Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Teman BBM (Bangkok Best Moment)

Pemcobel

Adik Semprot
Daftar
25 Jun 2014
Post
120
Like diterima
11
Bimabet
Teman BBM (Bangkok Best Moment)

(cerita ini didasari ide dan sebagian dari kejadian asli, yang dibumbui khayalan doang. Tokoh di dalamnya silahkan ditebak sendiri real atau tidak, hehehe…)

Bandara Koh Samui, Thailand, sepertinya biasanya terlihat santai, tidak sesibuk dan seriweh bandara lainnya. Semua berjalan smooth, santai. Tata letak bangungan yang bernuansa alam memang menjadi andalan kepulauan yang ada di sisi timur negara Thailand ini. Pulau Koh Samui merupakan pulau terbesar kedua yang dimiliki negara Thailand dengan luas lebih dari 228 KM persegi. Ada banyak pantai yang bisa dinikmati disini. Kehidupan malamnya mirip dengan kawasan pantai kuta Bali.

Sementara di sudut ruang tunggu, yang bernuansa ruang tamu, tampak laki-laki 40-an, sedang menanti jemputan. Dengan tubuh tinggi (170 cm) tapi terlihat langsing (kalau tak boleh disebut kurus), laki-laki ini sepertinya tenggelam keasyikan membaca majalah yang disediakan pihak bandara. Laki-laki ini, Samudera Sandy, biasa dipanggil Dyo. Ia adalah manajer pemasaran sebuah perusahaan coklat asal Belgia. ia diperintahkan perusahaan selama dua minggu ke Thailand untuk promosi produk-produk mereka. Bagaimana ceritanya Dyo bisa kerja di perusahaan ini, rasanya gak perlu dibahas. Yang pasti ia bersama timnya sedang sibuk menuju tempat pertemuan dengan salah perusahaan yang ada di Thailand untuk kerjasama pemasaran.

‘ping…’ Dyo menarik bbmnya. Hmmm, Hilda temen bbm nya.
“yoi..pake emo senyum” balesnya
“Pa kabar Bel. Lagi ngapain,”
“Baek, lagi di jauh nih…hehehe…”
“emang dimana…?
“Samui…Koh Samui…”
“Koh Samui…? Saudaranya Koh Aliong?” seloroh Hilda
“Yeeiii… geografi kamu berapa sih…”
“beneran di Koh Samui…?”
“Yeee… ngapain boong. Ada marketing meeting dan symposium khusus wilayah asia pasifik dan asia tenggara di Thailand, di pusatkan di Pulau Koh Samui… nih baru mendarat, nunggu jemputan…” panjang kali lebar kali tinggi Dyo “ngomel”
“Bener…?!!!”
“Ihhh… gak percaya, apa mesti aku kasih ngomong petugas bandara?”
“Ya..ya..ya percaya… tapi bener Yo…”
“Aih…cape ah…” putusa asa Dyo meyakinkan Hilda
“Bukan gitu Yo, soalnya besok aku mo ke Bangkok juga…”
“ah… yang bener Da…ngapain?” pertanyaan bodoh dari Dyo
“bener, biasa bisnis lah…”
“Beneran…” penuh semangat Dyo nanya lagi.
“Betul…bener, Dyo…!! Gablek ah…” sekarang Hilda yang mati-matian menyakinkan Dyo.
“Hmmm… kok kebetulan sekali ya…” Dyo tak bisa menahan rasa gembiranya
“Oke deh sampe ketemu ya… eh pesawat jam berapa dari Jakarta, pake apa ke Bangkoknya?”
“Besok Malem, jam 5 sore. Pake G****a…”
“ok,, berapa lama di Bangkok?
“seminggu…kamu sendiri berapa lama disana?”
“sembilan hari…” dada Dyo bergetar
“Wow…. Emoticon senyum” Hilda tersenyum lebar.
‘Ok.. kita kontak-kontakan aja ya…”
“Ok….”

Entah kenapa mulai detik itu waktu terasa berjalan lambat di Samui. Ada sebuah “harapan” yang menggunung di kepala Dyo. Pun Hilda, ia merasa aneh sendiri, semua seperti serba terbuka sekarang. Hilda dan Dyo, memang temen bbm-an mereka belum pernah sekalipun bertemu. Mereka berteman sudah lebih dari setahun, dan sering sekali bbm-an. Di dunia bbm mereka sangat akrab. Tak ada penghalang sedikitpun. Mereka bisa bicara apa saja. Dari yang politik, sampe hal berbau ranjang (maksudnya jualan kasur gitu… ih pembaca pikirannya udah kemana-mana..).

Hilda sendiri wanita mandiri, di usianya yang sudah 30an, ia sudah memiliki usaha sendiri. Ia memiliki toko tas wanita terbesar di Ma***m. Ia masih single, tapi jomblonya Hilda bukan jomblo biasa, tapi itu pilihan. Kata orang sih, Hilda itu HQJ (high quality jomblo). Namun keberhasilannya ini tidak membuat ia tinggi hati. Prinsip satu musuh terlalu banyak dibanding 1000 teman selalu ia pegang. Karena itu lah ia sangat ramah dan baik kepada semua orang. Hal ini lah yang kadang-kadang membuat kaum lelaki salah perasanaan..hehehe.

Di usianya tersebut Hilda justru terlihat matang. Ia lebih realistis dan optimis menghadapi hidup. Flow like water. Mengalir saja. Hari-harinya penuh semangat. Jomblo memang pilihan, karena dari sisi fisik ia sangat menarik. Dengan tubuh putih mulus (keturunan chinese – maaf no sara), body semok kencang, cukuplah membuat lelaki jelalatan. Ditunjang hobi nge-gym, Hilda tumbuh menjadi sosok impian lelaki. Termasuk Dyo.
………………….
Penerbangan ke Bangkok terasa menyenangkan. Hilda tak menyangka perjalanan ke Bangkok kali ini ia bakal ketemuan dengan teman bbmnya. Benar-benar di luar dugaan. Sementra Dyo sendiri merasa semua menjadi terasa lapang. Entah kenapa dadanya berdegup kencang. Akankah cerita mereka di bbm dapat nyata. Dyo senyum sendiri. karena mereka sering juga ngobrol soal making love, passionate dan flirting serta desire. Ih.. Dyo tiba-tiba merinding sendiri. waktu bersama pacarnya, Dyo tidak sebe-gairah ini.Hilda sendiri fokusnya hanya di Kota Bangkok. Ia sedang mencari alat kosmetik dari madu langganannya yang berada di Huaykwang, pinggiran Kota Bangkok. Berjarak sekitar 20 menit dari pusat Kota Bangkok.

Pukul 8.00 malem waktu Bangkok, pesawat mendarat di Suvarnabhumi International Airport Bangkok. Dengan menggunakan taksi Ia merapat ke pusat kota. Sebelumnya Hilda sudah mem-booking hotel. Hotel I**s Bangkok. Hilda berangkat bersama temennya. Tapi temannya hanya dua hari di Bangkok, karena akan melanjutkan ke Chiang-Mai.
Nyampe kamar hotel, Hilda udah gak tahan lagi, lelah banget. Ia mo berendam dulu.

“Mei, aku duluan pake kamar mandi-nya ya. Kalo kamu mo beberes bentar pake dulu, aku mo lama. Mo berendam air hangat…” ujarnya kepada temanya Meilan.
“Ok, kakak..”

Tak lama kemudian, Hilda sudah menenggelamkan dirinya di bathup. Bener-benar enak dan seger. Hilda bisa berjam-jam menghabiskan waktu di bathup. Hampir sejam setengah dia berendam. Jam sudah bergerak ke angka 10.30, ketika Hilda mengajak Meilan jalan-jalan keluar nyari makan. Dengan berjalan kaki ke MBK Center, mereka habiskan malam itu dengan menikmati makanan lokal di food court lantai 6 dan window shopping sampe betis mo pecah rasanya.
…………………….

Hujan membuncah, tatkala Hilda melepas Meilan ke Chiangmai.
“sampe ketemu di Jakarta ya…”
“sip oke, ntar kita kontak-kontakan aja ya” usai cipika-cipiki, Meilan melangkah masuk ke dalam stasiun Hua Lamphong.
Sesaat kemudian, kereta meluncur, meninggalkan Hilda yang berdiri sendiri. ia melangkah keluar stasiun, ketika suara ping mengingatkannya, kalo ada yang mau “ngobrol’ dengannya. Ia terlonjak gembira sekaligus berdebar ketika yang terpampang adalah Dyo…

“Ya…smile icon…” jawab Hilda
“sori baru bisa kontak, sibuk banget disini…hehehe”
“Oke, kamu masih di Samui?”
“Yoi, tapi besok siang ke BKK, kamu msh di BKK?”
“Iyaa…”
“Ngingep dimana?” berdebar hati Dyo, saat mengetik kata-kata “ngingep”. Bayangan kamar hotel, shower, ranjang empuk dan tentu saja Hilda, Ihh.. membuatnya merinding.

“Hotel I**s… kamu mo nginep dimana?” balas Hilda
“hmmm…lum tahu…”
“udah di I**s aja, ntar aku booking deh, gimana?”
“Ok, ya deh….” Dyo setuju nginep satu hotel dengan Hilda. Hmmm, pikiran liarnya melayang kemana-mana. Selama ini kalo BBM mereka berdua selalu bicara kapan bisa ketemu langsung. Dan kini tanpa diduga malah mereka bertemu di negeri orang. Kebetulan yang sangat kebenaran.

“Sipp, eh, mo kamar apa…?”
“terserah deh, asal bisa molor….hahahaha. tapi kalo bisa deket ma kamar kamu…hahahaha…icon main mata”
“mang napa kalo dekat?” pancing Hilda
“hmmm, biar bisa minta bikinin kopi, hahahah” jawab Dyo
“halah… bener cuma bikinin kopi….” Hilda senyum sendiri.
“ehmmm… emang ada yang lain gitu?”
“semua ada kok..hihihi” goda Hilda
“gitu ya..” tiba-tiba tongki Dyo berkedut dan nyut-nyutan, hahaha. Setan mulai ngakak.
“Semangka Goreng ada? Hahahaha….(ngarep mode : ON)” tambah Dyo…
“hahahahha… emang mo?” balas Hilda. Ia teringat foto yang ia kirim ke Dyo. Ia geli sendiri. Tapi entah kenapa ia menjadi terangsang sendiri. Ihhh. Gila deh. Hilda menggerutu sendiri.
“Mo sangat….” Jawab Dyo
“Ihhh… emang kuat? Hahaha” jantungan lho… hahaha”

Hujan masih mengguyur Pusat Kota Bangkok, meningkahi obrolan BBM Dyo dan Hilda. Hilda memutuskan kembali ke hotel. Usai membayar taksi ia melangkah ke lobby hotel, menuju meja recepsionist, mengambil kunci kamar, langsung menuju ke kamarnya, di lantai 6. Namun sebelumnya ia membooking kamar untuk Dyo. Syukurlah masih ada, walaupun beda lantai. Dyo, di lantai delapan.

“Aku dah booking kamar tuh,”
“Wah, makasih ya… eh, kamu sekamar sama siapa?”
“Temen, tapi dah pergi ke Chiang mai..” jawab Hilda
“Yah, tau gitu, gak usah pesen kamar…Pan bisa gabung…icon kedip-kedip mata,”
“weekkk, mo nya… emoticon lidah menjulur”
“Hahahaha…. Emang gak boleh ya…”
“Yang bilang gak boleh sapa…hahaha,”

Dan mereka pun melanjutkan chit-chat kemana-mana. Be-canda-an ngalor ngidul, dan tak ketinggalan obrolan yang nyerempet-nyerempet. Hujan semakin deras, Hilda tertidur dalam mimpinya. Sementara di Samui, Dyo, masih nongkrong menikmati malam di sepanjang jalan dekat pantai Lamai.

…………………………………..

Nafas Hilda serasa berhenti, tatkala lidah Dyo, perlahan tapi pasti merayapi lehernya. Berayun pelan, melintasi bibirnya, bergerak menuju telinganya. Tubuhnya tersandar, terjepit diantara tekanan tubuh Dyo dan Dinding kamar. Dadanya montoknya terhenyak, tergesek dada Dyo.

‘ouch…” leguhnya pelan, meliukan punggungnya, ketika Dyo dengan lembut menggigit telinganya. Memasukan ujung lidahnya sedikit. Tangan Hilda mengusap punggung Dyo, mengusalnya penuh pengharapan. Sesaat mereka saling tatap. Semburat senyum di garis bibir mereka. Dyo dengan lembut kembali mengecup bibir Hilda. Hilda membalas lembut. Lambat tapi pasti kecupan itu berubah menjadi lumatan.

“mphhh…” lidah mereka mulai ikut turun lapangan, membuat lumatan menjadi hisapan, semakin kuat dan liar. Bibir mereka seakan saling menenggelamkan dalam pagutan penuh nafsu.

“Dyohh…emphhh..” rintih Hilda, sesaat ia merasakan tangan lelaki tinggi ini mulai menyusupi punggungnya dari balik blouse biru langitnya. Jari panjang itu terasa panas. Menyelusuri punggungnya, sementara tangan kiri Dyo, masih memegangi bagian belakang kepala Hilda, menahannya agar tak menjauh. Bibir itu semakin kuat berpagutan. Semakin lama semakin nikmat dan membuat mereka terengah.

Nafsu itu mulai menggunung. Melayang terus meninggi. Mereka semakin terhanyut. Padahal tadi mereka hanya bermaksud say good night, setelah menghabiskan malam di pusat kuliner di Jalan Khaousan. Menikmati Pad Thai, dan ngubeng lagi di MBK. Sampe cape. Ketika balik ke hotel, Dyo, nganter Hilda, tadinya Cuma senyum dan saling pandang, saat Hilda membuka pintu kamarnya. Ntah siapa yang memulai, hingga…

“Yo, jangannhhh…” pasrah tapi ragu Hilda menanggapi tangan Dyo, yang mulai meretas kaitan BH nya dari balik blouse yang masih membungkus tubuh Hilda.

Dyo, sepertinya mengabaikan dan memang tak perlu ditanggapi, ia terus menarik kaitan itu dan melepasnya. Walaupun masih terkait, BH Hilda tak bekerja optimal, membuat dua belahan dada Hilda yang bulat besar itu, kini tak ada yang menahan. Selepas itu tangan Dyo, kembali mencoba merayap ke depan. Mengusal dari pinggang, bergerak ke depan. Hilda tergial, gerakan itu justru menggesek putingnya.

“ihh….” Hilda menahan tangan Dyo. Dyo malah menangkap tangann itu, dan menekannya ke di dinding, dengan posisi tangan di atas kepala. Posisi ini membuat dada Hilda semakin membusung. Mengoda Dyo untuk menurunkan kepalanya kesana. Meski masih terhalang, namun blouse berbahan halus itu tak mampu menahan gesekan janggut Dyo yang baru tumbuh. Rasa geli nikmat di ujung putting itu menjalar turun membuat otot perut Hilda mengejang. Yang memancing sensansi itu meluncur ke daerah intimnya. Hilda menginginkan lebih, seperti obrolan liar mereka di BBM, lebih dari sekedar phone sex yang pernah beberapa kali mereka lakukan.

Semakin terbawa, kini Hilda tak mau diam, jari lentik nan halusnya menarik kaos putih “p*l* lelaki di depannya yang tengah asik mencoba menerobos belahan blouse bagian atasnya. Ditengah “kesibukan” masing-masing, Hilda berhasil meloloskan kaos Dyo, melewati kepalanya. Ia tertegun, dada bidang meski tak terlalu berotot, namun lumayan bagus. Otot perut Dyo, meski tak sebagus iklan sebuah susu pembentuk massa tubuh, tapi cukup menjanjikan apalagi lekukan di kiri-kanan pinggang Dyo, yang mengisyaratkan kekuatan pinggul lelaki ini. Dyo memang rajin berenang, yang membuat otot bahu, pinggang dan pahanya kuat.

Hilda mengecup lembut dada itu, menelusurinya pelan. Menikmati wangi jantan yang menyelimuti tubuh tinggi itu. Dyo kini berupaya membawa Hilda ke pinggiran ranjang, ia bergerak mundur mendekati bibir ranjang. Lalu duduk dipinggirnya. Ia menarik Hilda hingga wanita ini terduduk di pahanya. Dyo berupaya melepasi kancing blouse Hilda, meski susah namun ia berhasil membuka dua kancing teratas, cukuplah membuat tonjolan montok, yang sudah tak tertutup sempurna BH itu keluar. Menempel tepat di bawah dagunya.

Hilda menarik kepala Dyo, bibir mereka berpagutan lagi, kali ini tanpa basa basi, lidah mereka saling membelit. saling hisap. tangan Dhyo pun mulai gagah berani menyelusup ke dada 34D itu. Tangannya serasa penuh, bahkan masih menyisakan bagian yang tersisa. Ia mengusap, memijit dan mengusal benda itu penuh nafsu.

“Ichh….mhhhss” desis Hilda di sela-sela pagutan panas Dyo, bibir itu mulai lagi bergerak turun menelusui leher Hilda, wanita manis ini mendongak memberikan ruang luas bagi Dyo, menjelajahinya. Hisapan kecupan Dyo, serasa vacuum menempel ketat di leher itu, meninggalkan bercak merah dimana-mana. Perlahan bibir itu menurun bahu kiri dan kanan Hilda. Wanita ini menggelungkan lengannya ke bahu Dyo, memberikan kesempatan laki-laki itu untuk meraih dadanya yang semakin gatal. Menginginkan lebih, apalagi gesekan dagu berjanggut kasar Dyo, saat melintasi lehernya tadi membuatnya semakin tak tahan segera ingin disedot. Puting itu mulai mengeras dan sangat sensitive. Dan Hilda kembali menahan nafas kala, lidah Dyo bergerak menjilati bagian atas dadanya

“Ihh, ooh,,Dyo…” matanya penuh harap. Harapan itu seperti terlalu lama, ketika Dyo, malah kembali meraih kepalanya dan memagut bibirnya penuh gairah. Sementara kelelakian Dyo yang berurat semakin kerasdan terasa sesak di bawah sana

“Kamu nakal Dyo…” rengek Hilda. Sejenak kemudian ia menarik kepala Dyo, membenamkan dibelahan dadanya yang sedari tadi, sengaja tak disentuh oleh Dyo.

“Upphhh,,,,” Dio, gelagapan. Dada semangka itu menutupi wajahnya. Ia menggesekan mukanya di antara daging bulet kenyal itu. Hilda tergial, karena janggut kasar Dyo, menggesek di pinggiran putingnya.

“aih..ishh..” Hilda menggeliat, membuat toket kenceng itu semakin tergesek.

Dyo, menggerakkan mulutnya mendekati putting itu, lidah menjulur seakan mau menjilati areolanya. Hilda mendesis. Nafasnya memburu, menunggu mulut itu mengarah ke putingnya yang semakin mengeras. Ia merinding sendiri. Nafasnya tertahan menunggu lidah Dyo memasukan putting itu ke dalam mulutnya. Menjilatinya, menghisap dan mengusal dengan lidahnya. Namun mulut itu masih sibuk berputar di seputar dada montok itu, belum mau mendarat di puncaknya.

“Dyo,,, kamu jahat ya…mhsss” rintih Hilda penuh putus asa. Ia merabai sendiri puncak dadanya bagian kiri yang ada tahi lalatnya.
“ihss… segitunya…” Dyo menjauhkan mukanya dari gundukan itu. Ia memang sengaja berlama-lama di situ. Ia benar-benar menikmati dada besar, putih dan mulus itu. Urat hijau yang tergaris halus di dada itu begitu mempesona Dyo. Ia betul-betul terkesima dengan semangka itu.

……………………………….
Akhir-akhir ini hujan sering sekali mengunjungi Bangkok, namun demikian tidak mengurangi hiruk pikuk kota ini. Sisi kehidupan selalu menggeliat… di sudut bangunan hotel itu, di dalam kamar, sepasang manusia berlainan jenis, sibuk mengejar kenikmatan duniawi….

Hilda kini terlentang di bawah tubuh Dyo. Kelelakian Dyo yang berurat keras sudah terbenam, melesak masuk ke liang surgawi Hilda yang hangat nan lembab itu. Hilda menggeliat penuh kenikmatan, kala Dyo mengayun panggulnya turun naik.

“Ouhh…….” Leguhnya. Ia menggigil, seluruh aliran darahnya sudah dipenuhi sensasi kenikmatan. Di atasnya Dyo, berayun penuh perhitungan.m Ia bukannya mendorong masuk dan menarik kelelakiannya, namun ia variasikan dengan tusukan dalam dan engulek-ulek. Hal ini membuat klit Hilda tergesek.

“Dyo…oh… mmmppphsss. Gilaa….auu…” racau Hilda. Ia terhempas sendiri. menahan sensai kenikmatan tiada tara. Pergumulan ini lebih nikmat dari pada phone sex nya. Ia ingin mencapai semua hayalannya dengan Dyo, seperti yang sering ia tulis di BBM. Ia memang terobsesi bercinta dengan lelaki 40an dan bukan keturunan. Baginya lelaki 40an, lebih sabar dan penuh perhitungan.

Dyo sendiri semakin bersemangat menghujam-hujamkan batang kerasnya ke dalam liang Hilda yang semakin becek. Bunyi kecipak saat batangnya menerobos masuk dan bergesekan dengan di dinding lobang kewanitaan itu menimpali bunyi leguhan kenikmatan mereka.

Dyo sendiri masih penuh tenaga. Ia tersenyum senang melihat wanita dewasa yang menggeliat-liat liar di bawahnya. Menikmati sodokannya. Ia sendiri menikmati percintaan ini, karena obsesinya meniduri wanita keturunan terlampiaskan. Hilda adalah wanita dewasa dan sangat enak diajak ngobrol, dan ternyata di ranjang wanita ini begitu membuatnya bernafsu.

Dyo menurunkan tubuhnya memeluk tubuh liat kencang yang basah oleh keringat itu. Hilda menyambutnya penuh gairah. Mereka saling berpagutan lagi. Lidah mereka saling membelit, sementara di bawah sana panggul Dyo terus melesakkan batang kerasnya. Hilda menyambutnya dengan menaikan dan menggoyang panggulnya, sehingga batang keras Dyo serasa penuh menyesaki setiap bagian dinding liang surgawi dunia itu. Hilda terjerit-jerit sendiri, gelombang kenikmatan melanda di setiap inci tubuhnya. Apapun yang dilakukan Dyo saat itu memancing sensasi tiada tara.

Selang beberapa saat Dyo merasakan denyutan dan jepitan keras di batangnya, sebuah sodokan kerasnya membuat Hilda melenting, tubuhnya mengejang.

“Say… aku nyampe say… ehmm… enak banget Say…mhhh” Hilda meraih pipi Dyo, mengelusnya lembut. Tubuhnya terguncang, karena Dyo terus mengenjotnya. Kali ini genjotan Dyo semakin keras dan kuat. Ia menambah kecepatan sodokannya

Wah tanpa babibu, wanita yang ia kenal di forum semprot ini meraih orgasmenya. Dyo memperlambat sodokannya, sesuai dengan gerakan tubuh Hilda yang terengah-engah. Menurut pengalamannya, saat wanita mencapai orgasme sebaiknya sodokan jangan dipercepat tapi diperlambat tapi tetap intens, sampai wanita tersebut mencapai lagi keseimbangannya, barulah boleh mempercepat lagi sodokan di liangnya. Dapat dipastikan wanita akan semakin tak tahan untuk disodok lagi.

“Say, aku sudahi ya, boleh?” pintanya, sambil terus menghantamkan batangnya yang semakin membesar, karena aliran darah semakin banyak yang memenuhi otot kelelakiannya itu.

“Iya Say…mhhhssss…” sahut Hilda terengah lagi. Ia menggigit bibir bawahnya sambil mendesis. Kenikmatan di dinding liangnya menyeruak cepat.

“Gila, kok nikmat banget ya…” katanya dalam hati. Selama ini pacarnya tidak pernah membuatnya sebegini nikmat dan secepat ini. Namun dengan Dyo semuanya menjadi mudah.

“Ahhhhh….Dyo…mhhh, aauuuu. Dyoooohhhhh” teriak Hilda kala sodokan cepat Dyo menyentuh titik ternikmat di bagian dalam liangnya. Ia menggeliat hebat, membuat jepitan liangnya pada batang Dyo semakin ketat. Gesekan itu membuat mereka tergial tak terkendali. Meski sudah basah habis, liang kenikmatan Hilda memberikan sensasi tersendiri bagi batang berurat keras milik Dyo.

Tempat tidur hotel yang empuk itu sudah kusut masai oleh gerakan liar mereka yang kini egois mengejar sensasi kenikmatan…. Sementara,

…………………………………………………………

Hujan masih melanda dan semakin deras. Bangkok masih ramai dan sibuk seperti biasa dan memberikan momen tersendiri bagi warga dan pendatang.

End.
 
Merangsang sih om, cuma saya sempet gagal fokus karena pemotongan ceritanya habis chit chat tau tau udah saling cumbu heheheheh....
Keep post om
 
Nggak fokus om...awal bagus..tp kok tiba2 ss jd bingung...
 
hmmm pemotongan scenenya dari chit chat ke pertempuran kurang kena gan, jadi gak fokus ane bacanya, keep posting gan
 
aahh.. Mah Boon Krong.. Khao San.. Lumbini Park.. Chao Praya.. benakku langsung melempar ku kembali ke negeri Thai..
Kap khun kraph.. sabai mak mak..!
 
Saya sengaja bikin alur cerita seperti ini. Maaf kalau gagal fokus, krn menurut saya, ini crita mengalir hanya saja pintu masuk/sudut, setiap potongan crita saya bikin dr luar..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd