Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Tsunade Ero-Gaiden

2. Onihime

Dua tahun sebelum Tsunade diangkat menjadi Hokage...

"Baiklah, karena Shizune sedang menjalani latihan medis yang panjang, ini adalah kesempatanku untuk berjudi di kota Tanzaku." pikir Tsunade setelah meninggalkan Shizune di sebuah sekolah medis ninja di pinggiran kota Tanzaku.

Wanita berdada besar itu membawa koper yang berisi uang. Ia sudah sangat siap menghadapi berbagai macam permainan judi yang ada di kota itu. Uang itu dia dapatkan dari lintah darat yang memberikannya pinjaman secara instan, entah apa jaminan yang ditawarkan Tsunade pada mereka, yang pasti sudah banyak orang sedang mengejar-ngejar dirinya untuk segera melunasi hutangnya. Namun, setelah bermain dari pagi hingga malam, Tsunade sudah hampir menghabiskan seluruh uang di kopernya. Ia sudah kalah banyak di beberapa rumah perjudian, walau ia berhasil memenangkan sebagian, tetap saja itu tidak mampu mengembalikan modal awalnya dan malah berujung rugi.

"Sial! Ini benar-benar menyebalkan, aku yakin kalian bermain curang!" Tsunade dengan marah menendang pintu salah satu tempat perjudian yang bernama Oninoie.

Seorang pria yang menemani Tsunade keluar tempat itu merespon protesnya, "Kau hanya kurang beruntung saja, nona. Orang yang curang di sini lebih hina daripada yang kalah dan kami penghuni Oninoie tidak akan pernah bermain curang. Sebaiknya kau kembali saat kau sudah merasa beruntung."

Tsunade meludah, "Cih, aku akan masuk lagi sekarang!"

"Tentu saja, kami dengan senang hati menerima pelanggan. Selama kau tidak membuat onar seperti tadi."

"Baiklah," Tsunade kembali memasuki tempat itu dan berteriak, "Cepat panggilkan aku orang yang memegang rumah judi ini!"

Suara Tsunade mampu mengheningkan rumah judi berukuran sedang itu. Bangunan yang hanya terdiri dari dua lantai itu terasa penuh sesak karena meja-meja judi saling berdempetan tidak lebih dari satu meter. Dilengkapi dengan meja bar di dekat tangga menuju lantai dua dan kursi untuk para pelanggan yang hanya ingin menikmati minuman. Tidak ada pemisah antara lantai satu dan lantai dua, hanya sebuah balkoni selebar dua meter yang mengitari sekeliling tembok lantai dua. Meja dan kursi untuk minum juga ada di sana, terlihat beberapa pria sedang menikmati pelayanan dari wanita penghibur.

Di ujung tangga lantai dua yang sedikit menjorok ke dalam, terdapat sebuah pintu dengan dua daun yang tertutup rapat. Di depan pintu itu terdapat lampu berwarna merah dengan sinar yang remang-remang. Terdapat tulisan "鬼姫" (Onihime) di setiap daun pintunya. Itu adalah ruangan dari pemilik rumah judi itu, sang Putri Iblis, Onihime.

"No-nona, aku khawatir kau tidak dapat bertemu dengan Nyonya Onihime dengan cara yang seperti itu." ujar pelayan yang sedari tadi bersama Tsunade.

"Haah? Aku hanya ingin menghabiskan sisa uangku dengan menantangnya berjudi, tidak mungkin dia menolak uangku mentah-mentah." tantang Tsunade.

Pelayan itu menggelengkan kepalanya, "Nyonya Onihime adalah orang yang sibuk-"

Pintu di lantai dua itu terbuka dan seorang wanita dengan rambut pendek berwarna merah marun terlihat berdiri di ambang pintu, "Aku terima tantanganmu."

Wanita itu berjalan menuruni tangga dengan anggun, seketika seluruh ruangan itu menjadi hening. Bisikan-bisikan pujian dari para pengunjung terdengar samar-samar mengiringi wanita itu turun dari tangga. Dengan pipa kiseru yang berwarna emas di tangan kanannya, ia menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya ke arah Tsunade. Perawakannya sedikit lebih tinggi dari Tsunade, kulitnya yang putih bersih terbalut oleh kimono berwarna hitam dengan motif pohon sakura dengan daun berwarna merah darah. Bagian bawah kimono di kaki kirinya terbelah menjadi dua, memperlihatkan pahanya yang terbalut stoking hitam transparan dengan tato ular Ouroboros yang melingkari pahanya.

Setelah memandangi Tsunade dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, wanita itu mulai berbicara dengan suara yang halus dan serius, "Kau punya nyali juga menantangku dengan uang terakhirmu."

"Kupikir sebagai penutup yang bagus aku harus menghabiskannya dengan cara yang istimewa." balas Tsunade.

Wanita itu tertawa pelan, "Namaku Onihime. Aku adalah pemilik rumah judi ini dan kudengar kau menuduh kami telah berbuat curang. Itu membuat hatiku sakit, kau tahu?"

"Bagus kalau begitu, bukankah ini akan menjadi permainan yang menarik?" tantang Tsunade.

"Kau pintar juga memprovokasi. Baiklah, silahkan pilih permainan yang akan kita mainkan."

Tsunade tanpa pikir panjang langsung memilih permainannya, "Kita bermain 10 ronde roulette dengan aturan sederhana. Aku mempertaruhkan seluruh uangku."

"Baiklah, apa yang kau inginkan kalau kau menang?"

Tsunade mengamati sekitarnya dan matanya tertuju pada pipa kiseru emas milik Onohime, "Bagaimana kalau pipa emas milikmu?"

"Oh? Pipa ini? Kurasa pipa ini jauh lebih mahal dari uang yang kau bawa kemari, tapi baiklah, aku terima tantanganmu nona..." Onihime menjulurkan tangannya untuk menjabat tangan Tsunade.

"Tsunade." kedua wanita itu bersalaman dan menandakan kalau permainan mereka sudah dimulai.

Mereka duduk di meja permainan roulette, Tsunade menaruh kopernya di meja taruhan dan Onihime menaruh pipa miliknya. Permainan yang mereka mainkan sangat sederhana, mereka hanya perlu menebak angka apa yang keluar dari 12 angka yang ada di putaran roulette. Warna merah dan hijau mewarnai setiap bilik angka secara selang-seling. Setiap pemain bisa bertaruh angka apa yang akan keluar atau menebak warna apa di mana jarum penunjuk berhenti. Jika kedua pemain menebak angka yang salah, maka pemenang dipilih dari angka yang terdekat dari angka yang jatuh di jarum penunjuk.

Permainan dimulai dengan Tsunade memutar putaran roulette itu. Pemutar itu berhenti dan jarum menunjuk tepat di angka 9, "Sepertinya ronde pertama menjadi milikku." kata Tsunade setelah melihat angka yang berhenti di jarum penunjuk itu. Dia memenangkan ronde pertama dengan memilih angka 7 yang hanya berjarak satu angka di belakang angka 9 sedangkan Onihime memilih angka 2 yang berjarak empat angka di depan.

"Keberuntunganmu ternyata tidak buruk juga." Onihime merespon dengan santai.

Tiga ronde selanjutnya juga berhasil dimenangkan Tsunade. Kini wanita itu hanya membutuhkan dua kali tebakan yang benar untuk memenangkan taruhan ini. Ketika pelayan akan memutar roulette itu, Onihime menghentikannya.

"Hentikan, bagaimana kalau kau yang memutarnya, Tsunade?" Onihime menatap ke arah Tsunade, "Kau sudah di ambang kemenangan, agar kau tidak curiga dengan kecurangan, bagaimana kalau yang melakukannya sendiri?"

Tsunade tanpa ragu menerima tawaran Onihime, "Baiklah. Akan kupastikan kemenanganku dengan putaran ini!"

Tsunade memutar roulette itu dan memperhatikan dengan tatapan yang tajam ke arah Onihime dengan penuh kecurigaan. Namun, sampai putaran berhenti, Onihime tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk sambil tersenyu, "Sepertinya ronde ini aku yang menang." ujarnya untuk memecah keheningan.

Angka yang ditunjuk oleh jarum itu adalah angka 7 dan Onihime menebaknya dengan tepat.

"Kau hanya beruntung," ujar Tsunade ketus sambil memutar alat itu.

Di ronde seterusnya, Tsunade terus mengalami kekalahan berturut-turut. Onihime berhasil memenangkan taruhan itu. Ia sudah menang 6 kali sedang Tsunade hanya memenangkannya 4 kali.

Tsunade merapatkan giginya dan memukul meja dengan kesal karena merasa dicurangi, "Sialan!"

"Huh? Apa kau ingin menuduhku curang?" Onihime menatap rendah ke arah Tsunade, "Kau tahu hal yang lebih hina dari kecurangan? Menuduh orang lain curang tanpa ada bukti sama sekali."

"Kalau begitu sekali lagi!" tantang Tsunade.

Onihime menaikkan satu alisnya, "Sekali lagi? Apa yang kau pertaruhkan? Kau sudah tidak memiliki apa-apa. Selamat tinggal." Ia bangkit dari kursinya dan mengambil koper milik Tsunade serta pipa emasnya.

Tsunade berdiri dan merentangkan kedua tangannya, "Aku akan mempertaruhkan tubuhku!"

Onihime yang baru saja beranjak dari meja langsung berhenti dan berbalik badan. Sebuah senyuman lebar terukir di bibirnya, "Baiklah, kalau itu maumu."

Tsunade tersenyum melihat tawarannya disetujui, "Kalau aku kalah, aku akan menjadi wanita penghibur di sini."

Onihime mengangkat pipanya dan menggoyang-goyangkannya dengan isyarat tidak setuju, "Tidak, kau akan menjadi pelacur di sini jika kau menang."

"A-apa maksudmu!?"

"Biar kujelaskan padamu, kau sudah kalah dan mempertaruhkan tubuhmu. Kau juga sudah menghina tempatku ini dengan menuduh kami berbuat curang, tidak hanya sekali, tapi dua kali. Lalu, apa hal itu bisa membuatmu seenaknya saja mengatur taruhannya? Kali ini aku yang akan mengatur taruhan dan permainannya."

Tsunade kehabisan kata-kata, merasa sudah tidak ada jalan kembali untuk menarik kata-katanya, ia akhirnya menyetujui syarat Onihime, "Baiklah. Lalu bagaimana jika aku kalah?"

"Kau akan diperkosa oleh orang-orang di kota ini selama satu hari penuh." Jawab Onihime santai.

"A-apa!? Tunggu sebentar! Bukankah itu terlalu berlebihan!?"

"Kau yang ingin menantangku bermain lagi, kan? Kau juga sudah kuberikan kesempatan untuk menentukan permainan dan taruhannya. Sekarang giliranku. Kau ingin menarik kata-katamu? Bukankah kau salah satu dari Tiga Sannin Legendaris? Kau bahkan sudah mengotori gelarmu itu dengan berjudi, apa kau ingin membuatnya lebih hina lagi dengan menarik kata-katamu?"

Tsunade yang termakan provokasi Onihime, mengerutkan dahinya dengan penuh amarah, "Baiklah, aku akan bermain."

"Bagus. Bagaimana kalau kita bermain poker telanjang?" kata Onihime yang diikuti sorakan dari para pria yang ada di rumah judi itu.

"Woooww! Pertarungan poker telanjang antara wanita! Kita beruntung malam ini!"

Para pria itu sangat bersemangat karena mereka akan melihat dua orang wanita cantik berusaha saling menelanjangi dengan bermain poker.

"Kau hanya memakai empat pakaian, bukan? Kimono, obi, celana, dan celana dalam. Kau nakal juga ya tidak memakai bra untuk payudara besarmu itu."

"Benarkah? Apa kau yakin kau tidak iri dengan ukuranku?" ejek Tsunade.

"Hoo? Buat apa aku harus iri dengan susu sapi seperti itu?" Onihime membalasnya yang diiringi tawa dari para pria itu, "Baiklah, kita mulai saja. Aturannya sederhana, kita bermain poker biasa dan setiap putaran, yang kalah harus melepas pakaiannya satu per satu. Karena pakaianku lumayan banyak, aku akan mengimbangimu."

Onihime melepas obi dan kimono yang ia pakai. Di balik kimono-nya, ia memakai sebuah baju jarring-jaring berwarna hitam yang menjadi lapisan atas dari lilitan sarashi yang membungkus payudaranya. Ukurannya lebih besar dari milik Tsunade dan sarashi yang ia pakai membuat dadanya terlihat kecil. Ia juga memakai celana dalam hitam yang ditutupi oleh stoking panjang dan tipis

Namun, ada satu hal yang mengejutkan Tsunade begitu Onihime melepas kimono-nya. Sebuah tanda segel berwarna merah di dada Onihime dengan bentuk yang sama seperti miliknya.

"Kau juga memiliki segel Byakugou?" Tanya Tsunade.

Onihime menunduk ke bawah, melirik ke arah segel yang berada tepat di atas sarashi-nya, "Ini, huh? Benar, ini adalah segel Byakugou sama sepeti milikmu. Hanya saja milikku ini mampu memanipulasi dan menetralkan racun."

"Racun?"

"Benar, secara garis besar, cara kerja segel kita itu sama saja, yang menjadi perbedaan adalah aku mampu merubah racun apapun menjadi untuk cakra regenerasi atau melepaskannya menjadi racun yang aku inginkan."

"Biar kutebak, kuchiyose-mu adalah Umiyu, kan? Sang Siput Laut Beracun." Ujar Tsunade begitu menyadari kekuatan dari segel Onihime.

"Bingo! Umiyu adalah salah satu yang seharusnya tinggal di Hutan Shikkotsu, tetapi karena terlahir berbeda, ia terpaksa meninggalkan hutan itu dan hidup di lautan. Umiyu menjadi satu-satunya siput beracun yang berasal dari hutan Shikkotsu. Bukankah ini menarik? Dua pengguna segel Byakugou yang berbeda akhirnya bertemu."

Tsunade mulai khawatir dengan situasinya. Ia bertemu dengan musuh alaminya, jika diibaratkan dia adalah pengguna segel Byakugou positif, maka Onihime adalah pengguna segel yang negatif. Ia masih tidak tahu apa kekuatan sesungguhnya dari Onihime dan kali ini ia mulai berhati-hati dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Onihime memecah keheningan dengan menepuk tangannya, "Baiklah! Bagikan kartunya, permainan dimulai sekarang."

Seorang pegawai rumah judi itu menjadi bandar poker untuk kedua orang wanita cantik yang sedang berduel. Ia membagikan masing-masing dua kartu untuk mereka. Tsunade mengintip kartunya dan berusaha menjaga ekspresinya. Untuk sekarang, ia mendapatkan kartu yang bagus.

Namun, kartu yang dimiliki Onihime jauh lebih baik darinya dan ia harus kalah di babak pertama. Tsunade melepaskan obi miliknya dan menjatuhkannya ke tanah. Para pria di sekitarnya berusaha mengintip puting Tsunade dari sisi kimono-nya yang longgar dan hal itu membuat konsentrasinya pecah.

Permainan berakhir dengan kekalahan telak Tsunade. Ia tidak mendapatkan kemenangan satu pun dan berakhir dengan telanjang bulat. Ia tidak bisa konsentrasi sama sekali begitu ia kalah di putaran kedua, dengan satu tangan di meja dan tangan yang lain harus menutupi payudaranya yang sudah tidak ditutupi kimono lagi.

Tsunade jatuh terduduk di hadapan Onihime, "Aku… kalah…."

Onihime memakai kimono-nya kembali dengan dibantu para pegawainya, "Jadi, apa kau sudah siap melayani ribuan penis di kota ini?"

"Kuh!?" Tsunade mengepalkan tangannya dan memukul tanah karena kesal, "Baiklah, aku akan melayani para pria di sini." Tsunade berbisik pelan.

Onihime menjambak rambut Tsunade dan memaksanya berdiri, "Hah? Tidak ada yang mendengarmu. Ulangi lagi."

Tsunade menahan rasa malu karena kedua tangannya kini memegangi rambutnya yang ditarik oleh Onihime dan terpaksa membuatnya memamerkan dua bongkahan payudara besar yang menggantung di dadanya, "Aku akan melayani semua pria di sini!"

Onihime mendaratkan sebuah tendangan keras dengan lututnya ke perut Tsunade, "Bukan seperti itu! Ulangi kata-kataku. 'Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini.'"

"Ugh! Aggh..!" Tsunade memulihkan rasa sakit di perutnya dan mengulangi kata-kata Onihime, "Aku… Pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku… Untuk diperkosa oleh ribuan orang di kota ini…"

Masih belum puas dengan hal itu, Onihime sekali menendang perut Tsunade, "Lebih keras lagi!"

"AAKHH!" Tsunade seharusnya jatuh berlutut kalau saja rambutnya tidak dipegangi oleh Onihime, "Aku, pelacur Tsunade, menyerahkan tubuhku untuk diperkosa— Kyaah!"

Onihime mendorong Tsunade hingga terjatuh ke tanah dan menginjak perutnya. Sepatu hak tingginya terbenam di perut Tsunade, "Sudahlah, ayo kita keluar dan sapa orang-orang di pusat kota."

Wanita berambut merah itu melucuti sepatu yang dipakai Tsunade. Ia sekali lagi menjambak rambut pirang Sannin itu dan menyeretnya keluar. Baru saja ia membuka pintu, puluhan orang dengan wajah garang sudah menunggu di depan rumah judinya.

"Siapa kalian?" Tanya Onihime.

Salah satu pria dengan badan paling besar menjawab, "Kudengar Tsunade sedang berjudi di sini, ia sudah banyak meminjam uang dari kami dan belum melunasi hutang-hutangnya."

Onihime tersenyum jahat, "Kebetulan sekali, wanita yang kau cari ada di sini," ia menyeret Tsunade keluar dengan kasar.

Tanah dan kerikil bergesekan dengan punggung Tsunade. Tubuh putihnya kini sudah kotor dan kakinya menendang-nendang ketika para pria di belakangnya berusaha untuk meraba tubuhnya, "Jauhkan tangan kalian dariku!"

"Oh! Apa yang terjadi?" Tanya salah seorang penagih hutang itu.

"Cerita yang panjang, kalian beruntung dating disaat aku akan mengeksekusinya." Jawab Onihime.

"Eksekusi?"

"Panggil teman-teman kalian, mulai hari ini dia akan menjadi bahan perkosaan di Tanzaku selama satu hari." Onihime kemudian menyeret Tsunade ke pusat kota.

Di tengah-tengah kota yang ramai, Onihime mempertontonkan tubuh telanjang Tsunade ke seluruh masyarakat kota. Para pria terlihat begitu antusias melihat wanita cantik dengan payudara super besar ditelanjangi dan dipamerkan di pusat kota. Puting wanita itu berwarna merah muda dengan ukuran seimbang dengan ukuran payudaranya. Kedua putingnya perlahan-lahan mengacung tegak dan membesar.

Sedangkan para wanita yang seluruhnya adalah pelacur dan wanita penghibur melihat Tsunade dengan jijik karena mereka tidak pernah dipermalukan sampai serendah itu. Wanita-wanita itu mulai berbisik sinis dan menghina Tsunade.

Onihime kemudian menjatuhkan tubuh Tsunade ke tanah dan membuatnya telentang di atas tanah. Kedua kaki Tsunade yang terbuka lebar saat ini diangkat oleh Onihime, kini tubuh bagian bawah Tsunade terangkat menghadap ke arah Onihime atau lebih tepatnya area vaginanya.

"Wanita ini adalah Tsunade, salah satu dari Tiga Sannin Legendaris, ia telah mempermalukan rumah judiku dengan menuduh kami bermain curang. Sekarang, pelacur ini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk diperkosa. Kalian semua bebas memasukkan apa pun ke dalam vagina Tsunade selama satu hari penuh!"

Seluruh pria yang berkumpul di pusat kota itu bersorak gembira. Ratusan orang mulai memadati area itu dan kelihatan masih terus bertambah. Beberapa dari mereka sudah membuka celana dan memamerkan penis yang sudah berdiri tegak.

"Sekarang, biar aku tunjukkan bagaimana memperlakukan pelacur hina ini dengan benar."

Onihime yang masih memegang kaki Tsunade, kini mulai mengangkat kakinya dan mengarahkan hak sepatunya yang tebal ke arah lubang vagina Tsunade. Hak sepatu itu perlahan memanjang dan cakra juga mulai menyelimutinya. Cakra itu berubah menjadi cairan berwarna ungu dan menetes tepat di atas bibir vagina Tsunade.

"Kau tahu, aku bisa memanipulasi racunku ke segala benda di sekitar, kini sepatuku sudah kuselimuti dengan racun penambah rasa sakit. Kau akan menerima rasa sakit 100 kali lipat dari biasanya di vaginamu." Ujar Onihime dengan senyum yang lebar.

"Tidaaaak! Hentikaaann! Kumohon, ampuni aku! Jangan di vaginaku!" Tsunade tidak pernah merasa setakut ini, ia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang dilipatgandakan menjadi 100 kali.

"Ahahahahaha! Ucapkan selamat tinggal pada vaginamu!" Onihime dengan tawa penuh kejahatannya menginjak vagina Tsunade dengan hak sepatunya, membuat hak sepatu itu terbenam sebagian di dalam vaginanya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!" Teriakan panjang Tsunade membuat seluruh kota terdiam.

Hak sepatu yang semula hanya sepanjang 8 cm itu kini memanjang menjadi 15 cm dan lebarnya kini menjadi 9 cm. Vagina Tsunade yang belum basah dipaksa menelan benda besar itu. Hak sepatu itu dengan sekejap merobek bibir vagina Tsunade. Darah akibat luka robek terciprat ke tanah dan menyelimuti hak sepatu Onihime.

"Tenang saja, kau bisa menyembuhkannya lagi, kan? Kalau begitu, kau masih bisa menerima ini semua!"

Onihime tanpa ampun mendorong hak sepatunya semakin dalam. Dengan satu dorongan, hak sepatu sepanjang 15 cm itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade. Luka robeknya juga bertambah sampai ke dalam dan selaput daranya robek secara instan.

"AAGHHHHH! HENTIKAAAANNN! VAGINAKU! KAU MEROBEK VAGINAKU!"

Penderitaan Tsunade tidak sampai di situ saja, Onihime menarik kedua kakinya ke atas dan memutar-mutar tumitnya. Hak sepatunya mengaduk-aduk isi dalam vagina Tsunade. Darah dari vaginanya bercipratan ke mana-mana. Bagian dalam vaginanya terasa sesak, ditambah rasa sakit yang dilipatgandakan dengan jumlah sangat tidak masuk akal.

"OOOOOGGGHHHHHHH! VAGINAKU HANCUUUURRR!"

Hak sepatu itu sudah menembus rahim Tsunade dan berputar-putar di dalamnya. Vaginanya sudah mati rasa, darah pun mengalir di atas tubuhnya. Onihime terus tertawa bahagia di atas penderitaannya. Ia membiarkan Tsunade kesakitan selama beberapa menit dan membiarkan darahnya membasahi tanah di sekitar. Tidak sekali pun Tsunade mencapai orgasmenya karena rasa sakit terus mengisi pikirannya.

"Sekarang, aku akan merubah racun ini menjadi racun perangsang seksual. Bagaimana jika 1.000 kali lipat? Kau akan orgasme hanya dengan sentuhan di area sensitifmu."

Onihime menekan kakinya lebih dalam dan mengeluarkan racun berwarna merah muda ke dalam vagina Tsunade. Racun itu bekerja secara instan hingga membuat Tsunade memuncratkan cairan vaginanya secara tak terkendali.

"AAAAAHHHHHHHHHH~!"

Tubuh Tsunade mengejang hebat begitu ia merasakan orgasme pertamanya yang dahsyat. Rasa sakitnya seketika menghilang dan digantikan dengan kenikmatan seksual. Onihime menarik keluar hak sepatunya yang sudah berlumuran darah. Ia melempar Tsunade ke tengah-tengah gerombolan pria yang sudah berbaris dan bersiap-siap memperkosanya.

"Tidak... Kumohon..." Tsunade merayap menjauhi kerumunan itu, ia meminta ampun pada Onihime. Tidak dapat dibayangkan salah satu Sannin Legendaris harus memohon ampun agar tidak diperkosa. Semua perlawanannya sia-sia, ia sudah dikendalikan oleh hawa nafsu yang tidak dapat ia kuasai lagi.

Tsunade harus menyerah di hadapan Onihime yang secara alami adalah musuh terkuatnya akibat perbedaan segel Byakugou. Segel milik Onihime lebih superior dibandingkan miliknya dan itu dibuktikan saat ini, ia tidak mampu menetralisir racun Onihime, bahkan ia tidak mampu mengaktifkan kemampuan regenerasinya.

"Minggir kalian semua! Wanita ini berhutang banyak pada kami, jadi kami lah yang berhak memperkosanya duluan!" kata seorang pria yang ternyata adalah seorang lintah darat. Ia meminjamkan Tsunade banyak sekali uang, tetapi wanita itu sampai saat ini belum menggantinya.

"Nikmati tubuh wanita itu, aku akan datang besok malam, tepat satu hari nanti." Kata Onihime sambil berjalan meninggalkan tempat pemerkosaan yang akan berlangsung itu.

Pria lintah darat itu mengeluarkan penisnya yang berukuran 40 cm. Wajar saja ia memiliki penis yang besar dengan tubuh raksasa seperti itu. Membiarkan Tsunade dalam posisi telentang, ia memasukkan penisnya dengan kasar ke dalam vagina Tsunade yang berlumuran darah dan cairan vagina.

"Ooooghhhhh~ Tidak... Kumohon... Keluarkan penismu! Aaaahhhh!"

Tsunade memohon ampun begitu penis itu menusuk vaginanya. Perutnya menjadi kembung karena ukuran penis itu. Tiap kali pria itu mendorong masuk penisnya, ujung dari penis itu menabrak mulut rahimnya. Satu kali dorongan kuat membuat penis itu berhasil menjebol rahim Tsunade.

"AAAAGGUHHHH! SAKIIITT! AAAAGGHHH!"

Pria itu terus memompa penisnya keluar masuk vagina Tsunade, desahannya dan desahan Tsunade saling bersahutan, "Oh ya? Jangan berbohong, kenapa aku merasa enak?"

Dengan tubuh yang lebih besar, pria itu memeluk Tsunade dan mendudukan wanita itu di pangkuannya. Ia memegang kedua pinggang Tsunade dan menggerakkannya naik turun. Payudara raksasa Tsunade juga tidak lepas dari bulan-bulanannya. Ia melahap puting susu sebelah kiri wanita seperti ingin mengeluarkan air susunya.

"Sluurpp... Ahhhhh~ Mmmmhhh~" pria itu memainkan lidahnya tepat di atas puting Tsunade sambil sesekali menghisapnya.

Tsunade hanya bisa mendesah pasrah di tangan pria itu. Sesi perkosaan bersama pria itu berlangsung lumayan lama, Tsunade yang sudah berkali-kali mencapai orgasme tidak mampu mengimbangi daya tahan pria itu. Butuh waktu 45 menit untuk pria itu mencapai ejakulasi pertamanya.

"Ogghh... yah~ Vaginamu memang yang terbaik! Terima benihku ini! OOOGGGHHH!"

"Tidak jangan di dalam! HHHHAAAAHHHHHHHHHHNNNNNNNNN!"

Kedua pria dan wanita itu mencapai klimaksnya bersamaan. Nafas Tsunade sudah tidak beraturan, begitu juga dengan pria itu. Tsunade dilempar begitu saja ke tanah begitu sang lintah darat itu sudah puas memakainya.

"Kalian bisa mengambil sisanya." Kata pria itu sambil duduk beristirahat di sebelah tubuh Tsunade yang tergolek lemas.

Kerumunan pria mulai datang bersamaan ke arah Tsunade. Tanpa memberi wanita itu waktu istirahat, lima pria sudah mulai menggerayanginya. Dengan posisi menungging, satu orang yang berbaring di bawah Tsunade sudah mengisi vaginanya dan menghisap payudaranya. Pria yang lain sudah mengisi lubang pantatnya. Mulut Tsunade pun tidak lepas dari penis pria yang lain. Satu orang lagi sedang menghisap puting yang masih menganggur. Lalu orang terakhir melilitkan rambut Tsunade di penisnya dan mulai mengocoknya.

Tsunade 'ditodong' penis dari segala macam arah. Kelima pria yang sedang memperkosanya itu tanpa henti memompa penis mereka di setiap lubang kenikmatan yang ia miliki. Begitu satu orang mengeluarkan spermanya, mereka langsung bergantian mengisi lubang yang kosong. Vagina dan pantat Tsunade sudah becek dengan sperma. Ia juga dipaksa meminum cairan putih kental itu dari mulutnya dan tentu saja, ia memuntahkan sebagian karena tersedak.

Merasa usahanya sia-sia, Tsunade akhirnya menyerah. Ia diperkosa bergilir oleh banyak orang, malam itu menjadi malam yang panjang baginya. Vaginanya sudah tidak mampu melayani banyak penis itu dan sudah mulai menganga lebar. Bahkan para pria itu memasukkan dua penis sekaligus ke dalam vaginanya.

Mereka melampiaskan seluruh hawa nafsu liar mereka ke tubuh Tsunade. Payudara wanita itu juga menjadi bulan-bulanan, tidak sedikit orang yang meremasnya dengan kasar dan mencakar kulit di dadanya. Kedua putingnya dijepit oleh penjepit baju dan klitorisnya disundut oleh rokok yang masih menyala.

Namun Tsunade tidak merasakan sakit sama sekali, ia malah terlihat keenakan saat tubuhnya disakit. Bahkan orgasmenya semakin menjadi-jadi ketika rasa sakitnya semakin besar, berkat racun Onihime, tubuhnya sudah melupakan apa itu rasa sakit.

Ribuan orang sudah memadati pusat kota Tanzaku sedari malam tadi. Kini, fajar mulai menjelang dan Tsunade masih terus digilir oleh banyak orang. Tempat tersibuk kota itu kini penuh dengan aroma sperma, seluruh tubuh Tsunade juga tidak luput dari cairan putih itu. Ia bermandikan sperma dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bahkan, bagian dalam tubuhnya juga dipenuhi sperma.

Tidak ada kata istirahat bagi Tsunade, ia makan dan minum hanya dengan sperma. Air kencingnya juga terus menerus keluar tanpa terkendali. Ia sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Suaranya berubah menjadi serak karena harus mengerang dan mendesah satu malam penuh.

"Haaahh... Kumo... hon... Hentikan..."

Seorang pria yang sedang 'menunggangi' Tsunade menampar bongkahan pantat wanita itu, "Apa maksudmu, pelacur? Matahari baru terbit dan ini belum 24 jam! Kau harus melayani kami sampai nanti malam!"

Siang pun datang, di tengah terik matahari, Tsunade masih terus diperkosa tanpa henti. Onihime hanya melihat hal itu dari kejauhan sambil menghisap pipa rokoknya. Ia tersenyum puas melihat wanita angkuh yang baru semalam berada di rumah judinya kini menjadi pemuas nafsu ribuan pria.

Onihime melihat ke arah pundaknya, "Bagaimana, Umiyu? Apa kau pikir Katsuyu mampu menyembuhkan tubuh wanita itu?"

Seekor siput berwarna hitam dengan motif kemerahan yang memanjang di bagian belakangnya bersandar di pundak Onihime. Ia memiliki sirip yang berbentuk duri-duri halus di kedua sisi tubuhnya.

"Tentu saja dia bisa. Tapi, butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan mentalnya. Kurasa itu tidak mungkin jadi masalah bagi seorang Sannin Legendaris." Ujar Umiyu.



Senja pun tiba, tubuh Tsunade sudah tidak mampu bergerak lagi. Kini ia dalam posisi menungging sambil berdiri dengan tangan yang masing-masing diikat ke atas. Bagian perutnya juga diikat dan digantung oleh kain agar membantunya menopang tubuh yang sudah hampir lumpuh itu.

Di belakang Tsunade, berdiri seekor kuda dewasa dengan penis yang sudah mengacung tegak. Penis sepanjang 60 cm itu mulai bangkit perlahan. Seolah memiliki pikiran dan hawa nafsu manusia, kuda itu mengarahkan penisnya ke bibir vagina Tsunade yang sudah acak-acakan itu. Kedua kaki depan kuda itu bersandar di pundak Tsunade dan siap mengambil ancang-ancang untuk mendorong penisnya masuk.

"Ogghhh... Tidak... Kumohon... Apa pun selain kuda... Tiddaaaaakkk!"

Kuda itu mendorong penisnya masuk, sekali hujaman, penis itu terbenam seluruhnya di dalam vagina Tsunade dan menembus rahimnya. Perut Tsunade mengembung besar saat penis itu berhasil menusuk vaginanya. Kuda itu perlahan menarik penisnya keluar dan dengan kasar mendorongnya masuk lagi.

Gerakan kuda itu semakin cepat, bunyi cairan vagina Tsunade dan suara tubuh kuda itu yang bertemu dengan bongkahan pantatnya terdengar begitu jelas. Para pria yang menonton pertunjukkan gila itu menyemangati sang kuda agar bergerak lebih cepat lagi. Sedangkan Tsunade hanya bisa menangis dan menjerit penuh kesengsaraan, ia tidak menyangka kalau ia harus melakukan hubungan seks dengan seekor kuda untuk pertama kalinya.

Cairan vagina Tsunade bercipratan kemana-mana, sudah tak terhitung jumlah ia orgasme selama ditunggangi kuda itu. Kedua payudaranya yang bergelantungan bergerak sesuai irama dengan sang kuda. Ia menutup kedua matanya dan berharap ini semua akan berakhir.

Tidak lama kemudian, kuda itu meringkik dan mengejang hebat. Kuda itu mengalami ejakulasi di dalam vagina Tsunade. Para pria mendorong pantat kuda itu agar penisnya terbenam lebih dalam di rahim Tsunade. Mereka memaksa kuda itu mengeluarkan seluruh spermanya ke dalam sana.

Rahim Tsunade sudah sangat penuh, perutnya perlahan seperti seseorang yang sedang hamil besar. Tubuhnya juga kejang-kejang dan kedua matanya terbalik, memperlihatkan bagian putihnya saja. Lidahnya menjulur keluar dengan air liur yang sudah tercampur air mata mengalir di wajahnya. Wanita malang itu pingsan seketika.

Tepat 24 jam setelah malam sebelumnya, Onihime datang ke lokasi pemerkosaan Tsunade. Orang-orang sudah tidak memadati area itu karena tidak tahan dengan aroma sperma yang menyengat. Tepat di tengah-tengah pusat kota itu, terdapat kerumunan pria yang sedang mengocok penisnya bersamaan. Mereka memandikan Tsunade yang terkapar tak berdaya dengan sperma.

Rambut Tsunade sudah sangat berantakan. Bagian bawah matanya sudah banyak kerutan dan kantung mata, menandai kalau dia sudah melewati kenyataan yang sangat kelam selama satu hari penuh. Ini adalah titik terendah dalam hidupnya, ia bahkan sekilas berpikir lebih baik mati daripada dipermalukan seperti ini.

Tubuh Tsunade bersandar pada seorang pria yang sedang memaksa dirinya untuk mengulum penis pria disebelahnya. Vaginanya kini 'disumbat' oleh sebuah botol bir besar dan menutup jalan keluar sperma yang terkumpul di dalam rahimnya. Perutnya sudah membesar akibat sperma yang menumpuk, kedua puting susunya yang masih mengacung tegak kini ditusuk oleh sebuah kayu kecil. Lubang pantatnya juga mengeluarkan sisa-sisa sperma dan tanah di sekitarnya menjadi warna kekuningan karena air kencing dan sperma tercampur jadi satu.

Seluruh tubuh Tsunade diselimuti cairan putih yang menjijikan itu. Beberapa pemerkosanya juga sempat mengencinginya sebelum pergi meninggalkan tempat itu. Mata Tsunade terbuka perlahan dan ia menatap dengan sayu ke arah Onihime yang berdiri di sebelahnya. Pria terakhir yang ia kulum penisnya kini sudah menyemburkan spermanya. Ia memuntahkan sperma itu karena sudah tidak sanggup lagi menelannya.

"Ugh, ya ampun. Kau berantakan sekali, Tsunade." Onihime kemudian mengendus tubuh Tsunade, "Huek! Kau juga bau! Yah, tapi itu cocok sekali dengan penampilanmu."

"Aghh... Ughhh... Uhh... Aagghh... Aahh..." Tsunade berusaha untuk berbicara tapi hanya erangan tidak jelas yang keluar dari mulutnya.

"Hah? Aku tidak mengerti maksudmu. Apa mulutmu sudah terlalu banyak menghisap penis sampai lupa caranya berbicara?" Onihime tertawa terbahak-bahak.

Ia kemudian berjongkok di sebelah Tsunade, "Inilah akibatnya kalau kau bermain-main denganku, kau menghina rumah judiku dan aku membalasnya dengan membuatmu menjadi boneka seks. Kini kita seimbang."

"Aku akan menetralisir racun seksual di tubuhmu," Onihime menggerakkan tangannya dengan lembut seperti menarik sesuatu. Dari dalam vagina Tsunade, cairan berwarna merah muda keluar dari sela-sela botol di vaginanya dan berubah menjadi cakra yang diserap oleh tangan Onihime.

Onihime kemudian memegang botol yang menyumbat vagina Tsunade dan menggoyang-goyangkannya. Ia berusaha menarik botol itu dan dengan sekali tarikan, botol itu keluar seluruhnya. Cairan vagina Tsunade yang tercampur dengan sperma mengalir keluar dengan deras. Namun, tetap saja, perutnya masih terlihat kembung karena tidak ada dorongan dari dalam yang membantu nya mengeluarkan sisa cairan kental di dalam rahimnya.

"Bawa dia ke rumah kosong di luar kota dan tinggalkan dia di sana. Jangan ada satu pun dari kalian yang sekali lagi memperkosanya, aku adalah orang yang menghormati taruhan, jika aku melihat salah satu dari kalian datang ke rumah itu, kalian tahu sendiri akibatnya,"

Onihime mengangkat botol kaca itu, "Sampai ketemu lagi, Tsunade," dengan ayunan keras, ia memukul kepala Tsunade hingga botol itu pecah dan membuat wanita korban perkosaan itu tidak sadarkan diri dengan darah yang mengucur dari luka di kepalanya.

Sang pemilik rumah judi itu menunjuk beberapa anak buahnya untuk membawa Tsunade ke rumah yang ia maksud tadi. Pria-pria itu menyempatkan diri untuk meraba-raba payudara Tsunade sebelum melemparkan pakaiannya dan pergi meninggalkan wanita itu.



Delapan jam kemudian...

Di dalam rumah kosong itu, tubuh Tsunade yang terkapar tidak berdaya dikerumuni oleh serangga-serangga kecil. Tsunade terbangun dengan lemah dan berusaha duduk bersandar di salah satu tembok rumah kayu itu.

Setelah susah payah merayap dan berhasil menyandarkan dirinya, Tsunade memanggil Katsuyu dengan darah di vaginanya, "Ku... Kuchiyo... Se... No... Jut... Su..."

"Tsu-Tsunade-sama!" Katsuyu terkejut melihat kondisi Tsunade, "Apa yang terjadi?"

"To...long... Aku..."

Katsuyu mengembalikan sebagian cakra Tsunade agar ia mampu bernafas dan berbicara dengan normal, "Ceritakan padaku, Tsunade-sama."

Setelah Tsunade menceritakan seluruh kejadian malang yang menimpanya, Katsuyu mengamati tubuh Tsunade, "Kau diperkosa oleh seribu tiga ratus lima puluh sembilan orang dalam satu hari... Ke-kejam sekali..."

Katsuyu terus berusaha menyembuhkan Tsunade, namun luka di tubuh wanita itu sangatlah banyak, "Tsunade-sama, seperti kau harus menggunakan Sozo Saisei untuk menyembuhkan dirimu."

"Aku... Sudah tidak kuat lagi, Katsuyu..." jawab Tsunade lemah.

"Tidak, kita bisa memanfaatkan sperma ini menjadi cakra, sama seperti Umiyu merubah cakranya menjadi racun."

Katsuyu menjelaskan *teknik itu ke Tsunade. Ia memberikan seluruh sisa cakra yang ia miliki sekarang ke wanita itu untuk membantunya beregenerasi. Setelah mentransfer cakranya, Katsuyu menghilang dan meninggalkannya sendirian.

Tsunade membuat segel tangan untuk mengumpulkan cakranya. Segel byakugou di dahinya bersinar terang saat ia mulai menyerap sperma yang ada di kulitnya menjadi cakra. Ia memusatkan cakra regenerasinya pada kedua putingnya yang masih tertancap kayu kecil tajam. Selama proses regenerasi, kedua kayu itu perlahan terdorong keluar dan terlihat kalau benda itu menancap sedalam 5 cm di dalam putingnya.

"Nggghhh! Aaahhh!" Tsunade mengerang kesakitan begitu kedua kayu itu terlepas dari putingnya.

Lubang yang dibuat kayu itu mulai tertutup rapat dan putingnya kembali seperti semula. Namun, perlahan-lahan kedua putingnya itu semakin membesar dan berdiri tegak. Ukurannya jadi dua kali lipat lebih besar dari ukuran semula. Tsunade merasakan sesuatu mengalir secara perlahan dari dalam payudaranya.

"Tidak mungkin!?" Tsunade mendesah panjang begitu air susunya menyemprot keluar, "Air susuku kenapa bisa keluar?"

Air susu yang menyembur keluar itu mengganggu konsentrasi Tsunade. Tetapi ia mencoba untuk mengabaikannya dan fokus untuk merubah sperma dalam jumlah banyak di rahimnya menjadi cakra. Perut Tsunade perlahan mengecil, ia berhasil merubah sperma itu menjadi cakra dan meregenerasi vaginanya yang babak belur setelah diperkosa.

Klitorisnya yang sempat mengalami luka bakar akibat tersundut rokok kini sudah pulih. Begitu juga dengan vaginanya yang sudah menganga lebar dan hampir tidak berbentuk itu. Sperma dari pria –dan seekor kuda- yang 'menghancurkan' tubuhnya ia ubah menjadi obat untuk menyembuhkan dirinya.

Tubuh Tsunade telah pulih seutuhnya, namun staminanya terkuras habis karena penggunaan teknik baru untuk pertama kalinya. Sisa sperma yang tidak terpakai ia ubah menjadi cakra dan dikumpulkan di segel byakugou-nya.

Tsunade menghabiskan malamnya di rumah kosong itu sendirian. Ia terus mempelajari teknik yang baru ia dapatkan dari Katsuyu agar bisa mengendalikan cakra yang ia serap dari sperma dan mengontrol hawa nafsunya. Namun tetap saja, trauma yang ia dapat masih belum bisa hilang, ia masih bisa merasakan nyeri di vaginanya.

Penis dengan berbagai macam ukuran sudah memasuki vaginanya. Masih teringat jelas rasa penis-penis itu di mulut dan vaginanya. Dalam satu hari itu, ia sudah mahir mengulum penis walau pun harus dipaksa untuk mempelajarinya.

Tsunade yang masih kelelahan akhirnya tidur seharian dan keesokan harinya, ia menjemput Shizune dan berpura-pura tidak peduli saat muridnya itu menceritakan tentang wanita malang yang menjadi korban pemerkosaan besar-besaran di kota Tanzaku.



*lihat di chapter pertama
 
hu yang tentang hinata d gangbang Naruto kyany seru hu
jadi mngkin ceritanya Naruto ngasih challenge ke Hinata, bisa berpa Bunsin Naruto yag bisa dia kalahkan
jadi formatny kaya ertarungan dalam beberapa ronde tapi tiap ronde nya Naruto makin main curang, awalnya cuma lawan 1 1 tapi makin kesini personilnya nambah smpe hinata harus ngadepin 10 bunsin sekaligus d ronde terakhir dan pake peralatan seks toys tapi ala ninja mnkgin
semoga bisa d jadikan bahan hu buat nulis nantinya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd