Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Perubahan Pacarku Yang Cantik

(EXTENDED)

Diperjalanan setelah keluar dari karoke, aku peluk pacarku itu dengan erat sekali. Seolah kami pasangan yang pernah putus dan kembali pacaran lagi setelah sekian lama. Kami sepakat untuk kembali pacaran, dan kami mencoba untuk menikmati kehidupan sex kami yang baru. Kami akan jalani the new style of relationship, sampai dimana nanti ujungnya. Hati kami sudah saling memiliki, tapi petualangan sex baru saja dimulai. Kami berdua otw Cuckload.

Kalaupun pada akhirnya nanti putus, setidaknya aku mau memanfaatkan tubuh Marscha untuk kepentingan pribadiku, minimal menyalurkan fantasi-fantasi sexku. Seperti yang selalu aku bilang, memutuskan pacar secantik, sesexy dan semengoda Marscha ini bukan perkara mudah bagiku.

Lagian ngapain juga putus kalau aku masih bisa berpetualang sex dengan Putri, Sherry dan mungkin cewe cantik lainnya. We`ll see.

"Jadi hanya Gilang doang sebelumnya yang pernah anal kamu?" Tanyaku
"Bukan"
"Trus"
"Harus jujur nih?" Tanyanya menatapku.
"Masih berani bohong?"

Dia hanya terseyum dan sambil menunduk malu dia bilang : "Pak Zakar"

"Hah??"



THE END.
Selamat bang atas tamat nya cerita ini , boleh tuh bang di buat epilog nya :cendol:
 
PART 18 : Conclution


Aku lagi di sebuah hotel daerah dago malam itu, dengan serius mempersiapkan sidang skripsiku yang akan dilaksanakan lusa. Sengaja booking kamar 2 malam, agar jauh dari gangguan. Tak ada yang tahu aku disini. Aku memang menghindari pacarku, aku ga mau ribut saat ini. Masih terasa sakit sekali hatiku saat tahu dia threesome dengan 2 bajingan itu dikamarku sendiri. Bahkan sampai di anal segala. Aku saja pacaranya yang sah belum pernah merasakan boolnya.

Marscha tidak tahu kalau dia bersalah, makanya dia bete dan marah-marah. Dia tahu aku sudah di Bandung, makanya dicari terus. Makanya aku menghindar dengan cara booking hotel. Karena benar saja, kata penjaga kostku hari ini dia seharian menungguku di kost. Untung aku kabur, karena ga mau ribut berantam. Nantilah semua dibereskan setelah sidang selesai.

Tiba-tiba sebuah telpon menghubungiku. Aku memang tidak mau angkat telpon dan balas pesan karena ingin fokus. Tapi telpon yang satu ini terpaksa aku angkat, karena sudah telp sampai 10 kali. Jadi pensaran juga.

"Heh, lagi di mana lu?" Sebuah suara wanita dari ujung sana.

"Kenapa? Gw lagi bertapa nih. Persiapan sidang. Lu ganggu aja"

"Gw mau kasih berita penting. Ya udah kalau ga mau. Bye"

"Ya elah, apaan sih? Buruan"

"Ya udah, sekarang gw kasih tahu nih. Barusan gw ketemu ama Marsha, gw liat di hapenya dia, si Ringgo ngajakin jalan dia ke karaoke"

"Hah?? Yang bener??"

"Bener, Bil, sumpah deh"

Aku pun merasa geram mendengarnya.

Yang telp barusan adalah Sherry, sahabat pacarku (Ya sampai sekarang Marscha masih kuanggap pacar, karena kami belum ada kata putus).

"Gimana nih? Mau lu biarin aja apa gimana? Katanya mau kasih pelajaran ke Ringgo. Gw sih udah laporan, gw serahin ke lu aja gimana kelanjutannya"

"Mereka pergi ke karaoke mana?"

"Yang kemaren gw ceritain, sama"

Aku manggut-mangut, karena yang ditunjukkan oleh Sherry adalah karaoke tempat temanku Dido bekerja. Setelah bersabar selama ini, sekaranglah saatnya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Rasa dendam sudah menyelimutiku. Bodo amatlah sidang skripsi. Bisa ntar persiapannya lagi setelah balah dendam.

Oh iya, aku memang sudah buat daftar rencana pembalasan ke semua cowo yang pernah memanfaatkan Marsha. Ada rencana yang sudah 100% matang, tapi ada yang masih 50%. Rencana pembalasan ke Ringgo yang masih 50% karena ada sampai 3 rencana pembalasan (yang ga jauh-jauh dari rekaman CCTV di kost).

"Si Marsha baru berangkat kan?"

"Kayaknya sih gitu, mau lu samperin?"

"Iye, bakal gw selesaiin sekarang juga"

"Widih, akhirnya, ya udah, gw ikut deh"

"Oke, ketemu di lokasi aja ya, tapi jangan sampai Marsha atau Ringgo tahu"

"Siap, Bos. Gw bawa si Thomas juga soalnya. Takut kalian berantem"

"Sip, kasih tahu gw kalau lo udah nyampe"

Kemudian aku pun menghubungi Dido temanku.

"Do, lo inget ama Marsha, kan?"

"Ya inget lah, gak bakal gw lupain"

"Kayaknya itu mereka bakal ke sono lagi deh"

"Oke, siap. Gw pantau apa gimana?"

"Lo punya temen2 gak di sono?"

"Banyak lah, gw kan jadi manager on duty di sini, bisa lah gw kerahin orang2"

"Sip, tapi ntar aja ya. Bilang aja mau ngegerebek istri selingkuh"

"Sip, siap, 86"

"Kalau mereka nyampe kasih tahu yak"

"Siap, Bos!"

Setelah itu, entah bagaimana otakku pun seolah mengalir sebuah rencana yang luar biasa. Mungkin karena sudah habis energi terpusat ke ringgo selama ini, jadinya rencana brilian munvul begitu saja.

Aku lalu menghubungi Putri.

"Put, lagi ngapain?"

"Oh, hai, A', Putri lagi di rumah aja nih?"

"Gak maen ama pacarnya, emang?"

"Tauk tuh, katanya sakit, flu berat gitu, tapi pas Putri mau jenguk gak boleh"

Dari nadanya terdengar Putri agak kesal.

"Ya, mungkin dia nggak mau kamu ketularan kali. Kan sekarang virus2 berbahaya."

"Emangnya Putri ini bukan pacarnya dia?? Kan Putri khawatir juga. Bete nih jadinya"

"Jangan nangis dong, Putri manis. A' Billy ajak karaoke happy2 mau gak?"

"Hmm... Karaoke beneran? Emang A' Billy nggak lagi ama pacarnya nih"

"Ya beneran lah, masa bo'ongan. Tauk nih, pacarnya A' Billy lagi ada urusan katanya, nemenin nyokapnya belanja. Makanya A' Billy bete juga nih sendirian di kosan. Kebetulan temen A' Billy ada yang jadi manager on duty di karaoke, mau kan Putri ikut ke sono?"

"Ya deh, daripada bete di sini, mending Putri karaoke teriak2 nyanyi lagunya BTS"

"Nah, gitu dong. A' Billy jemput sekarang ya"

"Oke! Putri mau dandan yang cantik dulu"

"Tapi jangan lama2, ntar A' Billy datang langsung cus. Takutnya penuh kalau kemalaman"

"Iya, A' Billy sayangku yang bawel"

"See you!"

Aku jemput Putri, dia cantik sekali malam itu. Dengan dress ketat warna hitam belahan sedikit rendah, dan roknya 10 CM diatas lutut. Baru kali ini aku lihat perempuan polos ini berpenampilan sexy. Mukanya yang imut seolah perpaduan kepolosan dan kesexian. Ingin rasanya langsung aku telanjangi di mobil dan anal dia lagi. Tapi aku memilih untuk langsung tancap gas ke tempat karoke.

Sebelumnya Dido sudah ngabarin kalau Marscha dan ringgo ada di room mana. Dido sudah siapkan room mereka tepat disebelah room tempat aku dan Putri akan karoke. Aku tak memperdulikan Sherry dan pacarnya ada dimana, karena aku hanya fokus ke misi pribadiku.

Jadilah aku masuk ke room dan langsung pilih beberapa lagu untuk membuat Putri ga curiga. Putri langsung bernyanyi dan berjoget dengan riang saat lagu favoritnya diputar. Benar-benar sexy nih anak kalau sudah bergoyang tanpa malu begini.

Sambil bernyanyi, sesekali aku cek laporan wa dari Dido. Jadi Dido sebelumnya masangin bluetooth ke pen-cam diruang karoke itu. Ide ini muncul karena aksi sebelumnya pas mergokin peselingkuhan Marscha (bahkan Dido dapat bonus saat itu bisa lihat tubuh telanjang dan rasakan oral sex Marscha).

Aku bilang ke Dido jangan masuk ke room kalau ada panggilan order makanan atau minuman, karena takutnya dikenal. Makanya Dido pasang kamera dan melaporkan via wa.

Aku: "Oke, kabarin terus ya Bro"

Dido: "Siap, Bro! Gw update kalau mereka sudah bugil”

Aku bilang ke Dido kalau mereka pasti akan sampai ML. Jadi kabari kalau sudah sama-sama telanjang, biar aku masuk. Aku deg-degan menunggu moment tersebut, walau sambil bernyanyi, tetap aja ga bisa konsentrasi. Putri sampai kesal saat aku lupa baca lirik lagu.

D: "Btw cewe yang lu bawa cakep banget bro. Bisa gw pakai ga? Hehehe"

A: "Dasar mesum lo! Tugas dulu tunaikan, Bro!"

D: "Ahsiyaaaap!"

Sambil karoke bareng Putri, Pikiranku semakin melayang ke mana-mana, entah apa yang terjadi di dalam ruangan sebelah. Dan aku rada deg-degan dengan rencana yang aku susun. Rencana yang sangat keren menurutku.

Sengaja aku pesan alkohol untuk menambah keberanianku, dan juga aku tawarkan ke Putri. Aku tak ingin membuatnya mabuk, hanya ingin membuatnya lebih berani saja. Karena sebentar lagi dia akan ambil peran penting.

D: "Bro, mereka sudah mulai cipokan"

D: "Pacar lu binal amat, kontol cowonya di remas-remas"

D: "Tubuh pacar lu memang mantap bro. Sorry ini, gw jujur. Enak banget itu cowo bisa grepe-gerpe"

D: "Bro, celana dan CD cewe lu sudah dibuka. Ditelentangkan diatas sofa karoke. Mulus bro.

D: "Anjislah, harus dilaundry itu sofa"

Demikian wa dari Dido. Aku ikut horny juga membayangkanya. Maka perlahan aku goda Putri yang lagi asyik nyanyi. Aku remas-remas dadanya, sambil aku cium-cium leher belakangnya. Dia merasa geli, tapi masih melanjutkan menyanyi lagu kesukaanya.

Aku masukan tanganku kedalam bajunya, dan langsung masuk kedalam bra nya. Aku remas lembut sambil aku mainkan putingnya. Saat itulah dia berhenti menyanyi, dan memejamkan mata menikmati.

Ingin aku menikmati lebih lama. Tapi wa dari dido membuatku harus menyudahi, karena dido mengabarkan kalau saat ini Ringgo sudah bugil dan sedang dioral oleh Marscha.

“Aa ke kamar mandi sebentar ya...Nanti balik lagi..” Aku bilang ke Putri yang lagi kentang. Aku cium dengan liar bibir mungil wanita polos ini. Kemudian berlalu. Sebelum keluar pintu, aku lihat dia kembali bernyanyi. Karena memang sampai 5 lagu kedepan lagi favorit dia.

Pas keluar, aku lihat Dido dan 2 orang security sudah berada didepan pintu room. Aku hanya mengganggukan kepala ke Dido, lalu berjalan ke room tempat pacarku. Dengan bantuan kunci dari security, aku bisa masuk kedalam. Aku tendang pintu dengan kencang sambil teriak: ANJING!!!!!!

Marscha dan ringgo kaget luar biasa melihat aku disana bersama security. Bahkan ringgo sampai melompat ke sofa saking kagetnya, sedangkan Marscha hanya melongo kaget dengan masih berlutut diatas lantai dengan tubuh telanjangnya.

Langsung aku kejar ringgo keatas sofa. Aku tendang tubuhnya, sambil aku hajar wajahnya membabi buta. Semua emosi yang tertahan selama ini aku lampiaskan. Dia yang tertunduk dilantai aku terjang. Seorang security membantu menaikkan tubuhnya sehingga kembali berdiri, kemduian aku tinju ulu hatinya sampai matanya terbelalak dan dia ga bisa ngomong.

Marscha yang sudah berhenti dari syoknya kemudian teriak menyuruh berhenti, tapi tubuhnya dipengangi security yang lain. Aku berhenti sejenak mengumpulkan tenaga untuk kembali menghajar ringgo, sampai sibangsat itu terkapar dilantai.

Sambil mengumpulkan tenaga, aku panggil Dido mendekat dan membisikan sesuatu. Aku minta dia menyiapan tempat untuk aku menghajar si bangsat Ringgo ini sampai puas. Dia lalu keluar room, membantu strategi pembalasan yang akan aku lakukan.

Marscha mencoba menghalangiku untuk kembali menghajar Ringgo. Tadi aku minta sekurity untuk memegangi tubuhnya. Sambil meronta-ronta Marscha meminta maaf kepadaku. Tapi aku bodo amat, aku hajar terus dibangsat itu. Tubuh telanjang Marscha dengat erat dipegang security itu, sehingga dia ga bisa bergerak. Bahkan mulutnya disumpal dengan tangan.

Puas menghajar penjahat kelamin itu, aku dan seorang security menggelandang Ringgo yang sudah babak belur dalam keadaan dia masih tanpa busana ke ruangan belakang di karaoke, tempat ruang untuk istirahat para pekerja. Marsha sendiri juga masih dalam keadaan nyaris telanjang, dengan hanya beha yang melekat di dada, namun bagian atasnya ditutup dengan jaket. Marscha tak berdaya meronta-ronta digelandang Security itu.

Didepan ruang istirahat itu, Dido sudah menunggu dan membukakan pintu. Dia sudah menyiapkan tempat dengan baik. Ruangan itu berukuran cukup besar, dilengkapi oleh kamar mandi dalam (yang saat itu tertutup), sebuah kasur ukuran besar yang dihamparkan di sudut ruangan, lalu sebuah kulkas kecil, TV, dan sebuah kursi, meja, serta sofa. Dido dan sekutity lalu membawa Ringgo dan dengan paksa di kursi, kemudian diikat dengan tali nilon sehingga dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Marsha sendiri hanya disuruh duduk saja di sofa.

"Nah, Pak Billy, sekarang silakan diselesaikan sendiri urusannya, baiknya gimana," kata Dido dengan bahasa formal, "saya nggak mau tahu bapak mau ngapain aja, pokoknya nama karaoke kami bersih"

"Oke, Pak, terima kasih"

Dido dan teman2nya kemudian keluar dari ruangan itu, lalu terdengar suara pintu dikunci. Kini hanya ada aku, Marsha, dan Ringgo yang masih dalam keadaan terikat. Pada saat itu juga Marsha langsung bangun, mencoba memelukku, tapi aku menghindar sehingga Marsha jatuh tersimpuh di lantai.

"Bil, maafin aku... Aku khilaf, Bill... Tolong maafin aku, cuman kali ini aja koq aku khilaf"

Aku mendengus, kemudian duduk di sofa. Marsha mengikutiku dengan berjalan berlutut, lalu dia memegang tanganku dengan wajah ketakutan.

"Maafin aku, Billy... Cuman sekali ini..."

"Oh ya? Cuman sekali ini? Terus yang kamu nyusuin Ringgo? Nge-oral Rendy? Terus ama tukang ojol, tukang pijat, bule Lombok, ama Johan di kosan, sama Pak Zakar, itu sekali juga?"

Marsha kaget luar biasa dan mendadak diam saat aku menyebutkan semua.

"Ja...ja...jadi, ka...kamu tahu semuanya?"

"YA TAHULAH" Aku tinju ujung sofa.

"Terus kenapa kamu nggak bilang?"

"Karena aku waktu itu masih yakin kamu bakal jujur ke aku, atau setidaknya berhenti ngelakuin itu, tapi makin ke sini bukannya berhenti malah tambah menjadi"

Marsha bersimpuh, berlutut di hadapanku sambil menangis, membasahi kakiku. Aku bukannya simpati, malah menarik bahunya sehingga menghadapku.

"Berapa yang udah nyobain toket kamu ini??" aku meremas dada kanannya dengan agak kasar, hingga Marsha agak memekik kesakitan.

"Lalu berapa juga kontol yang udah masuk ke mulut kamu??" aku ganti meremas rahangnya.

"JAWAB!!!!"

Kulepaskan tanganku, dan dia langsung tersungkur dan memeluk kakiku sambil menangis, memohon supaya aku mengampuninya.

"Bil, Marsha salah, Bil... Tapi Marsha nggak mau putus ama kamu... Tolong, Bil, maafin Marsha"

"Kalau lo gw maafin, ada juga lo bakal ngehianatin gw lagi, selingkuh lagi di belakang gw"

"Enggak, Bil, Marsha kapok, Marsha gak bakal selingkuhin Billy lagi, Marsha gak bakal bohongin Billy lagi, Marsha sumpah..."

"Beri alasan kenapa gw kudu nerima lo kembali"

"Marsha bakal jadi pacar yang baik mulai sekarang, Billy... Marsha bakal... Marsha bakal..."

Suaranya tercekat oleh sesenggukannya.

"Bakal apa? Ngomongnya yang jelas!"

"Marsha bakal lakuin apa yang Billy mau mulai saat ini, selamanya"

"Selamanya, bener?"

"Iya, selamanya. Apapun yang Billy mau, Marsha bakal nurut, dan nggak bakal lagi ngelanggar"

Aku terdiam sebentar. Aku melihat penyesalan yang mendalam dimatanya. Aku kasihan melihatnya yang menangis sesengukan. DAMN! Aku ga tahan. Aku memang sungguh jatuh cinta ke wanita ini. Wanita yang sudah mneyerahkan keperawannya padaku. Yang sudah aku kenal keluarganya dengan baik. Yang sudah sabar mendampingku selama ini, walau dia bisa cari cowo lain yang lebih tajir. Bahkan yang sudah berkorban sampai membantu skripsiku. DAMN!

"Oke, gw pegang kata2 lo. Gw juga sebenernya masih sayang ama lo, tapi gw gak bisa maafin lo gitu aja, lo ngerti kan?" Akhirnya itu yang keluar dari mulutku.

"I-Iya, Billy, Marsha ngerti" Katanya menghapus air matanya.

"Sekarang lo duduk di sofa. Kalau belum aku perintahin, jangan tinggalin sofanya"

Marsha mengangguk, kemudian dia naik ke sofa, sementara aku berjalan mendekati Ringgo yang tampaknya ingin berkata sesuatu, namun mulutnya masih terbungkam oleh kain. Dengan kasar aku pun membuka bungkamannya. Dia tampak menarik napas panjang.

"Bil, ampun, Bil, gw mohon maaf, gw khilaf, Bil"

"Iya, gw tahu lo khilaf. Lo khilaf karena pacar gw semok, kan? Seksi, kan? Cantik, kan?"

Ringgo terdiam.

"Kalau ditanya itu jawab, Kontol!" aku memberinya sebuah bogem mentah.

"I-Iya..."

"Nah gitu dong" aku menepuk pipinya yang tadi memerah setelah kupukul.

"Gw bingung aja nih ya, lo itu kan ganteng, emangnya gak bisa cari cewek lain apa? Kenapa harus ngegodain pacar gw? Lo punya pacar gak sih, sebenernya"

"P-Punya, Bil..."

"Lha terus kenapa lo masih godain pacar gw?"

"K-Khilaf, Bil"

"Alah, kholaf-khilaf, dasar buaya lo! Jawab dengan jujur, apa sih yang lo lihat sampai lo berani2nya ngegodain pacar gw? Lo tahu kan, itu pacar gw??"

"I-Iya, Bil, gw tahu"

"Oke, terus? Kenapa?"

"Habisnya... Dia kan dulu mantan gw, Bil"

"Eh bangsat! Gw juga punya mantan, tapi gw gak terus sembarangan ngentotin dia gt aja! Kenapa?!"

"Soalnya Marsha... Dia di kelas sikapnya bitchy banget gt, jadi ya gw godain aja."

"Itu bukan alasan, Kura!" aku menendang kaki kursinya keras sekali hingga baik Marsha maupun Ringgo terkejut.

"I-Iya, soalnya pacar lo cantik, Bil, seksi lagi, makanya pengen gw embat aja"

"Widih, jagoan ya lo? Emang pacar lo sekarang gak cantik?"

"Gak secantik Marsha, Bil"

"Beneran? Yang jujur? Lu bohong gw gebukin lagi nih"

"I-Iya, jujur, Bil"

"Jadi pacar lo gak secantik Marsha?!" sengaja aku agak mengeraskan kata2ku.

"Enggak, Bil"

"Seksi juga gak, pacar lo?"

"E-Enggak, Bil"

"Yang kenceng!"

"Enggak, Bil! Pacar gw gak seksi!"

"Jadi wajar kalau lo selingkuh dari pacar lo yang lo bilang gak seksi itu, buat ngembatin pacar gw?"

Ringgo terdiam.

"Jawab gak!!"

"I-Iya, Bil, wajar! Gw juga punya kebutuhan seks, dan gw gak bisa dapetin itu dari pacar gw... Makanya gw cari dari Marsha"

"Lah, lo punya pacar gak mau lo ajakin ngeseks emang?"

"G-Gw yang gak mau, Bil, gw gak napsu..."

"Gak napsu kenapa emang lo?"

"Gak napsu aja, kerempeng, cengeng, kayak anak kecil. Mendingan Marsha ke mana2, cantik, bohay, seksi, bisa dientotin pula"

"Kalau gitu napa gak lo putusin aja cwe lo trs cari yang lain?"

"Gak bisa, bokapnya itu tajir, punya power, kalau gw putusin ntar bisnis bokap gw bisa ancur"

"Oh, jadi cuman bisnis doang... Lo gak cinta ama dia??"

"Napsu aja gw enggak gimana cinta..."

Aku berhenti, diam, dan menggelengkan kepala.

"Lo itu beneran bajingan sejati, Ringgo!! Bangsat!!! Tai lo emang!! Gak ada martabatnya jadi cowok!!!"

Dengan emosi, aku pun membuka pintu kamar mandi. Kulihat mata Ringgo terbelalak melihat Putri keluar dari kamar mandi itu dengan menangis. Tadi memang aku suruh Dido bawa dia kesana, sebagai bagian dari rencana ini.

"J-Jadi gt, A'? A' Ringgo pacaran ama Putri cuman demi bisnis doang?? Biar bisa manfaatin Papa Putri??"

"P-Putri..." Ringgo tak bisa berkata apa2.

Putri perlahan-lahan berjalan mendekati Ringgo dengan masih menangis. Marsha tampak membelalak melihat kejadian ini, tak bisa berkata apa2 juga. Di tengah syok yang baru saja dia terima ini, Putri tampak memasang wajah batu. Ada sebuah pancaran api dendam yang membara dari dalam dirinya.

Tangan Putri lalu pelan2 mulai membuka kancing pada blouse yang dia kenakan, setelah semua terbuka, blouse itu pun dia biarkan jatuh ke lantai begitu saja. Lalu roknya perlahan2 turut pula jatuh ke lantai, memperlihatkan tubuhnya yang hanya memakai sexy bra dan g-string.

"Aku nggak cantik ya? Nggak seksi ya?"

Kali ini beha Putri jatuh ke lantai, disusul dengan g-string, dan tingallah Putri berdiri tanpa mengenakan sehelai benang pun, menatap Ringgo penuh dendam.

Putri lalu bergerak maju dan naik ke pangkuan Ringgo, lalu tanpa sempat Ringgo bereaksi, dia sudah menciumnya dengan FK yang amat ganas hingga terdengar mulut mereka berkecipak. Ringgo pun, mau tak mau, membalas ciuman Putri ini dengan lidahnya, berupaya menggaet lidah Putri, namun Putri tak mau memberikannya begitu saja.

Kemudian Putri naik, sehingga kini dada mungilnya tepat di wajah Ringgo, yang dengan liar mulai menjilat serta menyedot puting kecilnya itu. Walau kepala Ringgo berusaha mencari2 dada Putri, namun jelas bahwa di sini Putri yang memegang kendali. Saat Ringgo mulai agak dalam menyedot putingnya, Putri menariknya, berganti-ganti, tarik ulur mempermainkan Ringgo.

Ketika Ringgo mulai tertarik lebih dalam ke dada Putri, tiba-tib Putri menjauh, lalu turun hingga bersimpuh di depan Ringgo, dengan penis Ringgo yang mulai berdiri ada di depan wajah Putri. Putri kemudian menjilat penis Ringgo dari sepanjang pangkal di perineum hingga ke ujung, sambil lalu ujung lidahnya dimain2kan pada lubang kencing, seperti orang yang sedang menjilat es krim, dikombinasikan dengan tangan mungil Putri yang menggenggam sambil sedikit memijat penis Ringgo, membuat Ringgo berteriak keenakan.

Putri tetap tidak berhenti, dia naik kembali, lalu menggesekkan vaginanya ke batang penis Ringgo, dengan kepalanya dijepit oleh jari supaya tidak menyundul ke vagina. Lama2 cairan cinta Putri pun semakin banyak keluar, membasahi penis Ringgo, dan setelah dirasa cukup basah, Putri mengocok penis itu, licin oleh cairan cintanya dan pelumas yang keluar dari penis itu sendiri. Dia bisa merasakan penis itu membesar di tangannya, dan sebuah kedutan lemah pun muncul, diikuti kedutan lain.

"Katanya nggak napsu, kok ini sampai mau ngecrot gini... Cih, munafik!"

Penis itu kemudian dilepaskan begitu saja, seperti orang yang membuang sesuatu. Ringgo pun melotot saat merasakan orgasmenya diputus secara kasar seperti itu.

"Kamu yang nggak pernah minta, katanya nggak napsu, sekarang malah ngaceng, mau ngecrot lagi aku kocokin. Tai lo, A'! Najis gw megang-megang titit lo lagi!"

Ringgo terkejut karena ternyata Putri bisa juga berkata2 kasar. Putri kemudian memakaikan kembali sumbat pada mulut Ringgo, dan menamparnya sekali cukup keras, tepat di area yang tadi aku pukul. Penisnya tampak bergetar2 karena berusaha mencari orgasme, namun dengan tangan terikat, Ringgo tak bisa menuntaskannya, dan terpaksa harus menanggung siksa ini.

Putri kemudian berjalan pelan2 ke arahku, yang kini berdiri di samping kasur. Kulihat Marsha tampak cemas melihatnya, seolah dia mengkhawatirkan sesuatu namun tak bisa apa2.

"A' Billy, Putri cantik nggak?"

"Kamu cantik, Put"

"Bener?"

"Iya, kamu cantik banget. Gila aja kalau ada yang ngomong kamu nggak cantik"

"Kalau badan Putri seksi gak?"

"Seksi, Put"

"Walau toket Putri kecil?"

"Kamu itu sempurna apa adanya, Put"

Putri menoleh ke Ringgo. Ringgo hanya bisa meringis.

"Denger sendiri kan? Aa' Billy aja nganggep Putri cantik, gak kayak lo yang dari dulu sukanya nyela Putri mulu, nggak ada terima kasihnya lo!"

"A', karena A' Billy udah ngehargain Putri, sekarang Putri mau kasih A' Billy hadiah. A' Billy boleh ngentotin Putri sepuasnya, semaunya, terserah A' Billy mau ngapain. Semua yang ada di badan Putri sekarang jadi milik A' Billy"

"Beneran terserah? Semua milik A' Billy?"

"Semuanya. Mulut, memek, bool, semua boleh A' Billy pakai. Semua Putri kasihin cuman buat cowok yang bener2 bisa ngehargain Putri apa adanya"

Ringgo kulihat meronta diatas kursi, sangat kaget mendengar perkataan pacarnya ke padaku. Mulut berteriak-teriak, tapi teriakannya tersumpal.

Begitupun Marsha yang shock, dia akan berdiri, tapi aku segera mengacungkan jari padanya.

"Heh, lo diem di situ! Gw maafin lo, tapi lo kudu terima hukuman ini. Lo sekarang kudu ngeliatin gw ngentot ama cwe lain tepat di hadapan lo"

Dengan raut muka bercampur antara ketakutan, cemas, dan cemburu, Marsha pun kembali ke sofa.

"Maaf ya, Teh, Aa Billy Putri pakai dulu" Putri meminta izin pada Marsha tapi dengan ekspresi muka jahil. Marsha sendiri mengangguk pelan tapi sambil membuang muka.

"Sekarang Aa baring nyantai aja ya, biar Putri kasih pelayanan penuh karena Aa udah memperlakukan Putri kayak princess"

Putri kemudian membaringkanku di kasur, kurasakan tanganya sedikit bergetar, aku tak sabar menunggu apa yang akan cewe polos ini lakukan. Sensainya sungguh luar biasa, menyaksikan pacarku dan juga pacarnya menatap kami berdua. Putri dengan terseyum manis sekali mendekatiku kemudian pertama2 dia menciumi seluruh tubuhku, benar-benar sampai tak ada satu senti pun yang terluput. Saat aku akan balas menciumnya, dia menahannya, lalu dengan imut memberi isyarat supaya aku diam saja.

Aku mengangguk lalu diam, dan membiarkan Putri mengerjakan tubuhku. Kulirik pada Marsha dan Ringgo, dan tampaknya mereka kesal melihatku sedang digarap oleh Putri, hanya saja mereka tidak bisa apa2. Mampus.

Putri sendiri mencium dan menjilati seluruh tubuhku, namun dengan posisinya menungging ke arah Ringgo sehingga dia bisa melihat vagina dan mungkin juga anusnya. Sepertinya dia terkejut melihat Putri, pacar yang dianggapnya polos itu sekarang berlaku binal. Ringgo menatap nanar ke vagina pacarnya sangat sangat mulus dan masih perawan itu.

Sesi ciuman dan jilatan itu diakhiri dengan kecupan dan jilatan intensif pada penisku, membuatku beberapa kali merintih kegelian. Putri hanya tertawa manis saja.

"Kontolnya A' Billy enak, gede gini, Putri suka. Gak kayak A' Ringgo, kurang gede, kayaknya juga kurang memuaskan. Heran, kenapa Teh Marsha sampai nyelingkuhin A' Billy ya? Kalau Putri yang jadi pacar A' Billy, nggak bakalan Putri lepasin demi apa pun"

Baik Marsha maupun Ringgo tampak agak kesal mendengar perkataan Putri itu. Putri lalu berdiri, mengerling sejenak kepada Ringgo, memberikan cium jauh pada Marsha, kemudian dia memposisikan diri di atas penisku.

"Sekarang saatnya Putri ngasihin memek Putri buat A' Billy." Sambil mengelus batangku.

"Putri mau harta Putri yang paling berharga ini Putri persembahin buat A' Billy yang udah begitu baik ama Putri, sudah mau membela dan ngehargain Putri. Nggak kayak pacar Putri yang berengsek"

Putri kemudian memegang penisku supaya tegak, lalu pelan2 dia turunkan pinggulnya hingga kepala penisku menggesek bibir vaginanya.

Tampak Putri agak menggigit bibir bawahnya, dan sejenak aku bisa melihat rasa ragu pada diri Putri.

"Kalau kamu enggak yakin, gak papa koq, Put, A' Billy bisa ngerti"

Putri menggeleng.

"Enggak, Putri udah yakin. Putri mau A' Billy yang ngebuat Putri menjadi wanita dewasa seutuhnya"

BLESS...

Putri agak menganga menahan napas saat dia kembali menurunkan pinggulnya hingga penisku memasuki vaginanya. Sebuah erangan kecil keluar dari mulut mungilnya saat dia kembali menurun hingga penisku bisa masuk seluruhnya ke vaginanya. Aku merasakan menembus selaput daranya. Nikmat sekali. Berbeda dengan yang dirasakan Putri saat ini, dia kesakitan.

Air matanya tampak meleleh, dan menetes ke dadaku. Dia mencengkeram pundakku dengan keras, sementara aku menggerakkan tanganku, memegang lengannya seolah memberinya semangat.

"Sakit?"

Putri menggeleng, hanya beberapa kali dia menarik napas panjang sambil air matanya terus mengucur. Dia menarik pinggulnya sehingga penisku agak tertarik keluar, dan tampaklah darah meleleh membasahinya. Putri telah memberikan hartanya yang paling berharga kepadaku.

Aku mengusap air matanya, dan dia tampak tertawa di tengah tangisnya itu.

"Putri kuat koq, A', Putri seneng akhirnya bisa ngasih Aa' milik Putri yang paling berharga"

"Pelan2 aja ya Put, ini kan kali pertama kamu"

Putri mengangguk.

Lalu pelan2 pinggulnya digerakkan dengan gerakan seperti mengulek sehingga penisku keluar dan masuk dari vaginannya, awalnya pelan, namun kecepatannya kemudian bertambah. Aku hanya diam saja, memberikan kesempatan ke Putri mencari kenikmatan sendiri sesuai keingananya.

CLAP! CLAP! CLAP!

Aku beruntung sekali bisa yang mengambil perawan gadis polos ini. Ada perasaan bangga menjadi yang pertama. Keegoan laki-lakiku membuatku seperti memenangkan pertempuran besar.

"A`......" Katanya menatapku dengan tatapan sayu menahan rasa sakit.

Sungguh sexy sekali melihat rona wajahnya yang merah merona. Bibirnya sesekali digigit karena masih ada rasa sakit sedikit di vaginanya, tapi goyangnya yang semakin cepat menandakan kalau dia juga merasakan kenikmatan yang luar biasa.

"Aaaaah... Isssshhh... Enak banget, A'... Kontolnya A' Billy enak banget... Aaaah... Ngocokin memeknya Putri... Aaaah... Isshhhh... Rasanya penuh banget, A', Putri suka..."

Aku kemudian membantunya dengan ikut juga menggoyangkan batangku naik turun, membuatnya makin mendesah. Dadanya bergoyang dengan indahnya, dada yang masih sangat kencang sekali, sehingga goyangnya bukan ke atas bawah melainkan ke samping kiri dan kanan. Dada yang belum atau sangat jarang diremas-remas lelaki.
Aku rengkuh dadanya yang kiri, aku raba putingnya, memberikan tambahan kenikmatan. Putri hanya memejamkan mata. Desahannya membahana diruangaan ini.

Kulirik ke arah Marsha dan ternyata walau dengan wajah berlinang air mata, Marsha mulai terangsang, dan meremasremas sendiri dadanya dengan satu tangan sementara tangan satunya menggarukgaruk vaginanya. Kini Marsha pun sudah pula telanjang di sofa.

"Aaaaa... AAAAAHHHH...."

Kurasakan semburan pada penisku diserta kedutan kencang yang meremas-remas, tandanya Putri sudah mencapai orgasmenya. Kulihat tubuhnya terlonjak-lonjak dengan hebat menyambut badai orgasme pertamanya, sampai matanya terbelalak, tangannya kuat mencengkram dadaku, sampai kukunya melukai sedikit kulitku. Benar-benar nikmat yang kurasakan. Batangku kencang sekali diremas vaginanya yang beberapa menit tadi masih perawan. Setelah menikmati detik-detik banjir orgasmenya, tubuh Putri pun mulai melemas untuk kemudian jatuh di pelukanku.

"Gimana put? enak?"

"A' Billy hebat, Putri bisa ampe puas begini. Gini toh rasanya ML.."

"Akan A' Billy nanti bikin kamu lebih puas lagi"

Putri hanya mengangguk lemah.

Aku pun berbalik, dan menidurkan Putri di ranjang. Kemudian, sambil mengocok2 penisku yang belum keluar, aku menuju ke arah Marsha, yang pandangannya seolah menginginkan penisku yang tegak berdiri itu.

"Sepongin nih"

Dengan cepat, bagai piaraan yang diberi makan, Marsha segera merenggut dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya, lalu menyepongnya dengan keahlian yang sedemikian rupa, seolah tak mau kalah dari Putri, membuatku merem melek keenakan, dan kurasakan penisku semakin membesar.

Marscha ternyata sangat horny melihat aku pacarnya ML dengan cewe lain didepan matanya langsung. Hal itu terbukti dengan sedotannya yang sangat liar, sampai air liurnya menetes-netes. Tanga kirinya itu mengocok batangku sambil ujung palkonku disedot kencang, sedangkan tangan kirinya keluar masuk dengan cepat di vaginanya sendiri. Dia mengoralku sambil masturbasi. Belum pernah dia seliar ini. Dan aku menikmatinya.

PLOP!!

Marsha tampak protes ketika aku tiba-tiba menarik penisku, tapi dia tak berani berkata apa-apa. Aku tidak mau ngecrot saat disepong Marsha, keenakan sekali buat dia. Aku lalu berjalan ke arah Putri yang tampaknya sudah pulih dari orgasmenya, aku lap dulu vaginanya yang masih ada sisa-sisa darah perawannya.

Aku mau kasih gaya ngesex yang baru buat newbie sexy ini, lalu kuangkat dan kubalikkan dia, sebelum akhirnya kutusuk lagi dengan gaya doggy.

Putri mengerang keras namun amat erotis, begitu pula saat aku mulai menggenjotnya dari belakang. Vaginanya sangat sangat sempit. Nikmat sekali kontolnya dijepit begitu. Desahan putri jadi tambahan semangat buatku untuk mengenjotnya.

"Shhhh...shhhhh......hhhhh....." Desahan-desahan tertahan Putri yang aku dengar. Dia masih malu-malu mendesah kencang, maklum masih pemula.

Aku sengaja mempoisisikan Putri agar menghadap Ringgo. Aku genjot dengan kecepatan tinggi sambil aku tatap wajah ringgo. Dari sorot matanya, aku kesedihan mendalam aku lihat. Aku tarik rambut Putri, agar wajahnya menengadah menghadap Ringgo.

"Sayang lihat pacarmu disana, dia tersiksa sepertinya" Bisikku memprovokasi Putri.

Putri malah membuka matanya menatap ringgo, dia ikut menggoyangkan pantatnya kearah batangku. Bahkan aku hanya diam saja, dia yang ambil kendali. Putri meremas-remas dadanya sendiri yang bergoyang indah.

Mampus lu ringgo, didepan mata lu sendiri gw kentot pacar lu yang perawan ini. Rasakan.

Kulihat di sofa, Marsha kembali mengocok memeknya, namun dengan kecepatan yang tinggi, seolah ingin secepatnya mendapatkan orgasme, walau aku yakin itu mustahil. Orang seperti Marsha, apabila sudah mendapatkan kenikmatan dari kontol, pasti tak akan merasa cukup dengan jari. Sementara Ringgo hanya mengerang tertahan sementara penisnya bergerak2 tanpa ada yang bisa jadi sasaran.

"Put, kalau Aa' minta sesuatu lagi, Putri mau ngasih enggak?"

"Apa aja, A', bakal Putri kasihin ke Aa' Billy"

"Kalau Aa' minta boolnya Putri boleh gak?" Kataku sambil memanas-manasin ringgo. Dan juga Marscha tentunya.

"Boleh, A'. Kan tadi udah Putri bilang, memek ama bool Putri sekarang milik Aa', bebas kalau mau Aa' pakai, yang penting jangan berhenti puasin Putri ya"

"Iya, Sayang"

Aku berhenti menggenjot memek Putri, lalu dengan penis yang masih berlumuran cairan cintanya, aku membuka kedua pipi pantatnya, sehingga lubang anusnya tampak agak melebar. Kuludahi lubang imut itu supaya Putri tak terlalu sakit saat penisku ini menembusnya.

"Siap, ya"

Putri mengangguk, lalu merapatkan giginya, siap menahan rasa sakit yang akan menderanya. Aku pun dengan satu terjangan memasukkan penisku hingga seperempatnya memasuki anus Putri. Dia langsung menjerit kesakitan.

"Sakit ya, Put?"

Putri menggeleng.

"Gak apa2, A', lanjut aja, Putri masih bisa tahan"

Aku pun pelan2 mulai menggerakkan penisku supaya tertanam lebih dalam sambil pada saat yang sama kukobel memeknya serta meremas dadanya yang mungil itu.

"AAAAH... Iyaah... Enak A' kalau sambil dikobel gitu.. Aaaaah..."

Begitu Putri sudah terbiasa, aku mulai menggenjot pantat Putri dengan agak kencang. Tampak bibir anusnya tertarik keluar dan masuk bersamaan dengan gerakan penisku.

"AAhh... Anal sex enak ternyata ya, A'... Anal enak... Putri suka..." Kata Putri sambil menatap ringgo. Mencoba memanas-manasin pacarnya itu lagi. Padahal rahasia hanya kami berdua yang tahu.

"Putri mau Aa' anal terus?"

"Iyah... Putri mau... Putri mau jadi budak seksnya Aa' biar bisa ngerasain kontolnya Aa di memek ama bool Putri... Aaah.. Terus, A!"

Gerakan penis dan kocokanku pada vagina Putri semakin kencang, dan sempitnya pantat itu membuatku mulai tidak bisa mengontrol orgasmeku.

"A'... Putri mau... keluaaaaar..."

"Ayo, Put, keluar bareng!"

Kami berteriak bersamaan saat menjemput kenikmatan kami. Putri squirt dengan begitu deras menyembur ke paha dan selangkanganku, yang saat itu tengah menyiramkan sperma ke dalam pantat Putri. Kami langsung ambruk dengan napas tersengal-sengal.

Sesaat semua terdiam, hanya erangan Ringgo serta kecipak dari Marsha yang masih mencari kenikmatannya yang terdengar. Marsha tampak mulai frustrasi karena tidak segera mendapatkan puncak yang sedari tadi dicarinya.

Aku sendiri hanya diam memperhatikannya, saat Marsha menatapku dengan pandangan mata memelas. Dia ingin aku memuaskan birahinya yang meninggi, namun aku masih bergeming dan belum mau bergerak.

Di luar dugaanku, Putri lah yang pertama terbangun, lalu dengan tertatih-tatih, dia menghampiri Marsha. Dia membungkuk di samping Marsha yang masih mengobel memeknya, lalu kulihat kedua pandangan mata mereka bertemu. Perlahan2 kepala keduanya semakin mendekat dan...

SMAACK!

Putri dan Marsha tiba-tiba berciuman dengan hebatnya. Entah apa yang merasuki keduanya, bahkan aku pun tak menduga hal semacam ini akan terjadi. Putri langsung menggumuli Marsha di sofa itu, dia terus menciumi Marsha, lidah mereka berdua pun saling mengkait dan menjelajahi rongga mulut masing2. Tangan Putri bahkan mengusap serta meremas payudara Marsha yang sekal itu.

"Aku suka toketnya Teteh, gede"

Mendengar seperti itu, Marsha agak memerah, lalu tangannya ganti meremas dan memilin puting mungil Putri.

"Punyamu juga bagus koq, enak dipegangnya...kencang banget... Aaaahh..."

Tangan Putri kini sudah menjelajah ke memek Marsha dan ganti mengobelnya, sementara Marsha langsung dengan rakus menjilat serta menyedot dada mungil Putri, seolah kesetanan akibat birahinya yang meninggi. Permainan kedua wanita cantik berbeda postur ini membuatku kembali bergairah, dan pelan-pelan penisku kembali bangkit. Dua gadis cantik dan sexy telanjang bulat saling memuaskan membuat lelaki manapun pasti akan langsung ON.

Putri menghentikan cumbuannya dari Marsha, lalu melihat ke arahku, memohon untuk bisa membawa Marsha ke kasur. Aku mengangguk sembari mengocok penisku supaya kembali menegang makin keras.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Marsha mengikuti saja saat Putri menariknya ke kasur. Putri kemudian berbaring telentang di kasur, sementara Marsha berada di atasnya. Marsha kali ini mengambil inisiatif dan menciumi pipi, wajah, leher, dan dada Putri, meninggalkan bekas2 cupangan merah.

Pemandangan lesbian ini yang pertama bagiku, jujur aku sangat horny melihat 2 tubuh gadis cantik saling memberikan kenikmatan dititik-titik sensitif mereka. Ingin segera kubenamkan kontolku ke memek Putri, tapi aku biarkan dulu dia istirahat. Nanti masih bisa dipakai, kalau sudah tenaganya kembali pulih. Tapi kontolku sudah tegang maksimal minta dipuaskan.

Maka aku berdiri, dan memposisikan diriku di belakang pantat Marsha yang menungging. Kutampar pantat putih itu hingga memerah, kemudian aku kobel-kobel memeknya pakai palkonku. Dia mendesis enak, padahal belum juga aku masukkan batangku ke vaginanya yang sudah banjir.

"Ayo masukin sayang.....aku sudah ga tahan...." Pinta Marscha.

"Ijin dulu ke Putri, baru aku masukin. Kontolku ini milik Putri" Kataku. Marscha mendengus kesal. Dalam hati aku puas sekali mempermainkannya. Mampus lu. emang enak.

Marscha menolehkan kepalanya kebelakang menatap wajahku. wajahnya memelas karena horny. Aku hanya mengasih kode kepadanya dengan mengarahkan kepalaku lalu memandang ke putri. Marscha akhirnya menurut,

"Putri, boleh ya...please...memek aku sudah gatal" Bujuk Masrcha.

Putri yang dasarnya memang baik hanya mengganguk. Lalu kumasukkan segera penisku ke dalam vagina Marscha, membuatnya berteriak kencang.

"Aaaah... Yessss... Ayo, Baby... Puaskan aku... Puaskan budakmu ini, Baby... Aku akan selalu setia padamu... Aaaaaahhh!"

"Ya....mulai sekarang kau adalah budakku" Aku jambak rambutnya.

Aku lalu menggenjotnya, namun dalam tempo yang lebih kasar daripada biasanya. Saking kerasnya sehingga bunyi kedua panggul kami yang bertumpukan pun terdengar kencang. Marscha berteriak-teriak kenikmatan, teraikannya membahana seisi ruangan ini. Terpuaskan juga akhirnya siksa birahi yang dari tadi tertahan.

Erangan Marsha semakin kencang karena Putri kini ikut meremas dan menyusu pada toket Marsha yang menggantung di atasnya.

"F**ckk!! You two are great!! Terusssss..."

Sungguh serasa di surga yang aku rasakan sekarang. dua orang gadis cantik sedang medesah-desah dengan liarnya. ditambah kepuasan bagiku saat menatap Ringgo yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

Ternyata Marsha juga merasakan kenikmatan yang luar biasa. Hal yang tidak pernah kami lakuakn seperti ini, bercinta sambil dilihat orang lain. Bahkan rasa cemburunya dari tadi yang membuatnya ingin menuntaskan denganku. Baru kali ini aku lihat pacarku ini menjerit-jerit kenikmatan. Teriakannya sangat kencang diruangan ini. Apalagi Putri, yang walaupun polos, tapi tahu caranya memainkan payudara pacarku yang menggantung indah itu. Hingga akhirnya

SUURRR!!!

Pertahanan Marsha pun jebol dengan squirt deras sehingga membasahi kasur. Dia berteriak kencang sekali, badannya mengejang-ngekang menandakan orgasme hebat. Inilah birahi yang telah ditahannya semenjak tadi. Banyak sekali cairannya keluar. Dia melolong seperti anjing yang mau disembelih. Aku tetap sodok memeknya sehingga dia makin panjang melolong. Hingga akhrinya dia diam tiba-tiba dan terjerembab diatas tubuh Putri. Hening.

Setelah Marsha orgasme, aku pun membalikkan tubuh Marsha, kemudian kunaikkan pahanya hingga pinggulnya turut naik, namun agak kurenggangkan, karena Putri turut bangkit dan kali ini memposisikan memeknya di wajah Marsha.

PLAK!!

Aku tampar paha mulusnya, sehingga meninggalkan bercak merah disana.

Marsha yang awalnya diam tak bergerak segera membuka matanya. Tanpa diperintah, dia paham dan segera menjilati dan mengoral vagina Putri, sementara aku membungkuk menusuk vaginanya, hanya bertumpu pada pinggul dan paha Marsha. Terdengar kembali desahan merdu adegan pesta sex kami.

Putri malah sengaja memprovokasi ringgo dengan mendesah-desah keenakan. Pasti si bangsat itu sekarang makin tersiksa. Tangan Putri lalu memegang pundakku, merapatkan tubuhnya dan kami berciuman dengan sangat ganas.

Posisi tak lazim ini nyatanya membuat kami menjadi semakin kesetanan. Gerakan genjotan, jilatan, dan ciuman menjadi semakin ganas. Aku merasa liurku dan Putri sampai berjatuhan di tubuh Marsha.

Aku lalu kepikiran, bahwa ada satu lubang Marscha yang belum aku rasakan. Maka aku minta Putri untuk menjauh sebentar. Lalu aku tarik batangku dari liang Marscha.

"Kok berhenti?" Tanya Marscha, melepskan jilatannya di memek Putri.

"Aku mau anal sex. Mau rasakan pantatmu..."

"Tapi aku belum pernah sayang..." Katanya berbohong.

"KAU MASIH BERANI BOHONG" Aku bentak dia.

"KAU KIRA AKU GA TAHU KALAU KAU PERNAH DI SANDWICH SAMA SI BABI RINGGO DENGAN GILANG"

Wajah Marscha ketakutan. Dia sepertinya sadar kalau semua kartunya sudah aku pegang.

"Maaa....maaf....jadi...jadii...kamu tahu...?"

"YA TAHULAH"

Marscha hanya pasrah saat kuarahan kontolku ke anusnya.

"Pelan-pelan sayang..." Katanya mendesis.

"Jangan coba-coba kamu berbohong lagi"

"Iyaaa.....iyaaa...aku akan jujur...AUHHHHHH...."

Belum selesai dia menjawab aku dengan tekanan kuat sekali langsung memasukkan kontolku ke lobang pantatnya. BLESSSS..... Keras sekali jepitan anusnya. Tapi aku langsung langsung menggenjot pantat pacarku tanpa ampun.

"Pelan..." Katanya lirih, tak berani membantahku.

Matanya mendelik, kedua tangannya berusaha menahan dorongan pinggulku, tapi dorongannya tidak serius, karena sepertinya dia takut barusan aku bentak.

Putri yang tadi diam, kembali mengarahkan memeknya ke wajah Marscha. Kembali terdengar desahan gadis polos itu. Aku dan Putri kembali berciuman, dan aku arahkan tangan Putri ngobel vagina Marsha. Marscha nampak mendesah-desah terhalang memek Putri yang sudah banjir. Erangan kesakitan pacarku hanya bertahan sebentar saja.

Kembali desahan birahi memenuhi ruang itu. Aku harus bertahan sekuat tenaga untuk memperpanjang durasi. aku dan Putri melepaskan ciuman dan sekarang saling menatap tajam. Dari sorot matanya aku tahu kalau dia sudah ditingkat tertinggi rasa Horninya.

Aku juga begitu. Anal sex ini nikmat sekali. Beda cengkramannya dengan cengkraman memek. Kontolku seperti disedot-sedot vacum cleaner. Pantat Marscha sudah terbiasa dengan kontolku yang sekarang keluar-masuk dengan bebas, apalagi ada tambahn cairan dari vaginanya yang jatuh ke anusnya karena vaginanya dikerjain Putri. Mungkin karena sesama cewe, Putri tahu mana titik-titik ternikmat dari Vagina Marscha. Begitupun Marscha, dia tahu memainkan liangnya Putri.

Yang lebih hebatnya lagi, saat aku lihat Putri sudah memasukkan 2 jarinya mengobel vagina Marscha. Sedangkan Marscha dibawah sana juga sudah memasukkan 2 harinya ke vagina Putri. Bahkan Putri menjerit-jerit hebat saat aku lihat anusnya dijilati oleh Marscha

Entah bagaimana ceritanya, Putri mulai merasakan gelombang orgasmenya kembali datang, dan ini langsung memacu gelombang orgasme dari Marsha, yang kemudian memacu gelombang orgasmeku sendiri. Tak ada dari kami yang ingin menahan-nahan ini lebih lama, dan semakin mempercepat permainan kami hingga...

"AAAAAHHHH... F******CKKKKK... OOOOHHHHH..."

Kurasakan berada dipuncak orgasme tertinggi. Sungguh nikmat. Kontol menyemprotkan sperma yang banyak ke Masrcha yang juga sudah orgasme hebat. Putri juga sudah orgasme dengan membanjiri wajah Marscha. Benar-benar indah sekali.

Kami langsung ambruk, basah oleh keringat, cairan cinta, sperma, entah apa lagi, aku tak begitu ingat. Pikiranku langsung kosong waktu itu, dan aku hanya ingat pandanganku gelap, bahkan saat kami bertiga ambruk saling bertumpukan. Detak jantung kami masih berpacu, dan tubuh kami masih mengejang, mencoba menghabiskan sisa-sisa orgasme hebat kami. Pada saat inilah aku bisa merasakan detak jantung, denyut nadi, dan tarikan napas dari Putri dan Marsha. Kami langsung berpelukan, tak peduli badan kami yang basah dan lengket dan entah bagaimana baunya. Kemudian Hening kembali. Kami tertidur kecapean.




Beberapa saat kemudian...

CKREEK! CKREEK! CKREEK!

Putri tampak senang dengan hasil fotonya. Dia beberapa kali berpose seperti mengoral penis Ringgo, atau memasukkannya ke dalam vaginanya, namun tentu saja dengan pandangan mata kosong.

"Kalau ada apa-apa, inget ya, gw punya foto ini. Gak bakal ada yang percaya ama lo, dan kalau gw bilang ini ke Papa, paling buat gw sih cuman dihukum atau dikirim ke luar negeri buat belajar beberapa tahun. Tapi lo? Lo tahu kan apa yang Papa bisa lakuin ke lo? Paham?"

Ringgo hanya mengangguk saja.

"Sekarang lo pulang, dan jangan pake baju lo, terserah mau gimana caranya. Pokoknya baju lo gw sita. Lo mau telanjang jalan ampe rumah kek, gw gak peduli, dan langsung kabarin gw begitu nyampe rumah, oke? Nih, buat ongkos lo balik"

Putri menyumpalkan uang 100 ribu ke mulut Ringgo, kemudian melepaskan ikatan Ringgo, yang langsung saja meninggalkan tempat itu, dengan hanya membawa hapenya dan menutupi kemaluannya. Entah apa yang bisa dilakukannya untuk bisa pulang. Sejujurnya, tak ada lagi yang peduli.

Aku masih tiduran berpelukan dengan Marsha, namun kini kami semua sudah memakai pakaian kami, saat Putri mendekat.

"Udah aman, A', pokoknya dia gak bakal berani ngedeketin Teh Marsha lagi, jadi kalian aman"

"Makasih ya, Put, nggak nyangka lho kamu bisa bicara sekejam itu ama dia"

"Hehehe, Putri kan anaknya tentara, A', udah diajarin juga ama Papa biar bisa kejam kalau ama orang yang udah nyalahin Putri"

"Kalau ama A' Billy gimana?"

"Kalau A' Billy mah Putri nggak bakal kejam, malahan A' Billy bakal terus Putri kasih perlakuan istimewa"

Marsha merengut.

"Iya, Teh Marsha juga, pokoknya mulai malam ini, Teteh udah Putri anggap jadi kakak sendiri. Tapi Teteh juga kudu janji, jangan selingkuhin A' Billy lagi"

"Iya, Put, Teteh paham. Teteh gak bakal nyelingkuhin A' Billy lagi"

"Kalau mau jalan ama cowok lain gak papa, Sha, tapi jangan bohong lagi ya. Dan kalau kencan ama cowok, kamu kudu kasih tahu aku, dan cerita yang sejujurnya kamu ngapain aja" kataku.

"Beneran kamu nggak marah? Dan yang kemarin2?"

"Kemarin- itu aku marahnya ama kamu karena kamu bohong. Coba kamu minta izin dulu, pasti aku izinin. Pokoknya semua yang ngebuat kamu seneng, pasti aku izinin"

Aku mencium kening Marsha.

"Tapi aku juga kudu ngurangin sih jalan ama cowok lain, kapok, yang ada cuman aku dimanfaatin doang. Bukannya aku ngemanfaatin mereka malah kebalikannya. Aku mau tetep setia ama kamu, Billy. Dan kalaupun ntar aku kencan ama cowok lain, itu cuman badan doang, hatiku tetep ama kamu. Pokoknya kamu yang terbaik, kontolmu juga yang paling memuaskan."

"Pasti dong!"

"Tapi kamu juga kalau mau jalan ama Putri atau ama siapa pun, kasih tahu juga ya, cerita gitu"

"Iya, Sayang, pasti"

Kembali pipi dan kening Marsha aku cium.

"Huuu... Teh Marsha doang yang dicium, Putri enggak"

"Ya, sinisini"

Putri tersenyum lalu menghambur ke pelukanku. Aku pun menciuminya bergantian dengan Marsha.

"Pokoknya, sepanjang Putri belum dapet cowok baru, kita kudu berbagi A' Billy ya, Teh. Eh, ntar kalaupun udah dapet cowok baru, Putri tetep mau ama A' Billy deh"

"Aku sih bisa apa, hanya bisa pasrah. Terserah aja. Aku penurut anaknya. haha.."

"Dasar. Hahaha..."

Kami bertiga tertawa bersama.


"Eheeem!"

Kami semua menghadap pintu yang terbuka dan ternyata sudah ada Dido, Sherry, dan Thomas dari tadi dipintu dan mendengar obrolan kami yang terakhir. Kami langsung berdiri ketika mereka Thomas memasuki ruangan itu.

"Maaf ya Bos, bukannya pengen ngganggu nih, tapi ini kan bukan kamar hotel, jadi mesra-mesraannya tolong pindah ke hotel ya. Kasihan karyawan mau istirahat nggak bisa" kata Dido.

"Oke deh, maafin ya, kasurnya jadi apek gitu"

"Gak masalah, karena tahu bakal kamu pakai ya aku ganti aja kasurnya pakai kasur lama, jadi tinggal dibuang aja"

"Wah, pantes apek banget!"

Aku dan Dido tertawa bersamaan. Sedangkan Masrcha dan Putri cemberut karena tubuh mulus mereka dari tadi aku bolak-balik diatas kasur yang apek.

"Eh, dan kalian juga perlu tahu, kalau Billy juga kudu dibagi ama gw" kata Sherry, "Gw juga pengen ditusuk bool gitu ama Billy"

"Hah?? Lo juga, Sher?" kata Marsha.

"Tenang, ada gw, kita bisa gantigantan" kata Thomas.

"Udah yuk, kita ngamar deh malem ini, mau gw sedot abis tuh si Billy" Kata Sherry dengan binal, seperti biasa.

Wah malam masih panjang nih nampaknya. Bisa begadang sampai besok, padahal pagi lusa aku mau sidang skripsi. Ah ntar ajalah dipikirkan solusinya. Yang penting ena-ena dulu.

"Putri boleh ngikut ngamar nggak?"

"Ikut aja!" Kata Thomas dengan bahagia.

"Yes! Asyik!!"

Kami berlima pun segera meninggalkan tempat itu, disertai tatapan iri Dido. Namun saat aku melihat seorang karyawan karaoke yang juga seorang gadis cantik, aku pun sudah bisa menduga bahwa dia akan menjadi pelampiasan nafsu Dido setelah ini.

Well, paling enggak semua menang, kan?


TAMAT






Lalu bagaimana pembalasan dengan cowo-cowo lain yang pernah ada affair dengan Marscha? Apakah segitu saja pembalasan dengan Ringgo? Terus dengan dosen pembimbingku gmn? Keenakan Pak Zakar kalau ga dibalas, karena bukan hanya urusan sex, melainkan juga karena mempermainkanku.

Nanti dijelaskan selanjutnya di EPILOG.
Padahal ending nya ngarep Billy jadian dan pacaran sama Putri, Marscha cuma jadi selingkuhan dan budak sex putri dan Billy

Cocok tuh Putri yg setia ternyata binal dg Billy yg menjaga hati meski suka main sana sini


Ditunggu Epilognya,syukur2 tuntas dan detail sampek balas dendam semua yg ngentotin Marscha
Penasaran model balas dendamnya gimana,,,
Seru tuh kalau Pak Zakar sampek dibuat ribut sama Istrinya (kalau punya)
:mantap::mantap::mantap:
 
harus ada pembalasan ke cowo2 sialan itu hu..
kalo marscha yg enak2 aja
 
Terima kasih telah mewarnai dunia percolian ane slama 1 thn ini hu,,,
Bgimanapun ending nya,, itu adalah pilihan terbaik yg sudah berikan kepada pra pembaca,, d tunggu ep epilognya hu,,
Dan ane mnunggu kisah2 baru yg lebih hebat lagi dr suhu ..:ampun:
 
Bimabet
PART 19 : EPILOG


Keesokan harinya, setelah Insiden Karoke


Sore itu, sehari menjelang sidang skripsiku, aku datang kerumah pacarku Marscha. Kami memang sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan. Berpacaran kembali tanpa ada yang ditutup-tutupi, dan dengan syarat dia akan selalu menurut akan apa yang aku perintahkan. Gadis muda secantik dan sesexy Marscha akan sulit dicari pengantinya. Lagian aku juga belum bosan mengexploitasi tubuhnya yang indah. Kadang memang logika kalah sama hati (dan kelamin).

Saat itu terlihat rumahnya sepi, karena tidak terlihat mobil orangtuanya di garasi. Aku lalu membuka gerbang yang tidak tertutup rapat, lalu aku memutar lewat pintu belakang dan membuka pintu belakang yang biasanya tidak terkunci. Pas aku masuk, bulu kudukku langsung merinding. Aku bisa mendengar suara desahan-desahan dari seorang wanita. Desahan yang sangat akrab aku kenali, yaitu desahaan kenikmatan bersetubuh.

Melewati ruang tamu aku lihat celana dalam dan BRA pacarku berserakan dilantai. Ada juga kemeja lengan panjang dan celana bahan yang tergeletak diatas sofa. Ini sudah tanda, kalau diruang tamu ini tadi terjadi sebuah adegan 17 plus.

Perlahan aku jalan ke kamar Marscha, semakin dekat ke kamar, desahan itu makin terdengar jelas. Ini fix memang kalau Marscha lagi ngentot dikamarnya. Pintu kamar itu tidak tertutup sempurna, ada celah sedikit untukku bisa mengitip kedalam.

Benar saja. Ditengah tempat tidur, aku lihat pacarku yang sudah telanjang bulat sedang asyik digenjot dari belakang dengan doggy style. Sebuah batang yang sudah tegang maksimal keluar masuk di vagina pacarku dengan lacar, menandakan kalau liang itu sudah sangat banjir.

Marscha mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan di memeknya. Payudaranya menganyun-ayun dengan indah seiring genjotan benda tumpul dibelakangnya. Payudaranya yang besar itu kadang saling bertumbuk satu sama lain saat genjotan brutal dibelakangnya.

Pemandangan yang sungguh mengundang birahi, mneyaksikan tubuh seorang gadis muda yang putih mulus sedang diperdayai oleh lelaki yang umurnya jauh diatasnya.

“Auwww...… shhh… hayoo dikocokinn terus pak…” Desah Masrcha pacarku. Dia sepertinya sudah diujung birahi.

Mendengar itu lelaki itu langsung ngocokin kontolnya sambil maju mundurin pinggangnya dengan intens. Setiap gesekan membuat pacarku tidak bisa menahan lagi desahan yang keluar dari bibirnya. Bahkan Marscha ikut membantu semakin menunggingkan pantatnya kebelakang, sehingga tumbukan 2 alat kelamin itu semakin kencang, tapi sexy terdengar.

"Memek kau memang selalu ngangenin, Marscha" Ucap lelaki tua nan buncit itu.

Kontol hitam itu makin semangat memompa liang pacarku. Begitu kontras sekali badan indah terawat Marscha diperdaya tubuh hitam kriput. Jauh sekali. Bulatan pantat pacarku dipegang dengan tanganya yang kasar. Bunyi decitan ranjang mulai terdenger seiring ritme sodokan yang makin agresif.

Aku mengeluarkan HP ku dan mulai merekam adegan itu. Lelaki tua yang sedang kenikmatan merasakan jepitan Vagina pacarku. Rekaman ini akan jadi barang bukti dan bagian dari bargainingku nanti.

"Pak......memek Marscha penuh...auhh"

"Ini memek kau sempit sekali....Ketagihan aku"

Tangan kirinya bergerilya mengelusi punggung, lalu ke dada kanan pacarku yang menggantung indah. Dipilinnya puting pink itu, membuat Masrcha mendesah panjang. Marscha bahkan ikutaan menggoyangkan pantatnya berlawan dengan penis itu. Sungguh kerjasama yang baik, membauat lelahan lendirinya mengalir dipaha mulus pacarku.

Harusnya aku sudah melabrak mereka sekarang, tapi ntah kenapa aku sengaja mengulur waktu, karena aku justru senang menyaksikan pacarku dikentot cowo lain. Wajah Marscha yang kemerahan karena horny sangat aku suka. Aku juga menikmati sekali wajah penuh kepuasan dari lelaki itu karena berhasil merasakan nikmatnya tubuh pacarku. Kontolku sudah tegang dibalik celanaku.

Sampai akhirnya aku dengar teriakan pacarku yang menandai dia sudah orgasme. "AHHHHHHHHH........HHHHHHhhhhhhhhh.....hhhhhhhhhh". Teriakan panjang yang sangat sexy terdengar. Teriakan kepuasan karena berhasil mencapai puncak orgasme.

Kepala pacarku langsung telungkup diatas bantal yang ada didepannya. Pantatnya masih menungging kebelakang, lelaki tua itu masih menggenjotnya tanpa ampun. Kulihat sebuah kepasrahan dalam diri Marscha, yang tak kuat menolak hujaman benda hitam dalam memeknya.

Walau aku menikmati, tapi ini harus aku sudahi segera. Tak berapa lama kemudian, aku dorong pintu itu. BRAK!!!

Lelaki terkejut bukan main, tapi hanya bisa bengong melihatku. Batangnya berhenti menggenjot.

"Bi...bi...Billy..." Katanya.

Kuarahkan kamera HP ke wajahnya.

"Dasar dosen sialan. Enak-enakan ngentot sama pacarku" Aku tendang kaki ranjang dengan keras. Dia kaget lalu melepaskan kontolnya. Aku mendekatinya ingin menghajar.

Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah Pak Zakar, dosen pembimbingku. Marscha sudah bangun dari tempat tidur, berusaha meleraiku dan minta maaf. Marscha mencoba menengkanku.

"Yang.....maaf ya.....aku khilaf..." Kata Marscha sambil menangis.

"Dek Billy...maafain bapak.....bapak juga khilaf" Katanya turun dari ranjang.

"Silahkan lanjut ngentot. Rekaman ini akan aku sebar. Biar mampus lu" Kataku lalu keluar kamar.

Dosenku itu langsung lari mengejarku. Aku dihentikan diruang tamu. Dia minta maaf. Wajahnya ketakutan sekali. Marscha hanya menatapku dari balik pintu kamarnya, tak berani keluar.

"Maaf Billy...maaf sekali" Katanya gemetaran. Keringat dingin mengalir dikeningnya.

"Selama ini saya marah ya sama bapak. Bapak mengerjai saya dengan skripsi yang ga kelar-kelar. Bahkan manfaatkan saya untuk proyek pribadi bapak, sampai jauh-jauh ke surabaya. Dan sekarang bapak tega ngentotin pacar saya. Dosen maccam apa kau!" Bentakku.

Pak Zakar minta maaf dan memohon dengan sangat. Bisa hancur karirnya sebagai dosen, dan dia ditinggal istrinya. Dan tentu saja, dia akan malu seumur hidup. Dia akhirnya minta negosiasi denganku, asal rekaman video itu ga kesebar.

"Emang bapak mau nawarkan negosiasi apa?" Tanyakua, mencoba menengar apa tawarannya.

"Terserah aja, apa yang bisa saya bantu. Saya bayar pakai duit tutup mulut juga boleh" Katanya mencoba menyogokku.

"Bapak kira saya butuh duit. Saya kok kayak germo aja ya, membiarkan pacar saya dikentotin bapak lalu dibayar. Saya tersinggung"

"Bukan. Maksud saya..." Dia menghentikan obrolannya.

"Apa? Ah lama. Gw cabut nih"

"Eh tunggu-tunggu... Saya bingung. Billy maunya apa? Saya pasrah"

Aku menghela nafas panjang. Kudengar pacarku dari balik pintu kamar setengah teriak : "Sayang, kamu nego aja ke Pak Zakar. Please jangan disebar videonya. Aku juga bisa malu karena wajahnya kerekam juga. Please. Aku salah, kamu boleh hukum aku apa aja, asal jangan disebar"

"DIAM KAU!!!!" Bentakku. Bukan hanya Marscha, dosenku ini juga kaget mendengarku marah.

Aku berdiam diri sejenak. Deep thinking. Dosen cabul itu masih tetap membujukku. Aku menarik nafas dalam-dalam. Dengan penuh perhitungan akhirnya aku setuju untuk memberikan penawaran.

"Baiklah. Dengarkan penawaran saya."

"I..iyaa.."

"Yang pertama bapak jangan pernah lagi dekatin Masrcha. Dan jangan coba-coba jadi dosen cabul dikampus"

"Siap Billy. Terimakasih. "

"Bukan itu aja. Enak aja langsung terimakasih"

"Trus?"

"Besok saya sidang skripsi. Tapi saya kondisi lagi kalut begini. Saya stress. Bapak bisa bantukah agar saya besok sidang formalitas saja? Bapak kondisikan ke 2 dosen penguji itu. Bila perlu mereka ga usah hadir, kasih catatan aja di skripsi"

"Oh kalau itu bisa diatur. Saya kan pejabat fakultas. Gampang. Hari ini juga Billy dapat nilai skripsi A plus"

"OK"

"Sip. Kalau begitu saya ijin pamit ya"

"Tunggu dulu"

"Lha apa lagi?"

"Yang terakhir, saya mau minta duit bapak"

"Hah? Kau mau meras aku?"

"Saya hanya minta hak saya pak"

"...."

"Selama ini saya jadi asdos tapi tak pernah dikasih honor. Padahal ada honornya dari fakultas kata orang tata usaha. Bayarkan itu".

"Ya nanti saya coba atur gimana itu" Katanya mulai kesal.

"Masih masalah duit. Ini juga hak saya"

"Apa lagi?" Katanya mulai gusar.

"Saya sudah cek ternyata penelitian skripsi saya yang disurabaya itu proyek pribadi bapak, pakai bendera LPPM fakultas. Tapi bapak tidak melibatkan 1 dosen pun biar masuk kantong bapak semua dananya, malah menyuruh saya sendiri yang mengerjakan. Itu Proyek konsultan dari BUMN. Nilainya 2,2 M"

Pak Zakar hanya melongo menyadari aku tahu kartunya. Memang ini orang sering sekali bawa nama kampus untuk dapatin proyek, tapi yang kerjakan mahasiswa biar ga perlu bayar sehingga semua dana proyek masuk kekantong pribadinya.

"Nilainya lumayan besar. Karena saya sudah bantu sebagian besar proyeknya, jadi saya anggap itu proyek kita berdua. Saya minta dibagi 2 nanti nilainya. Ini tawaran saya terakhir. Kalau ga mau, ya sudah. Tunggu aja aku sebar ini"

Pak Zakar melongo. Dia sudah skak mat. Dengan tanpa pilihan dia akhirnya mengangguk pasrah. Akhirnya kita deal. Aku bilang akan hapus video ini besok setelah keluar nilai sidang skripsiku dan setelah dana yang aku minta dia kasih.

Aku tahu kalau sudah cair 80% termin proyeknya, tinggal 20% saja setelah perbaikan laporan final proyek. Jadi kalaupun ada fee buat bendera LPPM dan kalaupun ada fee ke orang dalam BUMN, sisanya masih diatas 50%. Aku minta besok pagi dalam bentuk cash, karena aku ga mau berurusan kedepan dengan record tranfer.

Dia hanya menganguk pasrah, kemudian keluar dari rumah Marscha, setelah memungut pakaiannya yang berserakan dilantai. Kulihat dia sangat frustasi, terlihat dari wajah dan jalannya yang menunduk keluar mencari taxy. Mampus lu.

Aku tertawa penuh kemenangan. Begitupun pacarku Marscha, yang keluar dari pintuk kamar dengan masih telanjang sambil senyum merekah. Kami berpelukan dengan bahagia. Aku merasakan kemenangan yang luar biasa saat ini, dan Marsha sampai harus menenangkanku yang tertawa bahagia.

Memang semua ini skenarioku untuk membalas Pak Zakar. Seperti yang aku bilang, semua orang yang pernah affair dengan Marscha akan aku balas dengan setimpal. Ide ini muncul hanya dalam hitungan jam saja.

Jadi tadi aku minta Marcha untuk menggodanya dengan menawarkan tubuhnya. Dosen cabul ini tanpa pikiran panjang langsung mengiyakan. Marscha bilang lagi sendiri dirumah dan horny dan kangen disodok sama batangnya.

Dengan buru-buru dosen cabul membatalkan jadwal kuliah, dan naik ojek kerumah Marscha. Dia juga sama seperti lelaki lain, tak mungkin menolak tubuh indah nan sexy pacarku. Pasti dia kecanduan jepitan memek pacarku.

Marscha yang sudah berjanji akan menuruti keinginanku asal tidak diputuskan, dengan senang hati melaksanakan skenario. Dia merelakan tubuhnya sebagai umpan. Dengan sengaja Marscha tidak mengunci gerbang, dan membiarkan pintu belakang terbuka.

Sebenarnya skenario awal tadi, hanya sampai adegan Marscha mengoral batangnya, lalu aku rekam dengan wajah Pak Zakar kelihatan. Tapi berhubung aku telat kerumah Marsha karena macet naik taxy, jadilah Marscha sampai dikentot.

"Iya yank, kamu kelamaan. Dia sampai rumah langsung terkam aku tadi, aku ditelanjangi mulai dari pintu masuk, sampai ruang tengah aku sudah bugil. Ya udah sesuai skenario, aku langsung buka celananya, aku oral batangnya. Aku tunggu-tunggu kamu kok belum datang, sampai pegal bibirku emut batangnya yang gede itu. Makanya pas dia minta gantian yang oral, aku ga ada pilihan. Jadilah memekku dioral diatas sofa itu, untuk ulur waktu sampai kamu datang" Kata pacarku cerita panjang lebar, sambil menujuk sofa.

"Bahkan aku ga sadar tutup mata karena keenakan dijilati dia. Kamu kan tahu, jilatan di klitoris titik lemahku. Apalagi saat kedua tanganya memainkan kedua toketku. Aku sampai blank. Tiba-tiba tanpa sadar batanganya sudah masuk ke Vaginaku, tanpa ampun digenjotnya. Sampai aku orgasme sekali diatas sofa". Kuperhatikan memang ada bercak basah ditengah sofa itu.

"Aku tunggu-tunggu kamu ga datang juga. Maka aku ajak aja ke kamar. Dia minta gaya doggy, katanya senang lihatin pantatku, jadi mau sambil diremas-remas. Aku hanya bisa pasrah menuruti dia dan berharap kamu cepat datang, agar siksaan birahi ini cepat berlalu. Nah habis itu kamu baru datang."

Katanya menyelesaikan ceritanya. Begitupun aku sudah menyelesaikan membuka pakaianku yang terakhir, hingga kami sama-sama bugil.

"Eh, kamu horny ya dengar ceritaku?" Tanya Marscha dengan binalnya sambil menoel-noel kontolku.

"Ya iyalah"

"Emang cowo aneh kamu. Justru senang pacarnya dikentot cowo lain"

Aku hanya tersenyum simpul, lalu memegang bahunya, dan menurunkan badannya hingga wajahnya tepat didepan batangku. Tanpa diperintah, Marscha lalu memainkan juniorku itu dengan sangat lihai. Makin hari sedotannya memang makin mantap saja. Dari ujung, batang sampai dragon ball ku tak luput dari jilatannya.

Kami kemudian bercinta dengan hebat sekali. Libidoku begitu berlebihan, karena membayangkan persetubuhan pacarku dengan dosenku.

"Genjot aku yank...tadi kentang..." desahnya.

Aku genjot dia diatas sofa, tepat ditempat tadi dosenku menggenjotnya. Setelah Marscah orgasme disana, aku bawa dia kekamar, lalu aku doggy. Aku ikuti apa yang dilakukan Pak Zakar ke dia. Sampai akhirnya kami sama-sama orgasme. Aku tembakkan spermaku di wajahnya. Banyak sekali cairanku memenuhi wajahnya, bahkan sebagian kena rambutnya.

Setelah puas, pacarku bilang: "Gila nih. ga nyaka bakalan dimasuki 2 kontol dalam sehari"

"Halah, kayak lu ga pernah aja". Marsha hanya tersenyum malu, lalu mencubit pinggangku.

"I love you, honey" Katanya mencium bibirku.

"I know" Jawabku.

"Jadi kamu suka kalau aku dikentot cowo lain"

"Kayaknya Iya"

"Aku mau aja kok menyalurkan fantasi kamu. Tinggal kamu perintah aja, aku nurut. I am totally yours"

"Ok tunggu aja. You are my beautiful slave"

"Ok sayang. Aku kekamar mandi dulu bersihin memek dan toket aku. Biar wangi nanti kalau kamu pakai pake lagi" Katanya berlalu menuju kamar mandi.

Benar-benar pacar yang pengertian dan penurut. Sungguh beruntung sekali kau Billy. Nikmat mana lagi yang kau dustakan.

Mungkin masih banyak yang berpikir aku bodoh, harusnya Marscha dihukum lebih berat lagi. Hei, kejadian sore ini adalah bukti bagimana aku memanfaatkan tubuh Marscha untuk kepentingan pribadiku. Dia yang penurut mau saja jadi umpan. Dan kedepan Marsha akan jadi boneka sex untuk menyalurkan fantasi-fantasi sexku.

Aku kemudian menyusulnya ke kamar mandi. Masih ada 1 lobangnya yang belum aku nikmati hari ini.


Putri Angelica Fadilah.

Setelah kejadian pembalasanku dengan Ringgo di tempat karoke tempo hari, hubungan dengan Putri tidak bisa diajak Serius. Walau polos, tapi wanita ini cukup smart. Dia bilang ga akan bisa punya hubungan serius denganku, apalagi sampai menikah. Karena kami memulainya dengan salah (selingkuh disurabaya).

Menurutnya segala sesuatu yang dimulai dengan salah, tentu tidak akan berakhir benar. Setidaknya untuk saat ini kami berteman saja dulu, sampai bertahun-tahun kedepan. Kalau jodoh tak kan kemana. Walaupun dia megakui kalau dia nyaman sekali denganku.

Putri juga bilang kalau aku dan Marscha sangat cocok. Dan ga mau jadi penggangu. Lagian Putri juga bilang kalau dia menikmati sex sejak pecah perawan, dan akan mengexploasinya dulu sebelum nanti menikah. Apalagi dia merasa "terlambat" mengenal namanya sex karena terkekang selama ini.

"Kalau kita pacaran dan kemudian menikah, keenakan Aa Billy dong. Selama ini sudah ML sama beberapa cewe, sedangkan Putri hanya sama Aa doang. Ga adil" Katanya sambil tertawa lebar.

"Lagian kita uji dulu dengan waktu kenyamanan yang kita rasakan A`. Apakah memang benaran rasa sayang, atau hanya sex doang". Bijak juga wanita ini.

Saat ini Putri menganggapku layaknya seorang abang. Abang tapi ngentot. Karena sesekali kami masih ML.

Walau polos, nafsunya lumayan gede. Mungkin karena aku tahu cara mengekplotasi tubuhnya dengan baik, makanya dia kecanduan. Dia belum berani ML dengan sembarangan Cowo, maka aku yang jadi pelampiasannya. Aku memang tidak pernah egois urusan ML, hanya dengan Putri aku memperhatikan kepuasannya dalam bercinta, memastikan dia keluar dulu baru aku. Dia selalu sukses orgasme minimal 2x kalau kami bercinta. Minimal.

Hubungan kami makin hari makin dekat saja. Semacam TTM begitulah. Dia bahkan mengenalkanku dengan bokapnya, yang ternyata punya beberapa perusahaan. Maklum, bokapnya mengelola dana-dana para bintang yang pensiun. Karena aku cukup pintar, minimal pernah asisten dosen dengan IP lumayan, dan nilai skripsi A plus (serta dipromosikan Putri khususnya), aku nanti setelah wisuda akan kerja di anak perusahaan holding bapaknya.

Jadi bokapnya Putri punya 4 perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi, distributor alat persenjantaan dari Eropa Timur, perusahaan investasi dan perusahaan tambang batu bara. Nah aku ditempatkan dianak perusahaan investasi. Memang sih perusahaan kecil. Tapi langsung diangkat jadi manager. Kalau aku kerja benar dalam 3 tahun, aku bisa naik jadi direktur dan 3 tahun selanjutnya bisa jadi direktur utama anak perusahaan bokapnya, bahkan pindah ke holding.

Ini adalah kenikmatan yang hakiki, karena Putri ditempatkan bokapnya sebagai komisaris independen disana. Namanya juga komisaris independen, jadi Putri bisa sambil kuliah, karena rapat hanya beberapa kali dalam sebulan saja. Jadilah kami akan sering ngantor bareng. Aku tak sabar ingin segera kerja.

Membayangkan Putri disatu sisi akan jadi atasanku, tapi disisi lain jadi bawahanku karena bebas aku kentotin, sungguh sebuah perpaduan yang membuatku terbang keawan. Ga sabar mau genjot tubuh indah itu diruang kantor nantinya. Bahkan perjalanan-perjalanan dinas ke luar kota dan luar negeri yang akan kami lakukan bersama.

Paling Marsha doang yang cemburu, karena takut aku berpaling darinya karena akan sering bareng Putri. Tapi kami sudah sepakat menjalani hubungan seperti ini. Dia sudah bertekuk lutut dan akan menuruti semua keinginanku, termasuk jika aku harus ML sama Putri. Kedekatanku dengan Putri justru membuat Marscha makin sayang padaku. Dia 100% sudah takluk dan menurut apa perintahku.

Dan yang lebih membahagiakan, karena harusnya posisiku ini adalah jatah Ringgo sebagai pacarnya Putri, tapi diberikan kepadaku karena dia masih sakit hati sekali. Putri cerita kalau Ringgo marah-marah setelah tahu aku dapat tawaran itu dari bokapnya. Tapi ringgo ga berani melawan, dia sangat takut dengan bokap Putri.

Mereka berdua statusnya tetap pacaran. Status doang, karena ringgo ga mau putus. Mereka sesekali masih nge-date berdua. Tapi Putri bilang ga mau kasih jatah ML ke pacarnya itu.

"Memekku sudah aku serahkan ke A` Billy. Minta ijin aja kedia" Begitu kata Putri, yang membuat kesal ringgo.

Putri bilang begitu sebagai balasan juga karena aku bilang juga kalau kontolku milik Putri seorang, Marscha harus ijin kalau mau makai. Walau aku pernah (bahkan sering) juga ML dengan Marscha tanpa sepengetahuan Putri. Egois at its best.

Saat ini aku adalah manusia yang paling dibenci sama Ringgo. Sudah jabatan di perusahaan calon mertua hilang, malah pacarnya lebih memilih ngesex denganku dibanding dirinya. Tapi dia hanya bisa pasrah saja.

Bagaimana akhirnya aku membalas dendam dengan semua cowo yang pernah sama Marscha? Begini ceritanya.


Bogem Mentah Untuk Johan

Aku datangi Johan dikamarnya sehari setelah aku dinyakan lulus sidang kuliah. Aku tunjukan rekaman CCTV kejadian dia bersama pacarku. Dia ketakutan dan minta maaf sambil menangis. Iya menangis. Dasar cengeng. Aku makin emosi melihat lelaki pecundang begini.

Aku hajar dia habis-habisan saat itu di kamar kostnya. Wajah dan dadanya habis aku tinju. Sampai TV & beberapa barangnya rusak saat aku terjang badannya. Dia hanya bisa menangis sambil menutupi muka.

"Dasar banci lu" Kutendang kontolnya, sampai dia kesakitan parah. Biar aja mampus lu. Lebih memilih menutup wajah, dibanding kontolnya. Dasar lelaki modal tampang doang.

Amarahku seolah tak terbendung tiap lihat dia ada dikost, jadi sampai berhari-hari setelahnya aku hajar terus dia. Teman-teman kost yang setia kawan dan tahu kalau Johan telikung aku juga ikut juga menghajarnya.

Bahkan Kang Jajang penjaga kostku ikut-ikutan menghajarnya, karena memang selama ini ga suka juga sama johan yang sombong. Sampai akhirnya Johan cabut dari kost. Semoga kontolnya masih bisa dia pakai, minimal untuk kencing.

Aku juga interogasi dia terkait insiden CCTV sebelumnya. Apa yang terjadi sampai pacarku masuk kekamar dengan telanjang, setelah sebelumnya dari kamarnya.

Jadi waktu Marsha balik ke kosanku dalam keadaan bugil itu, dia sebenernya disuruh nungguin Johan di kamarnya dia, soalnya agak gak nyaman kalau Johan kudu mampir ke kamarku lagi. Johan harus pergi sebentar untuk ngurus soal surat keterangan lulus kuliah. Soalnya udah diminta sama perusahaan tempat dia diterima kerja, yang pengen segera penempatan di luar negeri (dia sudah lulus sidang, tinggal nunggu wisuda).

Habis itu lalu Johan balik kekost, dan mendapati Marscha yang sudah bugil berada diatas kasurnya. Langsung aja disikat, katanya Marsha membuka kakinya lebar-lebar saat johan masuk kepintu, seolah memeknya mengundang untuk segera dimasuki. Mereka lalu ML ama Marsha dikamarnya dengan liar. Tidak sampai keluar didalam, karena Marscha minta keluarin dimulut aja.

Nah sehabis ML Johan confide kalau dia cinta sama Marsha dan mau nikahin Marsha secepatnya buat diboyong ikut dia ke luar negeri.

Marsha marah, karena selama ini dia nggak ada rasa ke Johan, beneran hanya dianggep sebagai partner ONS doang, dan yang dia cintai hanya aku, walau dia udah sering selingkuhin.

Johan kesel terus bilang kalau aku cuman asdos yang gak ada masa depannya, makanya Marsha langsung balik dalam keadaan marah. Ada perasaan senang dalam hatiku kalau Marscha bersikap begitu, marah karena aku diremehkan.

"Selamanya rekaman CCTV ini akan gw simpan. Hidup lu ga akan pernah bisa tenang, karena kapanpun bisa aku sebar di internet". Kataku sebelum dia minggat dari kost. Aku akan jadi mimpi buruknya setiap hari karena sudah pegang kartunya. Hidupnya ga akan pernah tenang.


Pembalasan Gilang.

Untuk Gilang, aku harus hati-hati karena dia ketua ormas kepemudaan di bandung. Bukan hanya itu, bokapnya juga ketua ormas preman, yang punya jaringan luas dan cukup disegani karena massanya banyak. Bisa berabe kalau aku tidak hati-hati melakukan pembalasan. Apalagi ormas preman begini pasti punya back up aparat, kalau ngga mana berani brutal dijalanan.

Melawan Gilang head to head itu mustahil saat ini. Apalagi setelah aku tahu infonya dari Sherry siapa sebenarnya Gilang ini. Membuatku makin hati-hati.

"Jujur ya Bil, kalau cuman ama Ringgo itu gampang lah, tapi kalau udah ngelibatin si Gilang, lo kudu punya rencana yang bener2 mateng nih. Gengnya si Gilang itu nggak main2 lho, gw denger polisi aja segen ama mereka" Kata Sherry saat kami ketemu berduaan di dago atas.

Setelah menimbang berbagai macam ide pembalasan, akhirnya aku mau tak mau harus memanfaatkan Putri. Aku bilang memanfaatkan karena skenario ini tanpa sepengatahuan Putri. TERPAKSA. Karena aku kehabisan ide balas dendam.

Untuk memuluskan rencanaku, aku harus kerjasama dengan pacarku Marscha. Aku bilang ke Marscha kalau aku mau menjebak Gilang seolah mau memperkosa Putri. Marscha harus ajak Gilang ke suatu tempat, ceritanya Marshha mau ajak Gilang ML karena kangen sama anal sexnya, tapi sebelumnya Marscha dan Putri lesbian dulu. Marscha harus bisa menelanjangi Putri sebelum Gilang datang.

"Kalau nanti beneran Gilang ngentotin aku gimana, yank?" Tanya Marscha.

"Ya udahlah gpp. Kamu sudah pernah juga dikentot dia" Jawabku mencoba santai.

"Tapi kamu horny kan bayangin aku dikentot cowo lain?" Goda Marscha.

"Hmmmm......"

"Kamu ada bakat cuckload lagi. Dan aku juga."

"Hmmmm...."

"Tapi aku sudah janji akan nurut sama kamu. Jadi terserah kamu. Badan Marscha sepenuhnya budak kamu sayang. Kalau kamu ga suka, aku ga akan lakukan"

Dan begitulah akhirnya. Sesuai skenario, tempat pejebakan dilakukan di kostku dengan rekaman CCTVku untuk jaga-jaga.

Ceritanya Marscha ajak Putri main ke kostku dengan alasan aku yang ajak. Putri yang sudah seminggu tidak aku genjot menurut saja, karena dipikir kami akan Threesome, seperti yang kami pernah lakukan di karoke tempo hari.

Memang pernah aku bilang ke Putri sehabis kami ML kalau aku mau ajarin dia petualangan sex yang baru, salahsatunya Threesome dengan ajak cowo lain untuk pake dia. Tapi dia masih takut dan malu. Dia malah menawarkan threesome dengan Marscha saja, karena dia mau ulangi lagi.

Begilah akhirnya, sepulang dari kampus, Putri dan Marscha bareng ke kostku dengan mobil Putri. Pas dijalan, Marscha mulai wa Gilang dan menggodanya. Gilang yang saat itu lagi di basecampnya langsung meluncur menuju kostku, yang sudah dia tahu sebelumnya.

Dua mahasiswi cantik itu akhirnya sampai dikost, membuka pintu lalu tidur-tiduran dikamarku menunggu aku pulang. Marscha memutar TV lalu menonton acara gosip, sedangkan Putri mainin HP nya dan sesekali menerima telpon.

Marscha yang awalnya menggoda, dia dengan nekat membuka baju dan celana didalam kamarku dengan alasan gerah. Putri hanya geleng-geleng kepala saja, apalagi saat Marscha juga melepas CD dan BRA nya hingga bugil.

Dasar memang Putri polos, mau aja dibujuk-bujuk Marscha hingga akhirnya ikut telanjang bulat juga. Awalnya mereka berdua saling memuji tubuh satu sama lain, lambat laut saling meraba, dan kemudian ciuman. Mereka akhirnya lesbian disana sambil menungguku.

Aku yang kemudian melihat rekaman CCTV itu sangat horny sekali menyaksikan 2 orang mahasiswa cantik dan sexy yang jadi pujaan para pria dikampus lagi asik bermesraan saling memuaskan dengan gaya 69. Fantastic.

Tiba-tiba Gilang yang sudah dihubungi Marscha sebelumnya datang dan langsung masuk kamar, yang memang sudah tidak dikunci. Kedua gadis itu sangat kaget ada cowo tiba-tiba masuk kamar. Mereka berdua langsung menutupi tubuh telajang dengan selimut. Cukup bagus akting Marscha disitu. Putri yang ketakutan, sampai keringat dingin dan menutup wajahnya dengan bantal.

Ada drama disana, saat Masrcha ga mau diajak ML. Katanya dia hanya setia kepadaku. Jadilah Gilang makin gusar karena sudah bayangkan akan menggenjot pacarku. Bahkan jiwa arogan dalam diri Gilang yang tertarik dengan tubuh mulus Putri yang telanjang mau memperkosanya. Apalagi setelah tahu kalau Putri adalah pacar Ringgo, yang dalam pikiranya pasti sudah sering juga dipake Ringgo dan bisa dioper kedia.

"Kalau lu ga mau, gue pake nih teman lu. Jangan sampai sia-sia gue minum obat kuat tadi" Kata Gilang sambil menerkam Putri dan membuatnya tidak bisa berkutik diujung ranjang.

Putri ga terima mau diperkosa sama Gilang. Melakukan perlawanan, walau tenaganya kalah dari Gilang. Putri hanya bisa meronta-ronta saat kedua tangannya dipegang dengan 1 tangan gilang, sedangkan tangan gilang yang satunya meraba-raba toket kenyal Putri.

Putri berusaha menendang, tapi pahanya diduduki oleh gilang. posisinya sudah terkunci. Putri mulai menangis. Dia ketakutan sekali. Semoga habis ini dia tidak trauma.

Disaat itulah Marscha menyelinap keluar kamarku, lalu memanggil penjaga kost. Kang Jajang datang dan terjadilah perkelahian dikamarku sampai ribut dan kedengaran keluar. Bahkan dibantu 2 orang penghuni kost lainnya, Gilang dilumpuhkan. Wajahnya habis babak belur dihajar 3 orang.

Gilang marah-marah, dan mengancam akan membakar kost itu dan membuat perhitungan dengan penjaga kost dan 2 teman kostku. Putri mendengar sendiri ancaman itu.

Atas bujukan Marscha, Putri akhirnya melapor ke bokapnya kalau dia mau diperkosa Gilang. Marsha cerita kalau Gilang itu anaknya preman dan pasti akan menggangu Putri kedepan. Putri akhirnya setuju dan melapor saat itu juga ditemani oleg Marscha.

Bokap Putri Marah besar. Bapaknya Gilang ditelp orang suruhan bapaknya putri. Ga tahu gimana ceritanya, besoknya Gilang menghilang dari kampus, dan tidak berada di bandung lagi. satu minggu berlalu, Gilang juga tidak terlihat dimana-mana, termasuk di kantin belakang kampus tempat tongkrongannya dan juga di sekertariat.

Ada yang bilang dia dikirim bapaknya kuliah diluar negeri, ada yang bilang dia diproses hukum dengan ancaman pemerkosaan, tapi ada yang bilang Gilang diculik dan dibunuh orang yang tidak suka dengannya. Ntah yang mana yang benar, tapi Gilang sudah tidak jadi masalah lagi kedepan. Selesai sudah pembalasan dendam ke dia. Setimpal atau tidak, diserahkan ke masing-masing orang saja. Karena ini yang terbaik kalau pakai akal sehat.


Nasib Ringgo Sesudahnya

Setelah Gilang menghilang dari bandung, ormas pemuda yang mengalami kekosongan kepemimpinan, direbut lagi sama saingannya mereka. Dan terjadi pengejaran ke anggota-anggota ormas, termasuk Ringgo. Dia yang selama ini songong petantang petenteng, jadi korban pertama. Ringgo sampai dihajar segerombolan orang dan masuk rumah sakit. Bahkan Ringgo sempat ga berani menunjukan wajah dikampus untuk sementara, masih trauma karena pernah diintai.

Putri justru ga mau bantu saat ringgo minta tolong perlindungan ke bokap putri. Dia juga kesal karena tahu dari Marsha kalau Ringgo ini sobat Gilang. Dan Marscha cukup sukses mengomporin Putri katanya bisa jadi Ringgo yang suruh Gilang mau memperkosanya.

Nasib sial Ringgo makin bertambah saat Putri yang tahu ringgo diopname datang berkunjung. Putri bukannya kasihan melihat luka disekujur tubuh Ringgo, dia malah ML dengan dokter Rumah sakit didepan Ringgo. Putri puas sekali bisa mengerjain ringggo begitu. Walau katanya dia deg-degan banget awalnya saat menggoda dokter itu. Tapi siapa lelaki yang bisa menolak gadis secantik Putri?

Nekad juga nih Putri. Gila. Berani sampai ML di rumah sakit.

Akhirnya ada batang kedua yang masuk ke vagina Putri. Perlahan dia ini mulai berubah. Dia jadi senang melihat ringgo tersiksa melihatnya dikentot cowo lain. Perubahan Putri sedikit banyak karena pengaruhku juga.

Berhubung waktuku juga sibuk membagi jadwal ngentot antara Marsha dan Sherry, Putri terkadang harus menunggu giliran. Padahal dia senang sekali menyiksa Ringgo.

Makanya pas kejadian ringgo di rumah sakit, selama 10 hari ringgo dirawat, hampir tiap hari aku kentot Putri didepan ringgo. Cerdiknya Putri, dia memindahkan Ringgo ke kamar VVIP rumah sakit, sehingga aksi perlendiran berlangsung dengan bebas. Putri bisa sampai orgasme berkepanjangan saat ML dilihat orang lain. Kondisi mental ringgo drop sejadi-jadinya. Pacarnya aku explotasi di setiap ruangan VVIP rumah sakit itu. Dia strees berat. Sudah beruntung Ringgo kalau tidak masuk rumah sakit jiwa.


Rendy Kena Skors

Bagaimana dengan Rendy? Cowo yang lumayan pintar tapi memanfaatkan kepintarannya untuk mengambil keuntungan dari mahasiswi-mahasiwi yang malas kerjakan tugas. Aku kesal banget saat tahu dia minta konpensasi oral sex dari Marscha ketika dibantuin tugas. Padahal aku sebagai asdos sering sekali membantu tugas-tugas para junior yang membutuhkan.

Hukuman buat Rendy ga berat. Dia hanya di skor 1 semester karena ketahuan plagiat tugas. Itupun setelah disetting sama Marscha yang ngaku, dan dibantu Pak Zakar pembantu dosen itu. Dia masih beruntung tidak di DO. Walau 1 semester di skors, tapi beasiswanya dicabut. Dia kesulitan sejak saat itu, karena memang dia menggantungkan beasiswa untuk bisa kuliah di bandung.


Rama and the ganks

Masih ingat Rama, Denny, ama Martin yang pernah menjebak Marscha dan Sherry main game UNO? Mereka ini juga harus dikasih pelajaran. Karena akan bahaya kedepannya. Orang-orang ini pasti mengganggap Marscha cewe gampangan dan bisa dieksploitasi. Apalagi mereka pasti masih ingin sekali menelanjangi pacarku lagi. Tapi belum juga aku mau membalaskan, sudah dapat laporan dari Sherry kalau dia yang akan balas.

Jadi Sherry kesal sama Rama dkk yang mulai maksa-maksa Sherry untuk ML lagi. Sherry yang walaupun doyan sex, tetap aja ga suka dipaksa. Apalagi doi juga kecewa sama kemampauan ngesex Rama dkk. Jadilah Sherry share foto mereka bertiga yang lagi bugil saat adegan UNO itu ke ketua jurusan mereka (foto yang ada Marscha dan Sherry tentu tidak dikasih). Ketua jurusan yang ga mau aib ini sampai kesebar (menjaga nama baik kampus) akhirnya memanggil ketiga orang itu, tapi sayangnya mereka hanya diskors 1 semester saja.

Masa hukumannya seenak itu? Aku kesal juga pas dengar cerita Sherry. Maka sesuai saranku, aku bilang Sherry menemui Pak Zakar, wakil dekat yang derajatnya diatas ketua jurusan. Jual aja namaku aku bilang. Sherry menurut, setelah aku yakinkan, kalau Pak Zakar pasti bantu.

Jadilah Sherry menghadap Pak Zakar, menunjukkan video yang pernah dia kirim ke aku itu (video adegan2 sexy mereka saat main UNO). Sherry ancam video itu akan disebar dan akan merusak citra kampus.

Tak berapa lama aku dengar Pak Zakar lalu memanggil ketiga orang itu, dan dipaksa mengundurkan diri dari kampus.

Mendengar mereka di DO, aku telp Sherry. "Apa kata gw, benar kan Pak Zakar bisa bantu kalau lu jual nama gw ke dia" Aku tertawa bahagia, karena Pak Zakar bisa juga dimanfaatkan.

"Apaan? Gw harus rela dikentot sama dia diruangannya"

"Lha kok bisa"

"Iya dia horny pas lihat video yang aku tunjukkan. Dia mau nekan ketua jurusan untuk DO mereka, asal gw mau dikentot dia. Ya udahlah, aku pasrah aja"

"Waduh, keenakan dong dia"

"Iya. Gw juga keenakan sih. hehe."

"Dasar pecun lu"

"Biarin wek. Btw, kenapa tadi dia bilang gw ga bisa cerita ke lu kalau gw habis dia pakai ya? Kok kayaknya dia takut sama lu?"

"Sini ke kost an biar gw ceritain. Sambil bawa baby lotion yang banyak"


Hukuman Setimpal Untuk Fotografer Mesum

Untuk urusan Fotografer, Marscha memutuskan membereskannya sendiri tanpa bantuanku. Dia bilang dia yang bertanggung jawab karena dulu mau dimodusin sama fotografer itu, bahkan sampai foto-fotonya beredar di forum IGO. Karena ini sudah menyangkut aib yang dishare di dunia maya, Pacarku berpikir memakai UU ITE untuk menghukum Fotografer itu. Tapi Marscha minta dibantu oleh Putri, karena bokap putri pensiunan tentara dengan pangkat lumayan tinggi, masih banyak koneksi.

Siang itu Marscha pamit ke aku. Dia ditemanin Putri menghadap dikantor bokapnya pada jam makan siang. Kata Marscha, Putri yang sudah dikenal disana, dengan hormat para bawahan mengantarnya langsung keruangan bokapnya. Akhirnya Marscha ketemu bokapnya Putri dan menceritakan semuanya. Bokapnya Putri siap bantu. Dia kasihan juga masih muda begini berurusan dengan kejahatan IT.

“Baiklah. Saya suruh nanti anggota saya untuk kawal biar cepat selesai”

“Makasih om”

“Makasih papa”

“Kamu ga ada kasus begini kan, put?” Kata bokapnya dengan mata tajam kearah Putri.

Putri awalnya grogi, sebelum akhirnya dijawab Marscha: “Putri anak baik kok om. Ga aneh-enah. Masih perawan”

“Baguslah. Jangan aneh-aneh”

“SIAP PAPA” Jawab Putri sambil terseyum penuh arti ke Marscha.

Aku ketawa terbahak-bahak saat Marscha menceritakan dialog diatas. Masa iya Putri perawan. “Hellooo...pak, anak bapak sudah sering dikontolin”.

Selang 3 hari kemudian. Marcha dapat telpon dari ajudan bokapnya Putri. Katanya lokasi tempat tinggal fotografer itu sudah diketahui dan sudah diintai selama 2 hari ini. Marscha disuruh datang ke sebuah alamat. Agar sama-sama mengrebek dan jadi saksi atas semua barang bukti.

“Biar aku sendiri saja sayang. Kamu ga usah ikut” Kata pacarku.

Aku biarkan saja pacarku itu pergi. Daripada aku ikut dan nanti ribut disana. Toh pacarku akan aman juga ada aparat yang jaga. Amanlah. Tapi aku minta pacarku nanti datang kekost menjumpaiku untuk menceritakan detail penggerebekan.

Aku menunggu dengan deg-degan di kost. 1 jam berlalu dengan cepat, tapi pacarku belum ada kabar. 2 jam sampai 3 jam pacarku belum kasih kabar juga, bahkan telponnya mati. Aku makin penasaran. Jangan sampai ajudan bokapnya Putri itu menembak mati fotografer. Kasihan juga. Kalau dihajar sampai babak belur sih gpplah.

“Sayang sudah beres ini. Aku jalan ke kost kamu ya” Wa pacarku. Akhirnya yang ditunggu muncul juga.

Sejam kemudian aku dengar suara mobil di halaman kostku. Aku mengintip dari jendela. Tapi pengendara maupun penumpang tidak langsung turun. Mobil itu sepertinya mobil dinas berplat khusus.

5 menit kemudian pacarku baru turun dari mobil itu. Seorang aparat dengan badan besar tegap dan sepertinya dari daerah timur tampak turun juga dan mengbrol sebentar. Kudengar mereka berdua tertawa, sambil pacarku mencubit pinggang tentara itu.

“Sayang, semua sudah beres”. Katanya sambil memelukku, saat dia tiba dikamar kostku.

“Oh yaa? bagaimana ceritanya?”

“Aku mandi dulu ya. Gerah. Nanti aku ceritakan” Aku sedikit curiga sama pacarku yang buru-buru kekamar mandi. Sebelumnya aku lihat bajunya rada kusut. Dan rambutnya rada acak-acakan. Sepertinya ada seustu disudut bibirnya yang belum terhapus, cairan putih kental seperti susu. Hmmmm.....

15 menit kemudian pacarku selesai mandi. Dia hanya mengenakan handuk, dan duduk diatas kasurku sambil mengeringkan rambutnya. Sexy sekali pacarku ini, dengan tubuh yang sedikit basah.

“Jadi tadi kita ke kostnya fotografer itu. Sergio langsung gerebek kamar Delvin. Delvin yang lagi didepan komputer langsung diringkus dan diikat diatas kursinya. Sergio sudah bawa tali ternyata. Delvin berontak diatas kursi, tapi mulutnya dilakban”

“Wah seru amat...” Kataku. Sambil mengingat nama aparat itu: Sergio.

“Iya yang. Delvin ga bisa bergerak karena diikat dikursi. Kemudian diintegroasi sambil ditampar begitu. Bahkan kepalanya sampai ditutup kain basah biar sampai ngaku. Aku rada seram sih. Tapi efektif juga karena delvin akhirnya ngaku”.

“Terus...?”

“Delvin ga bisa mengelak karena setelah dilihat laptopnya masih log in ke forum itu. Dan di laptopnya banyak foto-foto. Tapi foto-foto aku ga ada di folder laptopnya yank. Terus sergio nampar lagi sambil tanya dimana foto-foto aku. Akhirnya Delvin nunjukkan Hardsiknya didalam lemari”.

“Ada foto kamu?”

“Ada yank. Sergio buka isi harddisk itu dilaptop. Benar saja, sesi foto-foto sebelumnya itu terlihat didalam 2 folder”.

“Syukurlah..” Jawabku lega.

“Sergio buka folder hardisk itu dikomputer. Sebenarnya aku rada malu sih. Karena Sergio bisa lihat foto telanjangku. Tapi ya udahlah bodo amat. Namanya juga investigasi”.

“Lalu?” sambarku cepat dengan suara aku buat sesantai mungkin, padahal pikiranku ntah kemana membayangkan cowo lain melotot menatap foto tubuh telanjang pacarku.

“Iya, Bang Sergio sita hardisk itu. Dia tanya dengan keras ke Delvin apa ada foto2 lain. Delvin jawab ga ada. Terus dia diancam kalau berani macam-macam sama aku, dia akan hajar. Delvin kelihatan takut sekali, sambil badannya gemetar”

“Terus?”

“Ya sudah begitu saja yank. Habis itu akun Delvin di forum itu didelete sama bang sergio. Aku lega”

“Syukurlah. Begitu saja ceritanya?”

“Ya, aku senang banget. Jadi ga akan dikerjain fotografer itu lagi kedepan. Ada Sergio yang akan hajar dia. Dan aku kasih hadiah buat Sergio”

“Hadiah apa?”

“Hmmmmm....aduh cerita ga ya?”

“Ya ceritalah...Jujur saja. Aku ga akan marah” Jawabku mencoba biasa. Walau kepaa sudah mulai nyut-nyutan mendengar kata "hadiah"

“Benar ya. Aku harap kamu ga marah dan nyesal karena aku jujur, karena aku melakukan ini semata-mata agar aku aman, dan hitung-hitung balas budi”

“Ayo cerita” Katanya. Mulai mencurigai ada insiden apa.

“OK fine. Jadi pas lagi lihat foto-foto telanjang aku itu kan cukup lama, semua foto dilihat, mulai dari awal aku pakai lingerie, sampai yang bugil kelihatan toket. Sesekali Sergia memperhatikan aku, aku hanya balas senyum, walau malu banget. Tapi aku perhatiakan celananya dan ternyata batangnya Sergio sudah tegang. Aku kaget juga. Ini orang horny lihat foto-fotoku. Wajar kali ya. Namanya cowo Normal. Tapi dia gentle. Dia ijin kekamar mandi, ga berani nakalin aku”

“And then?”

“Terus dia kekamar mandi untuk coli. Kan lama amat ya. Aku sudah ga tahan lama-lama didepan delvin yang menatapku tajam. Apalagi aku takut ikatannya lepas, dan fotografer itu bisa jahatin aku. Ya sudah aku menyusul kekamar mandi yang pintunya ga ditutup. Aku kaget saat lihat dia sudah buka celana dan lagi kocok batangnya. Batangnya gede yank. Hitam berurat begitu. Dia bukannya nutupin batangnya, malah minta aku bantuin kocokin...”

“Kamu mau?”

“Awalnya aku ragu yank. Tapi kan aku merasa berhutang budi kedia. Ya sudah aku akhirnya mau. Toh cuman pakai tangan, pikirku. Lagian biar cepat balik.”.

“Aku lalu kocok pelan batangnya yang hitam itu. Dia keenakan. Lucu ngelihat orang segede Sergio bisa mendesah-desah. Hihihi...”

“Cukup lama juga aku kocokin tapi dia ga keluar. Lama banget. tanganku capek”

“Karena ga keluar juga, jadi aku inisitif buka baju. Maksudku mau bantu dia makin terangsang yang lihat tubuh telanjangku. Ya udah aku buka kancing-kancing kemejaku, lalu aku turunkan BRA ku kebawah, agar dia bisa puas melihat toketku"

“Habis itu, aku lanjutin kocokin batangnya. Tapi dia ga tinggal diam”

“Dia remas-remas dadaku. Putingku dimainkan olehnya. Kamu kan tahu itu titik sensitifku".

“Ntah bagai mana ceritanya batangnya sudah ada tepat didepan wajahku. Dia tarik rambutku, lalu dimasukkan batanganya ke mulutku. Mau ga mau aku oral dia. Mulutku penuh sama batangnya. Aku coba paksakan hisap biar dia cepat keluar”

“Mulutku sampai pegal. Lama amat keluarnya”

Aku mendengarkan cerita pacarku dengan jantung yang mulai berdegub kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak ada sebersitpun gelora amarah, entah mengapa.

"Dia akhirya Minta digesek-gesek batangnya di memekku biar cepat keluar. Ya sudah, biar ini cepat selesai aku lalu turunkan celana dan CDku, lalu nungging pegangan di bak mandi. Aku bilang hanya boleh gesekin, jangan dimasukin. Dia setuju".

"Dia lalu mengarahkan batangnya gesek-gesekin memekku yank. Geli banget. Aku bolak-balik ingatkan dia hanya boleh gesekin, soalnya palkonnya sesekali nyepip masuk. Dasar emang orangnya sopan, dia nurut aja. Jadilah dia gesek-gesek terus, sampai aku basah. Banjir juga karena aku horny".

"Kamu horny ya? Tanya Sergio ke telingaku. Aku diam aja karena malu. Dia jilat telingaku, lalu turun ke leher. Bahkan dia mulai mainkan lagi tangan kanannya di dada kananku. Disitu aku ga bisa bohong lagi yank, aku menyerah sama nafsuku. Maafkan aku" Ucap Marscha

"Karena aku sudah keenakan, tanpa sadar aku sendiri yang dorong pantatku kebelakang. Masuk sebagian batangnya. Maaf ya sayang".

Jantungku berhenti berdetak. "Ja...di.....kamu yang masukin duluan?" Tanyaku

"Iya sayank, maaf ya. Habis sudah ga tahan. Dan aku ingin cepat-cepat selesai biar bisa pulang"

"OK. Lanjut ceritanya" Kataku mencoba santai.

"Batangnya yang sudah bersarang di memekku, tanpa komando mulai keluar masuk. Aku lalu digenjot dikamar mandi dengan posisi aku membelakanginya. Awalnya lembut, sekitar 10 kali sodokan, tapi habis itu kencang. Dia kasar juga genjot memekku, jadi rada sakit. Apalagi kontolnya besar, belum terbiasa di memekku. Bahkan dia remas-remas dadaku yang terayun-ayun. Kebetulan ada kaca kamar mandi, dia bisa lihat toketku yang terayun indah".

Anjis pikirku. Sekarang ada kontol yang lebih besar yang sudah masuki memek pacarku yang sempit. Apakah setelah ini vaginanya jadi longgar?

"Cukup lama dia genjot aku posisi itu yank. Aku sudah keluar sekali, tapi dia masih ON. Karena dia belum keluar jadi aku inisiatif ambil kendali. Aku bilang mau woman on top saja."

"Maksudku WOT dilantai kamar mandi, eh dia malah angkat tubuh telanjangku kekamar yank. Diletakkan aku di ranjang. Malu banget ada Delvin disana. Dia melotot tajam melihatku telentang telanjang. Tapi lama-lama aku bodo amat. Mampus lu pikirku. Delvin hanya bisa melihat, tapi ga bisa menyentuhku."

"Sergio menggenjotku lagi dengan posisi missionari, dimana aku yang dibawah dan dia yang diatas. Aku sudah ga perlu lagi malu-malu mendesah. Bahkan adanya Delvin disana membuatku makin horny. Maaf ya sayang. Aku mendesah-desah dengan kencang, sambil sesekali aku lirik Delvin yang melotot tajam. Pasti kontolnya sudah ngaceng dan tersesak di dalam celananya. Mana posisi dia terikat lagi"

"Eh kamu horny yang. Itu kontolnya kok naik?" Kata Marscha menatap btaangku yang sudah tegang karena mendengar ceritanya.

"Iya nih. Lanjut aja ceritanya" Kataku sambil melepas celanaku, sehingga kontolku tersembul keluar.

Marscha yang pengertian, kemudian merengkuh kontolku, lalu mengocoknya sambil melanjutkan cerita. Sangat seru sekali mendengarkan ceritanya yang detail, sambil batangku dikocok-kocoknya. Aku horny.

"Tahu ga yank, kontolnya Sergio dalam banget masuk ke memekku. Aku sampai harus menahan nafas tiap kali kontolnya masuk. Dia ga mau dengar aku bilang lembut nyodoknya, malah makin cepat, kayak orang bar-bar. Aku sampai orgasme dengan posisi itu"

Aku mendengarnya makin gila saja perasaanku. Segera aku tarik handuk Marscha, sehingga dia sekarang sudah telanjang. Aku langsung remas dada indahnya itu, aku mainkan putingnya. Membayangkan baru saja puting ini disedot-sedot cowo lain. Aku raba vaginanya, yang ternyata sudah basah juga. Jariku dengan gampang masuk kedalam liang vaginanya, dengan perlahan aku keluar masukkan.

"Ouhhhh...sayang nakal..." Katanya manja.

"Lanjut jadi ceritanya yank. Aku makin horny"

"Iya habis itu, aku disuruh naikin kontolnya yang. Posisi WOT. Aku diatas. Katanya dia mau lihat toket aku bergoyang-goyang pas naik turunkan badanku diatasnya. Ya udah aku naikin lagi kontolnya. Walau aku lemas, aku paksakan aja goyangin badanku. Biar dia cepat keluar dan aku bisa cepat-cepat balik ketemu kamu"

Marscha menatapku. Aku ga tahu harus percaya atau tidak dengan perkataannya yang terakhir. Kemudian wajah kami berdua mendekat dan kami berciuman. Sambil berciuman aku raba vaginanya dan dia balas raba batangku. Kemudian aku merebahkan diri.

"Lanjut ceritanya yank. Tapi sambil masukan memek kamu kesini" Aku tunjuk kontolku yang sudah tengang maksimal karena ceritanya. Marscha menurut. Lalu mengarahkan liangnya menelan kontolku.....BLESSS.... masuk seluruhnya batangku ditelan vaginanya. Nikmat sekali. Sambil bergoyang, aku mecoba menghayati kenikmatan apa yang telah diberikan pacarku ini. Marscha menaik turunkan tubuhnya, sesekali berhenti saat ceritanya panjang.

"Aku lalu ganti gaya, masih posisi WOT tapi aku membelakanginya. Biar aku bisa lihat delvin. Jadi posisi delvin dekarang pas didepanku. Aku puas melihat mukanya yang lagi menahan horny, sambil aku naik turunkan memekku diatas kontol sergio"

"Aku bilang ke delvin: lu sudah gw kasih enak, malah sembarangan sebar foto gw di internet....*** tahu terimakasih lu......rasakan"

"Ntah kenapa, mungkin karena dendam ke fotografer sialan itu, aku jadinya mau hukum dia. Maaf ya sayang. Hukumannya adalah aku buat dia tersisksa birahi. Maka sambil digenjot Sergio dari bawah, aku buka resletingnya di delvin. Kontolnya yang sudah tegang maksimal segera terpampang. Aku raba-raba saja. Bahkan sambil aku kocok-kocok. Dia meringis keenakan. Tapi aku sengaja ga aku kasih keluar spermanya. Biar mampus aja dia". Pacarku sebenarnya menceritakan ini dengan terbata-bata karena memeknya aku genjot.

Bahkan aku suruh juga Marcha posisi WOT membelakangiku untuk mempraktekkan yang dia lakukan tadi. Nikmat sekali merasakan sensasi ini, membayangkan kalau sudah ada batang lain memasuki vagina pacarku. Ada perasaan cemburu, tapi juga horny yang tak tertahan. Jujur aku sangat menikmatinya. Ini sudah diluar dugaan.

"Yank, ganti gaya yuk. Aku mau disodok sambil nungging" Kata Masrcha. Dia lalu memposisikan dirinya nungging dengan indah diatas kasurku. Kemudian aku mendekat, dengan sekali sentakan masuk seluruh batangku di memeknya.

"Jadi sergio belum juga keluar. Aku sudah kewalahan. Malah dia minta aku nungguing kayak gini yank. Katanya dia mau remas-remas pantatku. Kemudian aku di doggy sama dia. Kami kayak anjing kawin. Tangannya bukannya meremas, malah nampar-nampar pantatku".

Aku tak ingin kalah dengan cerita pacarku, maka aku genjot dia dengan buas dengan posisi doggy style juga. Kontolku terasa mentok sampai dinding vaginanya, aku remas-remas pantatnya yang sexy itu, sesekali aku tampar. Ada bercak merah di kulit mulus pantatnya.

"Posisiku sekarang berhadapan dengan Delvin. Aku bahkan pegang pahanya. Kami sangat dekat sekali. Aku rasakan hembusan nafasnya diwajahku. Aku lalu cium aja dia. Maaf ya sayang. Ntah kenapa aku horny banget digenjot sergio sambil dilihatin Delvin yang hanya berjarak hanya beberapa centimeter. Ya udah aku kasih bonus dikit aja ke fotografer itu dengan memberikan bibirku. Bahkan aku pegang kontolnya dan aku kocok-kocok, sambil berciuman. Lucu sekali melihat delvin yang horny banget tapi masih terikat di bangku. Aku sampai orgasme panjang sekali posisi itu. Memekku banjir yank"

Mendengarnya makin aku hantam dengan kesar memek pacarku, bahkan sampai suara paha kami beradu dengan keras. Marscha ternyata senang dikasari begitu, Vaginanya makin banjir parahm, menets diatas kasur.

"Kemudian Sergio suruh aku emut kontolnya Delvin, sambil dia masih tetap menggenjotku tanpa memberi waktu istirahat. Aku yang sudah lemas dan ga bisa mikir apa-apa lagi, tanpa sadar sudah menurut. Ntah kapan kontolnya Delvin sudah ada dimulutku. Aku sedot aja dengan kuat. Keenakan dia. BIar ajalah aku kasih bonus dikit. Sergio sudah ada tanda-tanda mau keluar, dia makin kasar menggejot sampai kontol Delvin sesekali keluar dari mulutku. Tak berapa lama kurasakan kontolnya fotografer itu berdenyut-denyut dimulutku, tapi pas sudah mau keluar aku lepas, biar aja dia tanggung."

"Kamu jahat banget sih yank, buat orang kentang" Ujarku, sambil terus menggenjot sambil meremas-remas toketnya yang terayun-ayun" Kurasakan sebentar lagi akan segera keluar. Cerita pacarku ini membuat darah dari otak mengalir cepat ke batangku. Pacarku juga hampir orgasme.

"Habis dia juga jahat samaku...auhhhhhh.....ahhhhhhhhh,,,,,,,ahhhhhhh........." Desah Marsha, dia meremas sprei kasur dengan kencang, kurasakan kontolnya seolah diremas seperti vakum cleaner. Dia orgasme. Aku juga sudah ga sanggup menahan gejolak birahi ini. Biasanya aku bisa bertahan lebih lama, tapi dengan cerita Marscha begini aku makin horny saja, dampaknya kontolnya makin cepat dialiri darah, sehingga mau keluar.

Ya udah aku keluarkan saja, ga usah ditahan, nanti lanjut ronde 2. Memek ini akan selalu ready.

"Aku keluarin didalam ya sayang?"

"Terserah kamu sayang"

Crottt...crottt...crottt..spermaku masuk kedalam vaginanya, banyak sekali sampai meluber diselah-selah bibir memeknya. Nikmat sekali bisa ngecrot didalam seperti ini.

"Eh Sergio tadi keluar didalam ga?" selidikku.

"Ga kok sayang"

"Benar?" Tanyaku lagi.

"Iya. Pas sergio mau keluar, aku bilang jangan didalam, untung dia nurut. Aku lalu berlutut didepan kontolnya, aku hisap sampai semua spermanya habis"

"Tahu ga habis itu apa? Aku cium Delvin, sperma sergio yang dimulutku aku masukkan ke mulutnya. Haha"

"Jahat kamu" aku terseyum melihat kebinalannya.

"Iya, dia sampai muntah-muntah."

Kuihat pacarku tertawa penuh kemenangan. 5 menit kami terdiam sambil mengumpulkan nafas. Nikmat sekali bercinta sambil bercerita begini.

"Kamu suka ya kalau aku dikentot cowo lain? Buas amat tadi mainnya"Tanya Marscha kemudian.

"Iya" Jawabku singkat.

Kemudian cerita Marscha berakhir dan kami tertidur kecapean sekitar satu jam. Kami kemudian bercinta sepanjang sore dan malam itu. Bahkan sampai aku minta pacarku berbohong ke ortunya ga bisa pulang karena lembur ngerjain tugas, agar Masrcha menginap malam ini dikamarku.

Malam itu kami bercinta dengan hebat. Semua tempat dikamarku jadi saksi pertempuran kami. Semua lobang yang ada dipacarku aku masukin. Kami hanya beristirahat sebentar, lalu lanjut lagi. Aku dan Marscha memiliki nafsu yang menggebu-gebu. Itu semua berkat kebinalannya.

"Yank, kamu ada no Sergio?" Tanyaku.

"Iya ada, kenapa?"

"Suruh dia kesini besok ya"

"Hah? Mau ngapain?"

"Aku mau lihat dia kentot kamu depan aku"

"Hah, serius?"

"Iya....habis itu kita nanti theresome"

"Asikkk...." Katanya lalu mengambil HP nya. "Tapi malam ini biar Marscha persembahkan tubuh Marscha buat Billy seorang. Billy bebas mau ngapain saja. Aku budak mu"

"Ok Fine. Sekarang kamu beli makan di warung depan. Tapi ga usah pakai CD dan BRA. Pakai kaos saja. Dan ga boleh bawa uang. Ntah gimana ceritanya, pokoknya harus ada makanan sama minuman nanti"

"Ok sayang. " Katanya menurut.


THE END
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd