Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

--------​
Menunggu mbak Desi dan mbak Emi pulang, aku bermain-main dengan Jojo. Bayi ini tidak cengeng sebenarnya. Ia bermain riang denganku. Tidak takut pada hal yang tak dikenalnya dan senang melakukan permainan berulang layaknya bayi umumnya.
Musik dari HP-ku memutar MP3 lagu penutup Adventure Time yang kami disukai. Aku penasaran dan mendownload lagu itu dan Jojo jejingkrakan mendengarnya senang. Jojo kugendong di punggung menjadi kuda beban saat pintu terbuka membawa mbak Desi dan mbak Emi pulang.
"Eh... Anak pinter... Gak nangis ditinggal pegi lama..." seru kangen mbak Emi langsung menyongsong Jojo yang melonjak-lonjak di punggungku.
"Gak berantakan... Susunya abis... Kamu ada bakat jadi papa yang baik, nih Satria... Jojo gak pernah mau ditinggal selain sama Emi, loh?' kata mbak Emi menutup pintu. Belanjaan mereka ditumpuk begitu saja di dekat pintu masuk.
"Maen apa tadi ama, oom Satria? Maen kuda-kudaan, ya? Oom Satria memang paling jago kalo maen kuda-kudaan..." kerling mbak Emi pada mbak Desi yang dibalasnya dengan tawa lebar yang ditutup tangan.
"Apaan, sih?" tanyaku tak paham candaan mereka. Aku baru duduk di lantai habis menjadi kuda beban untuk Jojo. Jojo menunjuk-nunjuk HP-ku. Maksudnya lagu Island Song itu.
"Kata kuncinya... kuda-kudaan..." kata mbak Emi disela menciumi pipi Jojo yang chubby kayak bakpau. Kembali keduanya tertawa-tawa.
"Oh?" kataku baru paham. Lemot.
--------​
Jadilah HP-ku jadi mainan Jojo saat diberi makan bubur. Ia tak mau melepas HP-ku yang terus menerus memutar satu lagu Island Song, tok! Sekedar untuk mengirim lagu itu ke HP mbak Desi lewat bluetooth-pun tak dilepas. Sukses berpindah tangan kembali padaku karena mbak Desi mendownload lagu itu ke handset-nya sendiri dan menggantinya dengan HP-ku. Bagi Jojo bukan masalah dari mana suara itu keluar, yang penting adalah lagunya. HP-ku lengket sama sisa bubur dan ences... Nasib.
"Enak ngejagain Jojo?" tanya mbak Desi. Mbak Emi menidurkan Jojo di salah satu kamar. Terdengar suara nina boboknya mengalun perlahan dari pintu yang terbuka.
"Awalnya susah... Tapi berkat kartun itu... selamet, deh," jawabku. Mbak Desi mengganti pakaiannya ke baju tanktop dan celana pendek. Kaki diselonjorkan ke meja dan lagi-lagi menikmati es krimnya.
"Kamu doang yang nemuin kesukaan Jojo sama kartun itu... Emi biasanya cuma membuat muka-muka jelek aja agar Jojo mau maen dengannya... Apa lagi aku? Ampun, deh..." kata mbak Desi trus menikmati es krim rasa kacang merahnya.
Aku tidak ada rencana untuk membeberkan tentang Jojo dalam waktu dekat ini. Terlalu beresiko memang. Bisa saja mbak Desi malah marah aku terlalu mencampuri urusan pribadinya dan itu bisa berimbas pada kesempatanku mendapatkan ZODIAC CORE PISCES miliknya pada waktunya, 27 Februari—7 hari lagi.
Kusimpan saja info itu sebagai rahasia konsumsi sendiri. Lagipula tidak ada masalah krusial di sana sama sekali. Bukan hal yang berbahaya dan penting bagi umat manusia.
Apalagi... Aku sama sekali belum sempat melakukan hubungan kelamin yang intim dengannya. Mbak Desi memang sempat memegang penisku setelah bercinta dengan mbak Wulan di salonnya. Tapi hanya sebatas itu saja dan ia malah menyerahkanku pada Emi dan/atau Eno kemudian.
Moga-moga aja nanti malam. Karena ini hari kedua ia boleh menguasaiku. Sejauh ini aku sudah menikmati tubuh teman-teman arisannya, bahkan mbak Emi aja sudah. Aku harus bersabar.
"Kenapa? Kamu kayak berpikir ampe stres gitu..." tanya mbak Desi menurunkan kaki mulusnya dari meja dan menggeser duduknya mendekatiku. Cup es krimnya diletakkan di meja.
"He-he-he... Enggak, kok, mbak..." jawabku cengengesan.
"Ngebayangin mbak telanjang, ya?" tebaknya dengan muka kocak. Ia menunjuk-nunjukku dengan dua tangannya. "Ciee-ciee..."
"Ah... Gak, kok..." jawabku kheki.
"A-lah... Bilang aja iya... Dari salon sampe arisan... mbak belum ada buka baju sama sekali... Tapi mbak udah ngeliat kamu telanjang bulat malah berkali-kali..." katanya duduk tepat disampingku. Rapat. Padat-merayap! Tercium aroma parfumnya dan harum rambutnya. Apalagi sisa es krim kacang merah.
"Mau liat?" tawarnya genit. "Harus mau... karena Satria hadiah kemenangan arisan, mbak..." sambungnya.
"Boong banget kalo dikasih liat nolak..." jawabku tak munafik. Siapa juga yang nolak, yee.
Diluruskannya punggungnya dengan kepala tetap bersandar di sofa. Dengan begitu ia bisa meloloskan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya. Kaki putih, mulus dan montoknya segera terlihat menguasai pandanganku. Apalagi setumpuk daging montok tanpa rambut sehelaipun di antara pangkal pahanya. Terlihat lembut dan menggoda.
Dan ketika kulihat bagian perutnya, tak ada bekas cesar ataupun kehamilan yang biasa diidap para ibu jet set zaman sekarang. Memang perutnya agak gendut tetapi hanya gendut normal saja mengikuti bobot tubuhnya yang montok.
Apalagi saat ia membuka tanktop dan bra-nya. Aerola payudara montoknya sempit dan berputing kecil. Walaupun misal ia memilih tak menyusui bayinya, secara alami bagian puting ibu yang hamil akan membesar dan mencapai puncaknya sehabis melahirkan untuk memudahkan bayi untuk inisiasi minum ASI pertamanya.
"Nah... Sudah keliatan semua, kan?" katanya dengan pede. Dipamerkannya tubuh telanjangnya yang duduk tepat disampingku. "Jadi gak usah dibayangin lagi, deh..." tambahnya.
"Kenapa mbak Desi gak ikutan rame-rame di arisan kemaren?" tanyaku ingin tau alasannya.
"Ahh... Pertanyaan yang bagus sekali... Gini... Selama temen-temen mbak ML denganmu... ada tidak yang make'in kondom ke Satria?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Entah karena dosa atau karma... aku jadi alergi sperma... Kalau mekiku kemasukan sperma... badan ini akan gatel-gatel semua... Padahal dulu tidak... Mereka selalu berpesta tanpa pengaman karena mereka rata-rata pake IUD, minum pil KB,... implan atau malah sudah steril... Dan setiap brondong juga sehat tanpa penyakit... Akan aneh kalau aku ikut pesta memakaikan kondom padamu, kan?" jelas mbak Desi.
Aku mengangguk paham. Alergi...
"Jadi berpesta sendirian denganmu... aku bisa memakaikan kondom ke titit jumbomu itu..." jelas maksud akhir tujuannya.
"Jadi itu semacam penyakit, ya?" tanyaku kepo.
"Ish... Jelek amat penyakit... Semacam kelainan atau kerusakan genetik gitu... Ya... Begitu deh kata dokter di Singapur sini... belum ada penyembuhannya... Nasib, deh... Udah hampir setahunan begini... ya terima aja..." katanya. Malah ia membuka rahasianya sendiri. Kalau ia alergi sperma bagaimana ia bisa hamil Jojo? Tapi aku pendam itu lagi. Setidaknya sampai nanti...
"Mau disembuhin, mbak?" tawarku.
"Emang kamu dokter? Tabib atau dukun gitu?" tanya mbak Desi gak percaya. Apa lupa dia?
"Teman mbak itu... siapa yang nyembuhin?" tunjukku pada mbak Emi di belakang kami yang sedang menina bobokkan Jojo. Alunan suara lagunya masih berulang-ulang.
"Alergi begini juga bisa kamu sembuhin pake kekuatanmu itu? Keren, dong?" kata mbak Desi jadi antusias. Sepertinya ia agak melupakan kondisinya yang telanjang bulat begini. Susunya gondal-gandul bergoyang ke sana-kemari.
"Ya... Aku pake hormon khusus untuk Eno tadi malam untuk memblokir gelombang otaknya yang mengekang mbak Emi ke taraf vegetatif... Kalau untuk mbak Desi... harusnya rekayasa genetik sudah cukup untuk nyembuhin alergi langka mbak ini..." jawabku.
"Artinya... aku hanya kebal menerima spermamu aja... atau semua pria?" desaknya rapat padaku. Tangannya merayap ke dadaku, mengelus-elus perlahan.
"Kalau mbak masih suka arisan... semua pria tentunya... Gimana?" tanyaku balik. Ia malah berdiri memungut semua pakaiannya. Yah... Gak jadi, ya? Diliriknya aku dengan senyum aneh.
"Sepertinya kemaren itu arisan terakhirku..." jawabnya memakai bra-nya kembali, lalu tanktop, CD dan celana pendeknya terakhir di depanku. Ia kemudian beranjak ke kamar yang dipakai Jojo dan mbak Emi.
Kentang, deh! Jadi ini kenapa malah dianggurin? Ini gundukan tinggi mengganggu di selangkanganku yang menjerit minta bebas. Gak jadi tauk! Orangnya udah pergi!
Terdengar suara bel di pintu. Ditekan dua kali lalu diam menunggu.
"Satria... Bukain pintunya... Itu pasti ummi Rasya dan ceceunya..." seru mbak Desi dari arah dapur. O-iya! Ummi Rasya datang siang ini bersama ibunya Yudha. Ini sudah jam 2 siang. Untung aja tadi godaan mbak Desi gak berlanjut. Kalo nggak, pastinya ngentaaaang banget.
Kubuka pintu utama apartemen ini dan benar saja dua perempuan berhijab lebar berdiri di sana. Satunya segera kukenali sebagai ummi Rasya dan satunya pasti ibu Yudha.

Ummi Rasya
"Silahkan masuk ummi... Silahkan masuk, bu..." kataku mempersilahkan keduanya masuk ke dalam apartemen. Ummi Rasya tersenyum kecil padaku saat kami bersalaman tetapi aku tidak berani memandang ibu Yudha walaupun wajah keduanya banyak kemiripannya. Sama-sama macan geulis.
Mbak Desi menyambut keduanya dan cipika-cipiki lalu mempersilahkan mereka duduk di sofa. Mbak Emi menyuguhkan minuman lalu bergabung dengan kami semua.
"Ceu Mita... Yang namanya Satria kasep mah yang ini urangnya... Teman sekolah Yudha... Sok atuh... kalau masih mau nanyak-nanyak?" kata ummi Rasya memperkenalkanku pada kakaknya.
Aku menggangguk membenarkan ummi Rasya.
"Apa benar... kalau nak Satria teman sekelas Yudha?" tanya bu Mita.
"Benar, bu... Dari kelas satu sampai kelas dua kemarin kami malah semeja..." jawabku.
"Teman semeja Yudha? Kalian pasti akrab, ya? Lalu kapan terakhir kali nak Satria bertemu Yudha? Sekolah bilang tanggal 6 Februari terakhir kali masuk sekolah... Setelah itu ia tidak pernah masuk lagi... Apa benar begitu?" tanya bu Mita mulai ngotot.
"Kami cukup akrab... Tapi cuma di sekolah saja... Saya gak pernah maen bareng Yudha di luar sekolah... Yudha tidak punya terlalu banyak teman... Terakhir kali bertemu Yudha adalah tanggal 8 Februari... Dan itu juga bukan di sekolah, bu..." kataku menyusun kata sebaik-baiknya.
"Bukan di sekolah? Dimana?" sergah bu Mita mendapat titik cerah keberadaan anaknya.
"Sebelum saya menceritakan ini... saya mau minta maaf dulu yang sebesar-besarnya pada ibu dan seluruh keluarga besar ibu sekalian..." lanjutku. Tiba-tiba wajah ibu Mita dan ummi Rasya menjadi pucat karena panik mendengar permintaan maafku. Pastinya mereka menebak kabar buruk yang akan kusampaikan atau paling tidak hanya maaf karena tak ada kabar berarti.
"Ya-ya... Kami maafkan... Apa-apa yang terjadi tanggal 8 Februari itu? Dimana Yudha?" Dimana nak Satria ketemu Yudha?" desak bu Mita.
"Sebelumnya saya mau tanya dulu... apa ibu-ibu sekalian ingat kejadian apa tanggal 8 Februari tahun lalu?" kataku bertanya untuk memudahkan ceritaku.
"Apa?" bu Mita dan ummi Rasya berpandangan bingung.
"Mahluk-mahluk aneh terbang keluar dari tubuh kita dan terbang ke langit..." jawab mbak Desi malah yang menjawab. Kedua tamu itu berpaling pada mbak Desi. Mbak Emi menunduk.
"Maksudnya apa, nak Satria? Apa hubungan mahluk-mahluk itu dengan Yudha? Terjadi sesuatu pada Yudha? Karena monster-monster itu?" berondongnya bereskalasi tinggi.
Aku diam tak tau cara menyampaikannya dengan benar dan bisa diterima akal sehat. Karena ini semuanya gila. Luar biasa gila. Tak semua orang tau informasi ini.
"Aku bisa membagi ingatanmu pada ibu yang bersedih ini, Satria... Aku akan memproyeksikan ingatanmu tentang anaknya lewat MEMORY-ku..." usul Andin.
"Maaf, bu Mita... Ada cara untuk ibu bisa melihat semua apa yang saya pernah lihat dan alami... Ini adalah ingatan tentang Yudha dan bagaimana keadaannya... Ibu mau lihat?" tawarku. Aku berdiri. Kembali kedua kakak beradik itu berpandangan tak mengerti. Ummi Rasya lalu mengangguk menguatkan kakaknya untuk mencoba saja. Apapun itu.
Yang kutau, segala macam cara telah dilakukan keluarga Yudha untuk menemukannya. Mulai dari polisi, penyelidik swasta, paranormal, sosial media dan lain-lain. Mereka terbuka untuk apa saja saat ini.
"Baik... Saya coba..." jawab bu Mita setuju.
"Maaf, ya bu Mita... Saya pegang kepala ibu Mita—boleh?" permisiku mendekat dan mengulurkan tangan kananku.
Ia mengangguk mengizinkan.
"Saya mulai, ya bu Mita...." kataku memejamkan mata. "Mulailah, Andin..."
Kilasan-kilasan memori masa lalu sambar menyambar di pikiranku. Andin sedang memilah dan memilih ingatan mana yang akan diproyeksikannya pada bu Mita dari ingatanku.

Quints said:
Dewi membukakan pintu kamar dan membawa orang itu masuk. Ia Yudha.
“Eh, Yud... ‘Kirain siapa?” seru Satria setelah melihat temannya itu.

Yudha
“Kamu kenapa, Satria? Sakit?” tanya anak itu. Ia seperti segan dengan ketiga orang lain di situ. Mereka, Sheila, Putri dan Dewi permisi keluar.
“Iya... Agak sedikit sakit, nih... " jawab Satria kemudian. “Ada apa, Yud... Tumben kau mau datang kemari malam-malam begini..?”
“Ah... Cuma main-main aja, kok... Aku bosan di rumah... Nggak ada orang... Enakan aku kemari aja... " jawab Yudha.
“Eh... Kau tadi liat waktu si Vivi Anne itu menciumku, kan?” tanya Satria. Karena Yudha ini teman akrabnya ia berani bertanya seperti itu.
“Ya, liat... Ada tiga kali, kan?... Pertama di bibir... kedua dan ketiga di pipi... Jelas aku liat, dong... " jawabnya.
“Ya... Untung cuma kamu yang liat... Coba kalo yang lain... Bisa jadi gosip besar... Eh, kau jangan bilang orang lain, ya?” minta Satria pada temannya ini.
“Beres... Itu masalah kecil... Si Vivi Anne itu memang pembuat masalah... Aku juga liat kalo dia menggoda guru baru itu... Pak Michael... Kau liat... caranya memandang pak Michael?” cerita Yudha.
“Sepertinya mereka sudah saling mengenal... " tebak Satria.
“Mungkin juga... Mungkin juga kalau mereka bahkan ada main di belakang... Karena... aku kasih tau satu rahasia... Aku melihat pak Michael di rumah Vivi Anne tadi... " kata Yudha.
“Di rumah Vivi Anne? Masa’?” kaget Satria.
“Benar... Tadi waktu aku mau kemari... aku, kan lewat jalan Pelikan... jalan rumah si Vivi Anne itu... Makanya aku bisa tau kalo pak Michael ada di sana... " terang Yudha.
“Wah... Ada apa mereka itu...? Masa pacaran sama anak muridnya?” kata Satria heran.
“Info-mu benar-benar bagus, Yud... ‘Makasih, ya... " kata Satria senang sekali mendapat informasi tentang Vivi Anne yang lumayan membuatnya bisa mengatur siasat tentang anak itu.
“Eh,... aku nggak liat Carrie dari tadi... Dia tinggal di sini, kan?” tanya Yudha.
“Ng... ng... Dia... dia pulang ke rumahnya... " jawab Satria ragu-ragu. Rasanya ia ingin menceritakan apa yang terjadi tapi tak mungkin.
“Kenapa... kalian berantem, ya?” selidik Yudha.
“Ng... Sedikit salah paham aja, kok... Ya... gara-gara si Vivi Anne itu tadi... " jelas Satria.
“Oh... Benar, kan... si Vivi Anne itu memang selalu membuat masalah... " kata Yudha.
“Selalu membuat masalah? Bagaimana kau tau kalo dia sering membuat masalah... " heran Satria.
“Bukan rahasia kalo si Vivi Anne itu suka menggoda orang... Bukan cuma kamu aja... Anak kelas 3 aja ada yang berantem gara-gara memperebutkan dia... " cerita Yudha.
“Jadi bukan hanya aku... " gumam Satria. Entah lega atau apa. “Biar begitu... dia tidak boleh dibiarkan terus mengganggu aku dan Carrie... " gumam Satria lagi.
“... Soalnya... Aku juga mulai takut sama anak itu... Dia suka yang aneh-aneh... Dia juga terang-terangan berani mengganggu aku kalo Carrie ada... Serem, nggak?” kata Satria.
“He... he... Eh... ngomong-ngomong... kau sakit apa? Parah nggak?” tanya Yudha.
“Ah... cuma capek aja, kok... "jawab Satria.
“Besok masuk, kan?” tanyanya lagi.
“Mm... Belum tau... " jawabnya. Ia memikirkan tentang Carrie lagi. Bagaimana menyelamatkan Carrie dari iblis-iblis itu? Apa ia masih selamat?
“Ok, deh... Mungkin kau mau istirahat lagi... Aku pulang dulu, ya?” serunya langsung berdiri.
“Eh... Makasih, ya?... Mau menengok aku... " kata Satria. Ia mengantar temannya itu hingga keluar. Ia sendiri yang membukakan pintu gerbang dan menutupnya kembali saat mobil Yudha tak terlihat lagi.
“Tumben dia mau kemari, ya?” tanya Putri.
“Kenapa? Dia kan temanku... " jawab Satria.
“Bukan itu... Sudah berapa kali dia kemari...?” tanyanya lagi.
“Hm... " hanya itu yang bisa diingatnya.
“Iya, kan... Anak itu hanya mau sampai depan pagar saja... Kalian udah berteman berapa lama? Tidak pernah mau masuk?... Makanya kubilang... tumben dia mau kemari... " jelas Putri tentang kebiasaan teman Satria yang satu itu.
“Ah... ‘biarin... Nanti juga dia akan sering kemari... " kata Satria membela.
Dilanjutkan ke ingatan berikutnya. Ini adalah waktu terakhir kalinya Yudha terlihat...
Quints said:
“It’s the time... " ("Sekarang waktunya") ujar BEELZEBUB pelan. Tapi cukup untuk membuat OMNISENCE Vivi Anne tesadar.
Ia mendongak ke atas. Bulan!
Bulan Purnama ketiga belas. BLACK SABBATH!
“COME FORTH... THE FIVE GUARDIANS OF BLACK STAR! WE SHALL RESSURRECT OUR MIGHTY LORD! LUCIFER! BACK TO EARTH!” (MAJULAH KELIMA PENJAGA BINTANG HITAM! KITA AKAN MEMBANGKITKAN TUAN KITA YANG PERKASA! LUCIFER! KEMBALI KE BUMI!) seru BEELZEBUB.
Bumi bergetar dan bergemuruh kencang. Sedang BEELZEBUB sendiri melangkah maju seperti mengambil sebuah posisi.
Di tempatnya berdiri, sebuah lingkaran muncul dan bersinar dengan sebuah simbol dirinya. Lalu berturut-turut, muncul mahluk-mahluk lain dari kegelapan, berdiri di atas lingkaran yang bersinar dengan simbol mereka masing-masing.
Mereka membentuk bintang terbalik yang terdiri dari lima prajurit utama kelas satu : BEELZEBUB, ASHTAROTH, BELIAL, BAPHOMET dan ASTARTE.
Mereka lalu mengucapkan mantra-mantra dalam bahasa yang tak dimengerti. Kelimanya mengangkat kedua tangan bersamaan diikuti oleh gemuruh yang semakin menguat.
Akhirnya, di akhir mantra, tanah terbelah membentuk bintang terbalik. Dari bidang belahan bagian tengahnya kemudian menjulang membentuk sebuah platform berbentuk bulat. Ada sesuatu di atas platform itu. Terlihat samar-samar dari balik kepulan debu yang tebal.
Secara otomatis, sekeliling bidang bintang terbalik itu menimbulkan medan energi yang luar biasa kuat.
Setelah debu menipis, bisa dilihat kalau benda yang berada di atas platform itu adalah sebuah patung iblis yang sedang menjura. Di kedua tangannya, ia menggenggam pergelangan tangan seorang gadis yang terduduk, terkulai pingsan, Carrie.
Patung iblis itu cukup besar dan menakutkan. Tanduknya ada dua pasang dan kakinya mengapit platform bulat dengan erat. Kepalanya menunduk dan matanya tertutup.
“Carrie... " seru BEAST Satria demi melihat kekasih yang dicarinya selama beberapa hari ini. Ia langsung saja menghambur menuju Carrie tanpa memperdulikan apapun lagi. “Carrriiiiiiiiiieee..."
“Satria! Jangan!” teriak Eros mencoba mencegah BEAST Satria yang tak berpikir panjang. Ini karena medan energi yang melindungi platform berbentuk bulat itu sangat kuat.
Terlambat! BEAST Satria tidak akan memperdulikan peringatan itu. Saat ia menyentuh medan energi itu, ia terpental dengan kuat. Ternyata sangat kuat. Bahkan, FURY BEAST seperti ini saja terpental jatuh, tak tertembus.
Tetapi, BEAST Satria sama sekali tak menyerah. Ia kembali mencoba menabrak medan energi itu. Walaupun berkali-kali ia terpental kembali.
Seseorang berjubah dengan penutup kepala muncul dari balik patung iblis itu. Ditangannya, ia membawa sebuah kotak panjang yang terbuat dari kayu keras. Lelaki itu memakai jubah panjang yang menutupi kepalanya.
“PROCEED... OUR MINION!” ("LANJUTKAN PARA PEMBANTU!") seru BEELZEBUB.
Setelah mengucapkan kata itu, patung iblis itu menggeliat bergerak. Kakinya yang bersila, bergerak berpindah hingga ia berlutut. Dengan begitu, Carrie yang tangannya dicengkram patung ini juga ikut bergerak. Yang tadinya terduduk kini juga dalam posisi berlutut. Masih dalam keadaan pingsan.
Kemudian, lelaki berjubah itu membuka kotak panjang itu. Ia mengeluarkan sebuah benda panjang yang dilibati kain putih sebagai pembungkusnya. Setelah kain itu dibuka, dapat terlihat benda apa itu.
Benda itu sedikit agak melengkung, dengan panjang sekitar 50 cm dan berdiameter sekitar 2 inchi. Orang itu memegang pangkal benda yang ujungnya agak bulat. Kalau dilihat dengan seksama, benda ini akan mengingatkan kita pada penis lelaki. Apa yang akan dilakukannya dengan benda itu?
Ia lalu berjalan menuju belakang patung iblis itu. Di belakang sana, ia melakukan sesuatu. Lebih tepat lagi memasukkan benda panjang melengkung itu pada sebuah lubang yang tersedia di sana. Setelah ditekan, batang itu terbenam seluruhnya hingga pangkalnya.
Hal itu mengaktifkan suatu mekanisme yang membuat kepala patung iblis ini bergerak menengadah. Mulutnya terbuka.
Dari mulutnya, keluar empat mahluk kecil seperti malaikat kecil dalam mitologi Yunani. Bedanya bila malaikat kecil yang sebenarnya berwajah sejuk dan menyenangkan, tetapi versi iblis ini lebih mengerikan karena wajahnya sangat seram berwarna merah dengan sepasang tanduk kecil dan gigi taring menghiasi tepi bibir.
Dua malaikat kecil memegangi kaki Carrie dan satu lagi menyibakkan rok Carrie yang tadinya menutupi kakinya dari belakang. Yang keempat kembali masuk ke dalam mulut patung iblis dan sepertinya ia yang mengendalikannya.
Malaikat kecil yang tadinya menyibakkan rok Carrie melakukan sesuatu yang mengejutkan. Ia merobek celana dalam Carrie dan melebarkan belahan pantatnya hingga vaginanya juga terlihat. Ia lalu memberikan semacam kode kalau ia siap.
Malaikat kecil keempat, mengaktifkan suatu mekanisme lagi yang membuat patung iblis itu bergetar. Dari selangkangan patung itu mencuat kembali batang panjang melengkung yang tadi telah dimasukkan. Hanya kali ini menghadap ke depan.
Dua malaikat kecil yang memegangi kaki Carrie lalu menggeser posisinya hingga ujung bulat batang melengkung itu tepat di bibir vagina Carrie!
Apa seperti itu caranya mengeluarkan HOLY LIGHT?
“COME FORTH THE KEY TO THE RESSURRECTION OF OUR MIGHTY LORD!” ("MUNCULLAH KUNCI KEBANGKITAN TUAN KITA YANG PERKASA!") seru BEELZEBUB keras.
Malaikat kecil di dalam mulut patung monster melakukan sesuatu yang membuat patung itu menggerakkan pinggulnya ke depan.
Ini membuat batang yang lumayan besar itu terdorong dengan kasar menembus vagina Carrie. Ini membuat Carrie tersadar dari pingsannya.
“AAAAAAAAAAAKKKKKKHHHHHHHHHHHH!” keluhnya kesakitan. Tapi tak berlangsung lama karena ia kembali pingsan.
Beberapa saat kemudian, malaikat kecil di mulut patung iblis melakukan sesuatu lagi yang membuat patung menarik pinggulnya hingga batang melengkung itu tercabut dari liang vagina Carrie dan membawa sesuatu.
Itu adalah sebuah cahaya yang terang. Sebuah sphere terang yang tercengkram oleh sejenis klep yang rupanya bekerja saat berada jauh di dalam rahim Carrie tanpa terlihat.
Dengan begitu prosesi pengambilan HOLY LIGHT telah selesai. Kedua tangan Carrie dilepaskan hingga ia jatuh terjerembab tanpa sadar.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu menatap tanpa berkedip. Sebuah peristiwa yang sangat langka terjadi. Termasuk BEAST Satria yang menyaksikan itu dari tempatnya terlempar saat mencoba menembus medan energi.
Para prajurit utama LUCIFER terutama BEELZEBUB tersenyum penuh kemenangan. Tapi ini semua belum selesai sebelum LUCIFER bangkit sehingga mereka tidak beranjak dari formasi bintang terbalik mereka.
Orang dengan jubah itu kemudian mengambil sphere HOLY LIGHT dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia kelihatan gembira sekali hingga wajahnya disinari terang sphere itu dan menunjukkan siapa dia sebenarnya; Kurnia Tantowi. Direktur utama SERVNET.
Selagi ia tertawa-tawa senang. Seseorang dengan jubah yang sama muncul dari belakang dan berdiri tepat di belakangnya. Ia menghunus sebilah pisau!
CLEB!
Sekali ayunan saja, ia langsung menghujamkan pisau itu di jantung Kurnia Tantowi. Pria setengah baya itu langsung tersungkur. Menggelepar meregang nyawa sebentar lalu diam sama sekali. Mati! Darahnya mengalir membasahi lantai dimana ia berbaring dan mengalir ke satu tempat di bawah patung iblis.
Orang yang baru datang itu lalu memungut sphere HOLY LIGHT dari tangannya. Ia memperhatikan sphere itu di depan matanya. Cahaya sphere itu kembali menerangi wajah orang itu...
“Yudha...?” gumam BEAST Satria mengenali orang itu.
Yudha? Dia itu, kan teman semejanya Satria sebelum digantikan Vivi Anne.
Ia memang Yudha. Ia terlihat sangat aneh dengan senyum misteriusnya. Ia lalu memasukkan sphere HOLY LIGHT ke mulutnya dan menelannya.
Ia terdiam sebentar. Lalu tubuhnya bergetar. Awalnya pelan lalu semakin kuat.
“Soon my prince will come down to earth... " (Segera pangeranku akan turun ke bumi) gumam OMNISENCE Vivi Anne.
“Yudha...? Apa maksud semua ini... Kukira kau temanku...? Kenapa kau melakukan ini... " gumam BEAST Satria tak habis pikir.
“Jadi anak itu yang akan menjadi LUCIFER...?” pikir Eros dari kejauhan.
Yudha yang tubuhnya bergetar setelah menelan sphere HOLY LIGHT, semakin bergetar tak terkendali lagi. Ia mulai kesakitan dan bersuara.
“Heeeehhhhhhhhh... heeeerrrrrrrrrggggghhhhhhhh... " serunya kesakitan.
Secara mengejutkan dari mata, hidung, mulut dan telinganya keluar cahaya terang. Dan ia semakin berteriak keras. Semakin memekakkan telinga.
Tiba-tiba, dari mulutnya yang terbuka lebar, menyeruak sebuah tangan. SHHHRRAAKKKK!
Lalu lehernya terkoyak dan munculah sebuah kepala. Disusul oleh sebelah tangannya. Mahluk yang baru keluar ini lalu menekan bahu Yudha agar seluruh badannya bisa keluar dari tubuh asalnya ini.
Yang tersisa kini hanyalah tubuh Yudha yang tergolek lunglai karena telah tercabik-cabik secara mengerikan. Darah kental menggenang di mana-mana. Bersama daging dan tulang yang tercabik-cabik.
Mahluk yang baru keluar ini, yang bisa dipastikan sebagai LUCIFER, menggeliatkan badannya agar mengembang.
Para prajurit utamanya lalu bersujud menyembah-nyembah pada tuan mereka yang baru lahir ini.
LUCIFER mengembangkan seluruh tubuhnya hingga otot-ototnya terbentuk sempurna. Tanduknya memanjang secara sempurna. Rambutnya yang berwarna putih juga tumbuh panjang. Kakinya yang awalnya juga pendek, memanjang hingga ke bentuk sempurna.
LUCIFER. Raja iblis. Ia membuka mata...
“HEEEEEEEERRRRRRRRRRRHHHHHHHHHHHHH!” serunya senang karena telah bebas dari penjara yang telah mengurungnya selama ribuan tahun.
Andin kemudian memutus proyeksi memoriku pada bu Mita yang kupegangi kepalnya. Kilatan-kilatan memori berhenti mengalir dan hilang. Kubuka mata perlahan. Mataku terasa pedih dan silau.
Yang pertama kulihat adalah rembesan air mata bu Mita yang mengalir deras. Hanya bahunya berguncang-guncang karena isakan tangisnya.
Lalu ke tanganku. Tanganku yang mengalirkan proyeksi memori itu padanya. Pada ingatanku dimana terakhir kali aku melihatnya. Terakhir ia hidup di dunia ini. Hingga akhirnya tewas secara menggenaskan akibat kebangkitan Lucifer.
Bu Mita lalu menutupi wajahnya yang menangis. Matanya yang berkantung tebal karena lelah. Lelah mencari keberadaan anak satu-satunya yang menghilang tak tau rimbanya. Sekalinya mendapat titik terang, menelan pil teramat pahit karena sang anak tercinta telah tiada.
Menderu-deru suara tangisnya. Tapi ia sudah terlalu sering menangis. Ia sudah sangat lelah sampai tak kuat lagi. Kubopong tubuhnya ke kamar mbak Desi untuk beristirahat. Ummi Rasya menemaninya dan kami menunggu di luar.
Suasana apartemen ini menjadi suram karena kesedihan seorang ibu. Mereka semua merasakannya; ummi Rasya, mbak Desi dan mbak Emi. Mereka juga para ibu dengan instingnya masing-masing.
Bahkan Jojo dapat merasakannya. Ia tidak menangis ketika bangun tidur dan digendong erat mbak Emi. Bertubi-tubi ciuman sayang melekat padanya dari mbak Desi dan mbak Emi yang sangat mencintainya. Ia dibawa keluar apartemen agar tidak bosan dan jalan di taman bermain.
Ummi Rasya, mbak Desi dan aku menunggu sampai bu Mita siuman. Itu terjadi dua jam kemudian. Adiknya membantunya merapikan diri sebelum keluar dan menemui kami lagi.
--------​
"Terima kasih banyak... nak Satria mau memberitau tentang keadaan anak saya... Yudha... Hiks... Setahun ini saya sudah mencarinya kemana-mana... Tak ada kabar jelas... dan berita yang pasti... Kali ini sudah ketauan semuanya... Apa yang sebenarnya terjadi pada Yudhaaa... Ya, Allah, nak? Kenapa jadi begini?" kata bu Mita. Ummi Rasya mengelus-elus punggung kakaknya untuk bersabar. Bu Mita menenggelamkan wajahnya lagi pada ummi Rasya dan larut dalam isak tangis.
"Saya tidak mau tanya apa-apa lagi... Cukup itu yang saya ketahui... Kami permisi pulang..." lanjutnya tak mau membebani pikirannya lagi dengan berbagai macam pertanyaan. Keduanya berdiri dan pamit pergi.
Aku menyalami bu Mita dan mencium tangannya. "Satria minta maaf, bu..." kataku singkat dan parau. Hanya itu yang bisa keluar dari kerongkonganku.
"Yahh..." katanya menepuk bahuku dan dipapah ummi Rasya menuju pintu. Mbak Desi mengantar mereka sampai turun ke bawah dan mencari taksi. Aku duduk di sofa, terdiam.
Hanya diam...

========
QUEST#12
========​

"Dja... dja.. djaa..."
Jojo menandak-nandak riang berpegangan di punggungku karena belum bisa jalan. Rambutku ditarik-tariknya. Bagian depan serupa poni kacau itu coba diemutnya. Nafasnya yang hangat menggelitik telingaku.
"Jojo seneng banget maen bareng kamu..." kata mbak Desi. Mereka duduk di sofa sementara Jojo dan aku di atas karpet. Mbak Desi menikmati es krimnya sementara mbak Emi memegang remot TV dan folder laporan keuangan. Ia bisa mendengar TV dan membaca simultan sekaligus.
"Seneng-lah... Belom ada laki yang maen bareng dia selama ini... Dikira bapaknya kale..." nyablak mbak Emi gak kira-kira.
"Eh-eh... Lucu kali, ye... Gue emaknya... Satria bapaknya... Jojo anaknya dan lu Emi jadi pembokatnya... Lucu, kan?" cetus mbak Desi berandai-andai.
"Pembokat mata-lu soak! Enak aja lu gua jadi pembokat? Kayak bocah aja lu maen rumah-rumahan giitu..." bantah mbak Emi memonyongkan mulutnya. Mbak Desi tertawa-tawa. Jojo juga tertawa mendengar gelak ibunya.
Sebentar aja aku sudah adu gulat sama Jojo yang memanjat punggungku dan kutarik ke bawah. Ia tertawa kegelian kala perutnya kugelitik. Kakinya menendang-nendang ingin bebas. Menyenangkan bermain bersama bayi. Kehadiran Jojo dan semua banyolan mbak Desi dan mbak Emi sedikit meredakan rasa bersalahku tentang apa yang sudah terjadi pada keluarga Yudha hingga kesedihan yang mendalam kini dialami ibunya yang telah mencarinya selama ini. Itu semua memang bukan salahku, bukan aku yang menyebabkan Yudha mengajukan diri menjadi medium kebangkitan. Entah apa motivasinya atau siapa yang telah memperdayanya. Kepalaku sudah pusing sejak kedua kakak beradik itu meninggalkan apartemen ini. Pusing memikirkan hal yang tak akan kuketahui jawabannya.
"Enak mana maen bareng bayi seumuran Jojo atau cewek bohay?" tanya mbak Desi menggodaku. Ia menunduk hingga kerah tanktop yang rendah menunjukkan susunya yang tumpah kemana-mana.
"Enakan sama bayi, deh..." kataku memeluk Jojo. Ia menarik-narik pipiku, berusaha mengunyah hidungku.
"Yakin?" kata mbak Desi terus merendahkan posisi tubuhnya. Susunya yang terbungkus bra semakin tumpah ruah meriah di depan mataku.
"Pa-pah..."
Gubrak!
Kami semua memandangi Jojo yang mangap-mangap kaya ikan mas koki. Mbak Desi jatuh dari sofa, mbak Emi menjatuhkan remot, aku tetap memeluk Jojo.
"Gak salah denger gua? Jojo manggil papah ke Satria?" kata mbak Emi mencondongkan kupingnya ke arahku dan Jojo.
"Aduuh... Atit toket gue... Untung gak pake silikon... Beneran, yah? Papah?" kata mbak Desi mendusel-dusel susunya sendiri yang mendarat duluan di lantai sebagai peredam. Masih meringis kesakitan.
"Jojo pinter... Tadi bilang apa? Pa-pah... Pa-paahh..." kataku mengulang-ulangnya agar Jojo ngikut. Malah mataku diculek.
"Kebetulan, kale..." kata mbak Emi kembali fokus pada bacaannya. Mbak Desi memanjat naik ke sofa lagi.
"Kamu seneng Jojo manggil papah ke kamunya?" tanya mbak Desi masih mengurut-urut susunya yang sakit akibat jatuh tadi.
"Seneng banget malah... Rasanya gimana ya? Plong gitu... Entah apa... Pokoknya senang aja... Aku gak ngerti..." kataku. Ini bukan boongan ato modus agar lebih dekat dengan mbak Desi. Beneran, loh! Suer kewer-kewer.
"Kamu itu masih muda banget... Masak seneng dipanggil papa sama anak bayi? Aneh, deh... Gak biasa banget... Modus, yaaa?" kata mbak Desi malah sejalan dengan kalian semua. Ya... kalian semua yang gak percaya.
"Ya, udah kalo gak percaya..." jawabku tengsin. Jojo melonjak-lonjak berdiri di pahaku. Menunjuk-nunjuk lampu di langit-langit ruang tamu ini. Entah kalau ia ngeliat cicak di atas sana.
"Kalo kamu udah nikah nanti... mau punya anak berapa?" tanya mbak Emi masih membaca dan mendengar TV.
"Dia masih kecil banget loh, Mi? Mana mungkin kepikiran menikah? Aneh ih elu..." kata mbak Desi meraih cup es krimnya lagi dan mengais-ngais dengan sendok.
"Mungkin aku mandul..." kataku seringan mungkin. Agar tidak terdengar terlalu berat dan jadi beban untukku. Jojo merangkak menjauh dariku dan menghampiri mobil-mobilannya.
"Mandul?" ulang mbak Desi dengan mulut menganga. Mbak Emi melepaskan matanya dari kertas itu dan menatapku juga. "Darimana kamu tau kalo mandul? Udah pernah tes?" tanya mbak Desi.
"Dua bulan lalu pernah tes... Hasilnya sih bagus... (di atas kapal pesiar St. Luccia-Quest#10) Tapi aku ragu keakuratan tes itu... Ada hal lainnya yang membuat aku yakin kalau aku mandul..." jawabku menatap pola karpet tebal ini. Jojo merangkak melintas di depanku. Hampir terpeleset karena lututnya terhalang boneka beruang kecil.
"Apaan?" tanya mbak Emi meletakkan bundel kertas itu ke pangkuannya. Begitu juga mbak Desi dengan es krimnya. Masalahku sudah menarik perhatian mereka berdua.
"Gini-gini aku sudah kenal banyak dengan banyak perempuan... Bukan sekedar kenal aja... Selalunya berakhir dengan urusan ranjang... Kejadian seperti arisan brondong mbak Desi itu sudah biasa... Apalagi aku pernah maen bokep, kan? Beberapa perempuan aku tau pasti tidak pake kontrasepsi apapun... Beberapa lagi selalu pake.. Nah... pada perempuan yang gak pake aku selalu ngecrot di dalam..." jelasku tak melihat pada mereka melainkan terpaku pada Jojo yang merangkak berkeliling.
"Aku tau kalau membuat cewek hamil tidak semudah itu... Ada yang gampang hamil... Ada juga yang sulit hamil padahal secara medis sehat... Pemeriksaanku-pun sehat... Tetapi ada satu virus—kalau itu memang virus... di dalam diriku yang mungkin menjadi penyebab keadaanku sekarang ini... Sudah pada kuceritain semua macam-macam kekuatan ajaibku... Kemampuanku menampung banyak core sekaligus..." lanjutku.
"Mungkin virus ini juga yang mencegahku untuk bisa menghamili cewek..." tuntasku dengan mengawasi Jojo. Ia sedang berusaha memanjat coffee table agar ia bisa berdiri tegak. Kalau aku benar-benar tak bisa punya anak secara normal, menganggap Jojo sebagai anakku tidak jelek juga.
"Oh?" terdengar suara mbak Desi yang sepertinya kaget. Kutoleh ke arah mereka.
"Aw... Apaan, sih?" katanya lagi karena lengannya disikut mbak Emi. Mereka kini plotot-plototan menggeram seperti ngobrol dengan bahasa planet asing, mulut penuh cairan kental berbusa... Mereka berdua sedang sodor-sodoran siapa yang seharusnya ngomong.
"Kenapa, mbak?..." tanyaku penasaran. Mereka pasti mau menyampaikan sesuatu. Aku gak mau nyoba memakai SHADOW MIND untuk ini.
"Ng... Ini... Satria... Sebenarnye... Jojo-pun bukan anaknya mbak Desi... Jadi kalo lu mau... ambil aja... Ya, kan, Mi...?" kata mbak Desi salah tingkah. Bletak! "Aduh!"
"Enak aja ambil... Pale-lu peyang! Lu kira Jojo barang apa?" berang mbak Emi menjitak tanpa sungkan kepala mbak Desi. Ia mengelus-elus kepalanya yang sakit.
"Aku sudah tau kalo Jojo bukan anak mbak Desi..." jawabku cool. Benar semua perkiraan Andin. Dan aku tidak perlu gak enak hati menanyakannya nanti. Bagus kalau mereka mau menjelaskannya.
"Udah tau? Tapi kok gak nanya?" kata mbak Desi masih memegangi kepalanya.
Kuceritakan poin-poin kecurigaan yang mengarah pada fakta kalau Jojo bukan anak kandung mbak Desi. Foto-foto dirinya menjelang bulan kelahiran Jojo tahun lalu yang tidak sesuai dengan keadaan seharusnya, golongan darah ibu dan bayi, bentuk perut dan aerola puting susunya. Juga alasan aku tidak bertanya masalah ini pada mereka.
"Jadi selama ini... kamu selalu ngurusin hal-hal beginian, ya?" kata mbak Desi. "Dia lebih jago dari elu kalo begitu, Mi... Dia bisa tau begituan semua..." kata mbak Desi.
"Gua jagonya di bisnis... Gak sempet gua ngurusin segala tetek-pentil lu segala... Siapa suruh juga lu nge-post foto di Instagram dalam keadaan perut kempes... Padahal udah gua suruh selalu pake sumpalan kain, kan?" kata mbak Emi. Ternyata mereka sudah mempersiapkan semuanya.
"Trus... Jojo anak siapa?" tanyaku.
"Karena lo juga udah ngebagi rahasia, lo... akan gua ceritain, deh..." kata mbak Emi meletakkan bundel kertas di meja, mematikan TV dan meletakkan remot TV di atas bundel tadi.
Jojo merangkak ke arahku dan duduk dengan anteng di pangkuanku. Kuciumi rambut halusnya yang wangi sampo bayi beraroma lembut lavender. Seakan ingin mendengar kisah hidup orang tua dan asal-usul keberadaannya di dunia, ia bertepuk tangan.
Sebagaimana nasib mbak Desi yang sudah dinyatakan sebelumnya, selalu bertemu orang yang salah. Begitu pula dengan kedua orang tua Jojo. Seorang wanita melamar pekerjaan ke salon kecantikan Desire milik mbak Desi. Ia memohon-mohon untuk bisa diterima walau tak punya identitas atau surat keterangan apapun. Merasa senasib dan paham kondisi wanita cantik itu, mbak Desi-pun menerimanya walau sudah diingatkan mbak Emi untuk menolak.
Wanita yang salah itu-pun benar saja melakukan hal-hal yang selalu saja salah. Salah ngeblow rambut, salah ngegunting, salah nyatok, menumpahkan sampo, merusak peralatan salon, ada-ada aja, deh. Diperingatkan dan ditegur berkali-kali wanita yang salah inipun tetap susah berubah. Seperti orang yang kikuk dengan segala macam hal sepele.
Dan kesalahan terbesarnya adalah ia menutupi keadaannya yang sedang hamil. Lama-kelamaan perutnya yang buncit semakin besar dan menyusahkan pergerakannya. Dilakukan interogasi dadakan yang diadakan mbak Emi secara tega atas wanita yang salah itu. Ditanya ini-itu bak petugas keamanan beneran.
Menangis bombai sang wanita yang salah itu mengaku kalau ia bingung. Kehamilannya semakin membesar tanpa suami atau pria yang mau bertanggung jawab. Ia tidak tau siapa yang menghamilinya karena ia hanya sekali bertemu pria itu yang kemudian menghilang dengan cara yang aneh. Terbang ke angkasa menggunakan sayap lebar yang ada di punggungnya. Ia mengira kalau ia telah digagahi oleh malaikat dan tak lama kemudian hamil.
Mbak Desi menanggapinya-pun dengan salah; simpati dan juga terharu dengan penderitaan wanita tersebut. Ia menyanggupi untuk mengakui bayi yang lahir itu sebagai anaknya. Mbak Emi sempat bersitegang melarangnya melakukan ini semua, tetapi kalah argumen dengan keras kepalanya mbak Desi. Wanita tersebut tinggal di rumahnya untuk mempersiapkan kelahiran anak itu. Karena saat itu ada tren dikalangan jet set untuk melahirkan di luar negeri terutama Singapur, beberapa bulan terakhir mereka bolak-balik ke negara pulau itu untuk perawatan dan persiapan. Akhirnya bayi itu lahir tanggal 28 Maret. Ia didaftarkan lahir dari ibu yang bernama Desi.
Kelahiran Jojo berjalan normal dan lancar tetapi tidak dengan wanita itu. Sehabis melahirkan, ia menghilang tanpa jejak. Wanita yang habis melahirkan seharusnya menjalani perawatan Pasca-Natal dan itu tidak dilakukannya. Menghilang begitu saja dari muka bumi Singapur. Wanita yang salah itu hilang.
Mbak Desi dan mbak Emi tentu bingung setengah mati menghadapi kejadian yang teramat salah ini. Mereka pulang ke tanah air dengan membawa serta bayi merah tak beribu dan ayah. Kelak kemudian ia diberi nama William Joseph Gunawarman dengan nama kecil: Jojo.
Dari semua kesalahan-kesalahan yang beruntun itu menghasilkan satu hal benar. Jojo.
Jojo adalah katalis semua masalah yang mereka hadapi. Dari kemunculan Jojo adalah awal alergi sperma mbak Desi dimulai hingga ia tidak bisa terlalu gila-gilaan dengan kegiatan masa lalunya yang kelam. Miras, narkoba dan seks bebas. Mbak Emi mulai bisa meredam Eno dengan menutup matanya sehingga tidak bisa sembarangan memakai tubuhnya lagi.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
mungkin di quen dulu ketauan siapa bapaknya, gtau juga sapa ibunya, bisa jadi temen sekelas satria pas dulu quest bilangnya olimpiade, padhl hamil. apa satria pas ngentot pernah g sadar tau g tau wanitanya sapa, kayanya pernah yah...
 
Kayanya sich anak buah nya Lucifer tuch...kan ibu nya Jojo cerita kalo dia diperkosa sama mahluk bersayap...itu sich perkiraan ane gan...makin pelik n makin Deket sama final nya nich...cuma Satria nanti sama siapa masih misteri nich...
 
ternyata jojo anak asli satria..
hanya satria yg punya sayap mlalui core miliknya

klo dari time linenya tdk klop. krn perempuan itu mulai hamil jauh sebelum Satria mulai mengendalikan xoxam dan mengenal seks juga. lahirnya stelah kejadian flood swarn itu. lagipula sayap ayah jojo dikatakan lebar, mungkin sejenis sayap burung ato malaikat, sayap xoxam hanya tonjolan runcing dipunggung sedikit melengkung.
 
klo dari time linenya tdk klop. krn perempuan itu mulai hamil jauh sebelum Satria mulai mengendalikan xoxam dan mengenal seks juga. lahirnya stelah kejadian flood swarn itu. lagipula sayap ayah jojo dikatakan lebar, mungkin sejenis sayap burung ato malaikat, sayap xoxam hanya tonjolan runcing dipunggung sedikit melengkung.

Iya satriakan ru ngenal seks sebelum flood swarn
 
Bimabet
mungkin di quen dulu ketauan siapa bapaknya, gtau juga sapa ibunya, bisa jadi temen sekelas satria pas dulu quest bilangnya olimpiade, padhl hamil. apa satria pas ngentot pernah g sadar tau g tau wanitanya sapa, kayanya pernah yah...

itu Zia (Fauziah). satria belum sempat dekat dengannya n pastinya juga belum disentuh juga.
masalah yg dia nge-fuck cewek yg dianya gak tau sejauh yg ane ingat: dulu sama vivi anne di quint, sama voxa, core putihnya sendiri.
apalagi sampai sekarang dia gak bisa ngehamilin cewek. masih belom nemu cewek yg pas.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd