BAB 22 b
Sewaktu Dr. Segal membuka pintu kamar praktik untuk meminta salah seorang gadis panggung masuk, Lucy tergoda pergi, dan pasti akan pergi kalau tidak ada hal lain yang lebih pribadi dan lebih serius.
Dr. Segal mengenakan celana panjang dan kemeja terbuka. Kacamata berbingkai tanduk membantu menaikkan nilainya dan sikapnya tenang terkendali, tapi kesan yang diberikannya tidak formal. Dan seperti orang-orang yang pada dasarnya kuno, Lucy tidak percaya pengobatan dan ketidakresmian bisa dipadukan.
Sewaktu akhirnya Lucy masuk ke ruang praktik, ada sesuatu yang meyakinkan dalam sikap Dr. Segal sehingga semua kecurigaannya lenyap. Dr. Segal nyaris tidak berbicara tapi ia tidak tergesa-gesa, semua dilakukannya dengan hati-hati. Lucy bertanya mengenai benjolan pada tangannya dan dengan sabar Dr. Segal menjelaskan benjolan itu hanya pertumbuhan jaringan biasa yang tidak ganas dan tidak perlu dikhawatirkan.
Dr. Segal mengambil buku kedokteran yang tebal dan berkata, "Ulurkan tanganmu."
Lucy memenuhi perintah itu.
Dr. Segal tersenyum kepadanya untuk pertama kali. "Aku tidak keberatan tidak dapat uang operasi," katanya. "Aku akan memukulnya dengan buku ini dan benjolan itu akan hilang. Mungkin benjolan itu bisa tumbuh lagi tapi kalau kusingkirkan dengan pembedahan, kau akan kehilangan uang serta harus memakai perban dan segala macam. Oke?"
Lucy tersenyum padanya. Entah kenapa Lucy percaya penuh padanya. "Oke," katanya.
Detik berikutnya ia menjerit sewaktu Dr. Segal memukulkan buku kedokteran yang berat itu ke tangannya. Benjolannya jadi rata, nyaris. "Sakit sekali, ya?" tanya Dokter.
"Tidak,'' jawab Lucy. Ia mengawasi dokter yang tengah mengisi kartu riwayat pengobatannya itu. "Sudah?"
Dr. Segal mengangguk, tidak memperhatikannya lagi. Lucy pergi.
Seminggu kemudian Dr. Segal melihat Lucy di kedai kopi dan duduk di sampingnya dekat meja panjang. "Bagaimana tanganmu?" tanyanya.
Lucy tersenyum padanya. "Baik," katanya. "Kau memang tidak biasa, tapi sangat andal."
Dr. Segal tersenyum padanya. "Kau tidak mengetahui betapa tidak biasanya aku. Dan aku tidak mengetahui sekaya apa dirimu. Majalah Sun Vegas baru saja menerbitkan daftar pemilik poin hotel dan Lucy Mancini menguasai sepuluh poin. Seharusnya aku bertambah kaya karena benjolan kecil itu."
Lucy tidak menjawab, tiba-tiba teringat pada peringatan Tom Hagen.
Dr. Segal tersenyum lagi. "Jangan khawatir, aku tahu yang sebenarnya, kau hanya salah satu boneka. Vegas penuh dengan boneka. Bagaimana kalau kau menonton salah satu pertunjukan denganku malam ini dan kutraktir kau makan malam? Aku bahkan akan membelikan keping rolet untukmu."
Lucy agak ragu-ragu. Dr. Segal mendesaknya. Akhirnya Lucy berkata, "Aku ingin datang tapi aku khawatir kau akan kecewa pada saat malam berakhir. Aku bukan gadis bebas seperti sebagian besar gadis di Vegas sini."
"Itu sebabnya aku mengajakmu," kata Jules gembira. "Aku ingin istirahat malam ini."
Lucy tersenyum padanya dan berkata agak sedih, "Sejelas itu?"
Jules menggeleng dan Lucy berkata, "Oke, kalau begitu kita makan malam, tapi aku akan membeli keping rolet sendiri."
Mereka pergi makan malam di restoran yang menyajikan pertunjukan dan Jules membuat Lucy tertawa terus dengan memberitahukan istilah medis untuk berbagai jenis paha dan payudara; tapi tidak dengan nada mengejek, semua dengan selera humor yang baik. Sesudah itu mereka bermain rolet bersama dan menang lebih dari dua ratus dolar. Lalu mereka bermobil ke Boulder Dam di bawah sinar bulan dan Dr. Segal berusaha mengajaknya bercinta. Tapi sewaktu Lucy menolak sesudah beberapa ciuman, Dr. Segal mengetahui Lucy bersungguh-sungguh dan menghentikan usahanya. Sekali lagi ia menerima kekalahan dengan lapang dada.
"Sudah kukatakan aku tidak mau," tegur Lucy dengan nada agak bersalah.
"Kau pasti merasa sangat terhina kalau aku tidak berusaha," kata Jules. Dan Lucy tertawa karena itu memang benar.
Beberapa bulan berikutnya mereka bersahabat akrab. Hubungan mereka bukan berdasarkan cinta karena mereka tidak pernah bercinta, Lucy tidak pernah memberinya peluang. Lucy mengetahui Jules bingung dengan penolakannya tapi tidak sakit hati seperti pria pada umumnya dan itu membuat Lucy semakin mempercayai dirinya. Lucy mengetahui di balik penampilan luarnya sebagai dokter ia pria yang suka bersenang-senang dan pantang mundur. Setiap akhir pekan Jules mengendarai mobil sport MG miliknya di balap mobil California. Kalau libur panjang, ia pergi ke pedalaman Meksiko, daerah yang benar-benar masih liar, katanya kepada Lucy, tempat orang asing dibunuh hanya untuk mendapatkan sepatunya dan kehidupan di sana seprimitif seribu tahun yang lalu. Secara tidak sengaja Lucy mengetahui Jules dulu dokter bedah dan memiliki hubungan dengan rumah sakit terkenal di New York.
Semua ini semakin membingungkan Lucy soal mengapa Jules menerima pekerjaan di hotel ini. Sewaktu ia menanyakannya, Jules menjawab, "Ceritakan rahasiamu padaku, akan kuceritakan rahasiaku."
Wajah Lucy memerah dan ia tidak melanjutkan masalah itu. Jules juga tidak mengejarnya dan hubungan mereka berlanjut, hubungan persahabatan yang hangat dan disukai Lucy lebih daripada yang disadarinya.
Sekarang, sewaktu duduk di tepi kolam renang dengan kepala Jules yang berambut pirang di pangkuannya, Lucy merasakan kasih sayang yang besar pada pria itu. Pangkal paha terasa sakit dan tanpa sadar jemarinya mengelus-elus leher Jules. Tampaknya Jules tidur dan tidak sadar, sementara Lucy bergairah hanya karena menyentuh pria itu.
Tiba-tiba Jules mengangkat kepala dari pangkuan Lucy dan berdiri. Ia memegang tangan Lucy dan membimbingnya melewati lapangan rumput ke jalan setapak dari semen. Lucy mengikutinya dengan patuh bahkan sewaktu Jules membimbingnya ke salah satu pondok yang merupakan tempat tinggal pribadinya. Setelah mereka berada di dalam, Jules membuat minuman dalam gelas-gelas besar untuk mereka berdua. Sesudah merasakan sinar matahari yang terik dan pikirannya sendiri yang dipenuhi gairah, minuman itu naik ke kepala Lucy dan menyebabkan ia pusing. Lalu Jules memeluknya, dan tubuh mereka yang telanjang, hanya mengenakan pakaian renang minim, saling menekan. Lucy menggumam, "Jangan," tapi tidak ada ketegasan dalam suaranya dan Jules tidak mempedulikannya.
Dengan cepat Jules menanggalkan bagian atas pakaian renang Lucy sehingga bisa membelai payudara Lucy yang besar, menciuminya, lalu membuka celana renang Lucy. Sambil melakukannya, Jules tidak berhenti menciumi tubuh, perut, dan bagian dalam pahanya. Jules menegakkan tubuh, melepas celana renangnya sendiri, dan memeluk Lucy, lalu, sambil berpelukan dalam keadaan telanjang, mereka berbaring di tempat tidur dan Lucy bisa merasakan Jules memasukinya, dan itu sudah cukup baginya. Hanya dengan sedikit sentuhan, ia mencapai klimaks, dan beberapa detik kemudian Lucy bisa mengetahui dari gerakan tubuh Jules bahwa pria itu keheranan. Lucy sangat malu, seperti sebelum mengenal Sonny. Tapi Jules mendorong tubuhnya ke tepi ranjang, mengatur kakinya, dan Lucy membiarkan ia mengendalikan tubuh dan tangan serta kakinya, lalu memasuki Lucy sekali lagi sambil menciuminya. Kali ini Lucy bisa merasakannya, tapi yang lebih penting lagi ia mengetahui ada yang dirasakan Jules dan pria itu mencapai klimaks.
Sesudah Jules berguling dari tubuhnya, Lucy bergelung di sudut ranjang dan mulai menangis. Ia begitu malu. Lalu ia heran mendengar Jules tertawa dan berkata, "Kau gadis Italia yang malang, jadi itu sebabnya kau menolakku selama berbulan-bulan ini? Dasar bodoh." Ia mengatakan "dasar bodoh" dengan keramahan penuh kasih sayang sehingga Lucy berbalik menghadapinya.
Jules memeluk tubuhnya yang telanjang, merapatkannya ke tubuhnya sendiri, dan berkata, "Kau gadis abad pertengahan, kau benar-benar gadis dari abad pertengahan." Tapi suaranya menenangkan, sementara Lucy terus menangis.
Jules menyulut sebatang rokok dan menyelipkannya ke mulut Lucy sehingga Lucy tercekik asap dan berhenti menangis.
"Sekarang dengarkan aku," kata Jules. "Kalau kau dibesarkan secara modern dengan kebudayaan keluarga abad kedua puluh, masalahmu pasti bisa dipecahkan bertahun-tahun yang lalu. Sekarang akan kukatakan apa masalahmu: masalahmu bukan tampang buruk, kulit yang jelek, atau mata sipit yang tidak bisa diatasi dengan operasi plastik. Masalahmu seperti kutil atau benjolan pada dagu, atau telinga yang salah bentuk. Jangan dipikirkan bahwa kau punya kotak besar yang tidak disukai pria mana pun karena tidak cukup menyentuh kejantanannya. Masalah yang kaumiliki ini adalah kelainan bentuk pada pelvis yang disebut para ahli bedah sebagai pelemahan dasar pelvis. Hal tersebut biasanya terjadi setelah melahirkan anak tapi mungkin juga karena struktur tulang. Itu merupakan kondisi biasa dan banyak wanita hidup sengsara karenanya padahal operasi sederhana bisa memperbaikinya. Beberapa wanita bahkan sampai bunuh diri. Tapi aku tidak pernah mengira kau punya kondisi itu karena tubuhmu demikian indah. Kupikir karena kondisi psikologis, sebab aku tahu riwayatmu, kau menceritakannya padaku begitu sering, kau dan Sonny. Tapi baiklah, kau akan kuperiksa secara menyeluruh dan aku bisa mengatakan dengan tepat berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sekarang pergilah mandi."
Lucy masuk kamar mandi dan menggunakan pancuran. Dengan sabar dan sambil menghadapi protes Lucy, Jules menyuruhnya berbaring di tempat tidur, dengan kaki mengangkang. Jules memiliki satu tas dokter lagi di apartemennya dan tas itu terbuka. Ia juga punya meja kaca di sisi tempat tidur yang berisi beberapa peralatan kedokteran lain.
Sekarang Jules serius sekali, memeriksanya, memasukkan jari, dan menggerakkannya ke sana kemari. Lucy mulai merasa terhina ketika Jules mencium pusarnya dan berkata, hampir seperti tak sadar, "Untuk pertama kalinya aku menikmati pekerjaanku." Kemudian ia membalik tubuh Lucy dan memasukkan satu jari ke rektumnya, meraba sekelilingnya, tapi tangannya yang satu lagi membelai leher Lucy dengan penuh kasih sayang. Setelah selesai, Jules menelentangkan tubuh Lucy kembali, mencium bibirnya dengan lembut, dan berkata, "Sayang, aku akan membentukmu jadi baru di bawah sana, kemudian aku akan mencobanya sendiri. Yang pertama akan merupakan pengujian medis, aku akan menuliskannya di kertas kerja untuk jurnal kedokteran resmi."
Jules melakukan semuanya dengan kasih sayang dan gembira. Begitu jelas bahwa ia menyayangi Lucy, sehingga Lucy bisa mengatasi rasa malu. Ia bahkan menurunkan sebuah buku kedokteran dari rak buku untuk memperlihatkan kasus seperti yang dialaminya dan prosedur medis untuk memperbaikinya. Lucy ternyata cukup tertarik.
"Tindakan ini untuk kesehatan juga," kata Jules. "Kalau kondisimu tidak diperbaiki, kau akan mendapat banyak masalah di kemudian hari. Struktur itu makin lama akan makin lemah kalau tidak diperbaiki dengan operasi. Sayang sekali orang-orang kuno menyebabkan banyak dokter keliru tidak bisa membuat diagnosis yang benar dan memperbaiki kondisinya, dan banyak wanita tidak mau terang-terangan mengemukakan keluhan tentang hal itu."
"Jangan bicarakan, tolong berhentilah membicarakannya," kata Lucy.
Jules bisa melihat Lucy masih sangat malu karena rahasianya, malu karena "cacatnya yang buruk". Walaupun menurut pikirannya yang berlatar belakang medis ini merupakan ketolololan besar, ia cukup sensitif untuk memahami perasaan Lucy. Ia juga jadi kembali berusaha membuat Lucy merasa lebih baik.
"Oke, sekarang aku sudah tahu rahasiamu dan aku akan menceritakan rahasiaku," kata Jules. "Kau selalu menanyakan padaku apa yang kulakukan di kota kecil ini, padahal aku salah satu ahli bedah paling muda dan cemerlang di Timur." Jules menyindir laporan beberapa surat kabar mengenai dirinya.
"Sebenarnya aku pendukung ******, yang sesungguhnya tidak terlalu buruk, seperti separo profesi medis, tapi aku ketahuan. Aku punya teman, dokter bernama Kennedy. Kami berpraktik bersama, ia benar-benar orang yang lurus, tapi ia mengatakan akan menolongku. Aku tahu Tom Hagen telah mengatakan kepadanya kalau ia memerlukan pertolongan menyangkut apa saja, Keluarga Corleone berutang budi padanya. Maka ia bicara dengan Hagen. Tahu-tahu tuduhan terhadap diriku dicabut, tapi Asosiasi Medis dan pihak berwenang Timur memasukkan namaku ke daftar hitam. Maka Keluarga Corleone memberiku pekerjaan ini di sini. Gadis-gadis panggung itu selalu mengalami "kecelakaan" dan menggugurkan kandungan mereka merupakan pekerjaan paling mudah di dunia kalau mereka segera datang padaku. Aku menguret mereka seperti kau membersihkan penggorengan. Freddie Corleone benar-benar momok bagi mereka. Menurut hitunganku saja, ia sudah menghamili lima belas gadis selama aku di sini. Dengan serius aku mempertimbangkan untuk mengajaknya bicara tentang seks seperti bapak dan anak. Terutama karena aku sudah tiga kali mengobati penyakit raja singanya dan sekali untuk sipilis. Freddie benar-benar penunggang kuda tanpa pelana."
Jules berhenti bicara. Ia sengaja membocorkan rahasia itu, yang tidak pernah dilakukannya, supaya Lucy tahu bahwa orang lain, termasuk seseorang yang dikenalnya dan agak ditakutinya seperti Freddie Corleone, juga punya rahasia yang memalukan.
"Anggaplah bagian itu sekeping plastik di dalam tubuhmu yang sudah kehilangan kelenturannya," kata Jules. "Dengan memotongnya sedikit, aku akan membuatnya lebih kencang, lebih elastis."
"Aku akan memikirkannya," kata Lucy, tapi ia yakin akan melakukannya, ia menaruh kepercayaan penuh pada Jules. "Berapa biaya yang diperlukan?"
Jules mengerutkan kening. "Di sini aku tidak punya fasilitas untuk pembedahan seperti itu dan aku bukan ahlinya. Tapi aku punya teman di Los Angeles yang paling jago di bidang itu dan punya fasilitas di rumah sakit terbaik. Bahkan dialah yang mengencangkan semua bintang film, setelah nyonya-nyonya itu mengetahui bahwa mengoperasi muka dan payudara mereka saja bukan jawaban yang cukup untuk membuat pria mencintai mereka. Ia berutang budi padaku, jadi ini tidak akan memerlukan biaya apa pun. Aku melakukan ****** untuknya. Dengar, kalau ini tidak melanggar etika, aku bisa menyebutkan padamu nama-nama ratu seks layar putih yang pernah menjalani operasi."
Lucy seketika tertarik "Ah, ayolah, katakan padaku," katanya. "Ayolah."
Ini akan menjadi bahan gosip yang menyenangkan dan salah satu kebaikan Jules adalah ia tidak pernah mengejeknya karena suka bergosip.
"Akan kuceritakan padamu kalau kau mau makan malam bersamaku dan tidur denganku," kata Jules. "Kita harus mengejar banyak ketertinggalan karena kebodohanmu."
Lucy merasakan kasih sayang yang sangat besar padanya karena begitu baik hati dan ia bisa mengatakan, "Kau tidak harus tidur denganku, kau tahu kau tidak akan menikmatinya karena kondisiku sekarang ini."
Jules tertawa terbahak-bahak. "Kau benar-benar bodoh. Apakah kau tidak pernah mendengar cara lain untuk bercinta, yang jauh lebih kuno, jauh lebih beradab? Apakah kau benar-benar sepolos itu?"
"Oh, itu," kata Lucy.
"Oh, itu," Jules menirukannya. "Gadis baik-baik tidak melakukannya, dan pria jantan tidak melakukannya. Bahkan pada tahun 1948. Nah, Sayang, aku bisa membawamu ke rumah seorang wanita tua di Las Vegas sini, germo paling muda di rumah bordil paling populer ketika daerah barat masih liar, tahun 1880, kurasa. Ia senang berbicara mengenai masa lalu. Kau tahu apa yang diceritakannya padaku? Bahwa para jago tembak, para koboi yang mahir main pistol dan jantan, selalu minta layanan 'Prancis' pada gadis-gadis, yaitu apa yang disebut fellatio dalam istilah kedokteran, dan kau menyebutnya 'oh, itu'. Kau pernah berpikir untuk melakukan 'oh, itu' dengan kekasihmu Sonny?"
Untuk pertama kalinya Lucy benar-benar mengejutkan Jules. Ia memperlihatkan pada Jules apa yang hanya bisa dianggap pria itu sebagai senyum Monalisa (pikiran ilmiahnya kontan bertanya, mungkinkah ini pemecahan misteri yang sudah berusia berabad-abad tersebut?) dan berkata pelan, "Aku melakukan segalanya dengan Sonny."
Itu pertama kalinya ia mengakui sesuatu seperti itu pada orang lain.
Dua minggu kemudian Jules Segal berdiri di ruang operasi rumah sakit Los Angeles dan mengamati sahabatnya Dr. Frederick Kellner melakukan operasi spesialnya.
Sebelum Lucy dibius, Jules membungkuk dan berbisik, "Aku sudah mengatakan padanya bahwa kau gadis istimewaku, jadi ia akan membuat dinding yang benar-benar kencang."
Tapi tablet yang tadi diminum Lucy membuatnya lemas dan ia tidak tertawa atau tersenyum. Gurauan Jules itu tidak menghilangkan kengeriannya terhadap operasi.
Dr. Kellner membuat sayatan dengan penuh keyakinan, seperti pemain biliar jagoan melakukan sodokan yang mudah. Teknik pembedahan untuk memperkuat dasar tulang panggul membutuhkan tercapainya dua hal. Otot panggul musculofibriuos harus diperpendek agar kekenduran bisa diatasi. Dan tentu saja mulut vagina, titik kelemahan dasar pelvis itu sendiri, harus ditarik ke depan, ditempatkan di bawah lengkungan pubis sehingga terbebas dari tekanan langsung di atasnya. Memperbaiki elastisitas tulang panggul disebut perineorrhaphy. Sedangkan menjahit dinding vagina disebut colporrhaphy.
Jules melihat Dr. Kellner sekarang bekerja dengan hati-hati, bahaya besar dalam pemotongan adalah kemungkinan mengiris terlalu dalam dan mengenai rektum. Sebenarnya ini tidak rumit, Jules sendiri sudah melihat semua hasil tes dan rontgen. Sebetulnya tidak ada yang bisa salah, tapi dalam pembedahan kemungkinan salah selalu ada.
Kellner menangani otot diafragma, menggunakan forcep T untuk menahan bibir vagina sehingga otot ani dan fasei yang membentuk dinding vagina terlihat jelas. Jari Kellner yang terbungkus sarung tangan mendorong ke samping jaringan penghubung yang kendur. Mata Jules terus mengawasi dinding vagina untuk melihat munculnya urat-urat darah, yang mengisyaratkan bahaya terlukanya rektum. Tapi Kellner sangat menguasai bidangnya. Ia membentuk dinding baru semudah tukang kayu memaku balok-balok dua kali empat.
Kellner sekarang merapikan kelebihan dinding vagina dengan menjahitnya, memastikan tidak terbentuk tonjolan yang mengganggu. Kellner mencoba memasukkan tiga jari ke mulut yang sudah dipersempit itu, kemudian dua jari. Ia hanya berhasil memasukkan dua jari, memasukkannya dalam-dalam, dan sesaat ia memandang Jules, matanya yang biru di atas masker operasi berkedip-kedip seakan menanyakan apakah lubang sebesar itu sudah cukup sempit. Lalu ia kembali sibuk menjahit.
Semuanya pun selesai. Mereka mendorong ranjang Lucy ke ruang pemulihan dan Jules berbicara dengan Dr. Kellner.
Kellner tampak gembira, pertanda terbaik bahwa segala sesuatunya berjalan lancar. "Sama sekali tidak rumit, my boy" katanya pada Jules. "Tidak ada yang tumbuh di sana, kasus yang sangat sederhana. Ia memiliki otot tubuh yang sangat bagus dan sekarang dalam kondisi puncak untuk kesenangan dan permainan. Aku iri padamu, my boy. Tentu saja kau harus menunggu beberapa waktu, tapi sesudah itu kujamin kau akan menyukai hasil karyaku."
Jules tertawa. "Kau benar-benar Pygmalion, Dokter. Sungguh, kau hebat sekali."
Dr. Kellner mendengus. "Itu semua permainan anak-anak, seperti ****** yang kaulakukan. Kalau saja masyarakat mau bersikap realistis, orang-orang seperti kau dan aku, yang benar-benar berbakat, bisa melakukan karya yang penting dan meninggalkan pekerjaan seperti ini untuk tukang jagal. Oh ya, aku akan mengirim seorang gadis padamu minggu depan, gadis yang manis sekali, tampaknya gadis seperti itu selalu mengalami 'kecelakaan'. Itu akan membuat kita impas untuk pekerjaan yang kulakukan hari ini."
Jules menjabat tangannya. "Terima kasih, Dokter. Datanglah ke tempatku kapan saja dan akan kuusahakan kau mendapat seluruh fasilitas hotel."
Kellner tersenyum masam padanya. "Aku berjudi tiap hari, aku tidak memerlukan roda rolet dan meja pokermu. Aku sudah terlalu sering berjudi dengan nasib. Kau hanya membuang-buang waktu di sana, Jules. Dua tahun lagi di sana, maka kau boleh melupakan operasi serius. Kemampuanmu akan menurun." Ia berbalik.
Jules mengetahui kata-kata itu tidak dimaksudkan sebagai teguran, hanya peringatan. Sekalipun begitu, perasaannya tersinggung juga.
Karena Lucy baru akan meninggalkan ruang pemulihan dua belas jam lagi, ia pergi ke kota untuk mabuk-mabukan. Sebagian penyebabnya adalah karena lega segala sesuatu soal Lucy berjalan lancar.
Keesokan paginya ketika mengunjungi Lucy di rumah sakit, Jules terkejut melihat dua pria berada di sisi tempat tidur Lucy dan bunga memenuhi kamarnya. Lucy duduk menyandar ke bantal, wajahnya berseri-seri. Jules heran karena Lucy sudah putus hubungan dengan keluarganya dan melarangnya memberitahu mereka kecuali kalau ada yang tidak beres. Tentu saja Freddie Corleone tahu ia masuk rumah sakit untuk operasi ringan. Itu perlu supaya mereka berdua bisa mendapat liburan, dan Freddie telah mengatakan pada Jules bahwa semua tagihan Lucy akan dibayar sepenuhnya oleh pihak hotel.
Lucy memperkenalkan mereka dan salah seorang di antara mereka langsung dikenali Jules. Johnny Fontane yang terkenal. Yang satu lagi pria Italia berbadan tinggi besar dan berotot bernama Nino Valenti. Mereka berdua berjabat tangan dengannya kemudian tidak memperhatikannya lagi. Mereka bergurau dengan Lucy, membicarakan lingkungan lama di New York, orang-orang dan peristiwa yang tidak ada hubungannya dengan Jules. Maka ia berkata pada Lucy, "Aku akan datang lagi nanti, aku harus menemui Dr. Kellner dulu."
Tapi Johnny Fontane mengarahkan pesonanya padanya. "Hai, Kawan, kami sendiri juga harus pergi, kautemani Lucy dulu. Jaga ia baik-baik, Dok."
Jules menyadari suara parau Johnny Fontane dan tiba-tiba teringat bahwa orang itu sudah lebih dari setahun tidak lagi menyanyi di depan umum, dan bahwa ia memperoleh Oscar untuk aktingnya. Mungkinkah suara orang itu berubah di usia setua ini dan surat kabar merahasiakannya, setiap orang merahasiakannya?
Jules menyukai gosip orang dalam dan terus mendengarkan suara Fontane dengan cermat untuk mendiagnosis kesulitannya. Mungkin hanya karena ketegangan biasa, atau terlalu banyak merokok dan minum minuman keras, atau bahkan terlalu banyak main perempuan. Suaranya bergetar buruk, dan ia tidak bisa lagi disebut penyanyi bersuara merdu.
"Kedengarannya kau seperti terserang flu," kata Jules pada Johnny Fontane.
Fontane berkata sopan, "Hanya sedikit tegang, aku mencoba menyanyi semalam. Kurasa aku hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa suaraku berubah, semakin tua, kau tahu." Ia nyengir tak acuh pada Jules.
Jules berkata sambil lalu, "Kau tidak memeriksakannya ke dokter? Mungkin itu bisa disembuhkan."
Fontane sekarang tidak begitu mempesona lagi. Ia lama menatap Jules dengan dingin. "Itu yang pertama kali kulakukan dua tahun yang lalu. Spesialis-spesialis terbaik. Dokterku sendiri, yang katanya paling top di California sini. Mereka menyuruhku banyak beristirahat. Tidak ada yang tak beres, hanya aku sudah semakin tua. Suara orang berubah kalau ia semakin tua."
Fontane tidak mengacuhkannya lagi sesudah itu, menujukan perhatian pada Lucy, mempesonanya sebagaimana ia mempesona semua wanita. Jules terus mendengarkan suaranya. Pasti ada yang tumbuh di pita suaranya. Tapi kenapa dokter spesialis tidak menemukannya? Apa yang tumbuh itu ganas dan tidak bisa dioperasi? Kalau begitu ada masalah lain.
Ia menyela Fontane dengan bertanya, "Kapan terakhir kali kau diperiksa dokter spesialis?"
Fontane tampak jengkel sekali tapi berusaha bersikap sopan demi Lucy. "Kira-kira delapan belas bulan yang lalu," katanya.
"Apa doktermu sendiri juga sesekali memeriksa?" tanya Jules.
"Tentu saja," jawab Johnny jengkel. "Ia memberiku obat semprot kodein dan memeriksaku. Ia mengatakan padaku itu hanya suara yang menua, karena minum, merokok, dan segala sesuatu lainnya. Mungkin kau lebih tahu daripada dirinya?"
Jules bertanya, "Siapa namanya?"
Fontane berkata dengan nada agak bangga, "Tucker, Dr. James Tucker. Bagaimana pendapatmu mengenai dirinya?"
Nama itu tidak asing lagi, dihubungkan dengan bintang-bintang film, wanita, dan sebuah pusat kesehatan yang mahal.
"Pakaiannya selalu rapi," kata Jules sambil tersenyum.
Fontane sekarang marah. "Menurutmu kau dokter yang lebih baik daripada dia?"
Jules tertawa. "Apa kau penyanyi yang lebih baik daripada Carmen Lombardo?" Ia terkejut waktu Nino Valenti tertawa, sampai membentur-benturkan kepala ke kursi. Leluconnya tidak selucu itu. Lalu di antara suara tawa terbahak-bahak itu ia mencium bau bourbon dan mengetahui bahwa sepagi ini pun Valenti, siapa pun dia, sudah setengah mabuk.
Fontane nyengir pada temannya. "Hei, kau seharusnya tertawa mendengar leluconku, bukan lelucon dia."
Sementara itu Lucy mengulurkan tangan kepada Jules dan menariknya ke samping ranjang.
"Ia tampak seperti gelandangan, tapi sebenarnya ia dokter bedah yang andal," Lucy memberitahu mereka. "Kalau ia mengatakan dirinya lebih baik daripada Dr. Tucker, ia lebih baik daripada Dr. Tucker. Dengarkan kata-katanya, Johnny."
Perawat datang dan memberitahu mereka bahwa mereka harus pergi. Dokter akan memeriksa Lucy dan memerlukan privasi. Jules geli melihat Lucy membuang muka sewaktu Johnny Fontane dan Nino Valenti menciumnya sehingga mereka hanya mengenai pipi, bukan bibirnya, tapi tampaknya mereka telah menduga hal itu.
Lucy membiarkan Jules mencium bibirnya dan berbisik, "Kembalilah nanti malam ya?"
Jules mengangguk.
Di luar, sesudah mereka tiba di koridor, Valenti bertanya pada Jules, "Untuk apa operasi itu? Apa kasusnya gawat?"
Jules menggeleng. "Hanya sedikit kelainan pada organ kewanitaannya. Cuma operasi rutin, percayalah. Aku lebih berkepentingan daripada kalian, aku berharap akan menikahi gadis itu."
Mereka memandangnya dengan tatapan menilai dan Jules bertanya, "Bagaimana kalian bisa mengetahui ia masuk rumah sakit?"
"Freddie menelepon kami dan meminta kami mengunjunginya," kata Fontane. "Kami semua dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Lucy menjadi pengiring pengantin sewaktu adik perempuan Freddie menikah."
"Oh," kata Jules. Ia tidak memberitahu mereka bahwa ia tahu segalanya, mungkin karena mereka begitu ingin melindungi Lucy dan hubungannya dengan Sonny.
Sementara mereka menyusuri koridor, Jules berkata pada Fontane, "Aku punya hak istimewa sebagai dokter tamu di sini, bagaimana kalau kuperiksa tenggorokanmu?"
Fontane menggeleng. "Aku terburu-buru."
Nino Valenti berkata, "Tenggorokannya bernilai sejuta dolar, ia tidak mengizinkan dokter murah memeriksanya."
Jules melihat Valenti tersenyum padanya, jelas sekali Valenti berpihak padanya.
Jules berkata riang, "Aku bukan dokter murah. Aku dokter bedah muda dan ahli diagnostik yang paling cemerlang di Pantai Timur sampai mereka menjatuhkanku karena perkara ******."
Sebagaimana yang sudah diduga Jules, ucapannya itu menyebabkan mereka memandangnya dengan serius. Dengan mengakui kejahatannya, ia membuat pengakuannya tentang tingginya kompetensinya lebih meyakinkan. Valenti yang pulih terlebih dulu. "Kalau Johnny tidak bisa menggunakan keahlianmu, aku punya teman wanita yang perlu kauperiksa, sekalipun bukan tenggorokannya."
Fontane bertanya gelisah, "Berapa lama waktu yang kaubutuhkan?"
"Sepuluh menit," jawab Jules. Ia bohong, tapi ia memang tidak keberatan membohongi orang. Bicara jujur dan pengobatan tidak seiring, kecuali dalam keadaan darurat. Itu pun kadang-kadang.
"Oke," kata Fontane. Suaranya lebih kasar, lebih serak, karena ketakutan.
Jules merekrut seorang perawat dan meminjam ruang konsultasi. Ruangan itu tidak memiliki semua perlengkapan yang diperlukan, tapi sudah mencukupi. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit ia mengetahui ada jaringan tumbuh pada pita suara Johnny Fontane, mudah. Tucker, dokter bajingan tak kompeten dari Hollywood itu, seharusnya bisa menemukannya. Ya Tuhan, mungkin orang itu bahkan tak memiliki izin praktik, atau kalau memang memilikinya, mungkin sudah dicabut.
Jules sekarang tidak memperhatikan kedua orang itu lagi. Ia mengangkat telepon dan minta spesialis THT rumah sakit agar datang menemuinya. Lalu ia berbalik dan berkata pada Nino Valenti, "Kurasa kau akan menunggu lama, sebaiknya kau pergi saja."
Fontane memandangnya dengan tatapan tidak percaya. "Keparat, kaupikir kau bisa menahanku di sini? Menurutmu kau bisa mengobrak-abrik tenggorokanku?"
Jules, dengan perasaan gembira yang melebihi dugaannya, berkata terus terang padanya, "Kau boleh berbuat sesukamu," katanya. "Ada semacam jaringan tumbuh di pita suaramu, di larynx. Kalau kau tinggal di sini beberapa jam lagi, kita bisa menentukan apakah jaringan itu ganas atau tidak. Kita bisa menentukan kau membutuhkan pembedahan atau perawatan. Aku bisa mengungkapkan semuanya padamu. Aku bisa memberimu nama spesialis paling top di Amerika dan kau bisa mendatangkannya malam ini dengan pesawat terbang, berkat uangmu, kalau kurasa perlu. Tapi kau juga bisa meninggalkan tempat ini dan menemui temanmu si dokter gadungan itu atau berkeringat dingin sementara kau mempertimbangkan menemui dokter lain, atau direferensikan kepada seseorang yang tidak andal. Jadi kalau jaringan tumbuh itu ganas dan cukup besar, mereka akan memotong seluruh larynx dan kau bakal mati. Atau kau akan gelisah selamanya. Tinggallah di sini bersamaku dan kita bisa membereskan masalah ini dalam waktu beberapa jam. Ada acara lain yang lebih penting bagimu?"
Valenti berkata, "Kita tinggal di sini dulu saja, Johnny, persetan dengan yang lain. Aku akan ke ujung koridor dan menelepon studio. Aku bahkan tidak akan mengatakan apa pun pada mereka, hanya bahwa kita tertahan di sini, dan sesudah itu aku akan kembali kemari untuk menemanimu."
Ternyata sore itu menjadi malam yang panjang, tapi ada hasilnya. Diagnosis ahli THT sangat kuat sejauh yang bisa dilihat Jules sesudah rontgen dan analisis sapuan. Ketika dalam proses pemeriksaan, Johnny Fontane, mulutnya penuh iodin, muntah di atas gulungan perban yang dijejalkan ke mulutnya, meminta pemeriksaan dihentikan. Nino Valenti memegang bahunya dan mendorongnya kembali ke kursi.
Setelah pemeriksaan selesai, Jules tersenyum pada Fontane dan berkata, "Kutil."
Fontane tidak mengerti.
Jules mengatakannya lagi. "Hanya kutil. Kita bisa memotongnya dengan mudah. Beberapa bulan lagi kau akan sembuh total."
Valenti berteriak tapi Fontane masih mengernyit. "Bagaimana kalau nanti aku menyanyi lagi, bagaimana pengaruhnya pada suaraku?"
Jules mengangkat bahu. "Tidak ada jaminan. Tapi karena sekarang pun kau tidak bisa menyanyi, apa bedanya?"
Fontane memandangnya jengkel. "Nak, kau tidak mengetahui apa yang kaubicarakan. Kau bersikap seakan-akan memberiku kabar baik, padahal yang kaukatakan padaku adalah aku mungkin tidak bisa menyanyi lagi. Benarkah itu, mungkinkah aku tidak bisa menyanyi lagi?"
Akhirnya Jules jengkel. Ia melakukan operasi seperti layaknya dokter dan ia senang melakukannya. Ia ingin menolong keparat ini tapi si keparat malah bersikap seakan ia melakukan kejahatan. Jules berkata dingin, "Dengar, Mr. Fontane, aku dokter medis dan kau bisa memanggilku Dokter, bukan Nak. Dan aku sudah memberimu kabar yang baik sekali. Waktu membawamu kemari, aku yakin ada jaringan tumbuh yang ganas dalam larynx-mu yang menyebabkan seluruh pita suaramu harus dipotong. Atau jaringan tumbuh itu bisa membunuhmu. Aku sempat khawatir harus memberitahumu bahwa kau akan mati. Dan aku senang sekali sewaktu bisa mengatakan 'kutil'. Sebab nyanyianmu memberiku begitu banyak kesenangan, membantuku merayu gadis-gadis sewaktu aku masih muda, dan kau benar-benar seniman. Tapi kau juga pria yang sangat manja. Apa karena kau Johnny Fontane maka kau tidak bisa kena kanker? Atau tumor otak yang tidak bisa dioperasi? Atau gangguan jantung? Apa menurutmu kau tidak bisa mati? Well, hidup ini bukan hanya terdiri atas musik yang merdu di telinga. Kalau kau ingin melihat masalah yang sesungguhnya, susuri rumah sakit ini, kau pasti bakal menyanyikan lagu cinta mengenai kutil. Jadi hentikan semua omong kosong ini dan laksanakan saja apa yang harus kaulakukan. Dokter sahabatmu yang hebat itu bisa mendapatkan ahli bedah yang baik, tapi kalau ia mencoba memasukkanmu ke ruang operasi, kusarankan kau melaporkannya pada polisi karena melakukan percobaan pembunuhan."
Jules mulai melangkah ke luar ruangan sewaktu Valenti berkata, "Bagus, Dok, biar tahu rasa dia."
Jules berbalik dan berkata, "Kau selalu mabuk sebelum tengah hari?"
Valenti berkata, "Tentu," dan tersenyum padanya begitu riang sehingga Jules berkata lebih lembut daripada yang diinginkannya, "kau harus tahu kau akan mati lima tahun lagi kalau mempertahankan kebiasaanmu itu."
Valenti menghampiri Jules dengan langkah-langkah seperti orang menari. Ia memeluk Jules, napasnya berbau minuman keras. Ia tertawa sangat keras. "Lima tahun?" tanyanya sambil terus tertawa. "Apakah akan selama itu?"
Sebulan sesudah operasi, Lucy Mancini duduk di tepi kolam renang hotel Vegas, satu tangan memegang gelas koktail, dan tangan lainnya mengelus-elus kepala Jules di pangkuannya.
"Kau tidak harus membangkitkan keberanianmu," kata Jules dengan nada menggoda. "Aku sudah menyiapkan sampanye yang menunggu kita di kamar."
"Kau yakin tidak apa-apa secepat ini?" tanya Lucy.
"Aku dokter," kata Jules. "Malam ini akan menjadi malam yang istimewa. Apa kau menyadari bahwa aku akan menjadi dokter bedah pertama sepanjang sejarah kedokteran yang pertama kali mencoba hasil operasi medisnya? Kau tahu, Sebelum dan Sesudah. Aku akan senang sekali menulisnya untuk jurnal. Kita lihat, 'walau Sebelum sangat menyenangkan karena alasan psikologis dan karena kelihaian sang dokter bedah-instruktur, koitus pascaoperasi sangat memuaskan betul-betul hanya karena alasan neurologis'..." -ia terdiam karena Lucy menjambak rambutnya begitu kuat sehingga ia berteriak kesakitan.
Lucy tersenyum padanya, "Kalau kau tidak puas malam ini, aku bisa mengatakan itu salahmu," katanya.
"Aku memberi garansi untuk karyaku. Aku yang merencanakan meskipun Dr. Kellner yang melakukan pekerjaan kasarnya," kata Jules. "Sekarang mari kita beristirahat, kita menghadapi malam panjang untuk melakukan riset."
Ketika mereka naik ke suite -mereka sekarang hidup bersama- Lucy mendapati ada kejutan yang menunggunya, makan malam yang mewah, dan di samping gelas sampanye ada kotak berisi cincin pertunangan dengan berlian yang sangat besar.
"Itu untuk menunjukkan padamu sebesar apa keyakinanku terhadap pekerjaanku," kata Jules. "Sekarang kita lihat apa kau layak mendapatkannya."
Jules sangat lemah lembut, begitu berhati-hati dengannya. Mula-mula Lucy agak takut, tersentak menjauhi sentuhan Jules. Tapi setelah ia merasa tenang, tubuhnya merasakan gairah yang belum pernah dirasakannya.
Sesudah mereka melalui yang pertama, Jules berbisik, "Hasil kerjaku bagus," dan Lucy membalas, "Oh, ya, benar; ya, benar."
Dan mereka berdua tertawa bersama sambil mulai bercinta lagi.
***