Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Serendipities

Interaksi berikutnya antara siapa?


  • Total voters
    75

elsah

Suka Semprot
Daftar
1 Mar 2019
Post
9
Like diterima
185
Bimabet
Part 1 (Rio & Rina)

Terbangun oleh silaunya matahari, Rio menguap sambil meregangkan badannya. Pagi ini termasuk kesempatan langka bagi mahasiswa tersebut untuk bersantai. Satu-satunya mata kuliah hari ini diliburkan karena dosennya masih di luar kota, sementara adiknya memilih meminjam mobil Rio untuk berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk persiapan acara pentas seni. Tanpa perlu mengantar Alin yang biasanya sangat manja, hari ini Rio bisa bermalas-malasan, yah setidaknya sampai mamanya mengingatkan Rio untuk sarapan.

Rio tidak tahu, hari ini mamanya juga bangun terlambat. Setelah terbangun di tengah malam dan berhubungan dengan suaminya sampai menjelang subuh, Rina tidur sangat pulas. Agus memilih tidak membangunkan istrinya saat berangkat kerja, sehingga Rina baru bangun saat matahari menyinari wajahnya melalu sela-sela tirai jendela kamar mereka di lantai pertama. Membaca pesan dari Agus yang memuji service Rina kemarin malam, Rina menurunkan selimutnya untuk mengekspos tubuhnya yang belum tertutup sehelai benangpun dan mengirimkan beberapa foto bugilnya untuk menggoda Agus yang pasti sedang sibuk di kantor. Sebagian jarinya sengaja menutup putingnya sambil masih menyisakan areola untuk membuat Agus makin tergila-gila. Sesuai harapan, beberapa menit kemudian Agus membalas bahwa dia akan berusaha pulang cepat hari itu. Rina sendiri memang tidak sabar untuk melanjutkan permainan mereka, mereka baru berhenti menjelang subuh karena Rina sudah sangat lelah dan Agus harus memimpin rapat di pagi hari.

Dalam kondisi masih bugil, Rina mengintip halaman depan rumahnya. Tidak adanya kedua mobil keluarga mereka membuat Rina mengira saat ini hanya dia yang berada di rumah. Ide nakal pun muncul di kepalanya, Rina menimbang-nimbang apa sebaiknya hari ini dia tidak mengenakan baju sama sekali. Jika Agus pulang cepat, toh baju Rina juga pasti segera ditanggalkan lagi, dan Rio dan Alin biasanya baru pulang menjelang sore hari. Rina bisa beralasan tidak enak badan agar tetap di dalam kamar saat kedua anaknya pulang. Membulatkan tekad, Rina menyampaikan rencananya ke Agus. Agus tentu saja mendukung rencana istrinya, bahkan menjanjikan akan mengambil cuti keesokan harinya kalau Rina bisa tetap bugil sepanjang hari ini.

Rio sama sekali tidak menyadari apa yang sedang terjadi di lantai bawah. Setelah mengecek ponselnya untuk pesan masuk, dia terlalu asyik membaca komik tanpa menyadari mamanya tidak naik ke lantai dua untuk menyuruh dia sarapan. Saat perutnya berbunyi baru dia teringat waktunya untuk mandi dan sarapan. Mendengar dengung suara mesin cuci dan alat masak yang saling beradu, Rio beranggapan mamanya masih sibuk mengurus rumah dan belum sempat mengingatkan Rio. Membuka pintu kamarnya untuk turun kebawah, Rio disambut dengan pemandangan yang mengejutkan, mamanya sedang asyik memasak di dapur tanpa pakaian! Alih-alih masuk ke kamar dan menunggu sampai mamanya mengenakan baju, Rio justru perlahan-lahan kembali ke kamarnya dan terus mengintip aktivitas mamanya. Awalnya Rio mengira mamanya sedang terburu-buru menyiapkan makanan sebelum melanjutkan mandi, namun Rina justru menjalani rutinitas hariannya dengan santai. Walau Rio sudah sering melihat mamanya dengan baju ketat saat senam di rumah, ini pertama kalinya setelah TK ia bisa melihat langsung seluruh kulit putih Rina yang tak tertutup. Dari posisi Rio, ia bisa melihat tubuh telanjang Rina dari samping. Payudara dan pantat Rina yang masih kencang walau tidak disangga pakaian dalam mengesankan usia yang jauh lebih muda dari aslinya. Kekagetan Rio yang berubah ke penasaran kini menjadi terangsang, saat Rio menyadari matanya tidak bisa lepas dari puting dan pantat mamanya sambil berharap mamanya tidak segera mengenakan pakaian.

Notifikasi dari mesin cuci mengingatkan Rina untuk mengambil cucian yang sudah hampir kering. Setelah memastikan rasa masakannya sudah sempurna, Rina dengan santai melenggang ke mesin cuci. Pikiran nakal masih menguasai Rina, bukannya berjongkok dan mengeluarkan seluruh baju dengan cepat, Rina justru berlutut, menahan badannya dengan tangan kanan dan tangan kirinya mengambil satu-persatu baju ke keranjang. Tentu saja Rina tahu dengan ini pantat dan kemaluannya yang tembam terekspos langsung, tapi karena Rina menganggap saat ini dia sendirian di rumah, yang dia pedulikan hanya memuaskan fantasi yang sudah lama dia pendam. Ya, sejak lama sebenarnya Rina sangat ingin bisa memamerkan tubuhnya. Menggoyangkan pinggulnya sambil membayangkan seorang pria bernafsu melihat badannya, kemaluan Rina kembali basah. Walau seluruh baju sudah dikeluarkan ke keranjang, Rina tidak segera beranjak dan malah memainkan jari-jari di tangan kirinya ke kedua lubang di selangkangan.

Di lantai dua, nafsu juga sedang menguasai Rio. Tangan kanannya memastikan ponselnya tetap merekam pemandangan terlarang dari mamanya, sementara tangan kirinya memainkan penisnya yang sudah sangat tegang. Rio tahu orang tuanya masih sangat aktif secara seksual, namun baru saat ini dia benar-benar melihat mamanya sebagai perempuan. Tidak hanya posisi Rina yang menyajikan keindahan segenap jengkal tubuhnya sebagai seorang perempuan, gerak-gerik dan erangan Rina juga mengisyaratkan betapa besar nafsu Rina saat ini untuk segera bersetubuh. Tentu saja Rio pernah melihat adegan yang lebih seronok dari ini di situs porno, namun ini pertama kalinya Rio melihat secara langsung seorang perempuan mengekspos kemaluannya dan mengucapkan secara eksplisit betapa dia ingin digagahi. Apalagi perempuan ini adalah mamanya yang di luar atribut kekeluargaan, sebatas ia lihat sebagai seorang perempuan cantik dengan badan yang bagus. Satu-satunya kata yang bisa Rio pikirkan tentang Rina sekarang adalah binal. Bagaimana tidak, bibir mamanya yang biasanya menyampaikan salam dan nasihat kini mengucapkan kata-kata kotor seperti sambil sesekali menghisap jari yang baru saja keluar masuk di anus dan vagina. Rio yakin jika yang sedang bermasturbasi di depannya bukan mamanya, dia akan segera turun dan memberikan kepuasan yang mereka berdua cari. Getaran orgasme mengalahkan kemampuan tangan mamanya untuk menahan tubuh, kini kepala dan bahu mamanya menempel di lantai sementara pantatnya masih menjulang ke atas, tanpa menyadari betapa Rio saat ini sangat ingin menghujamkan penisnya ke kedua lubangnya.

Rina tidak puas dengan hanya sekali orgasme. Ia membawa keranjang ke halaman belakang untuk dijemur sambil merasakan telanjang di luar. Tingginya pagar memastikan tidak ada tetangga yang bisa melihat Rina. Bulir keringat oleh teriknya matahari pada kulit Rina membuat kulitnya berkilau. Pintu kaca yang memisahkan halaman belakang dan rumah menjadi cermin karena begitu terangnya cahaya luar dibanding di dalam rumah. Tergoda sendiri melihat pantulan dirinya yang begitu sexy, Rina lalu duduk di rumput mengarah ke pintu kaca sambil melihat refleksi payudaranya yang sedang dia remas dan kedua kakinya yang terbuka lebar menyajikan vaginanya yang sedang dimasuki tiga jarinya yang lentik.

Makin nekat, Rio turun ke bawah dan melihat langsung mamanya yang sedang bertelanjang di langit terbuka. Rio tahu betul saat siang hari pintu kaca menuju halaman belakang menjadi cermin satu arah. Selama dia tidak membuat suara, mamanya tidak mungkin sadar Rio sedang menikmati binalnya mamanya dari dekat sambil mengocok penisnya. Jika tadi Rio disuguhi pantat bulat dan sekilas vagina mamanya yang tertutup sebagian oleh jari mamanya yang sedang sibuk masuk keluar anus, kini matanya melekat erat pada payudara dan vagina mamanya. Saat mamanya melirik ke kaca dengan wajah yang menggoda, Rio menggeser posisi kepala dan kamera ponselnya ke arah pandangan mamanya agar seolah-olah mamanya sedang menatapnya langsung. Berfantasi bahwa mamanya dengan sadar memamerkan tubuhnya ke Rio, penisnya tidak mampu lagi menahan rangsangan dan segera menyemburkan sperma ke kaca. Setelah memastikan tidak ada bekas sperma yang tersisa di kaca, Rio tidak segera naik. Dia yakin mamanya tidak akan masuk ke rumah sebelum orgasme lagi. Ponselnya dengan detail merekam erangan dan lekuk indah tubuh mamanya selagi mengejang dari orgasme kedua sampai mamanya terbaring lemas diatas rumput. Baru saat mamanya terlihat berusaha untuk duduk lagi, Rio menghentikan rekaman dan pelan-pelan kembali ke kamarnya.

Pt 2 (Alin & Rio)

Pt 3 (Alin & Rina)

Pt 4 (Agus & Alin)
 
Terakhir diubah:
Part 2 (Rio & Alin)

Alin menghela nafas dalam-dalam. Sekali-kalinya ada acara sekolah yang memungkinkan Alin pulang awal dan mobil kakaknya bisa dipinjam seharian, eh, malah sekarang Rio menelepon dan minta maaf karena harus mengambil lagi mobilnya. Janji Rio untuk mengantarkan Alin kemanapun dia mau nggak berguna untuknya, karena sebenarnya keperluan Alin bukan pergi ke suatu tempat, tapi lebih ke memperoleh tempat yang relatif aman, dalam hal ini mobil itu sendiri. Ya, sifat Rina yang sangat ingin eksib sebenarnya menurun ke Alin. Rencana Alin hari ini sepulang acara sekolah adalah pergi ke tempat yang relatif sepi, berganti baju ke bikini yang sangat minim, lalu mengemudi di pinggir kota. Kaca di mobil Rio cukup gelap untuk menyembunyikan tubuhnya, namun sensasi berada di tempat umum sambil setengah telanjang sangat memuaskan Alin. Setelah menutup telepon dari Rio, Alin masih mengenakan bikininya sambil memarkir mobilnya di sebuah jalanan yang sepi, namun sebentar lagi dia harus kembali mengenakan seragam sekolahnya sebelum Rio sampai ke tempatnya.

Sementara itu, sambil naik ojek online menuju lokasi Alin, jantung Rio masih berdebar-debar. Hari ini bukan saja dia melihat mamanya telanjang dan bermasturbasi, Rio juga sudah merekam kegiatan mamanya dan berencana untuk segera menuntaskan nafsu yang lagi-lagi muncul walau sudah ejakulasi di balik kaca sambil menatap tubuh mamanya. Rio tahu mamanya tidak mungkin nudis di rumah kalau tidak mengira rumah sedang kosong. Jika Alin pulang sendirian dan bercerita dia membawa mobil Rio karena Rio di rumah, Rio tidak bisa membayangkan reaksi mamanya. Marah? Malu? Apapun itu, Rio tidak bisa berpikir sehat sebelum menenangkan libidonya. Bayangan tubuh mamanya masih sangat jelas di otaknya. Segera setelah melompat pagar keluar rumah agar tidak terdengar mamanya yang sedang mandi, Rio mempertimbangkan pilihannya. Mampir di rumah/kos teman kuliahnya sambil menunggu Alin datang bukan pilihan, Rio takut tidak bisa menahan dirinya untuk bercerita ke mereka tentang pengalaman dia hari ini. Harapannya setidaknya saat bersama Alin, Rio tidak mungkin menceritakan apa yang dia lihat. Tanpa sepengetahuan Rio, saat ini ponselnya sendiri sedang mengkhianati dia.

Karena kamera ponsel Rio jauh lebih bagus dari ponsel Alin, Alin sering menggunakan ponsel Rio untuk selfie saat di rumah. Daripada mengirim foto-foto tersebut secara manual ke ponsel Alin, Alin mengatur Google Photos Partner di ponsel Rio untuk secara otomatis membagikan semua foto dan video yang mengandung wajah Alin ke akun Alin. Masalahnya, pengenalan wajah tidak seratus persen akurat. Wajah mamanya di video yang diambil Rio dikenali sebagai wajah Alin, dan saat ini Alin sedang shock melihat video mamanya sedang bermasturbasi di rumah, bahkan sambil menatap langsung ke kamera. Awalnya Alin mengira Rio mengedit video porno dengan wajah mamanya. Bagaimana tidak, perilaku perempuan di video tersebut sangat jauh berbeda dari keseharian mamanya. Namun latar belakang di video jelas-jelas adalah rumah mereka, dan di akhir video sempat terlihat sekilas pantulan wajah Rio saat dia membersihkan sisa spermanya. Tidak hanya mamanya ternyata seberani itu, tapi kakaknya juga jauh lebih kurang ajar lagi, tidak hanya mengintip, merekam, namun juga mengeluarkan sperma sambil menikmati kebinalan mamanya. Tapi, hmm, tepatkah Alin menyebut kakaknya kurang ajar? Sebagai perempuan pun, Alin sadar mamanya memang sangat menarik. Dia tidak yakin kalau teman-teman prianya, se-alim apapun, bisa menahan diri untuk tidak melakukan seperti yang dilakukan Rio. Bahkan, kalau Alin mau jujur, jika pagi ini Alin yang di rumah, mungkin dia juga akan bermasturbasi sambil mengintip Mama.

Rio mencapai lokasi yang dikirim oleh Alin. Melihat mobilnya terparkir di jalanan yang jauh dari mana-mana, Rio sempat bingung. Kenapa adiknya tidak memarkir di dekat minimarket lalu jajan di situ? Adiknya pasti tahu Rio akan mentraktirnya sebagai permintaan maaf. Lebih bingung lagi saat Alin membuka pintu mobil, Rio melihat adiknya menggunakan pakaian renang yang hampir tidak menutupi apapun. Alin berlaku seolah-olah dia sedang mengenakan pakaian biasa, sama sekali tidak berusaha menutupi sebagian areolanya yang mengintip. Saat Rio bertanya apakah Alin ingin segera pulang atau menuju ke tempat lain dulu, Alin hanya menjawab Rio bebas memilih mau kemana. Rio tidak paham dengan situasi ini, sudah pasti adiknya tidak bisa masuk kolam renang umum apapun di kota mereka dengan bikini yang dikenakannya. Terlalu vulgar, lebih seperti yang dipakai model-model gravure. Lalu kenapa adiknya tidak menutup dirinya saat Rio masuk? Tidakkah dia malu menunjukkan dirinya sepert itu? Saat Rio melihat Alin dari pinggir matanya, Rio makin kesal dengan dirinya sendiri. Sekilas Alin benar-benar mirip mama mereka. Bukan hanya dia kembali membayangkan mama mereka sedang memuaskan diri sendiri, kini ia juga membayangkan Alin melakukan hal yang sama. Berusaha mengalihkan pikirannya, Rio membawa mobil ke jalan raya, berbelok secara acak. Dia tidak yakin harus kemana, apalagi adiknya tidak terlihat berusaha menutup diri. Tidak ada sama sekali kan, tempat yang membolehkan Alin keluar dan berjalan santai seperti ini?

Alin menghela nafas. Sebenarnya dia tidak berencana untuk tetap mengenakan bikini ini saat Rio datang. Namun shock dari melihat video mamanya membuat Alin tidak bisa berpikir banyak. Setelah Rio mulai menyetir, Alin merasa malas untuk menutup tubuhnya. Sudah terlanjur, pikirnya. Apalagi toh Rio sudah melihat mama mereka dalam situasi yang lebih memalukan lagi. Hmm, malukah Rio akan mama mereka? Malukah Rio akan Alin? Alin lalu memutuskan untuk menanyakan langsung ke Rio. Malukah dia akan mama mereka? Awalnya Rio berpura-pura tidak mengerti, namun Alin memutarkan lagi video tersebut. Rio terlihat kaget sebelum paham bagaimana video itu sampai ke tangan Alin. Saat Rio menjawab bahwa Rio tidak malu akan mama mereka, Alin lanjut bertanya apakah Rio malu dengan Alin mengenakan baju seperti ini. Rio kembali menjawab dia tidak malu akan Alin, yah asal Alin tidak keluar mobil seperti ini. Haha.

Tawa kecil Alin membuat Rio agak rileks. Rio memberanikan diri untuk bertanya apakah Alin sering seperti ini. Adiknya menjawab bahwa tiap kali bisa meminjam mobilnya atau sedang sendirian di rumah, dia memang sering berpakaian minim atau bahkan telanjang bulat. Rio tidak merasa bisa menyebut itu salah. Sementara dia memuaskan nafsu dengan melihat tubuh mamanya, Alin dan mamanya hanya menggunakan diri mereka sendiri, tanpa mengganggu atau memaksa orang lain. Bukan hanya melihat tubuh mamanya, koreksi Rio. Dia menyadari semakin lama matanya semakin tidak bisa lepas dari payudara Alin yang hampir tak tertutup. Khawatir tidak bisa berkonsentrasi di jalan, Rio menghentikan mobil di jalan yang, ironisnya, bahkan lebih sepi dari jalan tempat Alin berhenti.

Alin bukan tidak sadar Rio dari tadi lebih sering menatap payudaranya daripada matanya. Alin juga memperhatikan celana Rio sudah seperti memiliki tenda kecil. Sambil memastikan mereka memang benar-benar sendirian di jalan itu, Alin melepas bagian atas bikinya dan membiarkan payudaranya bebas. Ekspresi Rio begitu lucu, mulutnya seperti menahan diri untuk mengatakan sesuatu, namun arah tatapan matanya tidak bisa berbohong. Alin kemudian membuka video mama mereka dan menghentikannya di frame yang terfokus pada payudara mama. Seperti dugaan Alin, payudara mamanya jauh lebih besar, sementara payudara Alin masih lebih kencang. Alin kemudian meminta Rio untuk merekam payudaranya, beralasan untuk membandingkan dengan milik Mama. Aneh, pikir Alin. Kenapa Rio tidak membuka celananya seperti saat melihat Mama?

Rio berhasil menjawab pertanyaan Alin setelah berusaha keras mengumpulkan sisa konsentrasinya. Karena malu. Alin setengah bercanda menanyakan apakah Rio ingin Alin telanjang di luar mobil agar Rio bebas menikmatinya dari dalam mobil tanpa terlihat. Saat Rio menjawab tidak, dan memilih melajukan kembali mobilnya, kali ini langsung ke arah rumah, Alin sedikit kecewa. Entah bagaimana, walau Alin juga ragu jika diminta Rio untuk telanjang di luar mobil, Alin sebenarnya berharap dirinya memperoleh perlakuan sama seperti mamanya. Bukankah Alin tidak kalah menarik dari mama? Sepanjang perjalanan Alin berusaha menggoda Rio, namun melepas bagian bawah bikini sehingga telanjang bulat pun tidak berhasil mematahkan tekad Rio. Sepertinya dia benar-benar berniat untuk pulang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd