Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT The Confluence (Revised Version) Part 2

Chapter 12 - Juhari dan Sandra

Sandra bangun agak siang. Ia sedang duduk santai di ranjangnya sambil membaca novel dan merasakan sejuknya udara gunung yang semilir masuk melalui pintu balkon yang saat ini sedang dibukanya itu.

Ia memakai baju kemeja tidur atasan saja yang panjangnya sepaha dengan kancing di depan. Ia tak memakai bawahan ataupun bra. Karena toh ia sedang bersantai di dalam kamarnya sendiri.

Tak ada orang yang akan mengganggunya. Kecuali Garwo yang dapat dengan ajaib memanjat lalu masuk ke kamarnya ini, tak ada orang lain yang dapat melakukannya. Saat ini Garwo telah meninggalkan tempat itu sehingga ia tak akan muncul lagi secara tiba-tiba seperti kemarin. Apalagi masalah diantara mereka telah terselesaikan.

Well, rupanya Sandra salah perkiraan. Garwo memang tak akan muncul lagi kesini. Namun selain Garwo ternyata ada orang lain yang dapat mengakses kamarnya dengan cara yang sama. Bahkan orang itu kini telah berada di balkon kamarnya. Juhari!

"Wah, wah, wah.. Rupanya seperti ini sang nona majikan rumah ini saat sedang bersantai," kata Juhari sambil menatap paha putih mulus Sandra yang terbuka itu. Sambil berbicara, Juhari berjalan masuk menuju kamar tidur Sandra. Begitu di dalam, segera ia menutup pintu balkon itu rapat-rapat. Sepertinya ia telah mengetahui bahwa kamar ini kedap suara.

"Apa yang kaulakukan disini?" tanya Sandra dengan wajah agak pucat. Sekaligus ia buru-buru menutupi dadanya dengan bantal karena tak ingin puting payudaranya yang tertera di balik pakaiannya dilihat oleh orang ini. Juga ia berusaha mengatur kakinya agar pahanya tak telalu terekspos.

Namun apa daya, pakaian yang kini dikenakannya terlalu pendek untuk dapat menutupi seluruh pahanya. Sementara selimut agak terlalu jauh posisinya. Sehingga ia hanya dapat menggunakan tangannya untuk menutupi sebagian pahanya. Membuat Juhari jadi tertawa-tawa mengejek melihat aksi sia-sia Sandra ini.
"Pahamu memang mulus banget Sandra. Hehehe," katanya tanpa sungkan-sungkan lagi sambil tak berkedip menatap paha mulus Sandra.

"Apa maumu muncul kesini?" tanya Sandra lagi. Terlihat ia cukup panik.
"Hahaha... Rupanya seperti itu tadi bangsat itu masuk dan bersembunyi di kamarmu kemarin ya. Hahahaha."

Saat Juhari muncul barusan, Sandra melihat adanya tali dan pengait yang digunakan Juhari naik ke tempatnya ini. Agak berbeda dengan Garwo yang kemarin muncul tanpa menggunakan peralatan apa-apa. Namun kini hal itu tak penting. Karena saat ini ia harus menghadapi hidung belang yang tiba-tiba telah berada di kamarnya ini.

"Apa maksudmu? Aku tak mengerti."
"Hahaha. Kau jangan berpura-pura. Mungkin dirimu malu mengakui. Sungguh beruntung sekali bangsat itu dapat mencicipi dirimu. Jadi berapa kali dirimu dinikmati olehnya?"
"Kau jangan ngomong sembarangan!" kata Sandra.

"Perlu kauketahui nona Sandra yang manis, menyembunyikan buronan adalah perbuatan kriminal. Kau tentu tak ingin dipenjara bukan? Hahahaha. Karena itu aku akan "menolongmu". Asalkan dengan "imbalan" yang sesuai."

"Sekali lagi aku tak mengerti maksudmu. Lagipula, tuduhanmu itu tak ada bukti!"
"Hahahaha, bukti dapat dicari bahkan diciptakan kalau memang perlu. Namun kita tak perlu sampai kesana. Aku hanya ingin sebuah pengakuan jujurmu saja. Ayo katakan. Antara kita berdua saja. Aku janji tak akan mengatakannya kepada siapapun. Akuilah dengan jujur kalau bangsat itu kemarin bersembunyi disini."
"TIDAK! Aku tak akan melakukan itu. Karena aku tak mengerti apa yang kaumaksud."

"Hmm, baiklah. Biarlah aku mengatakan secara terus terang saja. Saat ini kau punya dua pilihan: 1. Mengaku kalau orang itu bersembunyi di kamarmu kemarin atau 2. Kaulayani aku di ranjang ini. Aku berjanji akan memperlakukanmu secara lembut sehingga kau pun bakal menikmatinya. Aku berjanji tak akan melaporkan kesalahanmu dan akan menutup mulut.

"Tidak! Pertama, aku tak dapat mengaku atas sesuatu yang tidak benar. (Secara teknis Sandra tidak salah karena sebenarnya Garwo bukan bersembunyi di kamarnya namun justru menyusup masuk ke kamarnya untuk mengganggu dirinya). Kedua, aku tak akan menyerahkan kehormatanku kepada laki-laki secara sembarangan. Jangan berani-beraninya kau menggangguku. Pergi kau dari sini!" jawab Sandra dengan marah bercampur rasa takut.

"Sandra, oh Sandra. Perlu kauingat saat ini kita hanya berdua disini. Jadi tak ada gunanya kau mengancamku. Tak ada yang dapat menolongmu. Aku tahu kamarmu ini kedap suara. Sementara aku, hehehe, aku tak akan pergi sebelum hasratku terpenuhi. Jadi lebih baik kau menyerah saja. Kita lakukan permainan ranjang secara normal. Ok? Seperti kubilang, kau nanti akan menjadi ketagihan dibuatnya. Hahahaha."

"Tidak! Jangan! Pergi kau dari sini!" bentak Sandra ketakutan saat Juhari makin mendekat bahkan telah berada persis di depan ranjang. Sambil Sandra duduk meringkuk di sebelah dalam ranjang dengan posisi super defensif.

"Hmm, rupanya kau memang ingin perlakuan kasar ya. Jangan salahkan aku bertindak kasar kalau begitu," kata Juhari sambil naik ke ranjang dan menyergap Sandra.

"Tidak! Jangan! Lepaskan! Oh..Lepaskan aku!" teriak Sandra sambil memukul-mukul tubuh Juhari saat pria itu menggumul dan menindih tubuh Sandra yang hanya terpisahkan oleh daster tipis dan bantal yang masih berada di dadanya itu. Sementara Juhari berusaha mencium bibirnya yang sejauh ini belum berhasil karena Sandra selalu menggerakkan kepalanya untuk menghindarinya. Membuat Juhari makin penasaran sehingga ia terus berupaya untuk dapat segera mengunci bibir gadis ini.

Crrtt....crtttt...crrttt...
Terdengar bunyi sesuatu tiga kali. Bunyi yang cukup perlahan sebenarnya. Namun setelah itu Juhari mengerang kesakitan! Tubuhnya mendadak terasa lemas dan tak bertenaga. Seluruh syarafnya serasa lumpuh.

Dan... critt....crittt....
"Aagghhh....." Juhari menjerit saat kedua matanya kena semprot serbuk merica.

Dengan sekuat tenaga Sandra mendorong tubuh Juhari sehingga... gedebuk!... badan berat Juhari terjatuh dari tepi ranjang. Membuat Juhari kembali mengerang kesakitan. Di tangan kanan dan kiri Sandra terdapat stun gun dan semprotan merica. Kemudian Sandra menekan tombol merah di pinggir dalam ranjangnya membuat alarm keras seketika berbunyi di seluruh bagian kompleks villa itu. Sesuai prosedur yang telah ditetapkan, apabila alarm keras seperti ini berbunyi artinya ada hal sangat serius terjadi. Sehingga pintu kamar harus didobrak dengan paksa menggunakan alat khusus.

Selama ini tak ada seorangpun yang mengetahui kalau ternyata di dalam kamar anak gadis pemilik villa ini terdapat sejumlah alat-alat untuk pertahanan diri. Demikian pula dengan sistem alarm itu hanya diketahui oleh beberapa pegawai senior saja. Sejak villa itu dibangun, baru pertama kali ini kejadian seperti ini terjadi.

--@@@@--

Apa yang dilihat oleh Pak Sartono dan seluruh pegawai lainnya - juga Zulkifli dan rekan-rekannya - saat mereka masuk ke kamar Sandra sungguh sangat jelas. Sangat jelas parahnya perbuatan Juhari!

Sandra sedang duduk meringkuk di ranjang. Ia terlihat masih shock dan ketakutan. Pakaiannya agak berantakan. Di dekatnya masih terdapat stun gun dan semprotan merica itu. Sementara di lantai dekat ranjang Juhari sedang mengerang kesakitan tanpa mampu bergerak. Saat pintu balkon dibuka, disana terdapat tali yang masih terpasang yang baru saja digunakan untuk naik kemari. Kemudian Sandra menyetel rekaman pembicaraan yang terjadi barusan. Pada akhirnya Juhari tak mampu berkilah lagi.

Begitu masuk dan melihat keadaan Sandra, buru-buru Mbak Sari mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terbuka itu dan berusaha menenangkannya. Bagi semua orang disitu, pemandangan yang terjadi sangat jelas sekali menunjukkan apa yang terjadi. Juhari telah menyusup masuk ke kamar Sandra dengan niat sangat tercela yaitu berusaha memperkosanya.

Apa yang mereka lihat itu membuat semua pegawai yang hadir jadi bersimpati dengan nona majikannya itu dan sangat mengecam Juhari. Termasuk Parto dan Ucep sekalipun - yang diam-diam punya pikiran mupeng terhadap nona majikannya ini - begitu masuk segera menundukkan kepalanya tak ingin menyaksikan keadaannya dengan pakaian yang agak berantakan. Sementara para pegawai perempuan memaki-maki Juhari yang masih mengerang kesakitan itu.

Bagi Zulkifli dan kawan-kawan, ini adalah kejadian yang sangat tidak mengenakkan dan memalukan mereka. Membuat mereka tak bisa membantah apapun kecaman yang dilontarkan terhadap rekannya itu sambil terus meminta maaf.

--@@@@--

Zulkifli datang menemui Sandra untuk sekali lagi minta maaf kepada gadis itu. Ia dapat memahami kalau gadis itu nantinya akan membuat pengaduan resmi atas tindakan kejahatan Juhari terhadapnya. Namun sekali lagi ia memohon supaya gadis itu bersedia memaafkan kesalahan Juhari dan tak membuat pengaduan resmi itu.

Sandra hanya tersenyum dan berkata akan mempertimbangkannya. Satu hal yang direspon Zulkifli dengan ucapan terima kasih dan sekali lagi permintaan maaf.

Sore itu juga Sandra akhirnya meninggalkan villa mewah itu. Untuk itu sebuah helikopter secara khusus datang menjemputnya. Setelah apa yang terjadi, memang kini ia ingin segera balik ke rumahnya di ibukota.

Pada hari itu juga Zulkifli dan rekan-rekannya juga meninggalkan tempat itu. Setelah apa yang terjadi, kehadiran mereka disini sangat tidak populer dan tak diinginkan oleh seluruh pegawai yang ada. Apalagi pencariannya terhadap Garwo tak menemukan tanda-tanda positif. Disinyalir orang itu memang tak pernah berada di daerah sekitar situ.

Di antara semua anggota aparat itu, hanya Juhari seorang yang tetap yakin kalau Garwo telah bersembunyi di tempat itu. Bahkan secara khusus ia menunjuk kamar Sandra sebagai tempat persembunyiannya. Namun tak ada seorangpun yang mempercayainya. Mereka semua menganggap rekannya itu terlalu mengada-ada karena punya niat terselubung terhadap gadis itu. Apalagi setelah apa yang terjadi barusan, kredibilitas Juhari di mata rekan-rekannya telah jatuh ke titik nadir.

Pada akhirnya Zulkifli melaporkan kelakuan Juhari selama di lapangan kepada atasannya secara informal. Ia tak pernah melaporkan secara formal karena itu akan sedikit banyak mempengaruhi kredibilitas dirinya sendiri. Namun akibat dari pengaduan secara pribadi itu, saat itu juga Juhari dimutasikan menjadi staf di belakang meja di ibukota untuk mengurus hal-hal yang kurang penting. Membuat kariernya jadi tersendat kalau tak boleh dikatakan mentok selama beberapa tahun ke depan.

Sampai beberapa hari ke depan, tetap belum ada pengaduan secara resmi dari pihak keluarga Sandra. Namun tak berarti hal itu tak akan dilakukan oleh mereka mengingat deadline untuk itu masih cukup panjang. Apabila pengaduan resmi dilakukan, posisi Juhari bisa bertambah runyam. Selain bisa dipecat secara tidak hormat, juga kemungkinan besar dirinya menjadi terdakwa dan masuk penjara.

Sementara keberadaan Garwo sampai saat ini sama sekali tak diketahui.
 
side char nya kembangin juga om, terutama yg punya nama.
agak terganggu dikit scene preman nangis hehe
 
Chapter 13 - Sandra Sang Sutradara

Menjelang kepergian Sandra dari villa-nya...

Sandra sedang duduk di ruang perpustakaan saat pengecekan terakhir terhadap helikopter yang akan menerbangkannya sedang dilakukan. Ruang perpustakaan itu dominan dengan kayu jati berwarna gelap untuk dekorasi interiornya. Sungguh kontras namun serasi dengan pakaiannya yang dominan akan warna putih. Karena keduanya mempunyai cita rasa estetika tinggi. Dan foto selfie yang baru diunggahnya langsung mendapat ratusan pujian dan like.

Tanpa mengindahkan komentar-komentar yang masuk, Sandra sedang tersenyum sendiri. Semuanya berjalan persis dengan rencananya! Dan yang tak kalah pentingnya, segala sesuatunya berjalan dalam kontrol penuh dirinya.

Semuanya bermula saat kemunculan Garwo secara tiba-tiba di kamarnya dua hari lalu. Satu hal yang tentu sangat mengejutkan bahkan membuat ia benar-benar ketakutan. Namun justru disinilah awal mula seluruh permainan berlangsung...

Pikirannya melayang ke belakang... Usianya baru 14 tahun. Sebagai gadis remaja abg, hal-hal seputaran seks menjadi hal baru yang kini eksis dalam hidupnya namun sekaligus membingungkannya. Saat itu kedua orangtuanya sama-sama sibuk dengan urusan bisnisnya. Saat bertemu, hubungan berlangsung hangat dan terbuka namun hanya superfisial di permukaan saja. Topik pembicaraan tak pernah menyangkut hal-hal substantif. Termasuk hal-hal seputaran seks adalah hal tabu untuk dibicarakan. Membuat sehari-harinya ia jadi lebih sering mengobrol dengan Mbak Suti. Pembantu dekatnya yang selalu ada untuk dirinya. Dengan pembantunya itu sama sekali tak ada sekat-sekat ketabuan. Membuat seks seringkali menjadi topik yang paling sering dibicarakan. Mbak Suti adalah seorang janda berusia 30 tahunan yang pada dasarnya cukup aktif dan sangat doyan dengan seks. Akibatnya terjadilah transfer pengetahuan antara "suhu dan teecu" atau "master jedi dan young padawan" diantara keduanya. Apalagi Mbak Suti sama sekali tak memfilter omongannya. Termasuk ia tak sungkan-sungkan menceritakan apa yang diperbuatnya secara cukup vulgar dan "grafis".

"Dari pengalamanku selama belasan tahun, yang paling kuat mainnya di ranjang itu orang desa yang sehari-harinya banyak melakukan pekerjaan fisik."

Dalam berbagai kesempatan Mbak Suti selalu mengatakan itu. Meski kemudian ia selalu menambahkan:

"Tapi ini buat aku ya Nik. Orang lain tentu beda. Seperti Nonik gini ya ndak mungkin khan main sama laki kampung."

Kata-kata Mbak Suti yang diucapkan berulang-ulang itu menancap kuat bagaikan mantra di pikiran bawah sadar Sandra berusia remaja itu. Sementara narasi negasi yang disematkan kepada dirinya justru makin membuatnya terobsesi untuk membalikkan hal itu. Sejak kecil Sandra terlahir dari keluarga yang cukup berada dimana permintaannya selalu menjadi kenyataan. Sebagai putri sulung, ia adalah anak kesayangan Pak Tanoto. Apa pun permintaan putrinya akan selalu dipenuhinya. Membuat dalam diri Sandra timbul keyakinan kalau ia termasuk orang dengan privilege / hak istimewa yang tak dimiliki kebanyakan orang dalam hidup ini. Karena ia selalu mendapatkan apa pun yang diinginkan, terlepas dari hal apa itu.

Kesempatan bagus pertama muncul saat ia berlibur di Bali sebelum kepergiannya untuk sekolah di Amerika. Kala itu ia tinggal lebih lama sendirian setelah kedua orangtuanya pulang duluan. Saat sedang sendiri itu ia berkenalan dengan beach boy berambut gondrong di pantai. Cowok yang masuk kategori bayangan tipikal "laki kampung" dalam benaknya selama ini.

Sudah merupakan rahasia umum bahwa banyak dari mereka menganut kehidupan seks bebas terutama dengan turis-turis asing. Membuat pikiran Sandra melayang ke pembicaraan seru sarunya dengan Mbak Suti dulu dan hatinya jadi tergetar membayangkan betapa "barang" cowok ini akan dengan perkasa masuk ke dalam dirinya dan menggedor-gedor seluruh tubuhnya. Apalagi setelah diketahuinya ternyata Sukri, cowok itu, adalah adik cowok Mbak Suti yang merupakan "mentornya" dalam urusan seks.

Pada kenyataannya memang Sukri mengikuti dirinya terus dan berusaha merayunya untuk dapat menidurinya. Sebagai seorang "koboy pantai" yang telah cukup berpengalaman mungkin ia dapat mencium kalau gadis ini masih perawan namun saat ini berada pada kondisi galau-turbulen-bingung. Dengan iming-iming kebanggaan menikmati kegadisan cewek cantik dari keluarga elit yang bahkan pernah menjadi anak majikannya, membuat Sukri terus tanpa menyerah merayunya. Apalagi sikap dan bahasa tubuh Sandra cukup memberikan sinyal hijau kesana.

Memang saat itu Sandra bersikap cukup flirty kepada cowok itu. Meninggalkan personanya selama ini sebagai gadis alim baik-baik. Ia mau saja diajak duduk berduaan dengan Sukri di tepi pantai menikmati romantisme matahari terbenam. Kemudian malamnya setelah dinner berdua (tentu ia yang membayar semuanya), petualangan berlanjut ke bar untuk berdisko dan bercanda-canda sambil pegang-pegang tangan atau peluk-peluk bahu. Namun pada akhirnya... tak terjadi apa-apa diantara mereka. Karena memang selain grepe-grepe dikit, ia tak membiarkan cowok itu menyentuh dirinya lebih jauh.

Salah satu sifat utama dirinya, di balik penampilan luarnya yang terlihat cukup easy-going, sesungguhnya ia adalah seorang control freak. Ia ingin selalu mampu mengontrol segala sesuatunya. Saat itu ia tak yakin dirinya mampu mengendalikan situasi apabila ia menyerahkan kehormatannya kepada Sukri. Juga pada saat itu rasa gengsi masih tinggi pada dirinya. Ditambah lagi saat itu ia betul-betul masih perawan.

Sifat control freak-nya ini memang agak paradoksial dengan obsesi gila bawah sadarnya selama ini. Membuat dalam dirinya seringkali timbul pertentangan. Pada akhirnya, personanya sebagai gadis alim selalu memenangkan pertentangan itu.

Namun hal itu bukannya meniadakan apa yang selama ini menjadi obsesi bawah sadarnya itu. Justru sebaliknya, obsesi itu menjadi makin kuat menjadi energi laten dalam dirinya yang setiap saat selalu ingin meledak. Ibarat balon berisi udara yang ditekan di bawah air. Makin lama makin kuat keinginan untuk naik ke permukaan air. Bahkan hal itu tak pernah hilang meski ia telah berhubungan seks dengan cowok yang menjadi pacar tetapnya dan juga sangat menikmatinya.

Di antara kegiatan ML rutinnya dengan pacar tetapnya, secara berkala ia masih selalu bermasturbasi membayangkan dirinya sebagai persona alternatifnya. Seorang bitchy girl yang aktif melakukan seks dengan lebih dari satu lelaki termasuk laki kampung. Fantasi favoritnya adalah kembali ke masa di Bali itu.

Malam dimana pada akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada Sukri dan bercinta dengan cowok itu di gubuk sederhana pinggir pantai yang seluruh jendelanya terbuka. Ketika sinar bulan purnama masuk ke dalam kamar dan turut menyaksikan saat ia sedang mendesah-desah ketika kegadisannya direnggut oleh cowok kampung itu...

Ooohh... Bahkan membayangkan hal itu membuat vaginanya jadi basah...

Balik ke masa sekarang,
Begitu mendengar adanya buronan tahanan yang kabur, pikiran gila dalam dirinya kemudian muncul. Dibayangkannya apabila dirinya dikuasai, dilanggar, bahkan sampai disetubuhi oleh sang buronan tahanan itu dalam sebuah situasi yang cukup mencekam maka tak hanya ia akhirnya merasakan keperkasaan laki kampung. Namun juga ia akan mengalami sebuah peristiwa erotic thriller - satu genre film yang menjadi favoritnya selama ini. Bedanya ini sama sekali bukan film. Bukan pula reality show. Juga bukan VR (virtual reality). Tapi betul-betul satu pengalaman yang dialami secara nyata.

Kemunculan Garwo secara tiba-tiba - meski sangat menakutkan dan mengagetkan dirinya - adalah pintu pembuka jalan untuk mewujudkan obsesi tersembunyinya itu. Apalagi perawakan, tampang sangarnya, aura pembunuhnya, tubuhnya yang penuh tato dan bekas luka, statusnya sebagai buronan tahanan dan kemunculannya yang tiba-tiba di kamar tidurnya sungguh pas sekali dengen genre erotic thriller yang dibayangkan.

Inilah kesempatan bagus. Bahkan mungkin satu-satunya kesempatan dalam hidupnya. Situasi yang mencekam, tempat yang cukup terisolasi, dan setting semuanya sangat mendukung. Apabila terlewatkan, maka setelah ini ia hanya akan mampu berandai-andai ke belakang membayangkan what if... seperti saat di Bali itu. Sementara itu kini secara psikologis dirinya jauh lebih siap dan lebih menginginkan dibanding saat itu.

Hanya satu tantangan besarnya. Apapun yang terjadi, semuanya harus berjalan di dalam kendali kontrol dirinya secara penuh. Tak boleh ada satu hal pun yang keluar dari koridor itu. Apalagi hal-hal yang dapat merusak reputasi dirinya. Pada akhirnya, semua itu terlaksana dengan baik sesuai skenarionya.

Adalah salah besar kalau Garwo menganggap saat itu ia menguasai keadaan dan dirinya berada dalam penguasaannya secara penuh. Seperti pada film erotic thriller umumnya, tokoh wanitanya sama sekali bukan pihak korban yang lemah. Sebaliknya, seringkali justru mereka adalah tokoh pemeran kuat di balik penampilan luarnya yang terlihat lemah. Dan itulah yang terjadi diantara mereka. Cowok itu bertindak sesuai proyeksinya. Bagaikan aktor yang memainkan perannya sesuai skenario sang sutradara.

Pertama-tama, dibangkitkannyalah kemarahan dalam diri Garwo saat ia hendak kabur namun "gagal". Membuat cowok yang memang berkarakter telengas itu menghukumnya dengan menyuruhnya menanggalkan seluruh bajunya. Yang lalu semua itu direkamnya di HP miliknya. Rasa malu, ketegangan, kengerian, dan ketakutan dirinya yang memang sungguh nyata bercampur dengan gairah tersembunyi dalam dirinya. Membuat ia bahkan sampai squirting dalam posisi berdiri! Jadi sesungguhnya saat itu ia bukan mengompol karena ketakutan seperti yang ditertawakan oleh Garwo. Namun mengalami orgasme hebat akibat adrenalin rush dalam dirinya.

Satu hal yang agak meleset dari perhitungannya adalah rupanya Garwo bukan cowok sembarangan yang gampang mupeng dengan cewek kemudian menyetubuhinya. Justru sebaliknya. Ia seorang kriminal jalanan tingkat atas sejati yang menganggap perkosaan terhadap perempuan adalah tindakan kejahatan yang paling rendah dan hina. Sehingga saat itu ia hanya menghukum dengan cara meneror dirinya namun sama sekali tak menyentuh seujung rambut pun.

Oleh karena itu saat terdapat kesempatan ia dengan sengaja membangkitkan amarah dalam diri cowok itu lebih banyak lagi. Itu sebabnya ia sengaja berkata keras terhadap Zulkifli dan kawan-kawan tentang keberadaan dirinya. Dari sejak pertama melihat orang ini, terlepas dari status kriminalnya Sandra tahu Garwo adalah orang yang sungguh-sungguh dan setia dengan komitmennya. Sebaliknya ia sangat benci dengan tindakan pengkhianatan.

Saat HP-nya yang berisi foto-foto dan video bugilnya dibawa kabur oleh cowok ini, sebenarnya itu terjadi agak diluar skenario. Satu hal yang membuatnya sungguh khawatir. Ia tak khawatir dengan Garwo. Ia tahu Garwo tak bermaksud negatif terhadapnya. Cowok itu hanya menggunakan HP-ny sebagai jaminan keselamatan saja. Selama di dalam hutan juga dirinya tak pernah merasa khawatir. Ia tahu sebagai orang yang bertanggung jawab dan memegang teguh komitmen, Garwo pasti akan memastikan HP itu akan kembali ke tangannya dan ia dapat kembali dengan selamat.

Sebaliknya yang ia khawatirkan justru apabila Garwo sampai tertangkap dengan HP-nya masih pada dirinya sehingga HP itu lalu jatuh ke tangan para aparat itu terutama Juhari.

Tentang HP itu... Saat Juhari tiba-tiba muncul dan melihat HP di tangannya sebelum ia sempat memasukkannya, saat itu hatinya sungguh berdebar kencang. Namun "untung" bagi dirinya. Pikiran mupeng pria itu telah membutakan kekritisannya berpikir sehingga ia jadi terpusat pada dirinya dan mengabaikan HP itu. Itu pula alasan utama ia menolak ajakan Zulkifli untuk mengawalnya pulang. Bukan karena ia takut mereka akan mengganggu dirinya. Ia takut kalau Juhari tiba-tiba sadar dan teringat akan HP itu. Saat itu akan sulit baginya untuk berkeras menolak menunjukkannya tanpa menimbulkan kecurigaan. Pada saat itu tak boleh ada orang yang tahu kalau saat itu ada HP yang sedang dibawanya.

Pancingannya kepada Garwo rupanya berjalan dengan baik. Orang berkomitmen tinggi yang mulanya berniat melindungi seseorang kemudian ternyata dikhianati oleh orang yang berusaha dilindunginya tentu akan menjadi sangat marah. Membuat ia dengan nekat mendatangi kembali villanya untuk membalas dendam! Sikap marah seperti inilah yang memang ia inginkan.

Bagaimana Garwo bisa masuk untuk kedua kalinya? Itu tak lepas dari perannya juga. Sesampainya di rumah ia sengaja membuka beberapa sistem pengaman dalam rumahnya. Kemudian ia menyuruh para pegawainya melakukan berbagai hal di tempat agak jauh untuk memberi kesempatan Garwo menyusup masuk ke kamarnya tanpa ketahuan. Sementara itu ia mengalihkan perhatian para aparat itu saat dirinya sedang dimintai keterangan.

Bagi Sandra saat itu adalah nothing to lose sambil ia menguji kemampuan Garwo. Ia tahu kemampuan fisik cowok itu agak diluar kewajaran manusia umumnya. Apabila ia berhasil menyusup masuk lagi ke kamarnya, maka rencana selanjutnya akan berjalan sesuai seknarionya.

Namun apabila setelah dengan semua "bantuan" yang ia lakukan untuknya cowok itu kemudian tertangkap artinya he is not good enough bagi dirinya. Berarti dia memang tak pantas untuk mencapai dirinya. Pada saat itu terjadi, ia akan lepas tangan pura-pura tak mengenal siapa itu Garwo. Bagaimanapun HP-nya telah kembali ke tangannya. Sehingga apapun yang akan dikatakan cowok itu, ia dapat dengan mudah menyangkalnya.

Pada akhirnya terbukti ternyata kemampuan fisik Garwo memang luar biasa. Ia mampu menyusup kembali ke kamarnya tanpa diketahui orang. Apa yang hanya bisa dilakukan Juhari dengan menggunakan tali dan peralatan lainnya, Garwo mampu melakukannya dengan kedua tangannya. Sesuai perkiraannya, pada akhirnya cowok ini mampu mencapai dirinya. Mencapainya dalam keadaan sangat marah!

Namun hal itu masih belum cukup untuk membuat cowok itu lupa diri dan melupakan standar tinggi kode etik dunia kriminalitasnya. Secara sengaja ia menghina ibunya. Ia dapat membaca Garwo adalah orang yang minim pengalaman dengan teman wanita. Orang seperti ini biasanya hubungannya bermasalah dengan ibunya. Oleh karena itu ia sengaja menekan "titik sensitif" pada diri cowok tersebut. Akibatnya, cowok itu jadi gelap mata sampai-sampai "memperkosa" dirinya secara berjilid-jilid sebagai penghukuman untuk dirinya.

Sebuah tindakan perkosaan dan pembalasan dendam yang hebat. Sampai-sampai membuatnya mendesah-desah dan menjerit-jerit keras. Karena sebenarnya ia menikmati semua itu! Termasuk juga penghinaan-penghinaan yang dilakukan cowok itu terhadapnya. Hidupnya yang bergelimang kemewahan, kemudahan, dan banyaknya "tim hore" serta "yes people" di sekelilingnya membuat terkadang jadi membosankan. Apa yang dilakukan Garwo terhadapnya itu merupakan satu anomali dan antitesa terhadap kehidupan elitnya sehari-harinya. Hal itu terasa sungguh mengasyikkan, menegangkan, dan memicu adrenalin serta hormon seksual dalam dirinya.

Buah dari ini semua menyebabkan ia mengalami orgasme berkali-kali. Satu hal yang Garwo sama sekali tidak ngeh karena ia hanya fokus terhadap pembalasan dendam dirinya saja. Ditambah pula cowok itu memang sangat tidak berpengalaman dengan wanita.

Apabila memang dikehendakinya, setiap saat ia dapat dengan mudah melumpuhkan cowok itu dan meloloskan diri meninggalkan tempat kejadian. Namun sampai akhir hal itu tak dilakukan karena memang ia sangat menikmati semua peristiwa itu.

Satu hal lagi yang dilakukannya secara halus dan kasat mata... Penyebab kedua selain rasa marah sehingga membuat Garwo kemarin sampai melangkah sejauh itu dengan menyetubuhinya berkali-kali adalah karena sesungguhnya dirinyalah yang memikat gairah laki-laki dalam diri cowok tersebut.

Laki normal manapun tentu akan terangsang secara seksual melihat tubuh telanjang bulat perempuan. Namun bagi seorang berkode etik tinggi seperti Garwo, meski terangsang ia tak akan mengganggu perempuan apalagi sampai memperkosanya apabila perempuan itu memang menolaknya. Namun lelaki manapun akan jauh lebih sulit menahan godaan dari perempuan yang dalam hatinya memang menginginkan hal itu. Terlebih godaan yang terjadi secara halus dan kasat mata. Satu hal yang tak mudah disadari oleh cowok apalagi yang tak berpengalaman dengan cewek seperti Garwo.

Itu sebabnya mengapa terkadang ada cewek yang terkesan begitu sexy dan menggairahkan dibanding cewek lainnya padahal mungkin pakaian dan penampilannya biasa saja atau malah bahkan sangat tertutup dan mungkin juga kalah cantik. Semua hal-hal ini ia pelajari dari Mbak Suti yang ternyata sangat relevan bagi siapa saja, dimana saja, dan dalam situasi apa saja.

Pada akhirnya, seluruh aksi persetubuhan, perkosaan, pemaksaan, penghinaan, dan intimidasi yang dilakukan Garwo ditambah rasa terhinanya, ketakutan, ketegangan, serta kesedihan dirinya sungguh pengalaman yang sangat luar biasa!

Sebagai bumbu pelengkap yaitu nuansa berbau mitos dan mistis dari air terjun keramat itu. Sandra tersenyum geli membayangkan hal-hal takhayul yang sama sekali tak dipercayainya itu rupanya masih eksis bagi sebagian orang di jaman now seperti sekarang ini. Regardless, tak ada mitos dan mistis yang dapat menghentikan geraknya. Terbukti, tindakannya yang sengaja melanggar aturan itu bukannya membawanya ke kualat seperti yang dimitoskan. Sebaliknya justru akibatnya ia dapat merasakan kontol duahsyat yang bahkan sekedar membayangkan kejadian kemarin malam telah membuat celana dalamnya basah di atas kursi sofa empuk yang sedang didudukinya ini.

--@@@@--

Satu hal yang pada akhirnya sungguh-sungguh membuat dirinya marah terhadap Garwo adalah saat cowok itu akan nekat keluar meski kondisi di luar tak kondusif.

Pertama, ia merasa terhina dengan sikap cowok tersebut yang sok mengancamnya. Seolah seperti ia punya kontrol atas dirinya saja. Inilah saatnya untuk menunjukkan siapa sang sutradara sesungguhnya.

Kedua, kenekatan cowok itu bisa menghancurkan seluruh koridor kontrol yang dibentuknya.

Oleh karena itu, "pusat syaraf" cowok itu harus dimatikannya. Sama seperti saat cowok itu mengira telah mematikan "urat perlawanan" dirinya. Adalah hal sangat mudah baginya untuk meruntuhkan mental cowok itu. Karena kartu yang tepat telah dipegangnya. Terbukti pada akhirnya kebanggaan dirinya sebagai penjahat kelas atas langsung jatuh terpuruk begitu disadarkan bahwa ia telah melakukan jenis kejahatan yang paling rendah dan hina.

After all, Garwo adalah boneka kayu yang terikat oleh tali dimana seluruh kendali tali berada di tangannya.

Namun dirinya bukanlah orang yang hanya meraup keuntungan dari orang lain tanpa memberikan sesuatu sebagai timbal baliknya. Justru sebaliknya, ia adalah orang yang sangat adil. Orang yang memberinya keuntungan baginya, akan dibalas dengan pemberian keuntungan yang setimpal. Sementara orang yang merugikan dirinya akan dibalasnya secara setimpal. Paling tidak ia telah memberikan tiga hal kepada cowok itu. Terhadap masa lalu, masa kini, dan masa depannya.

Ia mendengarkan dan memberikan simpati tulus terhadap pengalaman pahit hidupnya di masa lalu. Satu hal yang sangat langka bagi orang yang hidup di dunia hitam tingkat jalanan yang kejam dan keras.

Ia memberikan jalan untuk bebas meninggalkan tempat ini tanpa diketahui orang. Sekali lagi, adalah hal mudah baginya untuk membuat cowok itu tertangkap. Sebagai "orang alam" tentu ia sangat senang dapat kembali ke habitatnya seperti ibarat binatang liar yang balik kembali ke hutan rimba. Apalagi ia telah mendengar sumpahnya untuk membalas dendam terhadap orang yang mengkhianatinya. Satu hal yang mungkin sangat penting di dunia kehidupan yang dijalaninya itu.

Terakhir, seperti halnya cowok itu memberikan pengalaman nyata erotic thriller kepadanya (bukan film, bukan reality show, bukan pula VR), ia juga memberikan cowok itu pengalaman nyata tentang hubungan saling memberi dan menerima secara sejajar antara pria dan wanita. Satu hal yang sungguh langka dalam hidup penuh kekerasan Garwo selama ini yang prinsipnya selalu antara membunuh atau dibunuh, mengalahkan atau dikalahkan. Ia berharap semoga Garwo dapat menggunakan pengalaman malam itu sebagai referensi untuk nantinya di masa depan bersedia membuka diri untuk menjalin hubungan timbal balik dengan seorang wanita.

Meski saat itu kelihatannya dirinya yang menginginkan hubungan seksual yang terakhir dengan Garwo, sesungguhnya itulah saatnya ia memberi kepada cowok itu.

Lalu bagaimana dengan Juhari? Membayangkan orang itu sungguh membuatnya merasa muak sekaligus ingin tertawa namun juga kasihan. Sejak dari awal saat pertama kali bertemu, ia sudah tak suka dengan orang itu. Sebenarnya otak orang ini cukup encer. Namun ia adalah seorang berkarakter rendah. Kenyataan bahwa Juhari menghadangnya dan ingin memperkosanya di air terjun itu membuktikan kerendahan karakternya. Adalah mustahil baginya untuk tertarik dengan orang seperti itu. Meski ia dilahirkan sebagai anak orang kaya atau berpangkat jenderal sekalipun.

Kalau diperbandingkan, Zulkifli jauh lebih punya karakter baik dibandingkan Juhari. Namun ia adalah seorang yang lemah dan kurang cerdas. Terbukti tim yang dipimpinnya gagal total.

Kejadian pagi tadi semuanya sesuai dengan rencananya. Sebelumnya saat menjelang subuh tadi, ia sengaja bersikap manis terhadapnya untuk memberi ruang bagi Garwo agar dapat meninggalkan tempat ini secara diam-diam. Setelah Garwo berhasil kabur, tak ada gunanya lagi bagi dirinya untuk membuang waktunya bersama orang ini apalagi beramah-ramah segala. Oleh sebab itu sikapnya langsung berubah drastis. Satu sikap yang memang apa adanya. Sebagai cermin kemuakan dirinya terhadap pria itu. Sementara itu ia sadar perubahan drastis sikapnya itu akan membuat Juhari marah lalu ingin membalasnya. Sikap yang umum dilakukan oleh orang berkarakter rendah. Apalagi ia sengaja mengatur waktu dan tempat agar saat itu terjadi sebagian pegawainya ada disitu untuk membelanya. Hal ini akan semakin mempermalukan dan membuat rasa dongkol semakin tinggi.

Saat berbicara sebelumnya, ia sengaja beberapa kali melihat ke arah balkon dan pilar pendukung jendela kamarnya. Ia tahu, orang ini tak bodoh-bodoh amat. Kecerdasan yang cukup dari orang ini akan membuatnya awas akan hal itu.

Seperti yang ia perkirakan, tujuan akhir dari orang ini adalah menikmati tubuhnya, baik dengan cara baik-baik kalau ia memperbolehkannya atau bila perlu dengan cara memperkosanya.

Dan jebakan telah terpasang dengan rapi.

Setelah ia bangun dan bersiap-siap, sengaja pintu balkon kamarnya dibuka dan terlihat sedang terbuka dari bawah. Sehingga Juhari dapat melaksanakan niatnya memanjat ke atas untuk menyusup masuk ke dalam kamarnya.

Juga cara ia berpakaian pagi itu yang di satu sisi semakin membangkitkan nafsu Juhari namun setelah itu akan membangkitkan simpati penonton yang melihatnya.

Saat orang itu berjalan mendekati ranjangnya, ia sengaja bersikap defensif di sisi dalam ranjang. Karena itulah tempat dimana berbagai senjata pertahanannya berada. Sikap takutnya (yang memang terjadi secara alamiah dan riil) membuat Juhari jadi lengah. Apalagi dengan pakaiannya yang cukup sexy dan mengundang birahi.

Pada akhirnya, rencananya berjalan dengan sukses. Juhari kena batunya akibat perbuatan rendahnya yang ingin memperkosanya. Kini ia mendapat malu besar dan bahkan nasibnya bisa lebih buruk lagi kalau ia kemudian melaporkan perbuatan kriminalnya itu secara resmi.

Saat ini ia sengaja bersikap ambivalen antara akan melaporkan atau tidaknya. Supaya membuat orang itu tak dapat tenang pikirannya sampai deadline untuk pelaporan berakhir. Itulah ganjaran bagi orang yang ingin mencelakainya secara fatal dengan memperkosanya.

Sementara itu dirinya sadar kalau Juhari kini tentu dapat menduga-duga akan keterlibatannya dengan Garwo. Namun kecurigaan bahkan pengetahuan Juhari saat ini tidak penting. Setelah apa yang terjadi pagi ini kredibilitas orang itu telah jatuh ke titik nadir. Apa pun yang dikatakannya, tak akan ada orang yang mempercayainya.

"Non Sandra, helikopternya telah siap sedia. Tinggal menunggu kapan pun Non ingin berangkat," kata Pak Sartono yang muncul di depan pintu.
"Baik. Kalau begitu saya akan berangkat sekarang," kata Sandra dengan tersenyum bangkit dari tempat duduknya.

Dengan elegan dan penuh percaya diri, gadis cantik itu berjalan melangkah ke luar menuju ke landasan helipad. Sementara para pegawai berdiri berjajar untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya.

Dengan ini maka berakhirlah sudah pengalaman bergenre erotic thriller ini dengan sukses. Ia adalah Sang Sutradara yang juga sekaligus merangkap berperan sebagai aktris utamanya, batin Sandra sambil tersenyum manis menyambut mereka.
 
Chapter 14 - The Confluence

Arti confluence menurut kamus:
confluence
/ˈkɒnflʊəns/
Noun (kata benda)

1. The junction of two rivers, esp. rivers of approximately equal width (Pertemuan dari dua sungai, terutama dengan lebar yang kurang lebih sama).
2. An act or process of merging (Sebuah aksi atau proses penggabungan).

--@@@@--

Di dalam helikopter Sandra sedang duduk di kursi penumpang di belakang. Sementara di bagian depan Mas Dani, sang pilot sedang berkonsentrasi mengemudikan helikopter.

Saat itu helikopter sedang terbang di atas dua anak sungai yang mengalir dari arah berlainan sebelum kemudian mengalir sejajar dan bertemu di satu titik. Pertemuan dua anak sungai yang pagi itu dilihatnya dari balkon kamarnya.

"Mas Dani, tolong muter dulu beberapa kali di sekitar sini ya," kata Sandra kepada "supir" helikopternya ini. Rupanya pemandangan alam itu cukup menarik perhatian Sandra.
"Baik Non," jawabnya dengan patuh.

Saat itu ia teringat sesuatu. Segera ia menelpon ayahnya, Pak Tanoto.
"Halo Papi. Aku lagi dalam perjalanan pulang ini."
"Papi waktu itu minta aku kasih nama villa karena villa itu akan dihadiahkan sebagai kado pernikahanku dengan Ferry. Tapi aku kebingungan cari nama yang pas. Sekarang aku sudah menemukan nama yang bagus untuknya."
"The Confluence. C-o-n-f-l-u-e-n-c-e."
"Karena ini melambangkan seperti pernikahanku dan Ferry. Kita berdua awalnya tak saling kenal tapi kemudian sepakat untuk menjadi satu keluarga. Itulah The Confluence."
"Hahaha. Iya memang tepat sekali artinya ya. Dan aku pikir pas sekali dinamakan itu karena villa itu akan jadi kado pernikahan."
"Nggak. Nggak akan berubah lagi namanya. Aku sudah mantap dengan nama itu. Semantap pilihanku dengan Ferry. Iya betul Pi. Langsung dipesan saja papan namanya untuk dibikin. Pakai ukiran emas murni ya hurufnya."
"Ok Pi. Sampai ketemu dinner nanti ya."
"Love you too, Papi."
"Bye."

Sandra terus menatap ke bawah melihat pertemuan dua anak sungai itu. Sungguh penamaan yang tepat sekali, batinnya. Ia merasa puas dengan penamaan itu. Demikian pula dengan semua aspek dalam hidupnya. Segala sesuatunya berjalan sesuai keinginannya.

Termasuk pesta pernikahannya yang akan dilangsungkan sepuluh hari dari sekarang. Berdasarkan laporan terakhir dari manager EO yang disewanya dari Amerika, segala sesuatu persiapannya berjalan lancar. Everything is in my control, batinnya.

Termasuk juga petualangannya bertema erotic thriller dengan Garwo kemarin. Sandra tersenyum. A devilish grin. Bagi dirinya, konvensi umum yang berlaku untuk kebanyakan orang sama sekali tak berlaku baginya. Ia bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Termasuk berselingkuh dengan buronan tahanan beberapa hari menjelang pernikahannya.

"Non Sandra ingin kita jalan terus atau masih terus memutar disini?" tanya Mas Dani setelah helikopter itu telah berputar-putar cukup lama di sekitar situ.
"Putar dulu terus disini Mas. Selama bahan bakar masih cukup, kita keliling di sekitar sini dulu pokoknya."
"Baik Non."

Tiba-tiba wajah Sandra berubah saat melihat kata confluence dalam bahasa Sansekerta adalah sanggama yang juga berarti hubungan seksual. "Oh, this got to be a joke!" serunya dengan wajah merah. Mendadak ia merasa alam telah mempermainkan dirinya. Kalau artinya memang seperti itu, berarti hubungan seksualnya dengan Garwo seolah memang telah ada yang mengatur sedari awal. Mungkin dimulai sejak pelanggarannya terhadap pamali air terjun itu yang kemudian menyebabkan Garwo kemudian mendatangi villanya.

Ternyata bukan dirinya yang menjadi sutradara. Karena masih ada SANG MAHA SUTRADARA di atas sana.

Mood dalam diri Sandra seketika berubah. Kini ia bertanya-tanya, hal apa lagi yang akan diaturkan kepada dirinya? Tiba-tiba wajahnya berubah pucat pasi. "Mas Dani, kita langsung pulang saja!" perintahnya lugas bertolak belakang dengan perkataannya kurang dari semenit lalu.

Pemandangan dua anak sungai yang bertemu itu kini terlihat tak menyenangkan lagi bagi dirinya. Bentuk sungai di sebelah sana yang agak melebar setelah dua anak sungai tersebut menjadi satu mengingatkannya seperti perut wanita yang sedang hamil.

Pada akhirnya, niat awal Sandra untuk menenangkan diri di villa itu karena pre-wedding jitters sama sekali tak terlaksana. Sepulang dari sana ia justru semakin tak tenang dan gelisah bahkan sampai di hari pernikahannya kegelisahannya semakin menjadi-jadi. Meski telah meminum obat pencegah kehamilan berkali-kali, sifat control freak pada dirinya tak dapat melepaskan ketakutan akan hal itu sebelum ia betul-betul mendapatkan haid-nya.

Yang membuat ia semakin stress, haid-nya sempat terlambat dua hari. Membuat dua hari itu bagaikan penyiksaan waktu baginya. Saking ketakutannya sampai ia berkali-kali minta maaf dalam hatinya atas pelanggaran yang sengaja ia perbuat terhadap pamali desa Wonoselo. Hampir dua minggu lamanya hidup Sandra sungguh tidak tenang sebelum akhirnya ia berbalik ceria kembali.

--@@@@--
 
Epilog - Cowok Pandir

Juhari terus bergumam menggerutu akan nasib buruk yang menimpanya. Kini semuanya jelas baginya. Sikap dan perilaku Sandra menunjukkan kalau ia tahu akan keberadaan Garwo. Gadis itu sengaja mengalihkan perhatiannya supaya Garwo bisa kabur. Kemudian gadis itu menjebaknya lalu playing victim. Seharusnya dengan analisanya ini ia mendapat penghargaan atau paling tidak sedikit simpati. Alih-alih, kini justru ia dimutasikan ke posisi yang menyebalkan. Dan setiap kali ia mengungkapkan pemikirannya itu semua orang mentertawai bahkan mengejeknya. Menganggap dirinya ibarat perampok teriak maling.
Semua ini gara-gara gadis sialan dan Zulkifli keparat yang suka mencari muka itu, gerutu Juhari terus menerus.

"Memang berat rasanya jika tak ada yang mempercayai kita. Padahal yang kita katakan memang benar adanya," tiba-tiba datang cowok muda menghampiri dan nyeletuk berbicara.

"Apa yang kaubilang, heh kau, A-cong?" bentak Juhari kepada pemuda berkulit agak putih dan berwajah oriental itu.
"Ayo bikinkan aku kopi!" perintahnya.
"Sepertinya biasanya? Dengan krim dan gula tiga blok?" tanya cowok itu.
"Iya. Ayo cepat!" bentaknya lagi.
"Orang seperti kau, ngapain ada disini. Mestinya dagang saja ikut sama bapakmu sana," gerutunya lagi.

Tanpa membantah cowok itu segera membuat kopi sesuai permintaan lalu diantarkannya. Ia telah terbiasa dengan ucapan sinis serta makian orang ini. Semua itu dihadapinya dengan santai bahkan senyuman. Seolah cowok ini terbuat dari bola karet yang selalu membal saja saat dilempar-lempar dengan keras sekalipun.

"Sini, duduk sini kau!" perintah Juhari. "Kaubilang apa tadi?"
Cowok itu mengulangi lagi perkataannya barusan.
"Heh.. Tahu apa kau bocah ingusan?"

"Kebetulan saya sedang membereskan arsip-arsip dan disuruh komandan untuk merapikan dan membuat ringkasan beberapa diantaranya. Saat itu saya sempat membaca laporan yang Bapak buat dan juga laporan-laporan terkait dari anggota tim lainnya. Juga mendengar omongan beberapa orang. Menurut pendapat saya, kesimpulan Bapak adalah yang paling benar dari semuanya," kata cowok itu dengan serius.

"Oh ya?" tanyanya dengan sikap sinis. "Tahu apa kau bocah magang. Tak perlu dirimu pura-pura cari muka denganku. Bagaimanapun aku tak akan terpengaruh oleh usaha sia-siamu itu."

"Ada satu hal yang menurutku cukup menarik," kata cowok itu tak mempedulikan komentar sinis Juhari terhadapnya. "Waktu gadis itu Bapak temui di tengah hutan, ia sedang memegang HP. Apa yang dilakukannya dengan HP itu. Apakah di dalam hutan ada sinyal? Atau kalau dibilang dipakai untuk selfie, apakah ada bukti gambar yang telah diunggah ke medsos? Apakah isi HP itu pernah dicek?"

"Hmm, kau bocah bisa punya pertanyaan seperti itu. Artinya kau bahkan lebih pintar dari Zulkifli itu. Heheheheh," Juhari tertawa terkekeh-kekeh sendiri. Seolah sungguh puas ia bisa mentertawai saingannya yang dibencinya itu. "Sesungguhnya aku juga mempertanyakan hal yang sama. Apakah ada sinyal disana?"
"Lalu apakah isi HP itu pernah dicek? Heh, mana mungkin. Zulkifli tolol itu tak pernah mengijinkan kita memeriksa apapun seputaran gadis itu," tambahnya lagi.

"Jadi isi HP itu tak pernah dilihat barang sebentar pun? Hmm, sayang sekali. Padahal bisa jadi disitu ada informasi penting. Aku tak bilang gadis itu sepenuhnya terlibat secara langsung. Tapi menurutku ada keanehan di HP tersebut yang patut diteliti lebih lanjut."
"Oh ya? Memang menurutmu ada keanehan apa?"
"Aku tak tahu pasti... Namun dugaanku gadis itu tak membawa HP-nya dari rumah. Tapi ia mengambil HP itu untuk dibawa pulang ke rumah," kata cowok itu sambil menerawang jauh.

"Lalu mengenai kamar gadis itu... Jadi seluruh ruang disana telah dicek semua termasuk kamar gadis itu? Apakah pengecekan dilakukan lebih dari satu kali? Terutama pada malam saat ia tiba-tiba jatuh sakit itu?"
"Heh! Lagi-lagi hal itu harusnya kau tanya ke Zulkifli itu. Malam itu sudah berkali-kali aku bilang untuk memeriksanya. Namun ia selalu berkeras menolaknya."
"Mungkin ia mengira Bapak punya maksud tertentu terhadap gadis itu," kata cowok itu tanpa tedeng aling-aling. "Namun terkadang tempat yang paling tak terduga adalah tempat persembunyian paling aman," imbuhnya lagi.
"Aku pun juga berpendapat demikian. Tapi Zulkifli geblek itu tak mau mendengarnya. Bahkan kemudian ia membuat laporan yang menjelek-jelekkanku. Akibatnya kini aku dipindah kesini dan harus berurusan dengan bocah ingusan seperti dirimu. Selain itu kini keluarga cewek sialan itu bisa-bisa malah melaporkan dan menuntutku karena menganggap aku ingin mengganggu anak gadisnya. Padahal sebenarnya aku hanya menginterogasinya dengan caraku tersendiri supaya dia mau mengatakan sejujurnya."

Cowok itu tersenyum mendengar kalimat terakhir Juhari.
"Ya, aku setuju dengan Bapak. Perilaku gadis itu memang cukup aneh. Apalagi dengan kepulangan yang mendadak dibatalkan dan tiba-tiba sakit lalu tinggal di kamarnya terus. Cukup masuk akal kalau Bapak menduga ada sesuatu yang disembunyikan olehnya."

"Namun mengenai pelaporan itu, Bapak tak usah khawatir. Gadis itu tak akan melaporkan Bapak. Bahkan kemungkinan besar ia juga tak mengadukannya kepada orangtuanya" kata cowok itu sambil tersenyum.
"Tahu darimana kau, A-cong? Apakah kau berusaha mencari muka kepadaku lagi hah? Atau... hey, jangan-jangan kau masih saudaraan ya dengan cewek itu? Lalu kau disini jadi mata-mata, heh? Tampang kalian mirip-mirip," kata Juhari dengan wajah curiga.
"Hahahaha, tak mungkinlah aku saudaraan dengan dia Pak. Kalau masih saudara, aku ga akan magang disini. Mending hidup enak saja menikmati kekayaan khan."
"Hahaha, betul, betul. Dari tampangmu memang kau bukan keliatan orang kaya. Kau adalah salah satu Cina yang kere, ya khan? Hahahaha."

Cowok itu hanya menghela napas namun sama sekali tak membantah. Membuat Juhari meneruskan olokannya sebelum kemudian lanjut dengan kembali memaki-maki Zulkifli.

Meski cowok ini selalu diejek dan dibentak-bentak, sepertinya Juhari senang berbicara dengannya. Karena dari semua orang di kantor ini hanya cowok ini saja yang mau berbicara dengannya. Dan cowok ini tak hanya sekedar mendengar, tapi juga sungguh-sungguh menyimak ucapannya.

Sementara cowok itu menghela napas bukan karena ejekan Juhari. Ia sama sekali tak mengindahkan itu. Pikirannya tertuju pada Sandra. Hatinya terasa getir membayangkan seseorang dengan privilege tinggi seperti Sandra, alih-alih digunakan demi kebaikan orang banyak atau paling tidak untuk meningkatkan dirinya sendiri, justru malah digunakan untuk pemuasan ego pribadi yang sangat sempit sifatnya. Sementara diluaran sana banyak orang yang harus berjuang dan bersusah payah untuk meraih kehidupan lebih baik. Sungguh sangat menyedihkan bagi orang yang merasa telah berada di puncak dan tak tahu lagi apa yang mesti dikerjakan kemudian melakukan hal aneh-aneh dalam hidupnya. Membuat ia merasa bersyukur atas segala kesusahan dan perjuangan yang sedang dihadapinya. Karena semua itu membuatnya mempunyai tujuan hidup.

Sebenarnya ia punya teori sendiri akan keterlibatan Sandra. Namun ia tak akan mengunggapkannya kepada Juhari. Karena tak ada gunanya juga. Apalagi orang ini merasa jauh lebih pintar dibanding semua orang. Tujuannya mengajak bicara Juhari adalah untuk mencari tahu hal-hal yang masih membuatnya penasaran demi menyimpulkan teorinya itu. Selain itu juga ia ingin menenangkan Juhari agar tak usah khawatir akan kemungkinan pelaporan terhadap dirinya. Hitung-hitung itu sebagai balas jasa atas semua ucapan gerutuan yang didengarnya yang sungguh berguna untuk analisa pribadinya dalam kasus ini.

"Lalu menurutmu tentang Garwo bagaimana?" tanya Juhari kepadanya. "Apakah menurutmu ia bersembunyi di kamar gadis itu? Dan gadis itu telah diperkosanya berkali-kali? Menurutmu bagaimana?"

"Menurut analisaku yang ngawur ini, dalam waktu dekat Garwo akan menyerahkan diri."
"Hah?! Gila kamu Cong. Betul-betul analisa ngawur."
"Memang analisa yang ngawur," kata cowok itu sambil tertawa nyengir. "Karena memang sudah kadung ngawur, untuk menambah kengawurannya, ini tambahannya: ia tak akan pernah mengaku kalau ia pernah menjejakkan kaki ke rumah itu. Gadis itu juga tentu sama. Jadi kasus di rumah itu sebenarnya telah masuk ke dalam peti es dan kita tak akan pernah tahu apakah memang betul malam itu ia bersembunyi di dalam kamar gadis itu atau tidak. Berita baiknya, kasus pelaporan terhadap Bapak juga masuk peti es. Asalkan Bapak tidak mengulik-ulik kembali kasus itu mereka juga tak akan menarik panjang masalah. Jadi Bapak tak perlu kuatir dengan itu. Balik ke pokok permasalahan, yang penting buronan yang kabur telah tertangkap kembali. Bukankah itu hal paling utama?"
"Hahahaha. Betul-betul analisa ngawur seenak udelmu aja Cong, A-cong. Hahahaha..."

--@@@@--

Beberapa hari kemudian...
"Hey, Cong, kesini kau. Tahukah kau, Garwo kemarin menyerahkan diri. Selain itu ia juga mengakui telah melakukan pembunuhan sadis yang banyak diberitakan kemarin pagi itu. Saat diperiksa ia bilang kalau ini adalah perbuatan kriminalnya yang terakhir. Setelah menjalankan seluruh hukumannya, saat keluar nanti ia berjanji akan menjadi orang baik-baik. Sungguh mengherankan. Penjahat kelas kakap seperti dia bisa tiba-tiba berubah. Lalu omonganmu tentang pelaporan itu juga betul. Sampai deadline berakhir, tak ada pelaporan yang masuk. Artinya, kini aku bisa bebas tenang."

Cowok itu tersenyum mendengar semua itu. Ia sama sekali tak berkomentar tentang apa yang diucapkan Juhari kecuali mengucapkan selamat kepadanya.

"Sungguh beruntung sekali kau. Orang sepandir dirimu tebakanmu dua-duanya tepat."
"Ah, hanya kebetulan saja. Lha wong sekedar tebakan ngawur-ngawuran saja kok," jawabnya dengan tersenyum. Ia tahu, ada orang yang tak bisa membedakan antara tebakan dan analisa, antara keberuntungan dan probabilitas. Menjelaskan perbedaannya adalah tindakan yang memakan waktu dengan kemungkinan keberhasilan sangat kecil. Yang pasti ia ikut gembira untuk Juhari. Tanpa adanya pelaporan berarti Juhari kini dapat hidup dan bekerja dengan tenang. Paling tidak ia tak perlu khawatir akan kemungkinan masuk penjara.

"Aku suka ngobrol denganmu, Cong. Kau orangnya enak diajak bicara. Jauh lebih baik dibanding Zulkifli itu."
"Eh, omong-omong, siapa namamu? Namamu bukan A-cong beneran khan?"

Cowok itu tersenyum. Orang inilah yang langsung memanggil dirinya "A-cong" sejak pertama kali bertemu tanpa pernah bertanya namanya. Sementara yang lain semuanya memanggil nama sebenarnya. Jadi terasa lucu kalau kini justru Juhari sendiri yang mempertanyakan kebenarannya. Namun baginya semua itu tak penting. Karena ditanya, maka ia menjawab.
"Rico. Namaku Rico."

TAMAT
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd