Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Keluarga Oki

naga benar

Semprot Kecil
Daftar
27 Oct 2015
Post
61
Like diterima
2.281
Bimabet


Aku Oki Setiana Dewi.

Siapa yang tidak kenal aku sekarang. Setelah memerankan beberapa film layar lebar, kini aku lebih dikenal sebagai ustadzah. Setelah peran baruku ini aku semakin mendalami agama dan menutup rapat auratku. Tubuh indahku selama ini hanya kupersembahkan kepada suamiku tercinta. Aku menjalani hidup yang bahagia bersama keluargaku. Rumah tanggaku pun harmonis jauh dari isu miring. Namun sebagai manusia biasa aku tidaklah sepenuhnya bersih dari dosa dan kehidupan duniawi. Aku pun pernah khilaf dan merasakan apa yang namanya syahwat.

Kejadian ini pada saat aku hamil tua anak keduaku. Tinggal sekitar satu setengah bulanan dari prediksi hari dimana aku akan melahirkan. Aku saat ini mengisi sebuah acara kerohanian di sekolah menengah atas di Bandung. Acaranya berlangsung malam hari. Dan di rundown bagianku ba’da sholat isya’. Aku mengisi sampai sekitar pukul 22.00 WIB. Peserta dari acara ini adalah murid kelas sepuluh dari sekolah tersebut. Para peserta diwajibkan menginap di sekolah, ya seperti acara pesantren kilat begitulah. Setelah bagianku acara selanjutnya adalah istirahat malam. Semua peserta maupun panitia tidur di dalam ruang kelas yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat meregangkan tubuh mereka dengan alas kasur palembang. Cukup sederhana acara ini karena memang diperuntukkan untuk mendidik para murid di sini. Aku tadi ke sini sendiri hanya diantar suamiku dan kemudian dia pergi karena ada pekerjaan lain. Karena tidak ada yang menjemput jadi aku putuskan ikut menginap bersama para murid di sini. Sebenarnya aku difasilitasi penginapan di hotel dekat sekolah, tetapi karena aku pikir sama saja dan di sini malah banyak temannya jadi aku memilih menginap di sekolah. Suasana di sekolah yang tadi begitu ramai berkunjung senyap seiring malam yang semakin larut. Aku pun ikut memejamkan mata di ruang kelas bersama para panitia akhwat yang notabene juga murid kelas sebelas dan duabelas di sekolah tersebut.

Cukup nyenyak tidurku. Aku terbangun sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Aku lihat mereka masih tertidur karena memang di rundown acara dimulai lagi pukul 03.00 WIB. Aku yang masih memakai baju panjang dan jilbab besar bangun dan hendak menuju kamar mandi. Aku ingin buang air kecil dan mencuci muka. Aku lupa bertanya pada murid di situ dimana kamar mandi sekolah. Aku juga tidak enak membangunkan mereka. Alhasil aku berjalan keluar dan mencoba mencari kamar mandi. Aku menuju sudut belakang sekolah, karena dugaanku kamar mandi biasanya berada di sana. Dan aku melihat tanda panah yang bertuliskan toilet. Aku segera mengikuti arah tersebut. Sampai aku melewati tiga ruangan berjajar yang letaknya cukup di sudut sekolah. Kamar mandi persis di samping ruangan paling ujung. Dua ruangan lampunya tidak menyala. Tetapi ruangan paling ujung lampunya menyala. Dan ada hal yang janggal. Aku lirih mendengar suara desahan dan erangan dari ruangan tersebut. Aku mendekati ruangan tersebut. Aku kira ada murid di sekolah tersebut yang sedang melakukan hal yang tidak seharusnya. Aku intip dari kaca jendela, tetapi tak kudapati ada yang bercinta di sana. Aku hanya mendapati seorang murid laki-laki dengan kaos dan celana pendek sedang tertidur di bangku panjang dengan sarung yang tergeletak di bawahnya. Aku yang penasaran dengan suara tadi memutuskan untuk memasuki ruangan tersebut. Kebetulan juga pintunya tidak dikunci. Perlahan aku masuk ruangan tersebut. Aku mendekati bangku panjang tempat anak tadi tertidur. Aku semakin jelas mendengar suara orang sedang melampiaskan syahwatnya. Aku mendapati suara tersebut berasal dari sebuah handphone yang memutar video porno. Mengambil handphone tersebut dan hendak membangunkan sang anak kemudian menegurnya. Tetapi entah ada apa dengan tubuhku. Aku panas dingin mendengar suara erangan dari video tersebut. Aku lihat adegan di layarnya seorang wanita jepang setengah baya sedang bercinta dengan seorang negro yang terlihat lebih muda darinya. Aku melihat penis lelaki itu begitu besar dan panjang menerobos vagina wanita tersebut dengan gaya konvensional. Lelaki tersebut semakin cepat memompa penisnya keluar masuk vagina wanita berkacamata itu. Aku yang sempat geram dan ingin menegur anak tadi malah menikmati apa yang sedang tersaji di layar handphone tersebut. Entah apakah aku sedang terangsang. Aku malah terpaku pada penis lelaki tersebut yang begitu berurat menikmati jepita wanita di bawahnya. Ya, aku mulai terangsang, apalagi aku sudah lama tak dijamah suamiku semenjak perutku semakin membesar. Aku malah begitu terangsang dan tanpa sadar aku meremasi payudaraku sendiri. Aku menyusupkan tangan kiriku ke balik jilbab panjangku dan meremasi payudaraku sendiri. Aku tak memikirkan aku sedang dimana, yang ada di benakku sekarang hanyalah syahwatku yang tak tersalurkan. Aku kemudian memandang anak yang tadi tetap tertidur pulas tanpa menyadari aku di sampingnya. Aku lihat dia tidak terlalu ganteng. Aku kemudian terhenyak melihat celana anak itu menggembung. Aku yang sedang terangsang sempat ragu, tetapi akhirnya aku mendekati bagian bawah anak yang tidur terlentang tersebut. Aku pandangi celana anak itu sambil terus meremasi payudaraku. Aku begitu terangsang saat itu. Syahwatku sudah di ubun-ubun aku mencoba menyentuh gembungan tersebut. Aku merasakan penis anak itu begitu tegang dan aku tau kalau dia tidak memakai celana dalam. Aku mencoba meremas penis tersebut dari luar celana pendek. Aku sempat deg-degan karena takut anak itu bangun. Tapi dia masih terelap. Karena syahwatku sudah di ujung, aku begitu nekat menarik celana anak itu. Cukup sulit, tetapi perlahan aku melihat penis coklat kehitaman itu lolos dari celananya. Aku menghentikan aksiku sejenak untuk memastikan anak itu tidak terbangun. Aku pandangi penis anak itu. Tidak lebih panjang dan besar daripada punya suamiku. Sambil melihat penis anak itu, aku terus meremasi payudaraku. Putingku semakin mengeras. Aku benar-benar terangsang. Entah setan mana yang lewat, aku langsung mencaplok penis yang ada di hadapanku.

“HAP!!!”

Aku melumat penis anak itu. Aku diamkan sebentar penis itu di dalam mulutku. Aku perhatikan wajah anak itu masih nyenyak tertidur walau tadi sempat agak terusik. Begitu wajahnya mulai tenang aku mengeluarkan penis anak itu. Aku kemudian melanjutkan aksiku dengan menjilati batang penis itu. Aku semakin kesetanan. Cuma ada nafsu syahwat di otakku sekarang. Aku pun terus meremasi payudaraku. Memilin putingku di balik jilbabku. Penis itu begitu tegak berdiri dihadapanku. Aku semakin bernafsu. Aku mencoba menjilat buah zakarnya. Dan ketika aku mencoba mengulum buah zakarnya, tiba-tiba
“Augh” tak sengaja gigiku mengenai buah zakarnya dan dia terbangun.

Seketika aku kaget setengah mati. Tetapi buah zakar anak itu masih di dalam mulutku. Aku dengan muka pucat pasi menatap wajah anak itu.
“Teh Oki?” Cuma itu yang diucapkan anak itu dan kemudian melongo tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Aku yang tadinya kaget tiba-tiba dikuasai kembali oleh nafsu syahwatku. Aku sudah tak memperdulikan lagi apa yang akan diperbuat anak itu. Aku malah kembali mengulum buah zakar itu. Aku hisap-hisap dan memainkan lidahku di sana. Anak itu hanya meringis sambil masih belum percaya apa yang terjadi. Aku kemudian melepas kulumanku dan meludahkan bulu kemaluan anak itu yang rontok di mulutku.

Aku pandangi wajah anak itu. Masih tetap kebingungan. Suasana sangat hening di sana. Tanganku masih di balik jilbabku. Aku yang sangat bernafsu dengan muka merah padam langsung kembali mencaplok penis yang ada di hadapanku. Anak itu Cuma meringis merasakan mulutku mengulum penisnya. Air liurku begitu banyak membasahi penis yang aku urut-urut dengan mulutku. Aku semakin mempercepat aksiku. Pinggang anak itu mulai bergoyang-goyang. Tadi dia tetap tidak berani menyantuhku. Dia hanya berpegangan pada meja alas tidurnya. Tanganku pun tak menyentuhnya. Hanya meremasi payudaraku sendiri. Aku mempercepat kulumanku. Tetapi terkadang aku berhenti dengan penis di dalam mulutku, kemudian mengurut-urut lagi. Aku lumat seperti permen lolipop. Aku mainkan lidahku di lubang kencingnya. Kepalaku yang masih tetap terbalut jilbab lebar maju mundur dengan penis di mulutku.

Anak itu mendesis keenakkan dan mendongakkan kepalanya menikmati kulumanku. Setelah cukup lama aku mempermainkan penisnya, aku merasakan penisnya menegang kaku. Aku merasakan dia akan memuntahkan lahar panasnya. Aku bukannya mencabut penis itu tetapi malah semakin cepat mengulumnya dan menghisapnya lebih kuat. Dan benar saja, tiba-tiba tubuh anak itu menegang dan penisnya berkedut-kedut memuncratkan isinya dengan sangat kuat.

“Crot crot crot”, banyak sekali sperma yang keluar di mulutku. Wajah anak itu masih mendongak ke atas dan menikmati orgasmenya. Berkali-kali semprotan itu aku rasakan meledak di mulutku. Aku dengan segera menelan sperma itu karena semakin lama mulutku semakin penuh sperma dan hampir meluber keluar. Aku menelan semua sperma itu. Kemudian aku melepas kulumanku dan memandangi wajah anak itu merah merona. Dia terengah-engah seperti habis lari keliling lapangan. Penis itu mulai mengecil dan masih blepotan sperma bercampur air liurku. Penis itu ambruk tak berdaya. Aku kemudian kembali mengulum penis itu dengan maksud membersihkan sisa-sisa sperma di penisnya. Aku hisap dan jilati penis itu sampai bersih. Dan aku menyudahi aksi blowjobku ini. Aku menarik ke atas celana anak itu menutupi penis itu.

Sebenarnya nafsuku masih di ubun-ubun. Tetapi aku mulai mendengar bahwa ada aktivitas yang sudah terjadi di luar sana. Aku lihat jam juga sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB. Aku kemudian berjalan keluar ruangan meninggalkan anak itu yang masih memandangiku dengan ekspresi tidak percaya. Aku menuju kamar mandi di samping ruangan itu yang menjadi tujuanku sebenarnya. Aku kemudian buang air kecil dan kurasakan kemaluanku begitu basah dengan lendirku. Tetapi walaupun aku sudah begitu terangsang sampai celana dalamku basah kuyup, aku harus menunda syahwatku ini. Aku kembali ke kamar tempat aku tidur. Aku melewati ruangan tadi. Aku melihat anak yang sedari tadi tiduran sudah bangkit duduk memandangi aku yang lewat dengan ekspresi sama seperti tadi. Aku sudah di ruang tidurku. Aku mencari tasku dan mengambil dompetku. Aku lihat murid lainnya juga sudah mulai bangun. Aku kemudian kembali menuju ruang terkutuk tadi sampai sedikit menitikkan air mata. Kutahan jangan sampai menetes dan aku begitu meratapi apa yang sudah aku lakukan tadi. Begitu hinanya aku melakukan perbuatan cabulku itu dengan lelaki selain suamiku. Sampai di sana, anak itu masih terduduk. Aku kemudian meletakkan beberapa lembar uang seratusan ribu dipangkuan anak itu. Anak itu terlihat bingung.

“Tolong jangan bilang siapa-siapa!” Cuma itu yang ku katakan dan aku kembali ke ruang tidurku. Aku mulai beraktivitas dengan para murid lainnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Tetapi hatiku masih menangis meratapi apa yang telah aku lakukan.

 
Bawah Umur / Underage (5 points)
Aku Ory Vitrio, atau akrab dipanggil Rio. Aku menikahi seorang muslimah cantik bernama Oki Setiana Dewi pada tahun 2014. Kini aku sedang menantikan kelahiran buah hati keduaku bersamanya.

Kehidupan rumah tanggaku begitu harmonis. Begitu pun dalam urusan ranjang. Istriku begitu mengerti dengan nafsuku yang tinggi. Apalagi melihat istriku yang begitu anggun dengan jilbab lebarnya, bukannya menjaga nafsuku tetapi malah semakin memancingnya. Memikirkan istriku saja penisku langsung tegang. Bagiku dia memanglah punya daya tarik tersendiri.

Di tengah masa hamil tuanya, istriku tetap aktif dalam mengisi acara keagamaan. Walau wilayahnya menciut hanya Jakarta dan sekitarnya. Kali ini dia mengisi di Bandung di salah satu SMA. Awalnya aku sempat melarang karena bebarengan dengan bisnisku yang mengharuskanku stay di Jakarta. Tapi dengan ngototnya dia meyakinkanku. Akhirnya aku mengijinkannya dan menyempatkan mengantarkannya ke Bandung siang itu. Aku kemudian langsung balik lagi ke Jakarta untuk urusan bisnisku. Aku akhirnya meeting dengan klienku dengan cukup tenang setelah memastikan ada fasilitas hotel untuk istriku yang tidak jauh dari lokasi SMA tersebut.

Menjelang petang kegiatanku sudah selesai. Padahal jadwal awalnya sampai malam, tetapi karena sesuatu hal pihak rekan bisnisku mengcancel acara untuk malam harinya. Aku sendiri cukup sumringah, karena tak perlu berlarut dengan pekerjaanku dan aku bisa menyusul istriku ke Bandung. Aku sampai rumah pukul enam petang dan langsung bersih diri dan siap-siap ke Bandung. Aku sengaja tidak memberi tahu istriku karena aku ingin membuat surprise untuknya. Selepas waktu isya’ aku menggeber mobilku menuju Bandung. Malam ini tol cipularang ramai lancar, sekitar setengah sepuluh malam aku sudah sampai Bandung. Karena sudah di atas jam sembilan malam, kuputuskan langsung menuju hotel yang disediakan untuk menginap istriku.

Aku sesampainya di hotel tujuanku lalu menuju resepsionis dan bertanya kamar yang sudah dipesan oleh pihak panitia acara. Kebetulan kamar yang dipesan sudah atas nama istriku dan karena tahu kalau aku adalah suami Oki Setiana Dewi aku meminta kunci cadangan dengan dalih ingin memberi surprise padanya. Kunci sudah di tangan. Aku memuju kamar yang ditunjukkan. Di otakku sudah membayangkan betapa kagetnya istriku mengetahui aku datang. Tapi pikiran itu malah membuatku berbafsu untuk segera memadu kasih dengannya. Nafsuku memuncak di ubun-ubun.

Aku sudah di depan kamarnya. Aku membuka pintu dengan perlahan. Kudapati keadaan kamar remang-remang. Lampu utama mati tinggal lampu tidur. Kudapati sesosok dengan berselimut tebal tergolek di ranjang masih lengkap dengan jilbab hitamnya. Pikirku dia kecapekan dan langsung istirahat. Udara di Bandung saat ini juga begitu dingin. Hal itu malah semakin memancing nafsuku keluar dan menegangkan penisku.

Aku langsung menelanjangi diriku sendiri. Dengan penis yang tegak mengacung aku mendekatinya. Aku mengarahkan penisku ke kepalanya yang terbalut jilbab. Wajahnya ditutupi oleh tangannya. Aku segera menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya dan menyodorkan penisku ke pipinya.

“Plak!”, penisku menampar pipinya.

“Auw . . .”, dia terbangun kaget dan aku pun juga kaget bukan main. Ternyata sesosok perempuan di depanku bukanlah istriku.



Perempuan muda di depanku terpaku kaget dan tak henti-hentinya memandangi dadaku yang penuh bulu. Dia seakan terhipnotis dan penisku masih menempel di pipinya.

Saat dia mulai tersadar dari lamunannya, dia hendak berteriak, spontan aku jejalkan penisku ke mulutnya. Begitu hangat rasanya di dalam mulut mungilnya. Perempuan muda berjilbab itu hampir tersedak karena penis besarku memenuhi rongga mulutnya. Dia hendak melepaskannya dan beranjak dari ranjang tapi langsung aku tahan kepala berjilbabnya.

“Aurrrrgggh, holooooong, aammmmmmmuuun!”, rontanya sambil memcoba mengatakan sesuatu. Rontaan itu membuat kekagetanku menjadi nafsu membara. Wajahku yang sempat pucat pasi berubah merah dengan senyuman bangsat. Entah setan apa yang menguasaiku, dipikiranku sekarang hanya ada betapa nikmatnya perempuan muda ini.

Aku lalu menyikap selimut yang menutupi tubuhnya. Dia semakin kuat meronta. Sejenak kupandangi tubuh mungilnya yang terbalut gamis panjang seperti yang biasa istriku kenakan. Aku semakin kesetanan. Aku lalu mencabut penisku dan kemudian menindihnya. Aku rentangkan kedua tangannya dan aku tutup mulutnya yang hendak berteriak dengan ciuman ganasku. Tubuh mungilnya tak berdaya kutindih. Rontaannya juga tak berarti apa-apa untukku. Tangisannya pecah seketika. Dia terus meronta hingga beberapa saat sebelum akhirnya melemah tanda putus asa. Mengetahui hal itu aku melepas cengkraman tanganku dan ciumanku. Aku duduk di atas tubuh mungil perempuan muda berjilbab panjang dan lengkap dengan gamisnya. Aku taksir dia masih belasan tahun, mungkin 16 atau 17 tahunlah. Dia sudah tak mencoba berteriak, dia hanya menangis sejadi-jadinya. Aku pandangi wajahnya. Begitu manis, khas perempuan belasan tahun dengan tahi lalat di dagunya.

Aku mulai memikirkan cara menyetubuhinya tanpa paksaan dan tidak akan berbuntut panjang. Aku mengusap air matanya di mata sayu itu. Aku mendekatkan wajahku ke pipinya dan kukecup pipi itu.

“Tenanglah! Tak usah melawan, kamu akan baik-baik saja. Aku tak akan menyakitimu!”, bisikku padanya.

Aku angkat lagi wajahku. Aku pegangi dagunya dan dia mulai memandangiku. Sayu tatapan matanya dan masih sesenggukan. Begitu manis wajahnya. Setelah beberapa saat tangisnya pecah lagi.

“Ampun Om, ampun! Jangan sakiti saya! Ampun! Tolong ampuni saya!”, rengeknya dengan suara serak orang menangis.

Aku tak menjawabnya. Aku melumat bibir mungilnya. Dia diam saja tak membalas juga tak ada tolakan. Aku rasa lampu hijau sudah menyala. Aku menarik tangannya ke atas kepala dan menjejalkan lidahku ke rongga mulutnya. Aku goyang-goyangkan pinggulku menggesekkan penisku ke tubuhnya. Matanya nanar menatap mataku, bingung dan campur aduk tak tahu harus bagaimana. Aku memanfaatkan momen itu dengan semakin intens melumat bibir dan membelit lidahnya. Begitu kaku tubuhnya, aku duga ini pengalaman pertamanya. Aku mulai menyibakkan jilbab hitam panjangnya ke atas dan membuka beberapa kancing gamisnya. Aku heran dia hanya diam saja. Aku malah bingung sendiri. Aku yang sudah membuka kancing gamisnya kagum dengan kulit putih mulusnya. Kemudian aku tarik ke atas branya dan aku kembali terkagum-kagum dengan mulusnya kulit perempuan muda ini dipadu dengan puting mungil merah muda. Aku sangat bernafsu dan langsung menyambar putingnya yang begitu menggoda dengan bibirku. Aku sedot dan mempermainkan puting merah mudanya. Nafsuku semakin meninggi dengan pemandangan di hadapanku. Aku sangat suka payudara kecil dengan puting yang sangat cantik.

“Cukup Om! Sudah! Geliiiiiii . . . “, pekiknya sambil menggelinjang kegelian. Aku malah semakin bernafsu menjilati payudara kecilnya. Aku sedot kuat-kuat putingnya dan ku lihat wajahnya memerah. Dia mendangak ke atas menikmati permainan lidahku di putingnya.

“Aghhhhhh, Om, ahh ah ahhh Om, cukup Om, geli Om, ampun ah ahah aaahhhhhh”, racaunya terus-menerus.

Puas bermain payudaranya aku kecup mungil seksinya lalu berguling ke samping. Aku lihat dia terengah-engah dan berkeringat. Aku pandangi dia begitu seksi. Tangan nakalku kemudian masuk dari bawah gamisnya dan mengelus-elus paha mulusnya. Dia menggigit bibir bawahnya dan meremas kencang sprei ranjang itu. Dia seperti menahan sesuatu. Aku lanjutkan rabaanku ke pangkal pahanya. Aku masukkan jariku ke celana dalamnya. Aku mendapati rambut kemaluan yang cukup rimbun di bawah sana. Aku pun merasakan lendir di sana. Aku pastikan dia sudah terangsang. Aku memainkan jariku ke lubang kemaluannya.

“Ah, jangan Om! Geli . . . ahahah aahhhhhhhh”, jariku mulai masuk ke lubang surganya. Hangat rasanya. Begitu sempit.

“Pasti nikmat memekmu manis, hangat”, bisikku lirih di telinganya kemudian mengecup pipinya yang merah merona.

“Ampun Om, saya . . . belum . . .” ucapnya terpotong karena aku menarik celana dalamnya turun sampai ke lututnya.

“Belum apa sayang? Ha ha ha ha . . .”, seringaiku.

Aku lalu mengangkat kedua kakinya dan mendekatkan wajahku ke pangkal pahanya. Aku jilati paha putihnya sampai membekas merah-merah. Dia gerak-gerak terus menahan geli yang menjalar di tubuhnya. Aku semakin intens menjilati pahanya dan menuju pangkal pahanya yang berwarna merah muda dengan toping rambut keriting yang cukup lebat. Aku jilati kemaluannya yang begitu indah. Lendirnya terasa segar di lidahku. Cengkraman tangannya di seprei semakin menjadi. Pinggulnya bergoyangbmengikuti permainan lidahku. Dia hanya bisa mendesah-desah dengan sedikit ditahanya.

“Eeeemmmm, ah ah aaaahh, Om, ahh ahh, ge . . . liiiiiii, emmmm, ah!”, desahannya membuatku semakin bernafsu. Semakin lama desahannya semakin menjadi dan lendirnya semakin membajir bercampur air liurku. Aku mencoba menyibak kemaluannya dengan lidahku, tetapi begitu rapat dan tegang.

Aku bergegas menarik celana dalamnya lolos dari kakinya. Kemudian ku kangkangkan kedua kakinya. Aku lihat gumdukan daging merah muda segar merekah di balik rimbunnya rambut kemaluan. Aku kemudian meludahi tanganku dan mengurut-urut penisku yang sudah sangat tegang sempurna. Aku kemudian menggesek-gesekkan penisku ke kemaluannya.

“O . . om, ja . . ngan o. . oom!”, suaranya lirih setengah mendesah dengan tubuh bergetar seperti menggigil.

Aku lalu mencoba melakukan penetrasi. Tapi sangat sulit. Kemaluannya begitu tegang dan sempit. Aku terus memaksa masuk penisku. Dan akhirnya kepala penisku berhasil menyeruak masuk.

“Auuuw, sakiiiiit!” jeritnya. Aku pun juga merasa sedikit sakit karena jepitan rapat kemaluannya di kepala penisku. Aku sempat berhenti sejenak mengambil nafas dan kemudian . . .

“Bleeeesss, aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh”, aku melenguh kencang setelah menyodokkan dengan sekuat tenaga pinggulku. Penisku amblas di dalam kemaluannya. Aku merasakan hangat di penisku dengan jepitan sangat kuat. Aku merasakan nikmat tak terkira. Aku juga merasakan becek di bawah sana. Aku diamkan sejenak dan mulai menggoyangkan pingggulku dengan cukup cepat. Penisku keluar masuk dengan tekanan dinding kemaluan yang begitu rapat.

“Uh ugh, eeemmmm, ah agghh” desahannya sambil kedua tangannya menutup mulutnya agar tak mengeluarkan desahan. Tapi tetap tak sanggup menahannya.

Aku semakin bersemangat memompa tubuh mungilnya dengan gamis tersingkap ke pinggang dan payudara terpampang menggoda serta jilbab hitam yang mulai kusut dan bsah keringat.

“Plak, plak, plak . . .” aku mempercepat goyangan pinggulku. Ku dorong sampai amblas hilang penisku dan berbenturan dengan pantatnya menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Ah ah ah ah, enak sayang, memekmu nikmat sekali, aku suka, aaaaaaaaaaaaaggggggghhhhhhhh, sempit sekali memekmu!” racauku menggila sambil mempercepat sodokkanku. Aku merasakan sudah di ujung penis cairan cintaku.

“Sayang, aku mau . . . AAAAAGGGGGGGHHHHHH, crot crot croooot” banyak sekali penisku menyemburkan sperma. Untungnya aku sempat mencabut penisku, sehingga spermaku muncrat dan berceceran di luar kemaluannya. Penisku tak henti-hentinya berkedut dan tubuhku serasa rontok tulang-tulangnya menikmati oragasmeku kali ini. Akhirnya aku ambruk ke samping perempuan muda yang telah aku nodai ini. Aku merasa begitu lelah dan sangat sangat puas karena jepitan kemaluannya seperti mengurut-urut penisku. Aku tak kuasa menahan lelahku sampai aku terlelap.

Aku begitu pulas tertidur sampai-sampai tak merasakan bermimpi. Aku bangun dan mendapati tak ada orang di sampingku. Aku masih dalam keadaan telanjang dan berselimut. Aku mengucek mataku. Aku lihat sesosok perempuan tadi malam duduk di kursi meja rias sudah rapi dan berganti baju dengan jilbab putihnya. Aku kemudian berlari ke kamar dan buang air kemudian cuci muka. Aku kemudian keluar dengan lilitan handuk di pinggangku. Aku duduk di pinggiran ranjang memandangi perempuan itu. Dia menyambut tatapan mataku.

“Sini kamu! Duduk sini!” panggilku sambil menyuruhnya duduk di sampingku. Dia sempat ragu, tapi kemudian beranjak menuju sampingku.

“Namamu siapa?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya.

“Mi . i . i . . . tha, Parami . tha Om” jawabnya tergagap karena entah takut tegang atau bagaimana sambil sempat menyingkirkan tanganku di pinggangnya. Tapi aku memaksa memeluknya kembali.
“Kenapa kamu ada di sini? Di mana istriku?”

“Anu . . . saya punya tugas dari sekolah. Teh Oki Om?”

“Iya”

“Beliau menginap di sekolah saya Om, saya bertugas menemani beliau di sini tapi beliau tak kunjung datang dan saya putuskan tidur duluan. Kata teman saya yang jadi panitia di sana, Beliau tak jadi menginap di hotel sini.”

“Ow” singkat jawabku menanggapi penjelasannya sambil memandangi wajah manisnya yang merah merona.

“Kelas berapa kamu?” tanyaku lagi setelah sempat terdiam sejenak.

“Kelas sebelas Om” jawabnya sambil mulai berani melihat wajahku.

Aku kemudian beranjak berdiri dan memakai pakaianku yang sudah tergantung rapi. Aku tahu dia yang merapikannya karena semalam aku hanya membuangnya entah kemana. Aku juga melihat noda bercak merah pada sprei ranjang. Aku yang sudah setengah rapi lalu menghampirinya yang masih teduduk di tepi ranjang.

“Maafin Om ya, sudah menodaimu”

Dia hanya tertunduk dan mengepalkan tangannya di atas pahanya.

“Om akan berikan apa pun yang kamu minta”

Dia tetap terdiam.

“Om minta maaf, Om khilaf” kataku berusaha mengajaknya berbicara lagi.

“Om” dia mulai membuka pembicaraan lagi.

“Boleh saya minta tolong?”

Aku mengangguk dengan tersenyum.

“Om, jangan kasih tahu siapa-siapa soal tadi malam dan saya mau . . .” ucapnya terpotong kemudian dia sesenggukan menangis tak kuat melanjutkan kata-katanya.

Aku lalu mendekatinya dan memeluk kepalanya yang terbalut jilbab berusaha menenangkannya. Tangisannya berlanjut sambil membalas pelukanku. Dia kemudian berusaha mengatur nafasnya dan mulai bicara lagi. Dia menjelaskan bahwa dia dari keluarga kurang berkecukupan. Ibunya seorang diri berusaha menafkahi biaya sekolahnya dengan menjadi buruh boneka di lingkungan tempat tinggalnya. Tapi hasilnya juga pas-pasan. Makanya dia minta bantuan sejumlah uang karena tadi aku sudah menawarkan apa saja yang dia mau.

Aku terharu dengan ceritanya. Aku tersenyum dengan kepolosannya menceritakan keadaannya. Aku kemudian sempat berbincang sebentar dengannya. Dan ketika jam menunjukkan jam 7 pagi, kami bergegas check-out dari hotel itu. Dan aku mengantarkan dia ke sekolahannya setelah sebelumnya mampir ke ATM dan memberikannya sejumlah uang.

Aku juga sempat menghubungi istriku. Aku bilang aku akan menjemputnya. Dan akhirnya aku bilang tadi aku ketemu siswa sekolah itu dan mengajaknya barengan ke sekolah. Istriku percaya saja dengan ceritaku. Aku dan istriku melanjutkan perjalananku pulang ke Jakarta dengan otakku yang masih tak habis pikir dengan kepolosan perempuan muda tadi.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kasih adegan lesbinya atau sex education oleh oki ke santrinya :D
 
wah ada cerita fiksi baru nih yg keluar dari jekate
semoga updatenya lancad g macet dijalan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd