Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA The Burhan Story, Cinta & Pengkhianatan

coolkas

Semprot Kecil
Daftar
17 Nov 2013
Post
72
Like diterima
113
Bimabet
Halo,
Ijikan ane berbagi sedikit kisah seru yg ane alami. Cerita ini sebagiannya adalah kisah nyata. Sebagian lagi hasil dari fantasi liar ane, supaya dibacanya lebih menarik. Semoga cerita ini bisa dinikmati oleh suhu semprot semua.

Buat suhu2 yang mau lihat index bisa ke sini :

Ch. 1. Namanya Om Burhan
Ch. 2. Lenaku Sayang
Ch. 3. Restu
Ch. 4. Kejutan Tengah Malam
Ch. 5. Sakral

Update untuk penampakan karakter dalam cerita :

1. Om Burhan
bf255af19330b9ddbb6f74d6f87a2d12.jpg


2. Malena
490308b8c45810452726f00074ff40dc.jpg


Enjoy the story...
 
Terakhir diubah:
Chapter 1. Namanya Om Burhan

Temen bokap ane namanya Om Burhan. Beliau punya usaha jual beli motor second di sebuah kota. Usahanya cukup tersohor di kota tersebut, tagline terbesar dan terlengkap sangat cocok disematkan di showroom milik beliau.

Bergelimang harta tidak lantas membuat hidup Om Burhan mudah. Namanya hidup, selalu ada cara untuk menguji iman dan taqwa manusia. Om Burhan ini dikenal sulit dapet jodoh, padahal usianya udah menginjak kepala 4.

Padahal dari tampilannya, Om Burhan cukup menarik. Tubuh tinggi membuat beliau masih gagah di usianya yg tak lagi muda. Rambut hitam yg rutin beliau semir untuk menutupi ubannya. Usaha yang lancar, rumah dan mobil sudah siap sedia, apalagi yg dicari?

Ane sempet beberapa kali main ke kantornya. Om Burhan ini orangnya asik, ramah, enak lah kalau diajak ngobrol. Karyawannya pun betah karena sifat bosnya yg jauh dari kata diktator.

Tapi yg namanya jodoh memang sudah diatur oleh yg diatas. Pada tahun itu sekretaris yang biasa bekerja ikut Om Burhan mendadak mengundurkan diri. Karena suaminya dipindah tugas ke luar pulau, padahal sekretaris ini sudah ikut Om Burhan sedari awal showroom ini dibuka.

Berat memang ditinggal oleh orang kepercayaan, tapi ya mau gimana lagi namanya juga dunia kerja.

"Baiklah kalau memang itu keputusan mu, istri memang harus nurut sama suami", kata Om Burhan.

"Maaf ya pak, sebenernya saya betah banget disini, tapi apa boleh buat suami pindah tugas karena atasan"

"Iya, aku maklum, namanya juga ikut orang, nurut sama bos kan wajib hukumnya"

"Iya pak, nanti saya coba bantu2 cari pengganti saya, kalau saya pulang kampung, sekalian mampir ke sini juga boleh ya pak?"

"Ya boleh lah, pokoknya ini rumah kamu juga, jadi bebas kalo mau sowan"


Sekretaris Om Burhan mengucapkan salam perpisahan sambil menahan air mata. Sekuat apapun, air mata itu jatuh juga ke pipinya. Berat hatinya harus meninggalkan tempat kerja dan bos sebaik Om Burhan.

Begitu juga Om Burhan dengan berat hati harus melepas sekretaris kesayangannya. Selang satu hari, lamaran kerja pun dipasang untuk mencari pengganti sekretarisnya.

Syaratnya tidak sulit.
Wanita maksimal berusia 25th, single.
Cakap dan teliti dalam bekerja, bisa menggungakan MS. Office.
Pengalaman kerja menjadi nilai lebih.
Pendidikan minimal SMA atau Sederajat.
Jujur, berkomitmen, bla bla bla bla.

Seperti syarat admin dan sekretaris pada umumnya. Lamaran tersebut diberikan ke rekan2 dan pegawai. Barangkali ada yg punya referensi, mengingat Om Burhan lebih mementingkan referensi. Terlalu riskan jika harus menerima orang yang tidak jelas latar belakangnya. Apalagi pekerjaan sekretaris sangat terkait dengan rahasia usaha beliau.

Selang beberapa hari, beberapa lamaran sudah masuk ke tempat Om Burhan. Setelah dilakukan seleksi administrasi, terpilihlah 3 kandidat yg bisa mengisi posisi tsb. Singkat cerita ke 3 gadis ini diseleksi dengan wawancara dan beberapa tes kecil. Terpilihlah satu kandidat yg memenuhi semua kriteria Om Burhan.

Namanya Malena Saraswati.

490308b8c45810452726f00074ff40dc.jpg


Biasa dipanggil Lena, usianya 24 tahun, belum menikah. Sedikit gambaran fisiknya, Lena memiliki rambut panjang sebahu, warnanya hitam pekat. Dengan kulit khas wanita Indonesia, yg warnanya sawo matang. Dianugrahi tubuh langsing dan proporsional, wajah manis khas gadis jawa, dan senyum ramah, membuat Lena tidak sulit mendapatkan simpati lawan jenisnya. Kecakapannya dalam mengerjakan tugas dari Om Burhan juga menjadi nilai tambah.

Setelah lolos interview, besoknya Lena langsung masuk kerja. Hari demi hari dijalani, tidak berasa Lena sudah menguasai tiap tugas yg diberikan. Tidak butuh waktu lama, dalam satu bulan Lena sudah bisa dilepas sendiri. Bahkan beberapa inovasi dia lakukan supaya pekerjaan bisa jadi lebih efektif dan efisien. Bos mana yang tidak senang dengan kinerja seperti ini?

Om Burhan selalu memuji Lena dihadapan teman maupun kliennya. Kecepatan Lena, kecakapan Lena, keramahan Lena, dsb.. dsb... Pokoknya semuanya tentang Lena. Sampai beredar desas desus kalau Om Burhan jatuh hati dengan si Lena. Gosip itu terus menyebar ke area showroom dan teman2 sepergaulan Om Burhan.

Sampailah juga ke kuping bokap ane, yg saat itu memang sering ke showroom untuk sekedar maen mengunjungi sahabatnya.

"Bur, ni desas desus udah panas banget lho, soal kamu sama si Lena, ga enak kalau si Lena denger, bisa2 dia gak betah, malah resign gimana?", kata bokap ane sambil ngudut Super di halaman belakang showroom tempat biasa mereka nongkrong.

"Iye, aku ngerti kok, anak2 memang suka ngomong kalo aku jatuh cinta sama Lena. Tapi siapa yg gak jatuh cinta sama dia? Ye gak?", balas Om Burhan menanggapi cerita bokap ane.

"Iye, doi memang top markotop, dua jempol lah, makanya kalo boleh aku kasih saran..."

"Ya boleh lah, kayak sama siapa aja, kan kita temenan udah lama, dari jaman kamu bujang lo Mo"
Bokap gue namanya Bimo btw.

"Saranku, udah dijadiin aja, toh kalian sama2 ora nduwe bojo (tidak punya pasangan)"

"Lambemu, gampang tenan ngomongmu Mo... Mo... Apa kamu tu gak liat, dia masih muda, aku lo sudah om2, apa iya dia mau? Ya okelah kalo mau sip tenan, nah kalo gak mau terus dia merasa gak betah disini terus malah ngeluyur pergi piye? Repot aku Mo!"


Bokap ane sudah mikir kalau jawaban sahabatnya bakalan seperti itu. Om Burhan memang sudah jatuh hati, tapi dia tidak bodoh. Lena yang masih mudah dan cerdas, apakah mungkin mau menerima dirinya yg sudah kepala 4 itu? Ditambah lagi kalau ditolak, apa malunya bukan kepalang?! Mau ditempel dimana muka Om Burhan dihadapan pegawainya.

Tapi bukan Bimo namanya kalau kehabisan akal, akhirnya bokap ane menawarkan sebuah ide untuk memastikan langkah Om Burhan dalam meminang Lena jadi lebih aman.

"Ngene wae Bur (begini saja), kita pastiin dulu si Lena suka atau enggak sama kamu, pandangan dia soal jarak ideal pernikahan juga perlu dipertimbangkan, kalau lampunya sudah ijo semua, langsung gas!, piye menurutmu?"

"Mo... nek cuma ngomong gampang, yg penting kan carane? Idemu ada gak?"
, tanya Om Burhan sambil menyundut udut Supernya ke asbak.

"Gampang Bur, nanti aku yg atur, aku yg selidiki gimana pandangan Lena sama kamu, pokoknya terima beres"

"Sembarang Mo, atur aja, aku percaya lah sama kamu Mo... Sebenernya ya aku juga sudah pasrah, jodoh ditangan Tuhan"


Setelah perbincangan itu, bokap ane langsung melancarkan siasat, gimana caranya menyelidiki kepribadian Lena. Akhirnya bokap ane lebih sering berkunjung ke showroom. Bahkan ketika Om Burhan tidak ada, dia tetap datang, dengan tujuan mengakrabkan diri ke Lena.

Pembicaraan kesana kemari sudah dijalankan, beberapa info umum seperti hobi renang, makanan kesukaan gado-gado, dan sebagainya sudah didapatkan.

Ternyata tidak sulit mendekati Lena, dengan didukung sikap humble dan ramah, bokap ane semakin mudah untuk mencari informasi. Kadang Om Burhan juga dilibatkan dalam obrolan supaya suasana jadi lebih cari dan mereka bertiga jadi semakin akrab.

Sampai pada suatu malam, Lena terpaksa lembur karena ada beberapa laporan yang harus dikerjakan. Bokap ane sudah nongkrong di showroom sejak sore, karena tahu Lena lembur, bokap ane berinisatif menemani dia.

"Len, kamu ada rencana nikah kapan? Kok aku lihat gak pernah dijemput cowok?", basa basi bokap untuk membuka pembicaraan.

"Rencana sih belum ada pak, Lena nunggu ada jodohnya aja... Kalau dikasih cepet ya alhamdullilah, kalau belum ya gak masalah, maaf ya pak Lena sambil ngetik ini", balas Lena sambil mengetik di komputer, jari lentiknya mahir sekali memencet keyboard, matanya menatap tajam ke monitor.

"Ya gak masalah, aku juga nunggu Burhan balik, lama bener, mungkin kejebak macet. Terus kamu pernah pacaran?"

"Pernah pak, waktu SMA. Tapi ya cuma sebentar, terus putus, namanya juga cimon pak"

"Cimon apa an? Duh maklum sudah Om2 ini"
, bokap ane ketawa kecil karena gak paham sama istilah anak jaman sekarang.

"Cinta monyet pak Mo, maklum bahasa anak jaman sekarang pak, aneh2"

"O cinta monyet, iya iya iya... Terus sampe sekarang belum ada gandengan lagi? Ada kriteria gak?"

"Um... belum ada pak, Lena masih temenan2 aja sama semuanya, kalo kriteria gak ada, palingan ya harus mapan aja, selebihnya kalau cocok ya bisa jalanin dulu, tapi lena gak mau kelamaan pacaran takutnya cuma buat main2 terus ditinggal"


Jawaban tidak ada kriteria tertentu dan tidak mau main2 membuat bokap ane mendapat lampu hijau untuk mendorong sahabatnya agar mendapatkan hati Lena.

Beliau putuskan untuk terus mengintrogasi Lena selama masih ada waktu, mumpung masih berdua saja, kemungkinan Lena menjawab jujur bakalan lebih tinggi.

"Oh begitu... kalau boleh tau memang jarak ideal usia pasangan menurut kamu itu berapa Len?"

"Um... berapa ya pak? Kalau Lena sih nganggap usia itu cuma angka, yg penting dewasa dan bisa tanggung jawab gitu. Kalo masalah usia ya bisa nego, asal gak 70th aja ya pak, itu seumuran kakek Lena hahaha"
, jawab Lena sambil tertawa dan lanjut mengetik laporan.

"Kalau seumuran saya gimana Len? Eh...", bokap ane langsung sadar dia salah langkah, bisa gawat kalau dikira dia yg SSI ke Lena, kan kacau, mau ditaruh dimana tuh muka.

"Um... kalau masih single gpp pak, kalau sudah beristri ya maaf aja, saya gak berani pak"

"Eh... maksud saya bukan mau nyepik kamu lho Len, sory2"
, bokap ane langsung panik karena salah langkah, tapi dia jadi tahu kalau Lena gak masalah soal usia, bahkan kalau single it's oke. Itu artinya Om Burhan masih masuk kriteria.

"Eh... Iya pak, Lena gak ada pikiran kesana kok, maaf pak maaf...", Lena sendiri jadi gak enak karena dikira menuduh bokap gue menggoda dirinya.

"Iya gpp, yg saya maksud itu bos kamu, Burhan. Aku bermaksud jodohin kamu dengan dia, tapi karena dianya gak pede, makanya aku pastiin kriteria kamu dulu Len. Kalo menurut kamu, Burhan gimana?", bokap ane langsung membuka pembicaraan kearah sana, karena sepertinya ini adalah saat yg tepat, ditambah lagi kalau Lena tidak mau, beliau langsung bisa bilang ke Burhan, paling tidak sahabatnya itu tidak sakit hati.

"Pak Burhan? Suka sama saya Pak? Wah... mana mungkin pak, saya jauh lah dari kriterianya beliau. Orang beliau pernah bilang kalau artis2 oriental cantik2. Selera beliau kan yang putih bersih pak... Sedangkan saya, buluk begini? Mana mau...", Lena yg semula sibuk mengetik laporan, sekarang mulai mengarahkan fokus ke bokap ane, muncul keraguan di benaknya mana mungkin seorang bos mau meminangnya.

"Saya serius Len, bos kamu itu sudah bilang ke saya sendiri kalau suka sama kamu, tapi dia gak pede karena faktor U", bokap ane berusaha meyakinkan Lena, bahwa memang bosnya suka dengan dia.

"Maaf pak, bukannya saya gak percaya sama pak Mo, tapi saya jauh lebih lega kalau pak Burhan yg bilang sendiri ke saya. Pak Bimo sampaikan ke pak Burhan saja bahwa usia itu gak begitu penting, yg penting hatinya dan tanggung jawabnya", kata Lena menimpali.

"Ya sudah, nanti saya yg akan bilang ke Burhan. Saya pamit mau pulang dulu, kamu gak papa kan saya tinggal? Paling Burhan balik sebentar lagi", bokap ane pamit sambil beranjak dari kursi tamunya, meninggalkan Lena sendiri yg hanya mengangguk tanpa bersuara.

Tidak butuh lama, bokap ane langsung kirim pesan ke Om Burhan. Isinya, "Lampu hijau bro!"

Bersambung... Ke chapter 2
 
Terakhir diubah:
Terimakasih untuk suhu semua yg berkenan mampir dan membaca cerita nubi. Semoga ane bisa terus update, karena cerita ini tidak akan terlalu panjang, mungkin bisa ane bagi jadi 3 - 4 part. Kalau kepanjangan takutnya bosan dan sudah tidak sesuai esensi cerita sesungguhnya.

Chapter 2. Lenaku Sayang

Hampir 1 minggu sejak kejadian bincang malam antara Lena dan bokap ane. Singkat cerita setelah bokap ane pulang, Lena juga ikut pulang tidak lama setelah itu. Jadi pada malam itu tidak ada tatap muka antara Lena dan Om Burhan.

Ane sendiri pernah ketemu dengan Lena, karena ini cerita lama, ane sendiri juga lupa kejadian ini sudah berapa lama berlalu. Dulu ane panggil dia kak Lena karena ane lebih muda dibawah dia, jika diperhatikan, fisik lena memang ane akui jempolan. Sayangnya dulu ane masih alim.

Tubuh langsing dan kaki jenjang menjadi daya tarik tersendiri. Tiap ke kantor dia memakai setelan kemeja, biasanya dia memilih kemeja polos berbahan satin yg jatuh jika dipakai, bahan ini memang tidak menampilkan lekuk tubuh pemakainya tapi justru itu yg membuat ane yakin sebagian laki2 akan makin penasaran.

Ditambah dengan celana panjang kain yg membalut dari pinggang hingga mata kakinya. Membuat mata lelaki yg memandang langsung berfantasi membayangkan kulit mulus sawo matang dari pinggang sampai betis Lena. Yang ada di bayangan ane adalah kaki yg mulus dengan lekukan yg indah dipandang mata. Sungguh beruntung pria yang bisa memilikinya.

Lanjut ke cerita utama....

Setelah kemarin bokap ane melakukan spik2 kepada Lena dan berjalan cukup mulus, hubungan Om Burhan dan Lena menjadi semakin akrab. Lena tidak begitu agresif, dia tetap tenang, sepertinya sedang menerapkan strategi tarik ulur.

Begitupun dengan Om Burhan. Beliau tetap menjaga wibawanya, walaupun dalam hati dia sudah tau bahwa Lena membuka kesempatan bagi dirinya untuk memadu cinta. Tapi untuk lebih memantapkan hati, Om Burhan tetap menjaga jarak sambil terus mengamati gerak gerik Lena jika berada di dekatnya.

"Bur, lo tunggu apa lagi sih? Kemarin kan udah lampu ijo, kenapa masih datar2 aja sama Lena?", rupa2nya sikap santai Om Burhan membuat bokap ane gak sabar, beliau merasa sahabatnya terlalu lama dalam mengambil inisiatif.​
"Sabar Mo, yang namanya pendekatan kan butuh proses, kayak kamu gak pernah muda aja?", jawab Om Burhan dengan santai sambil menghisap Super di tangannya.​
"Iye... aku tau, memang butuh proses. Tapi kamu kan dalam masa darurat Bur, ntar kalau diambil orang sisa sesalnya aja?"
"Kamu kira aku sakit apa an, sampai darurat segala, biarkan aja mengalir", jawab Om Burhan.​
"Terserah kamu lah Bur, aku sebagai temen kamu cuma ngingetin ya... Jangan nyesel!", kata bokap ane sambil memandang kosong ke depan, dia tidak habis pikir Om Burhan masih menahan diri, padahal usianya sudah di angka darurat.​
"Lihat minggu depan Mo, aku coba bikin gerakan pertama"

Mendengar jawaban itu, bokap ane tersenyum lega. Akhirnya ada juga inisiatif dari sahabatnya.

Hari Senin, showroom Om Burhan begitu ramai diserbu pengunjung. Karena tanggal muda biasanya banyak orang yg gajian. Om Burhan dengan cerdik memanfaatkan momentum ini untuk menggelar basar murah. Berbagai diskon ditawarkan untuk pembeli yg mau meminang motor2 bekas dari showroomnya.

Tidak hanya itu, doorprize menarik juga disiapkan. Tidak lupa dengan orkes dangdut yang siap memeriahkan acara bazar itu. Banyak pengunjung yang datang untuk sekedar melihat-lihat namun itu tidak apa2, Om Burhan memang pebisnis ulung, dia menugaskan Lena untuk mencatat di buku tamu data dari semua pengunjung yang datang, walau hanya sekedar melihat saja.

Karena di pikiran Om Burhan tidak ada yang namanya orang tidak jadi membeli. Yang ada hanya orang belum mau membeli, artinya bisa saja besok, atau seminggu lagi, atau sebulan lagi mereka akan kembali untuk membeli motor dari showroomnya.

Tidak terasa hari cepat berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Semua pengunjung pulang hanya tersisa Om Burhan, Lena, dan beberapa staff lain yang sedang berkemas untuk pulang.

"Lena, kamu jangan pulang dulu ya, ada yang perlu saya bicarakan sebentar", kata Om Burhan kepada Lena yang masih duduk di kursinya untuk membereskan file2 laporan kerjaan.​
"Baik pak Burhan, Lena tinggal beberes sedikit saja"
"Baik, nanti temui saya di taman belakang ya", sambil ngeluyur pergi, Om Burhan menunggu Lena di taman belakang showroom.​

Tidak lama Lena pun datang, terlihat disana Om Burhan duduk menghadap ke taman, sebatang rokok Djarum Super terlihat di sela jari tangannya. Asap mengepul keluar dari bibirnya.

"Um... Permisi pak, boleh Lena duduk disini?", suara Lena memecah lamunan Om Burhan​
"Oh... silakan2, sory2 saya kira kamu lama, jadi ngudut dulu tadi Len", jawab Om Burhan sambil mematikan rokoknya, karena beliau tahu kalau Lena tidak merokok, dan takut asapnya akan mengganggu pembicaraan mereka berdua. Betapa baiknya Om Burhan ini?​
"Jadi begini Len... Kamu sudah hampir 3 bulan bekerja sama saya, hasil kerjamu sangat bagus, dua jempol buat kamu", Om Burhan membuka pembicaraan dengan mengacungkan dua jempol ke arah Lena.​
"Terimakasih pak Burhan, saya berusaha semaksimal mungkin pak", jawab Lena lembut ditambah dengan senyum tipisnya.​
"Iya, saya hargai usaha kamu. Tapi malam ini saya mau bicara persoalan diluar pekerjaan kita Len, sesuatu yg agak pribadi. Jadi sekarang posisi kamu bukan pegawai saya lagi, apalagi ini diluar jam kerja. Saya harap kamu bisa bicara jujur, sebagai pribadimu, bukan sebagai karyawan saya"
"Baik pak, saya mengerti", jawab Lena dengan tenang. Lena memang wanita yang begitu pandai mengendalikan emosinya. Wajahnya selalu terlihat ramah tanpa menampilkan emosi berlebihan. Ini yang membuat lawan bicaranya sulit menerka apa yang ada didalam pikirannya.​
"Kamu pasti merasa atau bahkan pernah mendengar soal perasaan saya kepada kamu, soalnya gosip itu sudah beredar beberapa minggu sejak kamu saya terima jadi karyawan disini. Yang mau saya tanyakan, apakah itu mengganggu kamu?"
"Iya pak... saya memang mendengar bisik2 dari beberapa staff, dan juga teman bapak ada yg mengatakan langsung pada saya"
"Bimo?"
"Iya Pak Bimo pak, beliau mengajak saya bicara empat mata"
"Lalu? Kamu terganggu gak Len?", tanya Om Burhan penasaran, jujur beliau agak khawatir dengan jawaban Lena. Bagaimana kalau Lena terganggu? Apakah dia harus merelakan Lena?​
"Um... Sebenarnya tidak sih pak, saya tetap berusaha profesional, lagian bapak juga selalu memperlakukan saya sama dengan staff lain, tidak ada perlakuan khusus kan pak?"
"Iya... saya selalu berusaha memposisikan sesuai dengan waktu dan tempat Len, karena kita di dunia profesional, maka dari itu aku nanya sama kamu, jadi jawabannya tidak ya?"
"Tidak pak", jawaban Lena membuat Om Burhan lega.​
Sempat muncul keraguan di hari Om Burhan. Apakah dia tetap akan melanjutkan perbincangan ini ke arah yang lebih dalam lagi? Hati kecilnya berkata, kapan lagi jika tidak sekarang? Bukannya melanjutkan atau tidak itu sama saja, jika tidak dilanjutkan maka Om Burhan akan tetap kehilangan Lena?

"Len... Semua yg kamu dengar dari Bimo, itu memang benar. Aku ada rasa sama kamu, tapi aku takut mengatakannya, tentu banyak faktor yang bisa kamu jadikan alasan untuk menolakku, tidak usah aku sebutkan apa itu, kamu juga pasti tau. Jadi malam ini aku mau bilang ke kamu Len... Jujur dari lubuk hatiku, aku jatuh cinta sama kamu. Kalau kamu mau, kita lanjut, kalau tidak, aku harap kamu bisa kerja disini seperti biasa, karena jawabanmu malam ini adalah jawaban Lena secara pribadi, aku akan berusaha tetap profess...."

"Pak... Lena ngerti", jawaban Lena memotong omongan panjang lebar Om Burhan malam itu.​

"Lena ngerti bahwa Pak Burhan ada rasa sama Lena, Lena juga tersanjung bahwa Lena yang bukan siapa2 ini bisa memikat bapak. Lena sendiri merasa gak pantes pak kalau harus berdampingan sama bapak, karena tujuan Lena kesini untuk cari kerja saja.", Lena menjelaskan dengan wajah sendu, tatapannya menuju ke lantai dengan pandangan kosong, jari jemarinya saling bertaut menandakan kegugupan yang amat sangat.​
"Len... bagaimana bisa kamu merasa tidak pantas untuk mendampingi saya? Kamu itu pandai, cekatan, dan cantik. Itu yang bikin saya kepincut Len. Saya harap kamu mau jadi pendamping saya", tidak percaya rasanya kata2 itu bisa keluar dari mulut seorang Om Burhan, malam itu dia benar2 meluapkan semua isi hatinya kepada Lena.​
"Terimakasih Pak... Lena bukan wanita sempurna.... Tapi Lena mau memberikan yang terbaik buat bapak. Kalau memang bapak ada rasa sama Lena, kita jalani dulu ya pak? Mengenal sifat masing2, kalau memang cocok, Lena juga bersedia menjadi pendamping bapak."
Malam itu menjadi malam paling indah di hidup Om Burhan. Tidak disangka wanita yang dikaguminya memberikan respon sesuai apa yang diinginkannya. Lena, wanita yang selama ini membuat Om Burhan selalu ragu, justru memberikan jawaban yang melegakan.

Setelah pembicaraan itu, Lena pamit untuk pulang. Om Burhan yang masih tidak menyangka bahwa perasaannya disambut dengan hangat harus rela ditinggalkan sejenak oleh Lena. Tidak sabar rasanya menunggu esok hari.

Malam itu sebelum tidur, nama Lena di kontak Om Burhan berubah menjadi "My Love". Sepenggal text dikirimkan Om Burhan kepada Lena. "Selamat tidur Lena... Sampai jumpa besok pagi". "Pip... Pip... Pip", ternyata ada pesan balasan dari Lenna yang isinya "Selamat tidur juga, Sayang..."

Bersambung... Ke chapter 3
 
Terakhir diubah:
Tidak ada yg bisa mengalahkan indahnya dua insan yg menjalin asmara. Dunia serasa milik berdua, tahi kucingpun serasa coklat.

Kurang lebih begitulah perumpamaan yg cocok untuk menggambarkan hubungan Om Burhan dan Lena. Penuh romansa cinta.

Chapter 3. Restu

Sudah 3 bulan lamanya Om Burhan dan Lena memadu kasih. Selama waktu tersebut mereka gunakan untuk mengenal lebih dekat lagi satu sama lain.

Om Burhan jadi tahu bahwa Lena tidak begitu pendiam. Jika sudah ketemu topik yg pas, dia bisa tidak henti2nya bicara. Wawasannya luas, selera humornya unik, terlebih lagi pembawaannya yg santai dan ramah, membuat orang betah.

Lena juga jadi tahu, bahwa Om Burhan kadang2 bisa konyol juga. Guyonan2 ala bapakkamu kerjaannya bla bla bla, juga bisa keluar dari mulut Om Burhan.

Sungguh pasangan yg unik dan serasi. Mereka bisa dengan luwes saling mengisi kekurangan satu sama lain. Bokap ane juga ikut bahagia melihat hubungan mereka berdua. Tidak sia2 usahanya menyatukan dua insan ini.

"Bur, jadi kapan kamu mau resmiin si Lena?, Keburu lapuk nanti kamunya!"
"Sabar Mo, kamu itu sukanya buru2, aku berencana sowan dulu ke ortunya Lena, masa iya gak sowan ke calon mertua."
"Lena udah bilang ke ortunya soal jarak umur kalian?", Tanya bokap ane penasaran.​
"Kata Lena sih sudah"
"Tanggapannya?"
"Entah Mo... Lena belum cerita detil, tapi dari kata2nya sih ada beberapa sanak saudara yg gak setuju..."
"Yg penting kan bapak ibunya?"
"Iye Mo... Bapak Lena udah almarhum. Ibunya juga udah sepuh..."
"Lah... Terus siapa yg merasa keberatan?"
"Kakaknya, kata Lena kakaknya minta Lena berpikir 2x", bukan penolakan langsung yg keluar, tapi mendengar kata2 pikir 2x sudah cukup menyayat hati Om Burhan.​
"Cuma suru mikir Bur, bukannya melarang kan? Aku yakin kamu sanggup!"
"Iye... Aku juga sepikiran karo sampean (aku juga sepemikiran denganmu)"

Kepulan asap rokok membubung dari bibir kedua pria ini. Obrolan2 semalam suntuk menelurkan ide2 baru, soal pekerjaan, soal keluarga, soal pasangan hidup.

Malam itu, perbincangan dan tawa lepas mereka berdua benar2 tidak bisa digantikan oleh apapun, sampai akhirnya bokap ane pamit dan Om Burhan beranjak tidur.

"Sayang... Jangan sedih gitu dong, aku yakin kita bakalan dapet restu dari keluarga besarku", rayu Lena karena tidak ingin melihat Om Burhan sedih.​
"Iya Len... Tapi gimana kalau mereka gak setuju? Kamu tau kan betapa pentingnya restu keluarga kamu buat aku?!"
"Ssst... Ga usah khawatir, aku yakin mereka akan tetap merestui kita sayang... Aku akan cari tau caranya", senyum tipis Lena membuat hati Om Burhan lebih tenang, dibalasnya senyum Lena dengan kecupan di pipi.​
"Iya, kita pasti bisa cari cara untuk dapetin restu keluarga besar kamu", senyum mengembang di bibir keduanya.​

Sejenak pandangan mereka bertemu. Om Burhan memandangi mata Lena, pupil mata Lena membesar menandakan ketertarikan.

Perlahan beliau mengusapkan jari tangan di pelipis Lena. Diusapnya lembut rambut Lena. Kemudian turun kepipi, terus ke dagu... Lena hanya memejamkan mata.

Om Burhan mendekatkan wajahnya. Dapat dirasakannya hembusan nafas Lena yg menerpa wajah Om Burhan. Hembusan nafas dari bibir tipis yg sangat menggoda untuk dicicipi.

Lena tetap memejamkan mata. Jarak kedua bibir mereka tak lebih tebal dari seutas rambut. Dekat sekali.

Om Burhan memberanikan diri untuk memulai. Disentuhkannya bibir beliau ke bibir Lena. Untuk pertama kalinya bibir mereka berpagutan mesra.

Mata Lena tetap terpejam. Bibirnya masih kaku, berusaha mengimbangi kecupan yg dilancarkan oleh Om Burhan. Makin lama semakin mahir, Lena mampu mengimbangi liukan lidah Om Burhan yg menyapu setiap sudut bibirnya.

"Mmh.... Mmh... Mmh", desahan kecil tertahan terdengar dari bibir mereka berdua.​
"Mmh... Ssh... Sayang... Ssh", Lena mulai meracau tidak jelas ketika Om Burhan bergerilya di area tengkuknya. Disapunya tengkuk Lena, dikecupi setiap incinya. Aroma harum perawan semerbak memenuhi pikiran Om Burhan.​

Lena hanya bisa pasrah, kepalanya mendongak keatas dengan mata terpejam, memberi ruang bagi Om Burhan untuk menelusuri leher indahnya.

Tangan Lena tidak bisa diam, diacak dan diremasnya rambut Om Burhan. Sambil dituntunnya ciuman lelakinya itu menuju lekukan2 lehernya.

"Mhh... Sayang... Mhh...", Suhu tubuh Lena mulai meninggi. Dirasakan panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Peluh mulai bermunculan menambah indah kilau kulit Lena.​

Dituntunnya wajah Om Burhan menelusuri buah dada yg masih tertutup kemeja satin itu. Perlahan namun pasti, satu persatu kancing kemeja Lena dilepaskan. Setelah semua kaitannya lepas, mudah sekali kemeja itu jatuh bak berseluncur dari pundak sampai ke lengan Lena.

Lena menyilangkan tangannya di depan dada, mungkin malu karena buah dadanya untuk pertama kali terpampang nyata dihadapan lawan jenisnya.

"Aku malu Yang...", katanya polos sambil menyilangkan lengan didepan dada.​
"Apanya yg bikin kamu malu Sayang? Punyamu itu adalah hal terindah yg pernah aku lihat, gak usah malu", bujuk Om Burhan, agar Lena mau mengendurkan lengannya.​

Perlahan diturunkannya kedua lengan itu. Dan terlihat dua buah dada yg masih ranum. Tidak terlalu besar memang, namun rasanya pas digenggam. Ditambah ujung puting berwarna coklat cerah yg sudah mengacung kedepan karena nafsu birahi yg bergejolak. Benar2 pemandangan yg sempurna.

Om Burhan sampai harus menelan ludah melihat buah dada Lena. Dia tidak menyangka akan seranum itu.

Perlahan Om Burhan mendekatkan wajahnya ke area dada Lena. Mata Lena kembali terpejam, merasakan sentuhan kulit wajah Om Burhan diarea dadanya. Kembang kempis nafas Lena menahan birahi.

Setelah mengitari sambil mengecup kecup pelan, tibalah Om Burhan di ujung buah dada Lena. Tidak mau gegabah, disentuhkannya ujung bibir Om Burhan ke puting Lena.

"Ahhh... Mhhh...", desah Lena menahan birahi, rasa geli yg teramat sangat dianrasakan menjalar dari ujung puting ke seluruh tubuhnya.​
Setiap inci gerakan Om Burhan, membuat tubuh Lena menggelinjang, "Ahhh... Ahhh..."', Diremasnya rambut Om Burhan.​
"Ahhh... Ahhh... Sayang... Ahhh...", Mulut Lena hanya bisa meracau. Desahan birahi itu terus keluar tak tertahankan. Tubuhnya bak melayang, seperti kapas tertiup angin. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya.​
"Lena... Mhh... Mhh...", Om Burhan makin mahir memainkan bibir dan lidahnya. Tiap inci aerola Lena tak satupun dibiarkannya lolos dari sapuan lidahnya.​

Diremasnya kedua toket Lena. Lembut namun mantap. Lena hanya bisa mendongak, menengok ke kanan dan kekiri sambil sesekali mendesah tak tahu arah. Nafsu birahi benar2 sudah mengambil alih panca inderanya.

Remasan, pilinan, dan cubitan kecil terus dilancarkan oleh Om Burhan. "Ahhh... Sssh... Sayang... Ahhh... Ahhh...", Lena makin meracau tak karuan. Tubuhnya meliuk liuk bak cacing kepanasan.

"Ssshhh... Ssshhh... Omg... Omg.. sayang... Please... Aaaah", tak jelas apa mau Lena. Tubuhnya terangkat angkat sampai melengkung dan bergetar hebat. Lalu jatuh terkulai lemas. "Aaahhhhh...", Lena tak berdaya, peluh membasahi sekujur tubuhnya. Rasanya lemas sekali. Baru kali ini dia merasakan sensasi seperti ini.​

Om Burhan yg paham bahwa Lena berhasil mendapatkan orgasme pertamanya, dengan lembut memeluk Lena. Tubuh Om Burhan juga berkeringat. Hangat.

Lena memandangi mata Om Burhan. Ada gairah yg masih membara disana. Dilepasnya pelukan lelaki itu, dikecup kecup dada Om Burhan, sambil ditelurusuri ke arah pusar, sampai pangkal paha. Liar dan binal, Lena sudah mulai belajar.

Dibukanya seluruh celana Om Burhan. Dan terpampanglah konti yg sudah mengacung kencang. Tegak berdiri bak tongkat kayu.

Lena menatap mata Om Burhan, sambil mengecup ujung konti itu. Matanya tidak lepas dari padangan Om Burhan.

Disapunya ujung konti Om Burhan dengan lidahnya... "Aaggh... Len... Aaghh", erangan Om Burhan mulai terdengar. Lalu...​
"Pip...pip...pip", terdengan suara pesan masuk.​
"Astaga, ternyata aku mimpi", Om Burhan bangun dari tidurnya, dengan bermandikan peluh, ternyata semua yg dia alami hanya mimpi. Namun nafasnya masih memburu, diambilnya HP yg merusak mimpi indahnya itu.​
 
Terakhir diubah:
ternyata Lena membuat Burhan terlena.....apakah bimo icip icip juga ya....

Iya hu, nama adalah doa
Kalo di RL sih engga hu, soalnya bokap ane memang beneran comblangin mereka berdua.
 
Bimabet
lanjutkan suhu.... menarik sangat.
alurnya mengalir ringan... sangat menarik
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd