Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT This is Destiny

“inget itu.” andri melepaskan cengkaraman tanganya dan pergi meningalkan vivi. Vivi pun berniat kembali ke kamarnya, terlihat andri dan silvie sudah memakai pakian yang lengkap seperti tadi dan berjalan ke luar rumah.

Another typo diparagraf yg sma :pandaketawa:
 
Chapter 38


Pagi harinya, vivi kembali lari pagi. Tapi kali ini rendra ikut bersamanya, berkeliling kompleks perumahan. Wajahnya lebih ceria rendra udah pulang.

"seksi banget pagi ini, " bisik rendra sambil berlari kecil,

"biarin, gak suka ya." Wajah vivi berubah menjadi centil terhadap rendra.

"sukalah, apa lagi nanti di kamar haha" di tepuknya pelan pantat vivi yang tertawa kecil. Mereka pun berlari kecil melewati rumah wanita tua itu dan ternyata wanita tua itu melembaikan tangan menyapa vivi, vivi tersenyum kearah wanita tua itu dan melambaikan tangannya. senyum merekah wanita itu.

"kamu udah kenal sama nenek itu?" ucap rendra sambil menyenggol tangan vivi.

"kalau nama sih ngak, cuman tergur sapa gitu aja kok hehe, lagian juga kemarin-kemarin dia jarang keluar." Vivi menceritakan selama 3hari rendra tak ada d rumah, vivi langsung terdiam saat setelah menceritakann kenapa wanita tua itu cuman bersama suster.

"kamu ke inget papa mama kamu ya?" wajah rendra menatap ke arah vivi.

"iah, tapi gpp kok, lagian kalau kangen telepon aja bisa kok hehe" wajah vivi kembali tersenyum. Belaian tangan rendra membuat vivi merasa lebih tenang. Mereka pun segera masuk kembali untuk sarapan.


***

"terus gimana ren kamu udah mulai kuliah?" ucap om hen sambil melahap sarapannya.

" 1 bulanan lebihlah pa, lagi libur musim panas disana" tak terlihat batang hidung andri saat sarapan pagi.

" lama juga ya, bisa-bisa duluan vivi kuliahnya" sambung tante nia.

"oh, ia vi gimana hasilnya?"

"belum tau, hari ini aku mau cek sekalian tanya hehe" ucapnya sambil kembali menghabiskan sarapan pagi ini. rendra pun dengan sigap bersedia mengatar sang kekasih ke kampusnya. Vivi pun duluan kekamarnya untuk mandi, dan lagi-lagi berpapasan dengan andri yang baru keluar dari kamarnya, sikap vivi santai dengan senyum menggoda ke andri, dan melangkah menaiki tangga ke kamarnya.

"jangan salahin gue ya vi, kalau gue mau cicipin lo, " gumamnya saat melihat vivi menaiki tangga dan dengan sengaja vivi menggerakan pinggulnya.

"hahahaa... rasain" gumam senang vivi melihat andri terdiam,


***

Siang ini rendra mengantar vivi ke kampusnya, dan ternyata pengumuman belum tercantum dan sekitar 1 minggu lagi baru ada.

"langsung pulang?" anggukan kecil dari vivi, rendra pun menggandeng tanganya menuju parkiran dan berjlan untuk pulang. Tampak kecemasan dari wajah vivi yang belum mengetahui hasilnya. Mobil pun melaju ke arah rumah. Hampir sampai mereka melihat mobil andri masuk ke rumah, rendra pun memelankan mobilnya.

"mau ngapain si andri bawa silvie" rendra penasaran sambil melihat mereka jalan memasuki rumah.

"paling main lagi" celetuk vivi santai

"gituaan?" sambil melihat ke arah vivi, anggukan kecil dari vivi.

"gile gile, mentang-mentang sepi seenaknya aj ya gak tau ada orang disini" ucap rendra sambil geleng-geleng kepala.

"ih kayak ngaak aja," ucap vivi menyindir rendra. Tawa kecil dari rendra saat mendengar ucapan vivi seperti itu. Mereka pun segera masuk ke dalam rumah. Tak terlihat andri dan silvie di ruang tamu dan tengah. Ajaknya rendra menguping ke kamarnya andri. Dan ternyata mereka berdua ada di dalam.

"ihh ngapain ngintip... penasaran sama bodynya silvie?" ucap vivi sambil tarik kupingnya rendra.

"awhh.. ngk kok, hee, mendingan kita bikin acara sendiri" di bopongnya tubuh vivi ke kamarnya.


***

Di rebahkannya tubuh vivi dan rendra langsung menindih, di rabanya sambil mencopot pakian masing-masing. Di lumatnya memek vivi dengan rakus, erangan lembut keluar dari bibir vivi dengan menjambak rambut rendra.

"3 hari di gak ketemu aja kayak 1 tahun gak ketamu uhh" ucap vivi di sela-sela erangannya.

"abisnya di godain sih " rendra pun langsung menghujamkan kontolnya dengan lembut sambil memainkan buah dadanya. hentakan demi hentakan dan semakin cepat. cukup lama bermain tubuh vivi pun mengejang pertanda ia klimaks, di susul rendra mengocok kontolnya sendiri. semburan hangat membasahi perut vivi. Senyum puas dari wajah rendra.

"aku mau ambil minum ya, kamu mau?" di belainya lembut vivi yang terlentang lemas serta anggukan kecil dari vivi, ia pun segera memakai pakiannya dan turun ke bawah.

Saat menuruni tangga terlihat silvie keluar kamar andri menuju arah ruang makan, silvie saat itu memakai kaos yang kebesaran dan menutupi pantatnya. Rendra pun melangkah pelan, silvie mencari sesuatu sambil membungkuk. Tak langsung rendra melihat selangkangan silvie yang tak memakai celana dalam dan samar-samar terlihat belahan memeknya silvie.

"ehk ada rendra" ucap silvie saat membalikan badan sambil menuangkan jus jambu ke gelasnya.

"mana andri?" ucap rendra sekenannya.

"ouh di kamar lagi bobo capek kayaknya" silvie sambil berjalan mendekati rendra.

"ouh..abis main ya hehe" rendra sambil mencairkan suasana yang sempat tegang, anggukan kecil dan senyumnya silvie ke rendra dan duduk di meja yang di dapur. Rendra segera mengambil minumannya.

"sini ngobrol bentar dulu" ajak silvie sambil tarik tangannya, rendra mau tak mau duduk berhadapan dengan silvie.

"oh ia ren kemarin itu pacar kamu?" anggukan rendra sambil minum.

"wah dia tinggal dimana?" kaki silvie sengaja menginjak pelan kaki rendra.

"disini juga," rendra sedikit menatap wajah silvie, tingkahnya menjadi aneh.

"wahh seru ya mamam daging mentah tiap malam haha" tawanya sambil geleng-geleng kepala,

"ngak kok.. kak silvie kali yang sering dapat tongkat eheh" senyum rendra membalas perkataan silvie.

"ya dong, " senyumnya sambil jari-jari kakinya menyentuh selangkangan rendra, rendra menatap ke arah silvie, tetapi kakinya mengelus kontol rendra yang masih tertidur.

"uhm maaf ya , mau antar minuman dulu" ucap rendra lempar senyum, dan berjalan ke arah kamar vivi.

"hahahaa.. rendra rendra, kata andri di godain dikit nafsu tuh anak. hm tapi kok gak ke goda yah " silvie pun menenggak habis jus jambunya dan menuju ke kamar andri.


***

"kamu kok lama sih" ucap andri yang sedang asik menonton tv,

"iah tadi aku ketemu adik kamu, aku iseng aja godain dia" ucapnya dengan serius.

"terus?"

" yah ternyata dia gak kepancing tau, padahal tadi aku udah kangangin paha biar bisa liat memekku tapi malah pergi gitu aja" silvie ikut berbaring samping andri dan menceritakan apa yang terjadi.

"masa? " anggukan kecil dari silvie, andri pun menarik tubuh silvie duduk di atas perutnya,

"ah ih tuh kan baru aj crot dah mau lagi" protes silvie saat pinggulnya di angkat dikit dan kontol andri kembali masuk ke memeknya.

"hehe itulah kelebihan kamu, nafusin" di peluknya sambil berciuman, silvie menaik turunin pinggulnya perlahan.


***

"ini minumnya" rendra menaruh minumannya di meja dekat kasur vivi, vivi masih terlentang sambil memainkan spermanya andri di perutnya.

"tumben kamu lom bersih-besih?" rendra duduk sambil elus pipi vivi.

"gpp, lagi asik lengket-lengket gimana gitu" tawa kecil vivi, ia pun bangun dan duduk sambil minum,

"aku keluarin di dalem terus ahh biar kamu hamil " canda rendra sambil merangkul vivi yang sedang minum.

"ih ih emang mau?"

"gak lah haha, nanti udah lulus, tapi untung yah selama aku keluarin di dalam kamu gak hamil" senyum rendra sambil mengelus bibir vivi.

"iah untung aja, huft, " vivi merasa tak enak tidak memberitahukan rendra bahwa ia memakain alat kontrsepsi mencegah kehamilan. Vivi pun ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Rendra melihat bingkai foto mereka berenam saat perpisahan, senyum rendra sambil mengingat kembali kenang-kenangan masa SMA.

" udah lama juga yah gak ada kabar dari mereka semua, " gumam rendra dalam hati sambil menaruh bingkai foto kembali di atas meja. Iseng ia membuka lemari kecil dekat mejanya.

"ini novel kesukaan vivi" rendra membukanya dan melihat selembar foto yang agak sudah lama, terlihat vivi dengan pakaian yang dulu ia pakai dan kedua orang tuanya bersama beberapa ekor sapi di depan halaman rumahnya. Rendra kembali tersenyum kembali melihat wajah vivi yang polos dan lugu.

"ngapain kamu" tegur vivi yang di sampingnya, rendra pun menutup buku novelnya, di tariknya sambil di buka bukunya oleh vivi.

"kamu liat fotonya?" ucap vivi ragu, anggukan kecil sambil senyum ke vivi.

"kenapa?" di tariknya tangan vivi sambil duduk di sampingnya yang masih memakai handuk.

"gpp, itu foto kalau aku kangen aku liatin itu foto tau" ucap vivi sambil kepalanya bersandar di bahu rendra.

"ouh, tapi beda banget kamu yang dulu sama sekarang" ucap rendra sambil menggengam erat tangan vivi.

"ha masa? Ndut ya sekarang?" vivi memanyunkan bibirnya.

"bukan.. dulu polos sekarang binal hahaah" tawa rendra lebar-lebar.

"aahhhh.. ihhhhh rasain nih.." cubitan kerass di pingang rendra.

"aw aw aw.. ampun ampun" rendra memegang kedua tangan vivi dan membuat vivi terlentang dengan tangannya ke tertahan tangan rendra.

"ahh.. ia udahan." Ucap vivi sambil senyum ke rendra.

"hehe" rendra kembali melumat bibir vivi, tanganya membuka handuk vivi dan menurunkan kembali celananya. Di gesekannya di belahan memek vivi perlahan sampai memeknya terasa basah lagi. Rendra memeluk vivi dari belakang dan memposisikan miring, di angkatnya kaki vivi dan kontol rendra mulai menghujam memeknya. Gerakan pelan sambil bibir mereka berciuman dan semakin lama semakin cepat.


***

"haa.. haa. Ha.. aku lemas say" ucap silvie terlentang pasrah dengan wajah penuh sperma andri,

"hehe, makin cinta aku sama kamu, cuman kamu yang bisa tandingin aku" andri sambil menepuk-nepuk kontolnya di wajah silvie.

"huh..." silvie memejamkan mata sambil mengatur nafasnya. Andri segera memakai celananya dan keluar kamar. Andri diam-diam menaiki tangga ke kamar rendra, dan menguping tetapi tak ada suara, dan kembali menguping di kamar vivi yang tak tertutup rapat, di bukanya sedikit dan telihat tubuh vivi lagi naik turun di atas rendra.

"wah lagi main" gumam andri, terlihat dengan jelas buah dada vivi naik turun membuat andri sedikit menelan ludah, wajah vivi yang memerah dengan terus meanik turunin pinggulnya.

"jadi penasaran sama bodynya aaah sial, ngapain gue kesini pula" gerutu kesal andri menyudahi mengintip dan berjalan ke dapur, andri sambil memikirkan sesuatu sambil menenggak berapa gelas minumannya.

"ih kamu disini sayang" ucap manja silvie sambil peluk dari belakang, silvie memakai baju yang besar sampai menutupi pantatnya.

"katanya lemes" di ciumnya bibir silvie.

"iah abisnya lama banget gak balik ke kamar" terbayang kembali wajah vivi dan wajah silvie berubah menjadi vivi, andri langsung menari silvie ke meja makan, membuat kontol andri kembali tegang,

"ihh lom puas?" gumam silvie saat kakinya di renggangkan, tak ada jawab dari andri. Kontolnya melesak masuk dan menghujam cepat memek silvie.

"aaaahh syaangg auhh" rintih silvie dengan tubuhnya bergunjang hebat, kontol andr masih keluar masuk dengan cepat. Di lumatnya bibir silvie dengan nafsu.


***

"aaahhhhhh " jeritt vivi saat klimaks dengan posisi cowgirl, begitu juga rendra. Tubuh vivi rebahan di atas tubuh rendra dengan nafas yang terputus-putus.

"udah lama kamu gak posisi gini vi" di peluknya tubuh vivi mesra sambil tangan rendra mengelus rambut vivi.

"uhm hu," cukup lama istirahat vivi bergegas ke kamar mandi lagi, selesainya rendra masih tiduran. Vivi memilih untuk ke dapur dan mengambil minuman segar.

"hm apa ini" tanganya menyentuh cairan kental di pinggir meja

"ih ini kan sperma hm, parah banget si andri jorok lagi ihh" vivi dengan jijik membersihkan tanganya dan segera mengambil lap basah serta membersihkan sperma yang berceceran di lantai dan meja.

"aahh" jerit vivi saat buah dadanya di pegang.

"ihh rendra udah ah" vivi masih membersihkan meja, sambil buah dadanya di remas-remas.
"rendra... " vivi langsung membalikan badannya, dan ternyata itu andri.

"plaakkk" reflek tangan vivi menampar pipinya, wajah andri cengegesan melihat wajah vivi yang langsung berubah kesal sambil memegang buah dadanya.

"kurang ajar lo, " bentak vivi menatap tajam ke andri.

"gede yah, haha" tawa andri santai tanpa menghiraukan wajah vivi yang kesal.

"lo mau apa?" dengan nada tinggi.

"sorry gue kira silvie" andri senyum-senyum sambil jawab dengan santai. Vivi teringat rencananya, mencoba meredakan amarahnya. Dan tersenyum.

"kalah yah body silvie sama gue?" vivi memasang pose nakal. Membuat andri terdiam.

"rasaiann lo." Gumam vivi senang. Melihat andri terdiam ia berjalan melewati dengan gaya yang centil berjalan kearah kamarnya.

"fuck!" ucap andri kesal tak berkutik melihat tinggkah vivi yang godain dirinya,

"jangan salahin gue vi, lo nantangin gue dengan cara gitu, fine gue ladenin" senyum andri mengangguk-angguk.


***

Hari pun berlalu, tak seperti biasa silvie terus datang kesini tiap hari. Dengan santai andri, silvie, dan rendra berbincang-bincang. Vivi hanya diam di kamar sambil membaca novel. Rendra sepertinya nyambung saat berbincang dengan silvie dan andri, Sambil minum-minuman yang berbau ahkohol tinggi.

"kebanyakan mabok lo ren.." ucap andri sambil suguhin segelas minuman lagi.

"ngaklah slow, dapet dari mana nih minuman? merk luar semua" rendra kembali menenggak minumannya,

" silvie kan gudangnya ya kan sayang?" andri mengkedipkan matanya ke silvie sebagai kode.

"eh iah uhm.." jawab silvie sambil menangguk. tak lama rendra mengobrol melantur kesana kesini.

"aku ke wc ya, " ucap andri sambil menepuk pundak silvie, meninggalkan mereka berdua di ruang tengah.

"kamu yakin rencana ini?" bisik silvie sambil melirik ke arah rendra. senyuman andri mengisyaratkan lanjutin rencananya.

"lagi gak ren?" ucap silvie senyum ke arahnya.

"udah cukup kok" rendra berusaha bangun, silvie mencoba membantu tetapi tubuh rendra terjatuh dan tak sengaja menarik tangan silvie sampai rebahan di atas tubuhnya.

"awh... " ucap silvie sambil memegang kontol rendra dari luarnya celananya. Tanganya silvie menelus-elus dari luar celananya. Wajah silvie berbayang oleh rendra menjadi vivi, tak lama silvie membuka relseting celananya rendra dan mengocok kontolnya sampai tegang. Silvie pun langsung mengulum kontolnya, desah rendra sambil wajah silvie berubah berbayang menjadi vivi.

" lakuin terus sampai si vivi liat okeh" bisik andri di sampingnya, rendra terlihat terkapar dengan mata yang terpejam pertanda mabuk berat. Andri dan bantu silvie mengankat tubuh rendra duduk di sofa, dan kembali silvie mengulum kontolnya.

"sekalian threesome yuk" bisik andri sambil meremas buahdadanya dari belakang.

"ahh nakal, uhm" silvie bergantian mengulum kontol rendra dan andri, di turuninya celana silvie dan setengah menungging dan andri langsung menghujam kontolnya sedangkan silvie masuh mengocok dan mengulum kontol rendra.desah silvie tersumbat kontol rendra. Suara rendra yang berat sambil agak mendesah.


***

"hueee pegeelll.." tubuh vivi sambil menggeliat.

"udah pulang apa belom ya mereka. " vivi penasaran keluar kamar untuk mengintip, langkahnya pelan menuruni tangga, suara desah menghiasi ruang tamu, vivi melihat silvie menungging dengan posisi doggy style.

"uhm.." vivi terus mengintip, andri mencabut kontolnya setelah melihat kepala vivi mengintip dari samping tangga dan andri pun kasih kode ke silvie, silvie pun langsung seolah-olah menaiki kontol rendra yang mabuk berat, perlahan ia pun naik turun.

"ehhgh, ada dua orang ha?" vivi terkejut saat andri pindah posisi ke samping kanan silvie sambil mainin buah dadanya,

"itu siapa? Masa rendra? Gak gak mungkin kok bisa kalau itu rendra" vivi hanya melihat tangannya saja, silvie terus memainkan pinggulnya. Vivi mentintip dari pinggir tembok tangga, sambil terus menerka-nerka siapa cowok satu lagi.

"desah sayang, itu vivi lagi ngintip" bisik andri sambil memainkan buah dadanya.

"ahh rendraa,,, nakal yah" jerit silvie, senyum simpul dari andri saat silvie berbicara seperti itu. Mata vivi melotot setelah silvie sebut nama rendra.

"gak gak mungkin,kok bisa?" vivi menutup mulutnya dan berlari ke kamarnya.

"hahahaa.. berhasil kayaknya sayang, dah stop sini aku yang mainin" di tariknya pinggul silvie dan andri menghujamkannya dengan posisi berdiri sambil kaki satunya bertumpu di sofa,


***

"gak mungkin itu rendra" gumam vivi sambil menyeka air matanya yang keluar tanpa sadar,

"apa ini balas dendam andri, melalu rendra?, tapi kok rendra mau aja?" pikiran tak karuan dari vivi dan mencoba menenangkan dirinya. vivi duduk di balkon kamarnya sambil mengambil nafasnya dalam-dalam, dan kembali menenangkan dirinya. sedangkan andri mengajak silvie main di kamar, meninggalkan rendra setelah merapihkan pakaianya. Rendra tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum.

"uhh aahh" desah kembali menghiasi kamar andri. Hujaman keras dan cepat membuat silvie teriak histeris. Cukup lama tubuhnya mengejang hebat, tetapi andri tak menghiraukan terus menghujamkan kontolnya..

"aahh .." di cabutnya kontol andri sambil di kocoknya pelan.

"crotttt...crott" semburan di wajah silvie yang tergeletak lemas, silvie tanpa jijik menghisap bersih kontol andri tanpa sisa. Ia pun beristirahat di samping silvie.

"rendra kamu apain kok bisa teler gitu?" ucap pelan silvie sambil peluk erat tubuh andri.
"sedikit obat tidur haha, oh ia kontol adikku gede gak?" di belainya bibir silvie.

"uhm, gedean kamulah hehe, aku lebih suka kamu" ucap silvie sambil bibir mereka berciuman mesra.


***

Vivi kembali penasaran untuk memastikan, ia pun turun kembali ke ruang tengah, tetapi tak ada suara apa pun, langkahnya pelan memberanikan diri dimana tadi silvie main.

"rendra.." ucap vivi sambil tutup mulut, rendra terlihat tertidur pulas dengan pakaian utuh. Vivi pun mengecek celana rendra yang ternyata resleting celananya tak tertutup, di buka perlahan dan kontol setengah tegang rendra dengan sedikit cairan sperma yang mulai mongering.

"gak gak mungkin, yang tadi itu bener rendra" vivi menggigit jarinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Di dekatkannya muka rendra dan tercium aroma minuman.

"rendra .. bangun." Ucap vivi menampar pelan pipinya. Tak ada reaksi dari rendra.

"kecapean dia vi, abis main sama cewek gue" ucap andri dengan memakai boxer berjalan mendekati vivi.

"ini gak ada urusan sama rendra, kenapa lo libatin dia?" ucap vivi mendekati andri.

"lah mana gue tau, tuh tanya cewek gue siapa yang minta?" ucap andri sambil memanggil sivlie yang keluar sambil memebenarkan pakiaanya.

"sayang, rendra yang maksa kamu kan minta jajalin?" anggukan kecil dari silvie.

"rendra bilang pussy lo udah gak sempit" senyum andri.

"iah dia tadi puas aku service, gpplah adik cowokku ini aku sekali aja kok" ucap silvie sambil peluk pinggang andri.

"gak percaya,,," ucap vivi dengan wajah kesal. sambil sesekali melihat rendra.

"seterahlah, tuh liat aja rendra ketiduran dan bilang lebih puas daripada lo" senyum sinis andri melihat vivi terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun berlari kea rah kamarnya.

"haha.. hahaa.. puass hahaha" tawa andri senang melihat sikap vivi seperti itu.

"kamu jahat banget sama ceweknya rendra"

"dia yang nantangin duluan sih, sok jagoan. Haha, yuk aku antar balik" mereka berdua pun kembali ke kamar untuk merapihkan pakaiannya.

"thanks yah sayang mau bantuin aku, love you" kecupan hangat di bibir silvie sambil mereka berdua berjalan keluar rumah. Anggukan senyum manis dari silvie.


***

"gak gak mungkin, " air mata vivi tertahan keluar.

"rendra gak mungkin bilang gitu, pasti ini kerjaan rendra. gak mungkin " vivi menutupi tubuhnya dengan selimut sambil memeluk guling.

"kreeekk" suara pintu kamarnya terbuka, langkah kaki perlahan mendekatinya.

"tidur ya?" ucap rendra sambil mengurut-urut dahinya. Vivi tak sedikit bergerak sedikit pun dan di bukanya selimut dan mencoba memeluk tubuh vivi, tetapi bahunya bergerak seolah menolak untuk di peluk.

"kamu kenapa?" rendra membalikan tubuh vivi, terlihat wajah vivi yang habis nangis dan buang muka ke rendra.

"vi. Kamu kenapa?"

"tanya aja ke kakak kamu tuh apa yang terjadi tadi" vivi membalikan tubuhnya.

"tadi? Tadi cuman" rendra pun berpikir kembali apa yang terjadi, di ingat-ingatnya. Ia pun terbayang-bayang setengah sadar silvie mengulum kontolnya saat berbaring di lantai.

"vi.. itu itu bukan kemauan aku, " tanganya rendra mencoba menjelaskannya.

"tadi aku mabuk vi, beneran. Jujur aku pas sadar pas pacaranya andri kulum burung aku, abis itu aku gak sadar suer vi." rendra mencoba meyakinkan vivi yang masih membelakanginnya.

"tapi kamu keenakan kan? Aku tuh liat silvie sampai histeris panggil nama kamu" wajah vivi kembali menahan isak nangis.

"vi, itu aku gak sadar beneran deh, aku gak bohong, percaya sama aku" di ubahnya posisi vivi menghadap rendra dan di tatapnya mata vivi dengan serius.

"vi, aku sayang sama kamu gak mungkin aku selingkuhin kamu" di peluknya erat tubuh vivi, tanganya vivi pun memeluk erat tubuh rendra cukup lama. persaan vivi pun mulai tenang, dari ucapan rendra, vivi yakin ini kerjaan andri.

"aku bikin perhitungan sama andri!" bisiknya sambil lepas pelukannya dari vivi dan segera berjalan keluar kamar. Vivi pun langsung memeluk tubuh rendra dari belakang.

"gak usah, aku percaya sama kamu kok" di dekapnya erat,

"pliss.. jangan kebawa emosi ren" wajahnya merengkut sambil terus menahan langkah rendra.

"gak bisa vi, andri udah ganggu hubungan kita dan bikin kamu salah sangka sama akuu.." tangan rendra mencoba melepaskan dekapan vivi, tetapi vivi kembali mendekap rendra lagi.

"ren... ren dengerin aku rendraa" tapi rendra tak mendengarkan vivi, ia berjalan menuruni tangga.

To Be Continue...
 
Chapter 39


***
"Andriii.. andrii dimana lo!" teriak rendra keliling rumah mencari andri, vivi hanya melihat rendra yang penuh emosi, tak lama suara pintu depan terbuka. Andri berjalan santai sambil melempar –lempar kunci mobil.

"andri, lo bener keterlaluan ya" ucap rendra yang melihat andri dan berjalan cepat menghampiri andri.

"what?" jawabnya santai.

"bukkkk" pukulan telak di wajah andri, tanpa basa basi andri pun juga meninju wajah rendra dengan dua kali pukulan, dengan gerakan karate ia menendang andri sampai terjatuh. Andri pun bangkit kembali meninju perut rendra sampai tersungkur ke lantai. Terasa sangat sesak nafas rendra kena pukul keras andri, dengan terengah-engah rendra kembali beridiri . andri kembali ambil ancang-ancang menendang, kakinya pun di ayunkan.

"buukkk.." secara tiba-tiba tubuh vivi menghalangi arah tendangan andri, tubuh vivi pun terpental dan tersungkur.

"vivi.. vi.." rendra langsung kearah vivi, andri langsung terdiam, di bopongnya vivi yang pingsan ke sofa, rendra yang panik langsung mengambil air hangat untuk di minumkannya ke vivi.

"ke rumah sakit aja" ucap andri, dengan berat hati rendra menyetujui, andri pun segera pergi menyalahkan mobil.

"nggh" tangan vivi serta kepalanya bergerak, matanya mulai terbuka perlahan.

"vi.. vi. Kamu gpp?" anggukan kecil di ikuti senyumnya.

"ayo ren cepet" ucap andri, andri pun melihat vivi sudah sadar dan sedang meminum air hangat.

"lo bego banget sih halangin gue" ucap andri. ucap andri mendekati vivi.

"jaga omongan lo " rendra kembali terlusut emosi dan langsung berdiri di hadapan andri.

"stop.." ucap vivi pelan sambil menahan perutnya yang sakit, mereka berdua pun langsung terdiam sambil kembali tatapan sama-sama kesal.

"aku gpp kok, cuman sedikit sesek aja", vivi tersenyum, rendra pun duduk di sampingnya sambil mengelus rambutnya.

"kalian baikan, masa adik kakak berantem, kayak anak kecil " ucap vivi pelan,

"tapi vi, dia udah kerjain aku bikin kamu kesal sama aku." Ucap rendra. andri terdiam.

"kak andri jujur aja, kakak sama kak silvie jebak rendra kan?" ucap vivi menatap wajahnya dengan senyum.

"ngak, si rendra yang kebanyakan minum, lo vi jangan nambah-nambahin deh" andri mencoba membela dirinya.

"tapi vivi liat gue main sama silvie bener gak?" sambung rendra.

"halah, cuman cari perhatian doank tuh anak. Lo gak ngapain-ngapain, kalau gue main sama silvie ia bener kok" ucap andri tak mau kalah. Vivi pun terkejut dengan ucapan andri.

"tapi gue lihat silvie mainin punya gue andri, " rendra dengan nada agak tinggi dengan maksud percaya dengan vivi.

"wah wah, lo diem-diem bayangin cewek gue. Mabuk berat sampe berkhayal segitunya, wah udah gak bener ini" ucap andri kembali membela dirinya. rendra mengingat kembali pas dia sadar dan sesekali melihat ke vivi yang terdiam.

"( gak mungkin salah liat, hmm. Tapi gue gak mau lihat rendra berantem lagi, apalagi sama kakaknya sendiri)" gumam vivi dalam hati.


***

"iah maaf aku yang salah lihat, maaf rendra, maaf kak andri" ucap vivi mencela pembicaraan mereka.

"tuh kan apa gue bilang" andri tersenyum senang.

"vi.. aku percaya sama kamu, ahh. Tapi.." jari vivi menutup bibir rendra, dan sambil tersenyum.

"aku salah liat, kok" ucap vivi sambil menahan nyeri di perutnya dan hampir tersungkur jatuh, rendra dengan cekatan menopang tubuh vivi, andri terlihat kembali panik melihat keadaan vivi.

"ayo ke dokter aja" ajak andri yang merasa bersalah.

"gk usah kak, ren anterin aku ke kamar" senyum vivi dengan senyum lemah, rendra pun menggendong vivi ke kamarnya. Tubuh vivi di baringkan di tempat tidur, matanya terpejam.


***

"vi.. kamu gpp?" tampak wajah rendra sangat kwahtir, di elusnya pipinya sambil belaian lembutnya. Tiba-tiba wajahnya tersenyum lebar.

"hahaa... aku gpp kok hahaha" tawanya.

"kamu jangan bercanda vi, aku serius" wajah rendra benar-benar sangat khwatir.

"iah aku gpp, lebih sakitan kena tendangan kebo tau, daripada tendangan andri kok ren" wajahnya senyum agar rendra tak perlu kwahtir.

"tapi vi kamu sampai pingsan gitu" di elusnya pipi vivi.

"aku pura-pura kok, aku kerjain si andri" senyum vivi dengan penuh keyakinan, rendra pun sedikit lega dan menghela nafas.

"tapi kenapa?" di peluknya tubuh vivi dengan erat.

"aku kesel aja sikapnya, jujur sikapnya lebih betein dari sikap kamu." Pelukan vivi pun semakin erat.

"wajar sih adek kakak gak beda jauh hehe" sambungnya, tangan rendra pun elus-elus pungungnya.

"kok bisa gitu?" rendra menjadi penasaran.

"gpp kok, pengen kerjain aja, biar dia kapok beringkah sok kuasa di rumah ini" kepalnya bersandar di bahu rendra.

"tapi soal silvie kamu gak bohong kan?" kini tatapan serius ke arah vivi, vivi menghela nafas.

"uhm, itu maaf aku gak tau pasti juga ren, soalnya dari samping. Sebenernya silvie main sama andri di hadapan kamu."

"tapi, aku sekarang tau kok itu trik andri biar aku berantem sama kamu, karena sikap aku yang bikin dia kesal sebelum-belumnya"

"terus?"

"maaf, karena bikin kamu berantem sama andri" ciuman bibir vivi ke bibir rendra.

"iah gpp kok vi, aku percaya kamu kok. " tubuh vivi di rebahkan kembali sambil berciuman dengan nafsu. Di sisi lain andri masih agak shok kejadian tadi, dan di sisi lainnya senang melihat vivi terlihat bersalah di hadapannya dan rendra.


***

Di dalam kamar, rendra melucuti pakian vivi satu persatu. Sambil di cumbunya dengan nafsu, dan kini tubuh mereka sudah telanjang bulat.

"hukuman buat yang nakal" bisik rendra.

"iah, hukum aku sampai lemes aja" senyum vivi nakal sambil merangkul leher rendra.

"oke hukuman siap di laksanakan, eggh" kontol rendra mulai masuk perlahan sambil bibir mereka berciuman kembali.

"rasain ini" hujaman kontol rendra semakin cepat, tubuhnya berguncang dengan cepat di iringin desahannya yang tertahan, tubuh vivi terlentang pasrah. Rendra pun membalikan posisinya hingga tubuh rendra di bawahnya.

"posisi kesukaan aku vi" di peluknya tubuh vivi, rendra menghujamkan kembali dengan cepat kontolnya, erangan vivi kembali tertahan sambil menikmatinya. Tidak lama tubuhnya mengejang.

"istirahat dulu?" bisik rendra,

"hukum aku sampai kamu puas yah" desah vivi, rendra melihat tingkah vivi yang bernafsu juga pun langsung mengubah posisinya dengan posisi berdiri tanpa melepas kontolnya. Dan menggerakan pinggul vivi naik turun.

"uh makin berat kamu ya vi" sambil kembali berciuman, cukup dengan posisi itu rendra pun ubah posisinya berpangkuan dan kali ini vivi menaikan turunkan tubuhnya sambil buahdadanya di remas-remas rendra.

"ihhh, jahat" dengan lihai vivi memutar-mutar pinggulnya sambil kembali berciuman, tamparan lembut di pantat vivi membuat vivi semakin menggerakan pinggulnya semakin cepat. Rendra pun menindih vivi dan menghujamkan kontolnya dengan cepat.

"aaahh" vivi merasakan ia ingin klimaks, dan tak bisa menahan tubuhnya mengejang hebat. Di hentakannya dalam-dalam kontol rendra, dan di ikuti semburan hangat di liang memek vivi, lenguh nafasnya mengebu-ngebu.


***

"tapi gue ngerasa tendangan gue gak keras banget" gumam andri sambil merokok di halaman depan.

"ah gak mungkin tipe kayak si vivi gitu aja langsung ambruk, kalau silvie ia bisa jadi, gue cek aja x ya keadaanya" andri pun mematikan puntung rokoknya dan bergegas ke kamar rendra, ia pun mengintip lewat lubang di kamar rendra.

"fuck" andri melihat rendra mencabut kontolnya dari vivi, dan rendra berbaring di samping vivi.

"kayaknya gue di permainin sama mereka berdua, kayaknya emang gpp tuh anak sampai mau di ajak main sama rendra." gerutu kesal andri langsung keluar kamar rendra. rendra tertidur di kamar vivi. Dengan perlahan vivi bangun dan memakai pakiannya lagi dan segera keluar kamar menuju dapur sambil mengambil buah segar.

"wah wah udah sembuh nih" ucap andri dengan senyum sinis saat melihat vivi di dapur.

"puaskan?" jawab vivi ketus.

"apanya?" andri mendekati vivi sampai sangat dekat.

"bikin gue sama rendra berantem?" ucap vivi menatap tajam mata andri.

"oh ya?" andri menarik kaos vivi ke atas,

"aahh, apa-apaan sih?" dengan cepat vivi mebutupnya kembali,

"gue mau liat biru gak tuh perut lo?, atau lo bohong haha" ucapnya sambil memainkan alisnya.

"ouh kak andri mau liat? Baik aku tunjukin" ucap vivi berubah dengan nada lembut, vivi pun mengangkat kaosnya perlahan sampai batas dadanya, dan di tariknya turun perlahan celananya memperlihatkan bulu memeknya sedikit yang lumayan lebat, andri terlihat agak terkejut.

"cih, di kerjain gue, lo gak kenapa-kenapa" gerutu andri sambil matanya sesekali melihat ke arah bulu memek vivi.

"emang, gue gak kenapa-kenapa haha. Satu sama haha" ucapnya tertawa sambil menutup kembali perutnya.

"ohh bagus bisa bikin drama juga ya," anggukan kecil dari vivi, andri pun medekati wajah vivi.

"lo duluan yang mulai, bikin rendra gak sadar terus seolah-olah dia lagi main cewek lo" tak mau kalah vivi menatap wajahnya dengan senyum centil.

"lo nantangin gue?" anggukan kecil dari vivi sambil tertawa kecil.

"aahh" andri langsung pergi meninggalkan vivi di dapur, tawa kecil vivi melihat sikap andri yang mungkin nafsu sama dia, hatinya merasa senang membuat andri seperti itu. Vivi pun duduk santai sambil makan buah.

"shit, horny gue liat si vivi. Ahh" gerutu andri kesal sambil menghisap rokoknya lagi.


***

hari pun berlalu, kini mereka bertiga bersikap seperti biasa walaupun ada tampang kesal di wajah andri terhadap vivi dan rendra. hari ini vivi di temani rendra ke kampus untuk melihat hasil testnya.

"rendraaaaaa..." teriak vivi sambil berlari ke arahnya.

"aku masukk yeayyy" ucap vivi dengan kegembiraan, usapan lembut di rambutnya dan ciuman di keningnya sebagai ucapan selamat.

"wahh kok cepat yah minggu depannya kamu masuk"

"iah, heeh jadi mahasiswi deh" senyum vivi.

"masih bisa anterin kamu dong, aku pergi 2 mingguan lagi hehe" ucap rendra dalam perjalanan pulang.

"hmm gak bisa juga gpp, lagian dekat kok". Mobil pun melaju ke salah satu restoran untuk mentraktir vivi karena sudah masuk ke falkutas kedokteran.

"mbaak" di panggilnya salah satu pelayan restoran, mbak-mbak itu pun langsung ke arah vivi.

"minta kantong plastic ya, hehe" anggukan kecil dari mbak-mbaknya langsung pergi.

"loh buat apa vi?" rendra penasaran.

"buat bungkus tulang ayam hehe, buat gugug si nenek tetangga kita itu" tawanya senang sambil memasukan tulang ayam bekas dirinya dan rendra. Rendra hanya tertawa kecil melihat tingkah vivi. Mereka berdua pun segera meninggalkan restoran dan segera menuju ke rumah.


***

"aku turun sini ya, mau kasih gugug dulu" ucapnya dengan riang dan langsung turun tak jauh dari rumah wanita tua itu.

"iah, langsung pulang yah" ucapnya langsung meninggalkan vivi. Langkah pelan sambil matanya lirik ke arah halaman dan anjing si wanita itu sedang tiduran di depan pagar. Vivi memberanikan diri untuk kasih tulang ayam ke anjing itu,tak ada reaksi dari anjing itu. Dan rumah itu terasa sepi, anjing si nenek hanya mengerak-gerakan ekornya seolah menunggu pulang seseorang.

"sepi ya rumahnya" vivi berjalan sambil melihat anjing itu tak begerak sedikit pun dari pintu pagar rumah wanita tua itu, ia pun memilih pulang ke rumah.


***

Satu minggu pun berlalu, dan hari ini vivi bersiap untuk Ospek. Tak ada pernak pernik seperti pertama masuk sekolah, hanya baju putih dan rok hitam serta tag name serta rambut yang di ikat kuncir kuda. Rendra hanya mengantar sampai gerbang kampusnya dan ia pun kembali ke rumahnya, hampir sampai rumah rendra melihat rumah wanita tua itu seperti kosong, dan melihat anjingnya tiduran di depan pagar rumah.

"bi inah, kok sepi aja ya rumah samping?" ucap rendra saat bi inah sedang di halaman.

"ohh itu den, kata-kata tetangga pas ketemu tukang sayur sih. nenek itu kemarin di bawa ambulance malam-malam jam 2an lah. cuman itu yang bibi tau den" Ucap bi inah berbicara seadanya, rendra pun hanya mengangguk-anguk. Dan sesekali rendra memikirkan anjingnya yang masih terdiam di pagar, tak bergerak sedikit pun.

"oia mobil andri gak ada kemana dia bi?"

"wah kurang tau den, kayaknya sih buru-buru rapih pula kayak lamar kerja gitu" ucap bi inah sekenanya. Perasaan lega dari rendra, karena kalau andri sudah kerja bakal jarang ketemu vivi dan khwatir terjadi apa-apa sama vivi.


***

Tak terasa sudah jam 4, vivi pun pulang dengan wajah yang sangat lelah memasuki rumah dan langsung menuju dapur. "segerrrrrrrr" sambil membuka beberapa kancing bajunya karena hawa panasnya dan keringat vivi yang bercucuran. Suara langkah kaki yang ternyata itu andri yang baru pulang dengan cuek melihat vivi, begitu juga vivi tak anggap andri ada di situ yang sedang mengambil minuman. Tetapi matanya sesekali melihat belahan dada vivi yang terbuka karena vivi membuka kancingnya.

"darimana lo?" suara rendra berpapasan dengan andri

"biasa interview, siapa tau masuk. cari kerja di indo kayaknya lebih asik" ucapnya santai,

"ouh."

"tuh cewek lo dah balik" ucap andri sambil mengeluarkan rokoknya.

"dimana?" ia pun menunjuk dengan kepalanya ke arah dapur. Rendra pun segera menuju dapur dan melihat vivi lagi santai makan roti bakar buatannya sendiri.

"vi gimana tadi ada yang rese gak?" ucap rendra sambil duduk di sampingnya.

"ngak kok hehe, kebanyakan anak cewek kok laki-lakinya dikit. cantik cantik juga loh" ucapnya sambil menyuapkan sepotong roti ke mulut rendra, rendra pun mencaplok potongan roti.

"masa?" wajah rendra berubah menjadi ambisius.

"tuh kan denger cantik dikit aja langsung mata keranjang" vivi kembali suapin potongan roti yang cukup besar ke mulut rendra, membuat rendra tersedak, tawa vivi melihat rendra tersedak.

"oah ia. vi tadi aku liat anjing yang si nenek di depan pagar terus" ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya karena tersedak,

"iah aku tau, tadi aku lama liatin anjingnya hehe, kayaknya dia sedih tau dari kemarin-kemarin diam di situ" vivi pun sambil mengunyah.

"kemana yah nenek itu ya vi" sambil menatap vivi, gelengan kepala pelan dari vivi. Ia pun berniat kembali kasih makan anjing itu, vivi pun menyisakan beberapa potong dan segera pergi keluar ke rumah wanita tua itu. Dan terlihat anjing itu dengan posisi yang sama seperti beberapa hari kemarin, vivi pun meberanikan diri berjongkok di depanya sambil kasih sisa potongan roti.

Vivi mencoba mengelus kepala anjingnya dengan ragu-ragu dan tak ada reaksi hanya menggerakan ekornya saja dan suara kecil dari anjing itu, ia pun berdiri dan segera kembali ke rumahnya dan sesekali melihat ke arah rumah wanita tua itu yang benar-benar tak ada orang.


***

"gimana?" rendra yang sedang duduk santai

"entahlah hemm. Aku jadi kasian tau sama tuh gugug" ucap vivi manja sambil kepalanya bersandar di bahu rendra.

"aku seminggu lagi berangkat vi, hehe" tanganya sambil mengelus rambut vivi.

"iah aku tau kok. Aku gpp juga kok hehe. Yang ada kamu tuh nanti mewek sendirian di sana haha" ucapnya sambil merangkul pinggang rendra.

"enak aja, ngaklah aku gak mungkin kalah mandiri sama kamu tau, nanti kamu aku tinggal main sendirian deh hihi" bisiknya sambil tertawa kecil.

"ihh gpp, aku kan ada itu tuh mainan dari mama kamu haha, kamu tuh awas aja jajan sama bule-bule" vivi menyilangkan kedua tangannya sambil buang muka.

"ya gak lah, cuman kamu doing kok. Oh ia kalau andri macem-macem bilang mama aku aja ya or papa juga gpp. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa" di elusnya pipi vivi dengan senyum ke arah wajahnya, anggukan kecil dari vivi, dan bibir mereka berciuman.


***

Ke esokan harinya, rendra pergi untuk membeli sesuatu. Hari ini terlihat andri baru bangun dengan kaos kutang dan celana boxer keluar dari kamarnya. Vivi masih menjalankan rencanannya kali ini dia memakai hotpants dan tangtop sedang asik duduk menonton tv. Andri memilih untuk ke dapur membuat makanan.

"eh ada kak andri" ucap vivi lembut saat berpapasan dengan andri yang membawa makanan dari dapur. Andri berusaha cuek dan sesekali melihat buah dada vivi yang menonjol dengan tangtop yang ketat. Vivi pun berjalan ke arah dapur mengambil minuman. Dan kembali berpapasan dengan andri tapi kali ini tatap andri tajam ke matanya.

" braaakkk" di dorongya tubuh vivi ke tembok.

"awh, lo mau apa ha?" bentak vivi

"mau perkosa lo, mumpung lagi gak ada orang hehe" bisiknya sambil senyam senyum, vivi pun tersontak kaget mendengar ucapan andri.

"silahkan.. gue bakal aduin ke papa dan mama lo haha, dan juga rendra" senyum vivi berusaha menenangkan dirinya, dan tau ini hanya ancaman.

"gpp, sih silahkan juga, yang penting cicipin lo hehe dan masa rendra rela tubuh ceweknya di nikmatin sama gue?" wajah andri semakin dekat. Vivi pun mulai panik karena tatapan andri begitu serius. Vivi pun mulai berontak, bibir andri menciumi tengkuk vivi perlahan sampai membuat vivi merinding.

"aaahhh.." desah vvi saat andri menciumi leher vivi, vivi pun mencoba mencari ke sempatan dan memasrahkan diri sejenaak, andri sadar tenaga vivi melemah dan matanya terpejama, senyum kecilnya melihat reaksi vivi.

"cewek gampangan ya ternyata" tanganya andri mencoba masuk kecelana vivi, sadar hal itu vivi membuka mata dan melintir tangan andri,

"aaaahhh...awh awh " teriak andri kesakitan, di pelintirnya terus sampai andri posisi berlutut.

"gue bilang, gue bukan cewek gampangan" ucap vivi sambil berbisik ke andri dengan nada kesal.

"aaaahh, awh awh. ia vi, gue nyerah gue gak ganggu lo lagi.." ucap andri kesakitan sambil menahan tubuhnya, vivi pun mendorong andri sambil melepaskan pelintirannya sampai terjatuh.

"jangan main-main sama gue, gue gak bakal bilang masalah ini ke siapa pun, karena gue gak mau hubungan adek kakak kalian rusak." ucap vivi dengan tatapan tajam. Vivi pun membalikan badannya dan melangkah pergi.

"aaaahh" jerit vivi saat tangan andri memegang dan meramas kedua buah dadanya.

"haha, gue suka tipe kayak lo. galak-galak gimana gitu " ucap andri sambil terus meremas,

"ahh sialan,," dengan kuat tenaga vivi pun berontak. Tanganya andri menurunkan tangtopnya sambil buah dada vivi menyembul keluar.

"wahh semok ya," andri kembali menyiumi leher vivi, desah vivi kecil saat jari-jari andri bergesekan dengan putingnya. Vivi mencoba mengumpulkan tenaga menahan rasa geli di buah dada nya. desah tertahan vivi keluar.

"capek yah, lebih baik pasrah ya sama kakak" andri terus memainkan dengan lihai berbeda dengan rendra membuat vivi terlena dan mendesah pasrah. Terasa tangannya andri memegang selangkangan vivi. Berbayang wajah rendra saat vivi memejamkan matanya, hal itu membuat vivi sadar dari kenikmatan andri yang memainkan buah dadanya.

"(ini saaatnya)" vivi mengambil ancang-ancang dan di keluarkannya dengan seluruh tenaga, memegang tangan kanan andri, dan membanting ke depan dengan sekuat tenaganya,. Tubuh andri pun langsung terangkat pelahn dan terbanting ke depaan.

"braaakk.. aaaaawwhh" ucap andri sambil memegang tangan kanannya, vivi pun segera merapihkan tangtopnya dan mendekati andri.

"gue bisa lakuin lebih dan bisa gue patahin tuh tangan kayak rendra waktu dulu." Ucapnya sambil dengan nafas terputus-putus. Wajah andri terkejut mendengar rendra pernah di banting sampai patah oleh vivi.

"cukup sampai sini, gue gak mau masalah ini berlanjut." ucap vivi sambil berjongkok di samping andri,

"seterah lo mau apa ngak, tapi lo masih macem-macem sama gue. Lo bakal kenal vivi siapa sebenarnya" ucap vivi mengancam dengan serius. Sambil berdiri meninggalkan andri dan sesekali melihat ke arahnya.
"(gue udah gak bisa berbuat lebih dari ini, semoga andri kapok)" ucap vivi berharap andri tidak melakukanya lagi, dan bila andri lakukannya lagi ia sangat pasrah karena tenaganya sudah habis.


***

"vi.." panggil rendra yang baru pulang.

"iah" vivi pun mendekati rendra yang baru pulang.

"kamu abis ngapain keringetan gini, sexy banget " di ciumanya bibir vivi.

"uhm ehhe, iah abis jogging keliling rumah aja. Uhm aku ke kamar yah mau ganti baju hehe" ucapnya mengecup bibir rendra dan langsung bergegas ke kamarnya. Rendra pun ke dapur dan berpapasan dengan andri yang memegang tangan kanannya.

"kenapa tangan lo?" ucap rendra melihat andri menggerak-gerakan tanganya.

"abis jatuh, terkilir nahanin badan" ucap andri sambil terus menggerakan badannya.

"ouh, " rendra bersikap seolah kejadian kemarin tak terjadi, ia pun mengambil kan minuman dingin untuk andri. Dan duduk santai.


***

Malam pun tiba, waktu menunjukan pukul 21.00, andri sedang di urut oleh pak agus.

"kenapa tangan kamu ren?" ucap om hen yang melihat andri begitu kesakitan.

"abis nahan badan jatuh pa awh, pelan-pelan pak agus" ucap andri kesakitan.

"tapi den, ini mah salah urat. Kayak abis di pelintir gitu" ucap pak agus ikut nimbrung.

"jujur sama papa, kamu di pelintir sama rendra apa vivi?" ucap om hen dengan serius, andri pun kaget dengan ucapan om hen.

"itu itu.. ngak kok, papa kok bisa ngomong gitu?" ucap andri sekenannya, om hen mengisyaratkan agar pak agus meninggalkan mereka bedua, pak agus pun pergi.
"jawab jujur aja ndri ke papa" ucap om hen sambil menepuk bahunya,

"iah pa, tadi vivi yang lakuin ini ke andri, sama andri ke banting sama vivi " ucapnya sambil memegang tanganya dan menunduk malu.

"ahhaa, andri andri, rendra dulu juga pernah di banting sama vivi loh. Sampai masuk rumah sakit pula." Ucap om hen tertawa. Andri percaya dengan ucapan vivi. Dan tidak menyangka rendra juga pernah sepertinya di banting.

"untung aja kamu gak masuk rs juga, pasti kamu macem-macemin vivi ya?" om hen dengan nada serius.

"dikit apa, jujur aja siapa sih yang gak ke goda sama bodynya." Ucap andri dengan cuek.

"haha, gak salahkan papa cari calon buat rendra. Haha." ucapnya dengan membanggakan dirinya.

"tapi papa bisa ketemu dimana sama vivi?" andri mulai penasaran. Om hen pun menceritakan awal pertemuannya dari vivi. Dari rencananya menjodohkan agar rendra berubah, rendra di banting sampai rs, sampai saat sebelum kedatangan andri ke rumahnya.

"wah gila udah 3 tahun disini, andri baru tau rendra bisa berubah karena si vivi. Andri salah nilai dia andri kira dia cewek gampangan pa"

" makanya vivi jangan jail sama si vivi, tapi emang nafsuin andri, dah ya papa mau bikin ade.siapa tau dapaet ade secakpe vivi" ledek om hen tertawa, om hen pun pergi kekamarnya sambil tertawa.

"tapi vi, seberapa hebatnya lo di mata rendra, mama dan papa, itu belum cukup sampai gue bisa balas dendam yang cocok atas perbuatan lo kali ini, dengan gitu kita impas" tawa kecil andri sambil berjalan masuk ke kamarnya.

to be continue....
 
Terakhir diubah:
weh masih mau berlanjut serangan andri :aduh:
 
Bimabet
“ohh bagus bisa bikin drama juga ya,” anggukan kecil dari vivi, rendra pun medekati wajah vivi.

Typo ka suhu??

Makanya vivi jangan jail sama si vivi, tapi emang nafsuin andri, dah ya papa mau bikin ade.siapa tau dapaet ade secakpe vivi" ledek om hen tertawa, om hen pun pergi kekamarnya sambil tertawa.

Maksudnya?? :bingung:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd