Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
haduh maaf maaf, ts nya lagi error, entar malem ya

ditunggu ya kak!

DYLzzROVAAUPznz

btw kak viny sekarang mukanya makin mulus aja, hasil perawatan pakai krim putih nya kak rio ya?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 

Terimakasih ya Viny, hehe
2nd Season

Part 8

qdE31d2b_o.jpg

Yuri nampak kikuk, takut dan khawatir disaat yang bersamaan, gw makin bingung ada apa sebenarnya. Tatapannya terlihat was was, sampai sampai ia menggigit bibirnya sendiri.

"Heh, kalo lu diem aja, gw tinggal ya, gw sibuk."

"Sini."

Ia menarik bahu gw, seraya meminta gw untuk menunduk agar ia dapat berbisik ke telinga gw. Gw pun melakukan yang ia mau.

Ia berjinjit dan mulai membisikkan kata kata pada telinga gw.

Deggg

Gw terkejut bukan kepalang mendengar kata kata yang ia bisikkan itu. Jiwa gw tersentak, mata gw melotot, dan bibir gw menganga.

"Eh seriusan? Jangan becanda gitu dong, ngga lucu tau." Gw menyergah

Ia pun menangis lirih, air matanya mulai merembes dan membasahi pipinya, gw reflek memegang bahu nya.

"Eh kok malah nangis sih. Jangan becanda gini dong, gw takut beneran loh." Gw mulai panik

Ia pun menangis makin menjadi, matanya merah, nafasnya sesenggukan, kemudian ia memberikan suatu benda kecil ke gw, dan ia pun langsung berlari begitu saja.

Benda itu adalah...

Testpack...

Dan hasilnya...

Positif...

Ternyata apa yang dikatakan Yuri bukanlah candaan atau omong kosong. Dia benar benar sedang mengandung. Dilihat dari indikator pada tespack yang sedang gw pegang ini.

Dan fakta yang lebih mengejutkan adalah...

Yang ia kandung adalah anak gw...

Arrgghh...

Apa yang telah gw lakukan!!

Kenapa gw bisa sesembrono ini, kenapa gw ngga pernah mikir dua kali setiap hendak melakukan sesuatu, kenapa waktu itu gw dengan teganya memperkosa Yuri.

Kenapa kebodohan gw tak pernah hilang!!

Arrgghh...

Tiba tiba sakit kepala menyerang gw, kepala gw pusing sekali, pening di seluruh batok kepala, darah yang mengalir di sekujur tubuh bagai tersumbat di kepala dan siap meledak kapan saja. Tubuh gw lemas, kaki mulai oleng tak karuan.

Sial, nampaknya vertigo gw kumat.

Gw pun berjalan mendekat ke tiang kokoh untuk berpegangan, gw terhuyung beberapa kali sampai akhirnya gw berhasil mencapai tiang.

Kaki gw makin lemas, pijakan oleng. Pandangan gw makin lama makin kabur, dunia serasa berputar searah jarum jam

Wuuusshhh

Brukk


=====00000=====

Suasana hari itu sangat cerah dan ceria, taman yang sangat ramai dan penuh suka cita, banyak anak anak usia balita berlari larian kesana kemari, bermain main sesuai usia mereka, tertawa tiwi tanpa merisaukan apapun problematika orang dewasa. Tergambar wajah wajah kebahagiaan dari puluhan bocah di taman ini, sekaligus para orangtua yang mendampinginya.

Gw duduk di salah satu bangku taman tak jauh dari puluhan kelompok bermain balita itu. Gw bingung kenapa gw bisa berada disini. Namun cukup melihat keceriaan mereka saja membuat gw ikut bahagia dan melupakan pertanyaan "kenapa gw bisa ada disini."

Tiba tiba seorang anak balita perempuan yang cantik berpakaian seperti Chibi MarukoChan berlari ke arah gw dengan lucunya.

"Papah!!" Teriak gadis kecil itu

Apa?

Kenapa anak ini memanggil gw dengan panggilan Papah?

Siapa anak gadis ini? Dimana orangtuanya?

"Orangtua kamu kemana Dek."

Gw menggendong gadis kecil itu sambil memandang sekeliling, barangkali ada orangtuanya yang sedang mencari anaknya.

"Papah, aku mau eskrim." Pinta gadis kecil itu sambil menunjuk tukang eskrim keliling yang sedang mangkal tak jauh dari situ.

"Kamu mau eskrim? Om beliin ya, tapi orangtua kamu kemana? Kamu jangan jauh jauh dari orangtua kamu ya, abis beli eskrim nanti kita cari orangtua kamu."

Gw pun berjalan sambil menggendong gadis kecil itu hendak menghampiri tukang eskrim di sudut taman, namun baru beberapa langkah berjalan, tiba tiba ada seorang anak laki laki yang berlari mengejar gw

"Ayah!!" Teriak anak laki laki tersebut

Gw bingung, kenapa anak laki laki ini memanggil gw Ayah. Tadi gadis kecil ini memanggil gw Papah, sekarang bocah laki laki ini memanggil gw Ayah.

"Aku juga mau eskrim!!" Teriak si bocah laki laki.

"Loh loh, kok pada minta eskrim semua sama om, hahaha, orangtua kamu kemana Dek."

Gw berlutut agar bisa berbicara pada si bocah laki laki itu. Tiba tiba si bocah itu memeluk gw seraya meminta gendong,

"Waduh waduh, pada minta gendong semua gini, hahaha, yaudah yaudah kalian berdua om beliin eskrim, tapi abis itu kita cari orang tua kalian ya."

"Asiikkk!!!" Teriak kedua bocah itu dengan girang dan kompak.

Kini kedua balita itu sudah berada dalam gendongan, gw pun berniat memutar tubuh 180 derajat hendak menuju si tukang eskrim yang berada di belakang.

Namun...

Baru saja gw berbalik badan, ternyata terdapat dua wanita yang telah menunggu di balik punggung gw sedari tadi, keduanya sama sama tersenyum melihat gw yang nampak akrab dengan kedua balita yang sedang gw gendong ini.

Viny?

Yuri?

Kenapa mereka tersenyum seperti itu?

"Duh gemesh liat Ayah, mengayomi banget." Kata Viny sambil tersenyum puas

"Papah lucu banget gendong dua anak sekaligus gituuu." Kata Yuri dengan gemash

Gw bingung...

Ada apa ini sebenarnya

"Kalian berdua kenapa? Mending bantuin cariin orangtua kedua anak ini... Kasian mereka." Kata gw kepada Viny dan Yuri sambil membetulkan gendongan pada dua bocah ini yang hampir melorot.

Yuri dan Viny pun saling tatap satu sama lain. Kemudian mereka berdua tersenyum bersamaan.

"Kamu lah orangtua mereka berdua, Ayah sekaligus Papah."

Deggg

Gw seketika teringat memory akan kehamilan kedua gadis di depan gw ini. Kehamilan yang disebabkan oleh kebodohan dan kebejatan gw.

Kemudian gw menengok wajah polos kedua bocah yang sedang gw gendong ini.

Gw melotot

Nggak

Nggak mungkin!!

Mana mungkin!!

Jangan jangan kedua bocah ini???!1

Tatapan mata gw seketika kabur, kepala gw makin sakit bagai dihujam hujan paku, dunia pun serasa berputar searah jarum jam. Kaki gw oleng dan kaki gw melangkah tak beraturan.

Sosok Viny, Yuri serta kedua balita itu bagai tersedot lubang waktu dengan cepat...

Wuusshhhh...

Bruukkk...


=====00000=====

p1GDGGQb_o.jpg

Gelap...

Perlahan lahan kesadaran gw kembali, gw dapat merasakan kembali jiwa gw sudah berada di tubuh lagi.

Rasanya mimpi barusan sangatlah nyata, dan tidak ada celah sama sekali. Apakah tadi itu beneran hanya sebuah mimpi? Gw terlalu takut untuk menjadikannya kenyataan. Seperti itukah rupa dari kedua buah hati gw kelak?

Vertigo gw kumat, penyakit yang sudah tak pernah kembali sejak tiga tahun ini, akhirnya kumat kembali. Sakit kepala yang begitu menyiksa, bukan sakit kepala biasa, lebih menyakitkan bila dirasakan. Tigaratus persen lebih menyiksa.

Kini gw merasakan sekujur tubuh gw sangat nyaman dan hangat, gw penasaran kenapa bisa seperti itu.

Gw membuka mata secara perlahan

Terlihat langit langit sebuah ruangan yang asing bagi gw, nampaknya gw belom pernah ke tempat ini sebelumnya.

Kamar yang remang, hanya bermodalkan pencahayaan dari lampu tidur yang redup.

Gw mendapati diri gw sedang tertidur di atas ranjang empuk berbalut selimut hangat.

Dimana ini?

Arrggh

Kepala gw masih pusing, bergerak sedikit saja rasanya seperti sedang ditusuk tusuk.

Kemudian gw menengok ke kanan, secara perlahan

Eh?

Siapa dia?

Sesosok manusia dengan tubuh yang mungil dan memiliki rambut panjang. Sepertinya seorang perempuan. Ia tertidur di samping gw menggunakan piyama tipis dan berada di dalam satu selimut yang sama dengan gw.

Gw pun memaksa diri untuk bangkit, menopang tubuh menggunakan tangan yang sedang kesemutan itu. Sekujur tubuh gw serasa kaku.

Usaha gw untuk duduk itu membuat ranjang berdecit beberapa kali, membuat perempuan yang sedang tertidur itu terganggu, dan ia pun akhirnya ikut terbangun.

Ia menoleh mencari tahu apa yang menganggu tidurnya itu.

Yona?

Ya dia Yona.

Kok Yona?

"Apa lo liat liat..." Ucapnya dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Yon?"

"Apaan."

"Lu beneran Yona kan?"

"Pake nanya lagi."

"Ini kamar lu?"

"Iye, bagus kan." Ia mengucek matanya beberapa kali, berusaha menghilangkan kantuknya. Kemudian ia menguap.

"Kok gw bisa disini?"

"Bawel lu ya."

"Jawab serius dong."

"Gw semalem nemuin lu enak enakan tiduran di basement P3, ngga salah kan kalo gw bawa pulang?"

"Makasih sebelumnya. Tapi kenapa lu ngga hubungin Viny aja, biar dia yang bawa gw balik ke kosan."

Ia menghela nafas, kemudian ia duduk sambil menggaruk garuk kepalanya

"Kebetulan semalem paket internet gw habis dan gw ngga bisa hubungin siapa siapa, yaudah gw bawa pulang aja. Udah... nggausah banyak nanya lagi."

"Sekarang jam berapa."

"Auk ah."

"Udah jam dua pagi ya." Kata gw setelah mengambil hp di meja dipan samping ranjang.

"Mau ngapain juga." Jawab Yona dengan malas

"Gw mau pulang."

"Males bukain pintu, besok pagi aja pulangnya." Ia kembali merebahkan tubuhnya

"Nggak, gw harus pulang sekarang."

"Bodo, besok aja." Ia menarik selimut

Gw pun menurunkan kaki gw dari ranjang, namun belum sempat gw berdiri, Yona buru buru menarik tangan gw.

"Masih jam segini, ngapain buru buru, besok pagi gw anter pulang deh."

"Mobil gw gimana?"

"Ya masih di fx lah."

"Waduh biaya parkirnya gimana tuh."

"Besok gw anter kesana, sekarang lu disini aja, temenin gw."

"Please Yon." Gw memelas

"Kok lu berubah sih, biasanya lu selalu semangat godain gw, bercandain gw, tapi sekarang kok ngga bersemangat gini. Mana Rio yang biasanya?"

"Gw... ada beberapa hal..."

"Beberapa hal?" Yona menyimak dengan seksama

"Terjadi sesuatu..."

"Cerita dong..."

"Errgghh.... Udah udah, lupain aja, ngga ada apa apa koo."

"Bikin orang penasaran aja, huft..."

Gw harus pulang, gw ngga boleh lama lama berada dalam satu ranjang dengan Yona. Takutnya terjadi suatu hal yang ngga diinginkan, gw ngga mau nambah beban. Cukup segini aja.

"Lepasin Yon, gw mau balik."

"Pokoknya lu harus temenin gw disini sampe pagi."

"Lagian ini kan single bed, kita tidurnya jadi desek desekan gini."

"Kan malah anget."

"Gw cuma mau pulang, itu aja."

"Cowok emang ngga ada yang peka ya." Perkataan Yona sedikit membingungkan, tersirat ekspresi kecewa di wajahnya.

aNPmcsTt_o.jpg

"Peka? Sejak kapan gw harus peka terhadap lu?" Gw bertanya

"Sejak kapan? Sejak kapan lu bilang? Ya sejak lu udah sukses bikin gw sayang sama lu." Jawabnya

"Ups." Yona langsung membungkam mulutnya sendiri.

Hah?

"Lu sayang sama gw?" Gw memastikan

Ia menggeleng dengan panik, rupanya dia tadi salah bicara.

"Lu tadi bilang, lu sayang sama gw, kok sekarang berubah pikiran. Lu seriusan ada perasaan sama gw?"

"Eh ennggg.... Engga kok..." Ia panik

"Hmmm member jeketi emang tukang kibul ya..."

"Oke fine, gw emang sayang sama lo, puas dengernya?" Ucapnya sinis, udah terlanjur terbongkar, dia memilih mengakuinya

"Masa sih, boong ah."

"Lu inget pas di restoran cepat saji waktu itu? Pas lo mau jemput Viny, dan disitu ada Shani juga, waktu itu lo godain gw dan becandain gw habis habisan, tanpa sadar lo udah bikin gw nyaman deket sama lo, dari situ udah mulai muncul perasaan suka. Trus pas hs? Lu inget? Waktu itu lu ngegodain gw di dalem bilik, dan sukses bikin mood gw berantakan, ditambah lagi lo ngacak acak rambut gw, tapi sebenarnya yang berantakan ngga cuma rambut, tapi hati gw juga ikut berantakan, peka dikit dong. Lu udah mainin perasaan gw. Sekarang gw jadi sayang beneran sama lo. Ini kan tujuan lo? Ngebikin gw jadi nyaman deket sama lo?"

Gw menelan ludah, kenapa jadi seperti ini, gw sama sekali ngga bermaksud membuat Yona sayang sama gw, sama sekali ngga berpikiran seperti itu, gw hanya menggodanya selayaknya teman, bukan seperti ini. Gw sama sekali ngga mengharapkan ini.

"Sorry Yon, tapi gw sama sekali ngga bermaksud kayak gitu, lu tau kan gw ini siapa? Pacar temen lo sendiri, dan lo tau kalo gw sayang banget sama dia."

"Gw tau kok, dan gw paham, gw nya aja yang bego bisa kejebak sayang sama lo."

"Duh gw jadi ngerasa bersalah gini." Gw menggaruk garuk kepala yang makin runyam.

"Tapi please, gw cuma pengen lo temenin gw sampe pagi disini, gw ngga mau sendirian lagi." Pinta Yona

Gw menghela nafas, mencoba menjernihkan fikiran

"Oke, gw akan tetap disini sampe besok pagi, tapi janji abis itu anter gw pulang."

"Nah gitu dong hihi." Ekspresinya seketika berubah

Yona pun bangkit dari ranjang kemudian merengkuh tubuh gw dengan hangat.

Grepp

Ia memeluk gw dengan senang, senyumnya benar benar tulus apa adanya. Terasa getaran yang bergejolak pada diri Yona. Sebenarnya gw merasa sedikit risih lantaran dadanya yang menonjol itu menyembul di dada gw, namun gw ngga mau mengganggu kesenangannya tersebut dan memilih pasrah saat ia memeluk gw.

Tanpa permisi, Yona pun mengecup bibir gw singkat, mengalirkan aliran listrik ke seluruh tubuh, dan efeknya memompa darah gw kian kencang, sial gw ngaceng.

"Eh sorry, gw berlebihan ya." Kata Yona merasa bersalah.

Di pagi buta begini memang rawan sekali nafsu laki laki untuk bergejolak, ditambah oleh umpan seperti ini, birahi gw perlahan lahan meningkat.

Tapi gw harus menahannya... inget ketika terakhir kali gw ngga bisa mengendalikan hawa nafsu, Yuri yang menjadi korbannya, gw ngga mau hal ini terjadi juga kepada Yona.

Gw mendongakkan kepala gw dan melihat ke arah Yona, aura biru dia mulai terasa, tatapannya begitu pasrah, mungkin dia juga mulai sange, gw pun juga seperti itu, bukankah kesempatan yang bagus untuk melepas hormon stress dan rasa letih?

Plakk

Gw menampar diri gw sendiri, ngomong apa gw barusan.

"Kita lanjut tidur aja yuk." Gw mengajaknya untuk kembali tertidur, daripada kami berdua terus terjaga dan takutnya malah kebablasan melakukan hal yang tidak tidak.

"Lo bener ngga mau nih?"

Tangannya mulai terampil melepas kancing piyamanya satu persatu dengan perlahan, nampak belahan dada yang sungguh menakjubkan, bulat dan begitu membusung.

Gw menelan ludah.

Payudara yang begitu kenyal, dan putih mulus, masih tertutup oleh bra berenda putihnya. Pemandangan yang begitu luar biasa.

Sial!!

Gw ngaceng dengan hebatnya, bulu kuduk gw berdiri di sekujur tubuh. Payudara yang begitu menggiurkan, ranum dan pas digenggaman. Aahhhh

"Mau diliatin doang?" Yona menggoda gw

Tahan Rio... Tahan...

Gw mengepalkan tangan mencoba menahan gejolak nafsu.

Yona pun melepas kemeja piyamanya dan melemparnya ke lantai. Kini ia hanya memakai bra putih. Payudaranya yang membusung itu di goyanfkan beberapa kali.

Kini tanganya mulai diarahkan ke belakang berniat melepas kancing bra nya yang berada di punggung. Dia terus menatap mata gw dengan menggoda dan senyum yang menarik syahwat.

Gw berjalan mendekati Yona. Wajahnya memerah tersipu.

Grepp

"Stop, please just stop."

Gw menggamit tangan Yona, menghentikan niatnya untuk menelanjangi dirinya sendiri.

"Tatap mata gw Yon, oke. Gw ngga mau lo lakuin ini demi lelaki jalang kayak gw, masih banyak laki laki di luar sana yang lebih pantes untuk lo, gw ngga mau lo nyesel kedepannya."

"Ooh sayang sekali, ternyata lo tipikal cowok setia ya." Kata Yona, tatapannya yang semula menggoda langsung berubah menjadi sinis.

"Ehmm gimana ya..."

"Lo emang cowok setia kok, gw bangga sama lo, Viny pasti bahagia punya cowok kayak lo, dan pastinya.... cowok setia itu ngga bakal pernah maksain nafsunya ke cewek yang ia temuin di toilet, padahal si cewek udah nolak nolak."

"Hah? Maksud lo?" Gw menerawang arah pembicaraan Yona.

"Jangan sampe kasus pemerkosaan di toilet theater kebongkar ya. Hihi."

Sial, kini gw paham maksud perkataan Yona barusan. Tapiiii, apa dia sudah tau hal yang sebenarnya? Apakah Yuri membeberkannya ke para member?

"Tenang aja Rio, cuma beberapa orang kok yang tau rahasia ini, karna ini adalah aib. Bahkan saking rahasianya, Viny aja belom tau."

"Please Yon, jangan kasih tau Viny dulu. Gw ngaku salah, gw khilaf. Gw ngga mau Viny denger hal ini dari orang lain. Sebisa mungkin gw bakal ngasih tau langsung ke dia." Gw menggenggam tangan Yona dengan memelas, membujuknya untuk tidak membeberkan rahasia ini.

"Gw punya kartu As lu, sekarang lu ikutin permainan gw. okay?"

Sial, gw merasa menjadi pecundang paling hina di dunia ini. Hanya dengan ancaman seperti itu, gw takhluk. Yah mau gimana lagi kan.

Yona pun membuka kancing bra nya dan mendekatkan wajahnya mendekat pada wajah gw...


=====00000=====

Siang itu di Studio, gw sedang sibuk editing foto lantaran nanti sore, puluhan foto ini sudah harus dicetak dan akan diambil oleh client pada malam harinya. Ditemani oleh playlist Punkrock Powerhouse yang gw putar melalui salah satu aplikasi penyedia music premium. Hampir 3 jam gw menatap layar komputer 29 inchi yang sedang menjalankan salah satu software populer khusus untuk editing foto itu, mata gw cukup merah dan berair, maka dari itu, gw memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk sekedar melemaskan otot otot mata gw.

Gw keluar ruang editing dan berjalan menuju dapur, mengambil bubuk kopi serta gula secukupnya ke dalam cangkir, kemudian menyeduhnya menggunakan air panas yang berasal dari air dispenser.

Sllrrppp

Ahhhh

Gw menyulut rokok dengan puas, mengepulkan asapnya ke seisi ruangan dengan bebas, akhirnya gw bisa mengistirahatkan diri juga. Asap rokok mengepul pelan, membuat perasaan tersugesti untuk menjadi lebih rileks. Asap dari kopi itupun tak kalah nikmat, gw menghirup aromanya beberapa kali sebelum menyeruputnya.

Disaat gw sedang menikmati kopi racikan khas tanah Aceh itu, tiba tiba hape gw berbunyi.

Chat dari Viny.

Entah kenapa.... gw sedang malas untuk membalas chat atau mengangkat telfon dari Viny, ada perasaan kecewa disana. Gw kecewa akan keras kepalanya dia, membuat kehamilannya tidak bisa dicegah lagi. Seandainya sejak bulan pertama ia mau gw ajak ke dokter dan memeriksa apakah ia beneran hamil atau tidak, seenggaknya gw masih bisa mengantisipasi kehamilannya itu. Tapi ini sudah lewat 3 bulan dan semua sudah terlambat. Kalopun gw tetap memaksakan menggunakan obat obatan, yang ada akan membahayakan Viny juga. Gw ngga mau hal itu terjadi.

Gw mengantongi kembali smartphone gw tersebut. Mungkin saja ada sekitar ratusan chat dari dia, dan ratusan panggilan tak terjawab, tapi gw mencoba untuk mengabaikannya dulu. Mungkin besok, atau entah kapan. Tunggu saja.

Bukannya gw ingin menghindar atau meninggalkan dia disaat kehamilannya, namun gw hanya butuh waktu sendiri, gw hanya ingin dia bertanya tanya kenapa. Mungkin cara gw ini salah, tapi apa boleh buat.

Sudah tiga hari ini gw mengabaikannya, dan entah sampai kapan gw akan terus begini, yang jelas gw ngga bisa terus terusan seperti ini, jujur saja gw ngga betah harus jauh jauh dari dirinya. Ada perasaan bergejolak tiap gw mengabaikannya, rindu yang memaksa, ingin sekali untuk segera menemuinya, tapi bukan sekarang.


=====00000=====​


Malam itu agak sedikit janggal, biasanya malam jam segini, gw menemui Viny, entah di theater atau di tempat lain, kalopun tidak bertemu, minimal kita melakukan video call, membuat jarak tak ada artinya.

Namun malam ini gw merasa tak bersemangat untuk bertatap wajah dengannya. Ini jelas ada yang salah, ada apa dengan gw? Ini sudah hari ke lima, dan perasaan itu tetap sama saja.

Ketika rasa rindu dan rasa kecewa menjadi satu, ini perasaan yang sangat aneh. Ada dorongan hasrat untuk segera bertemu, namun di sisi lain, ada kekecewaan yang menyelip diantara kami berdua, membuat suasana hati menjadi kacau.

Gw masih merasakan smartphone gw yang bergetar lantaran chat masuk dari Viny yang tak kunjung gw buka, untuk beberapa chat dari teman teman lain akan gw buka dan gw respon, namun hanya chat dari Viny yang gw abaikan.

Maafin gw Vin...


=====00000=====​


Dua hari selanjutnya di Studio, gw sedang memperbaiki lensa gw yang sedang mengalami sedikit masalah, disaat sedang sibuk mengutak atik, smartphone gw pun berbunyi.

Ah mungkin dari Viny. Sudah seminggu ini gw tak mengabarinya, bahkan gw dengar dari tetangga, pernah beberapa kali ada seorang perempuan berambut pendek datang ke kontrakan disaat gw sedang di luar, tak salah lagi itu pasti Viny.

Segitu rindunya kah kamu Vin?

Yang rindu bukan cuma lu aja Vin, gw pun rindu, tapi belum waktunya untuk kita bertemu, gw masih butuh waktu sendiri. Tunggu bentar lagi ya.

Gw kembali menatap layar smartphone, oh ternyata bukan telfon dari Viny, melainkan dari Vira, gw merenung sejenak, agak bimbang untuk mengangkatnya. Ada urusan apa dia? Semoga bukan tentang Viny. Pada akhirnya gw mengangkat telfonnya.

"Maksud lu apa!" Teriak Vira ketus dari seberang telfon, membuat gw menjauhkan telfon dari telinga

"Maksud apaan? Belom apa apa udah marah marah aja." Gw bingung

"Lu udah janji sama gw."

"Janji yang mana?"

"Lu udah janji ngga bakal ninggalin Viny, sekarang maksud lu apa, ninggalin dia gitu aja? Kata dia, lu ngga mau angkat telfon dia, ngga mau bales chat dia, dia sampe sedih, tau ngga sih lu. Dia sampe bela belain dateng ke kontrakan lo, ujan ujanan, kedinginan, dan lu nya malah ngumpet. "

"Apa Viny sampe kepikiran kayak gitu? Sumpah bukan maksud gw mau ninggalin dia, gw cuma mau ngasih waktu buat diri gw sendiri, kalo udah waktunya, gw bakal temuin Viny."

"Cara lo salah. Lu harusnya kasih tau dia, apa yang salah dari dia, gw kan nyuruh lo ngomong baik baik ke dia tentang kehamilannya, jangan langsung ngilang gitu aja kayak gini, dia kan bingung dan nggatau kesalahan dia apa, dia sampe nangis nangis telfon gw, kecewa gw sama lo, gw kira setelah delapan tahun lo bakal berubah, ternyata sama aja!!"

nut... nutt...

Vira menutup telfon dengan segera, nampaknya dia sangat marah dan kecewa dengan gw.

Ah kenapa jadi makin runyam seperti ini.


=====00000======

Waktu bergulir begitu cepat, kini sudah hampir dua minggu gw tak berhubungan sama sekali dengan Viny, mungkin gw masih butuh waktu seminggu lagi untuk menjauhi Viny, yah walaupun perasaan rindu terus mengoyak, namun gw harus bisa membendungnya.

Gw tak bisa membayangkan reaksi Viny kelak apabila gw menemuinya setelah apa yang telah gw lakukin ke dia ini. Apakah ia akan marah? Apakah ia akan kecewa?

Selesai shift sore, sekitar pukul 8 malam, gw dan Jati memutuskan untuk nongkrong dulu di cafe yang tak jauh dari studio, untuk sekedar melepas penat dan berbincang bincang. Lantaran hanya berselisih beberapa gedung saja dari studio, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Secangkir Cáfe hon Dielo tersaji didepan gw dengan asap yang masih mengepul indah, cita rasa yang sangat unik dan mampu membangkitkan jiwa yang sedang lelah. Mungkin cocok buat gw saat ini. Rasa otentik dicampur sensasi segar dari biji kopi tertentu. Yah walaupun efeknya tidak seberapa, gw tetap menikmatinya.

Ditambah dengan nuansa kontemporer dari interrior cafe tersebut, membuat mata menjadi rileks. Banyak pajangan pajangan yang kental akan klasiknya, dibumbui sedikit sentuhan modern, voila, jadilah cafe kontemporer ala ala.

Gw dan Jati duduk di meja bar tepat di depan barista serta alat alat pengolah kopinya, ditemani alunan musik langgam yang mengalun dari speaker cafe yang sayup sayup, menambah keasyikan mengopi, apalagi barista yang pintar cakap, membuat kami tak cepat bosan berada disana. Keahliannya mengolah kopi sangat epik untuk ditonton.

Keputusan gw untuk melepas penat di tempat ini adalah pilihan yang tepat, gw mampu melupakan sejenak permasalahan yang selalu menghantui kehidupan gw.

Namun walaupun begitu, fikiran gw tersita oleh kemarahan Vira beberapa waktu yang lalu, membuat gw sungguh sungguh merasa menjadi lelaki paling jalang di dunia ini. Tak seharusnya gw meninggalkan Viny ketika kehamilannya seperti ini, Pasti suasana hatinya sangat sensitif, cepat atau lambat ia akan menyadari dengan sendirinya bahwa dirinya sedang mengandung.

"Wooyy..." Jati menepuk bahu gw.

"Diem diem bae, sini ngobrol sama kita, ada masalah apa, dari kemaren lemes terus." Tegur Jati membuyarkan lamunan

"Ah nggapapa kok." Balas gw dengan malas.

"Kayaknya lu harus theateran deh, biar semangat lu balik."

"Ngga ah, ntar kalo gw ketemu Viny gimana?"

"Loh emang kenapa kalo ketemu Viny?" Jati penasaran

Sial gw keceplosan, kenapa gw malah bilang kayak gitu.

"Ergghh... gapapa kok, lupain aja." Gw mengelak

"Pasti lo sakit hati ya gara gara gw kirimin foto skandal Viny tempo hari?" Ejek Jati

"Ngga kebalik emangnya?" Tanya gw sinis.

"Enggalah anjir, gw ngga se freak itu. Gw udah kebal masalah ginian." Kata Jati dengan wajah sok kuat

"Halah kebal apaan kntl, kemaren lu aja pengen nangis ngeliat Viny pacaran di depan mata lu."

"Lu salah denger kali."

"Hmmm..."

"Eh bentar deh, kayaknya gw ngga asing sama kaos dan jam tangan lu." Jati menyelidik dengan seksama. Memperhatikan kaos putih bersablon simpsons serta Arloji rantai stainless steel hitam yang sedang gw kenakan ini.

"Ngga asing gimana maksudnya?" Gw bertanya

"Gw pernah beli kedua barang ini sebelumnya. Dan sama persis sama yang lo pake ini." Ia menyentuh arloji gw

"Kok gw ngga pernah liat?"

"Soalnya gw beli buat gift ke Viny, jadi ngga pernah gw pake, langsung gw kasih ke dia lewat babeh."

Eh tunggu sebentar, gw baru inget bahwa kaos dan jam tangan ini adalah pemberian dari Viny lantaran ia tak muat dengan size nya. Jadi, kedua barang ini adalah gift dari Jati? Sial, tau gitu ngga bakal gw pake kalo lagi nongkrong sama dia.

"Lo beli sendiri atau gimana?" Tanya Jati mulai curiga.

"Errgghhh... ya gw beli sendiri lah, mungkin kebetulan aja mirip."

"Hmmm bisa juga sih." Kata Jati sambil mengangguk angguk menyembunyikan kecurigaanya

Fyuuhh, untung saja Jati percaya dengan kata kata gw, bisa berabe kalo ketauan.

Terjadi hening sejenak, kami sama sama sibuk pada smartphone masing masing, kami sama sama tak punya bahasan untuk dibicarakan, sampai akhirnya Jati buka suara.

"Wah member jeketi bakal berkurang lagi nih." Katanya sambil membaca sesuatu dari smartphone nya

"Graduate maksudnya?" Gw memastikan.

"Iya graduate, salah satu member team J, lu tau Yuri?"

Deggg

"Yuri? Dia keluar?" Gw terkejut

"Iya, alesannya sih sakit, tapi ya itu pasti cuma tameng aja, pasti ada alesan lain yang bikin dia keluar." Ucap Jati santai sambil menyeruput kopinya.

Bukan main

Gw telah membuat salah satu member jeketi gugur kehilangan mimpinya, tak salah lagi, alasan ia keluar pasti gara gara kehamilannya.

Gw memang jalang.

Bahkan lebih rendah dari itu

Namun sementara ini gw belum menemukan kosakata lain yang lebih rendah daripada Jalang, jadi sampai saatnya tiba, gw akan menyebut diri gw sendiri sebagai si jalang.

Gw takut...

Benar benar takut apabila Yuri meminta pertanggungjawaban atas kebejatan gw di masa silam, namun yang lebih gw takutkan adalah jika Viny mengetahui bahwa Yuri hamil gara gara gw.

Bangst kenapa gw jadi sepengecut ini,

Apa yang harus gw lakukan sekarang. Apa gw harus ke rumah mereka berdua dan menikahi keduanya secara bersamaan? itu udah pasti mustahil, mana ada wanita yang rela diduakan.

Yuri tau kalo gw ada hubungan dengan Viny

Tapi Viny? Dia nggak tahu kalo gw pernah berhubungan dengan Yuri, yah walaupun hanya hubungan singkat, tapi hal itu mampu merusak segalanya.

Arrgghhh...

Bruakk

Gw membanting kepala gw sendiri ke meja, membuat kopi kami berdua sebagian terciprat ke meja.

"Heh lo kenapa?" Tanya Jati khawatir.

Terasa puas sekali dapat merasakan benturan seperti ini. Rasa sakit ini tak sebanding dengan kelakuan gw menghancurkan masa depan dua gadis tak bersalah itu.

"Gw nggapapa kok, tenang aja." Gw mencoba tersenyum menyembunyikan kerisauan ini.

Disaat kami sedang asik bercengkrama, tiba tiba...

"Heh!!"

Terdengar teriakan gadis dari arah pintu masuk. Suara itu nampak familiar di telinga gw

"Viny?" Celetuk Jati terkejut melihat seseorang yang berada di pintu masuk

"Hah?" Gw terkejut ketika Jati menyebut nama Viny.

Gw buru buru menoleh ke sumber suara

Deggg

Terlihat gadis berrambut pendek, berpostur tinggi semampai, memakai kaos belang belang serta rok gombrong andalannya, ia berdiri dengan mata yang berkaca kaca serta nafas yang tersendat.

Gw sangat terkejut melihat kehadiran Viny disini, namun gw bingung harus bereaksi seperti apa, disini ada Jati yang notabennya seorang wota, apakah gw harus pura pura tak punya hubungan apapun dengan Viny? Apakah yang akan dilakukan Viny sekarang? Apakah ia akan tetap menyembunyikan hubungan ini dan memilih untuk berpura pura di depan Jati?

"Viny kenapa nangis gitu sih, ngeliat ke arah kita pula." Kata Jati bertanya tanya

Viny berjalan mendekat dengan tergesa gesa, kemudian ia menarik lengan gw dengan kasar, memaksa gw untuk berdiri

Buagghh...

Satu bogem mentah tepat menghantam perut gw, ia memukul dengan penuh kekesalan. Walaupun tidak begitu sakit, namun pukulan itu telak dan mampu memporak porandakan perasaan gw.

Tatapan Viny penuh dengan amarah, matanya sembab dan berair.

"Lo kemana aja!!!" Viny berteriak, membuat seisi cafe tertarik perhatiannya kepada kami berdua, termasuk Jati yang bengong dan bingung melihat tingkah Viny ke gw.

"Jawab!! Lo kemana aja selama ini!!"

Buagghh... buaghh... buagh...

Ia memukul dada gw berkali kali, membuat perasaan gw makin kacau.

Greppp...

"
Hikks... hikks.. hikks.."

Setelah puas memukuli gw, ia pun menarik bahu gw dan kemudian memeluk gw dengan sangat erat.

"Jangan tinggalin gw... hikss... hiks... hiks..."

Ia menangis sesenggukan di bahu gw, sampai sampai kaos gw pun basah oleh air matanya. Emosinya sungguh tak terkendali, marah dan kecewa pasti dia rasakan. Setelah kemarahannya terpecah, kini ia menangis, sungguh kalut jiwanya saat ini.

Apa yang ada dalam pikiran gw selama ini sehingga tega teganya menyakiti gadis serapuh ini, lagi lagi kelakuan gw memang jalang.

"Please banget, jangan ngilang lagi, gw takut..." Nafasnya tersendat sendat.

"Sayang, diliatin orang loh." Gw mencoba melepas pelukannya itu

"Bodo!! Gw kangen!!" Viny makin erat memeluk gw

Gw mengusap kepala serta punggungnya beberapa kali, mencoba memberikan kehangatan serta menenangkannya dari tangis. Puluhan pasang mata memperhatikan kami berdua dengan bingung, termasuk sang barista yang menghentikan aktivitasnya untuk menuang kopi ke cangkir .

"Pleasee, jangan tinggalin gw, gw belom siap. Hikss... hikks... hikkss..." Ia berkata sambil menangis, sehingga suaranya kurang jelas

"Maafin aku sayang, aku.... aku.. ngga maksud gitu kok, iya aku salah ngga ngasih kabar,"

"Gw kira lo mati atau sakit, tapi ternyata malah seneng seneng disini," Ia masih menangis di bahu gw.

"Udah udah, aku ngga kemana mana kok, kita pindah ke tempat lain yak. Ngga enak diliatin orang."

Ia menggeleng cepat, belum mau melepas pelukan itu, emosinya sungguh kacau, tangannya sampai bergetar hebat dan detak jantungnya sangat kencang.

Kini puluhan pengunjung telah mengalihkan perhatiannya pada urusan mereka masing masing kembali, mungkin hanya Jati yang masih menyaksikan drama ini.

"Heh, udah udah, aku minta maaf." Gw mengusap rambutnya

Viny pun akhirnya mau melepas pelukannya, meninggalkan sisa basah pada bahu kiri gw, setelah itu gw mengusap air matanya menggunakan jari.

"Udah jangan nangis lagi, nanti manis nya ilang, kan aku yang repot nanti."

Setelah mengusap air matanya, Viny menarik tangan gw keluar dari cafe, meninggalkan Jati yang masih menganga bingung melihat hubungan gw dan Viny yang sebenarnya.


to be continue
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd