Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Blurred Lines

Bimabet
ayo dilanjutkan suhu
 
Hemm, suhu nya demen nonton netflix nih kayaknya :p
Razi apa justin hu?

Hahaha iyaa kemaren pas bikin chapter awal2 itu kebeneran pas lg nonton episodenya justin, jd banyak terinspirasi, senyumnya itu loh ga nahan Malah kepikiran mau bikin si Justin itu jd pemeran Razi di sini, tp ga dulu dehh, blm sreg banget soalnya wkwk.
 
Sesuai janji Aya, habis Sholat Jumat updatenya :) Makasih buat yang mau menyempatkan buat baca tulisan yang ga seberapa dan lama updatenya ini, hehehe. Aya sangat terbuka buat kritik dan sarannya.

Chapter 3
The First and The Past


Well, well, baru saja terlihat, Razi Adijaksa, meninggalkan parkiran fakultasnya dan berjalan entah menuju ke mana. Meskipun berjalan sendirian, ia terlihat senang, bisa jadi karena ia berhasil mendapatkan kontak Kayla barusan. Kayla Maldiva, gadis berparas ayu yang selama beberapa hari ini tidak pernah luput dari pikirannya. Razi seperti terpana seketika sejak bertemu di acara Chia hari Sabtu lalu.

Kecantikan Kayla begitu membekas diingatannya, terutama matanya yang menawan dengan bola mata berwarna coklat terang. Juga bibir merekah yang kerap kali membentuk senyuman indah itu, ah, rasanya Razi ingin memilikinya saat itu juga. Tapi ia tahu ia harus bersabar karena ia tahu bahwa Kayla berbeda, Kayla bukanlah perempuan gampangan yang biasa ia ajak untuk one night stand. Razi pun tak ingin Kayla hanya menjadi partner sesaat. Sejak bertanya-tanya pada kedua sahabat Kayla via aplikasi messenger, dan bicara langsung dengan gadis itu, Razi jadi menginginkan sesuatu yang lebih.

Dari yang Razi dengar dari Chia dan Anin, Kayla sepertinya orang yang mudah bergaul, namun agak pemilih dalam urusan hati. Jadi Razi pun merasa harus agak berhati-hati, jika salah sedikit, bisa jadi dia dan Kayla hanya berujung pertemanan. Selain itu, Kayla prefer laki-laki yang gentle, yang straight-forward tapi tidak agresif. Karena itulah, Razi memilih untuk meminta nomor Kayla secara langsung daripada lewat temannya atau sosial media.

Razi bukan pecundang dalam urusan percintaan, tentu saja. Dengan penampilan seperti itu siapa yang tak mau jadi pacarnya? Please, kalau Kayla menolak, banyak yang dengan senang hati mengejarnya, bahkan hanya untuk menjadi reboundnya. Tapi ketika Razi ingin sesuatu, ia akan bertekad. Meskipun jika itu berarti dia harus memberikan usaha maksimal. Kali ini, Kayla adalah hal yang Razi inginkan.

*****

Menjelang matahari terbenam, Razi baru saja merebahkan badannya di kamar kosnya. Ia menatap langit-langit kamarnya, memikirkan waktu yang tepat untuk menelfon Kayla. Razi tidak ingin terlalu cepat, tapi juga tidak mau membuat Kayla menunggu terlalu lama. Gadis seperti Kayla? Razi yakin bukan hanya dia yang ingin mendapatkannya. Terlambat sedikit, Razi akan kalah start dan akan lebih susah menyingkirkan lawannya.

Razi kemudian memilih untuk mandi untuk menyegarkan pikirannya terlebih dahulu sebelum ia kembali pada rencananya dengan Kayla.

Selang beberapa menit kemudian Razi yang baru saja selesai berpakaian kembali berbaring di kasurnya, mengecek handphonenya dan memutuskan membuka instagram. Tanpa disangka, foto pertama yang muncul di feed instagramnya adalah foto Kayla. Foto Kayla itu baru saja diunggah tiga menit yang lalu.



After shower selfie, tulis Kayla di kolom caption. Dengan 23 likes dan 7 komentar dalam waktu tiga menit.

Razi yang baru saja mulai mengikuti akun instagram Kayla kemarin sore itu lalu memilih untuk membaca komentar-komentar di foto itu.

kanindianin smokin hot, sayang jomblo hhh”

smoscovya adikkuuuu miss you!”

chichiaraa @kanindianin setuju sih hahaha”

jordyorlando @smoscovya makanya pulang, udahan honeymoonnya. Abang lo ini udah kangen kumpul bertiga, hahaha.”

hazky11 @jordyorlando gile, udah gede si Kay, gua boleh daftar jadi calon adik ipar lo gak? Hehe”

bimrespati Kayla :)


Membaca komentar terakhir di post Kayla itu membuat hati Razi tiba-tiba panas. Bagaimana tidak, akun bimrespati itu tidak lain adalah akun kepunyaan sahabat baiknya, Bima, dan tampaknya Bima juga memiliki maksud tertentu pada Kayla. Kini sudah jelas bagi Razi, tidak ada lagi waktu untuk menunggu. Razi paham seperti apa Bima, dan kali ini dia tidak akan rela jika Bima mendahuluinya, seperti yang sudah-sudah.

Razi tak berlama-lama, langsung saja dia tekan icon berbentuk telefon di layar handphonenya dan menghubungi Kayla.


*****


“Razi Adijaksa”


Mendengar satu demi satu nada tunggu hampir membuatku gila, mungkin membaca komentar Bima barusan adalah salah satu pemicunya. Aku tidak akan membiarkan Bima, tidak untuk yang satu ini.

Kira-kira sudah tujuh detik aku menunggu jawaban Kayla, tapi nihil, membuatku memutuskan untuk memutus sambungan telefon itu dan mengiriminya pesan singkat via whatsapp, mungkin saja dia tidak mau menjawab panggilan dari nomor asing.

"Hi, Kay. Ini Razi, bisa angkat telfon gue?"

Setelah kukirimkan pesan itu, kuabaikan ponselku sejenak untuk meneguk segelas air dari dispenser keramik di dekat pintu kamarku. Sekalian kunyalakan televisi untuk mengusir sepi. Ketika sedang asyik memindah-mindah chanel tv, tiba-tiba saja aku mendengar,


Ting!


Ponselku berbunyi, memberikan notifikasi bahwa ada pesan baru di whatsapp. Aku pun buru-buru membuka tab notifikasi itu, dan ternyata tepat seperti yang aku duga, Kayla.


Hi, Kay. Ini Razi, bisa angkat telfon gue?

Oh, hey, sorry gue gak tau nomor lo.

Boleh, telfon aja lagi. Pake whatsapp jg boleh, Zi.


Tanpa pikir panjang, aku memilih icon telefon di sudut atas chat room. Mencoba menghubungi Kayla sekali lagi.


*****

“Razi?”


“Halo, Kay.”

Lihatlah, kedua orang yang baru saling mengenal, sedang mencoba berbicara. Diam-diam jantung keduanya berdetak kencang ketika saling mendengar suara satu sama lain untuk pertama kalinya via telefon. Juga sama-sama berusaha menutupi kegugupan lewat nada bicara yang dibuat setenang mungkin, padahal mereka berjarak berkilo-kilometer jauhnya.

“Kenapa, Zi?”

“Oh, enggak, gue pingin ngobrol aja. Boleh kan?”

“Boleh aja sih, hehe.”

“Lo lagi apa, Kay?”

“Hmm, gue baru aja mandi. Lo?”

“Oh iya gue liat post lo di instagram, barusan. Mau pergi ya, Kay?”

“Hehehe. Cuma mau ke supermarket sih, belanja buat masak sehari-hari.”

“Lo rajin ya, belanja sendiri, masak sendiri. Gue kira lo anaknya manja,”

“Razi, gue tinggal sendiri, jadi ya… Gak bisa jadi anak manja lagi, hehe.”

“Lah? Temen lo gak bilang kalo lo tinggal sendiri, Kay.”

“Temen gue? Anin sama Chia maksud lo? Emang mereka bilang apa aja?”

“Shit.” Batin Razi karena baru sadar ia keceplosan. Hening dan canggung pun menyeruak di tengah-tengah percakapan itu.

“Zi? Halo?”

“Iya, Kay..”

“Jadi.. Lo tanya-tanya tentang gue ke Anin sama Chia?”

Kayla bertanya sambil berusaha menahan senyumnya.

“Hehe. Ya.. Gitu.. Sorry ya Kay, gue kepo.”

Razi menjawab dengan canggung dan malu.

“Haha, gapapa kali..”


Sebelum suasana menjadi lebih canggung, Razi berinisiatif untuk melanjutkan aksinya.

“Kay, gue temenin belanja mau gak? Gue jemput lo deh.”

“Hah? Aduh, gak usah deh, Zi. Gue kalo belanja ribet, ntar malah ngerepotin lo.”

“Hahaha seribet apa sih lo? Gue pingin tau, Kay. Lagian ada yang mau gue beli juga.”

“Hmm..”

Kayla bergumam, pura-pura berpikir, supaya ia tidak terdengar terlalu bersemangat dengan ajakan Razi. Jelas Kayla akan mengiyakan, ia suka cara Razi yang tidak basa-basi namun juga tidak agresif.


“Ayo deh, tapi lo berangkat sekarang ya? Gue takut kemaleman.”

“Serius? Eh tapi gue bawa motor, lo gak apa-apa naik motor?”

“Emang kenapa kalo naik motor? Gue gapapa kok.”

“Oke. Oke. Share location lo di whatsapp ya.”

“Iya, lo buruan berangkat, Zi. Ati-ati di jalan.”


That’s it. Kencan pertama Razi dan Kayla yang serba mendadak, diawali dengan percakapan yang cukup singkat di telefon. Siapa sangka semua terjadi secepat itu?

Razi yang baru saja menerima petunjuk lokasi tempat tinggal Kayla, langsung bergegas keluar dari kamarnya dan menuju ke garasi dan segera memacu motor matic keluaran 2015 pemberian orang tuanya itu.

Dari kos Razi ke tempat Kayla berjarak kurang lebih enam kilometer. Kurang lebih dalam waktu lima belas menit, Razi telah sampai di tujuan. Apartemen Kayla, sebuah bangunan tingkat lima dengan cat berwarna broken white dan jendela-jendela besar berwarna coklat tua, dilengkapi dengan pos dan security yang terlihat garang di gerbangnya.

Tidak lama, Kayla, dengan helm berwarna putih terpasang di kepalanya, tampak berjalan melewati gerbang dan memberi salam pada salah satu security yang sedang berjaga. Ia menghampiri Razi yang wajahnya tertutup masker hitam dan duduk menunggunya di atas motor.

“Damn, Kay. Pake helm aja cakep.”

Batin Razi yang tampaknya masih saja terpesona dengan kecantikan Kayla.

Ketika pandangan keduanya bertemu, baik Razi maupun Kayla, sama-sama merasa tak karuan karena grogi. Kayla yang mencoba tersenyum, justru membuat Razi semakin nervous dibuatnya.

“Hey.”

“Halo, Zi.”

“Bagus deh, lo udah pake helm. Soalnya gue lupa bawa. Hehehe.”

“Hehe iya, gue gak suka pake helm orang soalnya.”

“Ya udah, yok naik, Kay.”

Tanpa harus disuruh dua kali, Kayla pun langsung duduk di belakang Razi.

“Udah nih, cus!”

Razi pun pelan-pelan menarik gas motornya, kemudian mengemudikannya menurut petunjuk Kayla.


Kira-kira sepuluh menit kemudian, Kayla sudah sibuk memilih sayur-sayuran sementara Razi berada di sampingnya sambil mendorong keranjang belanjaan.

Saat itulah Razi mengetahui bahwa Kayla tinggal sendiri di apartemen sejak awal kuliah, dorongan orang tuanya, supaya Kayla belajar untuk hidup mandiri. Memang dia masih hidup dari uang orang tuanya, tapi Kayla harus mampu mengelolanya dengan benar agar dapat bertahan hidup sendiri setiap bulannya. Oleh karena itu, Kayla jadi jarang makan di luar dengan teman-temannya, mungkin hanya ketika weekend saja. Kayla lebih suka belanja dan memasak sendiri makanannya. Lebih hemat menurutnya.

Razi jadi semakin kagum pada Kayla. Si cantik yang pandai memasak, begitu Razi menyimpulkannya.


Selama perjalanan belanja itu, cerita demi cerita terlontar dari bibir Kayla, memberitahukan Razi sedikit demi sedikit tentang dirinya. Semuanya diserap baik-baik oleh Razi, diingat dengan sungguh-sungguh, siapa tau suatu hari nanti bisa membantu untuk memenangkan hati Kayla.


“Ugh, Zi, lo abis ini mau mampir gak? Gue mau masak. Lo belum makan malem kan?”

“Emang boleh gue masuk apartemen lo, Kay? Hehe.”

“Santai aja kali, kan kita cuma mau makan. Gak yang aneh-aneh. Haha.”

“Hahaha, iya, iya.”


Tak lama kemudian, Kayla telah selesai dengan belanjaannya, begitupun Razi yang ternyata hanya perlu membeli sebungkus snack favoritnya. Razi pun mengemudikan motornya kembali ke apartemen Kayla.


*****


“Zi, makanannya udah jadi nih.”

Kayla memanggil Razi yang sejak sepuluh menit yang lalu duduk di sofa sambil menonton pertandingan basket di sebuah channel olah raga.

“Eh? Lo masak apa, Kay?”

“Ini, tumis brokoli pake daging, sama telur dadar. Sorry ya cuma gini, biar cepet sih.”

“Gini juga udah bersyukur gue, Kay. Gue biasanya malah mie instan doang, hehe.”

“Haha, dasar. Yaudah, gue ambilin ya?”


Tidak menunggu jawaban Razi, Kayla dengan cepat mengambil piring lalu mengisinya dengan beberapa sendok nasi, ditambah dengan sayur dan telur dadar secukupnya.

Melihat Kayla seperti itu, tiba-tiba saja Razi merasa semua menjadi serba mungkin. Bayangan Kayla menyiapkan makanan untuknya, setiap hari, dengan senyum dan ketulusan muncul di benaknya. Perasaan tertariknya pada Kayla pun menjadi semakin besar.

“Kurang ga, Zi?”

Pertanyaan Kayla membuyarkan angan Razi yang singkat itu.

“Eh, gak kok, cukup, Kay.”

Kayla lalu menyodorkan piring tersebut pada Razi, sudah lengkap dengan sendok dan garpunya. Sembari mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri, Kayla bertanya pada Razi,


“Gimana? Enak gak masakan gue?”

Razi yang sedang makan dengan lahap itu lalu menjawab,

“Mantep!”


Keduanya pun sama-sama tergelak setelahnya. Membuat suasana di dapur Kayla menjadi hangat dan menyenangkan. Di meja marmer yang terletak di tengah ruangan itu, Razi dan Kayla untuk pertama kalinya makan bersama. Sederhana, namun terasa begitu istimewa.


*****


Kayla tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sejak Razi pulang, tidak ada hentinya ia tersenyum. Kayla harus mengakui bahwa Razi membuatnya terkesan, lelaki itu tahu benar apa yang harus dilakukannya. Meskipun ini agak terlalu cepat, tapi Kayla lega kencan pertamanya berjalan lancar.

Jujur saja, Kayla tak sabar menunggu apa yang akan dilakukan Razi setelahnya. Kayla sudah tidak betah single, rasanya sudah terlalu lama, sudah hampir satu tahun sejak pacar terakhirnya.

Sejak itu Kayla memang sempat dekat dengan beberapa laki-laki, tapi, belum ada yang benar-benar mengenai hatinya. Padahal, deretan laki-laki itu bukan main, kebanyakan dari mereka termasuk dalam kategori komplet, yaitu tampan, populer, dan berduit. Dengan kata lain, mereka adalah idaman bagi perempuan-perempuan masa kini, terutama untuk yang mendewakan status sosial dibandingkan dengan perasaan.


Sebut saja Vigo, seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir, menyambi sebagai tokoh figuran di salah satu sitkom favorit anak muda, bertubuh tinggi tegap dengan wajah kebule-bulean. Vigo merupakan anggota dari keluarga Pramudya, salah satu klan yang berpengaruh di kota Jakarta. Paham lah, tipe-tipe yang memiliki saham dimana-mana. Dengan kelebihan-kelebihan itu, Vigo tidak pernah gagal mendapatkan perempuan yang diinginkannya.

Namun rupanya hal itu tidak berlaku pada Kayla. Kayla dan Vigo sempat dekat selama beberapa bulan, namun Kayla tak juga luluh dengan perlakuan manis Vigo dan berbagai bingkisan yang diberikan padanya. Untuk perempuan lain, mungkin itu adalah sebuah kemenangan, diperlakukan baik oleh lelaki tampan, dan dibanjiri hadiah barang-barang branded. Masalahnya adalah, Kayla bukan tipe perempuan seperti itu. Kayla tidak suka terlalu dimanjakan dengan uang, dan barang-barang mahal. Kayla lebih suka menghabiskan waktu berdua dibandingkan dengan semua itu. Dan dengan kesibukannya, Vigo tidak mampu memberikan itu pada Kayla. Jadi Kayla dan Vigo memutuskan untuk berteman saja, mereka masih berhubungan baik setelahnya.

Kemudian yang paling baru, sebelum kedatangan Razi, adalah Anggara Suharso, seorang mahasiswa jurusan ilmu politik yang berasal dari Jogjakarta. Anggara berperawakan kurus, tinggi, dan berkulit kecoklatan. Memiliki rambut agak gondrong dan berantakan, serta wajah manis yang dilengkapi dengan brewok dan kumis tipis. Satu yang menonjol dari Anggara adalah wibawanya. Tidak heran, ia menjabat sebagai ketua BEM di fakultasnya. Selain itu, sifatnya yang ramah dan tidak sombong membuatnya begitu dikagumi, terutama oleh junior-junior wanita.

Kedekatan Kayla dan Anggara berjalan selama kurang lebih satu bulan. Berawal dari Kian, senior Anggara, yang merupakan kakak ipar Kayla, berupaya menjodohkan keduanya. Kebetulan saat itu Anggara sedang berkunjung ke rumah Kian, selang beberapa menit, Kayla juga tiba di rumah itu untuk mengunjungi Vya, kakaknya. Kian pun berinisiatif untuk mengenalkan keduanya, karena yang Kian ketahui, baik Kayla maupun Anggara sedang berstatus single. Terjadilah perkenalan itu.

Anggara tak menolak diberikan kesempatan untuk kenal dengan Kayla, gadis cantik yang hanya pernah ia dengar namanya dari teman-temannya. Begitupun dengan Kayla, melihat Anggara dengan wibawa dan gayanya yang agak berantakan itu membuat dirinya seperti merasa tertantang. Kayla ingin tahu apakah laki-laki yang tampak tegas dan pintar berbicara itu dapat ia jangkau atau tidak. Perkenalan itu pun berlanjut, kemudian terjadilah pertemuan-pertemuan berikutnya.

Selang satu Minggu kemudian, hubungan mereka jadi lebih intens. Hampir setiap hari mereka bertemu, meskipun hanya untuk makan siang di kantin fakultas Kayla, atau sebaliknya. Hari demi hari, Kayla semakin kagum pada Anggara. Dengan wibawa dan mulut pintarnya, pesona Anggara semakin menyilaukan buat Kayla, sampai-sampai ia hampir buta.


Namun suatu waktu, kenyataan menampar Kayla. Ternyata Anggara adalah salah satu tipe lelaki yang seperti itu, yang punya cabang di mana-mana. Kalau bukan karena sebuah foto yang tiba-tiba muncul di halaman explore instagramnya, mungkin sampai saat ini Kayla masih buta dan terjerumus ke dalam perangkap Anggara.

Foto itu berlatar belakang sebuah gedung tua, seorang gadis berkerudung hitam berdiri sambil tersenyum didepannya, lengan gadis itu dirangkul seorang laki-laki jangkung berkulit kecoklatan yang memakai kemeja flanel abu-abu.

Sekilas melihatnya, Kayla tahu bahwa lokasi foto itu adalah salah satu bangunan di Kota Tua Jakarta. Namun pada saat itu juga, hatinya mencelos, ada hal lain di gambar itu yang tidak asing baginya. Sosok laki-laki itu adalah Anggara. Kayla kenal betul kemeja flanel itu. Selama masa kedekatannya, beberapa kali kemeja yang kelihatan sudah berumur itu dikenakan Anggara.

Saat itu juga hati Kayla rasanya langsung bubar. Terlebih ketika Kayla membaca caption foto tersebut, ia merasa eksistensinya bagaikan remah-remah yang tidak ada artinya.


“Selamat tiga tahun, Anggaku. Semoga tiga tahun ke depan, aku sudah boleh memanggilmu ayah dari anak-anakku.”


Kayla tidak bisa berkata apa-apa. Ingin mengkonfrontasi Anggara tetapi ia merasa tidak cukup kuat saat itu. Akhirnya tanpa pikir panjang, Kayla mengcapture post perempuan itu, lalu mengirimkannya pada Anggara, dengan diikuti kata-kata

“Seriously? Fuck off.”

Setelah itu Kayla langsung memblokir kontaknya, dan menutup semua akses yang memungkinkan Anggara untuk memberikan alasan padanya.


Kayla tidak ingin mendengar apapun, tiba-tiba saja ia merasa muak pada ulah lelaki itu.


Bagaimana bisa selama satu bulan itu Anggara seperti menghipnotisnya dengan kata-kata manis dan wibawanya, serta bagaimana mungkin Anggara dengan terang-terangan menunjukkan hubungan mereka pada seisi kampus padahal sebenarnya ia punya kekasih yang selalu menantikan kepulangannya di Jogjakarta?

Kayla merasa bodoh, hanya karena akun instagram Anggara kebanyakan berisi foto-foto gunung, langit, dan lautan Kayla menyimpulkan bahwa laki-laki itu tidak punya hubungan dengan siapa-siapa. Apalagi Kayla dengan mudah menuruti dorongan Kian, yang mengetahui Anggara sebagai junior berperangai baik dan belum punya pendamping. Padahal kenyataannya?


Keesokan harinya, Anggara mencoba menjelaskan pada Kayla. Ia beralasan bahwa gadis di foto itu adalah mantan kekasihnya yang sudah putus dengannya dua bulan yang lalu. Tapi Kayla tidak mau tertipu lagi, maka Kayla tidak percaya begitu saja,

“Handphone lo mana?”

“Kenapa, Kay?”

“Sini handphone lo.”

Kayla merebut handphone Anggara dengan cepat, lalu mengutak-atik layar iphone berwarna hitam itu.


“Ini yang lo bilang udah putus?”

Kayla menyodorkan layar handphone ke wajah Anggara, sebuah ruang obrolan terpampang di sana, obrolan Anggara dan gadis yang bernama Indi itu.

“Take care sayang, iya sayang, i love you, i love you too. Ini lo bilang putus?”

“...”

Anggara pun bingung harus menjelaskan bagaimana, percakapan itu memang benar adanya, dan baru saja terjadi pagi hari itu.


“Mau ngelak apa lagi, bapak Ketua BEM yang pinter ngomong dan paling berwibawa?”


Kayla menyindir Anggara dengan tepat mengenai egonya.


“Kay..”

Belum sempat Anggara melanjutkan kata-kata, Kayla sudah memotongnya.

“Ah udah, ga perlu, udah basi!"

Kayla melempar handphone itu pada Anggara, lalu berbalik dan meninggalkannya.

Emosinya kala itu sudah hampir sampai ke ubun-ubun. Kenyataan bahwa Anggara benar memiliki seorang kekasih membuat perasaannya campur aduk. Ia marah tapi juga merasa sedih, sampai-sampai matanya mulai berkaca-kaca. Sebisa mungkin ia menahan air matanya, agar tak jatuh di depan lelaki itu. Dia menunggu sampai ia masuk ke dalam mobil, lalu baru ia meluapkan tangisnya.

Chia dan Anin saat itu pun tidak dapat berbuat banyak. Meski belum lama mengenal Kayla, mereka paham bahwa kadang emosi Kayla bisa jadi agak tidak terkontrol. Kayla adalah seorang gadis berhati lembut dan penyabar, tapi jangan sekali-kali menyakiti perasaannya. Karena Kayla tidak akan segan untuk membalasnya.
 
Terakhir diubah:
Cerita yg menarik, slalu Ane tunggu kelanjutannya, tp jangan lama2 update-nya, takutnya pemirsah keburu kehilangan mood bwt :baca:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd