Mengguyurkan air ke seluruh tubuh membuatku kembali bersemangat, lelah dan puas berkat mimpi tadi membuatku serasa lega tanpa beban. Namun yang masih jadi pertanyaan kenapa harus gilang yang muncul? bukannya yudi, mungkinkah sebuah kebetulan? atau ada pertanda lain?
" kenapa neng "
baru saja aku membuka pintu kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk, mang asep seolah tahu dengan apa yang kufikirkan
" hmmm gatau deh mang "
" mimpi tadi ya? berhasil kan? "
aku bingung dengan mimpi tadi
" hmmm gimana ya mang "
" mantan suami yang mana mimpinya? hehe "
" bukan dua duanya " kataku datar
" lah ko bisa "
Aku kembali melamun dan memikirkan mimpi tadi
" gatau deh mang " aku segera masuk ke kamar dan segera mengenakan pakaian karena sudah kedinginan.
Orang yang hadir di mimpi apa hanya sebatas mimpi saja? atau pertanda akan memberiku kenikmatan? atau mungkin.... berjodoh denganku?
Ah rasanya sangat tidak mungkin, ia masih muda dan jauh dengan usiaku hahaha fikiranku semakin kacau saja rasanya.
Malam itu aku berbicara lebih jauh bersama mang asep karena kebetulan ferdi tidak ada dirumah
" mau datengin ke rumah rina mang? "
" ah malu atuh neng "
" gapapa mang, kan kades mah bebas haha "
" ini bukan dikampung neng haha "
" katanya temennya juga sering mamang pake ya "
tanyaku penasaran karena beberapa kali aku mendengar hal itu
" ah udah bosen dikampung sana mah neng hahaha "
" pantesan kesiniiii " kataku gemas
" hahaha "
Memang semua warga didesa selalu mendapat modal untuk mengurus kebun atau sawah dan mengenai bayarannya ya itu, menikmati tubuh anggota keluarganya
" katanya nyuruh neng berhenti "
" hmmm mamang juga kalo udah nikah gabakal gitu lagi kok "
Aku malah tertawa mendengar pernyataannya
" yang ada nanti mamang makin sering make si rina haha "
" hahaha iya juga sih "
Aku tertawa sangat puas dan kurasa ini cara balas dendamku, bahkan aku tidak perlu turun tangan untuk mengatasi masalah ini
" hmmm sebenernya yang tadi dimimpi bukan mantan suami "
kataku jelas
" loh terus siapa? "
" asistennya a riko di pesantren "
" berarti itu.... hmmmm " ia seperti ragu untuk menjawabnya, seolah ada keraguan
" kenapa mang? "
" gimana ya "
Aku tidak canggung membahas hal seperti ini pada mang asep pengganti orang tuaku, karena aku sudah merasa sangat akrab.
Sulit ditebak juga jalan fikiran mang asep, padahal selama ini ia yang selalu menjadi waliku saat aku menikah dan ia sudah dapat membaca karakter setiap pria yang akan menikahiku. Ia selalu memberiku izin untuk menikah lagi karena ia percaya pada sifat setiap pria yang akan menikahiku, tapi...
" tapi mang, serius mau nikah sama ibunya rina? "
" ya mamang juga sebenernya udah cape hidup sendirian "
" iya harus ada yang urus " kataku
" bosen juga atuh lama lama nakal terus "
Aku tersenyum mendengar pernyataannya
" syukurlah kalo mamang mau berubah "
" ya tujuan nikah juga buat itu " ia mulai tersenyum
" kan harus jadi contoh atuh buat neng, buat ferdi "
aku mencoba menjelaskannya
" cuma.... "
" kenapa mang? "
" masih penasaran aja pengen nidurin rina hahaha "
Ia begitu terobsesi dengan tubuh rina dan ingin sekali menikmatinya, padahal ia tahu bahwa rina istri sah yudi sekarang
" mantan suami neng kan yudi, suaminya mang "
" hhmm bukan urusan mamang, yang penting bisa nidurin istrinya hahahaha "
Memang sudah maniac sekali mang asep pada hal seperti ini, seolah ia hanya fokus pada tujuannya
" pengen banget ya mang "
" beberapa kali juga ketemu suaminya dikampung "
" hmmm " aku mencoba memahaminya
" cuma ya gak masalah karena tujuan mamang bukan dia "
Aku bingung harus memberi tanggapan seperti apa pada mang asep, di satu sisi aku faham dengan kondisinya yang kesepian, namun tindakannya harus diperbaiki sebelum ia menikah.
" tapi kalo rasa cinta tetep sama ibunya rina "
Memang yang kutahu bahwa dulu mereka pernah menjalin hubungan, bahkan setelah menikah pun masih tetap
" nah yang penting itu mang, neng juga masih pilih yudi "
" kamu ya ckckck "
" hehehe "
Jujur saja masih ada yang mengganjal
" masa sih tiap yudi ke sana gak inget sama mamang "
" hmmmm hehehe sebenernya mamang juga pake ilmu itu juga "
" ilmu gimana? "
" pokonya ada deh hehe "
Ah tidak faham lagi dengan mang asep, mana mungkin yudi tidak mengenalinya, ialah yang menjadi waliku saat menikah. Memang sehebat itu ilmunya mang asep? apa ia dapat menyamar atau merubah wajah? hahaha seperti film penyihir saja rasanya
Sinar matahari mulai menusuk mataku, namun mendadak aku mual entah kenapa, segera aku berlari ke kamar mandi
" neng kenapa "
mang asep sudah mengenakan jaket lengkap
" gatau duh mual "
" jangan bilang neng "
" hmmm gatau deh mang "
" duh jangan bikin khawatir deh, mamang mau pulang ini neng " katanya
" masuk angin nih kayaknya "
Aku berusaha menenangkan diri agar mang asep juga tidak terlalu berfikir aneh.
Kuoleskan sedikit minyak angin pada perutku, berharap rasa mual segera hilang. Tapi... apa aku hamil?
" mamang mau pulang gimana dong "
" ya gapapa pulang aja "
" neng, ini ulah yudi kan? "
Ia kembali membaca jalan fikiranku
" hmmm " aku tak mampu menjawabnya
" minta tanggung jawab atau dia tau sendiri akibatnya kalo maen maen sama kamu "
Mendengar pernyataan mang asep sungguh Aku merasa dilindungi
" iya mang "
Ia membopong tubuhku ke kamar dan langsung menyelimutiku
" istirahat ya, mamang pulang "
" iya mang "
" alamat ada ya, jangan lupa datang " katanya sebelum berlalu
" hmmmmm "
Tubuhku sudah lemas dan kehabisan tenaga, apa benar aku hamil? ahh aku sangat berharap itu dari yudi. Tapi, apa itu dari pak RT? atau mungkin mang ujang?
Tapi terakhir yudi menembakkan cairan kenikmatannya dimemekku, ahhh masih terasa hangatnya. Semoga itu anak kami hahaha aku sangat berharap sekali, aku tidak peduli dengan rina, ferdi atau siapapun karena yang kuinginkan hanyalah yudi kembali. Terkadang aku menyesal karena dulu tidak dapat memberinya keturunan dan semoga ini berhasil
" aa "
" iya halo neng "
" bisa kesini nggak " tanyaku
" kenapa emang? ada apa "
" penting " kataku sedikit meringis
" oh iya neng bisa, agak sorean lah ya "
" hmmm "
" iya yaudah sekarang kesitu "
" iya "
aku segera mematikan telepon karena sudah kehabisan tenaga dan mual, hingga beberapa kali aku muntah karena mual.
Tak butuh waktu lama yudi datang
" neng " ia langsung membopong tubuhku karena aku sudah kehilangan keseimbangan
" aa "
" kamu kenapa "
" gatau mual banget "
" hmmm jangan jangan " ia terlihat panik
" kalo hamil ya bagus a hehe "
" iya sih "
" selama nikah belum terlaksana, mungkin sekarang " kataku
ia mulai terbawa suasana
" hehe iya ya " ia mengusap rambutku dengan perlahan
" semoga ini anak kita ya a "
" amin sayang semoga "
Sebuah kecupan mendarat di keningku dan seketika semua berubah menjadi hitam dan gelap