Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua ini gara-gara adik kembarku (by C4th13)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Episode 6 - Kak Tina dan aku

Sejak kejadian itu Tina menghindariku selama berhari-hari. Ia bahkan tidak mengambil hadiahnya, baju baru yang ku janjikan. Beberapa kali aku menegurnya tapi ia cuek saja, seakan tidak melihat keberadaanku. Tapi aku gak memikirkan hal itu, aku tahu kalo ia perlu, ia pasti mendagangiku.

Akhirnya setelah satu minggu lebih, ia sendiri yang datang mendekat lalu duduk di samping ku. Tapi tetap masih diam tak mau bicara.

“Kak, tambah cantik hari ini. Tumben gak dijemput pacar yah?” Aku basa basi menghilangkan kecanggingan.

“Eh iya Rey, uang belanja sudah habis. Kakak butuh bahan-bahan untuk kepasar.” Kak Tina tidak menanggapi basa-basiku, dan langsung mengutarakan tujuannya.

“Oke, tunggu yah!” Aku mengeluarkan dompet dan memberinya uang.

“Banyak sekali, Rey!” Kak Tina kaget.

“Yang uang baju kemarin Kakak lupa minta. Emang gak mau?” Aku mengingatkannya tentang perjanjian lalu yang belum sempat dibayar.

“Bukan gitu Rey, tapi…!”

“Kakak masih marah aku?” Aku balas bertanya.

Kak Tina tidak bicara, hanya menggeleng.

“Terus kenapa?”

Kak Tina diam aja, mungkin ia masih malu kepadaku.

“Kak, aku minta maaf yah, aku salah sudah kirim video itu ke Reyvan, padahal kenangan indah itu seharusnya menjadi rahasia ta berdua.” Kataku sambil merangkulnya dan menggenggam tangannya.

Kak Tina diam saja, kepalanya malah terus tunduk seakan tak berani menatapku. Tanganku mulai bergerak, dan membelai rambut panjangnya. Aku tahu tak lama lagi ia akan bicara.

“Kamu sih nakal banget!”

“Tapi kakak menikmatinya kan?” Aku memancingnya.

Kak Tina tersenyum, gayanya kalo ia lagi malu, Pasti sebentar lagi akan terkekeh…

“Apa karena aku kurang pro yah mainnya?” Aku mendesakknya.

“Justru itu Rey, kakak takut jangan keterusan!” Akhirnya pengakuan itu keluar juga, senyumnya makin lebar di bibir, pasti lagi mengingat peristiwa itu.

“Emangnya kakak belum pernah? Eh apa kakak masih prewi?” Tanyaku sambil menyelidikinya

“Ihh pake tanya-tanya. Gak sopan!” Ia menampikku.

“Mau aku unboxing kak?” Secara tiba-tiba tanganku mendarat di pahanya serta membelai naik ke arah selangkangan. Otomatis tangannya menghentikan tanganku yang nakal.

“Hahaha nakal... mesum!” Ia sudah bisa tertawa, berarti semua ganjalan sudah hilang. Pasti ia gak malu-malu lagi padaku.

“Alaaaa pake maku-malu, paling kalo sudah kena bibirku, Kak Tina langsung mendesah-desah!” Aku meledeknya lagi.

“Ihhhh…!” ia mencubitku. Artinya ia sudah kembali seperti dulu, suka bercanda denganku.

“Kak, aku jamin kok, pasti kakak akan menikmati tusukanku!”

“Nakal…!” ia menutup telinganya, seakan tidak mau mendengar kata-kataku yang sudah masuk ke ranah vulgar. Tapi ia tidak beranjak dari tempat duduknya, artinya masih mau mendengar ocehanku yang mesum.

“Tapi aku gak yakin kak Tina masih prewi!” Aku memancingnya lagi.

“Eh... siapa bilang?”

“Aku sudah liat kok bentuknya, sudah lain kak. Pasti udah gituan sama Aldo.” Aku terus memancing dia dengan menyebut nama pacarnya.

“Ihhhh, gak kok!” Kak Tina menjitakku.

“Aku gak yakin kak, kalo memang masih prewi coba buktikan?”

“Ihhh maunya... modus kamu, hahahaha!” Kak Tina terkekeh lagi, malah tawanya makin lepas. Aku sedang melihat perubahan sikapnya.

“Jujur kak, apa benar masih prewi?”

Tina masih diam dan menatapku sambil tersenyum misterus, tak lama kemudian ia tertawa kecil

“Tuh kan… artinya sudah bolong! Eh kak, Aldo jago mainnya yah?”

“Gak tahu!” Ia mengangkat bahunya, masih terus melayani permainanku.

“Aku gak yakin kalo kakak puas, pasti nanggung. Dia suka pake gaya apa?” Aku mencecernya terus.

“Mesum... ih! Perlu kamu tahu yah, kakak belum pernah ML dengan Aldo!” Katanya sambil tersenyum.

“Kalo bukan Aldo, terus siapa? Astaga... jangan-jangan…!”

“Hahaha... asal tebak aja kamu!” Kak Tina langsung menyingkir, mungkin takut rahasianya terbongkar. Ia terus tertawa sambli menjauh.

——

Aku gak mau tergesa-gesa mengeksekusinya, karena Kak Tina sepupuku dan hubungan kami sangat dekat. Aku tidak mau kalo kita berantem, ataupun kalo keluarga besar sampai tahu. Apalagi dia sangat dekat dengan ibuku. Kalo ia bilang ke ibu, yah… game over!

Aku menunggu waktu yang tepat. Akhirnya kesempatan itu datang juga, hampir dua minggu sejak aku menelanjangi Kak Tina. Matahari baru tenggelam dan malam baru saja mulai. Tetapi waktu itu kosan lagi sepi, Tono pergi keluar dengan temannya, agaknya akan nginap di sana.

Samar-samar aku mendengar kalo Kak Tina lagi mandi di kamar mandi belakang, yang berada tepat disamping kamarnya, tepatnya diantara kamarnya dan kamar Tono. Dan kebetulan juga kamarnya tidak dikunci. Aku masuk ke kamarnya, lalu diam-diam sembunyi di belakang meja belajar menunggu ia masuk ke kamar.

Dan benar, tak lama kemudian Kak Tina keluar kamar mandi hanya berbalut handuk. Tanpa melihatku, Ia langsung mengunci pintu, lalu membuka lemari untuk mencari baju tidur. Tak lama kemudian handuknya jatuh, eh mungkin sengaja karena ia sudah mau ganti baju.

Tubuhnya yang telanjang bulat kembali menjadi santapan mataku.

Klik...

Pas ketika ia melempr handuknya ke gantungan, aku langsung mematikan lampu membuat ruangan ini gelap gulita. Kak Tina masih belum mengetahui keberadaanku. Walaupun gelap gulita, tapi ia diam aja. Ia gak takut gelap, mungkin sudah biasa mati lampu di kampungnya.

“Aaahhhhh!” Tina teriak ketika tubuhnya yang telanjang ku colek dari belakang. Ia kaget dan ketakutan menyadari ada orang lain dikamar.

Tanganku yang satu kini terjulur dan membelai toket dan perutnya. Ia makin ketakutan, teriakannya makin kuat.

“Astaga, Rey! Tolong...! Aahhh!” Ia kembali memekik ketika aku mencoleknya lagi.

“Hahahaha... aku tertawa puas dan menghidupkan lampu. Kak Tina menatapku terbelalak!

“Rey... apaan sih, jahil banget. Ihhhhh!” Ia lega menyadari kalo aku mempermainkannya, lalu menimpahkan semua kekesalannya kepadaku. Ia terus mengejarku yang sudah mencoba menghindar.

“Ampun kak! Maap... gak sengaja! Hahahaha”

“Kamu sih, iseng banget!” Ia terus mencercaku dengan cubitan-cubitan yang bisa membuat tubuhku bentol-bentol.

“Iya kak, aku janji gak akan nakal lagi” Aku terus menghindar, malah sempat berkejaran. Tapi kemudian aku harus mundur secara teratur ke tempat tidur, tapi Kak Tina terus mengejarku.

“Kak udah dong!” Aku sudah diatas tempat tidurnya terjepit diantara sudut dinding. Gak bisa menghindar lagi

“Gak ada kerjaan, iseng banget!” Ia mengejarku sampai naik ke tempat tidur. Ini kesempatanku.

Tiba-tiba aku mendekat dan menariknya jatuh ke tempat tidur, dan dengan gerakan cepat aku sudah menindihnya sambil menahan tangannya. Kak Tina masih kaget, ketika aku secara tiba-tiba mencolek toketnya yang masih terekspose dari tadi.

“Ehhhh!” Kak Tina baru menyadari kalo ia masih telanjang bulat. Tapj aku sudah siap, dengan cepat aku menahan tangannya dan membelai toketnya. Kak Tina masih diam dari kagetnya, dan tidak sempat melawan ketika mulutku mendarat di puting kirinya.

“Astaga Rey, kok jadi gini... ihhh mesum!”

“Maaf kak, toket seksi ini gak boleh dibiarkan! Siapa suruh dari tadi pamer-pamer ke aku” Kataku sambil terus membelai kedua bongkahan dada. Dengan nakal tanganku yang satu mulai turun ke bawah mencari target lainnya.

“Rey udahh... ahhhh jangan!” Kak Tina terbelalak melihat tatapanku yang penuh birahi.

“Udqh kak, diam aja, terus nikmati!”

“Eh, kamu mau apa?”

“Alaaa, gak usah pura-pura, Kak. Ini kan yang kakak tunggu-tunggu!” Ujarku sambil meledeknya lagi.

“Rey… aduh… tolong…ahhhhhh!”

“Tuh kan mendesah juga. Enak yah, kak?”

“Ihhh…” Kak Tina memalingkan wajahnya, malu. Tapi jelas ia menikmati permainanku.

Mulutku mulai turun meninggalkan bongkahan atas, menyusur turun di tubuh yang seksi itu sambil terus menciumi perut dan pusarnya. Mulutku masih terus mencium tubuhnya, kini sudah berada dalam daerah semak belukar yang dipangkas tipis.

“Maaf kak, aku penasaran!”

“Eh, Penasaran apa?” Ia mencoba mendorong tubuhku, tapi jelas usahanya tidak sepenuh hati.

“Penasaran kalo kakak masih perawan!”

“Astaga... aduhhhh jangannn !” Kak Tina kembali menjerit kecil ketika lidahku kini menjilat tepat di belahan vertikal yang sudah tersaji didepanku. Tapi walau mulutnya bilang jangan, aku dapat merasakan bahasa tubuhnya yang merespons tindakanku.

Tubuh yang indah itu bergetar, dengan otot perut naik turun mengikuti alur seranganku. Desahan serta bahasa tubuh Kak Tina kelihatan seksi banget.

Kali ini aku sudah tahu dimana titik rangsang Kak Tina. Dan ketika aku meningkatkan serangan di daerah tersebut Kak Tina makin kuat merintih nikmat.

“Aahhh Rey... ampunnnn!”

Kali ini aku tidak mengendorkan serangan. Kini mulutku menyeruput mengisap semua cairan dan lidahku bermain disana. Kedua tanganku masih terus memijat toketnya. Dihajar dengan serangan combi seperti itu, Kak Tina hanya bisa mendesah sambil membuka kakinya lebar-lebar.

“OMG! Aduhhhh ahhh!” Kak Tina terus mendesah.

“Gimana? enak, kak?” Aku menghentikan serangan pas ketika ia sudah gak tahan.

“Reyhannnn… ampunnnn!” Ia menjambakku… tapi menarik rambutku supaya kepalaku terus terbenam di selangkangannya. Kak Tina sudah tersandera dengan nafsu.

Tak lama kemudian ia tak mampu bertahan kagi. Tubuh yang indah itu mengedan dengan kuat lalu kelojotan dalam suatu orgasme yang dahsyat. Pinggulnya kembali terangkat daam suatu lengkungan yang indah.

“Aaaaaarrgghhh!” Kak Tina memprokamirkan puncak kenikmatannya.

Jackpot!

Aku tersenyum melihat hasil karyaku, yang membuat Kak Tina dengan cepat mendapat puncaknya. Ia masih memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya. Ternyata orangnya malu-malu tapi sangean. Aku membiarkan ia mengambil nafas sambil pelan-pelan membuka seluruh pakaianku.

“Astaga Rey!” Akhirnya ia mampu berkata-kata.

“Enak yah?” Aku menatapnya dengan senyum mengejek.

“Kamu benar-benar nakal... nakal banget” Kata Kak Tina disela-sela nafasnya yang masih memburu.

“Gantian yah kak, sekarang giliranku.” Aku memegang tangannya serta menuntunnya memegang kontolku yang sudah tegang. Kak Tina meremas kecil dan kembali mengagumi senjataku.

“Milik kamu keras banget, Rey. Besar lagi…” Ia sudah berani memujiku.

“Gimana gak tegang, ceweknya cantik banget.”

Kak Tina mengocoknya pelan sambil tersenyum.

“Rey... masukin aja” Kak Tina berbisik pelan.

“Eh?” Aku kaget, aku tak menduga ia akan minta seperti ini. Kak Tina memalingkan muka.

“Kakak bilang apa?” Aku menarik wajahnya supaya menatapku. Tatapannya binal membayangkan nafsu yang tak mampu ditahan lagi.

“Rey…”

“Gimana kak?” Aku masih menatapnya, mau mendengar permohonannya.

“Masukin... Rey. Aku mau!” Kak Tina meminta tanpa malu-malu lagi.

“Yakin kak?” Aku masih gak peraya apa yang aku dengar

“Iya masukin kontolmu...”

Dengan segera aku mengatur posisi MOT, kakinya kulebarkan dan mengosok rudalku pada belahan yang sangat mengundang itu. Kak Tina diam aja sambil membuka kakinya lebar-lebar.

“Kak, tahan yah!”

Kak Tina memangguk sambil terus menatapku mengantisipasi tusukanku. Ia sudah siap.

“Eh, terus...”

“Aku mulai yah?”

Kontolku terus menggesek permukakan memiau-nya, membuat ia kembali keenakan. Sesekali palkon ku masuk... dan Kak Tina mendesah lagi, bahkan ketika dicabut, ia kelihatan stress.

Ini saatnya... dengan sebuah dorongan agak kuat, milikku memasukinya... sempit sekali, milikku tergesek dengan belahan yang hangat dan licin.

“Aaahhhh Rey... pelan!” Kak Tina menutup mata.

Tapi aku gak membiarkan ia berpikir lagi, dan langsung memompa walau awalnya pelan-pelan. Tina mendesah, masih terus merem tak berani melihat apa yang terjadi.

Rudalku keluar masuk lubang nikmat yang masih sangat sempit. Kalo ku tahu milik Tina enak seperti kni kenapa gak dari dulu aku minta?

Aku terus memompa dengan irama. Aku harus membuat ia dapat duluan. Tusukanku kini makin cepat dan makin bertenaga, milikku sudah masuk sedalam-dalamnya dan berkenalan dengan bagian-bagian tubuh yang belum pernah disentuh benda asing. Aku merasa ada bagian yang lembut ketika aku menusuk dalam-dalam dan terasa mentok dimulut rahimnya.

Indah sekali…

Plok... plok... plok! Aku terus memompa dengan RPM tinggi, tanpa memperdulikan staminaku. Kak Tina membantu menggerakkan pinggulnya, seakan menyambut pompaanku. Rasanya nikmat sekali, tapi aku terus mengedor. Aku harus membuatnya sampai duluan, kalo tidak semua usahaku akan sia-sia.

“Aaahhhh Rey...” Tina mendesah lagi. Kayaknya ia udah dekat. Ku percepat pompaan sehingga tubuhnya kelojotan. Milikku dicengkram kuat ketika ia mengedan, dan memijat batangku dengan nikmatnya. Dan benar juga, palkonku disiram sesuatu yang hangat. Aku tahu ia sudah dapat...

“Aaaarrgggghhhh!” Tina mengedan sambil memeluk aku... tubuhnya masih berkontraksi, beberapa gelombang kejut masih terasa membuat ia kelojotan.

“Gimana enak kan?”

Ia hanya mengangguk.

Aku memberi kesempatan baginya untuk menikmati orgasme. Setelah itu aku kembali memompa mengejar orgasmeku. Setelah dirangsang lagi Tina mulai bergairah lagi, kali ini gak malu-malu mengimbangi tusukanku.

“Aahhhhh” kami terus mendesah.

Kali ini sudah ganti posisi, aku menusuknya dari belakang. Diggu style membuat milikku masuk sampai dalam... sementara itu tanganku meremas kedua toketnya yang masih padat.

Entah beberapa menit kami masih terus bergumul, saling memberi kenikmatan, saling menimbah nafsu.

“Aaahhh Rey...” Tina udah mulai kelojotan, perut ratanya mulai gemetar lagi. Tapi aku juga udah sangat dekat. Ketika RPM ditambah, tubuhnya merespons dengan liukan... ini enak sekal. Akupun gak tahan lagi... ini saatnya, apalagi Tina juga udah dapat.

Aku merasa sudah dekat dan mempercepat tusukanku sampai Tina harus memelukku kuat.

“Aaaahhhhhh”

Pejuhku menyemprot di pantatnya dan punggungnya. Aku mengeluarkan senjataku sesaat sebelum ngecrot.

Kami masih berpandangan. Kak Tina membelai wajahku, dan aku balas membelai rambutnya. Tapi kemesraan ini tidak berlangsung lama, sontak tubuh kami berdua rubuh ke tempat tidur sambil mengatur nafas yang memburu. Staminaku sudah habis, Kak Tina juga sudah kecapean. Tetapi kami tidak menghiraukan hal itu, nikmatnya jauh lebih terasa. Aku merasakan nikmat yang luar biasa ketika main dengan Kak Tina.

“Kak Tin, makasih yah. Aku belum pernah sepuas ini. Kakak benar-benar the best lho…”

“Kamu juga hebat, Rey…”

“Kakak puas kan?”

“Iya...” Tina tersenyum sambil mengaku juga.

“Gitu dong, artinya gak perlu diiming-iming baju baru kan?” Aku meledeknya.

“Ihhh apaan sih” Tina tertawa.

Aku memeluknya dan menciumnya. Kak Tina menatapku sambil tersenyum.

“Makasih yah Kak Tin, nanti kalo kamu mau lagi, minta aja!” Kataju sambil meremas toketnya kuat.

“Eh.. dasar!” Tina tertawa sambil mencubitku.

Tak lama kemudian kami berdua tidur kelelahan.

——

“Rey, udah malam, kamu pindah ke kamar dong, dikit lagi Tono pulang!” Kata Kak Tina membangunkanku. Aku melirik ke jam dinding, sudah jam 9.30 malam.

Aku langsung bangun dan memakai kembali pakaianku. Sebelum keluar, aku sempat bertanya.

“Kak, masih ada makanan? Aku lapar…”

“Sudah, kamu mandi dulu . Nanti aku siapkan!” Kata Kak Tina sambil menyuruhku cepat keluar dari kamarmya.

Tak lama kemudian kami berdua sudah berada di meja makan, dan mulai makan dengan lahap tanpa banyak bicara. Kak Tina hanya senyum-senyum tiap kali beradu pandang denganku.

Sehabis makan aku mengajaknya duduk di sofa. Setelah ditarik dikit, Kak Tina mau juga.

“Kak, aku boleh tanya?”

“Tanya apa? Udah gak penasaran kan?” Kak Tina terkekeh lagi mengingatkan aku pecakpan kami sebelum ML tadi. Ia sudah tahu arah pertanyaanku, dan malu-malu menanggapiku.

“Kalo bukan Aldo, terus siapa yang unboxing?” Tanpa basa-basi aku tembak langsung.

Kak Tina terkekeh lagi.

“Kamu sih pertanyaannya aneh-aneh.

“Aku tahu kok Kak Tina sudah gak perawan, lagian tadi gak ada darah ataupun selaput yang sobek!”

“Kamu janji dulu gak boleh cerita-cerita orang!”

“Reyvan juga gak boleh?” Aku meledeknya.

“Hahaha… hush. Terlebih Reyvan!” Kak Tina tertawa lagi.

“Iya deh, aku aku janji.”

Akhirnya Kak Tina mulai cerita juga. Ternyata minggu lalu ia diajak belajar kelompok di kos milik Edgar, teman sekelasnya. Ada beberapa cewek dan cowok yang jadi teman kelompok.

Waktu itu Maya memintanya tunggu menemani dia, ketika semua sudah pulang. Awalnya sih dia risih lama-lama di kos cewek, tapi gak enak kalo Maya hanya sendiri. Waktu itu disuguhin minuman keras, hingga mereka berdua sampai setengah mabuk.

Edgar memutar film di kamar, awalnya film biasa, tetapi kemudian ada adegan seksnya. Eh, ternyata itu film bokep. Terus mereka berdua sudah setengah mabuk sehingga udah mulai sange.

Ternyata Maya sudah biasa TTM dengan Edgar, mereka berdua sudah berciuman sementara tangan Edgar mulai meraba-raba dan menelanjangi gadis itu. Kak Tina yang melihat siaran langsung itu jadi ikutan terangsang. Apalagi melihat keduanya tanpa malu-malu ML didepannya.

Setelah membuat Maya tepar, Edgar justru menyentuh tubuhnya. Maya justru yang mendorong cowok itu untuk melanjutkan dengan nya

“Jadi gitu Rey, entah kenapa kakak gak bisa menolak. Aku diperawani Edgar!” Kata Tina menutup ceritanya.

“Kapan peristiwanya?”

“Baru minggu lalu.”

“Jadi kejadiannya sesudah kita main, yah!”

Kak Tina mengangguk. Aku juga ikutan merasa bersalah, mungkin karena kenakalanku Kak Tina jadi orang sangean.

“Yah, kalo tahu aku sudah unboxing duluan. Kakak sih gak bilang-bilang!”

“Ihhhhh... mesum.” Seperti biasa cubitan itu datang lagi. Tapi tak lama kemudian Kak Tina tampak termenung, entah bingung dengan apa yang akan terjadi dengan hubungannya dengan Aldo, pacarnya.

“Kak kayaknya kakak dijebak oleh Maya dan Edgar. Mungkin sempat dikasih obat perangsang!” Aku mencoba menganalisa ceritanya tadi.

“Iya sih!”

“Kakak masih berteman dengan Edgar atau Maya?”

Kak Tina menggeleng. Agaknya sejak itu pertemanan mereka sudah berakhir.

“Kakak gak mau bals dendam ke Maya?” Kataku lagi.

“Huh? Caranya?” Ia kaget.

“Bawa Maya ke kosan sini, nanti aku yang bantu balas dendam…!” Kataku modus.

“Hahahaha, modus. Dasar mesum, kayak gak tahu aja apa maumu. Anak nakal.. gak ah aku gak mau!” Kata Kak Tina di sela-sela tawanya.

“Eh kenapa?”

“Karena kontol ini hanya milik kakak, aku tak mau bagi dengan orang lain!” Kata Kak Tina sambil mengelus batangku, lalu ngacir ke tempat tidur sambil tertawa-tawa.

“Astaga!”

——

Kalo kalian menyangka setelah peristiwa itu aku dan Kak Tina makin sering ML, kalian salah besar. Justru sejak itu Kak Tina kembali ke mode cuek, mungkin aja malu padaku.

Malah ini sudah satu minggu kami tidak lagi bercakap-cakap. Seperti biasa ia tidak menanggapi basa-basi ku, dan membuang muka bila aku tertanya sesuatu.

Aku sudah tauh sifatnya, aku biarkan saja sampai ia membutuhkanku. Pasti dia yang akan datang sendiri.

“Rey, kakak mau bicara!” Benar juga, tuh ia yang datang mendekat waktu aku nonton sendirian di tempat kos.

“Ada apa kak? mau ajak main yah?” Kembali aku meledeknya.

“Ihhh, kamu sih, otaknya gak bisa kalo gak mesum terus!” Kata Kak Tina, tapi kemudian dia tertawa sambil melanjutkan…

“Kakak sendiri bilang kalo main denganku enak banget!”

“Bukan itu, Rey!” Kata Kak Tina sambil tersenyum.

“Terus…”

“Aku takut!”

“Taku apa kak?”

“Punyamu besar!” Senyumnya makin lebar.

“Kan justru itu terasa enak!”

“Iya, tapi bikin sakit!”

“Nanti deh aku janji main pelan-pelan!”

“Ihhh, dasar… hahaha!” Tawanya sudah kembali.

“Kamu siang gak ada kuliah kan?” ia lanjut bertanya.

“Kosong kok, eh ada apa, Kak?”

“Antarin aku ke Mantos, ada yang harus ku beli! Eh sekalian kamu yang bayarin dan traktir aku makan.” Ternyata ini maunya.

“Boleh tapi ada harganya…”

“Dasar…”

“Ayolah kak… udah rindu masuk sangkarnya!”

“Gak… gak boleh. Kita kan sodara!” Katanya lagi.

“Kalo esek-esek aja, boleh kan?” Tawarku.

“Tapi gak sampai masuk yah?”

“Iya kak, cukup oral aja!”

“Oke deal!” Ia setuju.

“Deal.” Tentu saja aku sudah menyiapkan strategi untuk mencicip memeknya lagi.

“Kalo begitu cepat yah, jam 3 sore kita berangkat! Dan ingat, jangan minta macam-macam” Kak Tina langsung pergi tanpa menunggu balasanku.

“Beres kak… kita lihat saja yah!” Kataku sambil tertawa, sambil menyaksian ia pergi dengan terburu-buru.

Kayaknya malam ini ada permainan panas lagi. Aku langsung membatalkan seluruh acaraku, dan menyiapkan waktu untuknya. ‘Lihat aja kak, jangan bilang aku Reyhan bila tidak bisa menggiringmu ke tempat tidur malam ini.’

——

“Rey, kayaknya malam ini Kakak sudah capek, mau tidur cepat.” Kata Kak Tina waktu kami tiba ke ke kosan.

“Eh, gak bisa, kakak sudah janji.”

“Tapi…”

“Udah, gak pake protes. Kontolku udah siap dari tadi…!” Dengan kata-kata itu aku menariknya ke kamarku dan menutup pintu. Tanpa ba bu, aku melepaskan celanaku dan memamerkan senjataku yang sudah tegang didepannya.

Kak Tina hanya terkekeh melihat kelakuanku, dan tanpa banyak bicara ia sudah mengulum milikku.

“Kak, makin jago aja…!” Aku memberi semangat kepadanya. Ia pun makin semangat mengocokku.

“Masih lama, Rey…”

“Mungkin kurang nafsu kak, kalo kakak telanjang pasti makin cepat.” Aku berkelit.

Kak Tina diam aja.

Sementara dioral, tangan ku nakal menjelajah. Dengan lihat tanganku membuka baju Kak Tina sampai terekspos onderdil-onderdil rahasianya. Dengan lihai aku terus menelanjanginya, sehinga kini hanya secarik kain segitiga menutupi bagian tubuh paling rahasia. Sesekali tanganku menyelinap masuk dan meraba permukaan belahannya, mencari klitoris. Awalnya ia protes, tapi waktu bilang supaya aku cepat keluar, ia kasih juga.

“Rey, kok jadi gini!”

“Kak sama-sama enak, kakak mau kan?”

Kak Tina tidak menjawab. Aku tahu kata-katanya tadi hanya protes kosong, karena tubuhnya sudah menanggapi seranganku dengan positif.

Aku merasa selangkangan Tina sudah basah, pasti ia sudah sange. Sudah saatnya...tiba-tiba aku membuka kakinya dan langsung balas mengoral dia. Tina diam aja, malah terdengar mulai mendesah. Dan ketika klotorisnya ku seruput, ia merintih... tetapi tepat sebelum ia dapat, kuhentikan seranganku. Tina jadi stress....

“Enak kan?”

“Rey…”

“Kenapa kak?”

“Masukan aja!”

——

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd