Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan YOGA

Biar mengalir dulu hu ....
Jangan buru-buru buat sex scene nya ..
Semangat terus huu :beer::semangat:
 
Rembulan di Sudirman Gate



Beberapa langkah aku telah mencapai motor matik Honda Beat warna hitam yang terparkir agak pojok are parkir motor kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Selang beberapa detik kemudian, Bu Ineke pun telah diposisi belakang tubuhku dengan duduk menyamping karena menggunakan rok gitu, mungkin kalau pas menggunakan celana panjang pasti duduk ditengah posisi mengangkang.

Petang itu cuacanya mendung saat kami menembus jalanan Kota Jawadwipa. Angin terasa sangat kencang bertiup. Akupun berharap jangan sampai kehujanan dijalan karena gak membawa jas hujan yang biasanya ditaruh dibawah jok motor. Aku lupa Minggu kemarin ketika habis dipakai ketika pulang dari Mall, Kutaruh di jemuran dalam rumah dan tidak dilipat kembali ketika sudah kering.

Semejak berangkat dari Kantor, tangan kanan bu Ineke telah melingkar di pinggang sebelah kananku. Hal tersebut kuanggap sesuatu yang wajar karena ketika dalam posisi dibonceng seperti itu memang harus melingkarkan tangan ke pinggangku untuk memperkuat pegangan.

"Hati-Hati, Yoga jangan ngebut-ngebut anginnya kenceng banget loh. Takut nanti oleng motormu," kata Bu ineke setengah berteriak dibelakang telingaku.

"Siap Bu, tenang aja, saya muridnya Ananda Mikola" kataku sambil menengokkan wajahku ke arah kanan agar terdengar oleh Bu Ineke.

"Haha, itu seh pembalap Gokart"

"Pembalap Formula kali bu,"

"Ah dia seh pembalap formula jadul,"

"emang ibu tahu pembalap jaman now?"

"Iya tahu dunk, itu siapa namanya tuh yang wajahnya oriental, Rio Haryanto. Ganteng banget," suara Bu Ineke terdengar keras karena berbicara tepat dibelakang telingaku.

"Gantengan pembalap yang depan ibu sekarang, yakin deh," Kataku sambil nyengir, suaraku mungkin bercampur dengan terjangan angin serta deru suara motor sekitar.

"Hahah, Kamu itu Pemuda Berbadan Gelap, Pembalap," kata Bu Ineke.

"Hehe, bukan bu, tapi Pemuda Berbatang Kalap," kataku asal.

"Hush..aku tahu maksudmu, Saru..hehehs" suara bu ineke sambil menepuk punggung belakangku.

"Haha, ah ibu Batang itu bisa batang hidung, batang muka, sama batang...batang apaa lagi yaa, haha," kataku ngeles.

" Hayoo batang apa?," suara Bu Ineke menggelitik terdengar ditelinga.

"Batang Botol, bu..Kata Ibu, Batang botol.."

"hehe bisa saja deh, Udah ah, tar kamu kesenangan kalau membahas masalah ini," Ucap Bu Ineke.

Aku pun berusaha membangun suasana yang menyenangkan dan komunikatif dengan Bu Ineke, aku harus dapat menyelami hal-hal kesukaannya sehingga lebih mudah masuk mendekat.

Rumah Bu Ineke terletak kurang lebih 24 Km dari Kantor, Kawasannya dinamakan Sudirman Gate, karena digerbang kawasan perumahan tersebut terdapat patung Jenderal Sudirman yang besar serta pintu gerbang dengan bentuk gapura yang tak kalah besarnya. Terletak didaerah timur Kota Jawadwipa, lebih tepatnya terletak di Jalan Lingkar Kota Km 21 Subdistrik Silihasih.

Ketika mencapai jl lingkar Km 17, angin yang bertiup kencang terasa beruap bersamaan dengan butiran air bagai embun halus. Pertanda hujan akan turun.

Kulihat diatas langit warnanya hitam pekat, tak ada gemerlap bintang. Rembulan pun terhalang oleh awan hitam yang berarak. Wah semakin khawatir akan kehujanan dijalan. Ayo Hujan jangan turun, tinggal 4 Km lagi, akupun menarik gas motor dalam-dalam ke arah bawah.

Tiba-tiba terdengar suara geluduk disertai kilatan-kilatan petir terasa sangat dekat ditelinga saking kerasnya. Dan tak lama kemudian hujan dengan skala gerimis pun turun.
Aku pun menswitch lampu motor dengan mode lampu tembak jarak jauh. Air pun tumpah diaspal jalan membuat jalur agak licin.

"Bu, hujan, gimana nih? kita cari tempat berteduh aja ya?" kataku menawari untuk berhenti mencari tempat berteduh karena sepanjang jalan kawasan komersial dengan bentuk Ruko ataupun Rukan (Rumah Kantor).

"Ah, nanggung Yoga, sebentar lagi sampai, daripada nunggu belum tentu hujannya cepat reda," ucap Bu Ineke dibelakangku.

"Oke deh Bu, tapi pegangan yang erat bu, jalannya licin,"ujarku.

"Hmm, berhenti aja depan dulu, Yoga. Sebaiknya Saya ganti posisi duduknya," kata Bu Ineke menepuk punggungku.

Motorpun menepi dan perlahan berhenti ditengah derasnya guyuran air hujan. Lalu Bu Ineke turun dari jok motor, dan naik kembali dengan posisi duduk mengangkang dan langsung melingkarkan tangannya memeluk tubuhku.

Blegedes...

Sejuta rasanya, ketika tubuh padat itu menempel dipunggungku. Akupun melongo dan terpana merasakannya.

"Hei, Yoga, ayoo berangkat lagi, kok malah diem aja," Seru Bu Ineke.

"Ough maaf bu, kirain ibu belum naek," jawabku ngasal.

"Yee, masa badan segede gini gak terasa, apalagi tanganku meluk perut kamu," kata Bu Ineke.

"Heheh iya bu, siap berangkat neh," ketahuan banget memang aku melongo dan terpana rasanya semakin gak karuan. Apalagi kami berbasah-basahan ini.

Duh jadi inget film india epik kolosal jaman lampau, hujan-hujanan, peluk-pelukan. Untung gak menari-nari aja. Duh Gusti, Kulo Pasrah Yen Mbengi Iki Gawe Dosa Meneh. (Ya Tuhan, aku pasrah kalau malam ini berbuat dosa lagi).

Kulihat dari kaca spion yang berembun terkena air hujan paha Bu Ineke putih mulus walaupun terlihat samar-samar. Roknya pun tersingkap keatas dengan posisi duduk seperti itu.

Ya Tuhan, Nikmat mana yang kau dustakan ini

Tak terasa motorku telah melintasi gerbang besar utama dengan patung Jenderal Besar Sudirman. Gerbang tersebut terbagi 2, untuk keluar dan masuk, dengan bangunan pos pengamanan ditengahnya serta terdapat taman dibelakang pos pengamanan serta kanan kiri jalan masuk dan keluar.

Kulihat posko pengamanan tertutup rapat karena derasnya hujan turun, walaupun termasuk kawasan perumahan yang cukup elite namun untung pintu masuknya tidak dilengkapi gate otomatis seperti di Mall, masih menggunakan manual, sehingga motorku melaju mulus masuk ke kawasan Sudirman Gate.

Hembusan hangatnya nafas Bu ineke disertai suaranya yang memberikan instruksi arah jalan menuju rumahnya sangat terasa ditelingaku. Jujur saja itu membuat bulu kuduk berdiri karena geli dan rasanya melayang membuat pikiran ini tidak berkonsentrasi, apalagi beberapa kali Bu Ineke membetulkan posisi duduknya karena kurang nyaman dengan roknya ddengan posisi duduk seperti itu sehingga membuat gesekan-gesekan tonjolan payudaranya yang cukup besar menurutku pada punnggung terasa sekali.

Ya Tuhan Jangan siksa hamba seperti ini. Udah horny gak karuan, terus gimana cara pelampiasannya lagi. Masa pake sabun, mengingat pacarku Maharani, tempat membuang pejuh, sedang pulang liburan ke kota asalnya, Kota Apel. Kalaupun ngerayu Bu Ineke, waduh boro-boro berani. Juancok tenan, Ndes, mumet mikirin hasrat biologis ini.

Tak berapa lama, kami telah sampai ke sebuah jalan buntu dengan rumah pojok sebelah kana jalan yang terpisah dengan rumah lainnya, karena area didepannya masih kosong yang seharusnya berdiri untuk sekitar 5 rumah, dan sampingnya pun masih tanah kosong untuk sekitar 4 rumah. Sungguh kondisi yang menguntungkan dipojokan sini agak jauh dari tetangga. Sepertinya areal yang kosong masih dalam tahap pemasaram oleh perusahaan property kawasan Sudirman Gate.

Rumah tipe 92, dengan gaya minimalis, dan gerbang pintu besi holo yang dicat hitam serta tembok setinggi 2 meter dengan celah kotak vertikal disetiap 1 meter namun ditutup dengan plastik fiber sehingga tak terlihat ke dalamnya.

Bu Ineke pun turun, dan membuka kunci gembok pintu gerbang rumahnya. Akupun mendekatkan motor ke arah Ibi Ineke.

"Bu, saya pulang dulu ya," kataku sambil berusaha memutarbalikan arah motorku.

"Loh mau kemana, Yoga, Sini dulu mampir, kamu berteduh dulu disini, itu hujan angin besar banget, nanti kamu kenapa-kenapa dijalan gimana," ujar Bu Ineke

Haduh, tawaran yang menggiurkan. Namun aku malu belum siap denhan kondisi seperti ini rasanya menjadi canggung.

"Ngg...Nggg..gimana yah Bu, saya pulang aja deh, gak enak sama keluarganya Ibu," kataku menolak secara halus.

"Hayoo donk, dirumah gak ada siapa-siapa, anak-anakkuw lagi pada dieyangnya sudah dua hari ini kok," ujar Bu Ineke sambil membukakan gerbang pintunya.

Bu ineke pun berkata lembali" Hayu masuk, "

Belum sempat kujawab kembali, Bu Ineke telah berlalu menuju pintu rumahnya, Ah sudahlah dan baiklah, pikirku


Motorpun kearahkan masuk carport setelah melintasi gerbang besi rumah Bu Ineke. Lalu kututup gerbang serta ku gembok kembali.

"Ayo masuk ke dalam, kamu segera mandi. Kamar mandinya tuh di dekat ruang tengah," instruksi Bu Ineke setelah membuka pintu rumah.

Akupun manut, setelah melepas sepatu, aku pun bergegas masuk ke dalam rumah, namun pas didepan pintu aku berhenti karena melihat ceceran air dari pakaianku yang basah. Bingung juga masuk ke dalam nanti lantai rumahnya malah basah terkena ceceran pakaianku. Namun kulihat diruangan tamu juga ada ceceran air bekasnya Bu Ineke.

Lalu aku pun melangkah masuk ke dalam tanpa mempedulikan basahnya lantai granitnya bu Ineke. Aku tak fokus terhadap ruangan tamu rumah Bu Ineke, fokusku jalan ke depan dan mencari kamar mandi yang dimaksud. Setelah melintasi ruang tamu yang berukuran 4 x 4 meter terdapat ruangan tengah keluarga dimana ada sofa dan TV Led serta dipojokannya ada kamar mandi.

Akupun masuk ke dalam kamar mandi tersebut. Kamar mandi dengan bak mandi berikuran sekitar 50 cm x 50 cm dan disampingnya terdapat shower, kulihat ada Water Heathernya. Wah enak neh Joss Gandoss, mandi pake air anget biar relax badannya.

Setelah melucuti seluruh pakaian, Aku pun memutar krannya dan memutar knop ke arah merah tanda untuk air hangat.

Cuuurrr...Serrrrrr...

Air memancar ketubuhku, awal mulanya masih dingin, namun lama-lama hangat dan mendekati panas. Ketika aku menggosok tubuhku dengan sabun yang ada dalam kamar mandi, pandanganku tertuju kepada sesuatu yang ada dalam cantolan pakaian dikamar mandi itu. Akupun mendekat, ku raba dan kubentangkan, wow itu adalag celana dalamnya Bu ineke sepertinya.

Celana dalam dengan bentuk masa kini dan berenda berwarna merah marun, hmmm kok masih menggantung di cantolan kamar mandi dalam, batinku. Lalu kucium celana dalam tersebut pas bagian penutup depannya, kucium bau khas-khas vagina. Bulu kuduk pun merinding karena pengalaman yang dirasakan dan sensasinya, walaupun sebatas celana dalam. Kapan lagi kan, menikmati baunya celana dalam Bu Ineke, apalagi sampai bisa merasakan isi dari celana dalam tersebut.

Ahh aku mengkhayal sepertinya. Wake Up Yoga, kembali ke realitas, kamu masih anak bau kencur, nggak usah kepikiran pengen meniduri Bu Ineke, tiba-tiba seperti ada suara dalam hati bersuara dalam pikiranku.

Took..Toookk..Tookkk

Suara ketukan keras dipintu kamar mandi membuyarkan lamunanku. Wah, itu pasti Bu Ineke, Mau ngapain yah,tiba-tiba timbul prasangka kotor dariku berpikir mungkin bu Ineke ingin bergabung mandi bersama denganku.

"Yoga, kamu masih didalam? lagi mandi ya?" suara Bu Ineke.

"Iyaa bu, kenapa gitu," sahutku.

"Ini handuknya saya taruh di handle pintu kamar mandi yah, Saya taruh juga kaos dan celana buatmu," suara Bu Ineke menjawab prasangkaku. Ah ternyata mau mengantarkan handuk saja rupanya.

Selesai mandi aku membuka pintu kamar mandi sedikit dan mengambil handuk serta pakaian yang diberikan bu Ineke. Ah kaos dan celana kolor pendek, yang mungkin kepunyaan Bu Ineke atau barangkali mantan suaminya. Setelah mengeringkan diri dan memakai pakaian, akupun duduk di sofa ruang tengah dengan kondisi TV telah nyala. Menanyangkan sebuah berita dalam negeri. Kulihat dimeja ada Gelas dengan teh celup didalamnya.

"Yoga, minum dulu tehnya biar badanmu hangat," seru Bu Ineke dari arah belakang, sepertinya daerah dapur.

"Hmm yang kubutuhkan kehangatan itu bukan Teh, tapi Teteh Ineke, hehehe" gumamku.

"Apa Yogaa? nggak kedengaran jelas kata-katamu" suara Bu ineke setengah berteriak dari dapur.

"Ahh Tidak bu, saya bilang Iya nanti diminum, masih panas," Jawabku mengusir kekagetan, kupikir suara gumamanku hanya dimulutku saja, namun mungkin terdengar sedikit ke arah dapur.


Beberapa menit kemudian aku pun meminum sedikit demi sedikit teh yang ada dalam gelas dihadapanku. Rasanya segar dan menghangatkan. Tak sampai lima menit teh itu pun habis kuseruput pelan-pelan, karena saking hausnya kali, walaupun panas dilidah, namun hangat dilambung, namun tiba-tiba rasa kantuk malah mendera dan kepalaku agak pusing rasanya.

Rasa kantuķ menyerang dan kepala rasanya berat membuat aku bersandar ke duduka belalang sofa, terasa empuk dikepala dan perlahan mata pun kupejamkan. Dan aku terpejam lama sekali. Seperti tertidur rasanya, karena badan ini rasanya lemas.

Akupun tak ingat apa-apa, sampai tepukan keras dari tangan halus terasa diwajahku. Lamat-lamat kudengar suara yang tak asing bagiku.

"Yoga, Yoga, Banguun!!!," suara tersebut sudah mulai jelas terdengar ditelinga.

Rasa pusing dikepala masih terasa, perlahan aku membuka mata yang rasanya berat sekali, rasanya seperti minum Intunal ataupun CTM dengan dosis berlebij. Samar-samar kulihat bu Ineke duduk dihadapanku. Ogh, bu Ineke duduk dimeja depan sofa dengan menggunakan baju tidur yang tipis.

Akupun berusaha mengumpulkan tenaga dan berusaha fokus, mengingat badan ini rasanya lemas dan mataku berat sekali untuk dibuka.

"Yoga, ayo buka mata kamu," Bu Ineke suaranya keras seperti menghardik.

Setelah cukup sadar, aku menatap Bu Ineke, "Iya Bu, gimana?"

Plak......Plak....

Tiba-tiba tangan Bu Ineke menampar wajahku, secara reflek tanganpun hendak memegang pipi karena rasa perih akibat tamparan tersebut namun aku kaget bukan kepalang, ketika menyadari tanganku kedua-duanya telah terikat oleh tali tambang yang ditambatkan kepada tiang sofa bagian atas kanan kirinya. Aku tarik kakiku untuk mengecek apakah diikat juga, ternyata tidak diikat, namun tetap saja rasanya lemas kakipun.

Pikiran ini pun langsung bereaksi, ada apakah gerangan yang terjadi.

"Ada apa bu, kok ibu tiba-tiba menampar saya dan tangan ini kok diikat begini, apa salah saya," kataku setengah bergetar menahan rasa shock tiba-tiba dalam kondisi seperti ini.

"Jangan belagak pilon, Yoga, Saya tidak suka orang yang belagak bodoh seperti kamu," Suara Bu Ineke kali ini setengah membentak.

"Mana Handphone kamu, saya tahu apa yang kamu perbuat didalam Restroom tadi sore," lanjut Bu Ineke sambil menatap tajam kepadaku, perkataan dan tatapan tersebut membuatku tercekat. Bingung dan Terkejut yang mendalam

Kulirik arah lain yakni jendela rumah Bu Ineke yang kebetulan sebagian tidak tertutup tirai, terlihat Rembulan muncul walaupun dibayangi oleh awan hitam tipis-tipis, hujanpun sepertinya berhenti. Aku tak tahu tidak sadarkan diri berapa lama.



Tube Kuntinyu.
================================
 
Terakhir diubah:
Wuih update pagi nih..
Itu sudah pake acara tali temali, semoga yoga bukan ngimpi..
Mantep hu..
Makasih super updatenya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wkkk ketahuan, harusnya ancamannya pegang otongnya sambil tempelin pisau, ga ngaku auto putus
 
wah ketahuan, untung dah disimpan di laptop. bisa buat balas dendam nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd