Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Episode 6

Jessica memperingatkan jika kekuatanku berlaku hampir ke setiap manusia terutama wanita. Tidak peduli bangsa apa pun, Tua atau muda, cantik manis atau biasa saja, dan alim, kuat iman atau tidak.

“ jadi aku bisa saja membujuk Ustadzah Hajah muda cantik umur 18 tahun dengan gampang?”

Jessica tertawa lepas

“ kau tahu jawabannya Billy. Terkadang sihir sama saja sepeti Ilmu pengetahuan. Yaitu mutlak. Bahkan manusia biasa tidak perlu kekuatan apa pun untuk menggoda wanita seperti itu. Apalagi kamu? Kau dapat meliriknya dan ia siap menuruti semua permintaanmu. Gadis manusia itu? Tabib wanita itu? Apa menurutmu mereka wanita murahan?”

Beberapa minggu kemudian. Aku menunggu di sebuah cafe. Sudah beberapa minggu sejak aku keluar dari rumah sakit. Aku mengecek handphoneku, menelpon seseorang, lalu tidak lama ia muncul

“ Billy sayang”

“ Suster”

Suster Dewi muncul malam itu. Aku berdiri, memeluknya di depan banyak orang dan kami bercumbu mesra

“ maaf ya aku sibuk belakangan ini. Namanya nakes,”

Ucapnya manja. Kami sudah sering berkencan. Tapi karena ia sangat sibuk, kami hanya berkencan di waktu tertentu. Biasanya malam hari. Suster Dewi mengenakan gaun mini dress hitam yang aku berikan padanya

“ kamu mobil baru ya? Keren banget mobilnya”

Tanya Suster Dewi. Aku mengangguk. Aku mendapat hadiah mobil beberapa hari yang lalu saat aku hanya melihat-lihat. Hotel tempat aku menginap tiba-tiba ramai saat aku menjadi duta besarnya. Pesona baruku tidak main-main. Manager show room itu mendekatiku dan aku seketika memenangkan doorprize. Tas ku pun penuh dengan kupon belanja dan kupon makan restoran mewah

“ kalo kamu mau, ambil aja”

Godaku. Suster Dewi langsung memukulku

“ Main-main kelewatan! Nanti PHP”

Sahutnya sinis. Aku tertawa lepas

“ aku serius”

Ia menatap mobil itu dan bahkan memeluknya

“ Tapi temen-temen di sana pasti julid kalo aku tiba-tiba punya mobil ini. Terus minyaknya, terus pajaknya. Huaaaaaaaaa”

Aku juga baru ingat aku punya kupon isi bbm yang mungkin cukup untuk sepanjang tahun. Suster Dewi merangkulku manja di mobil

“ aku merasa beruntung bisa punya suami kayak kamu. Aku pengen kita manjaan malam ini”

Kami belum menikah. Aku tidak menikahi Suster Dewi karena sebagai Bule suster Dewi mengerti kami terkadang malas menikah. Rencananya aku akan menikahinya kalau aku benar-benar sudah berhenti bertualang. Ia selalu merangkulku manja ketika bertemu dan meminta jatah bermanja-manjaan. Orang super tampan memang memiliki previlege yang luar biasa

Aku mencetak tiket bersama Suster Dewi. Ia lalu ke kamar mandi dan aku mengantri membeli popcorn. Di sanalah aku beradu mata dengan kasir bioskop itu. Ia sangat sexy. Kami saling bertatap-tatapan. Aku tersenyum menggodanya dan ia semakin malu. Namanya Ririn. Aku pegang tangannya ketika hendak membayar. Ia akhirnya jatuh ke pelukanku.

“ sayang aku ke kamar mandi dulu ya”

Suster Dewi mengangguk

“ jangan lama-lama ya”

Aku keluar dari bioskop. Film belum di mulai. Aku masuk ke sebuah ruangan yang seperti gudang dan Ririn menungguku di sana.

Aku ejakulasi hebat. Aku menggenjotnya dengan posisi doggy menghadap dinding. Aku meremas toketnya dan ejakulasi sebanyak-banyaknya di dalam memeknya. Ririn orgasme hebat. Spermaku cairan orgasme dan darah perawannya bercampur di lantai gudang itu. Kami melakukan sex singkat di gudang bioskop itu. Aku senang aku bisa ngentot dengan siapa saja bermodal tampang baruku ini

Film lalu dimulai. Aku kembali berkencan dengan Suster Dewi. Aku pegang tangannya dan ia meletakkan kepala di pundakku. Ia bersandar manja. Kami bermesraan sepanjang menonton film di bioskop

Aku mendorong suster Dewi ke atas kasur. Kami sudah kembali ke hotel. Aku tindih dia. Mencumbu bibirnya melahapnya liar sambil melepas gaun dan pakaian dalamnya. Ia remas jasku dan melepasnya dengan liar

Kami sudah sama-sama bugil. Suster Dewi memekik kencang ketika jemariku mencolok-colok memeknya. Tubuhnya menggeliat. Ciumannya semakin liar. Jemarinya meraih kontolku dan mengocoknya. Jemariku semakin ganas hingga tak lama ia melolong panjang dan

“ Billy!!!!”

Ia mencapai orgasmenya tidak sampai semenit. Ia sangat cepat orgasme ketika aku menyentuhnya. Aku membiarkannya orgasme sambil mencumbu pelan bibirnya. Suster Dewi lalu menungging. Ia memejam mata dan

“ ooohhhhhgg”

Ia memekik keras ketika kontolku menusuk anusnya. Aku merasakan kenikmatan yang tak terhingga. Aku remas pinggulnya dan menggenjot anusnya keras dan tanpa ampun.

“ ohhh ohhh ohhh”

Suster Dewi memekik kencang. Aku ikut mendesah. Ia memekik lebih keras dari biasanya. Wajahnya sangat memerah. Ia meremas kasur dan menungging meletakkan kepalanya di kasur. Pekikannya semakin kuat. Lubang anus Suster Dewi tak kalah nikmatnya dibanding lubang memeknya.

Pinggul suster Dewi merah karena remasanku. Tubuhnya gemetar dan tak lama ia menyemburkan cairan sangat deras dari memeknya. Ia squirt sangat hebat. Ia melolong panjang dan lemas. Aku cabut kontolku yang masih lama lalu mengocoknya. Kontolku berkedut dan aku segera menusukkannya ke memeknya yang masih basah karena squirt

Aku ejakulasi di dalam memeknya. Aku sangat puas. Aku diamkan kontolku di memeknya beberapa lama, menikmati denyut-denyut pijatan dinding memeknya. Suster Dewi sangat lemas. Ia meremas kasur sambil tertawa puas

“ sayang, belum sejam aku dah ga kuat”

Bisiknya lemas. Aku tertawa. Kami berpelukan mesra. Aku memutar lagu untuk mencairkan suasana. Kami istirahat sebelum masuk ke ronde selanjutnya.

Pagi itu di hotel. Aku mengantar Suster Dewi ke spa hotel. Ia memanjakan diri di dalam spa dan merawat dirinya. Ia akan di dalam sana selama beberapa jam. Aku kembali ke kamar. Seseorang mengetuk pintu dan aku segera menyambutnya

“ Billy! Kok ga ada kabar!!!”

“ suster Caca”

Kami pun bercumbu lama. Setelah semalaman dilayani Suster Dewi, aku memanggil Suster Caca. Suster Caca memang kalah cantik dengan Suster Dewi. Tapi ia lebih muda dan tubuhnya lebih sexy. Aku buka seragamnya dan kami bercumbu cukup lama.

Kami berkelon-kelonan di bathup. Aku meremas dan mencumbu buah dadanya. Jemariku yang satunya terus mengusap memeknya. Ia mendesah di dalam bathup itu. Wajahnya memerah dan ia terus mendesah menikmati kecup bibirku di toketnya, dan jemari nakalku di memeknya

“ yahhhh oh”

Ia orgasme panjang. Jemariku berhasil memuaskannya. Ia squirt deras. Aku tertawa puas dan ia pun tersenyum puas. Aku menindihnya dengan posisi misionaris dan kami mengentot liar di dalam bathup itu.

Aku ejakulasi hebat. Kami berpindah ke kasur dan aku kembali mengguncangnya dengan posisi WoT. Aku mengguncangnya dari bawah dan meremas buah dadanya. Kami bercinta empat kali. Aku mengantar Suster Caca turun ke lobby lalu pulang. Kami sempat berpelukan mesra. Aku cukup gila hari itu. Tidur dengan wanita lain, sementara pasanganku di gedung yang sama. Aku naik ke spa dan menunggu Suster Dewi di sana

“ ugh lega. Aku ga pernah perawatan kayak gini. Fresh banget rasanya. Lama ga nunggunya?”

Aku menggeleng kepala. Andai Suster Dewi tahu apa yang terjadi sebenarnya

“ ga kok, biasa aja”

Jawabku. Ia tampak jauh lebih cantik. Kami berkencan karena hari itu ia sudah izin off. Kami berkendara menuju pantai.

“ wah aku ga pernah ke pantai ini”

Kami berfoto berdua di pantai pasir putih. Aku juga tidak pernah ke pantai ini. Aku senang untuk pertama kalinya, aku merasakan ke pantai dengan Suster Dewi. Ia jauh lebih cantik dengan pakaian biasa. Kami bergandengan mesra di pantai itu. Aku pandang wajahnya dan aku senang betapa bahagianya dia

Aku terbangun pagi itu. Sudah beberapa hari sejak kami bermesraan di pantai. Aku sudah sebulan lebih menjalin hubungan dengan suster Dewi. Hari itu aku terbangun di sampingnya. Aku bangunkan dia dan ia tersenyum

“ Pagi Billy”

“ Pagi sayang”

Aku mengecek hpku dan ada tiga miss call dari dokter Sari. Suster Dewi sedang mandi. Aku menelpon Dokter Sari dan tidak lama ia mengangkatnya

“ Billy, Baby”

Ia mengangkat telepon videoku.

“ Dokter”

Aku menelpon Video di depan tv. Agak jauh dari wc agar suster Dewi tidak mendengarku

“ maaf aku sibuk beberapa minggu ini. Aku ingin panggil kamu, jawab telepon kamu, tapi…. Namanya Nakes. Kita jarang nganggur”

Aku merasa tidak pernah menelponnya. Tapi Dokter Sari mengatakan aku menelponnya beberapa kali setiap hari.

“ kamu mau ketemu hari ini?”

Dokter Sari mengajakku bertemu. Suster Dewi bilang ia akan sibuk hari ini. Aku menjawab iya. Kami berjanji akan bertemu satu jam lagi.

“ maaf ya sayang. Hari ini aku agak sibuk, jadi mungkin pulangnya pagi. Kalo kamu udah tidur, aku pulang ke rumah gapapa kok”

“ gapapa sayang, kabarin aja ya”

Suster Dewi turun di halte di dekat rumah sakit. Aku meluncur ke cafe di mana Dokter Sari menungguku. Ia duduk di sana. Keadaannya kusut, aku turun dan duduk di depannya

“ Billy”

Ia tersenyum. Aku ikut tersenyum

“ hai Dokter”

Ia lalu menangis sejadi-jadinya

“ maaf aku ga jawab telepon kamu. Harusnya aku menjawabnya. Aku kesepian beberapa hari ini. Lalu aku ingat, aku ada kamu”

Aku sudah mengecek handphoneku. Entah bagaimana aku menelpon Dokter Sari beberapa kali namun ia tidak menjawabnya. Aku tidak ingat aku menelponnya. Aku seketika teringat seseorang

“ Jessica”

“ lalu kakakmu menelponku dan dia bilang, kamu berusaha menelpon aku.”

Aku menghapus air matanya. Aku pegang tangannya kuat dan bertanya ada apa. Ia menggeleng kepala dan menjawab

“ aku cuma butuh kamu. Harusnya aku jawab teleponmu di hari kamu pulang”

Sepertinya sesuatu terjadi waktu ia pulang. Ia tidak ingat kalau kami juga sudah berpacaran. Aku memeluknya lalu menuntunnya ke dalam mobilku.

“ kamu mau pulang sama aku, atau ke rumah kamu?”

Tanyaku. Ia menyandarkan kepalanya ke pundakku. Ia mengajakku ke apartemennya. Kami tiba di sebuah apartemen tidak jauh dari rumah sakit itu. Kami turun dari mobil, naik lift, dan ia mengajakku masuk ke rumahnya

“ inilah rumahku. Aku pengen tunjukkin ini ke kamu. Rumah yang aku beli dengan kerja keras aku”

Dokter Sari. Ia tampak seperti wanita yang kuat dan mandiri namun ia juga wanita. Ia punya sisi lembut. Sesuatu terjadi dan ia butuh seseorang. Ia memanggilku. Ia lalu memelukku mesra

“ Billy… aku seneng kamu di sini.”

Aku tersenyum dan mengusap punggungnya berusaha menenangkannya

“ aku juga. Aku lebih seneng lagi, sayang”

Ia tersenyum malu. Aku mencumbunya. Kami berciuman mesra. Sama seperti saat mencium Suster Dewi, aku sangat suka setiap kali aku mencumbu Dokter Sari. Aku juga menyukainya.

Aku membuka pakaiannya. Dokter Sari tersenyum senang. Ia kini bugil di hadapanku. Tubuhnya langsing dan indah seperti Suster Dewi. Aku melepas pakaianku dan ia memeluk tubuh bugilku untuk pertama kalinya

“ Billy”

Aku membaringkan tubuhnya. Aku memeluk tubuhnya dari atas. Kedua wajah kami saling bertatapan. Aku cumbu ia mesra sambil mengusap pelan memek perawannya

Cumbuannya perlahan semakin liar. Lidah kami saling melilit-lilit. Ia menghisap lidah dan bibirku ganas. Tubuhnya makin menggeliat. Jemariku terus mengusap memeknya ganas. Tidak lama tubuhnya menggelinjang hebat dan wajahnya memerah. Dokter Sari mengalami squirt yang hebat.

Aku menahan kedua tangannya. Ia masih terengah-engah karena squirt itu. Ia menatapku mesra

“ pelan-pelan sayang”

Bisiknya. Aku menusuk kontolku ke memek perawannya. Aku merobek keperawanannya. Ia melirih sakit dan darahnya menetes sedikit. Aku tanamkan penisku sedalam mungkin. Lirihnya berubah menjadi desahan. Aku mulai menggenjotnya pelan.

“ ahh Billy….”

Ia mendesah pelan. Wajahnya memerah. Tubuhnya mulai menggelinjang. Aku menggenjotnya pelan. Ia membalas genjotanku dari bawah. Ia pejamkan matanya dan mulai mendesah kencang

Aku mempercepat hujaman kontolku. Ia membalas genjotanku. Pinggulnya bergoyang hebat. Ia menatap wajahku pasrah. Aku cumbu bibirnya dan kami kembali bercumbu liar.

Kami keluar bersama-sama. Tubuhnya menggeliat hebat. Kami sama-sama terengah-engah. Aku masih memeluknya mesra. Kontolku terus berkedut memuntahkan sperma di dalam memeknya.

“ terima kasih Billy, hari ini aku seneng banget”

Bisiknya mesra. Aku kembali mencumbunya mesra. Kami berciuman mesra, bersiap melanjutkan adegan intim itu ke ronde ke dua

Kami turun dengan lift. Saat itu pukul 7. Kami ngentot tujuh kali dan aku sangat puas. Kami sempat tidur dua jam. Ia menggandengku mesra. Ia harus tugas malam hari itu.

“ Sari!”

Seseorang memanggilnya. Kami menoleh. Seorang pria berjas memanggilnya ia dikawal dua orang berbadan tegap. Sari menggandengku erat

“ ga ada yang perlu kita bicarain lagi”

Ucapnya tegas. Pria itu tertawa

“ Lu nolak gue, demi Bule jelek kere ini?”

Aku terdiam. Itu pertama kalinya kekuatanku tidak mempan kepada seseorang. Biasanya kekuatanku juga akan berpengaruh kepada pria. Karena Manager yang memberiku doorprize itu, adalah pria. Dan ia normal, bukan h*mo

“ ini pilihanku, Airlangga”

Nama yang tidak biasa. Aku ingat siapa dia. Airlangga Herman. Keluarga Herman, mereka konglomerat paling kaya dan paling berpengaruh di Indonesia. Mereka termasuk jajaran orang kaya di Asia, bahkan dunia. Ia tertawa sambil bertepuk tangan mendengar ucapan Dokter Sari

“ lu bakal nyesel”

Ia menatapku lalu menatap Sari. Aku maju tanpa ragu. Ajudannya maju dan hendak memukulku. Airlangga mencegahnya

“ Anda punya masalah?”

Ia kembali tersenyum licik.

“ hidup lu ga kan tenang mulai hari ini”

Aku akhirnya bertemu orang yang bukan hanya tidak mempan dengan kekuatanku, Tapi juga memusuhiku. Ia pergi dengan mobil Hummernya. Aku menghidupkan mobilku dan menuntun Dokter Sari naik ke mobil

“ maaf ya, tadi itu…. Tadi itu orang yang selalu ganggu hidupku dan hidup keluargaku”

Ucapnya. Ia kembali termenung. Aku meraih dagunya dan mencumbunya. Ia kembali tersenyum.

“ ada aku di sini Dokter Sari. Kamu ga perlu takut”

Dokter Sari tersenyum manis

“ Tapi kamu masih muda, masih setengah anak-anak. Baru 18 tahun. Masih remaja. Pria itu dua kali lipat umur kamu”

Itu benar. Remaja 18 tahun yang super tampan dan mungkin bisa mendapat apa saja gratis.

“ tapi aku bahagia kamu di sini Bill. Seengaknya aku ga sendiri lagi”

Aku tersenyum senang. Kami berpelukan. Aku tancap gas, keluar parkiran apartemen dan mengantarnya ke rumah sakit.

Aku mengantar Dokter Sari sampai ke lobby rumah sakit. Aku ragu apakah Suster Dewi akan melihatku. Dokter Sari turun dan ia melambaikan tangan. Aku keluar dari rumah sakit lalu menelpon Suster Dewi. Ia mengangkat teleponku dan ia ternyata masih cukup sibuk. Aku sempat berhenti di pinggir jalan. Aku teringat ancaman Airlangga, konglomerat itu dan aku tertawa geli. Aku penasaran bagaimana ia membuat hidupku tidak tenang
 
Karena udah lumayan rame, nubi pengen tahu, mana Tim Dewi sama mana Tim Sari :D :beer:
 
Seru kalau ada fantasinya gini,,,, hihihi
Tapi wanitanya jangan dimainin prasaanya kalau emang cuma mau di pake hu,,,, hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd