Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Episode 7

Aku terbangun di Telaga Mimpi. Jessica berdiri jauh dari kolam. Ia berdiri memegangi sebuah daun di pohon. Aku melihat punggung dan belahan pinggulnya dari belakang. Ia berbalik dan aku melihat toket indah puting merah muda serta senyum manisnya.

“ Billy”

Aku sempat mengunjungi telaga ini waktu aku tidur berpelukan dengan Dokter Sari. Ia muncul di telaga ini dan Jessica membelai-belai rambutnya.

“ kau sedang apa?”

Tanyaku. Ia tersenyum malu

“ aku rindu seseorang”

Jawabnya

“ siapa? Aku?”

Godaku. Ia tertawa

“ teman-temanku yang sudah meninggal”

Aku berhenti tertawa. Aku agak sedih melihat ia tertawa seperti itu

“ aku juga rindu ibu dan ayahku. Mereka meninggal dan aku belum sempat minta maaf”

Sahutku. Ia berjalan lalu memelukku

“ aku dan temanku sering bertengkar. Ketika mereka tak ada, rasanya aku ingin sekali saja memeluk mereka lagi”

Jessica kembali tertawa. Aku tahu sebenarnya ia sangat sedih. Aku memeluknya lebih erat lagi. Tapi bidadari pasti sangat tegar, atau ia sudah mampu menguasai emosinya karena umurnya sudah hampir 100 ribu tahun. Jessica melepas pelukanku dan menunjuk Suster Dewi yang tertidur di pinggir telaga

“ kekasihmu yang satu lagi itu, ia tertidur”

Ucap Jessica sambil menunjuknya. Ia tertidur di atas kursi dan meja. Aku dapat melihat data pasien. Sepertinya ia tertidur saat bekerja. Aku mengusap kepalanya dan seketika kami berpindah ke alam bawah sadarnya.

Teman di sebelahnya sibuk bekerja. Ia seakan tak sadar jika Suster Dewi tertidur. Jessica berdiri di sampingku. Ia menepuk pundakku dan bertanya

“ jadi, kau pilih yang mana antara kedua gadis itu? Dewi atau Sari?”

Aku bingung. Jika mungkin aku ingin mereka berdua

“ kau lelaki sejati. Tapi membagi cinta itu sangat mungkin. Itu juga ujian apakah kau pria yang bijaksana atau tidak”

Sahut Jessica. Aku membelai rambut Suster Dewi

“ Banyak yang berubah sejak 100 ribu terakhir Jessica. Salah satunya wanita. Bagaimana jika mereka tidak menerimanya?”

Jessica hanya tersenyum

“ manusia tidak pernah berubah, Billy. Cemburu itu ada, tapi ketika kau lebih bijaksana, mereka akan belajar menerima”

Sejauh ini Suster Dewi tidak tahu aku juga berhubungan dengan Dokter Sari. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika ia tahu. Aku sendiri agak asing dengan konsep poligami tapi jika aku menguasainya aku pasti bahagia dan mereka mungkin juga.

“ Billy?”

Aku membangunkan Suster Dewi di alam bawah sadarnya. Aku mencumbunya mesra. Ia terkejut namun ia mendekapku dan kami pun bercumbu. Kami saling melepas pakaian. Aku remas buah dadanya sambil mencolok memeknya dengan nafsu. Masih sambil duduk, suster Dewi mendesah keras sambil mengocok kontolku gemas.

Aku mendudukkannya di meja. Aku tusuk kontolku dan meremas toketnya. Aku genjot dia ganas. Suster Dewi mendongakkan kepala dan aku melahap lehernya nafsu. Aku dekap dia kasar, menggenjotnya liar, sambil terus menggenjotnya dengan nafsu.

Ia mencapai puncak kenikmatan dalam hitungan detik. Ia meremas Kertas di atas meja itu. Aku cabut kontolku dan ia pun squirt hebat. Cairan orgasmenya menyembur hebat. Tubuhnya menggelinjang hebat.

Suster Dewi lalu berlutut. Kontolku sudah sangat merah tegang dan hampir memuncrat. Ia buka mulutnya dan mulai mengulumnya. Ia remas buah zakarku dan terus mengulum kontolku dengan irama teratur

Aku ejakulasi di dalam mulutnya. Ia mengocok kontolku pelan sambil menelan setiap sperma yang keluar. Ia cabut kontolku dan memejamkan matanya. Aku kocok kontolku dan memuncratkan sperma ke wajah, rambut hingga seluruh tubuhnya. Ia berdiri dan kami pun berpelukan.

“ kita di mana, Billy? Kenapa mereka tidak melihat kita?”

Aku tidak menjawabnya. Aku usap punggungnya dan mengecup bibirnya sekilas

“ Aku sayang kamu, Dewi”

Ia tertawa lepas. Tidak lama bayangannya memudar. Aku kembali ke telaga mimpi dan ia menghilang.

“ sepertinya ia terbangun”

Goda Jessica. Aku tersenyum lalu kemudian tertawa

“ kalau begitu aku ingin istirahat, Jessica”

Jessica lalu memelukku. Aku tertidur di pelukannya dan meninggalkan telaga mimpi. Mimpiku bebas dan aku tertidur seperti manusia biasa

Aku terbangun di sebuah gang yang kotor. Pakaianku kembali lusuh dan kotor. Aku tidak sengaja melihat bayangan di kaca dan aku melihat diri lamaku.

“ Tidak”

Aku melihat Dina. Gadis yang menjadi alasan kenapa aku berubah. Aku ingat alasan aku berubah karena dia. Aku mendekatinya dan ia menoleh. Ia melihatku dengan tatapan jijik

“ ugh gembel ini lagi”

Aku sangat menyukainya. Tapi bahkan ketika aku masih punya rumah dan hidup normal, ia tidak pernah menolehku. Ia pun pergi. Aku tidak mengejarnya. Kepalaku terasa sakit dan tak lama aku terbangun.

“ Dina….”

Aku berlari ke kamar mandi. Aku melihat kaca dan aku melihat bayangan wajah baruku, Billy

“ syukurlah, itu hanya mimpi”

Aku memanggil Jessica berulang kali namun ia tidak muncul. Kurasa ia tidak selalu mengawasiku.

“ Billy!”

Aku menelpon Suster Dewi. Ia mengangkatnya dan kami melakukan panggilan video. Ia masih bekerja

“ aku masih kerja sayang, tadi ketiduran bentar. Kamu ke bangun atau baru mau tidur”

Saat itu jam 4 pagi. Aku bilang aku terbangun dari tidurku.

“ kasur sepi nih, ga ada kamu”

Godaku. Ia melihat sesuatu dan wajahnya seketika serius

“ aku tutup ya, ada Dokter Sari”

Ia mengangguk dan ia menutup teleponnya. Aku menelpon Dokter Sari. Ia langsung mengangkatnya dan kami melakukan panggilan video

“ sayang! Aku masih kerja, itu kamar kamu?”

Aku dapat melihat bayangan Suster Dewi. Aku beruntung ia tidak menyebut namaku sehingga Suster Dewi tidak menoleh

“ iya ini kamar aku. Sedih, malam ini aku tidur sendiri”

Godaku. Dokter Sari pura-pura sedih

“ Kasian, nanti pagi sarapan yuk. Jemput aku ya, nanti aku ikut kamu sarapan di hotel. Gimana?”

Aku mengangguk. Ia lalu izin menutup telepon karena ia masih sibuk.

Aku bertemu Dokter Sari pagi itu. Aku beruntung ia meminta dijemput di mini market dekat rumah sakit. Ia hanya istirahat dan harus segera kembali. Aku mengajaknya ke hotel dan sarapan di sana.

“ kenyang banget, biasanya jam segini aku cuma makan di kantin. Untung hotel kamu ga jauh ya. Dan ga macet”

Ucap Dokter Sari setelah menyantap sarapan.

Kami lalu ke kamar. Sambil tertawa ia pun berlutut di depanku. Ia menurunkan celanaku, lalu melepaskan boxerku. Kontolku melompat dan menampar pelan wajah cantiknya

Ia membuka mulutnya. Ia memejamkan mata dan mulai memberiku kuluman yang nikmat. Aku mendesah pelan. Aku remas rambutnya dan menggenjot pelan kontolku di mulutnya. Sesekali kontolku menghantam gigi manisnya karena itu blowjob pertamanya

Kontolku memerah dan sudah sangat tegang. Sambil tersenyum nakal Dokter Sari mulai mengocok kontolku. Aku mendesah keras. Kontolku berkedut dan menyembur wajah cantiknya.

“ Dokter Sari…..”

Ia tertawa melihatku ejakulasi sambil menyebut namanya

“ kenapa sayang?”

Aku terus ejakulasi di tangannya. Aku tidak dapat menahan diri hingga tak sadar rambut sampai tubuhnya sudah penuh spermaku.

Kami tertawa mesra. Ia menunggangiku dan kami melanjutkan ronde ke dua dengan posisi WoT. Ia memekik keras dan hanya beberapa menit, dokter Sari mencapai puncak kenikmatannya.

Ia lalu mandi mencuci tubuhnya. Aku menunggunya sambil menonton TV. Aku hanya mengenakan celana pendek dan kaos baru. Ia keluar dan mulai bersiap.

“ sayang kamu ga mandi?”

Tanya Dokter Sari. Aku menggeleng kepala.

“ ihh jorok kamu, Yaudah yuk. Aku hampir telat”

Aku mengantarnya ke rumah sakit. Seperti sebelumnya aku mengantarnya hingga ke lobby. Ia lalu turun dengan tenang. Dokter Sari melambaikan tangan dan masuk ke dalam rumah sakit. Tidak lama Suster Dewi menelponku. Aku bahkan belum berpindah dari posisiku

“ Sayang, aku di halte nih. Tapi aku telat telepon kamu. Kamu udah jalan? Aku tunggu ya”

Aku tertawa geli. Aku hanya bergantian dilayani oleh wanita-wanita cantik ini

Beberapa minggu kemudian. Aku terbangun di kasurku. Suster Dewi membangunkanku dengan senyum manisnya. Ia masih bugil setelah adegan ranjang kami semalam. Ia menunggangi tubuhku dan kami melakukan sex singkat dengan posisi WoT.

Suster Dewi lalu mandi. Aku mencuci muka sedangkan dia membasuh tubuh indahnya di bathup. Aku melihat tubuhnya cukup lama. Suster Dewi sudah 33 tahun dan sudah cukup berumur. Dokter Sari 29 tahun dan termasuk dokter termuda dan paling sukses di bidangnya. Suster Dewi sangat cantik dan aku masih sangat menyukainya.

Aku diam-diam melihat foto Dokter Sari. Aku masih penasaran dengan Dokter muda ini. Aku sudah cukup sering berkencan dan tinggal di rumahnya. Aku menoleh Suster Dewi lagi dan ia tersenyum. Aku sebenarnya suka mereka berdua dan aku beruntung bisa menyembunyikan punya dua pacar selama sebulan lebih. Mereka bahkan satu tempat kerja. Tapi jika aku bisa memilih, entah bagaimana kini aku lebih penasaran dengan Dokter Sari

“ Si Billy, Bule muda itu gonta-ganti cewek terus ya”

Bisik pelayan hotel

“ ah biasa, kalo cowok ganteng, tajir, apalagi Bule, siapa yang ga mau. Gua aja mau”

Dua pelayan hotel membicarakanku. Aku hanya tersenyum. Mereka pasti melihat aku bergantian mengajak Dokter Sari dan Suster Dewi ke hotel namun mereka hanya memerhatikan

Suster Dewi sudah berseragam lengkap. Kami sarapan di hotel. Banyak wanita-wanita muda yang berbisik di dekatku bahkan ketika aku sarapan berdua dengan Suster Dewi. Ia melihat kesekelilingnya dan menatapku sinis

“ awas ya kalo nakal sama cewek lain”

Ancamnya. Aku hanya tertawa

“ ga kok sayang, tenang ya.”

Aku cubit pipinya dan wanita-wanita muda di sekelilingku malah terpesona. Suster Dewi justru makin malu.

Aku mengantar Suster Dewi ke halte biasa. Kami berpelukan lalu ia turun. Ia berjalan ke hotel. Aku meraih handphoneku dan menelpon Dokter Sari. Ia tidak mengangkat teleponku. Aku memejamkan mataku dan tertidur di dalam mobil di pinggir jalan

Aku terbangun di telaga mimpi. Jessica di sana sedang merawat sebuah pohon. Ia pasti sedang rindu temannya. Aku tidak mengganggunya. Tidak ada siapa-siapa di telaga mimpi ini. Semua gadis yang pernah aku tiduri, mereka semua bangun sehingga mereka tidak muncul di telaga mimpi

“ di mana Dokter Sari”

Aku kembali terbangun. Ia mungkin masih bertugas. Aku memutuskan kembali ke hotel. Aku memutuskan bersantai dan berenang.

“ gagahnya”

“ haaai”

Banyak wanita muda yang menyapaku di kolam renang itu. Aku melambaikan tangan kepada mereka. Aku hanya ingin bersantai jadi aku masuk ke kolam renang dan berendam seharian.

“ maaf Pak, Bapak dari kamar berapa?”

Aku bersantai di pinggir kolam renang. Pelayan muda bertanya kepada seorang pria. Orang luar memang tidak boleh sembarangan ke kolam renang hotel. Aku menoleh dan aku terdiam

“ Ajudan itu”

Ia di sana. Ia mengawasiku. Aku memalingkan pandanganku pura-pura tidak peduli. Pelayan muda itu terus bertanya. Pria itu berbalik dan pergi.

Aku keluar dari kolam renang. Aku mengenakan handuk dan berjalan ke ruang ganti. Ajudan itu masih mengawasiku. Aku masuk ke ruang ganti dan tak lama ia juga masuk

“ aaaaaaaw”

Aku kikuk karena Ajudan itu mengawasiku. Aku masuk ke ruang ganti wanita. Wanita-wanita itu terkejut begitu aku masuk

Ajudan itu keluar. Aku berbalik dan hendak keluar namun mereka lalu tertawa

“ nah kalo kamu gapapa”

Goda salah satu dari mereka. Mereka semua tertawa. Aku ikut tertawa. Mereka semua mengerubungiku dan aku akhirnya mandi di kamar ganti wanita.

Aku keluar dari ruang ganti itu. Ajudan itu sudah pergi. Untuk pertama kali sejak sekian lama, aku takut kembali. Ajudan itu, aku yakin ia tidak seramah orang pada umumnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika aku tidak salah masuk dan ia juga masuk ke ruang ganti. Aku naik ke kamar hotel dan untuk pertama kali, tubuhku gemetar

Saat itu jam 11. Dokter Sari menelponku. Aku mengangkatnya dan aku berusaha tenang seperti tidak terjadi apa-apa

“ sayang, maaf ya aku ga angkat telepon. Tadi ada operasi, jadi aku ga bisa sembarangan bawa hp”

Aku tersenyum. Ia mengajakku makan siang di apartemennya. Ia istirahat sebentar dan harus kembali sore nanti. Aku ambil mobil dan menjemputnya di rumah sakit.

Dokter Sari mengajakku bertemu di sebuah Cafe. Aku parkir di depan cafe itu. Aku berpakaian rapi. Aku turun dari mobil dan masuk ke cafe

“ sayang!”

Dokter Sari melambaikan tangan. Aku ikut melambaikan tangan. Aku duduk di depan Sari lalu ia melambai kepada seseorang

“ Mbak Dewi!”

Dewi tiba-tiba di sana. Sari melambaikan tangan dengan wajah tanpa dosa. Dewi terdiam. Aku menoleh dan kedua mata kami saling bertemu.

Dewi menahan tangisnya. Aku berbalik dan pergi begitu saja. Aku sempat terdiam. Sari seketika kebingungan.

“ lho? Kenapa?”

Tidak. Sari tidak boleh tahu! Aku tersenyum dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa

“ lagi sibuk kali. Atau capek”

Sahutku. Dokter Sari menggangguk sambil tersenyum

“ Wajar sih. Rumah sakit lagi repot-repotnya beberapa hari ini”

Jawabnya tanpa dosa. Aku memegang tangannya dan kami mengobrol lalu bermesraan seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa

Aku pulang ke apartemen Dokter Sari. Aku memikirkan Suster Dewi sepanjang perjalanan. Aku tahu ini akan terjadi tapi aku membiarkannya. Kini aku harus menerima jika salah satu dari gadis ini akan terluka.

Aku mencumbu Dokter Sari mesra. Aku tindih tubuhnya dan dengan nafsu ku genjot memeknya dari atas. Kami bercinta seolah tidak terjadi apa-apa. Aku menggenjot Dokter Sari, meluapkan nafsuku, dan sejenak melupakan persoalan Suster Dewi

Kami keluar bersama-sama. Aku mencabut kontolku dan menyembur sperma ke tubuh Dokter Sari. Ia bernafas terengah-engah. Aku harus menerima perbuatanku hari ini. Saat itu juga aku memutuskan memantapkan hubunganku bersama Dokter Sari dan merelakan Suster Dewi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd