Rabu, 30 Desember 2020, 06:01
Kami kembali berkumpul di teras depan. Obrolan dan candaan mengalir dengan leluasa tanpa ada halangan.
" Nong... Ambil hair dryer sama sikat rambut..." ucap istriku
Rani menuruti perintah istriku
" Tumben si bontot udah mandi... Gua aja masih males megang air...." ucap teteh
Tak lama Rani datang menghampiriku sambil menyerahkan sikat rambut dan hair dryer. Lalu istriku menata rambut Rani agar tak terlihat kusut.
Fikri semakin terbiasa dengan sikap kami. Dan sepertinya ia mulai mencari momen untuk mulai belajar memperlakukan Rani sebagaimana kami memperlakukan dia.
" Kiki... Teteh minta tolong ih... Pang mintain teh anget ke bi Imas ya..." ucap teteh
" Iya teh..." ucap Fikri
" Uwaa... Bebeknya diparaban sama bah Wahyu... " ucap Abang
" Diparaban make apa bang. ?" tanya kang Pri
" Make hu'ut wa... Make sayuran..." ucap kaka
" Abang... Sini... Ini lho... Om dapet capung..." panggil Herlambang
" Manaa...." teriak keduanya lalu berlari kearah Herlambang
" Inii.. Satu satu yaa.. Ya..ya..yaa.... Lepas... " ucap Herlambang
" Ombas... Tangkep belalang... Buat mam burung " usul Kaka
" Hmmm.. Boleh... Hayoo..." jawab Herlambang
" Bas ikut bas.... " ucap Ilham dan Iandi yang lalu menyusul mereka Fikri juga menyusul mereka sambil membawa toples bekas
" Heeeii... Jam 7:30 udah harus disini... Sarapan bareeng..." ucap mamah
" Iya mah..." jawab Ilham. Dan mereka pun berlalu bersama kedua bocah kembarku
" Vilda... Sini... " panggil teh Ervin saat melihat Vilda selesai mandi
" Pit... Pinjem sikat rambutnya...." ucap teh Ervin. Istriku yang sudah selesai merapikan rambut Rani menyerahkan sikat rambut dan hair dryer
" Nem... Rambut si bule jangan di hairdryer... Itu kan natural...." ucap teteh
Teh Ervin mengangguk
Sambil menata rambut Vilda. Teh Ervin asyik ngobrol.
" Hey perawat... Untuk acara nanti siang siap kan? " tanya teteh
" udah siap teh. Tinggal nunggu dokter puskesmas aja..." jawab Dhilla
" Good. Dont be late ya..." ucap teteh
" Iya teh.." jawab Alline
Stephanie melangkah sambil membawa secangkir hot chocolate.
" Bawa apa Stevy? " tanya Kania
" Hot chocolate ka..." jawab Stevy.
" Mau doong.... " ucap Dinda
Teh Ita dan Wulan sedang asyik menata menu sarapan.
" Aaay... Punten minta kecap asin sama manis...." ucap teh Ita
" Kecapnya dimana Yome...?" tanya aYahya
" Itu kecap mah di lemari bahan deket pintu dapur " jawab Vilda
A Yahya melangkah menuju lemari yang disebutkan Vilda. Dan mengambil barang yang diminta oleh teh Ita.
" Aa... Bang Budiiii.... Iih... Siniin coklatnyaaa...." protes Rani
" Ngga... Dari malem makan coklat terus... Nanti abis makan siang gua kasih 4 potong.." jawab Budi tegas
" Nong... Nurut bageur...." bujuk kang Pri
Akhirnya Rani menuruti ucapan kang Pri walaupun sambil manyun
Istriku memeluknya sambil membujuk si bontot dengan penuh kasih sayang.
" Stevy... Teteh perhatiin kamu hayooh wee makanin snack gitu.... Jangan kebanyakan atuh bageur.. " ucap teteh saat melihat Stephanie asyik makan snack junk food.
Stephanie tersenyum malu...
" Ngga setiap hari teh..." jawab Stephanie malu malu
Terry datang membawa dodongkal atau awug. Kue yang terbuat dari tepung beras, gula aren dan kelapa.
" Sambil ngopii..." ucap Terry
Kami menikmati dodongkal dan kopi pagi ini. Rani dan Stephanie hanya nyelimit dari istriku dan yang lainnya termasuk kang Pri
" Pak Anom... Itu ikan udah datang pak..." ucap mang Nurdin
" Ikan apa mang? " tanyaku pada mang Nurdin
" Ikan hidup pak Anom...." jawabnya
" Ooh... Phnten Langsung masukkin ke kolam tapi jangan dibuka dulu ya mang " pintaku
" Saya pak Anom " jawabnya sambil melangkah ke arah mobil pengirim ikan
" Ikan apaan bang ?" tanya Rani
" Ikan hidup Nong " jawabku
Iya mengangguk lalu mencatat daftar barang yang sudah masuk.
" Alhamdulillah kita sudah sampe... Abang sama Kaka bersih bersih dulu sama tante Alline... Nanti kita main lagi...." bujuk Herlambang
" Ombas mau kemana? " tanya Abang
" Om mau mandi dulu... " jawab Herlambang
Kedua bocah jagoanku berlari menuju Alline dan meminta agar mereka dimandikan. Alline menuruti keinginan keduanya sambil mengajak Ratri
Celoteh kedua bocah meramaikan pagi. Berbagai kisah petualangan mereka besama om nya.
Selesai mandi Sari membawakan perlengkapan milik mereka dan memakaikan pakaian yang telah disiapkan istriku untuk pagi siang dan malam nanti.
" Bun... Abang sama Kaka kokotoran make pakaian mana ya? " tanya Sari sambil mencari pakaian yang dianggap pantas untuk kotor kotoran menangkap ikan.
" Pake kaus merah itu aja say... Kaus udah lama banget itu..." ucap istriku
" Oh iya Bun... Bunda make yang mana? " tanya Sari
" Yang hitam punya ayah aja sama leggingnya juga. Si Ayah make kaus hitam juga sama celana pendeknya." ucqp istriku. Sari sigap menyiapkan pakaian yang diminta.
" Say... Ajeng sama kamu ya..." ucap istriku
Sari mengangguk sambil tersenyum
Istriku kembali keluar untuk berkumpul bersama kami. Sementara itu si kembar sedang menikmati dodongkal sambil disuapi Rani, walaupun kadang kadang Fikri ikut menyuapi mereka
" Kamu udah makan nong? " tanya Fikri
" Belum... Kan baru pada makan dodongkal a..." jawab Rani sambil menyuapi si kembar
" Om ki... Nanti ambil belalang lagi ya... Kita goreng..." ucap Kaka bersemangat
" Masa digoreng ka...?" tanya Rani
" Iya... Digoreng enak tau nong..." jawa Fikri
" Rasanya kaya apa a? " tanya Rani penasaran
" Mirip udang kali.... Gurih..." jawab Fikri sambil tersenyum
" Apaan ki? " tanya Kania
" Belalang goreng... " jawab Fikri
" Ooh... Emang ada? " tanya Kania lagi
" Tadi nangkep lumayan banyak.." jawabnya
Obrolan mereka berlanjut sambil Kania menggambarkan rasa belalang goreng kepada Rani.
" Heei... Sarapan dulu ayo... Ada vubur menado nih...." ajak teh Minah
" Ikan asin sama sambel? " tanyaku
" Udah ada..." jawab teh Minah lagi.
Kami pun bergegas menuju meja makan.
" Hmm... Abang jangan terlalu pedas makanannya. Ntar shock lagi..." ucap Dhilla
Aku mengangguk dan membatasi jumlah sambal di buburku.
" Yah... Bunda nyelimit aja ya..." ucap isteiku manja
Aku mengangguk sambil menambahkan sambal ke piringku
" Ii.. Abaang... Kebanyakaaan... " ucap Stella lalu mengambil sambal dipiringku dan menambahkan ke piringnya
Aku hanya pasrah mengikuti instruksi mereka. Karena ku tahu ini untuk kesehatanku juga.
Tak lama kemudian kami sudah asik menikmati bubur di pagi ini...
" Hmmm.. Ikan asinnya kebanyakan garam..." komen Herlambang
" Emang kenapa Bas? " pancingku
" Keasinan..." jawabnya cuek
" Mana ada ikan asin rasanya ngga terlalu asin..." protes Iandi
" Yo addaa...." jawab Herlambang
" Ikan asin apa...?" tanya Budi
" Bentar saya cari dulu sesudah makan bubur..." jawabnya kalem
" Nyesel gua mah selalu nungguin jawaban Basuki..." ucap Revka
" Hloh.... Nunggui tho? " ucap Herlambang
" Serahlah kangkung darat..." ucap Johan sebal
Kami tertawa mendengar obrolan itu.
" Mas Bas.. Sekali aja bisa ngga gua mohon ngga bikin gua gondok... Ntar gua beliin kinder joy.." ucap Cipot
Yang lain tertawa makin riuh melihat derita Cipot dkk yang jadi korban Herlambang pagi ini.
Acara makan pun berlanjut. Dengan berbagai candaan ringan dan akrab.tanpa ada kerusuhan berarti
Selesai makan kami melakukan keinginan masing masing
" Atatatah... Nnnngg... Hkknnng... " suara Ajeng memanggilku
" Aa... Cintaku manggilin ayah...." ucap istriku
" Say... Nenah.... Sarapan dulu..." ucap istriku
" Iya bun..." jawab mereka
" Bububu... Ngging... Mmm.. Ngging.. Bubu..." rengek Ajeng
Sari sigap mengambilkan susu botol yang sudah dipersiapkan dan menyerahkan kepada istriku
" Mmm...mmmm..mmm.." suaranya terdengar lucu saat menikmati susu botolnya
" Cintaa... Jangan sambil ngomong nak... Nanti keselek..." bujuk istriku
Ajeng melepas botol susu dari mulutnya dan menatap bundanya....
" Hehehe... Bububu..." ucapnya sambil meraba wajah bundanya
" iya... Nen nya jangan dambil omong ya nak... Ouuhh... Cintanya bundaa...." ucap istriku sambil mencium pipinya gemas
Aku pun menatap gemas pada kedua bidadari kehidupanku
" Tah.. Tah... Tah... Kalo udah gitu pasti si Dicky mah lagi gemes da..." ucap a Wawan
Aku tersenyum menanggapinucapan a Wawan
" Mmmwh... Kenaaa... Mmmwh... Kena lagee...." ucap Budi sambil menciumi kaki Ajeng
" Hehehe... Aaaawwhh... " suara Ajeng kegirangan digoda Om nya
Lalu ia melanjutkan menyusu hingga habis.
" Sini ah... Sama ateu Tey..." pinta Terry
Fitri menyerahkan Ajeng kepada Terry. Budi kembali menggoda Ajeng hingga terdengar tawa Ajeng riuh mewarnai suasana.
" Teteh... Jam 10 acara santunan yatim.piatu sama dhuafa. Jam 13:00 pemeriksaan gratis untuk warga sampe jam 16:00... Tendanya baru datang... Kita belum siap siap make baju..." ucap Rani mengingatkan istriku
" Oh iyaa... Deyan mana...?" tanyaku
" Sedang ngurus tenda sama pasang sound system bareng a Alan dan Revka." jawab Rani
Aku mengangguk setuju. Lalu aku masuk ke kamar untuk mandi dan ganti pakaian.
Istriku menyiapkan pakaianku dan Ajeng. Selesai madi kupakai pakaian yangbtelah disiapkan. Sementara itu Ajeng sedang disalin bajunya oleh Nenah.
" Ayah... Si Nong punten suruh sini yah..." ucap istriku
Kupanggil si bontot agar menemui tetehnya dikamar dan merwkapun terlibat obrolan soal pakaian yang harus dipakai. Selesai semua persiapan acara akan segera dimulai.
Istriku, Rani, Vilda, Stephanie dan teh Ita memakai pakaian seragam. Begitu pula Terry, Kania, Dinda dan para perawat.
Bukan pakaian mahal. Tetapi kualitas jahitannya rapi dan halus. Sehingga terlihat mewah dan berkelas.
Tak lama kemudian para hadirin tiba di tempat. Tak ketinggalan catering dan tukang jajanan yang sengaja kami undang untuk menyajikan hidangan andalan mereka di acara ini.
Acara pun dimulai
Sambutan dari papap selaku orangtua kami dilanjutkan dengan sambutan dari pihak pemerintah desa mengisi awal acara.
" Acara selanjutnya adalah pembacaan murrotal qur an oleh adik kita Mentari." suara Revka selaku MC mengumumkan
Tak lama seorang anak perempuan kelas 5 SD tampil membawakan surat Ar - Rahman dengan suara yang luarbiasa merdu mendayu. Membawa kami kedalam suasana dimana kasih sayang Sang Maha Kuasa begitu kuat dan erat menyertai kami. Opik terpukau mendengar suara Mentari. Tangannya menggenggam jemari Rahma yang bersandar di bahunya. Dennis mencucurkan air matanya mendengar lantunan indah suara Mentari.
Ajeng yang biasanya ramai berceloteh seperti menikmati suara Mentari.
Akhirnya selesailah pembacaan surah Ar - Rahman.
" Masya Allah.. Saya ngga tau apakah harus menangis atau bagaimana untuk menggambarkan betapa indah suara adikku Mentari... Suaramu secantik wajahmu... Dan semoga kita bisa bertemu lagi ya dik..." ucap Cipot
" Insya Allah abang..." jawab Mentari sambil merona merah
Urutan acara berlanjut hingga waktunya membagikan bingkisan dan santunan.
Saat akan dibagikan santunan, pak Pras meminta izin menyampaikan sesuatu, yang di izinkan oleh kang Pri.
Setelah mengucapkan salam ia mulai menyampaikan maksudnya
" Saya selaku salah satu anggota keluarga disini mermaksud menyampaikan keinginan kami, keinginan ini di dukung oleh istri dan calon istri kedua saya. Ya... KAMI bermaksud mengajak Mentari untuk tinggal, tumbuh dan meraih cita citanya bersama kami. Dan bila pihak keluarga tidak keberatan maka segala sesuatunya akan segera kami urus sebagai jaminan hukum untuk Mentari " ucap pak Pras gemetar karena berbagai perasaan yang menerkamnya.
Pihak keluarga Mentari setuju dan akan melakukan pembicaraan sebelum kami pulang dari sini. Acara dilanjutkan dengan pemberian santunan dan menikmati hidangan yang telah disediakan. Saat menikmati hidangan Silvia dan bu Pras tampak lengket dengan Mentari. Apapun maunya mentari berusaha dipenuhi oleh Silvia, bu Pras bahkan pak Pras sendiri.
" Assalaamu'alaikum..." suara dr. Hadi, kepala puskesmas setempat
Serempak kami menjawab salam. Kami.menyambut kedatangan beliau dan membantu menyiapkan tempat. Para perawat membantu menyiapkan peralatan dan obat.
Sambil menikmati makanan yang ada kegiatan berlangsung.
" Bunnn...." suara Maher mengalihkan perhatian istriku
" Oouuhh.. Abang ngantuk ya... Sini nak sini.... " ajak istriku
" Bababab.... Nnngg.... " ucap Ajeng yang berada di gendonganku berusaha meraih kakaknya.
Abang sudah tak sanggup menahan kantuknya. Sementara Kaka terlelap di gendongan Kania.
Aju masih berjalan sebentar.
" Tatatah... Hhnnnng...." suara Ajeng lembut terdengar
" Hoaahmmm...." ia menguap.. Segera kubacakan shalawat dan memeluknya. Ia.meletakkan kepalanya di bahuku. Tak butuh waktu lama, Ajeng terlelap nyenyak dipelukanku.
" Teh Say... Ajeng bobo..." ucap Rani kepada Sari.
Sari menghampiriku dan mengambil Ajeng dari gendonganku dan membawanya ke kamar.
Istriku kembali keluar dan memeluk tangan kananku.
" Hmm... Bahagia banget tahun ini ya yah
.. Kita bisa berbagi dengan yang lain..." ucap istriku.
" Alhamdulillah... Amanat harta yang dititipkan ke kita udah tersampaikan. Semoga manfaat. ." ucapku menjawab ucapan Istriku
Istriku menengadahkan kepalanya sambil tersenyum bahagia. Kukecuo dahinya dan kupeluk erat tubuhnya.
Takn erasa waktu Ashar tiba. Kami melaksanakan kewajiban kami berjamaah di musholla.
Selesai shalat kurasakan kelegaan di hati kami. Dan segala kegiata berlanjut hingga petang menjelang datang
Begitu sempurna suka cita yang kami rasa
Walaupun tak seberapa yang kami bisa
Tetapi senyuman kalian..
Menambah kekuatan dan semangat kami