Cikouna
Semprot Holic
- Daftar
- 26 Dec 2017
- Post
- 311
- Like diterima
- 6.926
SG 16 - Total Submission
Indah menarikku ke dalam kamarnya lalu menutup pintu. Dia sekarang berdiri di depanku sambil masih menundukkan kepala. Tangannya masih menggenggam tanganku.
Aku sekuat tenaga berusaha menenangkan diriku. Otakku berpikir keras mempersiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kutahu sebentar lagi akan terlontar dari mulutnya.
Perlahan aku mulai bisa mengatur nafasku agar jangan sampai nanti aku terbata-bata. Aku memejamkan mataku dan mengaktifkan perintah ring untuk melihat sekilas status Indah.
Tak lupa aku menaikkan lagi sensitivity Indah ke angka 20. Waktu di bioskop tadi aku sempat membalikkan poin sensitivity Indah ke 0.
[Thought : nervous, skeptical, hopeful]
“Eh..hopeful?”, gumamku dalam hati. Aku tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya.
Tersadar dengan gerakanku dan perubahan pada tubuhnya, aku melihat Indah seperti sudah memantapkan hati. Dia menatap mataku dengan tatapan yang mengiba.
“Mas..Indah mau mas jujur sama Indah. Indah gak akan marah kalau mas mau jujur”, katanya dengan suara yang pelan. Aku bisa mendengar ada harapan yang besar dibalik suara nya.
Namun aku tetap berpura-pura, sambil memiringkan sedikit kepalaku dan bertanya, “tentang apa?”.
Kulihat dia sedikit ragu untuk menjawab. Setelah menghela nafas Indah berkata,
“Apa mas..”, Indah terdiam sebentar lalu melanjutkan “Apa mas selama ini mengguna-gunai Indah?”, tanyanya dengan suara sedikit bergetar.
“Ehh, maksudnya? Guna-guna? Pelet maksud kamu?”, tanyaku balik sambil memasang muka heran. Kulihat Indah hanya mengangguk lemah.
“Indah gak akan marah ke mas, asal mas jujur”, lanjutnya.
Aku terdiam sesaat lalu menarik tangannya dengan lembut untuk mengajaknya duduk di ranjangnya. Indah menurut dan duduk di sampingku.
“Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu ke mas? Kamu lagi ada masalah apa? Cerita ke mas kalau kamu mau..”, kataku sambil mengusap-usap punggung tangannya dengan jempolku.
Indah hanya terdiam setelah mendengarku. Terlihat ada pergulatan dalam batinnya. Namun tak lama kemudian dia mulai bercerita tentang kejadian-kejadian yang dialaminya beberapa hari ini.
Cukup lama Indah bercerita, karena lebih banyak momen diamnya Indah ketika dia menceritakan masalahnya itu kepadaku.
Aku hanya diam menyimak Indah bercerita. Bahkan setelah ceritanya selesai, aku masih melanjutkan diamku. Setelah beberapa saat, Indah yang dari tadi menunduk lalu menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.
“Mas..”, ujarnya lirih, seperti sedang memaksaku untuk berkomentar.
Aku menghela nafas panjang dan berkata,
“Apa mungkin..ini hanya..imajinasi kamu aja?”, tanyaku.
“Ngga mas, kejadiannya terasa sangat nyata..ini bukan cuma di khayalan Indah”, tegasnya.
“Atau mungkin saja, kamu lagi diganggu oleh makhluk halus? Nanti mas cerita ke ibu dan Lia. Mungkin kamu perlu di rukyah”, lanjutku.
“Ngga mas..jangan..Indah gak mau ibu sampe tau apalagi mba Lia”. Indah menjawab tawaranku seraya menggelengkan kepalanya. Air mata Indah kulihat mulai menetes.
Aku yang jadi kasihan melihatnya, mengusap air matanya dengan tanganku dan berkata,
“Ya udah. Nanti mas aja yang nganterin. Ibu dan Lia gak perlu tahu”.
Namun lagi-lagi kulihat Indah menggeleng lalu diam lagi.
Aku kembali menghela nafas panjang, bingung dengan apa yang dia mau dengan mengajakku mengobrol di kamarnya saat ini.
"Trus kamu maunya gimana?”, tanyaku masih dengan nada lembut.
Kulihat Indah berfikir sejenak, lalu meraih tanganku sambil matanya menatap tajam kearahku. Lalu diluar dugaanku tanganku diarahkan menuju dadanya.
Aku yang sedikit kaget, berniat menarik tanganku namun kuurungkan. Tangan kananku saat ini menyentuh payudara kiri Indah. Aku merasakan sensasi kekenyalan payudara adik iparku ini walaupun masih tertutup bra dan piyama berbahan tipis. Aku sekuat tenaga menahan insting dan nafsuku untuk meremas.
“Indah mau tahu apa benar sentuhan mas yang Indah rasakan..jujurlah mas..Indah janji gak akan marah”, Indah berkata sambil menatap mataku.
Expresi wajahnya menunjukkan harapannya yang besar. Indah benar-benar sedang mencoba membuktikan bahwa sosok yang menjamahnya kemarin itu adalah aku.
GLEK
Aku menelan ludah melihat tingkahnya. Wajahnya yang menggemaskan dan wangi tubuhnya yang harum mulai meruntuhkan kontrol diriku. Mungkin Indah tadi memakai parfumnya sebelum menungguku di depan kamarnya.
Aku tidak menginginkan arah tindakan kami selanjutnya menjadi seperti yang direncanakan Indah. Kubalas tatapannya seraya mengaktifkan perintah ‘gaze’ sesaat.
Lalu tanganku yang berada di dadanya kuarahkan bergerak menuju lehernya. Sambil memegang lembut leher dan tengkuknya, kuarahkan bibirku ke bibirnya.
Indah yang sejenak diam terpana akibat pengaruh ‘gaze’, kurasakan tersadar dan reflek meletakkan tangannya di dadaku. Kurasakan tangannya sedikit mendorongku tapi langsung tidak jadi. Indah memejamkan matanya dan menikmati sensasi kecupanku yang sangat lembut di bibirnya.
Setelah beberapa saat, aku melepaskan ciumanku. Wajahku sedikit menjauh, namun masih cukup dekat. Sambil tangan kiriku mengelus pipinya, aku bertanya,
“Apa sosok itu menciummu seperti ini?”.
Indah membuka matanya sedikit dan menggeleng. Kulihat air matanya mulai berlinang lagi.
Aku kembali menciumnya, kali ini dengan penuh perasaan. Bibir tipis dan sensual Indah kukecup dengan sangat lembut seperti seorang laki-laki yang sedang mencium kekasihnya dengan penuh rasa cinta. Mungkin tanpa kusadari… aku juga mulai mencintai Indah.
Indah terlihat sedang terbuai dengan permainan bibirku di bibirnya. Lalu aku dengan sigap kembali ke ruangan dimensional dan menaikkan sensitivity Indah jadi 50!.
Kurasakan tubuh Indah bergetar. Sambil masih menciumnya, kukeluarkan lidahku dan berusaha membuka mulutnya yang sedikit terbuka. Indah menurut dan lidah kami pun saling membelit dan menjilat. Sesekali kuhisap lembut lidahnya.
“mmhm”, kudengar Indah mengerang lirih merasakan rangsangan atas aksiku, membuatku jadi semakin tidak bisa mengontrol diriku.
Tangan kiriku kini dengan cekatan membuka kancing-kancing piyamanya lalu menelusup ke punggungnya untuk melepas kaitan bra-nya.
Setelah bra-nya terlepas, tangan kananku mendorong tubuh Indah dengan pelan, mengarahkannya untuk berbaring.
Indah yang saat ini sudah terlihat sangat pasrah, memundurkan duduknya, mengubah posisi badannya kesamping lalu berbaring terlentang.
Kulihat matanya menatapku dengan sayu. Nafsuku yang sudah diubun-ubun, membuatku langsung menindihnya dengan berpaku pada siku kananku dan melumat kedua payudara Indah yang putingnya sudah mulai mengeras. Aku menyusu di dadanya dengan hisapan dan jilatan yang lembut.
“Ahhhn..massss”, Indah mendesah dengan sangat pelan dan memegang kepalaku sambil mengelus-elus rambutku dengan tangan kirinya.
Kedua payudara Indah kulumat rakus bergantian sambil sesekali memberikan bekas cupangan di dadanya. Tangan kiriku yang sedang dalam posisi bebas, bergerak ke bawah, ke arah celananya dan menelusup ke dalam CD Indah.
Kurasakan bulu-bulu kemaluan Indah yang tidak rimbun. Jariku memberikan usapan lembut memutar di bibir vaginanya seraya mengaktifkan skill [Golden Finger].
Indah yang seketika tersentak langsung mendorong kepalaku sehingga kepalaku jadi lebih terbenam di belahan gunung kembarnya. Tangan kanannya kulihat menutup mulutnya dengan cepat untuk menahan desahan dan erangannya.
“mmmhh..nhhhn..ngghhh”
“Masss..ahhhnn..”, desah Indah tertutup telapak tangannya. Aku meneruskan aksiku. Jari tengah tanganku kini dengan nakal mengorek-ngorek lembut liang surgawi Indah. Jempolku sesekali memijat-mijat klitorisnya. Kurasakan vaginanya semakin membecek.
Ketika kurasakan vaginanya sudah semakin basah, aku seketika bangkit dari posisiku menindih Indah. Kulihat dia melihatku sayu dengan ekspresi memelas.
Aku membuka celanaku sekalian dengan boxer yang sedang kupakai. Penisku langsung menyembul dan berdiri tegak. Indah melihat perbuatanku dan dengan malu-malu menurunkan celana dan CD-nya juga. Kepala Indah lalu menoleh kesamping, mungkin karena malu ketika ia melihatku sedang menatap tubuhnya dengan tatapan buas, bak seekor predator yang mau menerkam mangsanya.
Aku yang menjadi gemas dengan tingkahnya, menolehkan wajahnya menghadapku dan langsung menciumnya dengan agak bernafsu. Aku kembali menindihnya, tapi sekarang kepala penisku sedang berada di depan liang kegadisannya.
Sesekali kurasakan penisku menumbuk dan menggesek liang surgawinya akibat aksiku yang kini sedang menciumi lehernya dengan cupangan dan jilatan lembut dan respon tubuh Indah yang menggeliat kegelian.
Tanganku tak mau kalah memijat payudaranya dan memutar-mutar putingnya yang tegang. Puting Indah ini berwarna kecoklatan dan memang berukuran agak besar, cukup kontras dengan ukuran payudara putih mulusnya yang tergolong kecil.
Hal ini membuatku menjadi gemas dan tidak kuat menahan diri untuk tidak memilin dan mencubit-cubit gemas.
“Ohhh..mmmhhh…ahhhn”, desahan Indah jadi lebih sering terdengar. Aku merasakan Indah seperti sedang berusaha menahan suaranya agar tidak keluar dari mulutnya, walaupun cukup gagal menurutku, karena masih kudengar erangan dan desahan lirihnya yang semakin membuat nafsuku memuncak. Indah terlihat sudah pasrah dan membiarkanku berbuat sesukaku di tubuhnya.
Aku bangkit kembali dan sambil berlutut aku mengangkat kedua lututnya sehingga Indah sekarang mengangkang. Penisku kuarahkan ke liang senggamanya. Aku melihat Indah sejenak dan melihat matanya masih terpejam.
Namun tingkahnya yang mendiamkan aksiku, pertanda Indah menyetujui apa yang ingin kulakukan.
Dengan sangat perlahan aku mulai memajukan penisku, sampai akhirnya kepala penisku terbenam di dalam liang vaginanya. Kurasakan sensasi hangat dan licin di kepala penisku. Aku kembali dengan perlahan mendorong untuk melesakkan penisku lebih jauh ke dalam vaginanya, namun tiba-tiba…
Aku mendengar suara motor masuk ke dalam carport rumah. Seketika kucabut penisku diiringi lenguhan pelan Indah. Aku dengan bergegas memakai boxer dan celanaku. Indah melihat perbuatanku dengan pandangan sayu seakan mau menangis lagi. Aku membungkuk dan mengecup ringan bibirnya. Lalu pergi meninggalkan kamar Indah..
….
….
….