Part 1 (Rio & Rina)
Terbangun oleh silaunya matahari, Rio menguap sambil meregangkan badannya. Pagi ini termasuk kesempatan langka bagi mahasiswa tersebut untuk bersantai. Satu-satunya mata kuliah hari ini diliburkan karena dosennya masih di luar kota, sementara adiknya memilih meminjam mobil Rio untuk berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk persiapan acara pentas seni. Tanpa perlu mengantar Alin yang biasanya sangat manja, hari ini Rio bisa bermalas-malasan, yah setidaknya sampai mamanya mengingatkan Rio untuk sarapan.
Rio tidak tahu, hari ini mamanya juga bangun terlambat. Setelah terbangun di tengah malam dan berhubungan dengan suaminya sampai menjelang subuh, Rina tidur sangat pulas. Agus memilih tidak membangunkan istrinya saat berangkat kerja, sehingga Rina baru bangun saat matahari menyinari wajahnya melalu sela-sela tirai jendela kamar mereka di lantai pertama. Membaca pesan dari Agus yang memuji service Rina kemarin malam, Rina menurunkan selimutnya untuk mengekspos tubuhnya yang belum tertutup sehelai benangpun dan mengirimkan beberapa foto bugilnya untuk menggoda Agus yang pasti sedang sibuk di kantor. Sebagian jarinya sengaja menutup putingnya sambil masih menyisakan areola untuk membuat Agus makin tergila-gila. Sesuai harapan, beberapa menit kemudian Agus membalas bahwa dia akan berusaha pulang cepat hari itu. Rina sendiri memang tidak sabar untuk melanjutkan permainan mereka, mereka baru berhenti menjelang subuh karena Rina sudah sangat lelah dan Agus harus memimpin rapat di pagi hari.
Dalam kondisi masih bugil, Rina mengintip halaman depan rumahnya. Tidak adanya kedua mobil keluarga mereka membuat Rina mengira saat ini hanya dia yang berada di rumah. Ide nakal pun muncul di kepalanya, Rina menimbang-nimbang apa sebaiknya hari ini dia tidak mengenakan baju sama sekali. Jika Agus pulang cepat, toh baju Rina juga pasti segera ditanggalkan lagi, dan Rio dan Alin biasanya baru pulang menjelang sore hari. Rina bisa beralasan tidak enak badan agar tetap di dalam kamar saat kedua anaknya pulang. Membulatkan tekad, Rina menyampaikan rencananya ke Agus. Agus tentu saja mendukung rencana istrinya, bahkan menjanjikan akan mengambil cuti keesokan harinya kalau Rina bisa tetap bugil sepanjang hari ini.
Rio sama sekali tidak menyadari apa yang sedang terjadi di lantai bawah. Setelah mengecek ponselnya untuk pesan masuk, dia terlalu asyik membaca komik tanpa menyadari mamanya tidak naik ke lantai dua untuk menyuruh dia sarapan. Saat perutnya berbunyi baru dia teringat waktunya untuk mandi dan sarapan. Mendengar dengung suara mesin cuci dan alat masak yang saling beradu, Rio beranggapan mamanya masih sibuk mengurus rumah dan belum sempat mengingatkan Rio. Membuka pintu kamarnya untuk turun kebawah, Rio disambut dengan pemandangan yang mengejutkan, mamanya sedang asyik memasak di dapur tanpa pakaian! Alih-alih masuk ke kamar dan menunggu sampai mamanya mengenakan baju, Rio justru perlahan-lahan kembali ke kamarnya dan terus mengintip aktivitas mamanya. Awalnya Rio mengira mamanya sedang terburu-buru menyiapkan makanan sebelum melanjutkan mandi, namun Rina justru menjalani rutinitas hariannya dengan santai. Walau Rio sudah sering melihat mamanya dengan baju ketat saat senam di rumah, ini pertama kalinya setelah TK ia bisa melihat langsung seluruh kulit putih Rina yang tak tertutup. Dari posisi Rio, ia bisa melihat tubuh telanjang Rina dari samping. Payudara dan pantat Rina yang masih kencang walau tidak disangga pakaian dalam mengesankan usia yang jauh lebih muda dari aslinya. Kekagetan Rio yang berubah ke penasaran kini menjadi terangsang, saat Rio menyadari matanya tidak bisa lepas dari puting dan pantat mamanya sambil berharap mamanya tidak segera mengenakan pakaian.
Notifikasi dari mesin cuci mengingatkan Rina untuk mengambil cucian yang sudah hampir kering. Setelah memastikan rasa masakannya sudah sempurna, Rina dengan santai melenggang ke mesin cuci. Pikiran nakal masih menguasai Rina, bukannya berjongkok dan mengeluarkan seluruh baju dengan cepat, Rina justru berlutut, menahan badannya dengan tangan kanan dan tangan kirinya mengambil satu-persatu baju ke keranjang. Tentu saja Rina tahu dengan ini pantat dan kemaluannya yang tembam terekspos langsung, tapi karena Rina menganggap saat ini dia sendirian di rumah, yang dia pedulikan hanya memuaskan fantasi yang sudah lama dia pendam. Ya, sejak lama sebenarnya Rina sangat ingin bisa memamerkan tubuhnya. Menggoyangkan pinggulnya sambil membayangkan seorang pria bernafsu melihat badannya, kemaluan Rina kembali basah. Walau seluruh baju sudah dikeluarkan ke keranjang, Rina tidak segera beranjak dan malah memainkan jari-jari di tangan kirinya ke kedua lubang di selangkangan.
Di lantai dua, nafsu juga sedang menguasai Rio. Tangan kanannya memastikan ponselnya tetap merekam pemandangan terlarang dari mamanya, sementara tangan kirinya memainkan penisnya yang sudah sangat tegang. Rio tahu orang tuanya masih sangat aktif secara seksual, namun baru saat ini dia benar-benar melihat mamanya sebagai perempuan. Tidak hanya posisi Rina yang menyajikan keindahan segenap jengkal tubuhnya sebagai seorang perempuan, gerak-gerik dan erangan Rina juga mengisyaratkan betapa besar nafsu Rina saat ini untuk segera bersetubuh. Tentu saja Rio pernah melihat adegan yang lebih seronok dari ini di situs porno, namun ini pertama kalinya Rio melihat secara langsung seorang perempuan mengekspos kemaluannya dan mengucapkan secara eksplisit betapa dia ingin digagahi. Apalagi perempuan ini adalah mamanya yang di luar atribut kekeluargaan, sebatas ia lihat sebagai seorang perempuan cantik dengan badan yang bagus. Satu-satunya kata yang bisa Rio pikirkan tentang Rina sekarang adalah binal. Bagaimana tidak, bibir mamanya yang biasanya menyampaikan salam dan nasihat kini mengucapkan kata-kata kotor seperti sambil sesekali menghisap jari yang baru saja keluar masuk di anus dan vagina. Rio yakin jika yang sedang bermasturbasi di depannya bukan mamanya, dia akan segera turun dan memberikan kepuasan yang mereka berdua cari. Getaran orgasme mengalahkan kemampuan tangan mamanya untuk menahan tubuh, kini kepala dan bahu mamanya menempel di lantai sementara pantatnya masih menjulang ke atas, tanpa menyadari betapa Rio saat ini sangat ingin menghujamkan penisnya ke kedua lubangnya.
Rina tidak puas dengan hanya sekali orgasme. Ia membawa keranjang ke halaman belakang untuk dijemur sambil merasakan telanjang di luar. Tingginya pagar memastikan tidak ada tetangga yang bisa melihat Rina. Bulir keringat oleh teriknya matahari pada kulit Rina membuat kulitnya berkilau. Pintu kaca yang memisahkan halaman belakang dan rumah menjadi cermin karena begitu terangnya cahaya luar dibanding di dalam rumah. Tergoda sendiri melihat pantulan dirinya yang begitu sexy, Rina lalu duduk di rumput mengarah ke pintu kaca sambil melihat refleksi payudaranya yang sedang dia remas dan kedua kakinya yang terbuka lebar menyajikan vaginanya yang sedang dimasuki tiga jarinya yang lentik.
Makin nekat, Rio turun ke bawah dan melihat langsung mamanya yang sedang bertelanjang di langit terbuka. Rio tahu betul saat siang hari pintu kaca menuju halaman belakang menjadi cermin satu arah. Selama dia tidak membuat suara, mamanya tidak mungkin sadar Rio sedang menikmati binalnya mamanya dari dekat sambil mengocok penisnya. Jika tadi Rio disuguhi pantat bulat dan sekilas vagina mamanya yang tertutup sebagian oleh jari mamanya yang sedang sibuk masuk keluar anus, kini matanya melekat erat pada payudara dan vagina mamanya. Saat mamanya melirik ke kaca dengan wajah yang menggoda, Rio menggeser posisi kepala dan kamera ponselnya ke arah pandangan mamanya agar seolah-olah mamanya sedang menatapnya langsung. Berfantasi bahwa mamanya dengan sadar memamerkan tubuhnya ke Rio, penisnya tidak mampu lagi menahan rangsangan dan segera menyemburkan sperma ke kaca. Setelah memastikan tidak ada bekas sperma yang tersisa di kaca, Rio tidak segera naik. Dia yakin mamanya tidak akan masuk ke rumah sebelum orgasme lagi. Ponselnya dengan detail merekam erangan dan lekuk indah tubuh mamanya selagi mengejang dari orgasme kedua sampai mamanya terbaring lemas diatas rumput. Baru saat mamanya terlihat berusaha untuk duduk lagi, Rio menghentikan rekaman dan pelan-pelan kembali ke kamarnya.
Pt 2 (Alin & Rio)
Pt 3 (Alin & Rina)
Pt 4 (Agus & Alin)
Terbangun oleh silaunya matahari, Rio menguap sambil meregangkan badannya. Pagi ini termasuk kesempatan langka bagi mahasiswa tersebut untuk bersantai. Satu-satunya mata kuliah hari ini diliburkan karena dosennya masih di luar kota, sementara adiknya memilih meminjam mobil Rio untuk berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk persiapan acara pentas seni. Tanpa perlu mengantar Alin yang biasanya sangat manja, hari ini Rio bisa bermalas-malasan, yah setidaknya sampai mamanya mengingatkan Rio untuk sarapan.
Rio tidak tahu, hari ini mamanya juga bangun terlambat. Setelah terbangun di tengah malam dan berhubungan dengan suaminya sampai menjelang subuh, Rina tidur sangat pulas. Agus memilih tidak membangunkan istrinya saat berangkat kerja, sehingga Rina baru bangun saat matahari menyinari wajahnya melalu sela-sela tirai jendela kamar mereka di lantai pertama. Membaca pesan dari Agus yang memuji service Rina kemarin malam, Rina menurunkan selimutnya untuk mengekspos tubuhnya yang belum tertutup sehelai benangpun dan mengirimkan beberapa foto bugilnya untuk menggoda Agus yang pasti sedang sibuk di kantor. Sebagian jarinya sengaja menutup putingnya sambil masih menyisakan areola untuk membuat Agus makin tergila-gila. Sesuai harapan, beberapa menit kemudian Agus membalas bahwa dia akan berusaha pulang cepat hari itu. Rina sendiri memang tidak sabar untuk melanjutkan permainan mereka, mereka baru berhenti menjelang subuh karena Rina sudah sangat lelah dan Agus harus memimpin rapat di pagi hari.
Dalam kondisi masih bugil, Rina mengintip halaman depan rumahnya. Tidak adanya kedua mobil keluarga mereka membuat Rina mengira saat ini hanya dia yang berada di rumah. Ide nakal pun muncul di kepalanya, Rina menimbang-nimbang apa sebaiknya hari ini dia tidak mengenakan baju sama sekali. Jika Agus pulang cepat, toh baju Rina juga pasti segera ditanggalkan lagi, dan Rio dan Alin biasanya baru pulang menjelang sore hari. Rina bisa beralasan tidak enak badan agar tetap di dalam kamar saat kedua anaknya pulang. Membulatkan tekad, Rina menyampaikan rencananya ke Agus. Agus tentu saja mendukung rencana istrinya, bahkan menjanjikan akan mengambil cuti keesokan harinya kalau Rina bisa tetap bugil sepanjang hari ini.
Rio sama sekali tidak menyadari apa yang sedang terjadi di lantai bawah. Setelah mengecek ponselnya untuk pesan masuk, dia terlalu asyik membaca komik tanpa menyadari mamanya tidak naik ke lantai dua untuk menyuruh dia sarapan. Saat perutnya berbunyi baru dia teringat waktunya untuk mandi dan sarapan. Mendengar dengung suara mesin cuci dan alat masak yang saling beradu, Rio beranggapan mamanya masih sibuk mengurus rumah dan belum sempat mengingatkan Rio. Membuka pintu kamarnya untuk turun kebawah, Rio disambut dengan pemandangan yang mengejutkan, mamanya sedang asyik memasak di dapur tanpa pakaian! Alih-alih masuk ke kamar dan menunggu sampai mamanya mengenakan baju, Rio justru perlahan-lahan kembali ke kamarnya dan terus mengintip aktivitas mamanya. Awalnya Rio mengira mamanya sedang terburu-buru menyiapkan makanan sebelum melanjutkan mandi, namun Rina justru menjalani rutinitas hariannya dengan santai. Walau Rio sudah sering melihat mamanya dengan baju ketat saat senam di rumah, ini pertama kalinya setelah TK ia bisa melihat langsung seluruh kulit putih Rina yang tak tertutup. Dari posisi Rio, ia bisa melihat tubuh telanjang Rina dari samping. Payudara dan pantat Rina yang masih kencang walau tidak disangga pakaian dalam mengesankan usia yang jauh lebih muda dari aslinya. Kekagetan Rio yang berubah ke penasaran kini menjadi terangsang, saat Rio menyadari matanya tidak bisa lepas dari puting dan pantat mamanya sambil berharap mamanya tidak segera mengenakan pakaian.
Notifikasi dari mesin cuci mengingatkan Rina untuk mengambil cucian yang sudah hampir kering. Setelah memastikan rasa masakannya sudah sempurna, Rina dengan santai melenggang ke mesin cuci. Pikiran nakal masih menguasai Rina, bukannya berjongkok dan mengeluarkan seluruh baju dengan cepat, Rina justru berlutut, menahan badannya dengan tangan kanan dan tangan kirinya mengambil satu-persatu baju ke keranjang. Tentu saja Rina tahu dengan ini pantat dan kemaluannya yang tembam terekspos langsung, tapi karena Rina menganggap saat ini dia sendirian di rumah, yang dia pedulikan hanya memuaskan fantasi yang sudah lama dia pendam. Ya, sejak lama sebenarnya Rina sangat ingin bisa memamerkan tubuhnya. Menggoyangkan pinggulnya sambil membayangkan seorang pria bernafsu melihat badannya, kemaluan Rina kembali basah. Walau seluruh baju sudah dikeluarkan ke keranjang, Rina tidak segera beranjak dan malah memainkan jari-jari di tangan kirinya ke kedua lubang di selangkangan.
Di lantai dua, nafsu juga sedang menguasai Rio. Tangan kanannya memastikan ponselnya tetap merekam pemandangan terlarang dari mamanya, sementara tangan kirinya memainkan penisnya yang sudah sangat tegang. Rio tahu orang tuanya masih sangat aktif secara seksual, namun baru saat ini dia benar-benar melihat mamanya sebagai perempuan. Tidak hanya posisi Rina yang menyajikan keindahan segenap jengkal tubuhnya sebagai seorang perempuan, gerak-gerik dan erangan Rina juga mengisyaratkan betapa besar nafsu Rina saat ini untuk segera bersetubuh. Tentu saja Rio pernah melihat adegan yang lebih seronok dari ini di situs porno, namun ini pertama kalinya Rio melihat secara langsung seorang perempuan mengekspos kemaluannya dan mengucapkan secara eksplisit betapa dia ingin digagahi. Apalagi perempuan ini adalah mamanya yang di luar atribut kekeluargaan, sebatas ia lihat sebagai seorang perempuan cantik dengan badan yang bagus. Satu-satunya kata yang bisa Rio pikirkan tentang Rina sekarang adalah binal. Bagaimana tidak, bibir mamanya yang biasanya menyampaikan salam dan nasihat kini mengucapkan kata-kata kotor seperti sambil sesekali menghisap jari yang baru saja keluar masuk di anus dan vagina. Rio yakin jika yang sedang bermasturbasi di depannya bukan mamanya, dia akan segera turun dan memberikan kepuasan yang mereka berdua cari. Getaran orgasme mengalahkan kemampuan tangan mamanya untuk menahan tubuh, kini kepala dan bahu mamanya menempel di lantai sementara pantatnya masih menjulang ke atas, tanpa menyadari betapa Rio saat ini sangat ingin menghujamkan penisnya ke kedua lubangnya.
Rina tidak puas dengan hanya sekali orgasme. Ia membawa keranjang ke halaman belakang untuk dijemur sambil merasakan telanjang di luar. Tingginya pagar memastikan tidak ada tetangga yang bisa melihat Rina. Bulir keringat oleh teriknya matahari pada kulit Rina membuat kulitnya berkilau. Pintu kaca yang memisahkan halaman belakang dan rumah menjadi cermin karena begitu terangnya cahaya luar dibanding di dalam rumah. Tergoda sendiri melihat pantulan dirinya yang begitu sexy, Rina lalu duduk di rumput mengarah ke pintu kaca sambil melihat refleksi payudaranya yang sedang dia remas dan kedua kakinya yang terbuka lebar menyajikan vaginanya yang sedang dimasuki tiga jarinya yang lentik.
Makin nekat, Rio turun ke bawah dan melihat langsung mamanya yang sedang bertelanjang di langit terbuka. Rio tahu betul saat siang hari pintu kaca menuju halaman belakang menjadi cermin satu arah. Selama dia tidak membuat suara, mamanya tidak mungkin sadar Rio sedang menikmati binalnya mamanya dari dekat sambil mengocok penisnya. Jika tadi Rio disuguhi pantat bulat dan sekilas vagina mamanya yang tertutup sebagian oleh jari mamanya yang sedang sibuk masuk keluar anus, kini matanya melekat erat pada payudara dan vagina mamanya. Saat mamanya melirik ke kaca dengan wajah yang menggoda, Rio menggeser posisi kepala dan kamera ponselnya ke arah pandangan mamanya agar seolah-olah mamanya sedang menatapnya langsung. Berfantasi bahwa mamanya dengan sadar memamerkan tubuhnya ke Rio, penisnya tidak mampu lagi menahan rangsangan dan segera menyemburkan sperma ke kaca. Setelah memastikan tidak ada bekas sperma yang tersisa di kaca, Rio tidak segera naik. Dia yakin mamanya tidak akan masuk ke rumah sebelum orgasme lagi. Ponselnya dengan detail merekam erangan dan lekuk indah tubuh mamanya selagi mengejang dari orgasme kedua sampai mamanya terbaring lemas diatas rumput. Baru saat mamanya terlihat berusaha untuk duduk lagi, Rio menghentikan rekaman dan pelan-pelan kembali ke kamarnya.
Pt 2 (Alin & Rio)
Pt 3 (Alin & Rina)
Pt 4 (Agus & Alin)
Terakhir diubah: