Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 11

------------------------------

indexf10.jpg

“Apa-apaan ini?” mata Sandi sore itu menatap nanar ke adiknya sendiri. Shenny dipeluk dengan erat oleh Razi. Wajah Razi terlihat sangat lelah. Dia dan yang lainnya semuanya terkena pukulan mental yang sangat gila.

Sandi sudah hampir tak mengenali sosok yang ada di pelukan Razi.

Rambut yang kecoklatan, tangan dan kaki yang begitu kurus, jari tangan dan kaki yang mengecil dan panjang-panjang, mata menghitam, muka yang benar-benar tirus, dan bentuk badan Shenny sudah tidak karuan. Badannya mengurus dengan drastis, mengecil, ekspresi wajahnya sudah hampir tidak dikenali oleh semuanya.

Bayangan mereka akan Shenny yang dulu, lenyap.

“Mas…. Tanganku kenapa……..” Shenny dengan lemasnya berusaha bicara dengan suara yang lirih dan berdecit, ke kakaknya sendiri. Sandi duduk di lantai, menghadap kasur, dan dengan ekspresi mukanya yang amburadul, dia memegang tangan Shenny, adiknya yang sekarang kondisinya sudah aneh.

Ada selaput-selaput transparan antar jemarinya.

Dan dokter Ida Bagus Raksa sulit dihubungi. Semenjak mereka kembali dari desa bisu tuli tadi, mereka semua diam seribu bahasa. Tidak ada yang mampu bicara, karena ini semua memukul mereka. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sementara Shenny berubah menjadi sesuatu yang sangat-sangat tidak manusiawi. Tidak ada jawaban apapun atas pertanyaan mereka.

Yang mereka tahu, anak si ibu pemilik warteg memiliki kasus sama dengan Shenny. Tapi kenapa dia mesti freak out pada waktu itu? Kalau Men Bagus dari desa bisu tuli, sudah jelas. Dia bisa mendeteksi penyakit dan kemalangan. Jadi waktu itu dia pasti merasakan hawa kengerian yang luar biasa dari dalam tubuh Shenny. Mendadak Asrul teringat soal darah Shenny.

“San… Bisa ngobrol sebentar di luar?” bisik Asrul sambil menghampiri Sandi. Sandi mengangguk dan dia menuruti langkah Asrul ke lantai bawah dan keluar dari villa menuju ke arah kolam renang kosong. Asrul langsung menyalakan rokoknya sambil mulai bicara.

“Ini jelas bukan hal-hal spiritual San, pantes Pak Eman dan orang-orang lain yang punya sixth sense selain Men Bagus gak tau apa-apa”

“Iya…” Sandi tampak lemas. Dia kurang tidur, kurang minum dan kurang makan.
“Clue terakhir bisa kita lihat ntar kalo dokter tua itu udah balik… Cuman gue punya kesimpulan yang aneh…..”

Sebagai seorang skeptis yang tidak memikirkan aspek supranatural, Asrul menatap Sandi karena dia mungkin akan mengatakan hal yang tidak enak didengar.

“Apa?”
“Inget kalong yang difoto Shenny? Kan tadi gue bilang itu kalong yang sama dengan kalong yang ada di warteg tadi…..”

“Iya”
“Menurut gue…”
“Jangan bilang kalo….”

“I don’t know. Freaky. Ngeri…. Tapi gue kepikiran sesuatu dari tadi malem….”
“Apa?”

“Gimana kalo ternyata dia berubah jadi…”
“Jadi apa?”
“Kelelawar? Kalong?” muka Asrul tampak kebingungan juga.

“Bullshit..”

“Ya, kedengerannya kayak bullshit… Mungkin emang, tapi gak tau……. Semuanya kayak gitu… Pendengaran yang sensitif, jari yang kurus dan berselaput, terus…. Sekarang matanya jadi tajem banget… Mungkin kemaren-kemaren sensitif dan burem itu karena dia menyesuaikan sama perubahannya… Entahlah, semuanya kedengeran kayak cerita dongeng….” Asrul menarik napasnya.

“Terus kalo iya bakal apa? Ini semua gak wajar… Kita tinggal harus…”
“Nungguin dokter, iya… Tapi kita punya satu kekuatan lagi San…”

“Apa itu?” tanya Sandi, mengusap-ngusap mukanya, sambil menatap Asrul dengan tatapan tak nyaman.
“Social media”
“What?”

“Dokter ini memang pengalamannya banyak, tapi dia old schooler… Dia dapet kasus aneh kayak gitu, kalo gue jadi dia, udah gue sebar di sosmed, gain attention, narik perhatian orang-orang dari seluruh dunia, dan bantuan akan datang. Apalagi kita punya yutub channel yang followersnya banyak dan….”

“Gimana?” bingung Sandi.
“Kita bisa rekam ini… Ini anomali, kita bisa tunjukin ke dunia, soal ini semua….”

“Maksudnya?”
“Bayangin, kita rekam ini, kita upload, semua orang nonton, orang-orang dan semua expert bakal berdatangan, dan….”

“ANJING!!” bogem mentah Sandi melayang ke pipi Asrul. “Lo gila!! Lo mau jadiin adek gue tontonan???”
“San? For Science!! Are you nuts??”

“Kalo itu adek lo, lo mau gak!!!”
“Kalau itu bisa bikin orang-orang jadi lebih tahu soal fenomena ini dan banyak orang yang concern, gue rela!” teriak Asrul. Asrul mundur, menjauh dari Sandi. Pukulannya tidak terasa sakit karena tenaganya sudah habis.

“Oh iya, gue lupa… Elo si skeptis dan atheis sinting yang ngutamain kepentingan –science- di banding keluarga elo mungkin.. Fuck you, Srul… Nyesel gue kenal sama elo”

“San… Ini..”

“Shut up. Pertama Katy, kedua elo.. Gue dikelilingin sama orang-orang yang gak guna. Yang satu ******, yang satu kayak gini. Gue gak bakal kenal lo lagi abis ini semua berakhir. Lupain soal semuanya…….” Sandi menatap Asrul dengan muka lelah. Dia ingin sekali merangsek, menghajar Asrul habis-habisan, tapi dia paham kalau tenaganya habis.

Asrul diam, menunduk. Menginjak rokoknya yang tadi jatuh akibat pukulan Sandi. Dia mengambil sebatang rokok lagi dan dia nyalakan rokok itu. Sandi sudah tidak memandangnya lagi. Mereka berdua diam dan Sandi mengambil langkah masuk ke dalam villa.

Pembicaraan itu, seperti tak pernah terjadi.

------------------------------

27040710.jpg

Malam hari.

Dokter Ida Bagus Raksa belum datang juga. Sepertinya dia sedang di jalan. Sandi dan Razi ada di dalam kamar, Razi memeluk Shenny yang tak ingin lepas dari pelukan Razi. Perempuan yang sudah tidak tampak normal itu, meringkuk di dalam pelukan Razi. Sejak kapan badannya jadi sekecil ini? Jika diperhatikan, bentuk tubuhnya sudah menciut, jadi sebesar anak-anak. Napasnya berat dan serangan sudah tidak datang lagi, tapi transformasi Shenny sudah semakin nyata. Apalagi tangan dan kakinya mulai ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna coklat tua.

Sandi menatap ke arah kegelapan malam. Sekumpulan binatang malam dengan gilanya mengelilingi rumah itu. Mereka bertengger di pepohonan, sekali-kali terbang berkelompok, berdecit, bersuara dengan bisingnya.

Katy sedang mengunci diri di dalam kamar. Asrul sedang merokok di pinggir kolam kosong. Mereka tercerai berai.

Orang-orang yang membantu mereka sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mereka duduk di ruang tengah, menunggu waktu, menghitung detik kedatangan dokter Ida Bagus Raksa.

“Anjing….” Sandi berbisik sendiri. Dia mengingat kata-kata Asrul tadi. Shenny berubah menjadi hewan-hewan di luar itu? Dan kerumunan kalong di luar tampak tidak wajar. Mereka semua mengeluarkan suara berdecit, berkerumun, terbang ke sana ke mari, seperti ingin menutupi cahaya bulan dengan gerakan-gerakan mereka.

“Mas……” suara Shenny terdengar begitu tipis.

“Ya?”
“Buka jendelanya, please?”

“Hah?”
“Mereka ngomong sesuatu……”
“Maksudnya?”

“Mereka di luar…. Bicara…..”

Razi memeluk Shenny dengan erat. Dia tak kuat mendengar kata-kata apapun lagi dari Shenny.

“Kamu ngomongnya kok aneh, tunggu bentar, Dokter lagi jalan ke sini. Mungkin dia punya….”
“Mereka bilang buka jendelanya”

“Siapa yang ngomong, gak ada orang yang ngomong… Mungkin kamu gak sengaja denger orang-orang di bawah ngomong” Sandi dengan gelisahnya merujuk ke pendengaran Shenny yang jadi sensitif dan peka itu.

“Mereka”
“Aku suruh diem orang-orang yang dibawah…” Sandi berjalan dengan langkah gontai. Kantung matanya terlihat tebal dan energinya menghilang.

“Bukan temen-temen…. Mereka….” Shenny dengan jarinya yang mengerikan itu menunjuk ke arah jendela, ke arah kerumunan kalong yang sedang terbang ke sana ke mari, mengelilingin villa itu.

“Udah, kamu lagi sakit. Gak usah ngomong yang gak bener ya” Sandi malah menutup jendela yang dimaksud.

“Temen-temen?” mendadak suara ketukan di pintu terdengar. “Dokter sebentar lagi datang… Saya boleh masuk?” suara Kadek Mantra terdengar di pintu.

“Masuk” jawab Sandi pelan. Kadek Mantra membuka pintu, dan dia menatap ke arah Shenny. Dia menelan ludahnya. Dia menghampiri Sandi.

wallpa10.jpg

“Di luar gila”
“I know”
“Langit jadi pekat karena mereka terbang ke sana ke mari terus…..” bisik Kadek Mantra.

Perlahan, suara mobil terdengar di luar. Dokter sudah datang. Tak makan waktu lama bagi dia untuk berjalan dari tempat parkir ke atas. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia pun kaget.

“Ini….”
“…………”

“Ini sudah lebih jauh daripada apa yang saya lihat sebelumnya………” dokter Ida Bagus Raksa lantas duduk di sebuah kursi. Dia menatap ke bentuk badan Shenny yang sudah hancur lebur itu.

“Hasilnya bagaimana?” tanya Sandi.

Dokter Ida Bagus Raksa hanya menggelengkan kepalanya.

“Ini membingungkan. Semua sudah dites, dan darahnya benar-benar bukan darah manusia lagi…….”
“Dokter………” Shenny berbisik ke arah Sang Dokter.
“Ya?”

“Tadi ada yang mati, tertabrak mobil…..”
“Siapa?” bingung Sandi.
“Mereka yang di luar sana?” tunjuk Dokter ke arah jendela yang tertutup oleh gorden itu.
“Iya…………..”

“Shen.. It doesn’t make any sense……”
“Aku tau Mas…. Mereka bilang ke aku…….. Mereka nunggu”
“What the…..” Sandi tampak gusar, dan dia makin uring-uringan. Sementara itu, suara berdecit dari luar, semakin keras terdengar.

Suara binatang malam itu memenuhi villa, mencoba untuk bernyanyi, membuat keributan, dan mengganggu semua yang bisa mendengar suara mereka.

“Dokter…”
“Ya?”
“Mungkin gak kalau Shenny berubah jadi…… Binatang-binatang yang di luar?”
“Itu tidak mungkin”

Percakapan itu mendadak berhenti. Sandi dan dokter Ida Bagus Raksa saling bertatapan. Raut muka mereka sangat lelah, dan mereka kehilangan arah serta harapan. Razi, dari tadi hanya bisa memeluk Shenny sambil berdoa sebisanya dalam hati, dalam bahasa apapun, penuh harapan kosong. Kadek Mantra hanya bisa melihat mereka semua dengan perasaan yang amburadul. Dia tidak tahu kalau situasi ini bisa sebegitu mengerikannya.

Sementara itu, di luar, Asrul menatap ke langit yang gelap. Binatang-binatang itu terbang ke sana ke mari, mengerubungi setiap pohon yang ada. Jumlah mereka seperti sebanyak pasir di lautan.

Asrul tak bisa berhenti merokok. Tangannya gemetar, dia tahu ada yang tidak beres di luar sini. Sementara di kamar lainnya, Katy menatap ke arah kerumunan kelelawar dari jendela. Dia menatap dengan tatapan kosong. Sekarang dia sudah tidak ada artinya lagi buat Sandi. Tak ada gunanya.

Tercerai berai. Mereka semua sudah bukan apa-apa lagi. Sandi tidak bisa mengandalkan siapa-siapa lagi. Razi hanya berharap kosong, Asrul tampak gelisah, dan Katy sekarang jadi sampah.

Semuanya ada di titik terendah dalam hidup mereka.

Sang Dokter berdiri dengan sisa-sisa kelelahannya yang ada. Dia membuka gorden yang menutupi jendela, dan mendapati lautan kelelawar berputar-putar di luar, di udara. Dia menelan ludahnya.

“Kalau memang dia jadi salah satu dari mereka…. Kenapa dan apa penjelasannya?” sang dokter jatuh mentalnya. Semua yang dia pelajari dari muda sampai tua seakan tak ada artinya di depan alam. Manusia berubah jadi binatang? Itu tidak masuk akal dan tidak ditulis di literatur apapun.

“Semuanya tidak masuk akal. Cari jalan lain karena ada pembangunan, bertemu kalong yang bertengger, difoto, lalu berubah seperti ini….” Sandi menarik napas panjang. “Apa maksudnya?”

“Mungkin alam balas dendam” Kadek Mantra menelan ludahnya. Dia berjalan, lalu berdiri di sebelah dokter tua itu. “Alam balas dendam karena Bali diperkosa terus menerus oleh semua bangunan ini….. Mereka balas dendam, kita jadikan rumah mereka rumah kita, sekarang mereka menjadikan kita seperti mereka…….”

“………..” Sandi menggelengkan kepalanya. Kalau bisa, dia ingin memundurkan waktu dan tidak mengambil jalan pintas yang dia bangga-banggakan itu. Mungkin hasilnya akan berubah.

“Kkkk….kkkkkk…..kkkckkkkkk….” Shenny mendadak mengeluarkan suara.
“Shen?” Razi menggoyang-goyangkan badan Shenny.
“Kkkkk …. ccckkkk… kkkrkkk……..”

“Apa ini…. Apa?” Sandi bingung karena suara Shenny makin terdengar mirip dengan suara makhluk-makhluk yang ada di luar.

DAK!! DUG!!!

Semua yang ada di kamar itu kaget, terkesiap karena beberapa kalong menabrakkan diri mereka ke jendela itu. Dokter Ida Bagus Raksa yang sudah berumur bahkan jatuh terduduk.

“Shen!” Razi merasakan ada perubahan di badan Shenny. Tubuhnya yang mengering itu kini terasa makin ringan. Mulut Shenny berubah jadi moncong, seperti tikus. Tepatnya, tikus terbang, alias kalong.

DAK!

PRAK!!

Beberapa kalong menabrakkan diri mereka lagi ke jendela. Kaca jendela berbunyi dengan keras, mereka seperti memaksa ingin masuk.

“Kkkk… ckkkckkckc… ckkckkckckkkkk……” Razi kaget melihat perempuan yang ia sayang sekarang. Telinganya mendadak mencuat, dan rambutnya seperti meranggas. Badannya terlihat semakin mengecil dengan anehnya.

Kadek Mantra tampak ketakutan dan dia seperti membaca doa apapun yang dia tahu, sambil menatap ke arah jendela, di mana para kalong makin ganas menabrakkan diri mereka ke kaca jendela.

PRANG!!!

Salah satu daun jendela yang kecil pecah. Puluhan kalong masuk lewat lubang yang baru saja tercipta. Mereka berputar mengelilingi ruangan, mengitari Shenny dan Razi. Semua orang di dalam panik, mereka mencoba menepis para kalong yang bergerak liar, berputar, seakan tak peduli terhadap keberadaan manusia di dalam sana.

“BANGSAT!!!”

Sandi menarik kursi, mengayunkannya ke arah para kalong itu. Shenny makin meracau.

“Kkkrkkkkk… kkkckkkckk…”
“SHEN!!! SHEN!!!! JANGAN!!!!” Razi berteriak dengan tak kuasa, melihat Shenny perlahan tapi pasti, menyusut, berubah bentuk menjadi sesuatu yang bukan manusia.

“AAARRGGGGHHH!!!!!!!!!!” Sandi yang marah melempar kursi ke arah kumpulan kalong, dan kursi itu melayang, menuju jendela yang besar.

PRANGG!!!!!!!!!!!!!

Mendengar itu, Katy, Komang, dan Asrul serta supir dokter Ida Bagus Raksa merangsek ke dalam kamar.

“Kyaaa!!!” Katy tampak takut karena para kalong sudah masuk ke dalam rumah, berputar-putar tak jelas, mengacak seisi rumah.
“APA INI?” Asrul yang pertama masuk ke dalam kamar. Jendela yang pecah menganga, dan ratusan kalong berputar-putar di dalam kamar, seperti merayakan sesuatu.

Mereka merayakan Shenny.

“Shen….. Shen!!!” Razi tak kuasa menahan tangisnya. Perempuan itu kini menghilang dari pelukannya. Yang ada di dalam pelukannya hanyalah onggokan baju saja.

“KKkckkkkckkkkkkk” suara itu mendadak muncul dari pelukan Razi. Semua Kalong berhenti terbang, dan mereka bertengger di manapun di tempat yang mereka bisa.

Perlahan, seekor kalong keluar dari dalam tumpukan baju yang ada di pelukan Razi. Mereka semua tertegun. Kalong itu terbang, menggoyangkan badannya, sambil bersuara dengan keras.

“KKCKKKKCKK KKKK CKKKCK CKCKCKK”

Mendadak, semua kalong yang ada di dalam ruangan itu kembali terbang. Mereka semua berputar, membuat satu gerakan berpola yang liar, lalu semua keluar dari jendela yang pecah.

Hening.

Tidak ada suara apapun lagi.

“Shen?” Razi memecahkan keheningan. Matanya basah. Dia memeluk baju Shenny yang tertinggal. Sandi jatuh terduduk, dengan tatapan nanar dan mulut menganga. Adiknya menghilang. Berubah menjadi entah apalah dan hilang kemana. Dokter Ida Bagus Raksa terdiam, dia baru saja melihat anomali di depan matanya.

Semua terdiam. Tak ada satupun bebunyian yang ada. Cuma ada bunyi angin dari kejauhan, masuk, membuat suasana semakin hening.

Mereka semua, baru saja melihat kejadian aneh dan mereka shock. Kehilangan, hancur, kebingungan, dan semua perasaan buruk keluar dari dalam hati mereka.

Shenny hilang. Tak berbekas. Berubah menjadi kalong. Lantas terbang ke kegelapan malam, bergabung dengan sekutu barunya.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

Razi memarkirkan motor di rumahnya malam itu. Dengan mukanya yang kusut, dia turun dari jok, lalu masuk ke dalam rumah. Menyapa orang tuanya sekenanya, lalu masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan hampa.

Dia melempar tas yang ia bawa ke kasur.

Dia duduk di tengah kamar, melihat ke sekeliling kamar. Sudah beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan apapun yang mereka lihat. Tidak ada siapapun yang mampu berkata apa-apa sejak kejadian itu.

Dia tidak tahu sekarang nasib keluarganya Sandi seperti apa. Dia tidak tahu, apa yang Sandi katakan ke orangtuanya soal adiknya. Dia tidak tahu dan dia tidak pernah berhubungan dengan Sandi lagi sampai sekarang.

Soal Katy, entah bagaimana nasibnya dia dengan Sandi sekarang. Tak ada kabar apapun lagi. Mereka tak saling mengabari lagi setelah kejadian itu. Dan Asrul, kini hanya bisa ia temui di acara keluarga saja. Mereka tidak pernah mengobrol lagi, seakan-akan mereka tidak saling mengenal.

Razi menatap ke arah onggokan action camera di pojok kamarnya. Mystery Explorer kini tinggal kenangan. Entah siapa yang menghapusnya, tapi channel yutub itu sekarang sudah tidak ada lagi di dunia maya. Sekarang dia hanya freelance photographer saja.

Dia melihat ke arah handphonenya dan dia membuka sebuah foto. Foto terakhir dia berdua dengan Shenny. Mereka berdua tersenyum lebar. Di Bali, tepatnya di Ubud. Senyuman dan tatapannya yang manis membuat perasaan Razi teraduk-aduk. Dia rindu sekali pada Shenny. Kalau dia saja sebegitu rindunya, entah bagaimana perasaan keluarga Shenny. Mereka harusnya menderita juga.

Mendadak, suara berisik datang dari luar. Razi bangkit dengan buru-buru, berjalan ke arah jendela kamarnya, dan menatap langit. Di kejauhan, ada sekelompok hewan malam terbang, membelah langit.

wallpa10.jpg

Razi menatap kumpulan hewan itu dengan berat. Dia mengambil napas panjang, berharap bisa melupakan Shenny.

Dia tahu Shenny ada di luar sana. Terbang entah ke mana, dengan kawanannya, ataupun sendiri.

Yang pasti, alam akan selalu menang melawan manusia, tak akan bisa kalah, dan tidak tergoyahkan. Jika manusia memaksa ingin mengubah alam, alam akan selalu mencari cara untuk membalas, dengan caranya sendiri.

------------------------------

TAMAT

90534d10.jpg
 
EPILOG : SABTU 28 JULI 2018

CAST:


Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Kenapa mesti shenny yg jadi kalong bukannya si asrul?shenny ga menentang alam, lebih pantas si asrul yg jd kalong

“Seperti itulah kutukan bekerja. Tempat yang tepat. Waktu yang tepat. Dan di orang yang salah. Karena siapapun bisa kena asalkan ada di tempat dan waktu yang tepat…”

beginilah kira-kira penjelasannya
 
Bimabet
gileee!! sekali lagi dibuat melongo sama suhu @racebannon..
awalnya gue sempet nebak2 buah manggis kalo Shenny bakal jadi kelelawar, tapi no idea gimana prosesnya atau apa alasannya. Akhirnya gue nyerah untuk mikirin & milih nikmatin ceritanya sambil nunggu kejutan2 di cerita ini.. Kayaknya suhu @racebannon lagi banyak stok cerita yg gak terlalu panjang ya, kayak Lelawah & Amyra? Upload lagi dong, suhu..

kalimat favorit gue dari Lelawah adalah pernyataan ini:
Yang pasti, alam akan selalu menang melawan manusia, tak akan bisa kalah, dan tidak tergoyahkan. Jika manusia memaksa ingin mengubah alam, alam akan selalu mencari cara untuk membalas, dengan caranya sendiri.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd