Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT The Confluence (Revised Version) Part 2

jagbar

Semprot Lover
Daftar
20 Mar 2012
Post
237
Like diterima
813
Bimabet
The Confluence (Revised Version) Part 2

Catatan Tambahan:
1. Cerita ini adalah lanjutan dari bagian sebelumnya The Confluence (Revised Version), yang karena terlalu lama tak penulis update akhirnya kena gembok.
2. Ternyata gampang-gampang susah juga meneruskan cerita daur ulang. Untuk itu penulis mohon maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanan ini. Mudah-mudahan cerita keseluruhan bisa TAMAT dalam waktu dekat.
3. Catatan lainnya sama seperti sebelumnya.

--@@@@--

Chapter 9 – Gadis Elit & Buronan Tahanan

"Juhari, apa yang kau lakukan barusan. Tindakanmu tadi sungguh mempermalukan satuan kita. Tak hanya itu, kau membuat kita semua bakal mendapat masalah besar nantinya," kata Zulkifli setelah mereka sendirian berdua di dalam ruang tertutup. Sengaja ia mengajak Juhari masuk ke dalam supaya ia dapat menegurnya secara bebas tanpa didengar oleh yang lain.

"Hmm Zulkilfi, tahukah kau ada sesuatu yang janggal dari gadis itu," jawab Juhari tak mempedulikan teguran atasannya.
"Heh, jangan bicara melantur kau. Yang pasti barusan kau telah menguntit dia sampai ke hutan sepi. Aku tak ingin membahas secara gamblang apa yang berusaha kaulakukan disana. Namun dari sikap gadis itu dan ditambah gerak-gerikmu sendiri tadi, terlihat kalau hal itu bukan sesuatu yang terhormat," kata Zulkilfi memandang rekannya.
"Ada apa denganmu, Juhari? Kudengar selama ini kau selalu merendahkanku di belakang dan menganggap dirimu lebih cemerlang dibandingkan aku. Tapi liat sekarang, kau telah melakukan satu tindakan bodoh!" tukas Zulkifli tajam.

"Yah. Kuakui barusan memang aku bertindak terlalu terburu-buru dan kurang cerdas. Namun itu gara-gara para perempuan desa sialan itu yang tiba-tiba muncul. Dan juga kau dan teman-teman yang muncul merusak rencanaku. Seandainya kalian semua tak muncul... aah... cewek itu kini telah berada dalam genggamanku," kata Juhari sambil menghela napas. "Dan.."

"Jadi ternyata betul kau berniat memperkosa gadis itu?!!! Kau sungguh gila Juhari!" potong Zulkifli. "Gadis itu bukan kelasmu! Ia jauh diatas kelas kita-kita untuk dapat kaubuat main-main. Menyimak kau!"
"Ingat siapa ayahnya. Bisa jadi ia dapat dengan mudah mengajak makan siang pucuk pimpinan kita di ibukota. Jadi sekalipun hari ini kau berhasil melampiaskan niat bejatmu itu terhadap gadis itu, besok-besok bakal kelar hidupmu. Ayahnya tak akan tinggal diam. Akibatnya, tak hanya kau sendiri tapi kita semua bakal ketiban masalah."
"Jangan sampai rasa mupengmu jadi tak terkendali sehingga menumpulkan otakmu yang kauanggap super cerdas itu," jengek Zulkifli.

"Ok, ok. Aku terima kritikmu dalam hal ini. Satu poin untukmu. Namun terlepas dari itu, ada keanehan pada diri Sandra. Tidakkah kau menyadari hal itu?"

"Apa maksudmu?"

"Hmm, jadi ternyata Letnan Zulkilfi yang begitu "cerdas dan bijaksana" yang suka sok mengatur orang lain ternyata otaknya kosong melompong?" sindir Juhari mengejek rekan, atasan sekaligus kompetitornya itu. "Jangan-jangan kau sendiri yang terpikat oleh Sandra sampai-sampai membutakan matamu. Tak mampu melihat satu hal yang terpampang begitu jelas."

"Ok Juhari, kita sama-sama tahu kalau diantara kita terdapat persaingan terselubung. Kau tak suka denganku karena iri dengan prestasiku sementara kau menilai dirimu jauh lebih mampu dibandingku. Sebaliknya, aku pun juga tak menyukai kepribadian dan sikapmu yang penuh dengan kebusukan. Namun saat ini kita sedang bertugas. Jadi tak perlu kau bersikap nyinyir seperti itu. Setelah semua ini selesai, mari kita lanjutkan persaingan kita secara sehat kalau kau berani. Tapi sekarang mari kita selesaikan persoalan secara bersama. Jadi katakanlah apa yang ada dalam pikiranmu secara langsung tanpa perlu bersikap petentang petenteng segala," kata Zulkifli.

"Ok. Paling tidak kita sepakat akan satu hal meski harus koreksi sedikit bahwa dirimulah yang penuh kebusukan bukan aku. Tapi baiklah mari sekarang kita fokus membahas tentang tugas kita."

"Sebagai permulaan, tidakkah kau merasa aneh seorang gadis yang terbiasa hidup mewah di kota besar tiba-tiba pagi-pagi masuk ke hutan seorang diri? Apalagi ia tahu akan adanya seorang buronan tahanan yang berkeliaran di daerah sekitar sini. Tidakkah ia mampu berpikir bahwa hutan adalah tempat persembunyian terbaik untuk buronan tersebut? Pasti ada sesuatu di balik tindakannya yang tidak wajar itu."

"Hmm... ucapanmu kali ini masuk akal. Lalu menurutmu apa alasannya?"

"Aku tak tahu pasti. Namun firasatku itu pasti ada hubungannya dengan Garwo. Itu sebabnya ia cuek-cuek saja dengan situasi yang seharusnya menakutkan bagi dirinya. Kenapa? Karena mereka sudah saling mengenal!"

"Ah mustahil! Teorimu sungguh tak masuk akal. Bagaimana mungkin gadis seperti Sandra bisa berteman dengan pelarian tahanan seperti Garwo. Sebelum di penjara pun mereka hidup di dunia yang jauh berbeda. Sungguh kecil kemungkinan mereka pernah bertemu, alih-alih saling mengenal."

"Secara teoritis, apa yang kaukatakan itu betul. Namun coba pikirkan, tidakkah seharusnya gadis seperti Sandra takut keluar rumah apalagi masuk hutan saat mengetahui ada pelarian tahanan yang kemungkinan besar sedang bersembunyi di dalam hutan. Disisi lain, coba pikirkan... seandainya, sekali lagi seandainya - oleh karena satu dan lain hal - ia ingin bertemu dengan Garwo bangsat itu, tempat mana yang paling baik untuk bertemu? Di dalam hutan! Tak mungkin mereka bertemu dekat-dekat rumahnya karena ada banyak orang. Yaitu kita-kita, para pegawai, dan juga penduduk desa. Lalu untuk apa mereka bertemu, aku masih belum menemukan jawabannya. Namun modus operandinya kira-kira seperti itu," kata Juhari sambil memandang rekannya.

"Katakankah yang kau katakan itu betul. Namun ada satu kelemahan dari teorimu itu. Kalau kau bilang ia bertemu Garwo tanpa ingin diketahui oleh kita, lalu mengapa tadi justru ia mengatakan sempat melihat sosok Garwo? Tidakkah seharusnya hal itu justru disembunyikan dari kita? Saat ini kita belum tahu pasti Garwo dimana. Bisa di sekitar sini namun bisa juga puluhan kilometer dari sini. Namun dengan pengakuannya, kita justru akan memfokuskan pencarian disini. Tidakkah itu kontradiktif dengan teorimu itu? Untuk apa ia membangkitkan sikap awas kita disaat seharusnya ia menutup mulut."

"Pertanyaanmu ini seharusnya sudah bisa kita ketahui seluruh jawabannya seandainya tadi kau memaksanya untuk ikut bersama kita. Bukan bersikap sok ramah dan mencari muka dengan membiarkan ia tetap tinggal di air terjun. Kini jelas khan siapa yang ingin mencari muka dan bersikap manis-manis terhadap Sandra. Ini fakta!" jengek Juhari.

"Hahaha, kau jangan memutar-balikkan logika. Gadis itu akan mengikuti kita dengan sukarela seandainya sebelumnya kau tak berniat melanggar kehormatannya. Ini baru fakta!" balas Zulkifli. "Dan fakta kedua, perbuatanmu itu termasuk tindakan kriminal berat seandainya gadis itu melaporkannya. Sebaiknya kau jangan bersikap sok denganku sekarang. Saat ini aku masih akan berusaha menutupi perbuatan busukmu itu karena aku tak ingin nama baik kita tercemar. Namun sebaiknya kauhentikan sikap nyinyirmu itu karena kalau sikapmu keterlaluan aku bisa berubah pikiran. Mengerti kau?" sergah Zulkifli.

"Ok, Ok. Tadi khan aku sudah mengakui kekhilafanku. Jadi untuk apa kaukemukakan lagi sekarang," jawab Juhari kurang senang. "Aku hanya berusaha menjelaskan kepadamu tentang keanehan seputaran dirinya. Ditilik dari ucapanmu barusan kau juga merasa ada keanehan. Kini kita harus memfokuskan penyelidikan ke arah situ. Bukankah kita ditugaskan untuk melacak keberadaan Garwo dan kalau perlu menangkapnya? Kecuali kau punya pandangan yang berbeda akan misi kita ini. Seperti untuk menjatuhkan diriku, misalnya."

"Tentu aku pun juga punya tujuan yang sama. Kita semua punya tujuan yang sama. Karena itu kita berada disini. Tapi jaga sikapmu. Ingat, aku adalah komandan yang ditunjuk oleh atasan kita untuk memimpin tim ini. Meski pangkat kita sama, namun aku adalah pemimpin selama misi kita disini. Jadi aku yang memutuskan segala sesuatunya dan seluruh anggota tim termasuk kau harus mematuhinya. Saat ini aku tak akan mengungkit kesalahanmu barusan atau melaporkannya kepada atasan kita. Tapi satu syarat, jangan lagi kau berusaha dekat-dekat dengan gadis itu!" kata Zulkifli tegas.

"Ok boss, whatever you say," jawab Juhari entah sarkasme entah sungguh-sungguh. Yang pasti kini posisinya memang kurang menguntungkan. Niat busuknya tak hanya gagal terlaksana namun juga ketahuan oleh rival yang tak disukainya yang kini menjadi atasannya di lapangan. Ia sadar betul alasan Zulkifli tak melaporkan kesalahannya hari ini kepada atasan bukan karena ia baik dengannya. Namun untuk melindungi reputasinya sendiri sebagai komandan lapangan dimana kesalahan yang diperbuat anak buah di lapangan menjadi tanggung jawab sang komandan juga.
"Lalu setelah ini kau akan menemui gadis itu untuk mencari tahu akan pertanyaan kita itu?" tanyanya.

"Tentu saja. Lagipula bukankah dia sendiri telah bilang akan menceritakan saat balik nanti?" jawab Zulkifli tenang. "Dan, hal itu akan segera kita ketahui karena ia telah berada disini," katanya dengan tersenyum ke arah jendela melihat Sandra baru memasuki pintu pagar utama.
.............
.............
.............
.............
.............

Juhari menatap tubuh telanjang Sandra dengan mata berbinar. Tatapan matanya tertuju ke sepasang payudaranya. Meski ukurannya tak terlalu besar namun bentuknya begitu indah dan padat berisi. Apalagi dengan kedua puting kemerahan yang cukup menonjol. Nafsu birahi kejantanannya seketika melonjak maksimum memandangi tubuh polos putih mulus Sandra.

Diciumnya bibir mungil Sandra dengan bibir tebalnya. Ehmmh... gadis itu mendesah perlahan. Direngkuhnya sepasang payudaranya untuk diremas-remas. Sandra pasrah.
Didekatkannya batang penisnya menyentuh bulu kemaluan Sandra.

Tiba-tiba pukulan keras mengenai tubuhnya.
"Hey! Ngelamunin apa kau!" suara keras Zulkifli sambil menepuk bahunya dengan keras.
"Ah, bikin kaget orang aja. Bos, yuk kita interogasi dia disini. Kita berdua saja."
"Ayolah Bos. Aku tahu sebenarnya kau juga pengin ngerasain cewek seperti dia. Cuma kau pura-pura jaim saja apalagi juga sudah menikah. Tapi kali ini beda. Kita berada di lapangan. Mari kita lupakan perseteruan kita selama ini. Demi keuntungan bersama. Dan kita jaga rahasia bersama," ajak Juhari untuk berekonsiliasi dengan rivalnya itu.
Entah mengapa, ia sungguh begitu kesetanan terobsesi akan bayangan diri Sandra...

"Heh! Rupanya kau tak mendengar ucapanmu tadi. Tidak, Juhari! Kita adalah aparat yang bertugas. Kita jalankan tugas kita dan tak lebih dari itu. Kali ini ucapanmu barusan kuanggap tak pernah kauucapkan dan kumaafkan. Tapi ini adalah yang terakhir. Aku akan segera mewawancarainya bersama rekan-rekan kita di tempat terbuka, tapi tanpa kau. Kau tetap tinggal di ruangan ini sampai urusan dengan gadis itu selesai. Sekali lagi... Perintahku kepadamu selama kita di lapangan: jangan berada dekat-dekat gadis itu apalagi di tempat sepi. Ini adalah perintah langsung!"

--@@@@--

Di bawah sinar lampu temaram dalam kamar mandi....
Air hangat mengucur deras dari overhead shower menghasilkan embun-embun uap yang memenuhi ruang. Di bagian lain dalam kamar mandi itu terdapat semburan uap dengan harum wewangian aromatheraphy yang lembut.

Di bawah pancuran shower itu, Sandra sedang asyik membilas rambut serta seluruh bagian tubuhnya. Barusan ia masuk ke hutan dan habis ini ia akan meninggalkan tempat ini dengan helikopter. Sehingga kini ia harus membersihkan diri. Ia memang seorang dengan standar sangat tinggi dalam hal kebersihan diri, seperti banyak hal-hal lainnya.

Barusan ia telah membuat laporan dengan Letnan Zulkifli dan rekan-rekannya. Tentu ia tak menceritakan kejadian pertemuan dirinya dengan Garwo malam kemarin yang sangat mempermalukan dirinya. Ia hanya memberikan sedikit petunjuk akan kehadiran sosok asing yang sekelebat dilihatnya. Tak terlalu super jelas ataupun detil, namun cukup untuk mengindikasikan keberadaan Garwo di daerah sini sehingga mereka dapat memfokuskan pencarian disini.

Kini, setelah ia mendapatkan kembali HP berisi foto-foto bugilnya yang dipaksakan terhadap dirinya oleh laki-laki jahanam itu, ia sungguh berharap agar jahanam itu dapat ditangkap oleh mereka. Sementara ia akan segera meninggalkan tempat ini sehingga tak ada lagi bahaya yang akan mengancamnya. Kemudian ia dapat memantau perkembangan situasi dari kejauhan.

Saat ditanya perihal tujuannya ke hutan sendirian pagi-pagi, ia menjawab secara sederhana namun lugas. Karena ia tertarik dengan cerita penduduk desa tentang air terjun yang dianggap keramat itu dan hal itu membuatnya ingin berselfie ria sebelum pulang. Saking antusiasnya sehingga ia ceroboh dan lupa akan adanya buronan yang sedang kabur.

Zulkifli hanya menggelengkan kepala saat mendengarnya dan menyarankan untuk tak melakukan hal seperti itu lagi. Namun orang itu tak menekannya lebih jauh. Mungkin dalam batinnya ia berkomentar, inilah perbuatan seorang #crazyrichpeople yang suka bertindak aneh-aneh. Apalagi kini ia telah pulang dengan selamat. Sementara, ancaman terhadap dirinya justru terbukti bukan datang dari seorang buronan tahanan. Melainkan rekannya sendiri. Membuat petugas itu jadi segan untuk membicarakan lebih panjang lagi.

Sesampainya di dalam kamarnya, tentu seluruh gambar dan video bugilnya langsung dihapus. Bahkan HP itu juga di-reset-nya. Setelah itu HP-nya dijatuhkannya dari balkon kamarnya ke bawah jurang yang dalamnya entah ratusan meter di bawah sana. Selama ia memegang HP itu, selalu ada kemungkinan bakal hilang, dicuri, atau jatuh ke tangan orang lain. Lebih aman apabila HP itu hancur di dasar jurang di bawah sana dimana tak ada satu manusia pun datang kesitu. Kelak seandainya barang itu ditemukan orang dan amit-amit gambar-gambar yang telah dihapus berhasil di-restore pun, akan dengan mudah baginya untuk menyangkalnya dengan mengatakan semua itu adalah editan photoshop. Apalagi kejadian telah lama berlalu. Sebaliknya akan jauh lebih sulit baginya untuk menyangkal apabila barang bukti tersita dari tangannya secara langsung hari ini.

Kini segala sesuatunya telah tertata dengan baik. Dan ia siap meninggalkan tempat ini. Apalagi sayup-sayup ia telah mendengar suara baling-baling helikopter meraung-raung yang tentunya sedang turun untuk menjemputnya.

Dengan handuk melilit sekujur tubuhnya, Sandra berjalan balik ke kamar tidur. Dari arah kamar terdengar suara hair-dryer pertanda ia sedang mengeringkan rambutnya. Kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi lagi untuk menggunakan krim penghalus wajah yang dioleskannya ke seluruh bagian wajah serta lehernya sambil memejamkan mata.

Sandra membuka matanya kembali untuk melihat wajah cantiknya. Namun cermin besar di depannya itu tertutup oleh uap embun air panas. Diusapnya embun pada cermin itu dengan tangannya.

"AAAAHHHHHHHH!!!"
Sandra berteriak keras melihat bayangan orang dari pantulan cermin itu. Garwo! Ia sedang berdiri di belakangnya sambil menatap dengan mata mencorong!

"K-kau!.... Bagaimana kau bisa masuk disini? ..."
Sandra terkejut ketakutan melihat Garwo tiba-tiba muncul disini. Di dalam kamar tidurnya. Saat ia hanya mengenakan handuk saja. Dan rasa ngeri dalam dirinya semakin menjadi saat Garwo hanya memandangnya dengan pandangan mata mencorong.
"Mau apa kau kesini?" tanyanya gugup. Sementara kedua tangannya merapat di depan dadanya dan kedua kakinya juga ditutup erat-erat.

Rasa ketakutan dalam dirinya makin menjadi begitu teringat kalau kamarnya ini kedap suara dari luar. Ketika villa ini sedang dibangun, atas permintaannyalah ruang yang akan menjadi kamar tidurnya supaya dibuat kedap suara. Ia tak ingin saat dirinya sedang berasyik-masyuk dengan cowoknya terdengar oleh mereka yang berada di luar. Jadi mau berteriak sekeras apapun, para pegawainya di luar tak akan dapat mendengarnya.

Sebaliknya Garwo sama sekali tak bereaksi. Pandangan mata tajamnya terus mencorong ke arah dirinya. Membuat suasana hati Sandra semakin mencekam. Mengapa orang ini muncul di saat dirinya hampir meninggalkan tempat ini, keluhnya dalam hati.
"Biarkan aku pergi meninggalkan tempat ini. Aku berjanji ga akan berusaha mengganggumu lagi, ok?" pinta Sandra dengan lirih dan pasrah.

"Heh! Kau sudah kuperingatkan sebelumnya. Tapi kau tak menghargai kebaikanku. Kini kau memohon-mohon minta ampun kepadaku?" jengek Garwo yang akhirnya membuka mulutnya. "Dasar cewek tak tahu diri."
"Maaf... Maafkan aku," jawab Sandra terbata-bata. Belum pernah ia dikatain "tak tahu diri", namun kini dirinya hanya bisa pasrah memelas kepada orang ini. "Lepaskanlah aku kali ini. Aku tak akan mengatakan sesuatu tentang dirimu kepada siapapun."

"Kamu ingin keluar dari sini? Boleh saja. Silakan. Tapi bukankah kamu mau berpakaian dulu sebelum keluar? Kalau memang itu maumu, lepas dulu handukmu sekarang," kata Garwo dengan tenang.
"A-apa?!!" seru Sandra dengan mata mendelik dan nada tinggi.

"Ayo! Buka handukmu. Biar aku bisa kembali ngeliat tubuh bugilmu yang putih mulus. Hahahaha. Setelah itu kamu bebas pergi dari sini. Jadi win-win solution khan."

Wajah Sandra merah padam. Sungguh ia terlihat geram bahkan benci banget dengan cowok bajingan ini. Namun juga sekaligus takut. Sehingga kini ia hanya bisa menahan marah dalam diri.

"Jadi gimana maumu Nik. Mau keluar atau tinggal disini? Lama bener mikirnya."
"Kalo aku, eh, telanjang disini, kamu janji tidak akan berbuat apa-apa?" tanya Sandra akhirnya.
"Kau pikir aku seperti dirimu yang suka ingkar janji?" sindir Garwo. "Kalo aku memang ingin memperkosamu, tadi malam memekmu sudah jebol kayak sarang tawon dan hari ini kamu jalannya terpincang-pincang," sergah Garwo.

Ucapan kasar Garwo sungguh membuatnya naik pitam. Namun saat ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Malah kemudian dengan kepala tertunduk Sandra membuka handuknya dan melepaskannya dari tubuhnya.

"Wow! Putih mulusss.. Suitt suitt...," Garwo mengeluarkan siulan-siulan usil seperti saat preman terminal melihat gadis cantik lewat.
"Bodimu memang yahud dan menggairahkan. Bikin kontolku langsung ngaceng Nik. Hahahaha..," kata Garwo dengan mata tak berkedip menatap Sandra dalam keadaan telanjang bulat.

Sandra hanya bisa diam saja saat Garwo terus melakukan tatapan dan pelecehan verbal terhadap dirinya. Baginya kini ia harus segera memakai pakaian dan pergi dari kamar ini.

"Eh! Apa yang kamu lakukan?" tanya Garwo tiba-tiba saat Sandra membuka lemari pakaian.
"Aku ingin memakai pakaian!" kata Sandra agak tajam. "Supaya bisa keluar. Sesuai dengan perjanjian kita."
"Kalau kamu mau keluar ya keluar aja sekarang. Gak usah pake pakaian segala."

"Bagaimana mungkin aku bisa keluar tanpa memakai baju seperti ini?!!" kata Sandra dengan nada tinggi dan suara penuh amarah. Bahkan kedua matanya agak merah dan sembab oleh airmata yang tertahan.
"Mana aku tahu. Itu urusanmu. Bagiku persoalannya sederhana saja. Kalau kamu mau keluar ya keluar saja sekarang juga. Kalau tidak mau ya kamu tinggal disini. Lebih enak jadi aku bisa terus menikmati bodimu yang mulus dan sexy ini hahahaha.

"Bukankah tadi kau telah berjanji aku bisa memakai pakaian," tanya Sandra berusaha menuntut haknya.
"Hmm, aku tidak mengatakan begitu. Aku tahu kamu ingin berpakaian. Tapi aku tak pernah bilang menyetujuinya. - Eh, jangan ditutupi. Ayo pinggirkan tanganmu supaya aku bisa ngeliat pentil susumu dan memekmu. - Nah ya begitu. Bagus. Bagus. Hahahaha," Garwo tertawa tergelak-gelak sambil memandangi tubuh polos Sandra.
"Balik ke topik... ya kamu boleh keluar meninggalkan kamar ini sekarang. Sekalian aku pengin tahu gimana reaksi pegawai-pegawaimu di luar sana itu. Pasti pada riang ceria bisa menyaksikan tubuh mulus gadis majikannya dalam keadaan bugil polos. Hahahahaha. Ditambah lagi para petugas terutama yang mesum itu. Bakal seru nih. Ayo keluar sana cepat!"

"Bajingan bedebah! Dasar anjing kamu! Bangsat!!" Bentak Sandra dengan sangat marah. Seumur hidupnya belum pernah ia mengeluarkan kata-kata makian kotor. Namun kali ini ia begitu marah karena telah dipermainkan.
"Kau adalah anjing bangsat anak lonte jalanan! Ya, ibumu pasti seorang pelacur jalanan ya sampai punya anak haram jadah seperti kau!" maki Sandra dengan kasar sementara ia mengambil pakaian seadanya untuk menutupi tubuhnya.

"Apa kau bilang?! Hei, kamu jangan sekali lagi mengata-ngatai tentang ibuku. Ia adalah seorang yang mulia!" kata Garwo dengan marah. Kejadian masa lalu rupanya sungguh membekas di dalam dirinya. Karena gara-gara ibunya kawin lagilah membuat hidupnya jadi susah seperti ini - sampai-sampai ia terjerumus ke dunia kriminal. Dan kata-kata Sandra barusan telah menekan "tombol sensitif" dalam psikisnya.

"Oh begitu? Saking mulianya sehingga anaknya jadi malu mengakui ibunya seorang lonte jalanan yang sering dipake oleh preman-preman?" jengek Sandra. "Atau mungkin pelacur di kuburan yang tiap malam ngangkang di atas batu nisan orang? Begitulah mulianya sampai lalu menghasilkan anak jadah sepertimu," jawab Sandra dengan sinis. Rupanya amarah dalam dirinya telah menguasai rasa takutnya. Sehingga kini ia berani melawan Garwo.

"Rupanya kamu memang minta diberi pelajaran ya. Tadi kaubilang ibuku pelacur yang biasa dipake preman? Baiklah. Kini kau akan kubikin merasakan gimana rasanya digagahi oleh preman. Karena aku juga seorang preman," kata Garwo dengan mata mendelik berjalan mendekat ke arah Sandra.

Sandra mencoba memukul dan melawan Garwo. Namun, breeettt...brett....brett.... Tanpa mengindahkan Sandra yang memukul-mukul dirinya, pakaian yang baru dikenakan gadis itu langsung dirobeknya. Tak hanya dirobek satu kali. Namun beberapa kali. Membuat pakaian berbahan sutra halus yang mahal itu kini jadi terkoyak-koyak di tubuh gadis itu dan tak bisa disebut pakaian lagi. Sandra yang telah kalap tak terlalu mempedulikan keadaan pakaiannya lagi. Karena kini fokusnya adalah lari menuju pintu keluar.

Namun lagi-lagi ia kalah cepat. Sebelum mampu mencapai pintu, Garwo telah menyergap tubuhnya dan memitingnya. Sempat ia mencoba meronta dan melawan sekuat tenaga. Namun lawan yang dihadapi adalah preman kawakan tangguh yang sempat mengenyam "sekolah" di penjara Pagarwesi yang ibarat seperti Guantanamo-nya di Amrik sana. Bahkan sebelumnya ia juga pernah beberapa kali membunuh preman lawannya.

Sementara Sandra adalah cewek sosialita elit yang lebih terbiasa hidup mewah dan update status di dunia maya. Bagaimana mungkin ia punya kesempatan beradu secara fisik dengan Garwo? Ibarat harimau jantan melawan rusa betina. Tak perlu waktu lama, Garwo berhasil menguasai Sandra. Dengan kasar diseretnya gadis itu dan kemudian dilemparkannya ke atas ranjang. Membuat ranjang itu membal saat tubuh Sandra menimpanya.

Dalam keadaan Sandra telungkup di atas ranjang, kembali Garwo merobek pakaian gadis itu. Mulai dari leher sampai ke ujung bawahnya. Dengan kasar ditariknya kedua belah kain di tangannya. Membuat Sandra lagi-lagi tak memakai penutup tubuh. Nampak punggung mulusnya serta kedua pinggulnya yang cukup berisi menonjol.

Sandra diam tak bergerak. Energi perlawanan dalam dirinya telah berhasil dikalahkan oleh Garwo. Ia menahan isak tangis. Namun Garwo sama sekali tak merasa kasihan. Bahkan ia tak mempedulikan itu. Bagaikan memperlakukan tubuh hewan hasil buruan, dibaliknya tubuh Sandra sehingga kini menghadap telentang ke atas. Kedua matanya memang agak merah dan basah oleh airmata.

Garwo yang tak memakai pakaian atas hanya celana pendek saja langsung menindih Sandra. Sandra sempat berusaha melawan saat cowok itu berusaha mencium bibirnya. Namun Garwo menampar pipi dan menjambak rambutnya. Membuat Sandra meringis kesakitan. Kemudian dengan paksa Garwo menciumi bibir Sandra. Sambil kedua tangannya mengunci gadis itu supaya tak mampu melawan, Garwo terus melumat bibir Sandra. Menikmati bibir gadis ini secara kasar dan ganas. Saking ganasnya sampai tak memberi kesempatan Sandra bernapas. Membuat ia jadi tersengal-sengal. Lagi-lagi Garwo tak mempedulikannya. Ia terus dengan kesetanan melumat bibir Sandra. Sambil tangannya kini merengkuh payudara kanan Sandra dan meremas-remasnya.

Tiba-tiba....
Tuut...tuut. Suara telepon di sebelah ranjang berbunyi. Tuut...tuut.

Garwo tak memberi kesempatan Sandra untuk mengangkatnya. Alih-alih, ia justru meneruskan aksinya menggarap gadis ini. Bibirnya dengan ganas menciumi kedua sisi leher Sandra. Sementara tangannya terus memainkan payudaranya.

Tuut...tuut.
Tuut...tuut.
Tuut...tuut.
Sementara suara telpon terus berbunyi tak henti-henti.

Pada akhirnya Garwo merasa terganggu juga. Ia menyuruh Sandra untuk mengangkatnya. Tapi setelah ia mengancam gadis itu. "Ingat, kau jangan macam-macam. Aku bisa langsung mematahkan lehermu disini!" desisnya.

"Halo. Mbak Sari."
"Oh, helikopter..."
"Iya Non. Mas Dani (sang pilot) bilang helikopter telah siap untuk terbang kapan pun Non siap," terdengar suara dari seberang telpon.

Garwo memutus telepon itu.
"Kau tak kemana-mana. Hari ini kau tak kemana-mana," desis Garwo. "Suruh helikopter itu untuk pergi. Bilang kepada mereka, kau memutuskan untuk tinggal lebih lama disini. Bahkan katakan juga kau ingin istirahat di dalam kamar dan tak mau diganggu. Ayo lakukan!" perintah Garwo kepada gadis itu.
"T-tapi..."
"Cepat telepon balik dan katakan!" bentak Garwo dengan garang. Membuat Sandra tak ada pilihan lain kecuali melaksanakan sesuai keinginan Garwo.

Setelah itu tak ada lagi suara telepon berbunyi. Sandra mengerti betul, para pegawainya akan mematuhi apapun perintahnya. Kalau ia bilang tak ingin diganggu maka mereka juga tak akan menghubunginya. Ironisnya, kini ia justru jadi tahanan di dalam rumahnya sendiri, di dalam kamar tidurnya sendiri, sesuai aturan protokol yang sebelumnya dibuat untuk menciptakan kenyamanan untuk dirinya.

Kini satu-satunya jalan keluar dirinya telah tertutup. Sementara pengalaman penuh kenistaan akan segera melanda dirinya. Ia - seorang gadis muda yang cantik, menawan, populer, anak konglomerat besar di seantero negeri, yang kemauannya selalu terpenuhi - kini akan dipake oleh seorang preman kasar rendahan. Selama ini bahkan membukakan pintu pagar untuk kacungnya yang baru datang dari libur lebaran pun ia tak sudi. Kini dirinya akan dijadikan pelampiasan nafsu bejat laki-laki yang bahkan lebih rendah dan lebih jelek dari seorang kacung. Penghinaan seperti apa lagi yang dapat lebih hina dibandingkan ini?

Garwo melanjutkan perbuatannya menggarap gadis itu. Sambil duduk di dekat Sandra, kedua tangannya merabai dan meremas sepasang payudara gadis itu. Sandra yang sedang tidur telentang dan menghadap ke arah luar jendela, melihat helikopernya yang terbang menjauh meninggalkan dirinya.... seiring dengan menjauhnya kebebasan dirinya. Dua butir air mata mengalir turun dari matanya.

Sementara Garwo sedang asyik mengecup-ngecup, mengulumi, dan mengenyot-ngenyot payudara Sandra bergantian. Sambil mulutnya terus mengeluarkan suara kecipakan saat menyeruput "susu segar" itu. Sesekali lidahnya melelet-lelet memainkan kedua puting susu kemerahan Sandra. Sandra hanya bisa membiarkan cowok jahanam ini memainkan dirinya demi pemuasan nafsu bejatnya...

Garwo menghentikan aksinya menggarap payudara Sandra. Namun itu bukan berarti penderitaan Sandra berakhir. Karena justru cowok itu akan melakukan sesuatu yang lebih "dalam" lagi. Yaitu masuk ke dalam dirinya.

Sambil membentangkan kedua kaki Sandra sampai-sampai liang vaginanya terbuka jelas di depan matanya, Garwo membuka retsleting celananya. Diturunkannya celana pendek berikut celana dalamnya sampai nampak batang penisnya yang sedang menegak kencang dan keras. Penis yang berukuran cukup besar berwarna sawo matang gelap dengan ujung kepala yang membesar dan tak bersunat. Senjatanya yang akan segera menjebol gerbang pertahanan vagina Sandra dan memporak-porandakannya.

"Jangan... jangan lakukan itu. Aku mohon. Kau boleh melakukan apa saja, tapi jangan kaulakukan hal itu," pinta Sandra memohon secara memelas sambil melihat penis gelap sawo matang besar panjang berurat itu dengan pandangan horor.

Namun Garwo sama sekali tak mengindahkan permohonan gadis itu. Bahkan ia sama sekali tak mempedulikannya. Dengan sikap dingin ia maju mendekat ke tubuh Sandra sampai penisnya tepat berada di depan liang vagina Sandra. Lalu ia menindih tubuh gadis itu.

Dan digerakkannya tubuhnya ke depan mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Sandra. Cleeppp.....
"Aaaghhh..." Sandra berteriak keras saat benda tumpul keras itu masuk ke dalam dirinya. Dan ia semakin meringis-ringis saat Garwo memaju-mundurkan penisnya di dalam dirinya.

"Aaaghhh.... uuugghhh.....uugghhh....."
Sandra terus berteriak saat Garwo langsung "tancap gas" memompa penisnya di dalam dirinya. Mengharu-birukan baik vaginanya dan juga isi hatinya. Belum pernah ia merasakan penghinaan sedemikian hebat seperti saat ini. Dan perlakuan cowok ini ibarat binatang buas yang liar. Sama sekali tak ada manis-manisnya ataupun unsur romantisnya sedikitpun. Dirinya kini sedang digagahi oleh seorang pemuda preman!

Sebaliknya Garwo terus mengocok penisnya beradu dengan vagina sempit Sandra. Semua itu dilakukan bahkan celana pendek jins dan celana dalamnya masih menempel di pahanya. Bagi dirinya yang penting adalah keperkasaan penisnya mampu menembus vagina gadis ini. Ia tak perlu bersikap manis-manis apalagi romantis. Baginya hubungan seksual adalah untuk memuaskan dirinya seorang. Dengan wajah merasakan nikmat luar biasa, Garwo terus menggoyang pinggulnya dengan celana masih melekat di kakinya untuk memompa penisnya mengoyak-ngoyak vagina Sandra.

Setelah puas menikmati Sandra dalam posisi normal, Garwo menyuruh Sandra berdiri agak membungkuk dengan kedua tangan memegang tepi ranjang. Setelah melepaskan celananya, Garwo memasukkan penisnya ke vagina Sandra dari belakang. Sambil kedua tangannya dari belakang meremas-remas payudara, penisnya kembali menghunjam-hunjam masuk ke dalam vagina Sandra. Tanpa mempedulikan reaksi Sandra yang terkadang masih menjerit keras sambil meringis-ringis meski terkadang juga diselingi dengan desahan-desahan.

Garwo terus mengocok batang kejantanannya di dalam tubuh gadis berparas oriental ini sampai akhirnya....
"Uuugghhhh.....uuugghhhh......uuugghhhh...." Wajahnya merah padam. Pandangan matanya makin mencorong. Remasan kedua tangannya pada sepasang payudara Sandra pun semakin kuat. Di dalam tubuh Sandra, penisnya menyemprotkan lelehan sperma hangat yang membasahi seluruh dinding vagina gadis itu. Bahkan setelah spermanya keluar, penis Garwo yang masih berdiri tegang kencang terus menyodok-nyodok vagina Sandra. Seolah tak mau rugi. Seolah ingin menumpahkan seluruh sel spermanya ke dalam liang rahim gadis ini. Sebelum kemudian ia mencabut senjatanya setelah betul-betul terkulai lemas.

Sementara ia menyuruh Sandra tidur telentang dengan kedua kaki ditekuk ke atas. Dengan wajah puas dan senyum sumringah ia menatap liang vagina yang masih basah di beberapa tempat akibat semprotan sperma yang sebagian sempat keluar. Untuk itulah ia menyuruh gadis ini telentang dengan posisi seperti ini.

"Hehehe, masih peret juga memekmu, Nik. Meski sudah nggak perawan, tapi masih sempit dan enak digoyangnya. Apalagi kulitmu putih mulus," kata Garwo sambil meraba-raba paha mulus Sandra.
"Abis ini, semoga pejuku itu jadi anak ya supaya kamu punya anak dari preman. Yang pasti aku tak akan bertanggung jawab. Jadi anakmu itu betul-betul anak haram jadah. Hahahaha."

"Yang pasti barusan tadi kau kugenjot kayak pelacur. Enak memekmu Nik. Hahahaha," Garwo terus mengata-ngatai gadis yang baru dieksekusinya itu dengan pandangan merendahkan. Sungguh bergelora hatinya telah berhasil memberi pelajaran kepadanya.

Sebaliknya, Sandra hanya mampu bersikap tabah dan pasrah akan semua penghinaan ini. Air mata tergenang di kedua matanya. Sambil sesekali ia sesenggukan menahan tangis.
 
ouw..:pesawat: Tentu tak ada pilihan jika aku harus mengikuti mu ke dalam hutan bahkan tengah lautan sekalipun
:D
 
Oke suhu jangan kasih kendor biar tetep mulus alur ceritanya :beer:
 
Chapter 10 - Raja Semalam

"Ayo Nik. Terus isep," kata Garwo yang tangan kirinya terus memegang kepala Sandra untuk mengunci posisi agar ia terus menyepong batang kejantanannya. Sesekali ia menjambak rambutnya untuk mendorong kepalanya maju mundur.

Garwo saat itu sedang duduk di kursi antik mahal di dalam kamar Sandra. Tubuhnya telanjang bulat. Di depannya terdapat meja segi empat dimana tersedia beberapa piring lauk yang lezat-lezat berikut nasi dan sambalnya juga. Dengan asyik ia melahap semua itu. Setelah beberapa hari terlunta-lunta di dalam hutan dengan hanya makan seadanya bahkan terkadang harus berpuasa menahan lapar, sekarang adalah saat pelampiasan nafsunya. Itu sebabnya kini ia melahap dengan rakus semua makanan yang ada di meja itu.

Di bawah kolong meja itu, Sandra sedang bersimpuh di depan selangkangannya. Gadis itu sedang ia perintahkan untuk menyepong dan mengemuti batang "lolipop"-nya. Sandra juga dalam keadaan polos telanjang bulat.

"Ayo jangan dikendorin. Emut terus," kata Garwo sambil mendorong masuk kepala gadis itu. Sementara ia melahap paha ayam goreng dicolok sambal terasi dengan tangan satunya lagi.
"Ayo lidahmu terus dimainin. Nah ya... aagghhh... enak.. Terusin Nik," perintah Garwo tak henti-henti sambil tangan satunya juga terus mencomot makanan yang terdapat di meja.

Bagi dirinya, kenikmatan apa lagi yang dapat terjadi lebih dari ini? Selama hidupnya ia tak pernah menikmati berbagai macam makanan lezat seperti ini. Apalagi bermain-main dengan cewek putih cantik berwajah oriental kelas atas seperti Sandra. Malam ini ia mendapat keduanya sekaligus. Melahap aneka macam masakan lezat sambil merem melek menikmati kontolnya disepong. Dan cewek penyepongnya tak tanggung-tanggung, seorang sosialita muda yang sangat terkenal di kalangan kaum jet-set negeri ini sekaligus putri konglomerat papan atas.

Ia sama sekali tak peduli kalau-kalau gadis yang sedang berada di bawah kolong meja itu sebenarnya sangat jijik menyentuh penisnya yang coklat gelap panjang besar berurat itu. Apalagi memasukkannya ke dalam mulutnya. Karena sebenarnya Sandra adalah gadis yang sangat menjaga kebersihan diri. Namun apa daya. Saat ini ia tak mampu melawan.

"Uuuhh... ya. Terusin... terusin..." kata Garwo sambil tubuhnya menegang. Pertanda ejakulasi telah akan segera tiba. Garwo kini memegang kepala Sandra dengan kedua tangannya supaya gadis itu terus menyepongnya. Sampai akhirnya...

Crottss...crott....crotts.....
Penis Garwo melelehkan cairan sperma yang semburat muncrat ke segala penjuru di dalam mulut Sandra. Kedua tangannya yang terus memegangi kepala Sandra memaksa gadis itu untuk mau tak mau menelan spermanya. Pada saat yang hampir bersamaan, ia bersendawa akibat makan terlalu cepat. Sementara Sandra juga agak terbatuk-batuk karena sesungguhnya ia merasa jijik disuruh menelan sperma cowok itu. Namun karena Garwo tak memberi kesempatan kepadanya, akhirnya dengan terpaksa ia menelan semua sperma bau anyir milik cowok menjijikkan yang termuntahkan di dalam mulutnya itu.

Sandra pun semakin bertambah kesal ketika salah satu tangan Garwo bekas mengambil segala macam makanan digunakan untuk memegang rambutnya. Membuat rambutnya kini jadi berminyak dan bau sambal terasi.

Tak hanya itu, bahkan kini setelah nafsu birahinya terpuaskan sehabis ejakulasi, cowok itu sengaja melap tangannya yang berminyak dan bekas makanan ke tubuhnya yang putih mulus. Termasuk payudaranya. Membuat tubuhnya pun kini jadi berminyak bahkan terkena makanan. Dengan rakus mulut Garwo yang berminyak mengemut payudaranya untuk mengambil bekas makanan sambil sekaligus menjilati putingnya.

Bagi dirinya seorang kaum elit, cowok ini begitu rendah kelasnya dan menjijikkan. Namun kini dirinya adalah seorang sandera di rumahnya sendiri. Sandera yang digunakan sebagai budak yang lebih rendah dari pembantu biasa. Karena tak hanya ia diperlakukan seperti pembantu, dirinya juga dijadikan budak seks untuk melakukan hal-hal yang sungguh humiliating baginya.

Saat ini para pegawainya di luar menganggap ia sedang istirahat di kamarnya. Sehingga tak ada yang berani memanggilnya. Begitu pula dengan para aparat itu. Tentu mereka semua menganggap ia sedang di dalam kamarnya dengan damai.

Barusan seluruh makanan ini diantar oleh pembantunya sampai di depan pintu. Semua itu atas permintaan Garwo sambil mengancamnya. Lagi-lagi, pegawai yang mengantar menganggap ini adalah permintaan sang nona majikan yang dengan patuh dijalankan. Tak ada pertanyaan, apalagi protes.

"Udang dan sapinya enak banget. Mintain lagi dong," perintah Garwo kepada Sandra. Roda dunia telah berputar, batinnya. Di luar sana, para aparat idiot yang sedang berusaha menangkapnya kini sedang beristirahat di ruangan yang sebenarnya lebih cocok untuk pembantu dan harus bersusah payah memutar otak untuk menangkapnya. Anak majikan rumah ini yang sebelumnya berkuasa kini menjadi budaknya. Budak yang dapat disuruh-suruh seperti pembantu sekaligus sebagai budak seksnya. Sementara ia yang sebelumnya seorang buronan tahanan kini sedang menikmati surga dunia. Dirinyalah yang menang. Malam ini ia adalah seorang raja.
"Sekalian juga mintain air jeruk, nasi putih, dan sambal terasi. Semur dagingnya juga."

Sandra menelpon pembantunya memintanya untuk mengantarkan semua pesanan Garwo itu. Seperti sebelumnya, pembantunya itu diharuskan menaruhnya di depan pintu saja sebelum ia sendiri yang akan keluar mengambilnya di bawah tatapan awas serta ancaman Garwo. Pada akhirnya dirinya tetap saja terjebak di dalam kamar bersama Garwo.

"Ayo, pindahin semua makanan itu ke meja. Cepat!" perintah Garwo seperti ke seorang pembantu. Buru-buru Sandra memindahkan piring-piring berisi makanan dari nampan yang beroda itu ke meja.

"Buka bajumu lagi Nik. Lepas semuanya. Disini kamu ga perlu pake apa-apa."
"Nah ya bagus... bagus. Hehehehe," kata Garwo saat melihat Sandra melepas dasternya sehingga telanjang bulat. Pandangannya seketika berseri-seri. "Sayang sekali HP-mu kau hilangkan. Kalau nggak, bisa kufoto lagi pose-pose bugilmu ini. Hahahaha."

"Kamu berbaring disini," perintahnya menyuruh Sandra tidur telentang di lantai berlapis karpet Persia yang indah itu. Dituangkannya beberapa makanan di atas tubuh Sandra terutama di sekitar payudara dan paha. Kemudian diambilnya makanan tersebut dengan mulutnya sambil sekalian mengecupi dan menjilati kulit mulus Sandra. Rupanya ia sengaja menjadikan tubuh putih mulus Sandra sebagai piring makannya. Demikian ia lakukan berulang-ulang sampai seluruh makanan di meja itu tandas habis masuk ke dalam perutnya.

Setelah acara makannya selesai Garwo menggenjot Sandra di atas lantai berkarpet tebal itu. Disetubuhinya gadis cantik putih mulus berparas oriental itu secara bertubi-tubi. Membuat Sandra kembali mengeluarkan suara teriakan-teriakan serta desahan-desahan yang cukup nyaring. Untungnya kamarnya kedap suara. Sehingga selain mereka berdua tak ada yang mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar itu.

"Ayo mandi bareng Nik." Garwo berkata setelah ia selesai menggarap Sandra. Dengan menghela napas, Sandra bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi mewahnya. Sementara Garwo berjalan mengikuti sambil meremas-remas susu Sandra dan merogoh vaginanya yang masih basah oleh sisa-sisa spermanya dari belakang.

--@@@@--

Di dalam kamar mandi...
Sandra membilas punggung Garwo dengan air shower. Statusnya sebagai anak gadis majikan yang berkuasa di dalam rumah ini kini berubah total. Ia kini menjadi budak seks pemuas nafsu primitif cowok buronan penjara itu. Sebaliknya Garwo bersikap seperti seorang boss. Dengan sok berkuasa ia menyuruh Sandra melakukan apapun seenak udelnya. Bahkan hal-hal yang sangat merendahkan gadis itu. Tanpa mempedulikan perasaannya sama sekali.

Tadi begitu masuk ruang shower, Garwo menyuruh Sandra berlutut di depannya dan membersihkan sisa-sisa sperma dari penisnya dengan cara mengulumnya dengan mulut. Alih-alih bertambah bersih, penis Garwo jadi terangsang dan ngaceng lagi. Pada akhirnya penisnya kembali memuntahkan air mani. Kali ini sasarannya adalah wajah cantik Sandra.

Entah kesaktian apa yang dimiliki cowok tersebut. Yang pasti kekuatan fisik dirinya begitu luar biasa. Mungkin karena adanya faktor marah dalam dirinya, disamping juga daya tarik seksual Sandra yang memang sangat tinggi. Yang jelas meski telah "mengecrot" Sandra beberapa kali, kali ini penisnya tetap mengeluarkan cairan cukup banyak. Membuat dalam sekejab wajah dan rambut Sandra jadi belepotan oleh semprotan sperma yang arahnya tak beraturan itu.

Dengan gaya seperti boss, Garwo bersandar di dinding dengan kedua tangan terangkat keatas saat Sandra membilas punggungnya dan membersihkan sabun pada kedua ketiaknya. Sesaat kemudian ia memberi isyarat kepada Sandra yang berdiri di belakangnya untuk mendekat. Dan Sandra pun dengan patuh mendekatkan dirinya ke tubuh Garwo. Dadanya yang putih mulus ditempelkan ke punggung gelap Garwo.

"Mmmhhh...." Garwo menggumam ketika sepasang payudara ukuran 34B Sandra menyentuh dirinya. Dan gumamannya semakin panjang ketika gadis itu - bagai sapi yang dicokok hidungnya - dengan penuh kepatuhan dan pengabdian tinggi menggesek-gesekkan payudaranya di punggungnya. Sambil kedua tangannya memeluk tubuh Garwo dari belakang.

Tangan Sandra turun ke bawah menggapai batang kejantanan yang telah mengeras lagi itu. Dikocoknya batang panjang itu dengan tangannya yang halus. Dan payudaranya terus menggesek-gesek punggung cowok itu. Membuat perbedaan warna kulit keduanya jadi sungguh kontras. Apalagi payudara Sandra begitu putih halus dengan puting kemerahan sementara punggung Garwo penuh tato dan bekas-bekas luka sayatan.

Keduanya bagaikan perpaduan kontras antara ekstrim feminin dan ekstrim jantan, kekuatan dua kutub yang saling berlawanan dan sama kuat, bagaikan lambang "yin" dan "yang" yang saling seimbang.
"Oooh... teruskan Nik. Ayo terus kocok dan gosok-gosok terus," gumam Garwo merasakan kenikmatan ganda yang diberikan gadis itu.

Garwo membalikkan diri. Ditatapnya paras cantik oriental gadis itu... dengan tubuh sexy-nya yang terbuka di depan matanya. Tiba-tiba diciumnya bibir Sandra. Diciumnya dengan penuh keganasan dan nafsu birahi laki-laki yang sangat tinggi.

Sandra membiarkan bibirnya dinikmati oleh cowok ini. Bahkan saat ini ia memejamkan mata. Seolah dirinya telah pasrah. (Atau jangan-jangan juga ia menikmatinya?) Tak dapat dipungkiri, ia sangat benci dengan cowok kasar ini. Cowok yang telah menggagahi dan merenggut kehormatannya. Namun berada pada situasinya sekarang, tak ada hal lain yang dapat dilakukan kecuali pasrah. Saat kepasrahan terjadi, selanjutnya adalah tahap penerimaan kenyataan. Saat itu terjadi, pikirannya mulai terbuka dan merasakan kenikmatan rangsangan fisik pada tubuhnya.

Secara tiba-tiba Garwo melepaskan ciuman pada dirinya. Nuansa sedikit romantis yang terjadi pada diri Sandra seketika hilang. Mata Garwo menatap ke dadanya dengan tatapan mesum dan melecehkan. "Susumu betul-betul menggairahkan, Nik," katanya sambil kedua tangannya memegang dan meremas-remas. "Bikin orang jadi ngaceng terus, hahahaha."

Selanjutnya Garwo menyuruh Sandra berdiri membelakanginya. Dengan kedua kaki sedikit dibuka. Dalam posisi mirip seperti Garwo barusan, Sandra memunggungi Garwo dengan bersandar di dinding namun agak membungkukkan dirinya supaya "milik Garwo" dapat mencapai "miliknya" karena cowok itu lebih pendek darinya.

Dalam posisi membelakangi Sandra, lagi-lagi penis Garwo menghajar vagina Sandra menusuk-nusuknya dengan bertubi-tubi. Sambil kedua tangannya menggapai dan meremas-remas payudara Sandra. Membuat teriakan-teriakan dan desahan-desahan kerasnya menggema di dalam kamar mandi itu. Saat cowok kelas rendah ini menyetubuhi dirinya bagaikan binatang buas pada posisi doggy style.

Semua itu terjadi di bawah pancuran air shower hangat yang terus mengucur membasahi dua sosok manusia berbeda jenis kelamin dan berbeda segalanya itu...
 
Chapter 11 - Strange Bedfellows

(Catatan: strange bedfellows terjemahan secara harafiahnya yaitu teman seranjang yang tak lazim. Seperti halnya yang terjadi antara Garwo dan Sandra secara de facto saat ini. Meski status keduanya yang begitu jomplang pada kenyataannya mereka berdua telah menghabiskan waktu bersama di ranjang, meski hal itu terjadi dengan adanya unsur paksaan terhadap Sandra. Sementara terjemahan maknanya yaitu sekutu yang tak lazim. Seperti peristiwa yang akan dialami oleh mereka berdua disini).

Sandra muncul dari kamar mandi. Kali ini ia tak telanjang bulat namun dengan daster menutupi tubuhnya serta pakaian dalam lengkap. Sementara Garwo yang telah balik ke kamar terlebih dahulu juga kini telah memakai celananya kembali. Sepertinya hasrat seksual Garwo terhadap Sandra hari ini telah tuntas habis seluruhnya. Bagaimana pun, sekuat-kuatnya dirinya, se"binatang-binatang"nya dia, ia adalah manusia biasa yang juga bisa kelelahan dan perlu istirahat.

Selama di dalam kamar mandi barusan, setelah menggarap Sandra di ruang shower tadi, ia kembali mengeksekusi Sandra tiga kali lagi. Di bath tub ia menggasak gadis itu dua kali secara berurutan. Setelah itu ia melakukan satu kali lagi di lantai kamar mandi. Saat ia terangsang lagi menyaksikan tubuh sexy Sandra telanjang bulat.

Secara total ia telah menggenjot gadis ini enam kali, dua di kamar dan empat di kamar mandi. Itu belum termasuk beberapa kali gadis itu menyepong dirinya di sela-sela enam kali hubungan seksual mereka tersebut.

Kini nafsu birahinya telah hilang. Begitu pula dengan rasa marahnya terhadap gadis ini. Karena ia telah sukses besar melampiaskan keduanya. Kini dirinya perlu istirahat untuk mengembalikan energinya kembali.

Beruntung bagi Garwo, sebelum ini nyali perlawanan Sandra telah berhasil ia hancur-leburkan. Sehingga kini gadis itu sama sekali tak berani melawannya. Kalau tidak, keselamatan dirinya bisa terancam. Karena dirinya kini terlalu lelah seandainya Sandra saat ini memberontak.

Kini adalah saat tepat baginya untuk meninggalkan tempat ini. Urusannya disini telah selesai. Gadis ini telah berhasil dihukumnya dengan hebat. Dan rasa takut masih menguasai gadis ini.

"Awas! Kau jangan pernah mengatakan kepada siapapun kalau aku datang kemari! Kalau kau tak ingin mampus! Hari ini aku masih berbaik hati. Tapi setelah ini aku tak akan segan-segan membunuhmu."

Setelah semua yang kaulakukan barusan, kau masih bisa mengatakan dirimu baik hati lalu mengancamku? Teriak Sandra dalam batinnya. Hatinya kini betul-betul marah. Namun Garwo tak mempedulikan Sandra lagi. Ia membalikkan badan dan berjalan menuju pintu balkon untuk meninggalkan tempat ini. Dengan cara yang sama seperti saat ia datang tadi. Yaitu memanjat selihai monyet.

Saat itu Sandra hendak berbicara ketika tiba-tiba Garwo berbalik badan dan memberi isyarat untuk diam. Sekaligus ia menyuruhnya untuk mematikan lampu. Saat melakukan itu, matanya mencorong garang dan sikapnya seperti binatang buas yang sedang terancam. Dalam keadaan seperti itu, pikiran bawah sadar Sandra dengan refleks melakukan apa yang Garwo inginkan. Lampu kamar dan di luar kamar ia padamkan sehingga ruangan seketika menjadi gelap. Garwo mengatakan dengan suara berbisik," Sepertinya ada orang di bawah yang sedang mengintai kamar ini." Lalu dengan halus dan perlahan ia mengintip dari samping tirai.

"Ha! Ternyata dia adalah "kawanmu", aparat yang mupeng denganmu itu," suara Garwo menjengek. "Mungkin sudah sepanjang malam ia mengawasi kamarmu ini."

Juhari! Batin Sandra. Namun Sandra lebih terperangah dengan insting survival dari Garwo. Dari dalam kamar bisa merasakan adanya orang yang mengawasi di bawah. Orang ini seperti binatang buas saja yang punya naluri kuat terhadap alam sekitar. Namun sebaliknya, ia bisa melakukan tindakan nekat tanpa berpikir panjang dan tak mempedulikan keselamatan dirinya maupun orang di sekitarnya. Seperti yang dilakukannya dengan menyusup ke tempatnya ini.

"Kau jangan bertindak nekat!" jawab Sandra cepat. "Aku punya ide mengeluarkan dirimu secara diam-diam tanpa diketahui orang," katanya lagi.
"Maksudmu kau berniat untuk menjebakku?" jengek Garwo. "Kaukira aku sebodoh itu mempercayai dirimu?" Setelah apa yang ia lakukan terhadap dirinya, bagaimana mungkin gadis ini tidak berusaha membalas dendam dan menjebaknya?

Namun kali ini Sandra justru mencibirnya baik. "Aku tahu kau bukan orang yang terlalu cerdas. Tapi tak kusangka rupanya kau bahkan lebih tolol dari orang yang di bawah itu."
"Apa maksudmu?! Kau jangan berbuat macam-macam menantangku," ancam Garwo dengan tajam.
Kali ini Sandra tak tergoyahkan oleh ancaman Garwo.
"Ternyata hanya itu saja kemampuanmu?" jengek Sandra. "Bisamu cuma menakut-nakuti cewek saja?"

"Tak mengertikah kau bahwa saat ini kita berada di posisi yang sama. Kau ingin kabur dari sini dengan selamat tanpa ketahuan. Aku pun juga sama. Aku ingin kau bisa keluar dari sini tanpa diketahui orang. Demi reputasi diriku! Aku tak ingin ada orang yang mengetahui apa yang barusan kau perbuat terhadap diriku. Apalagi setelah ini aku akan menikah. Apabila sampai diketahui orang, tidakkah hal itu akan berpengaruh buruk terhadap diriku?" tanya Sandra dengan pertanyaan retorikanya.

"Sebaliknya kau malah mengancamku untuk menutup mulut. Heh! Untuk apa aku mengatakan kepada dunia akan perbuatan bejatmu terhadap diriku barusan?! Setelah semua yang kaulakukan terhadapku hari ini, tidakkah kau bisa melakukan satu hal secara baik sedikit saja?"

"Lalu kau mengancam akan membunuhku. Apakah itu demi melindungi reputasimu sebagai penjahat tingkat atas? Supaya tak ada yang tahu kalau ternyata seorang penjahat yang katanya hebat itu telah melakukan perbuatan kriminal yang paling rendah yaitu memperkosa perempuan! Kalau kau ingin membunuhku, bunuhlah aku sekarang juga!" bentak Sandra.

Saat mengatakan itu Sandra sempat menahan isak tangis. Namun kata-katanya itu mengandung ketetapan hati yang sangat kuat. Bahkan sampai membuat Garwo tak mampu menjawab. Membuat suasana ruangan mendadak jadi hening. Hanya sesekali terdengar suara isak tangis Sandra.

"Maafkan aku Nik," Garwo akhirnya berkata. "Maafkan aku. Aku sungguh menyesal akan perbuatanku barusan," katanya dengan lunglai. Bahkan sampai ia akhirnya terduduk di lantai.

Kata-kata Sandra barusan sungguh menghantam ulu hatinya. Dan suara isak tangis yang berusaha ditahan Sandra di sela-sela keheningan suasana dan kegelapan ruang itu bagaikan pisau tajam yang mengiris-iris hatinya. Membuat penjahat kawakan yang selama ini begitu ditakuti kawan dan lawan itu kini bagaikan sosok yang tak punya semangat lagi. Apa yang sebelumnya ia lakukan dengan hati bergelora dan penuh berapi-api terhadap Sandra kini terasa begitu memalukan sekali. Kebanggaan diri dan kepuasan batin saat menyetubuhi gadis itu kini semuanya hilang sirna. Kosong.

Bahkan untuk pertama kalinya semenjak ia melewati masa kecilnya, Garwo menangis! Seorang kriminal tangguh seperti dirinya menangis. Hanya karena kata-kata yang keluar dari mulut gadis muda. Gadis yang sebelumnya telah diharu-birukannya sampai terpuruk ke dasar jurang. Beruntung saat itu suasana ruangan masih gelap sehingga tak ada yang melihat dirinya dalam keadaan menangis.

"Aku akan menebus kesalahanku. Katakankah apa yang harus kuperbuat maka semua akan kulakukan. Kalau kau ingin aku menyerahkan diri kepada mereka sekarang juga, aku akan keluar dari sini tanpa melawan."

"Tidak! Kau tak boleh menyerahkan diri sekarang!" kata Sandra tegas. "Seperti kubilang tadi, aku akan membantu mengeluarkanmu dari sini tanpa diketahui oleh mereka. Untuk itu kau harus mengikuti rencanaku. Setelah kau bebas nanti, kita tak pernah bertemu dan tak akan pernah bertemu lagi."
"Baik, aku menuruti. Dan aku bersumpah setelah keluar dari sini aku tak akan pernah mengatakan kepada siapapun akan pertemuan kita hari ini. Sekali lagi, aku minta maaf dan sangat menyesal sekali."

"Kejadian yang sudah berlalu biarlah berlalu," kata Sandra datar. "Sekarang kita harus fokus dengan tujuan kita sekarang. Untuk itu, pertama-tama aku akan menyalakan lampu kecil terlebih dahulu. Apakah kau siap?" tanya Sandra yang didasarkan atas kelembutan hatinya. Ia tahu Garwo sebelumnya menangis dan orang tangguh seperti dia tentu tak ingin dilihat orang menangis. Oleh karena itu ia menanyakan kesiapannya. Setelah diiyakan, barulah Sandra akhirnya menyalakan sejumlah lampu kecil.

"Kau jangan kuatir. Tirai kamar ini sangat tebal sekalian juga kedap suara. Sehingga tak ada orang di luar yang bisa melihat atau mendengar ke dalam sini meskipun ia menunggu selama berjam-jam sekalian."

"Saat ini sebaiknya kau tetap disini. Karena bisa jadi di bawah masih ada beberapa yang belum tidur. Selama di dalam kamar ini kau tetap aman. Kita lihat situasi nanti sebelum dini hari. Sekitar jam 3 gitu. Mungkin nalurimu bisa membantu melihat suasana sekitar nanti."

"Mengenai orang itu (Juhari), aku punya akal untuk menangkalnya," kata Sandra. Tak hanya itu, ia bahkan akan mempermalukannya batinnya dalam hati. Sebagai balasan atas sikap menyebalkannya selama ini.

Garwo mengiyakan seluruh ucapan Sandra. Selama itu kepalanya selalu tertunduk. Ia tak berani menatap wajah Sandra. Gadis yang sebelumnya telah digagahinya beberapa kali itu kini seperti begitu menakutkan baginya. Sebaliknya justru Sandra yang dapat bersikap lebih normal.

Untuk menghabiskan waktu, akhirnya Sandra bertanya tentang masa lalu Garwo. Mulai dari kisah hidupnya yang tidak bahagia di masa kecil sampai kemudian terjerumus ke dunia hitam dan akhirnya menjadi buronan. Saat dirinya bercerita itulah Garwo mulai berani mengangkat wajahnya dan beberapa kali memandang ke arah Sandra. Apalagi percakapan berlangsung cukup akrab - meski tetap formal - karena Sandra banyak bertanya tentang hal-hal tentang kehidupan yang sama sekali asing baginya. Sementara Garwo juga dengan jujur menceritakan semuanya. Termasuk semua kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya.

Namun Garwo tetap berpegang teguh akan satu hal. Yaitu dirinya sama sekali tak tahu menahu akan kegiatan terorisme yang dituduhkan kepadanya. Ia hanya melakukan perampokan dan kegiatan kriminal lainnya yang secara langsung tak langsung membantu kegiatan tersebut. Baru setelah tertangkap ia sadar rupanya ia diperalat dan lalu dikorbankan oleh orang yang menyuruhnya. Sayangnya pihak yang menangkap dirinya tak mempercayai begitu saja ucapannya. Bahkan ia sempat "diinterogasi" dan dihajar supaya membuka mulut tentang organisasi terlarang itu. Memaksanya buka mulut atas sesuatu yang tak ia ketahui.

Sandra yang mendengar kesungguhan hati Garwo ketika mengungkapkan itu mampu mempercayai kebenaran kata-katanya. Sementara dirinya agak bergidik saat mendengar sumpah Garwo yang akan mengejar dan membalas dendam pentolan organisasi terlarang pembuat rusuh yang telah menjebak dirinya itu. Ia tahu betul Garwo memaknai sungguh-sungguh ucapannya itu. Ia berharap semoga orang itu tak terlalu menderita dibuatnya.

Sementara waktu yang tersisa masih agak panjang sampai pukul tiga...

Dari hasil pembicaraan mereka, Sandra mulai dapat mengerti posisi Garwo. Dari semula merasa jijik dan benci kini timbul rasa simpati kepadanya. Terlepas dari apa yang diperbuat terhadap dirinya, orang ini punya karakter kuat dan kehormatan tinggi terhadap dirinya sendiri. Jauh lebih tinggi dibanding Juhari misalnya. Sungguh berbanding terbalik dengan status mereka.

Ia dapat memahami betapa tinggi rasa penyesalan dalam diri Garwo saat ini. Ia sama sekali bukan tipe penjahat terhadap perempuan. Namun hari ini entah setan apa yang merasuki dan menguasai dirinya. Bahkan boleh dikata saat ini Garwo jauh lebih tertekan hatinya dibanding dirinya yang notabene adalah korbannya.

Selain rasa hormat, Sandra juga merasa kasihan terhadap orang ini. Dari ucapan dan tindakannya, orang ini selalu hidup dalam dunia penuh kekerasan dimana hanya ada dua pilihan: menaklukkan atau ditaklukkan. Tak ada sedikitpun simpati apalagi kasih sayang. Dari cara perlakuannya terhadap dirinya, ia yakin orang ini sama sekali tak pernah punya teman dekat wanita. Apalagi bahkan ibunya sendiri pun juga lebih memilih suami barunya ketimbang dirinya.

"Ada satu hal yang aku masih tidak mengerti tentang kau," kata Sandra.
"Tentang apa?"

Sandra tak menjawab. Ia bangkit berdiri dari ranjangnya dan berjalan mendekati Garwo. Sampai ia begitu dekat darinya. Membuat Garwo merasa tidak enak hati dan secara refleks melangkah mundur. Namun Sandra terus mendekat bahkan memeluk cowok itu.

"Apa, apa yang kaulakan Nik?" tanyanya dengan agak grogi.
"Aku ingin tahu... orang seperti dirimu, seandainya punya kesempatan maukah dan mampukah kau saling menukar kasih sayang dengan seorang perempuan," kata Sandra dengan berbisik.

"Nik, tidak. Jangan! Jangan membuatku melakukan kesalahan tolol lagi," kata Garwo berusaha melepaskan diri dari pelukan Sandra.
"Kali ini berbeda. Aku merelakan sepenuh hati. Kita lakukan secara berbeda. KAU lakukan dengan berbeda," jawab Sandra yang kemudian mengecup bibir Garwo.

"Tidak! TIDAK!" seru Garwo sambil melepaskan diri dari Sandra dengan kasar. "Telah cukup tersiksa diriku karena apa yang kuperbuat tadi. Jangan ditambah lagi. JANGAN!" bentak Garwo dengan mata mendelik karena naluri survival-nya kembali muncul.

Namun Sandra tak menyerah. "Justru karena itu, untuk mengoreksi kesalahan yang kauperbuat tadi, sekarang kita lakukan secara benar," jawab Sandra.

Tiba-tiba Sandra menanggalkan dasternya. Lalu juga bra dan celana dalamnya. Sehingga dalam sekejap tubuhnya telanjang bulat tanpa apa-apa di depan mata Garwo!

"Bukankah tadi kaukatakan sendiri bahwa kau akan melakukan apapun yang kukatakan," kata Sandra dengan tersenyum. "Sekarang kita lakukan hal itu lagi. Tapi dengan caraku."

Pikiran Garwo terbelah. Ia tetap diam bergeming. Di satu sisi ia tak ingin melanggar diri Sandra lagi. Namun ucapan dan tindakan gadis ini begitu membingungkan dirinya. Di satu sisi ia tak berani memandang tubuh Sandra. Namun pada saat bersamaan pemandangan indah di depannya begitu menggetarkan naluri laki-laki pada dirinya. Apalagi dengan suasana ruang yang agak remang, membuat tubuh indah Sandra jadi terlihat semakin menggairahkan.

"Ah, jangan kau membuatku terasa rendah disini. Aku tahu kau suka dengan diriku. Kalau tidak, tak akan kau tadi melakukannya sampai berjilid-jilid," kata Sandra sambil menyentuh tangan kanan Garwo dan menempelkannya di payudara kanannya.

"Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tak tahu bagaimana cara yang benar melakukannya," kata Garwo akhirnya sambil matanya menatap ke payudara Sandra yang terasa hangat di tangannya itu.

Memang selama ini ia melakukannya dengan cara "langsung hajar". Untuk sekedar memuaskan nafsu seksualnya saja. Dan betul dugaan Sandra. Ia tak pernah punya teman dekat wanita seumur hidupnya. Selama ini ia selalu menyewa PSK untuk melampiaskan gairahnya.

"Ikuti saja naluri dalam dirimu," jawab Sandra. "Jangan terlalu dipikirkan bagaimana cara benarnya. Aku tak masalah seandainya kau melakukan seperti yang kaulakukan tadi," bisiknya lagi sambil memeluk tubuh Garwo dan mencium bibirnya.

Dalam sekejap keduanya kini saling berpelukan, saling berciuman. Awalnya Sandra yang memulai dan di saat-saat awal dirinyalah yang lebih aktif menjelajahi bibir Garwo. Sementara cowok itu lebih banyak menerima.

Namun lambat laun naluri laki-laki pada diri Garwo mulai mendorongnya melakukan aksi yang sama. Membuat kini keduanya saling aktif memagut dan menikmati bibir lawan main masing-masing. Bahkan lidah keduanya kini juga saling beradu.

"Oooh..."
Sandra mendesah saat kedua tangan Garwo menyentuh payudaranya. Kedua putingnya jadi makin mengeras saat tersentuh dan sengaja dimain-mainkan oleh jari-jari Garwo. Membuat ia membalas dengan meraba selangkangan cowok itu. Terasa olehnya batang kejantanan yang begitu mengeras. Batang kejantanan yang sebelumnya telah dirasakan kedahsyatannya di dalam dirinya itu. Membuat keduanya semakin terangsang dan semakin saling menciumi dengan ganas. Bahkan tangan Sandra kini menyusup masuk ke dalam celana Garwo dan mengocok-ngocok. Di bawah temeram lampu ruangan yang remang-remang dua manusia berlainan jenis yang warna kulit tubuh keduanya sangat berbeda kontras itu saling memuaskan satu sama lain.

Garwo melepas celana dan celana dalamnya. Membuat keduanya kini sama-sama bugil telanjang bulat. Sandra duduk berlutut di depan cowok itu. Tangannya meraih batang penis hitam besar panjang berurat itu kemudian disepongnya dengan mulutnya. Garwo pun menggeram nikmat. Sementara mulut Sandra terus mengulum dan bergerak maju mundur. Batang penis yang sebelumnya terasa begitu menjijikkan itu kini dengan sukarela diemut dan dikulum di dalam mulutnya.

Setelah Sandra selesai menyepong penis Garwo dan bangkit berdiri kembali, Garwo langsung menyasar payudara Sandra. Diemut dan dikenyot-kenyotnya secara bergantian. Sambil tangannya memainkan yang satunya. Puting kemerahan Sandra yang telah mengeras itu ia mainkan dengan ujung lidahnya. Membuat gadis itu semakin geli terangsang. Kini Sandra mulai mengeluarkan suara desah-desahan erotis. Apalagi tangan Garwo mulai meraba-raba pangkal paha mulusnya sebelum kemudian menyentuh dan merangsang vaginanya.

Sampai akhirnya kini Garwo tak tahan lagi untuk segera menikmati kemulusan gadis ini dengan mengeksekusinya. Sekali lagi, Garwo kembali menindih tubuh Sandra di atas ranjang besar yang mewah dan sangat nyaman itu. Lalu dimasukkannya penisnya ke dalam liang vagina Sandra. Dan dikocok-kocoknya penisnya menempus sempitnya pelukan erat otot vagina gadis itu.

"Ooohhhh....ooohhhh....oooohhh......."
Sandra mendesah berulang-ulang dengan keras seiring irama gerakan tubuh Garwo memompa penisnya di dalam diri gadis itu.

"Ooohhhh....ooohhhh....oooohhh......."
"Ooohhhh....ooohhhh....oooohhh......."
Teriakan dan desahan secara periodik dan repetitif kini bergema di seluruh ruang kamar. Sebuah desahan khas perempuan saat sedang disetubuhi laki-laki.
"Ooohhhh....ooohhhh....oooohhh......."
"Ooohhhh....ooohhhh....oooohhh......."
Sementara Garwo terus menggenjot penisnya di dalam vagina gadis berparas cantik oriental ini. Ditambah dengan aksinya mengemut puting payudaranya.

Puas melakukan aksi bersetubuh dalam posisi tradisional kini mereka berganti posisi. Kali ini Garwo yang rebah tiduran telentang. Sementara Sandra berada di atas. Kali ini giliran Sandra yang memegang kendali. Batang tegang keras yang mengacung tegak ke atas itu "dinaikinya".

"Ooohh."
Sandra mendesah perlahan saat penis besar panjang itu masuk menembus vaginanya. Dirasakannya betapa "gemuk" benda tumpul ini terasa di dalam dirinya. Dalam posisi diatas seperti ini, batang kejantanan Garwo memberikan sensasi yang berbeda terhadap dirinya dibanding sebelumnya.

Tanpa menunggu lama lagi Sandra mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur merasakan betapa penis keras laki-laki ini merangsang seluruh syaraf-syarat sensitif di bagian alat seksualnya.

"Ooohhh....oooohhhh....ooohhhhhh....."
Kembali teriakan-teriakan Sandra mengisi seluruh ruang kamar yang tanpa keberadaan cowok ini seharusnya sunyi senyap itu. Tubuhnya bergerak-gerak di atas tusukan penis Garwo. Payudaranya bergerak berputar-putar seiring dengan gerakan pinggulnya. Kedua tangan Garwo meraih sepasang payudara yang begitu menggiurkan dan memainkannya. Membuat gerakan tubuh dan desahan-desahan Sandra makin liar tak terkendali.

Sampai akhirnya... Sandra meracau tak jelas. Tubuhnya menggelinjang tegang. Vaginanya mengeluarkan cairan cukup banyak sehingga menjadi becek. Di atas batang penis Garwo itu, Sandra mengalami squirt orgasme!

Menyaksikan ekspresi wajah Sandra ketika orgasme sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan olehnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Garwo melihat seorang wanita mengalami orgasme. Untuk pertama kalinya ia telah memuaskan wanita secara seksual. Sungguh satu kepuasan tersendiri menyaksikan ekspresi penuh kepuasan dari gadis ini. Dan semua ini disebabkan oleh kontolnya!

Setelah berhasil memuaskan Sandra, kini ia tak perlu berlama-lama lagi bertahan. Untuk itu ia mendekatkan penisnya ke wajah Sandra. Sambil memegang batang yang telah memberinya kepuasan itu, Sandra kembali mengulum ujung kepalanya. Mulutnya bergerak maju mundur merangsang setiap titik sensitif pada kepala penis itu.

Sampai akhirnya...
Crottssxzz....crottzzz.....kecrott...

Wajah cantik Sandra kembali untuk kesekian kalinya belepotan oleh semprotan mani yang keluar dari batang penis ini. Namun bedanya, kali ini ia mendapatkan kepuasan tiada tara dari batang ini. Satu hal yang seandainya jalan hidup dirinya berbeda sehingga terdapat kesempatan untuk itu, dirinya tak keberatan untuk merasakan semprotan air mani dari batang ini di bagian tubuh mana pun setiap hari!

Setelah melap wajahnya, Sandra tidur sambil berpelukan dengan Garwo di ranjang itu. Keduanya sama-sama telanjang bulat. Setelah mereka berdua sama-sama puas, sisa waktu yang ada memang sebaiknya digunakan untuk istirahat...

--@@@@--

Day 5
Pukul tiga pagi...

Mereka berdua terbangun dari tidur istirahat mereka. Setelah keduanya berpakaian, Garwo melihat situasi di bawah dari balik tirai. Rupanya Juhari masih berjaga disitu! Sandra mengatakan kalau ia akan menjalankan rencananya. Untuk itu dijelaskannya semuanya kepada Garwo sampai cowok itu betul-betul mengerti.

Sebelum berpisah, mereka berpelukan dengan erat. Karena setelah ini mereka tak akan pernah bertemu lagi. Sebelum meninggalkan, Garwo sekali lagi meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya sebelumnya.

Juga ia mengingatkan Sandra untuk minum obat pencegah kehamilan. Sungguh berbeda jauh dengan sikapnya sebelumnya saat ia mengejek gadis ini supaya melahirkan anak haram jadah dari benihnya. Sekarang justru dirinya yang mewanti-wanti gadis ini.

Sandra hanya tersenyum mendengarnya. Dirinya sudah mafhum betul akan hal-hal seperti ini. Ia jauh lebih berpengalaman dalam hal ini. Namun ia sungguh menghargai niat baik Garwo.

Sebaliknya, Sandra mengatakan kalau ia telah memaafkan semua perbuatan kasar cowok itu sebelumnya. Harapannya supaya cowok itu tak terbebani rasa bersalah. Sehingga ia dapat melakukan misi yang akan ia jalankan dalam hidupnya selanjutnya tanpa harus terpecah konsentrasinya.

Bahkan Sandra mengucapkan sesuatu yang sungguh menyentuh hati Garwo.
"Sesungguhnya, aku tak pernah punya niat melanggar janji apalagi menjual dirimu kepada mereka. Apapun yang ada di pikiranmu sebelumnya dan membuatmu sangat marah adalah salah sama sekali."
Dengan kata lain, kedatangannya menyusup kemari untuk membalas dendam terhadap Sandra sesungguhnya sama sekali tak berdasar. Namun alih-alih, setelah semua hal-hal buruk yang ia lakukan terhadap gadis ini, gadis ini justru membalasnya dengan kebaikan dengan "memberi jatah enak" yang selama ini tak pernah ia rasakan.

Dengan sungguh-sungguh Garwo berkata," Aku tahu kau tak ingin bertemu lagi denganku. Aku sangat mengerti itu. Namun apabila ada kesempatan kelak, selama hidupku kalau kau minta bantuan dariku aku akan bersedia melakukannya."

Pada akhirnya mereka pun berpisah. Sandra keluar dari kamarnya melalui pintu kamar. Sementara Garwo tetap menunggu di dalam.

--@@@@--

"Mas Juhari, wah sampai pagi-pagi gini Mas masih terus berjaga-jaga rupanya ya," kata Sandra yang tiba-tiba muncul di dekatnya. Membuat Juhari jadi agak kaget. Meski kaget namun ia cukup senang. Pakaian tidur yang masih dikenakan gadis ini dengan dibalut jaket untuk menahan dingin, membuat gadis ini terlihat sangat cantik. Tak hanya cantik namun juga begitu menggairahkan birahinya. Apalagi sikap gadis ini yang sangat ramah. Jauh berbeda dengan saat-saat sebelumnya. Sambil agak tersipu malu Sandra mengatakan kalau ia sebenarnya tak keberatan untuk kenal lebih dekat dengannya hanya saja malu diketahui mereka. Mendengar kata-kata dan sikap malu gadis ini, malam panjang yang dingin dan membosankan itu mendadak berubah jadi indah berbunga-bunga.

Bahkan ia tak keberatan diajak pindah ke tempat lain oleh gadis itu. Supaya bisa lebih leluasa berbincang-bincang. Apalagi saat sepi begini. Dalam hati Juhari sejujurnya, kalau ia harus memilih antara dapat meniduri gadis ini atau menangkap buronan penjahat itu mak tanpa ragu-ragu ia memilih yang pertama. Untuk apa bertaruh nyawa menghadapi penjahat berbahaya kalau dapat berasyik-masyuk dengan gadis secantik Sandra ini. Apalagi kalau syukur-syukur dirinya dapat menjadi pacar tetapnya sehingga ia dapat setiap saat menikmati jatah dari gadis ini. Satu hal yang sepertinya cukup memberikan harapan dari "pengakuan terus terang" gadis ini akan ketertarikannya terhadap dirinya.

Sandra tetap bersikap ramah dan terbuka saat berbincang-bincang dengan Juhari di tempat yang baru. Bahkan pandangannya selalu terpusat pada diri Juhari sambil terkadang tersipu saat ditatap balik. Hanya sesekali saja ia mengalihkan pandangannya ke arah balkon kamarnya dan pilar penyangga di bawahnya.

Percakapan "berbunga-bunga" itu terus berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya, beberapa menit setelah ia melihat ke arah kamarnya untuk terakhir kalinya, Sandra tiba-tiba berubah. Sikapnya mendadak jadi dingin dan berjarak terhadap Juhari. Bahkan dengan kurang ramah ia kemudian meninggalkan Juhari begitu saja.

Sikap Sandra yang tiba-tiba berubah sungguh menyinggung Juhari. Dari awalnya diangkat ke awang-awang, kini mendadak dihempaskan ke dasar tanah. Sama seperti saat ia mengunjungi tempat pijit ++ dimana terapisnya begitu manja dan centil. Saat bel berbunyi, tiba-tiba sikapnya berubah dingin dan kaku.

Ia sadar dirinya telah dikadalin bahkan dipermainkan oleh cewek ini. Dengan marah ia berusaha menghalangi Sandra pergi untuk "meminta penjelasan". Namun pada saat yang bersamaan dilihatnya Pak Sartono dan beberapa pegawai datang menghampiri.

Waktu yang diatur oleh Sandra sungguh tepat. Ia tahu betul beberapa dari mereka terbiasa bangun pagi-pagi sekali sebelum subuh. Oleh karena itu jadwal kepergian Garwo diatur sebelum mereka bangun tapi tak terlalu lama jaraknya. Demikian pula dengan tempatnya. Tempat ini cukup dekat dengan kamar para pegawainya berada. Itu sebabnya ia mengajak Juhari pindah kemari selain untuk mengalihkan pengawasannya terhadap kamarnya.

Saat itu para pegawainya mendatangi mereka karena mendengar suara ribut-ribut. Melihat adegan dimana Juhari terlihat sedang mengancam nona majikannya, tentu mereka semua beramai-ramai membela Sandra. Apalagi rekam jejak Juhari selama beberapa hari ini terlihat sekali sangat ingin mendekati Sandra. Juhari jadi semakin tak berkutik saat beberapa pegawai perempuan juga ikut-ikutan datang dan "mengeroyoknya" karena tentu mereka semua berpihak pada Sandra.

Membuat Juhari tak dapat berbuat lain kecuali membiarkan Sandra pergi meski dengan perasaan dongkol. Ia tak ingin insiden kembali terjadi dimana Zulkifli kemudian ikut campur. Akhirnya ia pun ngeloyor pergi.

Namun ia punya rencana untuk membalas dendam terhadap gadis itu. Ia tahu gadis itu tadi beberapa kali mengalihkan pandangan ke jendela kamarnya. Sayang ia menyadarinya terlambat karena dirinya terlena. Namun kalau dikiranya ia tak mengetahui hal itu, maka gadis itu sungguh telah meremehkan kecerdasannya!
 
Mantapp lanjutkan bro..
Cerita ini akan sangat luar biasa seandainya juhari berhasil menjebak sandra dan menikmatinya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd