Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Kampret. . . Cerita mcm ginian yg bikin nubi jd overprotektif ma bini nubi pas lg kerja, sp tau aja ada org jahat di kantornya. Secara bini nubi kayaknya ckp bnyk ditaksir co2 diluar sana. Waduh huu. . . Nyubi jd gagal konak:bata:
 
Ratu Elvia dimana yaah....Udah jam istirahat nih....
Apa masih di gangbang di kantor...:D
langcroooth suhu....:semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaya penulisannya terlebih di prologue sangat menarik dan detail menurut saya, cukup bisa memberikan gambaran cerita. Lanjutkan suhu :beer:
 
“Darimana kamu?” Sepasang bola mata kelam milik Mas Hari menatapku tajam, ia menyilangkan tangannya seakan sedang mengintrogasi seorang penjahat. Pikiranku nyaris buyar oleh kedatangannya yang tiba-tiba.

“A-Aku tadi habis datengin acara syukuran temen kantorku, si Bella. Dia ‘kan mau nikah minggu depan, kita sampai diajak dateng ke villanya di Lembang. Anak-anak pada ikut semua kok.” Kataku berkelit. Mengumbar senyum terbaikku untuk menyakinkannya.

“Kenapa sampai malam begini? Kenapa gak ngabarin aku kalau kamu pergi kesana? Aku tadi ke kantormu lho, Bun..” Lirih Mas Hari bertubi-tubi, ia menghampiriku yang sedang duduk bersandar di sofa.

“Tadinya aku pingin ngabarin, tapi ramai banget acaranya, jadi kelupaan deh, maaf ya mas…” Sesalku dengan raut muka memelas.

“Pantesan kantormu tadi siang sepi, ya sudah kalau begitu. Tapi lain kali kamu harus ngabarin aku kalau mau kemana-mana.”

“iya mas..”

“Hal kayak gini gak pantes kamu ulangin lagi.” Ucapnya tegas. Ia mengulurkan tangannya, mengusap lembut mahkota kepalaku yang terbalut kain jilbab.

Aku mengangguk patuh, nampaknya ia masih sedikit memberiku toleransi karena baru kali pertama aku melanggar jam malam. Syukurlah jika ia tidak berpikiran macam-macam. Secuil kelegaan dapat terhembus dari kegelisahan yang menyelimuti hatiku.

Dan soal kesaksiannya di kantor siang ini..

Jelas saja kantor sepi, karena ketika rapat selesai, seluruh karyawan pun dibubarkan. Yah beruntungnya, disamping aku pulang mengendap-endap,---berusaha agar suamiku tidak menyadari kedatanganku, aku sudah memikirkan alasan yang tepat untuk menghindari serangkaian pertanyaan mematikan suamiku seandainya dia memergokiku pulang larut malam begini.

Menarik napas untuk mengontrol diri, aku bergerak dari posisiku. Mempertipis jarak dengan suamiku yang berdiri tegak dihadapan.

“Karin udah tidur?” Tanyaku dibarengi hembusan nafas berat di tengkuk suamiku. Mencoba mengalihkan perhatiannya.

“Ya... Kenapa?”

Aku menarik kerah kaus suamiku, menghirup aroma maskulin yang tersebar di lehernya, ah rupanya tanpa kehadiranku pun, ia tetap melakukan olahraga rutinnya, terbukti dari bau keringat yang sedikit tercampur dengan wangi tubuhnya, aroma feromon yang membelenggu kalbu,

“I’d like to apologize properly to my husband, for being late at home tonight.” Rayuan indah itu terlontar dengan bisikan rendah dan merdu di lehernya, iris mataku berkedip manja kearah suamiku. Umpan membakar yang kuberikan agar ia cepat melupakan kejadian ini,

Binar-binar di mata suamiku menunjukkan bahwa ia terpesona dengan perilakuku. Ia lantas menarik pinggangku agar semakin rapat menempel di tubuhnya. Ia cium mesra bibirku seperti seseorang yang tengah kehausan,

Lingkaran tanganku di lehernya menyambut ciumannya, kujulurkan lidahku supaya lidah kami saling melilit. Bagiku ini adalah sikap pemurnian diri setelah apa yang terjadi di villa. Aku ingin suamiku membersihkan kotoran yang menempel di tubuhku dari sentuhan pria tua itu, waktu lalu. Aku ingin suamiku mengusir segala perasaan gundah dihatiku.

Meskipun ia memberiku sedikit kelonggaran malam ini, aku yakin hatinya diselimuti rasa cemas luar biasa karena aku pulang tengah malam begini. Kecemasannya itu melahirkan perasaan rindu untuk menggauliku, memberi penegasan bahwa dirinya lah satu-satunya individu yang mempunyai hak atas diriku.

“Mmmhh..” Lenguhan manisku meluncur dari sela-sela ciuman kami. Tidak pernah aku merasa berciuman itu akan sebegini indahnya. Aku dan dirinya berlomba-lomba merebut air ludah yang mengalir di setiap sudut mulut kami. Menelan tetes-tetes air liur itu ke tenggorokan.

“Aku kangen sama tubuhmu, Mas…” Desahku disertai lumatan lidahku di pipinya. Padahal hampir setiap hari ia menyetubuhiku.

Mas Hari terpejam menikmati tarian lidahku di sekitar wajahnya. Bibirku yang merekah merah akibat ciuman kami mengenyoti wajah suamiku penuh damba. Kejadian di Villa tadi telah menyebabkan terbangkitnya gairah iblisku, rasa penyesalan di dadaku menuntunku bertindak lebih agresif terhadap suamiku. Berharap kegundahan itu dapat sedikit terobati dengan cara seperti ini.

Jeda, aku berinisiatif melepas kaus suamiku. Disaat itulah kami mulai melucuti pakaian kami hingga menyisakan dalaman saja. Tidak terlepas dari jilbabku yang terus saja melekat dikepalaku sejak tadi pagi. Maka tergerailah rambut kecoklatanku yang panjangnya hingga sepinggang itu.

Aku menekukan kakiku, bersimpuh dihadapan selangkangan suamiku. Kupelorotkan celana dalamnya yang membelit penis suamiku. Senjata suamiku yang berukuran sedang dan tidak terlalu besar seperti milik, uhm maaf, milik Pak Chandra, langsung melompat keluar dengan posisi tegak mengacuk.

Bibirku yang basah menciumi kepala penis tersebut dengan kasih sayang. Kukulum lembut senjatanya itu penuh pemujaan. Benda yang telah mengizinkanku melahirkan anugrah terindah dalam hidupku, Karina. Kuemut, kujilat batang penisnya bak menjilati eskrim hingga air liurku mengalir membasahinya. Kusedot lubang kencingnya agar spermanya menjalar keluar dari testisnya.

Penis suamiku semakin tegang saja dimanjakan oleh sentuhan lidahku, daging kenyal itu menelusuri setiap inci penisnya tanpa ada bagian terlewat.

“Ssthh ah, enak banget, Bun terus..” Desis Mas Hari, ia menarik-narik kepalaku, memintaku memperdalam kuluman bibir ranumku di penisnya. Mimik mukanya mengundang gairahku menyala-nyala saat menyantap senjatanya.

Tak mau kalah, Mas Hari mencondongkan tubuhnya kedepan, tangannya menyusul menggerayangi tubuhku, ia remas-remas payudara montokku gemas menikmati sensasi kenyal yang tercipta dari tekstur lembutnya. Tempat dimana air susu untuk Karina dan suamiku pernah tercurahkan pada masanya.

Bergelimang rasa cinta di dada, kepalaku bergerak harmonis maju mundur mengikuti sedotanku di penisnya. Kepala penisnya sudah sedemikian merahnya karena ulahku. Ohhh, bisa kubayangkan desiran di syaraf-syaraf kenikmatan suamiku setelah ia kumanjakan seperti ini.

Saat mataku melirik untuk menilai hasil perbuatanku, Mas Hari sudah memejamkan matanya dengan kepala terdongkak keatas menahan nikmat luar biasa. Aku senang melihatnya terbuai oleh kenikmatan yang kuberikan.

Mas Hari menarik pergelangan tanganku, kembali berdiri, bibirnya kembali menyerbu bibirku mesra. Tangannya masih meremasi buah dadaku buas. Ia memang tidak pernah puas ‘menghabisi’ tubuhku seperti ini.

Tapi suatu ketika aku teringat akan sesuatu, bercak-bercak merah dan bekas-bekas gigitan Pak Chandra di buah dada berukuran 34c-ku itu masih bersisa di kulit payudaraku yang terbalut bra berwarna putih. Keringat dingin bermunculan keluar dari pelipisku. Ia tidak boleh melihat jejak-jejak pelecehan Pak Chandra.

Tidak untuk sekarang.

Aku segera menepis tangan suamiku. Agaknya ia kecewa dengan tindakanku yang menolak dadaku dimainkan. Itu terlihat dari reaksi kerutan di alisnya. Tapi aku buru-buru mempertemukan bibirku dan bibirnya kembali. Aku tak mau ia menyadari ada sesuatu yang ganjil.

“Sayang…” Panggilnya, tapi tak kuindahkan. Aku terus membungkam mulutnya dengan ciuman liarku.

“Biarin aku yang pegang kendali sekarang…”

Setelah mendengarku kulit wajahnya mulai sedikit mengendur. Tanganku mendorong bahu suamiku hingga ia terjun keatas sofa bersarung kulit yang kusinggahi sebelumnya. Sorot mata sayunya menatapku penuh kasih.

“Kamu emang istri paling cantik yang pernah ada di dunia.” Pujinya ber-hiperbola ria.

“Ah Mas..” Balasku dengan pipi yang kuyakini sudah bersemu merah. Seutas senyum manis tergores dibibirku. Kata-kata yang tersampaikan oleh mulutnya selalu dapat menyejukkan hati.

Perlahan kakiku menaiki tubuhnya. Kutekuk lututku supaya berjongkok. Mengarahkan liang persenggamaanku mendekati penisnya. Saat kutuntun penis besarnya masuk ke bagian paling intim dari tubuhku, tusukan kepala penisnya yang menyentuh klitorisku menjalarkan sejuta kenikmatan ke sekujur tubuhku.

“Engghh.. AKhhh..” Aku mengerang nikmat. Kubiarkan benda tumpul itu terbenam di lorong kenikmatanku. Penis suamiku tidak ada duanya. Aku ingin menghayati bagaimana benda itu bersarang di vaginaku. Mengisi liang tersebut dengan gagahnya. Tubuhku mulai panas dan terlalu tegang untuk kugerakkan sedikitpun. Ternyata sulit mengendarai penis senikmat ini. Posisi tercela ini, dimana pantat mulusku menduduki penisnya, utamanya justru malah mendongkrak birahiku.

Sibuk dengan kenikmatanku sendiri, tanpa sadar aku mendiamkannya terlalu lama.

Tak tahan karena aku hanya diam saja, ia lalu menyodokku dari bawah. Tubuhku berguncang-guncang hebat. Payudaraku terpental kesana-kemari mengikuti sodokan Mas Hari. Bukannya merasa tersiksa karena sodokan penuh tekanan Mas Hari yang mengobrak-abrik lorong vaginaku, aku malah menumpukan kedua tanganku didadanya. Mengizinkannya berbuat demikian.

Berusaha berkonsentrasi dengan kenikmatan yang dapat kugapai. Tatapan mata Mas Hari merefleksikan seluruh pemikirannya, ia benar-benar dirasuki nafsu binatang ketika melihat istrinya yang seksi dan telanjang itu duduk di pangkuannya menerima penisnya. Ia mengagumi betapa indahnya payudara tertutup braku yang bergoyang-goyang ketika penisnya menyodokku. Seakan meminta dikeluarkan dari sarangnya.

Sesaat ketika Mas Hari mulai menjahili payudaraku, aku kembali menenyahkan tangannya. Begitu seterusnya. Ia tak kuizinkan menyentuh payudaraku sesentipun. Tapi Mas Hari yang sudah terlanjur nikmat di selangkangan tampaknya mulai tak mempedulikan lagi.

Ia terkesima melihatku yang alim dan lembut perangainya bisa mendadak seliar ini. Mas Hari melihat tubuhku jauh berkali-kali lipat menggoda malam ini karena penyerahan seluruh servisku untuknya.

Disamping itu, aku bangga, bangga sekali melihat suamiku seperkasa ini. Kucium bibirnya kembali sebagai tanda ucapan terima kasihku karena sudah mencintai dan menyayangiku. Kenyataan bahwa kami berjodoh adalah trophy kemenangan terbesarku dalam hidup.

Tahu aku sedang lengah, Mas Hari memutar tubuhku. Kini posisi kami terbalik, dimana kakiku mengangkang menantikan penisnya, sedangkan Mas Hari sudah berdiri gagah dihadapanku. Ia acungkan penisnya ke bibir vaginaku yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus.

BLESS

Ia hujamkan penisnya masuk ke dalam ‘syurganya’ kembali. Aku sekarang tak bisa banyak melawan lagi. Nafsu sudah menguasai tubuhku dengan sendirinya. Aku malah menempatkan kedua kakiku melingkar di pinggulnya, aku terima setiap sodokannya penuh arti.

“Suamiku..suamiku.. kau adalah kebanggaanku. Kau adalah pria paling perkasa yang pernah kutemui, aku mencintaimu, akhhh, a-aku menyayangimu!” Tanganku menggapai lehernya, kucium bibirnya untuk kesekian kalinya, kini posisiku bukan lagi duduk di kursi, melainkan bergelantungan di tubuh suamiku.

Meskipun posisinya cukup sulit untuk melanjutkan penestrasi. Mas Hari tetap menghujamkan penisnya dengan lancar, hal itu tidak terlepas dari banyaknya cairan kewanitaan yang membasahi lorong vaginaku.

Ia menggendongku berkeliling ruangan, tangan kekarnya menopang pahaku agar tidak jatuh. Nafas kami telah beradu menjadi satu. Cairan cinta kami membasahi lantai ruangan. Hingga tak terasa 30 menit berlalu, akhirnya penis Mas Hari mulai berkedut-kedut tanda bahwa ia akan mencapai klimaksnya.

Menyadari hal itu, aku menekan pinggulku supaya cairan spermanya bisa menembus pintu rahimku. Tapi kemudian ia malah melepas gendongannya. Ia menyuruhku untuk duduk bersimpuh dihadapannya. Kuatnya dominasi suamiku, akhirnya aku hanya menurut saja memenuhi permintaannya.

Hanya perlu beberapa kocokan di penisnya, keluarlah lahar panas itu membasahi separuh wajahku, rambutku, daguku, serta dadaku. Aku tersentak kaget dengan jumlah sperma yang menyembur keluar dari penis suamiku.

“Oohh, sayang. Nikmat sekali, uhh lihat banyak banget..”

“Iyah.. banyak banget.” Kataku menyembunyikan keterkejutanku. Padahal aku ingin ia memberiku satu lagi kesempatan mengandung seorang anak di rahimku. Kupikir itu adalah bayaran yang paling sesuai untuk menebus dosaku.

Karena perasaan bersalahku padanya tak kunjung hilang.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd