Episode 1 Part 2
Aku hanya bisa tertawa melihat gadis itu berenang menjauhiku.
“Aahhh!” Nesya menjerit manja menyadari aku mengejarnya. Ia makin kuat mengayuhkan kaki menjauhiku menggerakkan kakinya sekuat tenaga.
“Rey aduhhh ahhhh” Gadis itu berhenti bergerak secara tiba-tiba lalu merintih menahan sakit.
“Kenapa?” Aku mendekatinya.
“Kakiku kram..” katanya, ini pasti akibatnya tidak pemanasan sudah bergerak banyak.
Ia tampak kesakitan, dan tanpa bilang apa-apa langsung ku gendong.
“Eh astaga!” Ia protes, tapi aku tidak menghiraukannya dan terus menggendong dia keluar dari kolam.
“Rey, ihhh. Jangan gini dong, aku malu.
“Hush, diam aja!” Aku terus menggendongnya tanpa menghiraukan pandangan orang-orang sekitar.
Aku terus menuju ke lift dan menekan tombol lantaiku menggunakan siku.
“Rey, udah! Lepasin!”
“Bisa diam gak sih?”
Dengan terpaksa, Nesha memeluk leherku, menyadari kalo aku tidak melepaskannya walaupun kita tinggal berduaan di lift.
Aku menatap wajahnya membuat gadis itu jengah dan memalingkan pandangannya.
Aku harus menahan diri melihat tonjolan dadanya yang nyeplak di kaos tipis.
Begitu masuk di aparment milik adikku, aku masih terus menggendongnya sampai kamar mandi. Dan melepaskan dia disana. Nesha sudah agak baikan, kramnya sudah hilang.
“Mau dimandikan?” Godaku.
“Ihhhh!” Ia mendorongku keluar dan menutup pintu.
Tak lama kemudian aku mendengar bunyi shower yang dinyalakan.
Tak lama kemudian dia sudah selesai mandi, dan menogolkan kepala minta handuk.
Aku membawa handuk dan sebuah kaos putih panjang milikku yang dia bisa pakai jadi daster.
Ia membuka pintu sambil balik kebelakang dan menampikan tubuh belakangnya yang tak bisa tertutup handuk sepenuhnya.
“Kamu gak ada dalaman?” Tanya Nesha bingung.
“Kalo bra sih gak ada”, jawabku. nyengir. “Kamu mau pake CD aku?” Tanyaku balik.
Ia gak menjawab, mungkin tambah malu.
“Eh, jaga tu mata!” Ia menghardikku menyadari kalau pandanganku berubah mesum. Ia makin menutup bokongnya yang padat.
“Aku gak lihat kamu kok!” Kataku taktis.
“Alasan!”
“Iya, aku lihat bayangan di cermin, ihhh sexy banget!” Kataku sambil tertawa-tawa menutup pintu.
“Astaga, Rey ihhhhh!” Nesha baru menyadari ada cermin di dinding depannya, dan tubuh bagian depan yang polos sudah kulihat secara utuh dari tadi.
Tak lama kemudian Nesha udah keluar, pake kaos panjangku dan menutup dadanya dengan handuk.
“Mana baju basahmu? Aku cuci yah? Aku ada dryer kok!”
Nesha hanya mengangguk. Pasti masih malu.
Aku menganbil baju basahnya dan memasukkan dalam mesin cuci. Setelah mesin berjalan, Iseng aku mengangkat branya dan meledeknya.
“Kok bisa muat sih?”
Nesya melepar handuknya kearahku yang masih mengeluarkan lidah.
Aku terus mengejeknya, sampai ia gak tahan dan mendekat untuk mencubitku. Aku lari menjauh. Ia terus mengejarku, bahkan sampai ke kamar.
Tiba-tiba aku berbalik menangkap tubuhnya dan membaringkan gadis itu ke atas tempat tidur dan menindihnya.
“Eh Rey!” Nesha gelagapan tapi gak ngomong apa-apa.
Aku membelai wajah cantik itu dan menatapnya dalam-dalam.
“Rey, sudah ah!” Katanya protes tapi tidak menolakku.
“Sssstttt, kamu diam aja!” Wajahku mendekat.
Nesha tercekat.
“Sekarang tutup mata!” Kataku pelan. Nesha menurutiku dan menutup matanya erat-erat.
Ciuman itupun datang juga. Aku menciumnya pelan membuat gadis itu melayang, gadis cantik dan polos ini harus diperlakukan dengan lembut, jelas sekali kalo ia belum mahir ciuman. Beberapa detik kemudian, Nesha bergerak melepaskan ciuman.
“Expresinya tuh!” Nesha kelihatan cantik sekali dengan wajah malu-malu.
“Eh kenapa?”
“Bikin orang jatuh cinta!” Aku membelai wajah itu lagi dan membuat ia nyaman.
“Jadi kamu sudah jatuh cinta!” Ia menatapku berharap.
“Dikit lagi!” Aku menggantungnya dan kembali mendekatkan bibir untuk menciumnya.
“Ehhhh” Ia kelabakan lagi, tapi hanya membiarkan aku menciumnya. Kali ini lebih panas, ketika lidahku masuk ke bibirnya yang ranum itu. Awalnya Nesha diam aja, tapi lama-lama ia mulai membalas malu-malu.
Tanganku makin aktif, pertama membelai wajah dan rambutnya, tapi kemudian turun dan memeluknya serta menarik tubuhnya mendekat membuat dadanya terasa menekan tubuhku.
Ketika ciuman kami terlepas, aku melepaskan dekapanku. Gak boleh terburu-buru. Kami tiduran menyamping, dan ketika aku menatapnya dalam-dalam, Nesha balas menatapku.
“Kamu cantik sekali, kayaknya aku jadi jatuh cinta beneran nih!” Kata-kata gombalku keluar lagi.
Nesha diam aja.
“Apa aku boleh menyentuhmu?” Aku bertanya, tak ingin kehilangan momentum. Nesha tidak menjawab.
Nesha diam aja, tidak ada protes yang keluar.
Aku memegang dagunya, dan mendekatkan lagi wajahku. Ia diam aja.
Kali ini ciumanku berbeda, jauh lebih panas, jauh lebih menagih! Nesha sempat kelabakan, tapi ia membiarkan saja. Ia malah makin menyambutku ciumanku dan mencoba membalasnya.
Tanpa dia sadari tanganku mulai bergerak, awalnya hanya berputar di perutnya, kemudian mulai naik keatas mendaki kedua bongkahan dada yang dari tadi membuat aku gelisah. Tanganku membelai dan meremas toketnya dengan lembut. Walau masih tertutup kaos tipis, tetap aja terasa banget.
“Hhmmmm!” Nesha mendesah. Tangannya otomatis menahan tanganku. Tapi aku tidak mau melepaskan bongkahan kenyal yang nikmat ini.
“Ahhh…. Rey… ahhh jangan…!” Penolakan gadis itu terdengar setengah-setengah disertai desahan.
Aku melepas bibirnya dan menatapnya, tanganku masih diam di atas dadanya.
“Sayang, kamu diam aja yah, gak usah desah-desah gitu, bikin aku nafsu loh!” Kataku meledeknya lagi.
“Ehhhh…. nakal!” Ia mencubitku. Wajahnya makin merah bersemu menyadari udah mesum denganku.
“Ssttt!” Aku mendiamkannya dan kembali menciumnya. Tanganku kembali bekerja… membelai dengan lembut menikmati kekenyalan dada gadis yang sangat cantik itu. Nesha membiarkan saja tanganku terus menjelalah sampai ketika menyentil puting yang sudah tegang itu. Gemes sih! Benar juga, kaos tipis ini sangat mempermudah gerakanku.
“Rey.. ahhhhh… aduhhhh!” Nesha kelabakan lagi.
“Tuh desah lagi! Aku sudah jatuh cinta beneran nih! kita jadian yah?” Kata-kataku membuat ia kaget, gak nyangka aku menembaknya.
“Tapi Rey…”
“Kamu sayang aku kan?” Aku tidak mau dia berpikir. Bibirku kembali naik dan menciumnya, kali ini turun ke leher, sementara tanganku makin bebas meraba-raba bongkahan yang indah tadi, bahkan sempat beberapa kali meramas pantatnya.
“Rey… ahhhhhh!” Gadis itu benar-benar jatuh dalam perangkap nafsu.
“Kamu udah jatuh cinta, kan?”
“Gombal ihhh!”
“Aku cupangi yah?” Kataku sambil mengisap lehernya.
“Eh, jangan Rey… nanti dilihat orang!”
“Iya, supaya mereka tahu kamu milikku!” Kataku sambil mencium lehernya lagi. Ia mendesah lagi, gak nyadar kalo salah satu tanganku sudah merayap ke bawah mengangkat sedikit ujung kaos dan meraba di daerah antara selangkangannya. Menyentuh gundukan itu tipis seakan tidak sengaja. Jelas terasa apa yang tersimpan dibalik kaos.
Aku menatapnya dalam-dalam.
“Aku boleh tanya sesuatu yg pribadi, kamu jawab jujur yah!”
Nesha mengangguk.
“Aku mau jawaban yang jujur yah!” Wajahku mendekat... berbisik ke telinganya
“Iya!” Nesha menatapku sayu. Ia berdebar-debar.
“Tapi kamu jangan marah yah!”
“Ihhh... tanya apa sih?” Nesha penasaran ia makin gugup.
“Kamu tahu kan apa yang akan ditanyakan cowok kepada cewek yg menarik hatinya!” Aku terus berbisik.
“Apa?”
Aku membelai rambut dan pipinya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kananku masih siaga dipaha, tapi tetap diam disana siap memberikan sergapan pamungkas.
“Aku tanya sekarang yah” Aku berbisik pelan, sengaja buat dia tegang.
“Iya, bilang aja!”
“Kamu gak pake CD yah?” Tanganku langsung naik dan masuk ke selangkangannya.
Ia menatapku horor, kaget seakan baru sadar
“Astaga Rey! Ihhh…” Ia melawan.
Baru aja mau teriak tiba-tiba bibirku sudah menciumnya. Nesha makin kelabakan.
Cukup lama ciumanku sehingga tangan kananku sudah menguasai posisi strategis, lalu membiarkan Nesha melepaskan bibirnya.
“Kakkk, ihhh mesum” Ia malu sekali. Tangannya mencoba melepaskan tanganku dan mendorongnya ke bawah.
“Kamu suka aku mesumin?” Tanyaku sambil senyum
“Gak boleh…!”
Kedua tangan Nesha sudah berjaga di daerah terlarangnya. Akhirnya aku membiarkan ia menang dan menurunkan tanganku.
“Ayo dong, sekali aja!”
“Wekkk!” Nesha mengeluarkan lidahnya, gadis ini nakal sekali.
Kembali tanganku merayap naik dari bawah menyusur pahanya terus keatas dan disambut oleh tangannya.
“Aaahhhh… Rey jangan!” Ia terpekik lagi.
Tapi ia salah perhitungan. Tanganku bukan mau masuk ke daerah terlarang, tetapi tangan yang satunya menarik kaos dari atas, hingga Nesha langsung telanjang. Ia kaget sekali tapi udah terlambat. Kaosnya sudah terangkat tinggi, memberikan pemandangan indah di mataku. Tanpa menunda-nunda bibirku langsung menyerang dua bongkahan dada yang tersaji di depanku.
“Aakkkhhhhh…!” Nesya menjerit ketika putingnya ku emut serta toket yang satunya kuremas kuat. Ia terus menatap nanar ketika kedua bongkahan itu terus dipermainkan. Nesya mendesah lagi.
Setelah membiarkan bibir dan tangan kiriku menjelajah, tangannya otomatis menahan kepalaku ketika ia gak mampu lagi menahan geli. Nesha mengerang kuat…
“Rey… ahhhh…!”
“Kenapa sayang, enak?”
“Jangan… eh…!”
Bersambung ke Episode 2