Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 69 21,1%
  • Indah

    Votes: 42 12,8%
  • Vera

    Votes: 20 6,1%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,3%
  • Azizah

    Votes: 127 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    327
SG 24 - Good Girl


Indah menatapku tidak percaya seraya memberikan senyum menggoda. Lalu dia bergumam pelan namun masih terdengar olehku,

“Padahal dihukum pake itu juga gpp…”

DEGG

“SISTEM !!! Yang begini ini bukan Pure Soul..tapi Succubus Souul !!”, teriakku dalam hati.

Melihat tingkahnya yang menggemaskan itu, seketika birahiku naik. Kurebahkan Indah ke ranjang. Lalu bibirku langsung menelusuri tubuhnya.

Diawali dengan lumatan lembut di bibir tipisnya, kemudian merayap ke leher dan memberinya cupangan yang membekas dan jilatan-jilatan yang membuatnya kegelian.

“Aahhhn.. masshh.. nakaall ihh… mmhh”, desah Indah terbuai dengan permainan bibir dan lidahku.

Setelah puas mencumbu lehernya, aku mengalihkan aksiku ke daerah payudaranya. Bukit kembar Indah yang masih tertutup kemeja transparan kutelusuri dengan sapuan lidahku yang bergerak memutari balon payudaranya itu.

Tangan kananku juga tak mau kalah mulai meremas remas lembut susunya yang kiri sambil sesekali memilin putingnya yang semakin mengeras. Diiringi dengan mulutku yang menghisap puting kanannya, Indah semakin blingsatan dan menekan kepalaku lebih dalam dengan tangannya.

“Aauhhh.. oohhh.. teruss mass.. nnghh”

Kali ini Indah sudah tidak berusaha menahan desahannya lagi. Permainan lidah dan jariku pada kedua putingnya membuatnya semakin terlena gelora birahi.

Kemudian cumbuanku mengarah ke bawah, menelusuri perutnya yang ramping terus sampai ke daerah kewanitaannya.

Indah yang mengerti dengan apa yang aku mau lakukan, membuka kedua pahanya lebar.

Lalu dengan sekilas mengaktifasi perintah ‘imagine’ , CD yang dipakai Indah dan seluruh pakaianku menghilang. Kemeja yang dipakai Indah sengaja kubiarkan, namun sekarang semua kancingnya sudah terlepas. Sehingga payudaranya kini dapat kusentuh dan kuremas secara langsung.

Lalu lidahku mulai membuat sapuan-sapuan dari bawah ke atas di lipatan vaginanya. Tangan kiriku membuka sedikit lipatan liang surgawinya, sehingga klitorisnya kini terekspos dihadapanku, yang langsung menjadi santapan lidah dan hisapanku. Sesekali aku mengorek-ngorek lembut liang surgawinya itu.

“Ahhh…masss.. Indah mo pipisss .. ahhh”

Tak berapa lama kemudian tubuhnya kulihat bergetar. Pantatnya diangkat tinggi seolah sedang mencari kenikmatan yang lebih lagi. Cairan cintanya kusedot dengan rakus yang membuatnya jadi sedikit terkejang-kejang.

Setelah badai orgasmenya mereda, Indah merubuhkan pantatnya lagi ke ranjang. Kulihat dia sedang tersengal-sengal mencari nafas. Aku pun lalu membiarkan Indah beristirahat sejenak.

“Mass..”, panggilnya.

“Ya sayang”, jawabku.

“Miliki Indah seutuhnya malam ini”. Indah melihatku dengan pandangan sayu.

“Kamu yakin? Semestinya kenangan itu kamu rasakan dengan suami yang kamu cintai nanti”, kataku berusaha membujuknya.

“Tapi saat ini, orang yang sangat Indah cintai adalah mas Reza.. Indah mau merasakan kenangan itu dengan mas..”, kata Indah dengan suara lembut sedikit memelas.

Aku yang memang sudah sangat bernafsu, akhirnya cuma bisa menuruti permintaannya. Kuarahkan kepala penisku ke liang senggamanya. Lalu aku membuat gerakan memutar dan menggesek ke atas bawah pada lipatan bibir vagina Indah.

Lalu setelah arahnya kurasa pas, dengan perlahan aku mulai mendorong penisku. Mili demi mili kutekan dengan sangat perlahan.

Vaginanya yang sudah sangat becek membantu usahaku. Sampai akhirnya aku merasakan kepala penisku membentur dinding keperawanannya.

Kulihat Indah memejamkan matanya. Kedua tangannnya meremas sprei dengan keras. Lalu dengan sedikit hentakan, aku berusaha mendobrak dinding keperawanan Indah itu.

Cukup sulit memang, karena ukuran penisku saat ini yang sudah di atas rata-rata berusaha untuk membelah vagina Indah yang masih sangat sempit.

Namun aku tetap sabar. Tetap dengan gerakan yang perlahan, aku menarik sedikit penisku lalu menusukkannya lagi lebih dalam. Begitu terus secara berulang-ulang. Kemudian dengan 1 dorongan yang agak keras akhirnya aku berhasil menjebol keperawanannya.

“Nghhh”, kudengar Indah meringis tertahan. Raut wajahnya menunjukkan raut wajah kesakitan.

Namun aku masih belum selesai. Penisku baru tertanam setengahnya. Aku pun mengulangi gerakanku sebelumnya beberapa kali lagi. Sampai akhirnya kepala penisku mentok dan menyundul dinding rahimnya.

“Awwwhh..sakiit mass..”, Indah tidak kuasa menahan rintihannya kali ini. Dari sudut matanya kulihat butiran air mata.

Lalu aku pun menindih tubuhnya dengan bertumpu pada sikuku di sebelah kepala Indah. Kuhapus air matanya itu. Lalu memberinya lumatan yang lembut di mulutnya yang sedikit terbuka.

Penisku sengaja kudiamkan tak bergerak supaya Indah terbiasa dengan besar batangku yang sekarang berada dalam liang surgawinya. Kurasakan dinding vaginanya berkedut-kedut dan sangat menjepit penisku.

“Sakit ya.. tahan sedikit ya sayang”, ujarku kepada Indah.

“he eh sakit bangeet.. Emangnya kalo bercinta selalu sesakit ini ya?”, jawabnya meringis.

“Ngga kok.. nanti juga terbiasa.. malah jadi enak dan ketagihan”, godaku berusaha bercanda agar Indah lebih rileks.

Lalu setelah beberapa saat aku membuat gerakan memutar dengan pinggulku disusul genjotanku maju mundur dengan tempo lambat.

Sesekali aku menarik agak jauh lalu mendorongnya lagi sampai mentok. Aku menjaga ritme permainanku seperti ini selama beberapa saat.

“awwhh.. nghhh.. mmhhhh.. ahhhh.. ohhhh”. Indah yang awalnya masih kesakitan perlahan mulai menikmati rangsangan pada syaraf-syaraf di vaginanya akibat gesekan penisku yang berurat menonjol itu.

Setelah kurasakan pergerakan batangku di vagina Indah semakin lancar, aku mulai mempercepat tempo genjotanku. Indah semakin kelonjotan dengan aksiku ini.

Suara desahannya terdengar lebih sering dan lebih erotis. Kedua tungkai kakinya dirangkulkan di pinggangku. Lalu setelah beberapa saat..

“Aahhh.. nnghh.. ahhhnn.. massss.. Indah.. pipiss lagiiihh.. ohhhh.. ahhhh”.

Tubuhnya melengkung dan bergetar. Indah kembali mendapatkan orgasmenya lagi. Aku menyuruhnya untuk merangkulku.

Kemudian aku menariknya sehingga kini kami berdua terduduk. Indah melihatku dengan sayu, lalu kamipun mulai berciuman lagi dengan panas. Tangan kiriku menahan punggungnya, tanganku yang lain meremas bokongnya yang bulat.

Lalu masih dengan sambil melumat mulutnya, aku mengangkat-angkat pahaku dengan perlahan. Sehingga batangku yang masih keras tertanam di vaginanya itu kembali menggesek-gesek dinding liang surgawi Indah.

Aksiku ini perlahan mulai dinikmati oleh Indah. Ia pun sudah mulai membantuku memaju mundurkan pinggulnya. Ciuman kami terlepas dan langsung disusul dengan desahan-desahan Indah yang menggairahkan.

Kulihat gerakan Indah perlahan bertambah cepat. Indah lalu mendorong tubuhku ke kasur.

Lalu dia mulai bergerak semakin liar memaju mundurkan pinggulnya. Kedua tangannya memegang dadaku dan kepalanya sedikit terdongak. Payudaranya yang bergoyang menggairahkan itu membuatku tidak kuat untuk tidak memberinya remasan dan pijatan.

Aku merasakan orgasmeku kian dekat. Jepitan dinding vagina yang baru kujebol ini, membuat pertahananku juga cepat runtuh. Hingga akhirnya…

“Ahhhhhh”

“Ohhhh masss.. Indah nyampek lagiihh..”

Kami berdua mencapai klimaks berbarengan. Vaginanya kurasakan semakin berkedut-kedut memberikan pijatan-pijatan di penisku. Lalu Indah pun ambruk menindih tubuhku..

“Good girl..”, bisikku pada Indah sembari membelai rambutnya yang sedikit basah berkeringat.




…..

…..

…..
 
SG 25 - Enemy of The State


Malam itu kuhabiskan dengan bercocok tanam bersama Indah. Tulang-tulang di tubuhku terasa rontok semua setelah beberapa ronde aku dan Indah bercinta dengan panas.

Kurasa penambahan 10 staminaku tadi masih belum cukup untuk meladeni nafsu Indah yang ternyata sangat menggebu-gebu.

Kulihat Indah juga sudah tertidur pulas kecapean di sampingku. Multi orgasme yang diraihnya tadi, sekarang sudah menunjukkan efek sampingnya.

Lalu aku pun memejamkan mataku, mencoba untuk beristirahat sambil menunggu pagi.

Ketika pagi datang, aku otomatis menonaktifkan perintah ‘Dream Connection’ lalu terbangun. Aku mengira tubuhku masih akan lemas dan tak bertenaga. Namun ternyata aku bangun dengan kondisi segar bugar.

Aku merasa aneh kenapa tubuhku seperti penuh dengan energi setelah pertempuran sengitku semalam. Tapi lalu aku tidak terlalu mempedulikan hal itu.

Sudah banyak hal-hal tidak masuk akal yang sudah dilakukan sistem untukku. Jadi hal sepele seperti ini menurutku sudah sangat wajar.

Hanya kulihat juniorku terkulai lemas di CD ku yang basah akibat ‘mimpi basah’-ku semalam. Dengan kondisi yang penuh energi seperti ini, aku mulai melakukan ‘morning routine’-ku….



##

1 Bulan Kemudian..

Dalam satu bulan ini hal-hal yang kulakukan itu-itu saja secara rutin. Jadwal hidupku sehari-harinya seperti sudah tersusun dengan rapih.

Eat..Work..Sex..Sleep..Repeat..

Untuk urusan seks, aku melakukannya sesekali dengan Lia istriku dan hampir setiap hari dengan Indah !!.

Indah sepertinya sedang keranjingan mengeksplor seks bersamaku. Dan yang membuatku puas pada budakku ini adalah dia selalu menuruti kemauanku tanpa terkecuali.

Aktifitas ranjangku dengan Indah menjadi semakin beragam dan rutin. Sudah berbagai macam gaya kupraktekkan bersama dengan adik iparku itu dan sudah hampir semua ‘dekorasi’ yang malam itu kupersiapkan untuk Indah, kupergunakan untuknya. Ada beberapa yang dia sukai, ada juga yang tidak.

Selain itu, aku juga mengurusi investasiku yang sekarang sudah melambung tinggi.

Dengan pundi-pundi tabunganku yang sudah banyak, aku lalu membeli rumah itu secara cash. Sebagian sisanya aku beli untuk melengkapi perabotan dan perlengkapan rumah baruku itu.

Lia tampak sangat bahagia ketika aku mengajaknya berbelanja apapun yang dia mau. Terkadang kami juga mengajak Indah berbelanja dan aku membelikan Indah juga laptop dan meja kerja baru untuk lebih menunjang kuliahnya.

Untuk urusan pekerjaan, selain dari beberapa tugas kantor yang kulakukan secara remote, aku juga sedang men-design sebuah prototype sistem aplikasi manajemen dan reporting.

Pada kehidupanku sebelumnya, semestinya pertemuanku dengan Bramono Setiawan baru akan terjadi sekitar 2 bulan lagi.

Bramono datang ke kantorku dan meminta agar dibuatkan sebuah sistem manajemen untuk usahanya. Ia adalah seorang pengusaha yang bergerak di beberapa bidang. Namun penghasilan terbesarnya berasal dari club malam dan hotel yang dikelolanya.

Dari usaha club malam dan hotelnya itulah, Bramono jadi punya banyak koneksi dengan pejabat-pejabat negri ini. Bramono bekerja sama dengan beberapa orang pejabat untuk mendapatkan tender-tender yang dibiayai oleh negara. Dan biasanya, tender-tender itu merupakan sebuah proses korupsi berjamaah.

Dengan iming-iming kekayaan yang berlimpah dan juga kenikmatan dari gadis-gadis cantik yang disodorkan oleh Bramono, para pejabat itu banyak yang sudah berada dalam genggamannya.

Tidak jarang juga Bramono menggunakan cara ‘blackmail’ ataupun ancaman untuk mendapatkan apa yang dia mau. Salah satu yang menjadi korbannya adalah aku di kehidupanku yang sebelumnya.

Aku yang akhirnya baru menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan projek yang sedang kukerjakan dengannya, pada waktu itu berniat mundur dan melaporkan kejanggalan serta indikasi korupsi itu ke pihak berwajib.

Namun Bramono mem-‘blackmail’ku dan bahkan sampai mengancamku atas keselamatan keluargaku. Aku benar-benar tidak berdaya pada waktu itu, karena ternyata aku baru tahu kelicikan dan pengaruh Bramono yang besar.

Dan hanya sedikit sekali orang yang tahu, bahwa sebenernya Bramono ini hanyalah kaki tangan dari seorang mafia dan konglomerat taipan dari HK yang bernama Rudy Zhao.

Rudy Zhao adalah seorang pengusaha kaya raya dan penguasa HK. Lini bisnis dan pengaruhnya di HK sangat besar sehingga pihak berwajib pun enggan berurusan dengannya. Dan saat ini tangan guritanya telah sampai di negri ini dengan Bramono sebagai mandornya.

Semua usaha Bramono difasilitasi oleh Rudy Zhao. Bahkan belakangan aku baru tahu bahwa Bramono mengekspor gadis-gadis muda ke HK, dengan dalih dan iming-iming sebagai TKW atau buruh pabrik, untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks di club-club malamnya Rudy Zhao di HK.

Dan yang terakhir aku tahu, ketika wabah virus HOPID yang menyebar di seluruh dunia masuk juga ke negri ini, Bramono menyuap beberapa pejabat di kementrian kesehatan untuk mengimpor alat-alat kesehatan, alat tes uji virus, dan juga vaksin kualitas rendah dari HK.

Karena itulah makanya di kehidupanku yang sekarang, aku akan berjuang untuk menghentikan mereka. Mereka adalah virus yang sudah semestinya dibasmi.

Aku sudah bertekad akan menghancurkan Rudy Zhao dan antek-anteknya. Bukan hanya untuk melindungi keluargaku, tapi juga untuk negri tercintaku ini…




……

……

……
 
SG 26 - Hot Living Room



Aku dan istriku Lia mulai menempati rumah baru kami terhitung dari awal tahun 2019. Tidak banyak barang yang kami bawa ketika kami pindah dari rumah mertuaku.

Hanya ada 2 koper dan 2 box berukuran sedang yang berisi sepatu, barang-barang pribadiku dan istriku, perlengkapan kosmetik Lia serta foto-foto pernikahan kami.

Semua perabotan dan peralatan elektronik kebutuhan rumah sudah selesai kami tempatkan di rumah baru kami itu dari beberapa hari yang lalu.

Indah dan ibu mengantarkan kami pindahan menuju rumah baru. Mereka juga rencananya akan menginap semalam di rumah kami. Mang Asep yang biasa membantu keluarga Lia, diminta tolong ibu untuk menjaga bapak.

Malam pertama kami di rumah baru kami itu, kami lalui dengan makan malam bersama. Lalu setelah itu kami bersantai di ruang keluarga yang luas sambil menonton TV.

Ibu, Indah dan Lia asik mengobrol membahas tentang design interior dan perabotan yang sekiranya cocok untuk ditambahkan di rumah ini. Sedangkan aku, sibuk bermain game di HP-ku.

Sampai akhirnya obrolan mereka membahas tentang ART yang dibutuhkan Lia untuk membantunya mengurusi rumah. Ibu lalu menawarkan untuk mencari tau barangkali ada tetangganya dari kampung yang mau menjadi ART kami. Aku dan Lia menyetujui saran ibu itu.

Ketika sudah saatnya untuk tidur, kulihat Indah sedang melirikku seraya memberikan senyum menggoda.

“Ughhh.. dasar succubus!”, batinku mengutuk.

Namun sebenarnya aku sangat menyukai tingkah budakku itu.

..

Di dalam Dream Room, aku dan Indah kembali melakukan adegan persetubuhan rutin kami yang liar dan panas. Indah memintaku untuk merubah setting dekorasi dream room ini menjadi ruang keluarga tempat kami mengobrol tadi. Dan aku pun menuruti kemauannya itu.

Malam itu, Indah bergoyang dengan liar dalam posisi ‘woman on top’. Sedangkan aku hanya bersender santai di sofa kulit sambil menikmati sensani nikmat penisku yang mengaduk-aduk vaginanya yang sudah sangat becek dan licin.

Desahan-desahan erotis Indah bergema di dalam ruangan keluarga ini. Sesekali aku meremas gemas bokong bulatnya Indah yang membuatnya semakin meliuk-liuk liar.

Leher dan area payudaranya sudah banyak terdapat bekas cupangan yang kemerahan, akibat sedotanku yang gemas melihat tingkah binalnya.

Sampai suatu ketika, fantasi jahilku muncul. Aku menciptakan sebuah dildo kecil yang dapat bergetar meliuk-liuk di tanganku. Tak lupa aku melumasi dildo itu hingga licin.

Lalu aku menyuruh Indah untuk menghentikan sebentar goyangannya. Setelah itu aku memasukkan dildo itu seluruhnya ke dalam liang anus Indah.

Indah sedikit terkaget menerima benda asing di dalam saluran pembuangannya itu.

“Aahh mas apa ituu”, tanyanya seraya menggeser-geser pantatnya karena masih merasa risih dengan benda itu.

“Sesuatu yang bisa membuat kamu mendesah lebih erotis lagi”, bisikku seraya melumat cuping telinganya. Lalu dengan bersemangat, aku menyalakan dildo itu..

“Hiahh.. ahhhh mass.. aduuuhhhh.. awhhhh.. ahhhhh”, Indah mendesah tak karuan dan meliuk-liukkan badannya. Aku yang merasakan gesekan penisku yang berhenti karena Indah tidak bekerja lagi, lalu mulai mengangkat-angkat bokong dan paha indah dengan tanganku.

“Oohhh massss.. ini indahhh diapainnnhh.. henngghh.. auwhhhh.. ahhh”, ceracaunya tak jelas sambil merangkulkan kedua tangannya di leherku.

Kepalanya ditengadahkan ke atas dan Indah membusungkan dadanya seolah menyodorkan payudaranya untuk dijamah olehku.

Disuguhi hidangan yang menggairahkan seperti itu, lelaki mana yang akan menolaknya. Dengan rakus aku melumat kedua bukit kembarnya dengan bernafsu.

Indah yang saat ini sudah beradaptasi dengan kondisi double penetration di kedua liangnya itu, mulai melanjutkan goyangan-goyangannya yang liar.

Hingga tak lama kemudian tubuhnya bergetar dan menggelinjang, tanda ia sudah mencapai klimaksnya..

..

Aku dan Indah mencapai puncak kenikmatan hingga beberapa kali malam itu. Hingga akhirnya kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan di atas karpet.

Ruang keluarga yang tadinya rapih, sudah acak-acakan akibat pergumulan seru kami semalam. Lalu..

..

Keesokan sorenya, Indah dan ibu pulang ke rumah bapak dengan menggunakan taxi online. Aku dan Lia mengantarkan kepergian mereka di depan rumah.

Setelah mereka pergi, aku mengajak Lia untuk mengantarkan hampers berisi kue dan bingkisan lain kepada pihak security dan juga ke beberapa tetangga terdekat dari rumah kami.

Hingga akhirnya aku dan Lia sampai pada sebuah rumah hook di sebelah kiri rumah kami. Rumah mewah ini dikelilingi oleh tembok dan pagar yang tinggi. Aku memencet bel yang ada di pagar depan rumah dan menunggu selama beberapa saat.

Lalu dari dalam rumah, keluar seorang wanita paruh baya yang kuperkirakan adalah ART rumah ini.

“Ya..cari siapa ya?”, kata wanita itu dari balik pagar.

“Ini bu.. Kami tetangga sebelah yang baru pindah kemarin. Bapak ada bu? Ini saya mau memberi bingkisan sekalian mau memperkenalkan diri”, jawabku sambil tersenyum kepada wanita itu.

“ohh gitu.. sebentar ya”, wanita itu lalu masuk lagi ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, dari dalam rumah keluar pria tambun itu, musuh bebuyutanku, Bramono. Dengan santai dia berjalan ke arah kami lalu membuka pintu pagar.

“Wah waahh.. tetangga baru ya.. ayo mari silakan masuk.. perkenalkan saya Bramono, tapi panggil aja Bram”, sapa Bramono ramah seraya mengulurkan tangannya.

Aku pun menyambut uluran tangannya dan menjabatnya. “Salam kenal pak Bramono, saya Reza dan ini istri saya Lia.”, balasku memperkenalkan diri.

“Pasangan muda yang sangat serasi..hahaha..ayo ayo mari silakan masuk, kita ngobrol di dalam”, lalu ia memandu kami menuju ruang tamunya.

Aku dan Lia memasuki rumahnya menuju ruang tamunya yang luas. Kami dipersilakan duduk oleh Bramono di sofa mewah yang elegan. Lalu Bramono berteriak sedikit kencang ke arah dalam rumah,

“Maa.. sini ma.. ini ada tetangga baru kita”, teriaknya kepada istrinya. Lalu dari arah dalam rumah, muncul seorang wanita berparas cantik berjalan tersenyum ke arah kami.

“Here she is.. calon budakku”, batinku menyeringai mesum.

Wanita yang sudah kutahu bernama Vera itu, saat ini sedang memakai dress rumahan yang cantik dan anggun bermotif bunga-bunga. Dress dengan tipe sleeveless ini, hanya memiliki tali yang menyangkut di pundaknya, sehingga leher dan belahan payudara putihnya itu menjadi santapan nikmat mataku.

Rambut brunette Vera yang digulung dan disanggul ke atas itu juga membuat fetish tengkukku bergejolak. Perlahan kurasakan juniorku menegang di balik celanaku.

“Sabar ya cantik..sebentar lagi tubuh molekmu itu akan segera kucicipi”, gumamku sambil berusaha agar wajahku tidak menunjukkan raut mesumku.



…..

…..

…..
 
Oom jadi kerja keras mindahin mandiri gini. Tapi makasih banyak, cerita nya keren dan konsisten update, moga2 lancar terus sampai tamat...

* Keknya di thread sebelumnya blom sempat ngucapin terimakasih nih...

Gpp gan.. ane jg ga mau ganggu mimin/momod nya yang barangkali lg natalan or liburan.
Ini sekalian jg me-refresh imajinasi awal ane juga sih.. ga nyangka uda byk juga chapternya 🤣🤣
 
SG 27 - New Target Planning


Malam itu aku berbaring santai di ranjang yang ada di dalam dream room sambil membayangkan wajah Vera. Indah sedang memelukku dan merebahkan kepalanya di dadaku.

Nafasnya masih sedikit tersengal akibat orgasme-orgasme yang dicapainya setelah sesi panas yang meggairahkan tadi bersamaku.

“Mass..”, kata Indah membuyarkan lamunanku.

“Iya sayang”, jawabku.

“Kenapa hari ini kayanya mas ga semangat. Udah bosen sama Indah ya?”, protesnya cemberut dan memonyongkan bibir sensualnya itu.

“Hah? Mana mungkin mas bisa bosen sama makhluk sexy dan menggemaskan seperti ini.. Maaf ndah.. Mas lagi banyak pikiran”, balasku sambil meremas lembut pantatnya.

“Hmh? Emang mas lagi mikirin apa? Apa mas lagi mikirin penjahat yang mau mencelakai mas dan mba Lia?”, tanyanya dengan nada serius sambil menoleh ke arahku.

“Iya”, jawabku singkat dan tersenyum.

Indah terdiam beberapa saat lalu kembali bertanya kepadaku,

“Kalo Indah boleh tau.. Salah satu orang jahat itu siapa?”, Indah terlihat ragu-ragu ketika menanyakan itu.

“Tetangga sebelah”, jawabku santai.

“Hahh yang mana?? Jangan-jangan yang istrinya cantik itu ya? Berarti mas sengaja beli rumah di sana untuk bisa mendekati orang itu??”, Indah terkejut dengan jawabanku lalu lanjut memberondongku dengan pertanyaan.

“Yapp.. Smart girl..”, pujiku masih dengan nada santai.

Lalu aku membelai-belai lembut rambutnya agar dia lebih rileks. Sama seperti kakaknya Lia, Indah juga sangat suka diperlakukan seperti ini.

“Indah gak nyangka ternyata om itu orang jahat.. Tapi istrinya cantik banget mass..”, lanjutnya.

“Hahaha.. Kamu cemburu??”, godaku sambil mencolek sedikit pinggangnya.

“Ngga.. Indah udah tau dan siap kok karena pasti mas akan menggunakan kekuatan mas lagi untuk melindungi keluarga kita dari penjahat itu.. Mau Indah bantu ga?”, katanya dengan

“Ngga..”, jawabku tegas.

“Tapi kan.. Bukannya mas butuh rambut wanita itu ya biar bisa, jadi kaya Indah dulu? Indah bisa bantu mas dapetinnya”, lanjutnya dengan nada memelas kali ini dan muka sedikit memerah. Mungkin Indah teringat akan kejadian-kejadian yang dialaminya pada saat aku ‘mengerjai’-nya waktu itu.

“Ngga perlu.. Mereka itu orang-orang berbahaya. Mas gak mau kamu sampai kenapa napa”, jawabku lagi dengan lebih tegas.

Lalu kami sama-sama terdiam cukup lama sebelum Indah melanjutkan,

“Iya dehh.. Tapi mas juga hati-hati ya”

“Pasti..”, balasku lalu mengecup keningnya.

..



##

Sudah beberapa hari aku dan Lia menempati rumah baru kami. Namun sampai saat ini aku masih belum bisa berkesempatan untuk berinteraksi lebih lanjut dengan Bramono ataupun istrinya.

Aku memang tidak terlalu terburu-buru. Aku masih memiliki waktu 1 tahun untuk bisa menjalankan rencanaku. Dengan slave system yang kumiliki, aku yakin bisa menjadikan Vera sebagai budakku sehingga bisa membantuku untuk menghabisi Bramono.

Akan tetapi jangankan untuk mengobrol, aku bahkan tidak pernah melihat Bramono ataupun Vera keluar rumah kecuali ketika Bramono berangkat kerja.

Hanya waktu ketika aku dan Lia berkunjung ke rumahnya untuk memperkenalkan diri itulah terakhir aku bertemu dan mengobrol dengan mereka. Itupun hanya sebentar.

Aku melihat saat itu Bramono sering melirik ke arah Lia, sehingga kurasakan Lia menjadi sedikit risih.

Tapi aku tidak mempersoalkannya karena aku tahu sifat Bramono yang memang mata keranjang. Selain istri mudanya Vera, entah berapa banyak wanita-wanita simpanannya di luar sana.

Lagipula saat itu pikiranku sedang penuh dengan hal-hal mesum yang kurencanakan akan kuperbuat untuk Vera. Walaupun aku tidak seperti Bramono yang matanya jelalatan melirik istri orang.

..

Hingga pada suatu pagi, aku yang sekarang mempunyai kebiasaan rutin setiap pagi mengopi sambil merokok di taman sebrang depan rumahku, akhirnya aku melihat Vera sedang lari pagi sendirian di area perumahan elit ini.

Vera keluar rumah dengan memakai setelan sportswear yang cukup sexy menurutku. Dengan celana legging ketat berwarna hitam dan atasan tanpa lengan yang ketat, sehingga menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna.

Vera juga tampaknya tidak masalah memperlihatkan belahan payudara dan pusarnya kepada orang lain yang sudah pasti menjadi tontonan buat para petugas security dan tetangga di sini.

Setelah beberapa saat, kulihat Vera berlari kecil ke arahku dan memasuki taman tempatku sedang mengopi. Payudaranya kulihat bergoyang-goyang sensual dibalik sportswear ketatnya. Rambutnya yang sedang dikuncir kuda juga terlihat bergoyang saat Vera berlari.

“Pagi Bu Vera”, sapaku ramah ketika dia sudah cukup dekat denganku.

“Pagii..eh jangan panggil ibu dong. Kayanya mas lebih tua juga dari aku. Panggil Vera aja”, balasnya sambil tersenyum tak kalah ramah. Senyumnya terlihat semakin manis karena lesung pipit yang dimiliki Vera.

“Baiklah. Kalau gitu kamu juga panggil saya Reza aja. Umur kita juga pasti gak beda jauh. Bapak kemana ver? Kok sendirian aja olahraganya?”, tanyaku.

“Lagi keluar kota. Mas Bram sering keluar kota, jadi aku sering berdua aja sama bi Yanti di rumah”, jawabnya lesu.

“Hah..pasti bajingan itu lagi menyambangi simpanan-simpanannya yang lain”, batinku mengutuk Bramono.

“Oh gitu.. kalo bosan, maen aja ke rumah. Lia juga sering di rumah kok”, aku menawarkan kepada Vera.

“Iya deh..nanti kapan-kapan aku maen ke rumah ya”, lanjutnya sambil tersenyum lagi.

Kali ini aku tidak menjawabnya. Lalu aku berdiri sambil menatap tajam matanya. Kuaktifkan perintah ‘gaze’ dam perlahan berjalan mendekati Vera.

Kulihat Vera seolah sedang terbengong dan hanya fokus menatap mataku dengan tatapan kosong.

Setelah aku bediri tepat dihadapannya, aku mengambil sehelai rambut yang kulihat terjatuh di pundaknya seraya mengibas-ngibas pelan. Lalu aku menonaktifkan perintah ‘gaze’ dan mundur beberapa langkah ke belakang.

“Maaf itu tadi ada kotoran di baju kamu”, kataku beralibi.

“Eh..i..iya.. makasih”, jawabnya sedikit salah tingkah selepas tersadar dari pengaruh ‘gaze’.

“Kalo gitu aku pamit pulang dulu mas Reza. Nanti kapan-kapan aku hubungi mba Lia buat maen ke rumah ya”, lanjutnya.

“Emang kamu tahu nomor telpon Lia?”, tanyaku sambil tersenyum melihat tingkahnya itu.

“Hehe iya gak tahu. Duh, aku lupa bawa HP lagi..”, jawabnya.

“Ya udah, saya minta no telp kamu, nanti saya WA ke kamu contactnya Lia”, ujarku menawarkan.

Vera lalu memberi tahu nomor telponnya kepadaku dan langsung aku simpan dan memforward contact Lia ke WA nya. Setelah itu Vera pulang ke rumahnya.

Aku pura-pura sibuk bermain di HP-ku. Padahal aku tahu Vera sedang mencuri-curi pandang ke arahku akibat aksiku yang tiba-tiba tadi.

Setelah aku melihat Vera masuk ke dalam rumahnya, aku berdiri dan berjalan ke arah aku tadi membuang sehelai rambutnya. Kucari sebentar dan menemukannya. Lalu aku memasukkannya ke dalam saku celanaku.

“Gotcha..”, batinku berteriak senang atas apa yang bisa kulakukan dengan sehelai rambut Vera ini..



…..

…..

…..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd