Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua ini gara-gara adik kembarku (by C4th13)

Episode 5 - Korban pertama di Manado

Pas pendaftaran kuliah aku, Tina, dan Tono semua sudah tinggal di rumah milik ayah. Karena tempatnya yang strategis, sudah dua kamar kos yang ditempati. Sementara itu sudah ada beberapa anak lainnya yang sudah tanya-tanya lewat sosmed, dan janji akan datang lihat langsung di minggu awal kuliah. Tina dan Tono senang sekali, karena itu artinya mereka akan dapat pemasukan lewat bersih-bersih rumah, laundry ataupun pesanan makanan.

Tina dan Tono adalah anak dari pamanku, kakak dari ibu. Sebelumnya, mereka tinggal di desa yang kecil, tidak terlalu jauh dari tempat ini. Jadi mereka harus bolak-balik ke kampus setiap hari dengan motor bututnya. Selama ini ibu yang membiayai sehingga mereka bisa sekolah. Ia ingin mereka juga bisa jadi orang yang berhasil. Mereka berdua juga biasa bantu-bantu di rumah kami, ketika ibu ada acara, ataipun menemaniku bila ayah tiri dan ibuku keluar kota.

Walaupun selama ini aku menganggap Tina sebagai kakak, tapi tetap aja aku merasa sesuatu yang berbeda melihat ia memakai baju rumahan. Mungkin juga karena aku belum pernah melihat dia pake baju seseksi ini.

Tina kelihatan makin cantik aja. Kecantikannya yang khas gadis desa dan ditunjang dengan bodi yang montok dan berlekuk ternyata gak kalah juga dibanding dengan cewek-cewek Jakarta. Aku jadi pangling menatap bodinya yang tercetak dari pakaiannya yang ringkas.

Apa mungkin karena pengalaman dua kali ke Jakarta telah mengubah pandanganku terhadap wanita?

Eh tunggu, dulu juga ia gak seperti ini. Nanti beberapa bulan terakhir maka ia mulai berubah. Mungkin karena sudah punya pacar.

Dari pada penasaran, aku minta pjjit aja sekalian.

“Kak, boleh minta pijit. Kepalaku sakit sekali!” Kataku ketika kami hanya berdua di ruang tamu.

Tanpa berkata apa-apa, Tina langsung berdiri dibelakangku dan memijit kepalaku. Posisiku kini duduk di kursi plastik tanpa sandaran. Dulu juga aku biasa monta pijit seperti ini.

“Enak?” Ia tanya.

“Iya, di dahi yang sakit. Mungkin banyak pikiran!” Pintaku, yang langsung diresponnya. Kedua tangan gadis itu langsung pindah ke depan, memijat dibagian dahi.

Gerakannya otomatis membuat kepalaku menyandar ke dadanya. Kayaknya kepalaku mengenai bagian-bagian yang terasa empuk. Wah kenyal juga miliknya. Penasaran aku mengerak-gerakkan kepala ingin merasakan bongkahannya.

“Ih nakal pake-pake sandar ke aku!” Tina agaknya mengetahui maksudku. Ia mencubit lenganku sambil tertawa kecil.

“Yahilah... cicip sedikit gak boleh, pelit!”

“Ihhh...” Tina tertawa sampai terkekeh.

“Eh pijat lagi dong!”

Ia menurutiku, dan setelah beberapa pijatan kepalaku mulai menyandar lagi.

“Reyhan, ihh nakal banget. Nanti aku lapor!” Katanya sambil menahan kepalaku.

“Ssst nanti aku belikan pulsa data, mau kan?” Kata ku sambil berbisik.

“Enak aja, kirain aku PSK!” Kata Tina masih tertawa.

“25 ribu? Mau?” Kataku lagi gak mau menyerah.

“Gak...!” Tina mencubitku.

“50 ribu? Mau yah!” Kataku lagi. Ia hanya menonjok kepalaku sambil tertawa.

“Yah udah kalo gak mau!” Kataku pura-pura kesal.

“Ihhh anak ini, sudah belajar mesum yah!” Katanya lagi.

“Kak, 75 ribu? mau yah?”

“Kalo kamu nakal lagi kayak ini, pijatnya gak usah!” Kata Tina sambil menonjok kepalaku. Tapi ia gak marah, justru terlihat di mataku seperti senyum menggoda.

Setelah itu aku diam aja, tapi kepalaku mulai pelan-pelan ke belakang mau cari nyandar di toketnya yang empuk.

“Ehhh...”

Aku diam aja pura-pura tak tahu apa yang terjadi. Kak Tina melanjutkan pijatannya tanpa protes, membiarkan kepalaku merasakan miliknya yang kenyal.

“Eh... Reyhan!” Ia protes lagi waktu aku bergerak kecil menyodok bongkahan itu dari bawah.

“Kenyal kak, masih ori yah?”

“Ih apaan sih!” Ia protes tapi terus membiarkan kepalaku nyandar.

“Kak...”

Tina diam aja, terus memijat.

“Tawaran ku tadi masih berlaku lho!”

“Ihhhh mesum!”

“Mau gak? Oke deh, pulsa simpati seharga 100 ribu, tawaran terakhir.”

Tina diam aja. Terus memijit seakan mengacuhkan ku. Aku rasa ia udah mulai bimbang. Kepalaku udah makin bebas menggesek kedua bongkahan empuk itu.

“Tapi kak,aku pikir-pikir 100 ribu itu banyak lho!” Aku mulai ssi lagi. Tina diam aja.

“Balik ke 75 ribu aja yah?”

“Eh, udah janji 100 ribu, masak pake diskon segala…”

“Ok deh, 100 ribu, tapi aku pegang yah?”

“Ihhhh mesum… gak!” Tina nyaris teriak, tapi kemudian dia kembali tertawa.

“Yah, rugi dong aku, masak 100 ribu hanya sandar kepala doang!”

“Itu kan perjanjiannya tadi… eh ngapain?” Tina kaget ketika aku memutar kepalaku… bukan cuma kepala, tapi seluruh tubuhku. Kini kepalaku sudah menghadap kearahnya, dan tubuhnya langsung ku peluk dengan tangan sehingga otomatis wajahku sudah menempel di dadanya.

“Rey, ngapain!”

“Kan perjanjiannya kepala, jadi aku mau tempel wajah doang…!” Kataku sambil memeluk tubuhnya kuat. Kak Tina hanya bisa pasrah waktu pipi dan hidungkun bahkan bibirku bermain di permukaan dadanya. Ia hanya tertawa terus sambil menggodaku.

“Udah… udah… ihhhh dasar mesum!” Akhirnya ia mampu membebaskan diri.

“Kak, kalo aku kenyot, pasti kamu gak tahan lho.”

“ihhhh!”

——

Setelah kejadian hari itu, aku makin berani minta pijat ke dia sambil minta layanan plus-plus ke sepupuku itu. Kak Tina kini makin memanfaatku, tiap kali minta pijat pasti ada aja bayarannya, entah itu pulsa, traktiran makan di luar, ataupun pesan makanan online. Tercatat sudah kemarin dulu sudah kali yang keempat.

Semakin lama permintaanku makin aneh-aneh, tetap Kak Tina tetap melayani keinginanku walau awalnya malu-malu ataupun protes keras. Ia selalu aja meledek aku mesum, tetapi tetap aja membiarkan aku mencicipi toketnya dengan kepalaku dari luar pakaiannya.

Malah pernah aku minta ia gak pake bra supaya bongkahannya makin kenyal. Tina langsung menolak, sambil terus mencibirku mesum. Tapi entah kenapa setelah dua kali menolak, hari ini ia mengiyakan. Tentu saja bayaranya makin gede. Ia minta aku belikan baju baru seharga 300 ribu.

Otak mesumku terus bekerja, aku meminta Tina pake baju tipis yang agak transparan. Dan ketika muncul, ia tampak malu-malu menutupi bajunya dengan tangan.

“Rey, apa harus gini?”

“Eh, kan perjanjiannya begitu, 300 ribu itu mahal lho. Seimbang harganya.”

“Tapi Rey, aku malu. Kamu sih aneh-aneh aja!”

“Siapa suruh Kak Tina menggodaku tiap hari, mana aku bisa tahan disuguhkan toket kenyal seperti ini.” Kataku sambil mencolek toketnya dengan tanganku. Dengan segera aku merasakan sentuhan yang berbeda, tanpa bra yang menahan rasanya aku bisa merasakan teksturnya yang mulus.

“Ihhh Rey, apaan sih pake colek-colek segala.”

“Kan mau pastikan kalo gak pake dalaman!”

“Kamu sinh, maunya aneh-aneh!” Kata Kak Tima sambil sebuah semburat merah menghiasi wajah cantiknya.

“Mulai aja yah!”

“Eh, aku malu Rey.”

“Terus gimana?”

“Jangan disini.”

“Oke..!” Aku langsung berdiri sambil menarik tangannya ke kamarku. Kak Tina diam aja dan mengikutiku dari belakang. Dalam hari aku makin yakin kalo rencanaku akan berhasil.

Dan benar aja, dalam kamar kami makin bebas tanpa takut dilihat orang lain. Aku puas-puasin menyandarkan kepala pada toketnya yang kini bebar-benar terasa. Dan ketika aku berbalik belakang, aku justru dapat mencium dan mengenyot seantero toket. Memang sih semuanya dilakukan di bawah protes berat dari Kak Tina,, tapi protesnya cuma dimulut saja. Tangannya terus membiarkan aku melakukan penistaan ke dadanya yang cukup montok.

Dengan hanya mengunakan pakaian tipis, aku dapat merasakan pentil gadis itu yang cukup menonjol. Dan setelah memusatkan serangan bibir dan lidahku dibagian putingnya yang sensitif, aku mendengar desahan kecil tertahan keluar dari mulut seksi itu.

“Kak, enak kan?”

“Ihhhh... nakal!” Ia hanya menanggapi penistaan itu dengan menabok kepalaku.

“Kak, boleh aku pegang?” Tanganku otomatis langsung meraba pelan kedua bongkahan itu.

“Eh Rey, jangan... perjanjiannya kan gak gitu.” Ia protes tapi membiarkan saja tanganku tetap disintu.

“Maaf. kak, aku gak tahan. remas dikit aja, boleh yah?”

Tanpa menunggu persetujuan tanganku langsung beraksi, memijit pelan sambil meremas kedua bongkahan itu. Kak Tina diam aja, ia udah pasrah.

Seranganku makin hebat, membuat Kak Tina makin terangsang. Ketika aku melirik keatas, dia sementara memejamkan matanya menikmati belaianku.

Ini kesempatanku, tanpa tanya-tanya, tangan kiriku mulai membuka tank top halus itu, dan menaikannya keatas. Kak Tina awalnya diam aja, mungkin sekali ia gak merasakan perbuatanku yang kubuat selembut dan sepelan mungkin.

“Eh ngapain?” Kak Tina terkejut mendapat kalo kaos tipisnya sudah terangkat, dan aku sementara mengagumi toketnya yang sudah terbuka. Ia segera menutupnya dengan kedua tangannya.

“Kak, toketnya bagus banget. Ini mah toket juara!” Aku memujinya lagi.

“Rey, jangan ah….”

“Ihhh, bikin penasaran aja. Pelit, masak mau lihat sedikit gak dikasih?” Aku tahu cara membuat ia gak marah.

“Tapi kan perjanjiannya gak gitu!”

“Yah kak, nanggung! Kecuali kalo kakak mau batal aja baju barunya!”

“Ihhh… gak! Rugi dong aku kalo batal… hahaha!” Kak Tina terkekeh lagi, mungkin sekali untuk menutupi rasa malunya. Tanpa sadar ia mulai menurunkan tangannya, kembali memberikan aku akses eksklusif untuk kedua toketnya.

“Kamu cantik sekali kak…. uuuummmmmhhhh!” Dengan sigap aku mulai mengulum puting kirinya sementara kedua tanganku terus aktif memelintir pentil toket kanannya. Tina kelabakan dengan seranganku dan hanya bisa mendesah.

“Rey… ahhh… tungguuu…. ahhhhh pelan…. ih dibilangin!”

“Gimana kak? enak kan?” Aku malah meledeknya yang sudah terangsang berat.

“Nakal… dasar mesum!”

“Kak Tima mau aku mesumin?”

“Gak… ahhhhhh aduhhhh… ampun, Rey!”

“Yakin gak mau aku mesumin?” Aku makin meledeknya untuk memproklamirkan kemenanganku atas tubuh bagian atasnya.

“Sudah dong… kakak gak mau lagi… aaahhhhh aduhhhh iya… iyaaaa…. ampun….”

“Udah kak, nikmat aja yah!” Tina kembali merem sementara bibirku pindah ke toket yang satu lagi. Ia gak bisa lagi melawan, udah tersandera dengan kenikmatan terlarang.

“Aahhh Rey…!” Kak Tina mengedan nikmat. Ia sudah keluar.

—-

Tanpa ia sadari, aku mulai melorotkan celanaku ke bawah, sehingga tubuh bagian bawahku sudah bugil.

“Rey… pelan dong aaahhhhhh hahahahah!” Kak Tina kembali mendesah lalu terkekeh. Itu gayanya kalo lagi malu.

Aku menarik tangan kanannya dan membawanya ke rudal ku yang sudah berdiri dengan tegang menantikan bagiannya.

“Astaga Rey, apa itu?” Kak Tina kaget ketika menyadari apa yang ia pegang. Ia cepat-cepat menarik tangannya, untuk aja tangannya masih kupegang dan memaksannya untuk tinggal di situ.

“Kak, bantu aku yah! aku gak tahan…”

“Tapi Rey…”

“Kak… kocok dong… aku gak tahan kak!”

“Tapi kita gak boleh begini Rey…”

“Ayolah kak… tadi kan Kakak sudah dapat, sekarang giliranku!”

“Tapi Rey… ahhhh!” Aku kembali membelai toketnya seakan menyadarkannya kalo ia masih telanjang.

“Kasihani aku, kak. Aku kan tersiksa dari tadi!” Tanpa ia sadari tangannya sudah bekerja secara otomatis naik turun mengocok batang itu.

Kak Tina masih mau protes lagi, tapi kemudian mulutnya langsung ku sumbat dengan bibirku… Sebuah ciuman yang panjang dan menuntut membuat ia kembali terangsang.

“Rey…”

“Kak… terus kak… anjing, enak gila!” Aku mulai merasakan kenikmatan. Melihat air mukaku, Kak Tina mulai mempercepat kocokannya, sementara itu ia masih membiarkan tanganku menjamah bongkahan dadanya membangkitkan kembali birahinya.

“Enak…?” Kak Tina menatapku sambil tersenyum. Pasti ia udah terangsang…

“Terus kak…”

“Tanganku capek Rey…”

“Pake mulut aja!”

“Eh… gak mau!” Ia kembali menolak. Tapi setelah dibujuk-bujuk, ditambahin lagi 1 baju, Kak Tina mau juga mengulum milikku. Singkat cerita ia membuka mulutnya lebar-lebar untuk mampu menelan milikku, dan mulai menyedot dan mengemut punyaku.

"Kak... enak banget!" Seruanku otomatis membuat ia makin semangat.

Permainannya gak jago-jago amat, masih kalah dibanding dengan cewek-cewek Jakarta yang mengajariku. Mungkin sekali kalo ini oral pertamanya.

Sambil mengulum kontolku, Kak Tina juga terus mendapat serangan dariku. Kali ini tangan kananku sudah masuk kebalik celana pendek yang ia gunakan, meraba-raba belahan kecil di bawah sana yang sudah basah dari tadi. Tanpa ia sadari aku mulai membuka ritliting hot pantsnya dan mulia menelanjanginya…

“Eh Rey… ngapain?” Kak Tina kaget mendapati kalau ia sudah telanjang bulat, celana pendeknya sudah diturunkan sekalian dengan CD putih berenda miliknya. Ia tak bisa lagi melawan, menyadari sepenuhnya sudah tersandera oleh birahi.

“Sudah kak… nimatin aja…” Aku menuntunnya untuk berbaring, sementara aku naik diatasnya dalam posisi enam sembilan. Kak Tina diam aja membiarkan penistaan ini belangsung terus, dan ketika bibirku touch down di belahan memeknya, ia terpekik kegelian…

“Aaaahhhh… astaga… Rey?!”

Tanpa ia sadari posisinya dengan kaki terkangkang tak bisa ladi menahan seranganku. Dan dengan lihainya aku mempraktekkan apa yang kuperajari dari hasil blusukannku ke Jakarta selama ini.

Kak Tina coba melepaskan diri, tapi kuncian tanganku membuat ia gak bisa lolos. Seranganku makin dahsyat, membuat tubuhnya sudah gemetar menahan nikmat, siap melepaskan semua birahi. Ia gak tahan lagi...

“Aaahhhhhhh… ampun… Rey… astaga… ahhhhhh! udah Rey….” Kak Tina mendapatkan orgasme keduanya. Kali ini ia mengedan sampai kelojotan... kakinya menendang-nendang angin sambil pinggulnya terangkat tinggi dalam posisi kayang.

Setelah cukup memberinya waktu bernafas, aku memeluknya sambil mencium sepupuku yang cantik ini. Kak Tina hanya diam saja, mungkin belum pulih dari capeknya.


“Kak, gimana? enak kan!”


“Astaga anak ini mesum sekali, aku lapor ke ibu, yah!”

“Yailahhhhh… kakak juga menikmati kan? pake ancam-ancam segala. Nanti kalo kau tunjukin videonya ke Ibu, pasti kakak sendiri yang malu…” Kataku sambil mengertaknya.

“Eh tunggu, video apa, Rey? Astaga?”

“Gimana kak, berani lapor lagi?” Aku terkekeh memproklamirkan kemenanganku.

“Ihhhh…. nakal!” Kak Tina mencubitku kuat-kuat karena gemes.


“Aduh… sakit kak, baju barunya batal deh kalo begini!”


“Ihhh nakal banget, mana videonya?” Kak Tina tiba-tiba mencari hapeku.


“Eh, kenapa kak?”


“Mana videonya aku mau hapus!”


“Tuh, kakak lihat sendiri di WA! sudah aku kirim.”


“Kamu kirim? Astaga, kirim ke siapa?”

Sebelum aku menjawab, tiba-tiba hapeku bergetar, dan ketika aku buka ternyata Reyvan menelponku dari Jakarta. Dan kata-kata pertama Reyvan membuat Kak Tina stress…. pertanyaannya sudah terjawab tuntas.


“Astaga, Reyhan! Kamu main dengan Kak Tina? Hebat-hebat… eh, mantap juga bodinya tuh!” Terdengar celoteh Reyvan. Kak Tina langsung memutuskan panggilan secara sepihak.


“Astaga Reyhan…. kamu berani nakalin aku!”


“Ampun kak…!”

Bersambung




——
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd