Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Historian Time

Status
Please reply by conversation.
wah wah keren ini referensinya bnyk bgt
bangun villa dulu deh sambil nunggu update
 
Update huuuuu i love this storyyyy .... epic ....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Rab rusuhin rab ...biar cpt update ... greget nunggu updatenya :galak:

:ngacir:
 
Sepertinya seorang sejarawan nulis cerpan harus menggunakan metode sejarah ya suhu.. ( heuristik, kritik dan bla-bla-bla ) he he he he KEREN!

lanjut...
 
wew, masih penasaran nih sama lanjutannya, update dong :ngeteh:

saya update malam minggu. :ampun:

thanks yang masih penasaran dan sudah berkomentar. Itu menjadi salah satu modal kuat bagi TS tetap konsisten melanjutkan.
 
saya update malam minggu. :ampun:

thanks yang masih penasaran dan sudah berkomentar. Itu menjadi salah satu modal kuat bagi TS tetap konsisten melanjutkan.

siap di tunggu updatenya dan siap2 buat di tagih jg ya hu.. Cerita sangat buat penasaran..
 


-You have brains in your head. You have feet in your shoes. You can steer yourself any direction you choose-Dr Seuss-

Udara pagi masih cukup segar untuk dihirup oleh manusia-manusia yang sedang lalu-lalang di hari yang sibuk. Memang, udara pagi ibukota hampir tidak pernah berkabut layaknya Puncak Pass yang selalu dirindukan dan dibanjiri oleh masyarakat Jakarta yang jarang memandang berjejernya bukit-bukit hijau, rimbunnya pepohonan, dan gunung yang sudah hampir dipastikan tidak ada. Mereka itu rindu suasana kampung/desa yang asri dan sedap dipandang. Sebenarnya ada beberapa kampung di kota metropolitan tempat mereka mengaiz rezeki ini. Akan tetapi, begitu semraut keadaanya. Kumuh dan kotor begitulah pandangan beberapa orang yang pernah mampir, melihat, atau sekedar menyaksikan dari layar kaca televisi. Meskipun demikian, masih ada kampung-kampung yang masih tertata rapi dan dijaga kebersihannya. Hanya saja, jumlahnya begitu mudah untuk dihitung.

Ah, setidaknya udara pagi ini patut disyukuri sebagai salah satu karunia Tuhan yang amat berharga. Siang hari masyarakat kota kerap 'bergaul' dengan terik panas matahari yang makin ngengat disertai polusi udara yang disebabkan oleh berbagai faktor yang membuat 'kantong udara' bertambah sesak. Maka, tidak usah heran negeri ini akrab sekali dengan penyakit paru-paru, seperti TBC, ISPA, dan kanker. Tentu kebanyakan mereka tidak menginginkan itu. Hanya saja sebagian lainnya kurang menyadari, peduli, atau mungkin sudah candu. Salahkah mereka?

Hal itu yang sedang dipikirkan secara lingkup luas oleh Tanto, siswa kelas 11 IPS yang sebentar lagi akan naik tingkat ke kelas 12. Ia sedang berdiri karena datang terlambat dan terpaksa tertahan di depan gerbang besi sekolahnya yang tinggi semapai. Tanto, di saat kawan-kawannya sedang asyik mengobrol, membicarakan tugas sekolah yang belum selesai, ujian yang menanti, hingga pembicaraan yang sifatnya tidak begitu penting sama sekalipun, Ia malah memperhatikan orang-orang yang sedang merokok di warung kopi seberang sekolahnya. Bagi Tanto, orang-orang merokok di sana sedang merusak paru-paru mereka sendiri bak dalam bahasa agamis mereka termasuk orang-orang yang zalim (menganiaya diri sendiri). Padahal, uang rokok yang mereka pergunakan bisa dialihkan untuk keperluan yang lebih bermanfaat. Barangkali mereka bisa membeli susu atau daging ayam yang kaya protein dan lebih menyehatkan, bukan? Atau juga bisa ditabung? Tapi, melihat itu semua, hati tanto sungguh tak berdaya.

Lihat saja cukai dan harga rokok yang terus naik yang diharapkan pemerintah bakal menurunkan angka perokok. Namun, tiada juga menuruni angka perokok, malah justru bertambah hingga kalangan anak-anak. Usaha lain seperti membuat iklan rokok seseram mungkin juga sudah diupayakan. Alhasil, tidak membuahkan hasil juga. Malahan iklan rokok makin bertambah keren saja. Dalam pikir Tanto akhirnya, untuk apa pemerintah susah-susah berbuat sedemikian rupa. Bukankah menutup semua pabrik rokok lebih simpel dan serentak menghentikan para perokok merokok? Tapi ide itu baginya terlalu ekstrem. Dia saja tidak bisa bayangkan apa jadinya jika serentak mendadak semua orang perokok berhenti merokok. Pasti akan nyaring suara penentangnya.

Misalnya saja ketika ia ingin menegur orang-orang yang merokok. Dalam benak Tanto, pasti dia bakal diserang habis-habisan. Belum lagi ayahnya sendiri di rumah merupakan perokok berat. Pernah sekali ia menegur ayahnya. Alhasil, ayahnya mengamuk bak singa luka. Tanto diomeli habis-habisan, disangka ia sedang menggurui atau menceramahi sang ayah bak seorang ulama yang mengeluarkan fatwa haram merokok. Sejak saat itu, Tanto yang bukan aktivis peduli kesehatan tidak bisa berbuat-buat apa-apa,

"Yasudahlah...", ucap tanto memalingkan wajahnya dengan begitu pasrah.

Baru saja ia palingkan wajahnya yang begitu kusut karena terlalu lama menunggu di depan gerbang sekolah, tiba-tiba saja satpam penjaga sekolah yang terkenal sangar dan galak berteriak memanggil namanya,

"Tanto! Tanto! Mana tuh si tanto?! teriak Pak Udin, satpam penjaga sekolah.

Itulah Pak Udin yang akrab disapa 'Babe' oleh warga sekolah, meski ia bukan orang betawi. Pria setengah tua yang kurus dan kekar itu terbiasa menjaga gerbang sekolah di pagi hari. Gayanya kalau sudah berjaga macam malaikat malik saja sang penjaga pintu neraka. Kalau sudah bel berbunyi, jangan harap ia mau bukakan gerbang bagi siswa yang terlambat, kecuali ada instruksi dari guru piket. Pak udin terkadang juga suka menasehati para siswa yang suka terlambat, sedangkan ia bukan guru. Tapi, apa boleh buat begitulah dirinya. Dia merupakan orang tua yang anaknya pernah menjadi siswa teladan di sekolah tanto. Tidak heran, pak udin begitu dihormati di kalangan warga sekolah.

"Ettss, iyaa pak, saya di sini!" sahut Tanto menampakkan wajahnya

"Kamu disuruh masuk sama kepala sekolah to.." ucap pak udin berusaha membukakan gerbang

"Wah asyik dong kalo gitu pak...yuk kita masuk semua kawan-kawan" ajak tanto begitu polos kepada mereka semua yang datang terlambat

"Eit eit eit! wah maaf nih, cuma tanto doang yang diperbolehkan masuk. Yang lainnya tetap tidak diperkenankan" balas pak udin melarang semua siswa depan gerbang sekolah menggerombol ingin masuk

"yaaahhhhhh...", serentak suara kecewa para siswa yang terlambat.

'Yaudah tanto, buruan kamu masuk sana. Udah ditunggu kamu sama kepala sekolah!" seru Pak Udin

"Heemm kalo begitu saya enggak mau masuk pak, biar saya di sini aja. Tolong sampaiin aja ke kepala sekolah ya pak saya enggak mau masuk, kecuali......"

"Kecuali apa?!" sahut pak udin dengan nada lantang

"Saya ini datang terlambat, sama seperti kawan-kawan saya yang lain. Malahan, banyak yang datang lebih dulu dari saya. Nah, kalo mendadak ujungnya saya sendirian disuruh masuk sama kepala sekolah, terkesan saya begitu diistimewakan. Padahal, status saya saat ini sama seperti mereka yang terlambat. Jadi, kalaupun kepala sekolah tetap memaksa saya masuk, saya cuma berharap kawan-kawan saya yang berada di sini diperbolehkan masuk juga. Tapi, kalau tidak, saya bakal tetap di sini bersama mereka. Saya tahu kok pak, kepala sekolah kita itu orang yang amat bijaksana" terang Tanto kepada Pak Udin

Kawan-kawan tanto terbengong melihat tanto berbicara demikian. Ada yang tak paham dan terkesan cuek tanto ngomong apa. Ada yang tertegun mendengar ucapan Tanto seolah dirinya dibela. Adapula yang tak menyangka kalau tanto yang dulu kelas 10 dikenal malas dan suka bolos sekarang bisa berubah seperti ini.

"Gilee yaa si Tanto kerasukan setan apaan tuh anak...bisa begitu sekarang dia", ucap kawan sekelas Tanto waktu kelas 10.

"Barangkali itu anak udah tobat..." sahut kawan yang lain

Mendengar ucapan Tanto, hati pak udin bergetar. Ia tak menyangka siswa kelas 11 ini bakal berbicara seperti itu. Seumur hidupnya menjaga sekolah, tidak pernah ia menemukan ada anak semacam ini.

"Okee, kalau begitu mau kamu. Bapak bakal ngomong sama kepala sekolah" jawab pak udin lugas

o=O=o


"Halo semuanya kawan-kawan! Apa kabar kalian hari in??! Masih semangat, bukan?!" teriak Tanto keras dan begitu bersemangat di atas podium upacara.

Tanto amat antusias ketika dia berdiri di atas podium upacara yang biasanya hanya kepala sekolah yang mengisi. Ia memandang ke depan, di hadapannya berbaris rapi para siswa-siswi yang sedang berdiri di halaman sekolah yang gedungnya bertingkat dua. Lubuk hatinya tak menyangka apa yang sedang dirasakan dan dialaminya sekarang. Sedikit gugup memang. Kakinya mendadak kaku. Kedua tangannya sedikit bergemetar. Pertama kalinya ia berdiri di atas podium yang terhormat tersebut.

"Halo! Baik!Masih!" serentak para peserta upacara menjawab sembari tersenyum, bahkan ada yang tertawa geli karena Tanto memberi sapaan salam dengan kata 'halo' seakan salam pembuka konser musik saja.

"Saya tahu kawan-kawan, guru-guru, dan semua yang hadir di upacara kali ini sudah terlampau lama berdiri karena menunggu kehadiran saya untuk memberi sepatah dua kata atas prestasi yang saya capai. Oleh karenanya, saya hanya akan memberi beberapa pesan saja, yaitu percayalah semua orang bisa berubah entah itu baik menjadi buruk atau buruk menjadi baik. Maka, setidaknya dalam hidup kita tidak memandang remeh orang lain. Bagi kita yang dalam kondisi terpuruk, percayalah kita bisa bangkit dari keterpurukan itu selama kita mempunyai kemauan kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Sebaliknya, kita yang berada 'di atas' sebaiknya membantu dan membimbing kawan ataupun sahabat kita yang sedang dalam kondisi terpuruk. Bukan justru membiarkan atau menghina mereka yang terpuruk itu. Bukankah masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang suka tolong menolong dalam kebaikan? Cukup sekian pesan saya yang teramat singkat ini. Semoga kawan-kawan bisa merefleksikan apa yang saya sampaikan. Terima kasih"

"prok....prok....prok...." peserta upacara memberi tepuk tangan sebagai penghargaan kepada Tanto yang menuruni podium

Di antara mereka yang memberi aplaus ada yang tersenyum bangga. Dia adalah Pak Marzuki, guru bahasa Indonesia dan wali kelas Tanto kelas 10. Pria berusia 30-an dan berperawakan tegap ini melihat tanto sekarang penuh perasaan mengharu biru. Dia tidak menyangka tanto yang dulu sempat dipanggil ayahnya karena ia pernah bolos melebihi batas kewajaran, kini berdiri usai memberi untaian kalimat atas prestasi luar biasa yang dicapai anak itu. Tanto benar-benar telah berubah dalam benak pak marzuki. Dia hanya terheran-heran entah apa yang membuat anak didiknya tersebut berubah total.

"Ciee ciee nadyaa.... kakak tantonya tuh... cie..." sekelompok siswi yang berbaris meledeki kawannya bernama Nadya.

Di antara barisan rapi para siswa-siswi ada seorang siswi cantik dan manis yang sedang diledeki kawan perempuannya. Hal itu karena ia tersenyum sendiri melihat tanto berbicara di atas podium. Siswi tersebut bernama Nadya Wulandari. Dia adalah siswi kelas 10 yang begitu kagum dengan Tanto. Bagaimana tidak, Nadya yang cukup cerdas ikut kegiatan ekstrakurikuler kelompok karya ilmiah remaja (KIR) karena ada Tanto menurut kawan-kawannya. Alasannya, ketika ikut KIR, Nadya sering mengamati kakak kelasnya tersebut yang juga pengurus KIR. Nadya beranggapan tanto adalah orang yang serius dan suka baca cuku. Namun, terkadang pula kakak kelasnya ini juga suka bercanda. Hal itu yang membuat nadya 'ngefans' dengan tanto yang menurutnya merupakan tipe pacar idamannya. Padahal, ada beberapa siswa yang seperti itu di sekolah. Namun, hati Nadya seperti sudah tertambat pada Tanto yang pribadinya penuh misteri. Terlebih lagi, baru saja sang idola disebutkan telah meraih prestasi yang cukup membanggakan bagi sekolah. Nadya makin menjadi pengagum berat saja.

o=O=o

Upacara selesai. Para peserta upacara serentak membubarkan diri masing-masing seusai pemimpin upacara menginstruksikan bubar. Para siswa menuju kelas mereka yang berada di bawah ataupun yang berada di atas. Beberapa yang lainnya ada yang mampir sebentar ke koperasi untuk membeli minum karena keringnya kerongkongan selama berdiri di atas halaman. Selain itu, ada yang mampir ke kamar mandi karena semenjak upacara digelar mereka menahan membuang air. Ada pula yang masih 'keluyuran' tak jelas sembari mengobrol dengan kawan. Beberapa guru menuju ruang kerja mereka guna mempersiapkan materi pengajaran para anak didik. Di sisi lain, masih ada yang mengobrol dengan sesamanya. Sementara tanto masih asyik mengobrol dan menyalami satu per satu guru yang ingin memberi ucapan selamat kepadanya.

"Selamat yaa tanto, pertahankan tuh", ucap Ibu Sarah, guru ekonomi akuntansi tanto, guru muda yang menikahi guru teknologi informasi (komputer) yang berstatus perjaka tua.

"Iya bu makasih. Hah? pertahankan? Bukan tugas saya lagi itu bu tapi adik kelas saya nanti", jawab tanto yang dikenal dekat dengan ibu Sarah.

"Seneng dipuji mulu nih dari tadi..jangan sombong dan cepat puas ya tanto" ucap Ibu Agus, guru honorer Bimbingan Konseling(BP) favorit para lelaki, baik guru, petugas, dan siswa seantero sekolah tanto. Bu Agus meski sudah berhijab, penampilannya seronok sekali. Bagaimana tidak, Ia suka sekali menonjolkan sesuatu yang sudah menonjol. Ya, meski sudah memakai pakaian kemeja kurung tangan panjang, payudaranya yang terlihat bulat, kencang, padat, dan berisi, terkesan ia pamerkan kepada orang yang melihatnya. Maka, tak aneh para siswa lelaki yang merasa normal kalau diajarnya sering gagal fokus. Mereka khusyuk sekali mendengar ibu agus bicara, tapi pandangan ke arah yang itu tadi. Tanto sendiri bingung dengan guru BP-nya ini. Ia benar tak mengerti maksud Ibu Agus begitu.

"Waduhh, iya nih bu. Hati saya dari tadi melayang-layang terus nih hehe", senyum tanto yang curi-curi pandang ke payudara bu agus.

"Ini anak, murid siapa dulu dong? Muridnya Pak Saragih...hehe", pamer pak saragih, guru ekonomi Tanto, kepada guru lainnya.

"Iyaa dong, muridnya pak saragih", timpal bu sarah.

Tanto hanya melempar senyum kepada pak saragih. Guru ekonomi berperut buncit itu tidak banyak berjasa atas prestasi yang dicapainya. Pak Saragih di kelas cenderung mengajarkan materi ekonomi yang terlalu 'itu-itu aja'. Jika berpatokan kepada pak saragih pula, mustahil bagi tanto dapat meraih juara osn ekonomi. Selain itu, tanto sebetulnya kurang 'sreg' ketika pak saragih mengajar ekonomi, terutama ketika mengajarkan tentang perpajakan (fiskal). Pak saragih punya pendapat yang amat kontroversial di mata tanto. Guru ekonominya itu punya keyakinan bahwa kelebihan pajak yang ditargetkan kepada pegawai pajak, bisa diambil oleh pegawai pajak itu sendiri. Mendengar ucapan itu, tanto pun gerah. Baginya, setiap kelebihan pajak wajib tetap disetorkan ke negara berapapun besar kelebihannya . Kalau tidak, itu bisa dikatakan penggelapan alias korupsi. Namun apa daya, pak saragih tak mau mengalah dan ngotot dengan pendapatnya pribadi. Sebaliknya, Tanto malah yang mengalah dan hatinya yang teramat jengkel lekas meledek pak saragih,

"Dasar Gayus lo!".

"Calon menteri nih anak, belajar yang serius kamu ya tanto", pesan pak Mahfud, guru PKN, menepuk pundak tanto yang menyalaminya.

"Aduh berat amat si bapak doanya. Oke aja deh pak sayanya mah".

Itulah sekian guru yang menyalami dan memberi ucapan selamat kepada Tanto. Di mata anak kelas 11 IPS tersebut, guru-guru yang mengajarnya penuh warna dan ciri khas tersendiri dalam mengajar, entah itu asyik ataupun membosankan. Sebagai siswa, ia hanya menjalaninya dengan tekun, sukarela, dan penuh tanggung jawab. Betapa bersyukurnya tanto berada di salah satu sekolah terbaik setelah mengawali kelas 10-nya di semester pertama dengan awalan yang sangat buruk.

Dari kejauhan, di dekat tangga menuju lantai 2, pak marzuki, mantan wali kelasnya, memberi jempol kepada tanto seraya melemparkan senyum yang memberi makna penuh kebanggaan. Tanto yang melihat membalasnya dengan senyuman yang teramat manis selagi menundukkan kepala sebagai tanda hormat atas jasa beliau selama menjadi wali kelasnya.

o=O=o

"To... terima kasih yak. Gara-gara lo, anak-anak yang terlambat tadi pada boleh masuk nih", ujar seorang kawan yang tadi datang terlambat juga.

"Ahh elahh gitu aja terima kasih. Itu untung-untungan aja kok. Coba deh lu tes, besok masih bisa gak kayak gitu".

"Yeee. Ya jelas gak bisa lah to..ada-ada aja lo", sahut kawan tanto.

"Tuh kan, kalo bisa terus, baru deh lo bilang terima kasih sama gue. Itu berarti pertanda gue udah berhasil mengobrak-abrik peraturan sekolah kita ini. Yaa besok-besok suka-suka deh kita masuk sekolah hahaha", tawa tanto bercanda

"hahaha iya juga yaak. Eh iya to gue duluan yak".

"yupp..." balas tanto yang berbeda kelas dengan kawannya tersebut.

Tanto baru saja bercakap-cakap dengan salah seorang kawannya yang datang terlambat bersama dia. Namun, di tengah pembicaraan mereka harus berpisah karena berbeda kelas. Di sekolah tanto, terutama kelas 11, terdapat 4 kelas IPA dan 3 kelas IPS. Tanto sendiri berada di kelas IPS 1, kelas yang dianggap berkumpulnya anak IPS yang jenius di sana.

"Kak tanto! Kak!", panggil Nadya, gadis berambut panjang, yang tersenyum sembari berjalan menghampiri tanto.

"Eh, nadya.. baru aja kakak mau masuk kelas. Ada apa kamu ke sini?", tanya tanto heran

"Belum ada gurunya kak" timpal nadya memamerkan wajah anggun dan manisnya

"Oh. Ya masuk kelas juga dong, kan sekarang bukan waktunya istirahat", tanto mengingatkan.

"hehe iya kak. Oh iya kak, aku ke sini sebenernya mau ngucapin selamat ke kakak atas prestasi yang telah kakak capai", tatap mata nadya menatap mata tanto

"Iyaa, terima kasih yaa. Kamu juga bisa kok kayak kakak, asalkan mau giat belajar terus dan pantang menyerah" ucap tanto menyemangati adik kelasnya itu.

"Iya kak, aku akan berusaha. Tapi, hemm.." nadya terdiam sejenak

Belum nadya melanjutkan untaian kalimat yang keluar dari mulutnya, tiba-tiba beberapa teman sekelas tanto yang berada di dalam kelas meledekinya sembari melihat tanto sedang bersama seorang adik kelas.

"Ehh, eh, eh sini lihat deh, tuh si tanto pinter-pinter ternyata modus juga euy hahahaha", kompak mereka tertawa.

"Enak aja lo, lo tuh yang modus, tiap bulan ganti pacar mulu", balas tanto yang terganggu dengan ucapan tersebut

"Ciee..ciee si tanto keganggu tuh haha" sahut salah seorang dari mereka.

Tidak lama dari kejauhan tanto melihat guru yang akan mengajar di kelasnya. Dia adalah pak Mahfud, guru Pkn. Buru-buru saja ia pamit kepada nadya. Sontak Nadya juga ikut terkejut. Ia langsung berpamitan kepada tanto. Kemudian gadis itu berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelasnya yang berjarak cukup dekat dengan kelas tanto yang berada di lantai 2.

o=O=o

Hari ini, sehabis upacara, tepatnya jam pelajaran pertama, adalah mata pelajaran yang tanto kurang minati, yakni pendidikan kewarganegaraan (Pkn). Ia merasa bosan karena pelajaran ini kian hari kian mempelajari tentang sistem politik dan hukum di Indonesia. Padahal, ia lebih senang dengan pkn yang dahulu ia pelajari ketika SD. Selama menempuh sekolah dasar, terutama dalam pelajaran Pkn ia banyak belajar tentang apa itu tenggang rasa, toleransi, lapang dada, dsb. Namun, sekarang materi tersebut tidak ia pelajari lagi. Beruntung yang mengajar ialah pak mahfud, guru yang hobinya bicara dan kritik terhadap keadaan kontemporer saat ini. Wajar saja, dia adalah mantan aktivis di kampusnya, IKIP. Bahkan, ia mengaku sebagai salah satu aktivis mahasiswa angkatan 1978 yang resah dengan Orde Baru dan Soehartonya yang melarang aktivitas politik di lingkungan kampus.

Di lain hal, ada dua orang kawan sekelasnya yang sangat antusias dan bersemangat kalau pelajaran pkn, yakni Albert Simanjutak yang akrab dipanggil albert dan Bonar Sirait yang akrab disapa Bonar. Dua kawannya ini asli berdarah batak dari kedua orang tua mereka. Keduanya pula saingan tanto di kelas karena mereka sama-sama cerdas. Dan, kali ini bertepatan dengan presentasi kelompok tugas akhir semester, tanto akan melihat betapa dua orang ini sangat bergelora sekali di dalam pelajaran PKN, apalagi hobi keduanya ini berdebat, sebuah hobi yang kelihatannya konyol sekali.


"Maaf saudara bonar, kawan saya yang amat saya hormato, saya kurang sependapat dengan anda. Sudah tahu narkoba telah menggerogoti seluruh lapisan masyarakat Indonesia, itu saya rasa perlu diadakan hukuman mati bagi para pelaku yang terlibat agar timbul efek jera dan takut kepada mereka yang masih terjerat dalam barang haram ini. Jadi, tak ada gunanya lagi sekarang kita bicara hak asasi manusia kalau sudah jelas banyak manusia telah menjadi korban dari narkoba itu sendiri", sanggah Albert penuh kengototan terhadap presentasi kelompok Bonar.

"Tapi saudara Albert, setiap manusia itu punya hak hidup dan tak lepas dari kesalahan. Bisa saja suatu hari nanti dia sadar. Kita kan tidak tahu pastinya. Maka, kita tidak boleh semena-mena begitu saja mengakhiri hidup dan nyawa orang. Bukankah mati itu kuasa tuhan? Bukankah hukuman mati itu sama saja dengan membunuh orang yang masih punya hak untuk hidup? Bagaimana nasib istri dan anak mereka, bagi yang sudah berkeluarga?", balas bonar tak mau kalah ngototnya

"Tapi saudara bonar, kalau begitu, apa saudara punya solusi lain, selain hukuman mati kepada mereka yang terlibat narkoba ini supaya menimbulkan efek jera?".

"Solusinya bagi saya, yaa agar penegak hukum sebagai pihak yang berwenang lebih intens lagi menjaring dan menangkap para perilaku yang terlibat ini. Dan, bagi para hakim agar memberi putusan yang seberat mungkin selain hukuman mati. Kalau itu sudah terpenuhi, saya yakin narkoba akan hilang dari negara ini", jawab bonar enteng.

"Tapi kenyataannya saudara bonar, aparat penegak hukum kita sudah banyak yang terbukti terlibat dalam barang haram ini. Jadi sulit bagi kita berharap kepada mereka", tanggap albert atas pernyataan bonar

"Tapi, saudara albert, kalau begitu anda namanya pesimis. Anda juga secara tidak langsung mengklaim/meragukan seluruh aparat penegak hukum kita. Lagipula saya masih percaya kok masih ada orang jujur dan baik dalam tubuh penegak hukum republik ini", bonar tak ingin mengalah.

Di dalam kelas yang terdapat pendingin ruangan/AC Tanto bersama kawan lainnya duduk berdiam membisu mengamati panasnya perdebatan Albert dan Bonar. Kedua orang ini terlihat begitu mendominasi kelas yang saat itu sedang presentasi tugas akhir (makalah) PKN. Lihat saja si bonar, tidak memberi kesempatan sama sekali teman kelompoknya menanggapi pernyataan albert. Temannya malah 'planga-plongo'. Begitu juga albert, tidak memberi kesempatan teman yang lain bertanya. Sementara pak mahfud yang seharusnya menjadi moderator atau pengatur jalannya diskusi malah sudah keasyikan ketika bonar dan albert saling adu argumen bak sidang di meja hijau. Dalam batin tanto, suasana ruang kelas seperti ruang sidang di sebuah pengadilan saja. Adu argumen albert dan bonar macam jaksa penuntut umum dengan pengacara terdakwa/tersangka. Padahal, tidak ada terdakwa/tersangka sama sekali. Di sisi lain, tanto bersama kawan lainnya yang mengamati jalannya debat seperti penonton persidangan.

"To, keluar yuk?!" ajak martin, kawan sekelas tanto yang cukup pintar, tetapi terkenal suka membuat ulah.

"Mau ngapain?", jawab tanto menanggapi ucapan pelan martin.

"Udah ikut aja deh".

"Ah enggak ah kalau gak jelas", tanto mengelak.

Karena tanto tidak mau, martin mencoba sendirian keluar kelas. Ia pun mencoba pamit ke pak mahfud dengan dalih ke kamar mandi. Dalam hati tanto, ia menduga martin sangat jenuh dengan suasana kelas yang dikuasai albert dan bonar. Sebenarnya tanto merasakan hal tersebut juga, termasuk teman-teman yang lain, namun mereka lebih memaksakan diri tetap mengikuti jalannya presentasi.

"Permisi pak".

"Mau ngapain kamu?!", tanya pak mahfud kepada martin yang menghampirinya.

"Emm mau ke kamar mandi", jawab martin meyakinkan sekali.

"hemm yaudah sana jangan lama-lama".

Martin pun akhirnya keluar kelas. Tanto jadi menyesal kalau sudah tahu begitu. Mau tak mau ia tetap mengikuti jalannya presentasi yang membosankan sekali. Di lain hal, pikirannya makin tak konsentrasi saja mengamati presentasi kelompok bonar yang masih saja albert dan bonar menguasai. Akan tetapi, tiba-tiba ada bisik-bisik dari beberapa temannya yang menunjuk ke jendela kelas.

"aduh, Itu si martin ngapain coba?", ucap seorang kawan wanita tanto tersenyum.

"Iyee itu si martin ngapain lagi itu anak...kurang kerjaan banget", sahut kawan laki-laki tanto yang juga tersenyum.

Karena tidak sengaja mendengar, tanto mencoba mengadah ke jendela kelas. Dan, astaga si martin sedang demo seorang diri. Ia mengangkat lembaran karton putih tinggi-tinggi yang bertuliskan,

"LEKAS SUDAHI PRESENTASINYA! SAYA BOSAN!"

"Astaga martin! ngapain itu bocah. Kacau deh kalau sampai ketahuan pak mahfud. Bisa dihukum dia", ucap tanto pelan.

Pak Mahfud akhirnya 'ngeh' karena mendengar suara gaduh dari beberapa siswa. Ia pun mencoba mencari sumber kegaduhan. Alangkah kagetnya beliau setelah memandang ke arah kaca jendela kelas. Ia melihat martin yang berada di luar kelas macam orang berdemonstrasi. Tak ragu ia langsung keluar dan memanggil martin.

"Hey Martin, kemari sini", panggil pak mahfud.

"Iya pak". Martin berjalan dengan langkah yang tanpa ragu sedikit pun

"Itu kamu katanya tadi mau ke kamar mandi, lah kok sekarang malah bawa-bawa karton kayak orang demo aja kamu".

"Hemm ... Saya sedang mencoba mengekspresikan apa yang sedang saya rasakan pak di dalam kelas. Selain itu, maaf saya tadi berbohong karena saya khawatir bapak tidak memperkenankan kalau saya bicara jujur, apalagi langsung 'to the point' di dalam kelas", ucap martin mengakui

"Memang kamu bosan kenapa?", tanya pak mahfud.

"Dominasi albert dan bonar di kelas terlalu kuat pak, bukankah semua siswa di kelas punya hak berpendapat dan berbicara?".

"Terus itu bermasalah buat kamu?", tanya pak mahfud dengan nada meninggi.

"Iya pak", timpal martin yang tiba-tiba berkeringat.

"Itu kan masalah buat kamu aja. Teman kamu yang lain santai dan tenang aja kok, kenapa kamu yang musti repot?".

Pak Mahfud yang tensinya meninggi sedang menunggu jawaban martin. Sementara Martin menggigit bibirnya. Kepalanya mulai menunduk. Wajahnya mulai pucat. Semua kawan yang ada di dalam kelas penuh rasa cemas, termasuk Tanto yang menyayangkan tindakan martin yang menurutnya gegabah, ceroboh, tanpa perhitungan yang matang. Di lain hal, semuanya juga menunggu apa yang akan dilakukan pak mahfud selanjutnya.

"Lah, kok kamu malah diem? Ayo dijawab pertanyaan bapak. Apa sudah kalah kamu?".

Martin seketika mengangkat kepalanya. Sorot matanya tajam menatap mata pak mahfud. Kedua telapak tangannya mengepal kuat. Hingga melihat itu semua, seorang kawan dengan suara sangat pelan berkata,"Wah, jangan-jangan si martin mau nonjok pak mahfud. Gilee itu anak kalau sampai beneran begitu". Alhasil, keadaan kelas menjadi hening seolah-olah sedang menyaksikan film bertema 'horror' ataupun 'thriller'. Bonar dan albert yang banyak cakapnya dari tadi saja tidak bisa membela sang kawan yang sekarang dalam kondisi terjepit.

"Pak, teman-teman saya lebih banyak diam dan pasrah aja. Padahal, mereka sudah tidak menikmati lagi presentasi kelompok yang seharusnya membuat mereka antusias. Suasana jadi terkesan membosankan. Karena tidak berani menyela atau memotong pembicaraan, teman-teman memaksakan hati mereka untuk menikmati jalannya presentasi. Saya termasuk bagian dari mereka yang tidak menikmati tersebut. Hanya saja ada yang sedikit berbeda antara mereka dan saya. Saya sudah terbiasa mengatakan apa yang sesungguhnya saya rasa dan tidak pernah memendamnya. Dan apa yang baru saja saya lakukan adalah salah satu bentuk ekspresi kejenuhan yang saya rasakan tersebut. Itu saja alasan saya pak. Kalaupun bapak ingin menghukum saya, saya siap", ucap martin dengan jelas penuh keyakinan.

Pak Mahfud tersenyum dan terdiam sejenak. Sementara siswa yang berada di dalam kelas mewanti-wanti apa yang akan terjadi pada martin. Akankah kawan mereka ini akan dihukum dan dimarahi. Tanto amat serius mengamati. Jantungnya berdebar-debar. Ada sedikit rasa syukur tidak jadi ikut martin keluar kelas kalau tahu ini yang akan dilakukan kawannya.

"Ayo martin kamu masuk, maafkan bapak, Bapak yang salah", ucap pak mahfud.

Siswa yang berada di dalam kelas sontak terbingung-bingung mengapa pak mahfud tidak menghukum martin yang jelas-jelas melakukan tindakan yang sebetulnya tidak wajar dalam suasana belajar mengajar. Wajah mereka ada yang lega, adapula yang masih terheran-heran bertanya dan bercakap sesama kawan semeja. Tanto menggeleng kepalanya sembari tersenyum menggigit bibir sebagai bentuk kelegaannya karena sang kawan tidak jadi dihukum. Namun, hatinya masih bertanya-tanya mengapa bisa sedemikian rupa terjadi.

"Yasudah presentasinya kita lanjutkan minggu depan. Bagi yang belum, kalian persiapkan matang-matang", pesan pak mahfud.

Pak mahfud lekas berpamitan saat jam mata pelajarannya akan berakhir kurang lebih 15 menit lagi. Di lain hal, martin sudah duduk di mejanya. Ia memandang pak mahfud yang barusan memberi pesan. Kawan satu meja dan sekelilingnya sudah terlihat tidak sabaran ingin bercakap-cakap dengan anak itu. Mereka penasaran bagaimana bisa si martin punya ide yang teramat konyol dan sangat berisiko tersebut.

Tak lama kemudian pak mahfud akhirnya meninggalkan kelas. Dan benar adanya si martin dikelilingi kawan-kawannya. Namun, tidak dengan tanto. Ia yang duduk seorang diri di depan, pojok kanan menyender ke tembok, sedang membuka ponselnya yang terbilang lumayan bagus. Ia sedang membaca dengan fokus sebuah pesan singkat dari Ginanjar, Ketua Organisasi Ekstrakurikuler KIR (karya ilmiah remaja),

"Kawan-kawan pengurus KIR yang terhormat, sehabis pulang sekolah ini kita ada rapat pengurus mengenai penggantian pengurus KIR yang baru. Mohon kesediaannya untuk hadir tepat waktu di lab bahasa"

"Aduh, pakai ada rapat dadak-dadakan lagi", gerutu tanto merespon pesan singkat tersebut.

Sehabis pulang sekolah ini, tanto sebenarnya ada jadwal mengajar anak-anak SMP di sebuah tempat bimbingan belajar. Mengetahui ada rapat, ia akan sempatkan sebentar menghadiri rapat tersebut. Bagi tanto, mengajar di sebuah tempat bimbingan belajar merupakan keuntungan tersendiri untuk menambah uang jajan yang sebetulnya pas-pasan. Tawaran mengajar itu awalnya datang dari guru BP-nya, ibu agus. Suatu ketika saat semester 1 di kelas 11 IPS, ia berkeluh kesah kepada ibu agus bahwa ia ingin mempunyai penghasilan untuk menambah uang jajannya. Kalau meminta lebih lagi dari orang tuanya itu sama saja memberatkan keduanya. Maka, ibu agus tanpa sungkan memberitahu tanto kalau salah seorang kawannya yang merupakan kepala cabang sebuah bimbel membutuhkan seorang tenaga guru muda, yang kualifikasinya tanto memenuhi syarat. Tanto pun tanpa berpikir panjang langsung menerima tawaran guru bp-nya tersebut.

Setelah membaca pesan singkat dari ketua KIR-nya, Tanto baru menyadari si martin sedang dikelilingi kawan sekelasnya. Tetapi, lagi dan lagi tanto tidak tertarik. Ia malah tersenyum dari jauh,

"Beginilah cara kawanku yang kukira mengambil tindakan yang teramat konyol dan bodoh. Malahan, justru sebaliknya kami yang terlihat bodoh. Martin berani mengekspresikan apa yang sedang ia rasakan dengan cara yang unik. Sementara kami memaksakan diri menikmati sesuatu yang tidak kami sukai tanpa berbuat apapun, ya membohongi diri kami sendiri dengan pasrah begitu saja. Beruntungnya, martin berhadapan dengan pak mahfud. Aku baru ingat dulu ibu agus pernah bercerita kalau pak mahfud ialah orang yang memperjuangkan demokrasi di tengah tirani yang membelenggu pada zamannya, Orde Baru pada tahun 1978. Kalau bukan pak mahfud tadi, sudah habis martin dihukum. Dalam batin pak mahfud pasti sedang terkagum-kagum dengan martin, yang mempraktikkan materi demokrasi sesungguhnya yang ia sampaikan kemarin kepada kami para siswa yang kebanyakan menelan mentah-mentah teori demi teori. Martin sukses memahami demokrasi seutuhnya, sementara kami memang memahami demokrasi di sekolah ini untuk mengejar nilai semata", ujar tanto dalam hatinya.

o=O=o

Pagi di jam yang masih sibuk, di sebuah jalan bebas hambatan daerah Jakarta Selatan, pak swasono sedang dalam perjalanan menuju tempat mengajarnya yang berlokasi di kota Depok. Di dalam mobil sedan marcedes-nya, ia sibuk membolak-balikkan lembaran demi lembaran kertas koran yang ia baca. Serius sekali ia membacanya melalui kaca mata yang berframe coklat tua tersebut. Mungkin, isi berita dalam koran tersebut terlalu banyak memuat persoalan bangsa yang membuat hati pedih dan teriris. Di lain hal, sang supir yang sudah memasuki umur 30-an ke atas, fokus mengemudi. Namun, tak lama ia melontarkan sebuah pertanyaan yang mungkin ia sudah pendam berhari-hari,

"Pak, maaf nih pak, apa boleh saya bertanya?".

"Tentu boleh har (suhardi), kamu kan sudah menjadi supir saya cukup lama, tidak usah sungkan-sungkan-lah jika kamu ingin bertanya", sahut pak swasono yang masih fokus membaca korannya.

"Terima kasih pak sebelumnya, saya mau nanya nih pak, kok bapak selama ini perhatian banget sama si anak muda yang bernama tanto itu?".

"haha, memangnya kenapa? Apa ada yang salah kalau saya memperhatikan seseorang?", jawab pak swasono.

"Ya gak ada yang salah sih pak, cuma si tanto itu kan kita kenal dan temui dulu lagi di depan rumah bapak", timpal supir pak swasono bernama suhardi.

"Terus masalahnya dimana har?", senyum pak swasono mengakhiri bacaan korannya.

"Ya bapak kok percaya banget sama dia. Padahal, dia kan kita temuin mendadak gitu aja. Lebih dan lebih lagi dia rajin banget ngunjungin rumah bapak setiap sabtu-minggu, malahan pernah dia pulang sekolah langsung ke sini", ucap pak suhardi penasaran.

"Aduh suhardi, suhardi. Kamu ini ckckck. Dia itu sudah sering ke sini semenjak dia kelas 10. Eh, kamu baru nanya begitu pas dia mau naik kelas 12. Ada apa kamu ini har?", senyum pak swasono terheran-heran.

"Iya begitu pak, makanya saya nanya".

"Oke, oke. Sekarang mending kamu ngbrol sama dia dulu kalau dia main ke rumah. Dari situ nanti kamu tahu dia orangnya bagaimana dan mengapa saya perhatian sama dia. Lah, kamu setiap dia ke sini aja malah ngobrol di belakang sama si Asih dan Asep", sahut pak swasono.

"Oke deh pak, nanti saya bakal coba ngobrol sama itu anak yang namanya tanto. emm...Kalau masalah ngobrol di belakang mah memang sudah biasa kali saya nongkrong sama mereka atuh pak", ujar pak suhardi.

"Iya, iya saya tahu. Yasudah kamu sekarang fokus menyetir lagi", ucap pak swasono tersenyum membuka dan memeriksa ponsel pintar miliknya.

o=O=o​

"Cie si tanto kayaknya seneng banget bentar lagi pelajarannya Pak Handoyo", ucap salah seorang kawan wanita tanto saat jam istirahat di kelas.

"Yaiyalah, ini anak kalau udah pelajaran Pak Handoyo dominasinya udah kayak si albert sama monang di pelajaran pkn", ucap martin, kawannya tadi yang hampir dihukum pak mahfud.

"Tapi, lo jangan kayak tadi lagi yak tin", ujar tanto yang terduduk di kursinya sedang mempersiapkan buku pelajaran sejarah.

"Tenang, pelajaran pak warta mah beda sama pak mahfud. Lo tahu sendiri wawasan pak warta kayak gimana, kan? Udah kayak buku sejarah berjalan itu guru", timpal Martin ngobrol dengan tanto bersama seorang kawan wanita yang tadi.

"Iya itu guru anti-mainstream banget ngajar sejarahnya. Materi yang gak ada di buku sekolah aja sampai dia ajarin. Geleng kepala gue", ucap kawan wanita tanto

Ya, sehabis istirahat, tanto dan kawan sekelasnya akan belajar sejarah. Sebetulnya pelajaran sejarah membuat siswa-siswi mengantuk di sekolah tanto. Namun, beda ceritanya kalau pak Handoyo yang mengajarkan. Tidak heran, pak Handoyo merupakan guru paling favorit di sekolah tanto hingga anak IPA yang juga mempelajari sejarah sebagai mata pelajaran wajib juga dibuat penasaran sekali. Anak-anak IPA malahan sempat 'request' kepada pejabat kurikulum di sekolah agar pak Handoyo mengajari mereka juga karena selama ini mereka diajarkan oleh guru sejarah yang membuat mereka 'benci' sejarah. Namun, hal tersebut tidak dikabulkan karena padatnya jam mengajar pak Handoyo yang juga harus mengajar di kelas 12.

To be continued...

Apakah pembaca juga penasaran dengan karakter Pak Handoyo sebagai guru sejarah? Tunggu di episode selanjutnya. Mohon maaf sebelumnya jika updatenya akhir-akhir ini lama karena ada sesuatu yang membuat pengarang terpaksa harus fokus ke sana terlebih dahulu. Namun, kali ini setelah sesuatu tersebut berakhir pengarang akan mencoba update secepat mungkin. Di akhir, lagi dan lagi pengarang menegaskan, dalam cerita ini bagian 'exe-nya' teramat jarang. Kalaupun ada, nanti di tengah-tengah dan itu pun tidak banyak. Saya memang akan membuat cerita yang terbilang cukup panjang sebagai selingan menulis selama menempuh studi kuliah. Selain itu, sebagai sarana penuang ide.

Danke
 
Bimabet
Baru baca ampe update terakhir.

Masih byk misteri.
Takut nebak2 euy...

:mindik:
Ane bangun tembok doloe dah dimari.


Tapi sayang, updatenya sebulan hanya 2 kali. :galau:

Mohon maaf suhu Tj44 :ampun: kemarin ane banyak tugas dan keperluan. Sementara buat cerita ini penuh pertimbangan dan ide. Namun, sekarang segalanya telah berakhir. Barangkali bisa dikasih cendol suhu Tj44 biar nubie tambah greget :dance:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd