Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT PERJUMPAAN (racebannon)

PERJUMPAAN – 2

--------------------
--------------------

wpp-of10.jpg

“Ide lu aneh banget” ucapnya dengan kesal.
“Kalo ide gue gak aneh, gue ga mungkin bisa diterima di kantor ini dong” balasku.

Aku tersenyum. Dia tersenyum.

“Bu Riana kalo denger pasti tepok jidat” kesal perempuan berambut pendek seleher itu.
“Tapi ini udah sesuai dan udah di approve sama klien. Lu tau lah, namanya rokok, mereka kalo bikin iklan suka out of the box” jawabku lagi.

“Lu sadar kan kalo kita baru beres pandemi?”
“Lu sadar kan kalo agency sebelah bisa bikin iklan heboh dalam kondisi pandemi?” aku mengulang pola bicara Stephanie dengan nada yang sama.

“Sialan, kalo ga diapprove Bu Riana, lu gue cekek ya”
“Buset deh, sekalinya ketemu, ngomongnya gitu banget” aku melempar senyum ke Anthony dan Dea, juniorku. Selain kami dan mereka berdua, di dalam ruangan ini ada tiga orang lainnya, yakni juniornya Stephanie.

Anthony, pria tionghoa yang berpotongan rapih dan berkaca mata itu hanya nyengir belakan. Sedangkan Dea, perempuan muda berdarah padang yang berjilbab itu hanya bisa memainkan bola matanya.

Lagu klasik soalnya, setiap tim kreatif punya konsep, pasti akan ditentang dulu oleh tim produksi. Karena biasanya ide-ide aneh akan makan biaya yang besar dan resource yang tinggi. Kalau sudah ketahuan biayanya, biasanya klien akan mundur, atau malah mengurangi tingkat keanehan dari materi promosi.

Dan keputusan itu, kalau tidak terletak di tangan Bu Riana, VP Production, ya terletak di Producer yang lagi duduk di depanku ini, Stephanie. Dan dia baru pertama kali bertemu muka denganku hari ini, karena dia masuk setahun yang lalu, ketika pandemi.

“Gue butuh waktu untuk bisa adjust sama ide-ide gila kalian” Stephanie menghela nafas. Dia menatap ke anggota timnya yang sedang cengar cengir di hadapan kami semua.

“Ayo dong, langsung lari, lo kan udah setaun di mari” tegurku, bercanda.

“Setaun kerja dari rumah kan gue, baru sekarang malah ketemu muka ama kalian” balasnya. “Gini lho Bas, iklan rokok itu gak selalu harus heboh, banyak iklan-iklan yang sederhana, tapi catchy, dan sesuai sama brand imagenya si rokok yang mau lagi dikerjain ini…… Bu Riana bisa teriak-teriak sama gue, kalo gue ngelolosin ide model ginian” dia menunjuk ke arah TV layar datar di ruangan meeting ini dengan dagunya yang tajam itu.

“Makanya gue ajakin ngobrol dulu kan?” lanjutku. “Jadi gimana? Oke kan? Gue kasih waktu dalam minggu ini kalian putusin bakal nerima apa enggak, dan budgetingnya udah kelar” aku membalas dengan tidak kalah ngototnya.

“Keputusan minggu ini bisa, budgeting minggu depan” jawab Stephanie.
“Dua-duanya minggu ini”
“Lo nyuruh anak-anak gue kerja rodi?”
“Ambil overtime aja, kan ada kompensasinya” jawabku.

“Lo gila ya, work and life balance harus bener kali”
“Kalo gitu ambil WFH aja kerjain di rumah, kan boleh sekarang kerja hybrid di kantor kita?” ya, aku memang tidak mau kalah dan kompetitif.

Lagipula, setelah WFH terbukti tidak mengurangi produktivitas, WnG memperbolehkan karyawannya bekerja secara hybrid, alias boleh di kantor atau di rumah.

“Budgeting minggu depan, titik”
“Abis titik ada kalimat lagi, tapi… Bisa juga kok dikerjain dan kelar minggu ini” aku tersenyum simpul, sambil menatap wajah gelisah dan gemas Stephanie.

“Kapan lo present lagi sama klien?” tanya Stephanie, tegas.
“Kira-kira……”

“Hey guys” suara sapaan terdengar di pintu ruang meeting yang mendadak terbuka itu. kebanyakan ruang meeting di kantor ini memang transparan alias berdinding dan berpintu kaca, supaya kegiatan kami semua bisa terlihat dinamis dan berwarna-warni di kantor ini. Dan yang membuka pintu adalah CEO William and Green Indonesia.

Martin Karabatsos. Pria Australia dengan kepala botak plontos, berusia 40 hampir ke 50, dengan dandanan yang begitu stylish, mirip dengan aktor Holywood, Stanley Tucci. Tampangnya begitu ramah, tapi aura tegas keluar dari dalam dirinya.

“Hi Martin” sapaku dengan senyum.
“Long time no see, Baskara… And you… Must be Stephanie” tunjuknya ke lawan bicaraku.
“Hi.. Nice to meet you”
“Yeah, we only met online, rite?”

“Yep, so finally we meet in person” balas Stephanie, sambil memutar pulpen di tangannya.
“Riana said a lot of good things about you” senyum Martin. “See you later guys, happy meeting… It’s nice to finally back to the office”

“See you” aku melambaikan tangan kepada Martin. Dan kembali fokus ke meeting. “Gue present minggu depan, selasa”

“Kalo gitu pas, budget senen” balas Stephanie.
“Gila apa gue dikasih sehari untuk pelajarin budgeting lo….”
“Ambil overtime aja, kan dikompensasiin sama kantor” ledek Stephanie.

“Sial”
“Gue juga sial”

“Jadi gimana Kak?” Anthony bertanya pelan ke arahku. Aku tersenyum kecil sambil menatap ke arah layar TV.

“Yah… Kayaknya anak creative ama production bakal sama-sama sial minggu ini” tawaku.
“Gue ga mau cuman anak-anak gue aja yang mati” terlihat senyum kemenangan di wajah Stephanie.

“Haha” aku tertawa kecil sambil melipat kakiku dan meregangkan tanganku. “Kalo gitu kelar ya, meetingnya…. Kita mesti makan siang terus abis itu townhall”

“Hahh… Akhirnya” Stephanie langsung berdiri. “Jangan kaget kalo liat budgetingnya ntar”
“Janji, ga bakal kaget”
“Udah biasa sama budget bengkak ya?”
“Engga, gue percaya anak production pinter-pinter cari cara buat bikin budgetnya masuk akal kok”

“Yaudah, liat aja entar” Stephanie menggelengkan kepalanya dengan nada kesal.
“Okay, See you at the townhall” tawaku, mengakhiri sesi meeting siang itu.

--------------------

a10.jpg

“Aku bosen, kerjaan numpuk gini”
“Aku bosen, dengerin bule ngomong” balasku ke istriku lewat pesan singkat, sambil mengambil foto Martin yang sedang bicara di depan semua karyawan yang ada disini.

Kami sedang berada di work lounge yang terletak di lantai 15. Dia berdiri di depan sebuah LED wall besar yang menampilkan image-image yang sesuai dengan tema yang ia bicarakan.

Townhall Meeting. Meeting yang melibatkan semua karyawan aktif WnG Indonesia. Tak cuma yang sedang ada di kantor, tapi juga semua yang WFH juga hadir, secara virtual. Beberapa Webcam dengan resolusi tinggi menyorot ke arah Martin yang sedang berkicau tentang pandemi yang sudah berakhir, dan transformasi dunia kerja di era baru yang sangat mempengaruhi advertising.

Di pinggir depan, para bos-bos berdiri disana. Dan hampir semuanya orang asing, termasuk bosku, VP Creative and Transformative Idea, Jason Goh. Orang Singapura. Cuma logatnya gak terlalu singlish, karena dia lama kuliah di Australia.

Satu-satunya orang Indonesia yang jadi bos-bosan Cuma Bu Riana, bosnya Stephanie. Sementara sisanya, kalo gak orang Singapura, India, ya Bule. Pemandangan yang biasa di perusahaan multinasional kayak gini, apalagi agency besar kayak William and Green.

Martin Karabatsos sedang berkicau gegap gempita dengan penuh semangat. Khas CEO masa kini. Khas orang-orang keren yang biasa kita lihat di video-video TED di youtube.

Tapi, aku sudah bosan dengan omongan seperti ini. Kerjaan tetap saja banyak. Sibuk tetap saja sibuk. Lembur dari dulu ya gitu-gitu aja. Oke memang posisiku naik dan gajiku lumayan, tapi apa yang dibicarakan oleh Martin dan bos-bos yang hebat di depan sana tak lebih seperti jualan ludah, ala motivator-motivator yang tentu saja tidak bisa langsung diterapkan ke pekerjaan sehari-hari.

Ya, memang ada Chief Transformation Officer. Si orang India itu. Dia yang tugasnya melakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam dunia kerja, terlebih di masalah birokrasi dan lainnya. Tapi gimana ya, kita masih berurusan kantor-kantor lain yang konvensional dan belibet. Jadi mau gimanapun kita berubah, ya masih gitu-gitu aja rasanya.

Jadi, wajar kalau anak lama seperti aku bosan dengan obrolan penuh motivasi seperti ini. Kebanyakan senior juga begitu. Beda dengan anak millenial yang mendengarkan ocehan Martin seperti mendengar Steve Jobs berkicau. Ya, makin lama kita juga tahu Steve Jobs berkicau seperti itu buat jualan produk dan bikin trend, bukan karena dia punya niat besar yang suci dan luhur.

Aku menarik nafas panjang dan celingukan kesana kemari. Aku ingin pulang. Mungkin karena sudah lama tidak keluar rumah untuk waktu yang lama, aku jadi kangen rumah. Biasanya jam segini, jam 4 sore, aku menyempatkan waktu untuk tidur-tiduran, sebelum mulai lembur buka laptop sehabis maghrib.

Belum lagi semua adegan yang aku lakukan dengan Listya sore-sore. Orang bilang dengan WFH, banyak keluarga yang akhirnya memiliki anak. Tapi aku dan Listya belum. Kami rajin berbuat tapi tidak pernah berhasil kemarin-kemarin.

Haha. Pikiranku jadi melantur kesana kemari.

“Bosen”
“Eh?”
“Lo gak bosen emangnya?” tanya suara yang familiar itu di dekatku. Sejak kapan dia ada disana?

“Lo sejak kapan ada di sebelah gue?” tanyaku ke Stephanie, yang sedang berdiri di sampingku.
“Dari tadi, lo main handphone mulu soalnya”
“Emang agak boring sih”
“Tuh liat anak-anak gue, pada nyatet, rajin banget ya anak-anak jaman sekarang”
“Mereka suka tokoh-tokoh yang banyak bicara kayak Martin”

“Asal lo tau aja si Terrence Williams itu suka banget lho sama Martin” bisik Stephanie.
“Siapa Terrence Williams?”
“CEO Global, masa ga tau sih?”
“Oh iya.. Lupa gue, ga pernah merhatiin sih” balasku dengan cuek.
“Dia suka komen di postingan linkedinnya Martin” lanjut Stephanie.
“Lo rajin buka Linkedin?” bingungku.
“Iya, emang kenapa?”
“Gapapa, gue sih ga suka buka”

“Makanya lo di kantor ini mulu, ga pernah pindah kan dari sejak lulus S2?” sambung Stephanie.
“Heh… Tau darimana lu?”
“Linkedin lah bego…”
“Emang gue temenan sama lo di linkedin?” tanya ku bingung.
“Enggak, tapi gue bisa liat elo, aduh… Lo umur berapa sih, kayak bokap gue aja ga paham sosmed…” Stephanie tampak kesal.

“Yah gue…”
“Sini…”

Stephanie meraih handphoneku tanpa banyak bicara. Dia langsung mencari icon aplikasi linkedin yang tak pernah kubuka. Untung dulu sudah pernah ku install. Dia membuka laman network dan membuka list invitations.

“Tuh gue, ga pernah di accept” sambung Stephanie.
“Orang gue ga pernah buka linkedin”
“Rajin-rajin buka, siapa tau ada opportunity yang lebih bagus di luar sana”

“Males ah..”
“Gak selamanya yang lo punya sekarang itu bagus buat elo”

Stephanie menekan icon accept di aplikasi linkedinku. Sekarang, Stephanie Hartanto adalah connection baru di linkedinku.

--------------------

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd