Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Historian Time

Status
Please reply by conversation.
Tanto kenal kykny pas olympiade ekonomi. Kan dia juara 1 nya hahaha

Berdasarkan cerita Dinar itukan jurusan IPA, sedangkan Tanto IPS, setau saya waktu SMU dulu, kalau Olympiade pesertanya disesuaikan dengan Jurusannya, kalau Olympiade Ekonomi persertanya ya dari jurusan IPS, tetapi si Dinar yang jurusan IPA kok bisa ikut olympiade ekonomi ya?
 
wihh jarang2 nemu anak fib pecinta semprot apalagi bikin cerita
maknyos nih kayaknya
jd kangen perpus lama fib lebih sepi dan lebih asik curi2 pandang ama cewek2 kece wkwk
 
kalem smooth pindah povnya

lanjut ke next sceene......
 
wihh jarang2 nemu anak fib pecinta semprot apalagi bikin cerita
maknyos nih kayaknya
jd kangen perpus lama fib lebih sepi dan lebih asik curi2 pandang ama cewek2 kece wkwk

mojok di kansas di meja biruu atau orange
 


"Manusia adalah makhluk yang unik dan aneh. Kendati sejarah berulang, manusia sangat sulit untuk menghindari sejarah yang buruk"(George Bernard Shaw)

"Jeeeeddddddaaarrrrrrr"

Gemuruh petir menggelegar, diiringi hujan yang semakin deras saja di luar tempat para kutu buku itu melampiaskan kesukaannya. Belum, belum ada tanda-tanda bahwa 'rahmat Tuhan' akan segera berhenti. Padahal, ada puluhan manusia yang sedang berharap, menanti agar air yang turun dari langit lekas reda, karena mereka tak rela akhir pekan bersama keluarga tercinta berakhir begitu saja. Tadinya, mereka sedang menggelar tikar di sisi-sisi danau kampus dekat perpustakaan, macam orang yang sedang berpiknik di taman ataupun kebun binatang, duduk bersama dengan orang-orang tersayang.

Akan tetapi, keadaan itu tidak begitu disadari dan dikeluhkan oleh ketiga insan muda yang sedang berdiri sambil berdiskusi di dalam perpustakaan akbar milik 'kampus kuning', tepatnya lantai dua dimana buku-buku yang bisa dipinjam berada di sana. Di antara sekian banyak rak dan orang yang sedang membaca serta mondar-mandir mencari buku, ketiga pemuda yang terdiri atas seorang perempuan dan dua lelaki muda sedang rembuk bersama. Sang wanita sedang berbicara layaknya seorang narasumber yang sedang diwawancara. Sedangkan, dua pria muda mendengar bak seorang jurnalis yang sedang mengejar berita.

Salah seorang pria muda dari mereka adalah Tanto yang sedang mengamati dua kawannya yang berpenampilan necis, Dinar yang sedang berbicara bak seorang guru dan Erik yang sedang serius mendengarkan bak seorang murid di kelas. Dinar berbicara seperti guru muda. Dia mengarahkan, tapi tidak menggurui. Bicaranya runtun dan sistematis selayaknya seorang pengajar. Nanar matanya mencoba adil, menatap mata tanto dan erik yang sedang memperhatikannya. Suaranya yang lembut begitu enak didengar. Ditambah, dengan paras wajahnya yang cantik jelita membuat suasana makin sejuk saja. Erik begitu serius mendengarkannya tanpa sanggahan sedikit pun, seakan menurut saja. Padahal, suatu saat nanti ia tidak boleh sedemikian rupa di meja perundingan, jikalau permasalahan yang dibahas terkait sengketa perbatasan/wilayah bangsanya. Ah, barangkali kecantikan dinar-lah yang membuat calon diplomat ini terpesona.

Agaknya sama dengan erik meski berbeda, Tanto hanya diam, sedangkan hatinya terus bergejolak ingin menyanggah. Dia sebetulnya menjjadi malas karena tahu bakal satu kelompok dengan Dinar, gadis yang dikenalnya amat ambisius dan terkadang terkesan egois, suka merasa benar sendiri. Tanto mulai kenal dinar pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang ekonomi. Di sana, Dinar banyak cerita tentang dirinya dengan panjang lebar sebagai perwakilan peserta OSN yang sama-sama dari Jakarta. Di sana pula tanto jadi tahu kalo dinar adalah gadis ambisius yang segala impiannya harus ia perjuangkan mati-matian. Bagaimana tidak, dia anak IPA, tapi ngotot ikut OSN bidang ekonomi, bidang yang seharusnya digeluti anak IPS. Sebenarnya juga dia tidak bisa ikut OSN bidang ekonomi. Namun, dia bersama ayahnya yang berprofesi sebagai salah seorang pejabat bank sentral, Bank Indonesia, bersikeras mendatangi kepala sekolahnya. Untuk apa? untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala sekolah yang isinya adalah bahwa Dinar benar dan sungguh mampu mengikuti OSN bidang ekonomi. Alhasil, dengan 'surat sakti' itu dia benar bisa ikut OSN bidang ekonomi dan hasil akhirnya pun tak main-main, yakni menjadi juara 2 nasional.

"To, woiii! malah ngelamun lu... lu denger gak si icha ngomong apa tadi?" sahut erik menepuk pundak tanto

"eh? Iya? Ngomong apa yaak?" tanto terkejut

"ckck... eh iya cha, lu kok bisa kenal sama Tanto? Memang kalian udah pernah ketemu sebelumnya?" tanya erik kepada dinar sembari melempar senyuman manis

"Iya rik, gue udah kenal tanto sebelumnya. Waktu itu kita kenalan pas final OSN bidang ekonomi, iya kan to?" mata dinar melirik tanto

"Iya kali yak, gue juga udah lupa tuh..." sahut tanto

"Lah, kok bisa?" tanya erik yang sontak heran

"Ya bisa, kan tanto juara 1-nya, gue juara 2-nya" dinar tersenyum sembari melirik tanto kembali

"Eh, serius? Gak bercandakan? Masa sih tanto yang anak sejarah bisa juara olimpiade bidang ekonomi....seharusnya juga kalo iya, dia tuh udah jadi anak ekonomi. Bukan anak sejarah" timpal erik merendahkan

"Ohhh ceritanya gara-gara gue masuk sejarah nih ya rik, makanya lu jadi gak percaya kalo gue pernah juara 1 osn ekonomi?" tanto merespon erik yang meragukan pencapaiannya.

"Hhhmm bukan gak percaya sihh to., tapiiii gimana yakk to ngomongnya.." balas erik sembari menggaruk dahinya

Keraguan kawannya tersebut, tanto memaklumi sangat. Bukan dia saja, sanak keluarga dan kawan sekolahnya pun banyak yang menyayangkan, bahkan meremehkan, karena tanto masuk jurusan sejarah. Tanto jadi bingung, apa salahnya masuk jurusan sejarah. Yang menjalani juga dirinya sendiri. Lagipula dia juga tidak minder. Malahan ia percaya bila suatu hal kita tekuni, hal itu suatu saat akan mengantarkan kita pada puncak kesuksesan juga. Tentunya, mencapainya juga tidak mudah, perlu kerja keras. Bukankah rezeki sudah ada yang mengatur? Tinggal manusia yang berusaha dan berdoa. Begitulah isi pikiran tanto.

"Iya bener kok rik. Tanto pernah juara 1 osn ekonomi. Masalahnya yaa mungkin orang gak percaya aja gara-gara dia malah ambil jurusan sejarah" Dinar mencoba membantu meyakinkann erik

"Iya deh gue percaya..apalagi kalo icha yang ngomong. Tapi, gak seratus persen loh ya.." balas erik yang masih sedikit ragu

"Terserah lu deh rik, gue juga gak maksa lu buat percaya kok. Lagipula gak ada untung-ruginya buat gue" ucap tanto dengan nada pasrah

"Yaudah, yaudah, sekarang mendingan kita omongin masalah tugas kelompok kita, udah deadline nih senin besok... Seperti yang gue udah omongin tadi. Kalian tulis aja sesuai sudut pandang keilmuan kalian masing-masing kenapa indonesia perlu jadi negara maritim. Erik dari sudut pandang hubungan luar negeri, tanto dari sudut pandang kesejarahan, dan gue dari manfaat ekonominya. Habis itu, kalian kirim yaa... via email ke email gue .. paling lambat minggu siang" terang dinar

"Oke deh cha... Eh, tapi lu juga nih nanti yang ngerapihin serta nyatuin tulisan kita?"tanya erik

"Iya, itu biar gue aja, termasuk juga ngejilid tuh tulisan sampai jadi makalah. Soalnya kalo gak gitu, bakal lama, sementara senin udah harus dikumpulin rik.." timpal dinar serius

"menurut lu to?" tanya erik melirik tanto

"Oh, masih perlu pendapat gue? ..hhmm yaa udah gitu aja lah" tanto malas berpendapat

"Yee si tanto ditanya pendapatnya jawabannya malah begitu. Eh iya cha, temen kita yang lain gimana, si Dilla dan Laras...?"

"Kalau dilla, kebetulan kan dia satu fakultas sama gue, biar dia nanti gue yang kasih tahu, palingan dia back-up bagian gue. Kalo laras, gue gak kenal, ketemu aja enggak. Yaudah deh, dia biarin aja kali ya..soalnya biar cepet beres rik"

"oke, yaudah kalo gitu cha" sahut erik

Setelah berdiskusi dan berbincang bersama satu sama lain, ketiganya berpencar untuk mencari bahan penulisan tugas kelompok. Erik pergi ke rak buku bagian ilmu hubungan internasional, sedangkan tanto pergi menuju rak buku bagian ilmu sejarah. Ketika keduanya sudah berjalan menuju rak buku yang dituju masing-masing. Dinar terdiam sejenak. Dia memandangi tanto yang berjalan lebih dulu meninggalkannya. Tatapan wanita itu penuh tanya seolah ada yang menyangkut di pikirannya.

"Tanto, lu tuh bikin orang penasaran. Info tentang lu, gue gak dapat sama sekali" ujar dinar dalam hatinya

o=O=o​

Tiga tahun yang lalu, menjelang sore, Tanto yang masih remaja dan berseragam putih abu-abu sedang berdiri seorang diri di depan sebuah rumah klasik b
ergaya Jalan Diponegero, Jakarta, tepatnya di dekat daerah meletusnya Peristiwa 27 Juli 1996. Sembari menggandeng ranselnya yang masih kelihatan baru, wajah Tanto yang lesu begitu kusam dan berminyak akibat polusi dan debu jalanan yang makin tak karuan. Untung saja, dia rajin memakai pembersih wajah, tiada jerawat dan bopeng menghiasi muka. Sementara rambut yang menutupi kepalanya yang keriting nan ikal itu kering terbakar sinar matahari Ibukota yang makin ngengat saja, dan meminta untuk segera dikeramas.


Tanto berdiri tegap sembari menunggu bus kota yang hari ini masih begitu saja (metromini), yang tak kunjung datang untuk mengantarnya pulang ke rumah, yang berada di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur. Tatapan matanya kosong. Bibirnya yang kering ia gigit. Ia berjalan mondar-mandir berulang kali sembari menggaruk kepalanya. Tangan kanannya mengepal, Ia kesal dan jenuh sebab 'bus rongsok' itu belum tiba juga. Selain itu, ada hal lain juga yang memberatkan pikirannya. Dia butuh uang untuk membeli buku cetak. Namun, orang tuanya belum memberikan. Dia tahu kenapa. Ayahnya yang bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil di Jakarta Utara, baru-saja di-PHK. Uang pesangon yang diterimanya saja tidak sesuai harapan. Sedangkan, ibunya baru saja pensiun dini karena terserang stroke hingga membuatnya tak mampu bekerja lagi. Tanto yang dulu perlengkapan sekolahnya begitu mudah dipenuhi. Perlahan mulai sulit bersamaan dengan kemunduran ekonomi keluarga. Lelaki muda itu kini harus pandai berhemat di tengah uang yang tak mencukupi, meski adik-adik ibunya kerap membantu keperluannya.

Namun, betapa bodohnya Tanto. Sudah bagus-bagus ia banggakan ayah dan ibunya dengan berhasil masuk sekolah menengah negeri terbaik di Jakarta Timur. Akan tetapi, ia yang baru menjalani bulan ketiganya di kelas 1 (kelas 10) SMA sudah bolos sekolah tanpa sepengetahuan orang tua, guru, dan temannya. Jika ada yang bolos beramai-ramai, ia malahan seorang diri. Ia merasa keadaan ekonomi keluarga membuatnya sulit untuk menjalani sekolah, bahkan menganggu pikirannya. Maka, warung internet (warnet) yang berada di daerah rumahnya menjadi tempat pelariannya. Awalnya, ia berniat mencari informasi-informasi terkini, baik berita politik, ekonomi, olah raga hingga gosip selebriti sebagai pelampiasan. Namun lambat laun ia bergeser menikmati tontonan dewasa/porno yang selalu ia sempatkan untuk mengunduh dan menyimpan di flash disk mininya yang berukuran 2 GB. Malamnya, karena ia tak punya pacar apalagi istri, onani menjadi jalan pintas satu-satunya menempuh masa pubertas yang sedang ia alami.

Kini, di jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, tanto yang sedang menapak dengan sepatu warrior bertali dan bersimpul putih sedang melakoni libur tidak resminya (bolos) yang keempat kalinya. Meski tidak berturut-turut, tetap menjadi masalah untuk sekolahnya yang memberi batasan alpa (masuk sekolah tanpa sepengetahuan/izin), yakni tiga hari. Namun tanto masa bodoh yang terpenting baginya hatinya lega dengan pelarian tersebut. Ia yang baru saja 'ngebolang' tak tentu arah usai dari warnet tempat ia bermain kini berencana pulang ke rumahnya memasuki sore hari. Namun, bus yang dinantikannya masih belum juga datang.
Tiba-tiba sebuah sedan marcedez benz berhenti di depan Tanto. Tanto melongo, mengira itu jemputan untuk dirinya. Kemudian tak beberapa lama seorang supir berkumis berbadan tegap keluar dari kursi kemudi sedan tersebut. Supir itu lalu berjalan agak tergesa-gesa untuk membukakan pagar besi rumah yang daritadi tanto berdiri di depannya.

"Kreeeeeeekkkkk........krekkkkkkkkkkkk" Satu per satu dari dua pagar yang membuka ke dalam dibuka oleh tangan sang supir yang berurat hitam terbakar sinar panas matahari.

Setelah semua terbuka, kemudian supir itu kembali ke sedannya sembari mengarahkan kendaraan tersebut masuk ke area perkarangan rumah. Tanto memperhatikan dengan penuh keingintahuan semenjak sedan berhenti di depannya hingga masuk ke area rumah. Setelah itu tanto tak lagi memperhatikan. Namun, kemudian terdengar suara orang memanggilnya dari belakang.

"Hey, nak! kemari sebentar....." panggil bapak tua berkaca mata dengan raut wajah keriputnya memanggil tanto.

"Saya pak?" Tanto menyahut seraya jari telunjuk menunjuk dadanya

"Iya kamu...." bapak tua itu memastikan

Tanto berjalan pelan menghampiri. Kepalanya agak menunduk. Batinnya penuh tanya. Apakah yang hendak bapak berpakaian batik dan celana formal berwarna coklat itu katakan kepadanya gerangan. Terlebih, bapak itu memanggilnya dengan senyuman yang sangat hangat. Namun, tanto mendadak khawatir malahan bahwa bapak ini bakal menduga dia bolos sekolah. Kalau benar begitu, tanto bakal dibuat pusing dengan pertanyaan tersebut. Kalaupun terpaksa, ia akan berbohong. Kemudian Ia menarik napas dalam-dalam ketika sudah di dekat bapak yang memanggilnya. Sorot mata tanto tak berani menatap mata bapak tersebut yang agak sipit dan terlindungi oleh kacamata. Tanto hanya membuka lebar-lebar telinganya agar mendengar jelas kata serta kalimat yang akan disampaikan.

"kamu baru pulang sekolah ...?" tanya bapak tersebut dengan ramah

"Iii..Iya nih pak..." tanto berbohong menutupi malunya seraya melirik ke bapak

"kamu buru-buru gak?" bapak tersebut bertanya kembali.

"Enggak kok pak, memangnya kenapa ya?" jawab tanto

"Masuk dulu yuk ke rumah. Kita ngobrol-ngobrol aja sebentar. Kebetulan di rumah bapak juga gak ada orang yang bisa diajak ngobrol" ucap bapak tua itu berjalan langsung masuk ke rumahnya tanpa menunggu respon tanto yang sebenarnya sudah lekas ingin pulang.

"Eh?!" mata tanto terbelalak karena si bapak nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa menunggu jawaban darinya.


Jadi, mau tak mau Tanto berjalan memasuki area rumah yang halamannya penuh dengan hijaunya tanaman, kebanyakan tanaman hias, meski ada pohon mangga yang tumbuh besar di sana. Sembari melepaskan sepatu sebelum masuk ke dalam rumah bapak tersebut, tanto coba melihat sekelilingnya. Ia merasa rumah itu seperti rumah zaman dahulu. Ia seakan-akan jadi terbawa suasana zaman kemerdekaan. Dia sendiri sebenarnya heran mengapa harus zaman kemerdekaan, bisa saja rumah zaman kolonial belanda dahulu. Tapi, apa boleh buat aura yang dia rasakan memang begitu.

"Ayo silahkan duduk, saya mau berganti pakaian dulu" bapak tersebut mempersilahkan tanto duduk di salah satu dari sepasang bangku kayu yang ditengahi sebuah meja kaca kecil.

"Oh Iya..terima kasih banyak pak" tersenyum tanto

Dipersilahkan duduk di ruang tamu, tanto hanya menaruh ranselnya di bangku kayu tersebut, ia malah melihat sekeliling ruangan yang banyak benda antik nan lawas di sana, lukisan-lukisan pemandangan alam dan sebuah lemari kayu yang penuh dengan buku. Ada sebuah foto keluarga juga dengan bingkai kayu di sana. Itu membuat Tanto beranjak tertarik melihat foto tersebut. Melihat secara perlahan tanpa menyentuhnya, Ia merasa bingkai foto ini masih baru. Terlihat si bapak masih persis dengan yang ia lihat sekarang. Kemudian Ia pelototi yang lain satu per satu orang yang ada di foto. Di foto yang sedang tanto lihat tampak para lelaki memakai jas dan wanitanya memakai kebaya dengan rambut disanggul ala putri jawa. Namun, ada hal yang membuat sorotan matanya tertuju pada seorang wanita yang bersanding di samping si bapak. Ia merasa itu pasti istrinya si bapak karena terlihat seumuran. Tapi, entah mengapa ada hal lain lagi yang menyangkut tentang wanita ini. Tanto mencoba mengingat-ngingat sembari melihat-lihat lagi satu per satu orang yang ada di foto itu. Lambat laun lupalah tanto terhadap wanita yang membuatnya harus mengingat-ngingat. Itu karena ada seorang gadis muda yang kelihatannya seumuran dengan Tanto. Senyumnya yang terlihat gigi begitu indah bak seorang dewi. Matanya sipit agak persis dengan si bapak. Rambutnya hitam berkilau memanjang hingga bahu.

"siapa ya nama gadis ini?" tanya tanto dengan sorotan tajam ke arah si gadis yang ada di dalam foto.

"Itu cucu saya, namanya maudy" ucap si bapak yang muncul tiba-tiba.

Tanto terkaget dan menengok ke arah si bapak yang baru saja mengganti pakaiannya dengan kemeja putih polos dan sarung berwarna coklat. Masih menggunakan kacamatanya, si bapak menghampiri tanto yang sedang mengamati foto keluarganya.

"Dulu waktu dia kecil di sering ke sini sama anak saya. Tapi, semenjak dia sudah tumbuh jadi remaja dia sudah jarang ke sini. Mungkin, seusianya lagi asyik bergaul dengan teman-temannya yaa" si bapak tersenyum

"bapak di sini tinggal sama siapa?" tanya tanto penasaran sambil bersama si bapak berjalan ke arah bangku kayu.

"Anak-anak saya semua sudah menikah. Mereka tidak tinggal di sini lagi. Sementara saya di sini hanya bersama istri, seorang supir, dan seorang pembantu" muncul seorang pembantu perempuan menghidangkan secangkir teh hangat dan beberapa biskuit kaleng di piring kecil.

"Heemm gitu... istri bapak ke mana ya?" tanto amat penasaran

"Ioohh stri saya sedang mengajar. Yaa Dia pulang sekitar magrib"

"emmm. Eh iya bapak sama istri kerjanya guru ya?" tebak tanto

"Iya. Kok kamu bisa tahu?" sahut si bapak sontak agak terkejut dengan terkaan tanto

"Iya sih pak kelihatan dari gaya berpenampilan bapak, guru banget, apalagi barusan bapak bilang istri sedang mengajar. Hemm... ngomong-ngomong nama bapak siapa yaa? Kita kan belum kenalan nih pak hehe" ucap tanto tersenyum sembari meminum secangkir teh hangat yang telah disediakan.

"iyaaa yaa..hehe. Nama saya Swasono, kamu panggil aja saya kakek yaa... karena usia saya yang udah tidak pantas dipanggil bapak lagi nih. Eh iya.. nama kamu sendiri siapa?" tanya si kakek sembari tertawa

"Ohh ya udah kek., kalo nama saya sendiri, nama saya tanto kek" jawab tanto singkat seraya mengambil sepotong biskuit

"Oh namanya tanto Kamu sekolah di mana? Kok bisa sampai depan rumah saya?" tanya si kakek penasaran sembari meminum secangkir teh hangatnya

"Saya sekolah di salah satu sma negeri di jakarta timur kek. Kalo tadi, itu mah saya dari rumah temen saya" ucap tanto berbohong

"Ohh begituu. Terus kamu kelas berapa sekarang?" si kakek bertanya lagi kepada tanto

"kelas 1 sma kek"

Setelah tanto selesai menjawab Kemudian si kakek berpikir sejenak. Ia melihat ke arah perkarangan depan rumahnya yang berhadapan dengan ruang tamu. Kemudian Dia tak lama beranjak dari bangku kayunya menuju ke rak bukunya yang berada tepat di samping.

"Greeeeggggg" ia geser penutup kaca lemari bukunya.

Matanya teliti dan detail memperhatikan satu per satu judul buku. Terkadang ia menarik satu buku dan memasukkannya kembali. Tanto hanya membisu memperhatikan aktivitas si kakek yang sepertinya sedang mencari sebuah buku. Dia bertanya-tanya apa yang hendak dilakukan si kakek selanjutnya setelah buku itu ditemukan. Padahal, dalam hatinya tanto sudah berkeinginan untuk berpamit pulang ke rumah.

"Eh iya tanto, ini saya mau kasih kamu sebuah buku. Tolong dibaca ya..." ucap si kakek sembari memberi bukunya ke tanto

"buku apa kek?" tanto menoleh ke seraya menerima pemberian kakek

Si kakek memberi tanto sebuah buku berjudul "Pemikiran Para Founding Fathers". Tanto menerimanya dengan senang hati. Setelah menerima, ia melihat pelan-pelan buku yang tampak masih baru dan bersampul plastik itu. Ternyata, buku tersebut berisikan pemikiran tokoh-tokoh indonesia zaman pergerakan dan kemerdekaan dahulu dari soekarno hingga ki hadjar dewantara. Tahu isinya demikian, tanto antusias dan penasaran. Dalam hatinya ia ingin segera lekas pulang membaca isi buku itu.

"Kek, aku boleh pamit pulang sekarang gak?" ucap tanto seusai memasukkan bukunya ke dalam ransel"

"kok buru-buru banget..??" si kakek bertanya penasaran

"Iya nih kek, aku takut pulang kesorean. Apalagi kakek kayak gak tahu aja kalo jalan diponegoro menuju salemba makin sore makin macet... Apalagi bus yang aku tunggu, jarang kek" tanto menerangkan alasannya

"Oh tadi kamu lagi nunggu bus untuk pulang ke rumah...Baiklah kalau begitu, silahkan kalau kamu mau pulang. Tapi, ayo teh sama biskuitnya dihabiskan dulu"

"Udah cukup kek, aku udah kembung dan kenyang nih.. hehe" tanto tertawa

"Hemmm yasudah kalau begitu maunya kamu. Kalau ada waktu sering-sering mampir ke sini. Temenin kakek ngobrol. Kalau bisa kamu bawa deh buku pelajaran kamu biar kakek bantu" ujar si kakek menawarkan

"Eh iya ya... boleh tuh kek kapan-kapan. Tapi,.. sekarang aku pamit pulang dulu yaa kek" tanto beranjak berjalan bersama kakek ke luar rumah

"Iyaa" balas kakek tersenyum

Tanto pun berjalan ke arah perkarangan rumah si kakek, di sana ia meletakkan sepatu warriornya. Tak ada kata dan kalimat lagi setelah itu. Batin tanto malahan bertanya siapa kakek ini dan mengajar di sekolah mana dan mengapa ia begitu baik padanya. Usai mengikat simpul talinya, pamitlah tanto kepada si kakek. Namun, kakek mengantarkan hanya sampai perkarangan rumahnya. Selebihnya tanto berjalan keluar seorang diri. Entah kebetulan atau tidak... ketika dia membuka pintu pagar rumah si kakek, melintas begitu saja bus yang ditungguinya dari tadi.... buru-buru saja ia mengejarnya sambil berteriak,

"bang....bang..... tunggu...bangg....." teriak keras tanto kepada kondektur bus yang sedang bersahut-sahut, "Gadung... gadung...ayoo gadung...."

o=O=o​

"Pada momen upacara pengibaran bendera kali ini, mari kita sambut salah seorang warga sekolah kita yang telah menorehkan sebuah prestasi yang begitu besar sekaligus mengharumkan nama sekolah. Sejujurnya pula, sekolah kita untuk bidang ekonomi, belum pernah sama sekali masuk tiga besar dalam pergelaran olimpiade sains nasional. Kalaupun iya, itu banyak ditorehkan oleh anak-anak IPA. Jadi, itulah mengapa prestasi ini kami bilang begitu besar karena kami belum pernah meraih tiga besar sama sekali. Namun, sekali masuk tiga besar, Tuhan menganugerahkan sekolah ini tidak tanggung-tanggung, yakni juara 1 Olimpiade Sains Nasional bidang Ekonomi.... " Kepala Sekolah SMA Tanto memberi amanat upacara bendera di podium

"Prok....prok...prokk...prok.." peserta upacara, yakni guru dan siswa-siswi memberi tepuk tangan meriah setelah mendengar berita bahagia yang diinformasikan kepala sekolah.

"Dan, itu telah ditorehkan oleh anak kami, siswa kami,..yang cukup dikenal di mata kawan-kawannya dan guru-gurunya sebagai anak yang amat peduli kepada lingkungan sosialnya, terutama di lingkungan tempat sekolah kita berada...... Mari kita panggiil dan sambut... SOETANTO!" teriak kepala sekolah mendekatkan mulutnya ke mikropon

"Prokk...prokk....prokk....prokkk" tepuk tangan makin bergelora menyambut Tanto yang akan maju ke depan.

Namun, apa yang terjadi? Tanto tidak ada. Peserta upacara yang hadir tampak kebingungan. Begitu juga kepala sekolah yang baru saja berteriak memanggil namanya. Guru-guru berbicara satu sama lain sembari berdiri dari tadi sejak upacara dimulai. Mereka juga kebingungan kemana tanto yang baru saja namanya disebutkan karena ia baru saja menorehkan prestasi. Apakah tidak ada koordinasi sebelumnya? Teman-teman tanto yang berada di jurusan IPA, IPS, terutama teman sekelasnya juga kebingungan kemanakah kawannya ini.

Sejenak, puluhan kepala yang hadir di upacara 'clingak-clinguk'. Sisanya memanfaatkan momen untuk mengobrol. Akan tetapi, tiba-tiba pula satpam penjaga sekolah berteriak,

"Ituu si tanto di depan gerbang, dia ketahan karena datang terlambat..."

o=O=o​
 
Makin seru ceritanya gan.. Jd semakin penasaran dgn tanto
 
lho tanto pemeran utama pas upacara malah telat hahahaha
 
wah, ada kakek misterius nih :ngupil: masih belum keraba-raba bakal kemana arahnya. Tp yang jelas karakter Tanto ini unik bgt :jempol:

Iya suhu, masih ane belum tunjukkin arahnya. Soalnya nih cerita kompleks nantinya, ada cinta, konflik batin, emosi, pertentangan ideologi/keyakinan dsb. Ane musti pelen-pelen banget. Intinya konsisten menulis
 
nama si kakek Swasono banget nih? kayak nama profesor di fakultas abu2 kampus kuning tuh :D
 
Gubraaak...juaranya malah telat ki piye tho..hehe..ini karakternya antimainstream ya..dari keluarga yg secara ekonomi bisa dibilang kurang,tapi pinter..tapi pelariannya download bokep sama cokli..huehehe
 
Bimabet
Mantep alurnya suhu..minim typo jg..
Yg kurang cm satu...waktu updatenya kelamaan :D
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd