Story of A Submissive Doctor
Part-10
Setuntasnya meneteskan sperma terakhirku di wajah Bu Dokter, aku pun berbaik hati coba membantunya mencarikan tissu di meja terdekat.
Sembari menahan nafas, ia pun berusaha meraih tissu yg masih ad dalam genggamanku.
Karena saat itu matanya masih terhalang oleh spermaku, aku coba sedikit mempermainkannya...
Kupindah-pindahkan posisi tisu di tanganku sehingga ia perlu meraba-raba keberadaan pengelap tersebut sembari sedikit mengeluarkan raut muka risih dan agak marah tertahan..
Kali ini aku tidak meminta maaf. Semua hal yang kulakukan kini atas dasar kesadaran, dan ane yakin banget, bu dokter pun menikmatinya.
Selesai menghapus sisa sperma terakhir di wajahnya, akupun mengajaknya untuk beranjak ke kamar mandi.
Bu Dokter bergegas menuju ke toilet yg tersedia di dpn wastafel. Terlihat spt sudah tidak tahan utk mengeluarkan suatu cairan yg lama ditahan.
Saat ia hendak duduk, dengan gerak cepat aku berusaha menahannya. Ia kaget sekali, Bertanya dalam diam, kenapa aku menggenggam tangannya erat sekali.
"Honey, ga usah kamu keluarin dulu ya..ikut aq ke shower yuk,"...
Mukanya masih tercenung kaget.
"Mang kenapa Hon, aku sdh ga tahan banget ni.."
"Aku ga pingin km pipis disitu. Aku mau kamu berdiri di tmpt shower ini dan pipis sambil berdiri," ujarku sedikit menyuruh.
"Ih, ogah..ada2 aj kamu..cepetan ni aq ud ga tahan,"....
"Aku serius hon, berdiri disini..terus kamu lepaskan aj hajatmu. Aku suka banget ngliat cewek pipis di depanku. Bikin aku horny," kataku menenangkannya.
Ia berpikir sejenak, brusaha menolak. tapi dia tau juga aku bakal bersikeras tak mau mengalah.
Agar tidak memperpanjang masa buang hajatnya, ia pun mengalah.
Ia berdiri dengan tegapnya di bawah shower yg belum kunyalakan itu dan mulai merenggangkan jarak antara satu kaki dg kaki lainnya sehingga tercipta ruang yg cukup utk aliran pipisnya mengalir dg lancar.
Ilustrasi saat ane mw bantuin doi pipis
expired
Dengan muka sedikit malu ia pun dg segera melepaskan air seni yg telah lama ditahannya sejak bangun pagi tadi. Setelahnya, terlihat kelegaan dari wajah lugunya yg membuatku jatuh cinta..
Dari air seni yg mengalir tadi, aku pun coba utk merasakan kehangatannya. Kupegang sedikit aliran air seni yg masih mengalir itu dan kurasakan kehangatannya yg menggugah birahi. Wajahnya pun merah merona merasa malu.
Selesai kesempatan melihat Bu Dokter buang air seni, aku pun membersihkan vagina bu dokter dengan shower yg tepat berada diatasnya.
Karena hasrat yg ada kembali tak tertahankan, akupun akhirnya menuntun bu dokter untuk ikut mandi di bawah shower dan memulai pagutan penuh birahi..
Kukecup bibirnya yang kini telah dibasahi oleh air yg mengalir dr shower..Kubasuh seluruh tubuhnya dengan tangan nakalku, mulai dr bagian pantat kanan kiri, ke punggung, kembali ke belahan pantat, kugosok keatas kebawah, kubuka lebar2 sehingga lubang anusnya juga terbasuh dengan air.
Joni yg kembali terbangun kini coba mencari sarangnya. Ia pun langsung menelusuri wilayah selangkangan bu dokter yg tepat di hadapannya.
Joni mungkin berpikir, selama juragan ane masih sibuk mencaplok bibir bu dokter, besar peluang ane bs masuk langsung ke sarang vagina bu dokter yg akan lbh licin di bawah deras arus shower.
Benar saja, tanpa susah payah tiba2 saja Joni sdh berada di dalam vagina bu dokter dan mulai memainkan pola tarik dorong kehandalannya.
Bu Dokter hanya bisa menganga dg mata tertutup karena kembali merasakan kenikmatan yg sungguh jd barang baru baginya..Dan kini setelah lama berselang iapun mulai merasakan orgasme kembali, dan jarum jam bahkan belum menunjukkan pukul 8.
Selesai mengeluarkan sperma di perut bu dokter, kami pun melanjutkan dg mandi bersama. Kubasuh seluruh tubuhnya dg sabun dan membiarkannya mengeksplor bagian tubuhku yg belum tersentuh oleh busa.
Dan sebelum masa berbersih kami selesai, tiba2 saja telepon selular Bu dokter berbunyi kencang.
Bersambung Part-11