Kamis, 31 Desember 2020, 04:12
" Atatah... Tatah... Hmmm.. Uuu... Hkkng...." suara lembut Ajeng membangunkanku
" Hmmm... Cintanya ayah udah banguun..." ucapku sambil meletakkan Ajeng didadaku
" Atatatah... Haaaaw.... Nggiiing...." jawab Ajeng riang
" Hmmm... Bunda belum bangun daaa...." ucap istriku sambil menutup matanya
" Bubububu..... Hnnnng.... Ngging bububu...." ucap Ajeng mulai manja
" Ouuu.... Iya nak... " ucap istriku sambil mengambil botol susu milik Ajeng dan tak lama kemudian Ajeng asyik menikmati susu dari botol ditemani bundanya.
Aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Selesai berwudhu kubangunkan istriku dan yang lainnya agar bersiap melaksanakan shalat subuh.
" aaaaa.... Mmmh...." suara si Bontot menggeliat lalu ia mengemut ibu jarinya
" Nong... Bangun... Itu jempolnya lepas... Ntar ta kasih kecoa jempolnya..." ucapku
" Iyaa... Bentaar..." rengeknya sambil duduk dan buru buru melepas jempolnya dari isapan mulutnya
" Yu...." ajak istriku pada Rani
Rani mengangkat tangannya dan istriku menariknya agar ia berdiri.
Selesai berwudhu istriku menggendong Ajeng agar saat ia terbangun ngga kaget karena bundanya sedang shalat
" Teh... Ajeng sama Yasmin ya..." ucap Yasmin
Istriku tersenyum sambil mengangguk lalu menyerahkan Ajeng kepada Yasmin
Khusyu kami laksanakan kewajiban kami. Udara dingin tak menjadi halangan karena nikmat kebersamaan menghangatkan suasana.
" Wantik... Kata papa... Papa dikirim duren dari sumber mata air... Mau dibawa semua ngga? " tanya Cici yang baru selesai menerima telepon dari papanya
@samcoki
" Bawa gitu ci... Di suruh uwa " ucap kang Pri bersemangat
" Iya wa... " ucap Cici lalu menelepon papanya
" Ci... Bikin roti bakar yu..." ajak Moniq dan Sarah
" Ayu..." ucap Cici
" Heeey.... Gen 3... Bekas shalatnya...." ucap teh Minah
Serempak semua keponakanku termasuk Cici merapikan bekas shalat
" Gen 3 te apa sih bang? " tanya Alline
" Golongan cucu...." jawabku
" Cucu ?" tanya Yasmin yang masih menggendong Ajeng
Kujelaskan asal usul sebutan Gen 3 kepada Alline dan Yasmin. Dan kujelaskan pula kalau mereka punya anak. Maka anak mereka masuk kedalam kelompok Gen 3 dikeluargaku.
Mereka mengangguk.
" Ombaas... Cari belalang lagi yu..." ajak Abang.
" Iya... Tapi nanti kalau matahari sudah terbit.. Kalau masih gelap gini nanti kita pulangnya nyasar bang..." jawab Herlambang lembut.
" Oooh Iyah... " jawab Abang paham
" Om Kiki... Minum apa? " tanya Kaka
" Minum coklat hangat... Kaka mau? " tanya Fikri
" Mau... Disuapin...." jawabnya manja
" Abang mauuu.... Disuapin juga..." ucap Abang
" Abang... Kaka... Minta bikin sama ateu Say atau ateu Nah gih..." ucapku
" Biarin lah bang.. Sama Kiki aja..." pinta Fikri.
" Ya atuh " jawabku mengalah
Seperti biasa Rani yang masih belum kumplit nyawanya bersandar di punggung siapapun yang ia mau...
Kali ini punggung a Yahya yang jadi tumpuan.
Teh Ita yang berada disampingnya membelai rambut Rani.
Kebiasaan ini makin dipahami Fikri tanpa protes lagi.
Sambil sesekali teh Ita menyuapi Rani dengan roti bakar buatan keponakanku. Ungkapan sayang dan nasehat mengalir dari bibir teh Ita untuk Rani.
Rani mendengarkan dengan tekun dan seperti menyimpannya dalam otak sebagai bekal menjalani kehidupan selanjutnya.
" Aeuh... Masih mengnyarande... Ateu Nong dipanggil ema..." ucap raka
" Dimana ka.?" tanya Rani
" Dikamar..." jawab Raka sambil membangunkan tante nya
Rani bangkit dan menghampiri teh Minah dikamar
" Nong.... Pagi ini acaranya apaan? " tanya teh Minah
" Pagi ini mah jalan santai keliling ranch sama silaturahmi ke tetua sekitar " jawab Rani sambil menggeletakkan kepalanya di paha teh Minah.
" Ooh.. Ya sudah... Sarapan jam berapa? " tanya teh Minah lagi
" Jam 7:30, sepulang jalan santai. Jalan santai mulai jam 06:00" ucap Rani
" Ok... Ke depan yu..." ajak teh Minah kepada Rani
Rani bangkit dan berjalan ke teras sambil tetap memeluk lengan teh Minah
" Buleee... " panggil teteh
" Iya teh " jawab Vilda
" Kamu kemaren jadi beli spaghetti? " tanya teteh sambil memeluk pinggang Vilda
" Jadi... Beli 12 bungkus da teh... Keju parmesan juga beli..." jawab Vilda
" contact lens kamu diganti ya? " tanya teteh
" Ngga... Vilda mah ngga pernah make contact lens... Ngeri takut kaya temen Vilda.. Lupa kebawa tidur akhirnya lengket..." jawab Vilda makin berani manja dengan menciumi tangan teteh
" Warna mata kamu emang asli hijau gitu ya? " tanya teteh
" Iya teh..." jawab Vilda
" Papap cek gula darah duluu..." ucap Ratri
" Oh iya..." jawab papap
Lalu Ratri mengurus papap sejenak. Yang hasilnya lumayan bagus
" Nong.... " Panggil kang Pri...
" Aaa.. Ngga mau kaaang..." rengek Rani ketakutan
" Pang ambilin teh anget... Siapa yang nyuruh periksa coba..." ucap kang Pri sambil meledek Rani
" Ooh..." jawab Rani lega
" Hih... Kaka Nong kenapa takut sangat deng jarum koh? Seng ada terasa sakit... Terluka pun ada sedikit saja koh..." ledek Dennis
" Iih... Aku takut...." rengek Rani
" Daripada nanti kalo kenapa napa... Diinfus make jarum layar..." ledek Raka jahil
" Kalo ngga make jarum tubeless..." sambung Valdi
Tawa kami pecah mendengar gurauan keponakanku
" Nong cek dulu ya... " bujuk istriku
Rani terpaksa menuruti
" Hmmm... 125mg/dl... Masuk area normal teh... " lapor Ratri
" Ya sudah... Nanti kamu ke dokter yang ngerawat Dicky. Tanyain diet apa supaya badan kamu fit.." ucap teteh
" Kan aku kurus kaya gini... Masa diet..." sanggah Rani polos
" Diet ngga selalu bikin kurus teh Nong... Tapi pengertian diet itu membatasi asupan nutrisi agar mencapai keseimbangan kebutuhan dalam tubuh..." jawab Stella
" Ooh... Teteh malah baru tau kalo.pengertian diet itu seperti itu..." ucap teteh
" Niih... Comro... A Dicky.. Ini pesanannya..." ucap wa Eros
Aku menyambut comro buatan wa Eros dengan bersemangat.
" Nden bagus... Nden putri... Jamu nya sik.. Sebelum makan... Ket wingi ra ngombe jamu... Yang lainnya bibi bikinin jamu yamg lain... Di panci diatas meja ya..." ucap bibi
" Bi... Dicky sama Pipit dibikinin jamu.khusus... Aku kok ngga? " tanya kang Pri
" Iya mbok..." Sarah ikut protes dan diiringi yang lainnya
" Yo wes... Siang nanti ta bikinin... " ucap bibi sambil mengelus kepala kang Pri.
" Makasih ya bi..." ucap kang Pri sambil mencium tangan bibi
" Lik Har... Ayamnya dipotong belum? " tanya teh Ervin
" Baru mau nden.... " jawab luk Har yang baru selesai mengasah pisaunya
" Meet... Ndroong... " panggil Terry
" Ya buuk..." jawab Slamet dan Ismet bareng
" Met nya yang mana nih? " tanya Ismet
Semua tertawa menyadari akiran nama mereka sama
" Dua duanya aja.. Punten Bantuin lik Har ya" ucap Terry
Ketiganya mengangguk
" Mamang sama aang mana? " tanya Kania
" Ada bu... Sedang nyiapin motong kambing " jawab gondrong
" Ooh... Ya sudah.. Makasih ya..." ucap Kania
" Dinda, Yasna sama Stephanie tolong rebus spaghetti atuh... Nanti teteh yang bikin sausnya" pinta teh Minah
" Aa... Vilda ikut.. Pengen belajar kaan..." rengek Vilda manja
" Aku jugaaa... " seru Silvia penuh semangat
" Iya ayo... Sekalian bantuin nyincang bawang putih " jawab teh Minah sambil memeluk pinggang Vilda dan Silvia
Keduanya makin membaur dengan keluarga besarku. Dan menganggap kami adalah bagian dari kehidupan mereka
Dan merekapun melangkah menuju dapur untuk membuat spaghetti.
Aku dan yang lainnya duduk diteras sambil memakan comro. Terry dan Budi asyik menyuapi Rani. Sementara Bu Pras dan pak Pras bercengkrama dengan Mentari.
" Mentari panggilannya Tata aja... Ngga akan ketuker dengan Terry " ucap A Wawan
" Tapi kan Terry dipanggil Tey sama ponakan ponakan..." sanggahku
" Tetap aja kalo sama selain keponakan mah manggilnya Terry.." ucap Teh Ervin
" Apapun panggilannya... Selama itu bikin nyaman putri kami ngga jadi masalah... " ucap pak Pras yang di iyakan oleh bu Pras
" Manggilnya apa ke kamu Mey? " tanya teteh
" Mommy, ke mas Pras Papi. Ke Silvia Mama..." jawab Mey Lin Erl
" Oouh... Ya sudah nanti kalo udah di rumah sana sama Mommy, mama dan papi... Jangan lupa telepon atau video call ya..." ucap kang Pri
" Iya pak...." jawab Tata imut
" Hlooh.... Kok pak... Uwa atuh Tata.. Sekarang yang disini jadi uwanya Tata... Kecuali Om Dicky, ateu Pipit, Ateu Tey dan yang lainnya. Jangan pak atau bu lagi ya nak..." ucap teh Ervin sambil tertawa
" Kalo ke bu Min...." ucap Tata ragu takut dianggap ngga sopan
" Ke Aku mah panggil aja ema... Kaya yang lain... Ke suami aku panggil bapa Uwan... Biar sama " ucap teh Minah yang kebetulan keluar
Obrolan berlangsung hangat sambil membiasakan Tata dengan keluarga barunya
" Mey... Itu ada ayam... Teteh pengen Ayam Hainan lagi da..." ucap teteh
" Siap teh..." jawab Mey Lin
" Mommy... Tata boleh bantuin ngga? " ucap Tata
" Untuk sekarang... Tata main dulu sama kakak dan adiknya... Tuh disana... Mommy janji lain kali Tata pasti akan diajak bantuin Mommy " ucap Mey Lin
Tata mengangguk dan meminta izin bergabung dengan kakak kakaknya
Mey Lin tersenyum melihat kegembiraan Tata
Ia merasa bahagia apa yang ia buat bisa membahagiakan orang lain. Apalagi kepada kakak kakakku yang begitu ia hormati seolah kakak kandungnya.
Pak Pras pun terlihat bahagia dengan penerimaan dan pengakuan dari keluarga kami
" Pras... Daripada cengar cengir kaya gitu mending ambil kopi gih..." ucap kang Pri cuek
" Siap kang...." jawab pak Pras sigap
Aku tersenyum geli. Seorang pak Pras yang memiliki banyak anakbuah berkelas masih mau di suruh ngambil kopi...
Setelah beberapa saat kami asyik terlibat obrolan....
" Taraaa.... Spaghetti oglio olio...." ucap Vilda
" Wah kenapa ngga bolognese? " tanyaku
" Ngga... Lu belum 100% sembuh ky..." ucap teh Minah cuek
Aku menurut dan bangkit untuk mengambil spaghetti.
" Ayah... Bunda nyelimit sama ayah aja ya...sama si Enong juga " pinta Istriku yang sedang menggendong Ajeng
Aku mengangguk
Kulihat spaghetti yang dibuat cukup banyak... Dan mungkin akan sedikit berlebih.
Jagoan kembarku bersorak melihat spaghetti yang disajikan uwa nya. Mulut mereka riuh mengomentari berbagai hal.
" Abang.... Kaka... Sama mamah Ita disuapin yaa...?" ucap teh Ita
" Ngga ah.. Mau sama teh Moniq sama mas Ndi aja..." jawab si sulung
" Ya atuh...." jawab teh Ita agak kecewa
" Yome... Punya ay jangan terlalu banyak sausnya" pinta a Yahya
" Iya Ay..." jawab Teh Ita
" Pap.. Ini..." ucap Wulan kepada Aidil
Para wanita bergerak mengambil porsi untuk pasangannya. Kecuali yang single.
" Ateu Nana... Zulfi sama ateu aja lah duaan..." ucap Zulfi
Yasna agak terkejut dengan permintaan Zulfi. Tapi ia teringat pesan Kania...
" Tata... Disuapin mama yaa..." ucap Silvia
" Iya ma... Mommy sama papi makan juga ngga ma..?" tanya Tata perlahan
" Tuu.... " ucap Silvia sambil menunjuk pak dan bu Pras. Tata tersenyum dan setelah mengambil spaghetti jatahnya ia melangkah menuju mereka.
" Mama... Bentar dulu ma..." ucap Tata, lalu ia membacakan doa sebelum makan yang lantas kami amini.
Kami semua merasa beruntung pak Pras mau membawa dan merawat Tata. Dan kami brharap keberadaan Tata menjadi berkah besar bagi mereka.
" Ngga mau jamurnya..." ucap Rani saat kusuapi
" Ah tapi da si Enong mah doyan aturan ini... " ucap istriku
" Emang kenapa bun? " tanyaku
" Ya... Kalo ngga doyan sayuran aga khawatir bundanya..." ucap istriku
" Ooo..." jawabku
Semua begitu menikmati menu pagi ini
Walaupun sesekali insiden kejailan Budi terjadi. Tapi itu adalah warna yang memberi kesan dan arti mendalam bagi keluarga besar kami.
"Assalaamu'alaikum..." suara Sammy dan Evelyn terdengar. Serentak.kami.menjawab salamnya
" Saam.. Langsung sarapan... Langsung we..." ucap Kang Pri
Tanpa diperintah duakali. Sammy mengambil Spaghetti Dan menikmatinya. Begitu juga Evelyn.
Mentari bersinar indah
Menghangatkan jiwa kami
Semua tak akan musnah
Karena kami saling menyayangi