Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Istri Pengusaha

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Manteb ne ceritanya... tante tante binal .....

ditunggu update tannya hu
 
Petualangannya yahud.
Wajib follow nih hu.
Sungkem
 
Ceritanya sihbbagus cuma sayang sekarang banyaknyg macet JD nyebelin gt
 
Piala Dunia udah kelar hu......
nunggu update-an nya nih.....

bikin becek deh jadinya.....
 
Menepati janji, Piala Dunia selesai updatean jalan lagi hehehe :Peace:



PART 4

DI KOLONG LANGIT NAFSUKU BERKIBAR

----

Setelah kisahku dengan orang tua teman anakku, kegilaanku masih terus berlanjut. Entah mengapa kejadian itu berdampak besar dalam kehidupan seksku. Aku memang tak pernah gagal mendapat kepuasan dari Mas Roni, suamiku. Namun gairahku meminta lebih. Aku ingin merasakan lebih banyak kontol lelaki lain. Aku ingin lebih banyak kontol mengaduk memekku. Ahhhhhhhhh aku sunguh menginginkan itu.

Minggu pagi tanggal 15 Juli, aku sekeluarga memutuskan untuk pergi berlibur ke luar kota. Sudah lama sekali kami tak mendapatkan kesempatan pergi sekeluarga seperti ini. Kesibukan Mas Roni di kantor dan aktivitas Tio dan Tian di sekolah membatasi waktu kami. Terakhir kali kuingat kami pergi berlibur sekeluarga adalah pada 8 tahun yang lalu, saat Tio dan Tian masih SD.

Kini saat anak-anak libur sekolah dan Mas Roni libur bekerja kami memutuskan untuk pergi ke Bali selama seminggu. Seluruh keperluan kami di sana termasuk hotel dan transportasi sudah diurus Mas Roni sejak awal. Suamiku memang selalu bisa mengkoordinir segala hal dengan baik, maka tak heran jika kariernya cepat menanjak.

Kami berangkat dari Jakarta dengan penerbangan jam 7 pagi. Menurut estimasi waktu kami akan sampai di Bali sebelum jam 9. Di dalam pesawat, aku memutuskan mengambil tempat di samping Tio, sedangkan Mas Roni dan Tian di baris sebelah terpisahkan jalan. Dengan tiga tempat duduk, berarti akan ada satu orang asing yang akan mengisi kursi di sebelah kami. Aku berharap orang itu adalah pria muda yang ganteng hihihi.

Kulirik ke sebelah, di deretan tempat duduk Mas Roni sudah ada sesosok wanita muda duduk di dekat jendela sambil mendengarkan musik lewat headphone. Mas Roni terlihat cepat-cepat mengambil tempat duduk paling tengah, mau tak mau Tian kebagian kursi yang dekat dengan jalan. Hmmmm pasti ada maksut lain di balik tingkah Mas Roni itu. Tapi aku tak ambil pusing soal itu.

Aku yang sedari tadi duduk di dekat jendela dan Tio di sebelah kananku dikejutkan oleh suara dehem pria. “Ehem, Mbak, mau tuker tempat duduk gak? Aku lebih suka duduk di dekat jendela,” kata pria tersebut. Baru kusadari sosok pria tersebut sangat ganteng dan bersih ketika aku menoleh. Seolah terhipnotis dengan pesonanya, aku tanpa sadar menganggukkan kepala. Aku dan Tio bertukar tempat. Aku di tengah dan Tio di dekat jalan.

Tak lama setelah itu, pesawat kami take-off. Tak ada yang bisa kulakukan selain membaca buku yang sedari tadi berada di pangkuanku.

“Maaf ya Mbak tempat duduknya kutuker. Rendi,” kata pria di sebelahku sambil mengulurkan tangan.

“Eh, oh. Nggak papa, santai aja. Aku Tisha,” jawabku kikuk dan menjabat tangannya.

“Ke Bali sama keluarga ya Mbak?”

“Iya, mumpung anak-anak libur. Eh kenalin ini Tio, anakku. Itu yg di seberang Tian kembarannya Tio. Nah sebelahnya itu suami aku.”

“Waaah rame banget ya.”

“Hehehe iya Ren. Kamu sendiri mana istrimu?”

“Ini aku ke Bali mau ketemu istri aku Mbak. Udah lama nggak ketemu, mumpung boleh ambil cuti dari kapten.”

“Kamu tentara ya? Pantes badannya bagus.”

“Iya Mbak. Kan setiap hari latihan fisik.”

Aku pun mencuri-curi pandang ke arah badannya. Kusapukan pandanganku hingga ke dada bidang di balik kaos tipisnya. Tiba-tiba mataku menangkap benda menonjol di balik celana kain yang dipakai Rendi. Oh shit! Itu kontol Rendi? Kelihatan panjang sekali! Tubuhku bergidik membayangkan kontol Rendi. Nafsuku naik tak bisa kukontrol. Timbulah niat isengku untuk sedikit “bersenang-senang” dengan Rendi. Kulirik Tio di sebelahku. Dia memejamkan mata sambil menyumpal telinganya dengan headset. Aman.

“Ummm Ren, kalo jadi tentara jarang bisa ketemu istri dong ya?”

“Ya jelaslah Mbak, paling cepet tiga bulan sekali baru bisa pulang.”

“Lama banget. Kalo kangen gimana dong?”

“Kalo kangen tinggal telfon dong Mbak, kan udah ada hape. Hahaha.”

“Kalo kangen dikelonin? Emang bisa lewat telfon?”

Aku membusungkan dadaku untuk menggodanya. Susuku yang hanya terlapisi tanktop dan cardigan hitam membusung menantang Rendi. Pria di sebelahku itu pun menelan ludah menyaksikan pemandangan indah di depan matanya.

“Emmm, Mbak, gede. Eh anu, maksutnya… emmm….”

“Udah Ren, gapapa kali. Namanya cowo pasti gak fokus kalo kangen kelon.”

Kulihat lagi Tio di sebelahku, posisinya masih sama seperti tadi, merem dengan headphone di telinga. Tidur yang nyenyak, Nak. Jangan ganggu kesenangan Mamah ya. Di sebelah kulihat Tian asyik dengan gadgetnya, aku tahu dia main game. Lalu kulihat Mas Roni berbincang dengan wanita di sebelahnya. Mereka sudah kelihatan akrab sekali. Tapi bodo amat, aku masih punya Rendi yang kontolnya sudah mengacung karena godaanku. Hihihi.

Setelah memastikan keadaan aman, aku kembali melancarkan aksiku kepada Rendi. Aku mengangkat tanganku sambil mengikat rambut. Di posisi itu susuku bakal semakin menantang untuk diremas.

“Kalo kangen sama istri, gabisa kelon, pusing dong Ren? Hihihi.”

“Ya gitu deh Mbak, resiko jadi aparat. Masih bisa pake tangan sendiri juga.”

“Hih, kasian dong dedeknya, masa dibohongin pake tangan terus.”

Aku lihat kontolnya semakin menggembung di balik celana. Sluuurppp sebentar lagi bakal kunikmati kontol panjang milik Rendi ini.

“Ya mau gimana lagi Mbak, mau sewa cewek takut kena penyakit sih.”

“Oh gitu ya, kalo aku bantu kira-kira dedeknya mau nggak ya?”

Aku terang-terangan mengamati kontolnya. Rendi tau itu. Bukannya risih, Rendi malah mempermainkan otot yang membuat kontolnya naik turun di balik celana. Hmmmm aku menggigit bibirku menyaksikan kontol yang tampak keras itu.

Kudekatkan bibirku berharap Rendi menyambut. Aku sudah tak peduli dengan kondisi sekitar. Yang aku mau hanya merasakan konto Rendi. Bibir halusnya kini telah menempel di bibirku, kami berpagutan dengan mesra. Aku nekat mencium Rendi saat suamiku hanya berjarak 2 meter dariku. Mungkin aku sudah mulai gila.

Aku mengambil jeda sebentar. Kulucuti cardigan hitam yang menutupi tanktopku. Kuletakkan cardigan itu di pahanya sambil tanganku bergerilya mencari kontol yang sedari tadi kuidamkan. Mmmmhhhh ini dia. Ini kontol panjang yang aku cari. Sungguh sesuai dengan ekspektasiku. Panjangnya, besarnya, dan tingkat kekerasannya membuatku semakin horny. Kuelus kontol itu perlahan.

“Ren….. Gedenya.”

“MMMMHHHHH puasin kontolku Mbak.”

Mendapat izin dari Rendi, aku meremas kontol itu dengan keras. Ooooohhh nikmatnya bila kontol ini mengaduk memekku. Tangan Rendi yang dari tadi diam kini mulai bergerak. Dia menyusuri perutku hingga mendarat di susuku. Aku yang memang tak terbiasa memakai BH merasakan sensasi kulit tangannya menyentuh susuku. Tanktop tipis ini tak bisa menghalangi kenikmatan yang aku rasakan. Uuuugghhh kupercepat elusan di kontolnya.

“Kamu mmmmhhh suka susuku Ren?”

“Suka banget Mbak. Susu istriku nggak sebesar dan semontok ini.”

“Aaaahhhh kamu boleh menikmati susuku Ren. Susuku milikmu aahhh.”

Aku yang mulai diombang-ambing nafsu berniat mengecek kondisi suamiku. Ternyata Mas Rendi juga mengamati apa yang aku lakukan. Kulihat kini tangannya telah melingkar di pundak gadis di sebelahnya sambil meremas susu gadis tersebut dari luar kemeja yang ia kenakan. Aku pun tersenyum ke arah Mas Roni sambil mengedipkan mataku dan kembali fokus pada Rendi.

“Ren…. Buka dong, aku pengen lihat emmmm kontol besarmu.”

Dengan cekatan Rendi melepas ikat pinggang dan kancing celananya. Dia memelorotkan celananya sebatas lutut. Kini di depan mataku terpampang kontol yang tadi memenuhi bayang-bayangku. Aku melongo menyaksikan kontol itu. Benar-benar keras dan sedikit bengkok ke kiri. Padahal kontol itu belum sepenuhnya ngaceng. Tanpa sadar aku menjilat bibirku.

“Ini yang Mbak mau?” kata Rendi sambil menggoyang-goyangkan kontolnya.

Kutangkap kontol itu dan sejenak kurasakan keras dan hangatnya benda itu di tanganku. Kukocok perlahan dan kuamati kontol tersebut sungguh-sungguh. Gila, kontol ini sangat menggairahkan!

“Mau bertaruh? Kalo aku bisa membuat kontol ini muncrat hanya dalam 10 menit, kamu traktir aku makan. Kalo aku gagal, kamu bisa memperlakukan aku sesukamu.” kataku dengan senyum genit kepada Rendi.

“Deal!” jawab Rendi tegas.

Entahlah apa yang kupikirkan. Jelas-jelas aku tau dia selalu berlatih fisik setiap hari. Sudah pasti susah membuatnya muncrat dalam 10 menit. Ah biarlah, toh diapa-apakan kontol Rendi pun aku siap. Hihihi. Aku pun memasang alarm pada hapeku untuk 10 menit yang akan datang.

Aku menunduk dan melihat kontolnya dengan lebih dekat. Glup. Aku menelan ludah menyaksikan keperkasaan benda itu. Aku lalu mengulum kontol tersebut perlahan, kubasahi semua permukaan batang kontol itu, Tapi sekeras apapun aku mencoba, kontolnya tak bisa tergapai sempurna dengan mulutku. Hmmm besarnya. Kesulitan itu membuatku semakin tertantang. Kujilati kontol itu dari ujung hingga pangkalnya. Kulirik Rendi menikmati perlakuanku pada kontolnya.

“Sllllppppp enakhhh sayanghh?” kataku menggoda. Rendi hanya membalas dengan senyum kenikmatan.

Aku kembali mengulum kontol Rendi dengan perlahan. Kukombinasikan dengan gerakan menghisap yang kupelajari dari film porno favoritku. Mmmmhhhhh mantap sekali rasanya. Tangan Rendi kini sibuk meremasi susuku yang keluar dari tanktop. Kadang Rendi memilin putingku hingga membuat aku kegelian.

Waktu sudah lima menit berlalu. Rendi belum ada tanda-tanda mendekati orgasme. Sial! Aku pasti kalah kalo begini. Kuputar otak, kugunakan semua teknik terbaik untuk menyervis kontol kawan baruku ini. Kupercepat kulumanku pada kontolnya, Rendi mendesah perlahan sambil bergelinjang. Nah! Ayo keluarkan!

Ternyata dugaanku salah, stamina Rendi begitu kuat. Dia tidak mau cepat keluar. Waktuku tak banyak, hanya tiga menit lagi maka aku akan kalah. Terpaksa kugunakan jurus pamungkasku. Aku beringsut ke bawah kaki Rendi, kukeluarkan susuku dari tanktop untuk menjepit kontol Rendi. Biasanya di posisi ini Mas Roni tak bisa bertahan lebih dari dua menit. Semoga Rendi pun demikian.

“Sayang, kontolnya dijepit sini yaaaa.”

Kujepit kontol itu dan kukocok dengan susuku. Ohhhh aku dan Rendi sama-sama melenguh. Rendi menikmati jepitanku. aku pun merasakan kenikmatan dari gesekan kontol Rendi ke kulit susuku.

“Ah Ah Ah cepet sayang keluarin, Mbak pengen ngerasain sperma kamu.”

“Ughhhh binalnya Mbak Tisha!”

Yes! Rendi tak mampu lagi membuka matanya. Tanda-tanda orgasme mulai terlihat. Kontol Rendi berdenyut dan semakin keras di susuku. Tampaknya aku akan menang. Aku tersenyum puas.

Saat aku menikmati ekspresi keenakan Rendi, alarm di hapeku tiba-tiba berbunyi. Sial! Bagaimana bisa aku lengah di menit-menit akhir! Ahhhhhh! Aku merutuki kebodohanku. Di lain pihak, Rendi justru tersenyum penuh kemenangan. Dia pun menagih janjinya.

“Fyuuuh. Aku menang kan Mbak, sekarang aku tagih janjimu. Hehehe.”

“Oke, aku mengaku kalah. Sekarang kamu mau apa?”

“Apalagi? Aku mau ini buat wadah spermaku.”

Rendi mengelus memekku. Aku tau dia ingin menyetubuhiku. Tapi, kondisi sempit di dalam pesawat mana mungkin aku bisa bergerak leluasa mengentoti kontolnya? Seolah tau kebimbanganku, Rendi memberikan solusi brilian.

“Jangan di sini. Di kamar mandi aja. Aku duluan, Mbak nyusul lima menit lagi. Oke?”

“Cerdas ya kamu kalo mesum-mesum gini. Hehehe. Oke.”

Rendi pun beranjak dari kursinya, kubangunkan Tio agar memberi jalan kepada Rendi. Tak tampak wajah curiga dari anakku melihat kondisiku yang berantakan setelah pertempuran kecil dengan Rendi. Pertempuran kecil? Iya kan? Setelah ini akan ada pertempuran yang lebih besar dan pasti melelahkan.

Lima menit setelah Rendi pergi, aku berjalan ke kamar mandi. Saat melewati suamiku, aku lihat kontolnya sudah keluar dari sarang dan sedang dikocok sang gadis. Pandai juga suamiku memikat wanita hahaha.

Di depan kamar mandi, kuketuk pintu dua kali. Tok tok! Hanya dalam satu detik pintu kamar mandi terbuka dan aku langsung ditarik masuk ke dalam. Rendi telah melucuti semua pakaiannya. Terlihat dada sixpack dan lengan berotot milik Rendi yang tadi tak terlihat. Darahku kembali berdesir. Rendi langsung meraih dan menciumku dengan ganas. Pasti nafsunya masih berkobar setelah kukerjai tadi.

“Mmmmmhhh Ren, langsung masukin aja kontolmu. Memekku udah gatel.”

Aku mengambil posisi nungging berpegangan pada pintu kamar mandi. Sementara Rendi di belakangku meremas pantatku dan memposisikan kontolnya di gerbang kenikmatan memekku.

BLESSSS! Rendi menghentakkan kontolnya masuk ke memekku. Aku memekik pelan karena kenikmatan yang dia berikan.

“OOOHHHHHHSSS.”

“Sempitnya Mbak memekmu.”

Rendi menggenjotku dengan penuh nafsu. Hentakan kuat dan dalam semakin membuat memekku yang diaduk-aduk merasa nikmat.

“AHHHHH GILAAAAA KONTOLMU RENNNNN KONTOLMU ENAAAAKKKK NGENTOOOTTTTT.”

Aku mulai meracau tak jelas karena kenikmatan kontol Rendi. Aku yang sudah sangat tinggi menyambut sodokan kontol Rendi dengan memundurkan pantatku. Kulit kelamin kami berdua bertumbukan membentuk irama.

CPPPLLAAKKK CPPLLLAAAAKKKK CPLAAAAKKKK

Nikmatnya kontol Rendi membuatku melayang. Aku merasa orgasmeku akan segera datang. Aku meminta dia menggenjotku lebih keras.

“SSSHHHHH TERUSSSSHHH OOOHHHH YANG KENCENG REENNNHHHH AAAHHH AKU MAUUU NYAMPEEEEE.”

“UGHH UGHH UNNGGG IYA MBAKKKK AKU BAKAL PUASIN MEMEKMU.”

Genjotan Rendi semakin cepat dan dalam. Aku tak kuasa lagi menahan gelombang orgasme yang melanda.

“UUUUWAAAAAAAAAAAHHHHHH KELUUAAAAAARRRRRRRRHHHHH!”

Rendi menghentikan genjotannya agar aku menikmati orgasmeku. Pengertian sekali dia. Nafasku memburu, dadaku naik turun, tapi memekku masih ingin disodok. Aku ingin sperma Rendi, sekarang.

Kudorong Rendi hingga duduk di toilet. Aku ambil posisi duduk di pangkuannya sambil membelakangi partner seksku. Kugenggam kontol Rendi yang basah karena cairan cintaku, kuarahkan menuju lubang memekku. Pelan-pelan kuturunkan pinggangku menelan kontol Rendi.

“OOOAAAHHHHHH.”

Baru masuk semua saja memekku rasanya sudah seperti kena setrum. Kaget, tapi nikmat. Kutunggangi kontol Rendi yang tadi membuatku menggelepar.Sambil berpegangan pada dadanya, aku menaik turunkan pinggulku.

‘OOWWHHHH TERUSS MBAAK, AKU HAMPIR!”

Kugunakan teknik kegel yang kupelajari dari instruktur yoga. Kujepit kontol Rendi dengan otot memekku. Rendi yang menerima serangan mendadak dariku langsung kelojotan menahan nikmat.

“AHHH AHHHH AHH YEAHHH KELUARIN SAYANGGGGG, PEJUHIN MEMEK AKU.”

“IYA MBAAKKKHHH. MBAK BINAAALLLLL AKU MAU NGECROOOOTTTT AAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHH.”

Kontol Rendi berkedut di dalam memekku. 10 tembakan sperma meluncur ke rahimku. Hangat dan nikmatnya tak terperi. Kubiarkan kontol Rendi menancap di memekku. Biar dia menikmati sisa-sisa orgasmenya. Baru ketika kontolnya telah melemas, aku bangkit dari pangkuannya.

“Enak Ren? Enak mana sama tangan sendiri? Hihihi.”

“Kalo itu gak usah ditanya Mbak, enak memek Mbak 100 kali lipat!”

“Hihihi dasar cowok, kalo dapet enak langsung deh gombalnya keluar. Udah sana keluar, aku mau bersih-bersih. Bwanyak banget spermamu sayang.”

Aku pun membersihkan memekku dari sisa pergumulan singkat dengan Rendi. Sebelum dia meninggalkan kamar mandi, kami masih sempat berciuman dengan mesra. Rendi pun akhirnya keluar dan aku masih sibuk membilas memekku.

Keterbukaan memang jadi kunci dalam keluargaku. Aku bisa bebas menikmati kontol lelaki yang aku suka, suamiku pun tak pernah kularang melampiaskan hasratnya pada wanita lain. Yang terpenting bagi keluargaku adalah kejujuran. Dengan begitu hidup keluargaku menjadi lebih tentram dan bahagia.

Aku kembali ke tempat dudukku melewati kursi yang ditempati suamiku. Kulihat suamiku tersenyum puas kepadaku. Ketika kulirik ke bawah, kontol suamiku ternyata bersarang di mulut si gadis. Hihihi.

Rendi yang telah lebih dulu sampai di kursi menyambut aku dengan senyuman. Aku menghempaskan pantatku ke kursi. Kuhela nafasku menenangkan gemuruh di dadaku pasca peperangan yang terjadi di kamar mandi. Aku merebahkan kepalaku ke pundak Rendi bak orang pacaran. Rendi pun mengelus rambutku hingga aku tertidur lelap.


Bersambung…
 
wah pak budi(wali kelas) nunggu antrian ya suhu....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd