuah sedan tua. Ditemani oleh sebatang rokok dan alunan musik dari Rosemary




Gue harap Viny sabar menunggu, gue udah janji untuk menjemputnya malam ini.

Oh iya btw gue lupa bertanya pada Viny sedang berada dimana dia sekarang. Gue pun mengambil smartphone dari kantong celana.


Nuuuuttt.... nuutt... nuuutt....


Begitulah suara nada tunggu telfonnya

"Sayang aku kangen." Gue langsung menyapa Viny ketika telfon diangkat

"Aku juga nyet..." Kata Viny dari seberang telfon.

"Aku otw FX ya...."

"Eh aku lagi ngga theater..."

"Loh? Yaudah aku ke basecamp latihan aja, aku jemput..."

"Aku lagi ngga ada kegiatan jeketi nyet, lagi ngga theater atau latihan, aku masih di kampus sekarang..."

"Dari pagi tadi sampe selarut ini kamu masih di kampus? Ini udah jam setengah 12 loh."

"Iya nih aku harus ngerampungin project kelompok bareng temen..."

"Yaudah aku otw..."

"Enggausah nyet, kamu langsung pulang aja trus istirahat ya, Papah aku yang mau jemput..."

"Mana bisa aku istirahat disaat kamu masih ngeforsir diri kamu kaya gini... Kan masih ada besok, bilang temen temen kamu lanjutin besok aja..."

"Ini bentar lagi kelar kok, kamu nggausah khawatir gitu..."

"Nggausah khawatir gimana, kamu itu lagi hamil, jangan maksain diri..."

"Iya bawel, ini udah hampir selesai kok, udah pada beres beres..."

"Nah langsung pulang ya."

"Iya, Papah aku juga kayaknya udah nunggu di depan."

"Yaudah nanti kabarin kalo udah sampe rumah.."

"Hehe iya, aku matiin ya telfonnya, aku mau beres beres."

"Yaudah hati hati di jalan, nanti di dalem mobil, tidur aja kamunya."

"Iya iya, bawel..."

Hari ini gue gagal lagi untuk bertemu Viny, dengan schedule Viny yang sangat padat. Entah di jeketi, entah di kampus, selalu saja selesai larut malam, lama lama gue jadi takut sendiri, ia terlalu memaksakan diri. Mungkin naluri sebagai Suami dan Bapak membuat gue khawatir berlebihan.

Pikiran gue jadi ngga tenang gini, gue harus memastikan Viny tidur nyenyak malam ini. Beberapa hari ini kegiatan dia sangat padat, menguras tenaga dan fikiran, gw ngga mau dia kecapekan dan pada akhirnya hanya akan sakit atau stress. Gue khawatir.

Dan Viny adalah tipikal gadis keras kepala, sulit sekali menyuruhnya untuk mengistirahatkan diri sejenak, apalagi kalo cuma lewat telfon, pasti hanya akan diabaikan. Kayaknya malam ini gue harus menyusul ke rumahnya dan berbicara dengannya secara langsung, siapa tau dengan begitu, ia akan paham betapa pentingnya kondisi fisik seseorang yang hamil

Tapi.... malam sudah selarut ini, mana mungkin gue diperbolehkan untuk menemui Viny di rumahnya, bisa bisa dimarahin Om Beny.

Hmmm kalo gitu, gue cukup menyelinap masuk ke dalam kamar Viny tanpa ketahuan orangtuanya kan? Nah iya gue punya ide...




=====00000=====




RRxCe7Qk_o.jpg


"Eh kenapa kamu bisa disini." Tanya Viny bingung melihat gue yang masuk ke dalam kamarnya

"Aku cuma kangen, itu aja." Kata gue sambil menutup pintu kamar Viny

"Kenapa kamu bisa di dalem kamarku, kalo orangtuaku tau gimana." Ia sedang duduk di meja kerjanya, sepertinya ia ingin begadang untuk menyelesaikan projectnya

"Yah jangan kasih tau dong, diem diem aja."

Viny masih bingung

"Kamu masuk lewat mana..."

"Kamu nggausah mikirin gimana caranya aku masuk kamarmu tanpa ketauan orangtua kamu, yang penting kita sekarang bisa ketemu kan."

"Eh tapi..."

"Udah.... sekarang waktunya kamu istirahat, kamu pasti kecapekan kan, aku diem diem masuk kamar kamu cuma mau mastiin sampai kamu bener bener tertidur, biar aku bisa pulang dengan tenang. Dan lihat kan, sekarang kamu masih mau ngelanjutin project kamu, bukannya langsung istirahat, bandel bange sih. Aku khawatir tauk lihat kegiatan kamu yang padet akhir akhir ini, bikin jam tidur kamu berkurang. Kantung mata kamu tebel banget, dan muka kamu keliatan stress." Gw menyelipkan poni Viny ke telinganya

"Nanggung sayang, kurang satu item lagi biar project aku kelar..."

"Ngga boleh... Pokoknya kamu harus istirahat sekarang... Ini udah hampir jam satu..." Gue mengambil kuas dan palet dari tangannya.

"Huft iya iya, aku tidur, sekarang kamu pulang ya, biar kamu juga bisa tidur cepet..." Kata Viny sambil membaringkan diri di kasur dan menarik selimut.

"Aku kan udah bilang, aku ngga mau pulang sampe kamu bener bener tidur. Jadi kamu ngga bisa boong." Gue duduk di tepian kasur Viny

"Huft curang..." Ia memanyunkan bibirnya

Viny pun menarik gw ke dalam selimut, sehingga kini kami sama sama terbaring miring diatas bantal yang sama dan saling berhadapan.

"Nyet, ceritain dongeng dong."

"Nggausah macem macem, udah cepet tidur. Aku tungguin. Kalo kamu udah tidur, aku langsung pulang deh."

"Kalo gitu... aku nggamau tidur ah, biar kamunya tetep disini, nemenin aku." Kata Viny

"Jangan bandel cumiiikkk.... Cepet tidur." Gw menjewer hidungnya

"Hih apasih." Ia mendengus

Viny pun memejamkan matanya, mencoba untuk terlelap. Gue terus mengawasinya sampai ia benar benar tertidur.

Beberapa menit telah berlalu, dan gw baru menyadari bahwa ia hanya pura pura tertidur, bola matanya terlihat jelas masih bergerak gerak di dalam kelopak matanya.

"Aku tau loh kamu cuma pura pura tidur." Gw mencubit hidungnya

Ia membuka matanya sedikit untuk mengintip

"Hufft..." Ia mendengus lantaran ketahuan hanya berpura pura.

"Kamu ngga capek apa?"

"Kalo dibilang capek, ya capek, tapi aku ngga bisa tidur, ya gimana dong. Nah daripada bengong kan mending aku ngerjain project aja, siapa tau nanti ngantuk."

"Hmmm... aku bikinin susu, mau?"

"Mau mau..." Viny mengangguk sambil tersenyum.

"Ohiya..."

"Kenapa nyet?"

"Dapur kamu kan di lantai satu ya, sedangkan kamar orangtua kamu di lantai dua. Kalo ketauan gimana."

"Hmmm yaudah deh nggausah kalo gitu." Kata Viny kecewa lantaran sudah terlanjur berharap akan dibuatkan susu.

"Oke oke, aku bikinin sekarang, kamu tunggu sebentar ya. Jangan merengut gitu dong." Gw mengacak acak rambutnya

Gw turun dari ranjang dengan hati -hati agar tak menimbulkan suara gaduh, kemudian gw melepas sepatu agar suara jejak kaki gue tak terlalu terdengar saat melangkah. Gw menuruni tangga dan membuka pintu kamar secara perlahan. Sampailah gw di lantai dua. Agak gelap karna lampu utama memang dimatikan.

Gw berjalan bagaikan maling yang hendak mencuri perabotan rumah orang. Berjalan seminimal mungkin dan menghindari derap suara. Gw menuruni tangga ke lantai satu dengan suara sesenyap mungkin. Sesampainya di dapur, gw menyalakan dispenser air hangat. Mengambil gelas dan kotak susu yang biasa Tante simpan di Bipet (Buffet) atas.

Selesai membuat susu hangat, gw kembali menuju kamar Viny. Seperti tadi, gw berjalan mengendap endap layaknya pencuri ulung. Nah ketika sampai di lantai dua, gw baru menyadari bahwa kamar orangtua Viny lampunya masih menyala, terlihat dari celah bawah pintu.

Ah sial, kalo kaya gini, membuat suara sedikit saja bakal menimbulkan masalah baru. Gue harus berjalan lebih hati hati.

Dari dalam kamar, terdengar sayup sayup dialog diantara mereka berdua, dan gw ngga sengaja mendengar kata "Hamil".


Deggg


Perasaan gw mulai engga enak. Gw kurang menangkap percakapan mereka, membuat gw makin penasaran untuk menyimak perbincangan mereka. Kira kira mereka membicarakan kehamilan siapa. Rasanya ingin sekali menguping.

Ah tapi gw ngga mau ambil resiko, mending sekarang gw langsung naik ke atas. Daripada gue ketahuan dan malah berabe jadinya.

Tapi...

Baru saja kaki kanan gw menyentuh anak tangga menuju kamar Viny, tanpa sengaja gw mendengar lagi kata itu.

"Teteh hamil."


Sriiinnggg


Apakah 'Teteh' yang dimaksud mereka adalah Viny? Karna panggilan Viny di rumah adalah 'Teteh'.

Anjir gw benar benar penasaran untuk menguping pembicaraan suami istri ini. Gw dilema antara naik ke kamar Viny atau kembali untuk menguping.

Errgghhh.....

Ahh peduli setan, gw penasaran!

Akhirnya gw berjalan kembali menuju kamar orangtua Viny dan berhenti tepat di samping pintu. Gw berusaha menajamkan pendengaran gw, menembus pintu agar dialog mereka terdengar jelas.

"Ngga salah lagi..." Kata seorang wanita di dalam kamar, yang tak lain tak bukan adalah Mamah Viny.

"Mamah jangan ngawur..." Kata si Om merespon si Tante

"Firasat seorang Ibu ngga pernah salah, Pah. Mamah beneran takut..."

"Setau Papah, Rio anak baik baik kok, ngga mungkin melakukan hal sebejat itu. Dan Rio kalo main ke rumah pun ngga pernah sampe malem kan, ngga pernah nginep juga, jadi pasti aman lah." Kata Om Beny

"Tapi kan kita nggatau Pah, pergaulan mereka di luar gimana, lagian untuk melakukan hal kaya gitu kan ngga perlu nunggu malem, ataupun di dalem kamar. Selama mereka menemukan tempat sepi dan nyaman, mereka bisa aja 'gituan'." Kata Tante terdengar khawatir.

Sial, gw mulai mengerti arah pembicaraan mereka.

"Mamah ngga bisa bayangin, apabila putri kita satu satunya hamil di luar nikah Pah."


Degggg


Gw tersentak mendengar perkataan itu. Tante Evy nampaknya mulai menyadari perubahan dari fisik Viny, dan memiliki firasat buruk akan kehamilannya.

Ergghhhhhh.... Kepala gw makin runyam. Terlalu banyak fikiran berat akhir akhir ini. Gw harus apa sekarang. Bagaimana caranya gw menyembunyikan kehamilan Viny agar mereka tak curiga lagi. Bahkan gue ngga pernah memperhitungkan "Firasat orangtua". Gue ngga pernah mengira bahwa orangtua Viny akan mencurigai kehamilan Viny. Naif sekali gue kalo berfikiran bisa menyembunyikan kehamilan Viny dari orangtuanya. Firasat orangtua memang tak pernah meleset.

Sial kepala gue tiba tiba pusing sekali, terasa berat dan sakit seperti tertanam paku di ubun ubun. Tolonglah jangan sampe vertigo gue kumat disaat seperti ini. Gue akan ketahuan menguping kalo gue sampe pingsan disini. Arrgghh...

"Mamah sabar ya, belum tentu firasat Mamah benar, dan Papah pun berharap firasat Mamah salah, siapa sih orangtua yang mau anaknya hamil di luar nikah? Papah rasa ngga ada..."

"... Kalo perlu, besok Papah tanyakan ke Rio langsung tentang hal ini." Kata Om Beny

"Iya Pah, semoga firasat Mamah kali ini salah..."

"Yaudah sekarang Mamah tidur ya..."

Terlihat dari celah bawah pintu ada sesosok bayangan bergerak, menandakan seseorang sedang berjalan mendekat ke pintu. Langkah kaki pun terdengar semakin dekat.

Sial, gw harus ngumpet dimana!! Tidak ada objek untuk bersembunyi di sekitar sini, kalopun gue lari ke tangga, pasti akan menimbulkan suara gaduh ...


Cklaakkkk...


Deggggg.....


Suara pintu kamar mereka terbuka




To be continue
 
Akhirnya drama keluarga yang ditunggu tunggu warga apded juga gg pars, akankah rio tercyduk(?) atau ternyata ada si vidy yang batuin(?), mari kita tunggu semoga cepat di apded
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terimakasih ya Viny, Hehe
2nd Season

Part 10

HUfo1d10_o.jpg


Tahun ini cepat sekali berlalu, belum lama perayaan tahun baru, dan tanpa terasa hari ini sudah memasuki bulan kedua. Kebetulan dua minggu lagi adalah hari ulang tahun Viny, dan gw masih bingung akan memberinya kado apa. Dengan gaji gw yang pas pasan ngga mungkin gw ngasih perhiasan atau sesuatu yang mahal. Tapi gw pribadi pengen ngasih sesuatu yang spesial yang bisa ia kenang sampe tua. Sesuatu yang berkesan dan ngga bakal mudah terlupakan, dan yang jelas memiliki kegunaan untuk Viny.

Hmmmm ada saran?

Dua hari semenjak pertemuan gw dengan Viny di rooftop telah berlalu, dan perasaan gw makin tak menentu. Dihantui dengan banyak sekali ketakutan. Semalam Yuri menelfon gw dan meminta kejelasan tentang kelanjutan nasibnya, gw bingung harus seperti apa menanggapinya. Gw butuh waktu. Memang gw mengakui bahwa gw telah menghamilinya, namun gw bingung harus seperti apa menyikapinya. Gw kasihan terhadap Yuri, tapi di sisi lain, gw sayang Viny.

Makin pusing gw dibuatnya. Bagaimana cara gue jujur ke Viny, dari lubuk hati yang terdalam gue ngga mau kehilangan dia, gue ngga mau nyakitin dia lagi.

Ditambah urusan dengan Jati yang belum clear, dia pasti sangat kecewa dengan Viny, apapagi dengan gue. Mengetahui bahwa idolanya ternyata memiliki hubungan khusus dengan sahabatnya sendiri.

Seharian kemaren gw ngga bertemu Jati di studio, sepertinya ia meliburkan diri, entahlah. Hari ini pun dia ngga kelihatan di studio. Apakah ia marah? Hmmm udah jelas sih.

Tapi ya gimana ya, gw kenal dengan Viny bahkan sebelum gw mengetahui bahwa dia adalah member jeketi dan Jati sebagai fans nya. Gw ngga salah dong? Gw bisa aja bilang ke dia 'Lo ngga bisa ngatur ngatur percintaan orang.' tapi gw ngga cukup tega mengatakan itu ke Jati, dia sahabat gw sejak SMP, masak pertemanan kami harus renggang gara gara masalah percintaan? Gw harus segera menyelesaikan masalah ini.

Hadeh banyak juga ya masalah gue, mana bisa gw menyelesaikannya dengan cepat, pasti bakal rumit banget. Gue menarik nafas dalam dalam, memompa oksigen ke ruang ruang di otak gue agar pikiran tetap jernih.



=====00000=====​



7HjTVyra_o.jpg


"Sayang aku otw rumah kamu..." Begitulah chat yang gw kirimkan ke Viny pagi itu sekitar jam setengah tujuh.

"Enggausah nyet, aku udah naik bus kok, pagi ini aku harus buru buru soalnya ada pretest pagi." Balasnya

"Maaf yah, aku kurang pagi bangunnya."

"Hahahaha gapapa kali, justru aku yang minta maaf karna sering ngerepotin kamu, sekarang aku pengen mandiri lagi."

"Yaudah hati hati di jalan yah, nanti kalo sempet, aku jemput."

"Iyaaaa..."

"Hmmmm jangan lupa sarapan..."

"Iya iya, tadi Mamah aku udah bawain sarapan, aku makan abis pretest."

"Oke deh kalo gitu..."

"Kamu juga jangan lupa sarapan."

"Siap boss, hv a nice day today inyi minyi vinyi..."

Yah syukurlah gue ngga harus jauh jauh ke rumah Viny pagi ini. Masih bisa bermanja manja ria dulu di kasur kesayangan sebelum berangkat ke studio.

Gue menarik selimut lagi. Mencoba melanjutkan tidur yang tidak nyenyak itu. Tapi sepertinya akan susah untuk kembali tidur.

Hoaamm...

Setengah jam tidak melakukan apa apa diatas kasur sangatlah membosankan, ingin melanjutkan tidur, tapi ngga ngantuk, ingin bangun tapi mager.


Grukkk... grukk... gruuukk....


Suara perut yang bergemuruh menandakan waktunya untuk sarapan. Ah benar juga, semalam gue ngga sempat makan, saking lelahnya semalam, gue langsung pulang dan tidur.

Gue pun meraih dompet di meja komputer di sebelah kasur.

Ah sial, dompet gue kosong, kemaren kelupaan mampir ke atm. Mau ngga mau gue harus mampir dulu ke atm untuk mengambil uang. Mana jauh lagi.

Disaat gue sedang meratapi dompet gue yang kosong, tiba tiba mata gue tertuju pada kondom saschet yang terselip diantara KTP dan STNK. Ini masih baru, belum gue pake sama sekali.


Fx94BZoC_o.jpg


Kalo kalian mau tau, ini adalah kondom pemberian Yona, saat gue di kosan Yona beberapa waktu yang lalu, dia memaksa gue untuk memakai kondom. Padahal kalian tau sendiri, gue ngga suka pake kondom, mengurangi estetika saat bercinta. Berdalih security yang hanya ditanggung oleh karet setebal nol koma sekian milimeter. Kenikmatan saat berhubungan pun menurun. Ngga nyaman deh pokoknya.

Tapi diluar itu, gue suka sekali cara Yona memasangkan kondom ke titit gue menggunakan mulutnya. Gue jadi gemas sendiri kalo kebayang adegan waktu itu. Dengan bibirnya yang tebal dan dengan gestur yang sangat sensual, membuat gue ngaceng berat waktu itu aaahhhhhh....

Hmmmmmm.....


Plaaakkk....


Sudah cukup, gue rasa tadi gue senyum senyum sendiri sambil liatin kondom di dalam dompet, aneh sekali ya. Hanya dengan melihat kondom ini, gue bisa mengenang kebersamaan gue dengan Yona. Mungkin gue harus membuang barang ini jauh jauh, agar gue bisa melupakan kenangan bersama Yona. Bagaimanapun ini adalah hubungan terlarang.



=====00000=====



VJktAB61_o.jpg


"Ahhhh.... Yooonnn...."


Slappp... slaappp... slaapp....


Yona melakukan self service terhadap dirinya sendiri, ia menggerakan pinggulnya sedemikian rupa sehingga vaginanya dapat melakukan penetrasi. Gue hanya bisa diam melihat keberingasan Yona yang berada diatas pangkuan gue.

Posisi dia jongkok membelakangi gue sambil menggenjot bokongnya seperti katak, sementara gue hanya bisa duduk bersandar pada kepala ranjang, menyaksikan punggungnya yang mengkilap lantaran keringat yang berkucuran.

"Ahhhhh.... ahhhh.... uuhhhh...." Yona mendesah

Ia menggamit tangan gue dan mengarahkannya ke payudara besarnya.

Dari belakang gue meremas remas kedua payudara Yona yang cukup bulat dan kenyal, sementara Yona masih asik memanjakan vaginanya dan menari nari diatas titit gue.


Slaappp... slaappp... slaappp....


"Riooo... gw udah ngga tahaannn.... ahhhh..."

Tubuh Yona mulai bereaksi, kaku disekujur tubuhnya, ia mengejan ejan dengan suara yang tertahan...

"Aaaahhhhh......"


Crooott.... crooott... crooott....


Srrrr.... srrrr.... srrr....


"Ukkhhh...."

Tubuh Yona pun ambruk ke belakang, menimpa tubuh gue yang berada tepat di belakangnya. Sementara ia sibuk mengatur nafas, gue meremas remas kembali tete ranumnya yang sangat menggairahkan, yah walaupun sedikit kendor, namun tetap saja enak.

Titit gue mulai terasa basah lagi, ini adalah ketiga kalinya ia orgasme malam ini, membuat gue merasa hebat karna bisa membuat Yona terpuaskan sampai tiga kali dalam satu waktu.

Tapi.... di sisi lain, gue merasa sangat bersalah telah mengkhianati Viny.


"Haahh... haahh..." Ia menghela nafas

"Udah kan Yon." Kata gue sambil memainkan putingnya

Ia pun berdiri dan berganti posisi menghadap ke gue, sekarang ia duduk kembali di pangkuan gue dan menancapkan titit gue ke memeknya begitu saja.


Slaapp...


"Uuhhhh...." Yona mendesah pendek.

"Lo ngga capek apa..." Kata gue ke Yona

"Bawel, makan nih..."

Yona menjejalkan kedua puting susunya ke dalam mulut gw, kedua tetenya yang besar itu bisa menutup hampir separo muka gue.

"Emmmpphhh...." Gue kesulitan bernafas

"Hahahaha...." Yona tertawa jahat

Ia mendesak kepala gue ke tembok dan terus menyodorkan susunya ke mulut gue, gumpalan kenyal itu menutup hidung dan mulut gue, yang otomatis menghambat pernafasan gue.

Sial gue ngga bisa nafas...

"Emmpphhh.... emmpphhh... "

Gue ngga berkutik, Yona sangat beringas sekali. Gue mencoba menahan tubuh Yona namun sia sia.

"Emmpphhh.... emmpphhh.."



Gubraakk...


Gue terjatuh dari meja kerja, Santi, salah satu rekan kerja gue, dari meja sebelah langsung bergegas menghampiri gue dengan khawatir.

"Eh lo kenapa." Tanya Santi

"Eh gapapa San, gue ketiduran aja tadi, trus jatoh deh dari kursi."

"Ngga ada yang luka kan?"

"Engga kok, engga, selow hehe..."

"Hmmm yaudah, balik kerja lagi..." Ia pun kembali ke meja kerjanya.

Bgst, lagi lagi gue memimpikan moment itu, moment dimana gue dipaksa berhubungan badan dengan Yona, mimpi ini hadir tak hanya sekali dua kali. Apakah ada yang salah dengan gw, sampai sampai kejadian itu selalu menghantui. Tolonglah, gw ingin melupakan itu. Gw merasa jadi laki laki paling jahat sedunia kalo keinget kejadian ini. Gue ngga kuat kalo harus mengkhianati Viny lebih dari ini.

Setelah cuci muka untuk menjernihkan otak, gw kembali ke ruang editing dan kembali menyelesaikan kerjaan yang sempat terjeda karna gw ketiduran tadi.




=====00000=====


Keeeokan harinya, pada sore hari di studio, semua berjalan seperti biasanya, Jati akhirnya keliatan juga di studio setelah beberapa hari absen. Namun persis seperti yang gw takutkan, ia tak mau berbicara dengan gw, dan cenderung menghindari berada dalam satu ruangan dengan gw. Ia dengan jelas menjauh, mungkin ia masih memendam sakit hati.

Rasanya tak nyaman sekali apabila ada sahabat kita yang sedang marahan, dan gw pun bingung harus mengatakan apa kepada Jati agar ia kembali seperti dulu.


00​


Malam semakin larut, shif sore pun usai, gw berpamitan pada teman teman gw, termasuk Jati. Namun reaksi Jati tetap dingin.

"Jat..."

Ia diam saja

"Jat... Jati..."

Ia masih terdiam, pura pura sibuk, padahal gue tau yang sedang ia rapikan hanyalah tumpukan foto cacat cetak yang tak penting.

"Jat... besok nonton theater yuk..."

Ia melengos pergi, dingin sekali. Bukan seperti Jati yang gue kenal, biasanya kalo ada masalah, dia yang paling ngebet untuk menyelesaikannya, namun kali ini ia hanya bersikap acuh seperti ini, sepertinya tingkat kekecewaanya sudah berada di titik tertinggi.

Yah mau gimana lagi...

Sementara ini gw akan membiarkan Jati untuk menjauhi gw dulu, takutnya malah makin parah kalo gw paksain.



=====00000=====​



xbmYXBsK_o.jpg



Malam semakin larut namun kota Jakarta sama sekali tak menurunkan suhunya. Semakin larut, lalu lintas pun makin padat, ya wajarlah jam jam segini adalah jam jamnya masyarakat Jakarta pulang kerja, termasuk gue.

Gue sedang terjebak macet di salah satu jalanan Ibukota di dalam sebuah sedan tua. Ditemani oleh sebatang rokok dan alunan musik dari Rosemary




Gue harap Viny sabar menunggu, gue udah janji untuk menjemputnya malam ini.

Oh iya btw gue lupa bertanya pada Viny sedang berada dimana dia sekarang. Gue pun mengambil smartphone dari kantong celana.


Nuuuuttt.... nuutt... nuuutt....


Begitulah suara nada tunggu telfonnya

"Sayang aku kangen." Gue langsung menyapa Viny ketika telfon diangkat

"Aku juga nyet..." Kata Viny dari seberang telfon.

"Aku otw FX ya...."

"Eh aku lagi ngga theater..."

"Loh? Yaudah aku ke basecamp latihan aja, aku jemput..."

"Aku lagi ngga ada kegiatan jeketi nyet, lagi ngga theater atau latihan, aku masih di kampus sekarang..."

"Dari pagi tadi sampe selarut ini kamu masih di kampus? Ini udah jam setengah 12 loh."

"Iya nih aku harus ngerampungin project kelompok bareng temen..."

"Yaudah aku otw..."

"Enggausah nyet, kamu langsung pulang aja trus istirahat ya, Papah aku yang mau jemput..."

"Mana bisa aku istirahat disaat kamu masih ngeforsir diri kamu kaya gini... Kan masih ada besok, bilang temen temen kamu lanjutin besok aja..."

"Ini bentar lagi kelar kok, kamu nggausah khawatir gitu..."

"Nggausah khawatir gimana, kamu itu lagi hamil, jangan maksain diri..."

"Iya bawel, ini udah hampir selesai kok, udah pada beres beres..."

"Nah langsung pulang ya."

"Iya, Papah aku juga kayaknya udah nunggu di depan."

"Yaudah nanti kabarin kalo udah sampe rumah.."

"Hehe iya, aku matiin ya telfonnya, aku mau beres beres."

"Yaudah hati hati di jalan, nanti di dalem mobil, tidur aja kamunya."

"Iya iya, bawel..."

Hari ini gue gagal lagi untuk bertemu Viny, dengan schedule Viny yang sangat padat. Entah di jeketi, entah di kampus, selalu saja selesai larut malam, lama lama gue jadi takut sendiri, ia terlalu memaksakan diri. Mungkin naluri sebagai Suami dan Bapak membuat gue khawatir berlebihan.

Pikiran gue jadi ngga tenang gini, gue harus memastikan Viny tidur nyenyak malam ini. Beberapa hari ini kegiatan dia sangat padat, menguras tenaga dan fikiran, gw ngga mau dia kecapekan dan pada akhirnya hanya akan sakit atau stress. Gue khawatir.

Dan Viny adalah tipikal gadis keras kepala, sulit sekali menyuruhnya untuk mengistirahatkan diri sejenak, apalagi kalo cuma lewat telfon, pasti hanya akan diabaikan. Kayaknya malam ini gue harus menyusul ke rumahnya dan berbicara dengannya secara langsung, siapa tau dengan begitu, ia akan paham betapa pentingnya kondisi fisik seseorang yang hamil

Tapi.... malam sudah selarut ini, mana mungkin gue diperbolehkan untuk menemui Viny di rumahnya, bisa bisa dimarahin Om Beny.

Hmmm kalo gitu, gue cukup menyelinap masuk ke dalam kamar Viny tanpa ketahuan orangtuanya kan? Nah iya gue punya ide...




=====00000=====




RRxCe7Qk_o.jpg


"Eh kenapa kamu bisa disini." Tanya Viny bingung melihat gue yang masuk ke dalam kamarnya

"Aku cuma kangen, itu aja." Kata gue sambil menutup pintu kamar Viny

"Kenapa kamu bisa di dalem kamarku, kalo orangtuaku tau gimana." Ia sedang duduk di meja kerjanya, sepertinya ia ingin begadang untuk menyelesaikan projectnya

"Yah jangan kasih tau dong, diem diem aja."

Viny masih bingung

"Kamu masuk lewat mana..."

"Kamu nggausah mikirin gimana caranya aku masuk kamarmu tanpa ketauan orangtua kamu, yang penting kita sekarang bisa ketemu kan."

"Eh tapi..."

"Udah.... sekarang waktunya kamu istirahat, kamu pasti kecapekan kan, aku diem diem masuk kamar kamu cuma mau mastiin sampai kamu bener bener tertidur, biar aku bisa pulang dengan tenang. Dan lihat kan, sekarang kamu masih mau ngelanjutin project kamu, bukannya langsung istirahat, bandel bange sih. Aku khawatir tauk lihat kegiatan kamu yang padet akhir akhir ini, bikin jam tidur kamu berkurang. Kantung mata kamu tebel banget, dan muka kamu keliatan stress." Gw menyelipkan poni Viny ke telinganya

"Nanggung sayang, kurang satu item lagi biar project aku kelar..."

"Ngga boleh... Pokoknya kamu harus istirahat sekarang... Ini udah hampir jam satu..." Gue mengambil kuas dan palet dari tangannya.

"Huft iya iya, aku tidur, sekarang kamu pulang ya, biar kamu juga bisa tidur cepet..." Kata Viny sambil membaringkan diri di kasur dan menarik selimut.

"Aku kan udah bilang, aku ngga mau pulang sampe kamu bener bener tidur. Jadi kamu ngga bisa boong." Gue duduk di tepian kasur Viny

"Huft curang..." Ia memanyunkan bibirnya

Viny pun menarik gw ke dalam selimut, sehingga kini kami sama sama terbaring miring diatas bantal yang sama dan saling berhadapan.

"Nyet, ceritain dongeng dong."

"Nggausah macem macem, udah cepet tidur. Aku tungguin. Kalo kamu udah tidur, aku langsung pulang deh."

"Kalo gitu... aku nggamau tidur ah, biar kamunya tetep disini, nemenin aku." Kata Viny

"Jangan bandel cumiiikkk.... Cepet tidur." Gw menjewer hidungnya

"Hih apasih." Ia mendengus

Viny pun memejamkan matanya, mencoba untuk terlelap. Gue terus mengawasinya sampai ia benar benar tertidur.

Beberapa menit telah berlalu, dan gw baru menyadari bahwa ia hanya pura pura tertidur, bola matanya terlihat jelas masih bergerak gerak di dalam kelopak matanya.

"Aku tau loh kamu cuma pura pura tidur." Gw mencubit hidungnya

Ia membuka matanya sedikit untuk mengintip

"Hufft..." Ia mendengus lantaran ketahuan hanya berpura pura.

"Kamu ngga capek apa?"

"Kalo dibilang capek, ya capek, tapi aku ngga bisa tidur, ya gimana dong. Nah daripada bengong kan mending aku ngerjain project aja, siapa tau nanti ngantuk."

"Hmmm... aku bikinin susu, mau?"

"Mau mau..." Viny mengangguk sambil tersenyum.

"Ohiya..."

"Kenapa nyet?"

"Dapur kamu kan di lantai satu ya, sedangkan kamar orangtua kamu di lantai dua. Kalo ketauan gimana."

"Hmmm yaudah deh nggausah kalo gitu." Kata Viny kecewa lantaran sudah terlanjur berharap akan dibuatkan susu.

"Oke oke, aku bikinin sekarang, kamu tunggu sebentar ya. Jangan merengut gitu dong." Gw mengacak acak rambutnya

Gw turun dari ranjang dengan hati -hati agar tak menimbulkan suara gaduh, kemudian gw melepas sepatu agar suara jejak kaki gue tak terlalu terdengar saat melangkah. Gw menuruni tangga dan membuka pintu kamar secara perlahan. Sampailah gw di lantai dua. Agak gelap karna lampu utama memang dimatikan.

Gw berjalan bagaikan maling yang hendak mencuri perabotan rumah orang. Berjalan seminimal mungkin dan menghindari derap suara. Gw menuruni tangga ke lantai satu dengan suara sesenyap mungkin. Sesampainya di dapur, gw menyalakan dispenser air hangat. Mengambil gelas dan kotak susu yang biasa Tante simpan di Bipet (Buffet) atas.

Selesai membuat susu hangat, gw kembali menuju kamar Viny. Seperti tadi, gw berjalan mengendap endap layaknya pencuri ulung. Nah ketika sampai di lantai dua, gw baru menyadari bahwa kamar orangtua Viny lampunya masih menyala, terlihat dari celah bawah pintu.

Ah sial, kalo kaya gini, membuat suara sedikit saja bakal menimbulkan masalah baru. Gue harus berjalan lebih hati hati.

Dari dalam kamar, terdengar sayup sayup dialog diantara mereka berdua, dan gw ngga sengaja mendengar kata "Hamil".


Deggg


Perasaan gw mulai engga enak. Gw kurang menangkap percakapan mereka, membuat gw makin penasaran untuk menyimak perbincangan mereka. Kira kira mereka membicarakan kehamilan siapa. Rasanya ingin sekali menguping.

Ah tapi gw ngga mau ambil resiko, mending sekarang gw langsung naik ke atas. Daripada gue ketahuan dan malah berabe jadinya.

Tapi...

Baru saja kaki kanan gw menyentuh anak tangga menuju kamar Viny, tanpa sengaja gw mendengar lagi kata itu.

"Teteh hamil."


Sriiinnggg


Apakah 'Teteh' yang dimaksud mereka adalah Viny? Karna panggilan Viny di rumah adalah 'Teteh'.

Anjir gw benar benar penasaran untuk menguping pembicaraan suami istri ini. Gw dilema antara naik ke kamar Viny atau kembali untuk menguping.

Errgghhh.....

Ahh peduli setan, gw penasaran!

Akhirnya gw berjalan kembali menuju kamar orangtua Viny dan berhenti tepat di samping pintu. Gw berusaha menajamkan pendengaran gw, menembus pintu agar dialog mereka terdengar jelas.

"Ngga salah lagi..." Kata seorang wanita di dalam kamar, yang tak lain tak bukan adalah Mamah Viny.

"Mamah jangan ngawur..." Kata si Om merespon si Tante

"Firasat seorang Ibu ngga pernah salah, Pah. Mamah beneran takut..."

"Setau Papah, Rio anak baik baik kok, ngga mungkin melakukan hal sebejat itu. Dan Rio kalo main ke rumah pun ngga pernah sampe malem kan, ngga pernah nginep juga, jadi pasti aman lah." Kata Om Beny

"Tapi kan kita nggatau Pah, pergaulan mereka di luar gimana, lagian untuk melakukan hal kaya gitu kan ngga perlu nunggu malem, ataupun di dalem kamar. Selama mereka menemukan tempat sepi dan nyaman, mereka bisa aja 'gituan'." Kata Tante terdengar khawatir.

Sial, gw mulai mengerti arah pembicaraan mereka.

"Mamah ngga bisa bayangin, apabila putri kita satu satunya hamil di luar nikah Pah."


Degggg


Gw tersentak mendengar perkataan itu. Tante Evy nampaknya mulai menyadari perubahan dari fisik Viny, dan memiliki firasat buruk akan kehamilannya.

Ergghhhhhh.... Kepala gw makin runyam. Terlalu banyak fikiran berat akhir akhir ini. Gw harus apa sekarang. Bagaimana caranya gw menyembunyikan kehamilan Viny agar mereka tak curiga lagi. Bahkan gue ngga pernah memperhitungkan "Firasat orangtua". Gue ngga pernah mengira bahwa orangtua Viny akan mencurigai kehamilan Viny. Naif sekali gue kalo berfikiran bisa menyembunyikan kehamilan Viny dari orangtuanya. Firasat orangtua memang tak pernah meleset.

Sial kepala gue tiba tiba pusing sekali, terasa berat dan sakit seperti tertanam paku di ubun ubun. Tolonglah jangan sampe vertigo gue kumat disaat seperti ini. Gue akan ketahuan menguping kalo gue sampe pingsan disini. Arrgghh...

"Mamah sabar ya, belum tentu firasat Mamah benar, dan Papah pun berharap firasat Mamah salah, siapa sih orangtua yang mau anaknya hamil di luar nikah? Papah rasa ngga ada..."

"... Kalo perlu, besok Papah tanyakan ke Rio langsung tentang hal ini." Kata Om Beny

"Iya Pah, semoga firasat Mamah kali ini salah..."

"Yaudah sekarang Mamah tidur ya..."

Terlihat dari celah bawah pintu ada sesosok bayangan bergerak, menandakan seseorang sedang berjalan mendekat ke pintu. Langkah kaki pun terdengar semakin dekat.

Sial, gw harus ngumpet dimana!! Tidak ada objek untuk bersembunyi di sekitar sini, kalopun gue lari ke tangga, pasti akan menimbulkan suara gaduh ...


Cklaakkkk...


Deggggg.....


Suara pintu kamar mereka terbuka




To be continue
Sbagai pembaca subfiksi, gw jd kesian & berharap Jati dikasih penghiburan bisa nyoba tempik member jg. Ya bukan dgn Oshinya. Misal sama Yuri, keluar di dalem. Krn dia belom tau lawan mainnya dah isi, malah dia yg tanggung jawab. Wkwkwk
 
Pas banget update pas lagi kangen-kangennya. Duh banyak banget masalah ini ya hidupnya si Rio. Asik jg y part 10 ini. Masalah jati belom kelar, Rio nya lagi khawatiran abis, si Viny sendiri masih bodoamat banget. Kmu tu lagi hamil lhoo mba:((
si rio malah mau kegep nguping, masalah aja lagi wkwkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd