Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG {True Story} From Russia With Lusk

Previous Chapter


Chapter 2.


Perlahan, kami keluar dari bangunan absurd yang magis ini. Sekali kami menengok ke belakang, memandang gedong ini untuk terakhir kalinya. Buatku juga memang untuk yang terakhir kalinya karena walau aku kerap balik lagi ke sini tapi gedong ini tak akan lagi pernah sama.

Jalan pulang msh licin, becek dan berlumpur; hujan pun masih enggan betul2 pergi, walau kurvanya sudah mulai menurun gk kayak pandemi brengsek ini. Vi, si Devushka, makin sering berpegangan ke pundak, punggung, perut bahkan kepalaku. Kayaknya apa aja bagian tubuhku yg paling gampang diraihnya. Aku merasa tidak ada niat lain dr doi selain alasan yg sangat praktis, bahkan survivalis.

Sesekali aku mencuri pandang ke wajahnya. Hmm.. Doi jadi lebih cantik sekarang. Sampai malam ini, saat aku melihat fotonya lagi, belum bisa betul2 kupetakan kenapa doi malah menjadi jauh lebih cantik ketimbang beberapa jam sebelumnya. Padahal si Devushka sudah lepek, kumal, dan kusam. Dibalut jaket Consinaku yg berwarna buram, kebesaran pulak di badannya, doi justru malah makin bercahaya. Mungkin kata yg lebih tepat, kirana.

"You look so shinny in this muddy slopes, Vi," ceplosku sembarangan.

"Shinny? haha.. let me see, take a picture!" sambil mengoper kameranya ke arahku.


Ceplosanku dan semuanya pada titik ini dilakukan trada perasaan ge-er atau baper (seinget gw). Akan agak berbeda ketika kami sudah di atas motor saat berkendara pulang.



"Sumpah!! Ampunn, ini hujannya kek mo bales dendam."
Di tengah perjalanan, hujannya malah makin hebat. Atau mungkin, karena sedang berkendara di atas motor jadi terasa lebih hebat. Atau ya kombinasi keduanya. Aku mulai menyesal kenapa tadi ga naik mobil saja. Oke, emang naik mobil sulit mencapai viewpoint dan tujuan terakhir, kalau tidak mau dibilang ga mungkin krn mobilku saat itu agak ceper, tapi kan gak ngoyo dan mengancam kesehatan diri sendiri.

Penyesalan ini tak berlangsung lama.

Di tengah2 serbuan bulir-bulir air yg menghantam tubuhku, tiba2 kurasakan kehangatan. Si Devushka melingkarkan tangannya untuk memelukku dari belakang. Ajian mengencangkan perut pun gagal keluar krn begitu tiba2nya tangannya datang, lagipula aku sudah lelah dan capek.

"@, you're shivering. It must be very cold driving now?" tanyanya dengan sedikit berbisik sambil mendempetkan dadanya ke punggungku.

"What, Vi?!" tanyaku balik. Di tengah2 hujan yang masih deras memang sulit utk mendengar. Plus, perhatianku sedikit terbelah krn rasa hangat yg berlipat ganda.

"You're shivering. ARE YOU COLD?" tanyanya lagi sedikit berteriak.

"I'm okay, I'm good," jawabku sedikit berbohong. "Are you good back there?"

"Yes i'm okay, but I'm cold. Do you think we should stop first?"


Tentu saja jangan! Walaupun emang capek dan benar dingin tapi aku lagi menikmati kondisi ini.

"No guarantee the rain will slow down. The sooner we get back to my house the better," jawabku.

"Hmm. Maybe you're right."

"And beside, you're Russian, Vi. This is breakfast to you,"
ujarku sambil meledek.

"Pfft. You dont know," jawabnya singkat.

"Haha. We'll be back home in no time. Just hold on tight!" Seruku sambil menggenggam tangannya dengan tangan kiriku yang sudah putih pucat berkerut.

Di kemudian hari si Devushka mengaku kalau dia memang benci dinginnya mother Russia. Salah satu alasan kenapa dia menerima tawaran magang di Surabaya. (Padahal nanti di Surabaya ini anak jg sering komplen krn terlalu panas)

Sepanjang perjalanan pulang, begitulah posisi kami: dia memelukku erat dari belakang dan jika kondisi memungkinkan aku mencengkram tangannya utk sekedar meminjam hangat.

Kontrakanku berkamar tiga. Satu kamarku, satu untuk ruang kerja, dan satu lagi kamar tamu atau utk pegawai yg mau menginap. Isi rumah ala kadarnya seperti rumah bujangan, apalagi dapurnya. Saat itu aku belum tau kalau jurus paling jitu utk buat perempuan 'head over heels' ke laki-laki itu adalah jago masak. Biarpun ala kadarnya, kalau hanya untuk menghangatkan air untuk membuat teh tawar hangat yah masih bisa lah.

Syahdan, sambil mengeringkan diri di teras rumah, kami menikmati teh tawar hangat. Aku tidak ingat ada yang spesial di sini. Tidak lama pun, aku memperlihatkan kamar tamu utk dia bermalam. Kamar yang hanya berisi dua kasur busa dan satu lemari kecil. Uwis, emang ini tok isinya.

Aku pun memberi pilihan dua kamar mandi untuk bersih2, kamar mandi di kamarku dan kamar mandi di dekat dapur yg lebih kotor (dipake sama banyak orang dan pegawai). Dia memilih kamar mandiku. Aku menunggu di luar. Kelar mandi kami istirahat di kamar masing2 sambil menunggu waktunya makan malam.

Pembaca, banyak faktor kenapa aku ga terlalu ngoyo cepat-cepat membuat dia ngangkang. Bolehlah kusebutkan tiga faktor utama: 1.) secara fisik, kami berdua sudah capek. Plus dari sudut pandangku, aku bangun (amat) terlalu pagi. 2.) Signal dari doi jg belum begitu jelas. Tentu standar ngitung signal akan beda kalo doi bukan orang barat. Suhu2 pembaca yg berpengalaman pasti tahu maksudku apa. 3.) Seperti yg sudah kusinggung di atas, aku cenderung hati-hati kalo mendekati perempuan. Banyak alasan utk ini, terlalu banyak utk dijelaskan dalam suatu cerita (yg katanya akan) panas (tapi kok msh blm panas2). Bilanglah, aku suka 'long game'. Kalo di bisnis, steady low risk investment with low yet incremental return. Berburu bukan menebar jala. Tangan kosong bukan dor2an, kalo kata Mad Dog di The Raid, "biar lebih greget"....Dannn banyak analogi2 lainnya.

Sekitar jam 8 dari kamar kumendengar, kling...kling..kling...bunyi gemrincing lonceng sate Madura Cak Noris (bukan nama sebenarnya).

"Vi, you want Sate?" seruku dari ruang tamu

"Ah, is that Sate? Chicken or goat?" dia bertanya balik sambil keluar dari kamar.

"Well, that's actually Santa Claus bringing us dinner," candaku

"Haha...He's kinda early, its only November," balasnya. "I don't eat red meat, and not too fond of chicken, but I love peanut sauce."

"So??"
aku mendesak jawaban pasti.

"For sate, I'll make an exception only if its chicken sate not goat or red meat," jawaban final darinya.

Jadilah pada malam itu kami menikmati sate ayam hidangan Cak Noris di ruang tamuku. Baru di situ, kami benar2 menanyakan masa lalu dan latar belakang masing-masing. Sedikit demi sedikit kami saling menyingkap lembaran-lembaran pribadi kami.

Impresi yg masih kuingat tentang si Devushka sampai saat ini adalah doi perempuan yg pemberani karena, salah satunya, doi sulit nyambung dengan kondisi sosio-kultural di Russia. Di lembar-lembar berikut hal ini akan lebih terbuka lagi utk mataku. (Oi..inget ini cerita panas bukan studi psikologi)

Sama sekali tidak ada bayangan di kepalaku bahwa malam itu kami akan tidur bareng, konotatif ataupun denotatif. (tapi ya udah pasti, akan sangat iklas kalo dikasih)

Maka, setelah bercakap-cakap kami berdua kembali ke kamar masing2 utk beristirahat. Lebih tepatnya doi istirahat, aku masih main game PC dan baca2.

Belum ada 15 menit, dia datang ke depan kamarku yg pintunya mmng hampir selalu terbuka.

"@, do you have extra blanket?" si Devushka bertanya dari balik pintu.

"I do. Sorry, dont think you ever need one. Is it mosquitoes?"

"Nope, none whatsoever. I just feel a lil bit chilling,"


Aku pun tertawa meledek mendengar jawaban itu. "Gimana sih orang Russia satu ini ga tahan banget dingin..." pikirku dalam hati.

"No... It really is a lil bit cold. Maybe, because of our trip today. Some warmness would be good," doi berusaha defensif.

"Let me look for that extra blanket first. I'll bring it to your room," kataku sambil membongkar-bongkar lemari yg berantakan.

Kamarku dan kamarnya tidak terpisah jauh, hanya tiga-empat meter kurang lebih. Tapi perjalanan dari kamarku ke kamarnya terasa seperti bus malam ke Surabaya. Di otakku berputar-putar banyak pikiran.

"Some warmness would be good," tengiang-ngiang di kepalaku. "Bajigur, apa pulak maksudnya ini?"

"Apa gw ga terlalu buru2 klo gw embat sekarang? Apa gw bertindak atas dasar kebaperan gw aja. Emang dia bule tapi bukan berarti gampangan, ini bukan brazzers production. Jangan kayak bocah yg baru kenal bule! Lagipula, gw ga mau dikenal sbg predator cewe," kira-kira isi benakku.

Sejujurnya, aku lupa sikap apa yg akhirnya kuputuskan ketika aku melangkah masuk ke kamarnya. In fact, aku gak ingat apakah aku memutuskan apapun. Tiba-tiba aku sudah di kamarnya, melihatnya setengah berbaring di kasur busa lesehan yg beberapa hari lalu ditiduri oleh salah satu pegawaiku yg kecapekan setelah kerja di lapangan. (tenang..spreinya sudah diganti sebelum ditiduri si Devushka)

"Here's your blanket," sambil kusodori selimut yg doi pinta.

"Thank you. And thank you also for today, @!" katanya sambil tersenyum manis dan menyentuh tanganku. "I really really enjoyed today."

"Hey, no probs. I enjoyed it even more. You're wonderful to be around with,"
jawabku sambil memuji.

Sejenak kami berpandang-pandangan. Lalu, doi memalingkan wajahnya sambil mengurai rambutnya dan berseru,
"Ohh.. look my hair is falling. Ugh, I haven't found any Indonesian shampoo brand that suited me."

Benar juga. Setelah menengok ke lantai, kulihat banyak rambutnya yang rontok.

"Sorry. I'll sweep 'em tomorrow morning," ucapnya seakan-akan menjawab pandanganku ke rambutnya yg rontok.

"Don't worry about that," lalu kulanjut, "I don't know anything shampoo brand, but for me your hair is glorious," sambil sekibas membelai ujung rambutnya.

"And it smells really nice as well," sembari aku sedikit mencodongkan hidung ke arah rambutnya.

Itu yang terakhir kuingat karena sedetik kemudian, entah bagaimana, bibirnya sudah di depan bibirku.

Tentu kalau sudah begini tidak kusia-siakan. Seperti menyicip hidangan yg lezat, kukecup bibirnya dengan pelan dan halus. Dengan kecupan yg halus itu, aku seakan bicara bahwa aku masih bisa mengontrol diri sendiri.

Kuulangi dua atau tiga kali. Tidak ada penolakan atau ketakutan yg dia pancarkan. Malahan si Devushka terkesan pasrah menikmati.

Si Devushka memang bukan orang barat pertama yang kucium. Ini terjadi beberapa bulan sebelum cerita ini dimulai. Tetapi saat itu aku dan seorang signorina Italiana dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar. Di dalam mobil menunggu datangnya gudeg, sepulang dari sebuah privat party di dalam mobil kami berdua made out untuk beberapa menit yg gampang sekali terlupakan.

Dalam keadaan sadar, buatku sulit sekali melupakan momen berciuman untuk pertama kalinya dengan seorang perempuan. Momen berciuman dengan si Devushka jg tak ada beda, beberapa detil masih kuingat baik.

Bahkan, rasa bibirnya yang manis tapi sedikit kering pun masih bisa kubayang2kan. Tapi sayangnya aku tidak punya kemampuan kata-kata yang cukup untuk menjelaskannya lebih lanjut. Kalau pun punya, ini kan cerita panas bukan sayembara Dewan Kesenian Jakarta.

Jika beberapa kecupan pertama seperti menyicip hidangan lezat tapi asing, ciuman2 selanjutnya sudah lahap, dua tangan pun kupakai. Sambil tanganku bergonta-ganti tempat dari belakang kepala, punduk, punggung, bibirku terus meladeni bibirnya.

Lidahnya menari bersama lidahku yg agak kewalahan mengikuti gemolek lidahnya. Bukan lagi bibir, tapi mulut kami sudah seperti saling menelan.

Tapi baik bibir, mulut, lidah dan tangan hanyalah jembatan bertukar kehangatan, bertukar bara nafsu. Selama lahap melahap ini yg lebih bergejolak dibanding tubuh kami adalah jiwa kami. Mungkin aku berlebihan tapi itu yg kuingat.

Juga, jika tambah kuingat-ingat lagi, agak aneh sebenarnya. Karena pada titik itu kami belum betul-betul nge-klik, chemistry-nya belum benar-benar kental.

Tanganku kemudian mulai masuk ke dalam kaus sweaternya. Vi tidak menggunakan bra jadi sangat mudah meraih susunya dan memainkan putingnya....

Bersambung...

gedung memedi dr dalam


Vi di cucuk merpati

ket:
@ = namaku

pic gak pake gw sensor2 karena gw yakin klo di subforum ini gk ada PK or bawel. klo ternyata ada, ya lgsg gw remove semua

Next Chapter
 
Terakhir diubah:
makasih updet chapter 2 @DEPOTCHKA


seru nih, ijin pasang tenda hu

Makasih updatenya @DEPOTCHKA, menarik.

Harus selalu dipantau,
Semoga lancar
:beer:

Makasih update kanjuuutttannya @DEPOTCHKA ...mantul👍
Makasih semua. Monggo, penampakan udah diupdate


ozhidaniye......
comingg
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd