Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Panggil aku senpai SEASON 2 (Update Chapter 2)

Jadi kamu #TeamErika #TeamAriel atau #TeamAmel ?

  • #TeamAmel

    Votes: 41 21,0%
  • #TeamAriel

    Votes: 54 27,7%
  • #TeamErika

    Votes: 48 24,6%
  • #TeamGita

    Votes: 27 13,8%
  • #TeamVivi

    Votes: 25 12,8%

  • Total voters
    195
Part 3

Eril kelur dari kamar tamu, mengambil gelas coklat dengan dua tangan, kemudian duduk di sebelahku. Setelah menyeruput sedikit, ia pun berkata kepadaku. "Ayo senpai, ceritain gimana awalnya sama kak kinal."
Aku berdeham sedikit, kemudian menceritakan rahasia-rahasiaku dengan kinal.

*******

"Ooh jadi gitu ceritanya.." eril mengangguk-angguk mengerti sambil menenggak sisa coklat di gelas kemudian mengelap bibirnya dengan punggung tangan.

"Jorok ih! Sana pake tissue!" kataku.

"Ambilin.."

"HADEEEEEH" kataku sambil menyerahkan selembar tissue.

"Bentar deh, tadi kan senpai bilang ka kinal nginap disini setelah kejadian seharian itu. Kalian ngapain aja?" tanya eril.

"Yaa gitu deh. Yang jelas ya kita berdua udah sama-sama dewasa, paham konsekuensinya, dan sama-sama butuh." kataku.

"Terus senpai punya rencana apa untuk aku malam ini?" tanya Eril. "Pasti kan udah ada sesuatu yang disiapkan."

"Helooo!! Kamu kan yang pengen nginap? Kok aku yang harus siapin sesuatu????" kataku. "Justru aku yang penasaran, pengen tau, apa rencana kamu ril? Kenapa kamu pengen nginep disini? Sampai harus bohong sama orang tua?"

Eril terdiam, menghela napas panjang, kemudian berkata sambil menidurkan kepalanya di pahaku.

"Aku pengen ngerasain sentuhan laki-laki. Ortu aku posesif dan over protektif. Aku pingin punya pacar. Pingin ngerasain cinta. Pengen bisa ngelampiasin nafsu." katanya datar.

Aku tersontak kaget. "Eril! Kenapa juga kamu menjadikan nafsu sebagai motivasi?"

"Senpai lihat ini, lihat foto ini, lihat! Lihat disana, adikku dengan image polosnya, berfoto bersama fans. Sama wota! Aku juga pingin kenal dekat sama laki-laki! Gakmau kalau wota. Tapi ternyata ada wota kayak senpai. Aku .. aku.... Aku luluh... Dari cara memperlakukanku... Menghormati perempuan... Aku... Aku ... Aku jatuh cinta sama senpai!" kata eril setengah berteriak kemudian menenggelamkan wajahnya di dekapanku.

Aku sudah menduga kata-kata semacam ini akan keluar dari mulutnya. Tapi aku tidak menyangka akan keluar saat ini juga. Aku membelai bahu eril kemudian berkata, "aku paham, tapi situasi kita sulit.... Aku fans, kamu idol. Aku gakmau pacaran sama idol. Japrian aja aku gakmau. Terlepas dari itu, ada banyak faktor : perbedaan umur kita terlampau jauh, aku udah punya pacar, dan kita beda agama."

Eril mendongak sambil sesenggukan. "Aku gakmau cowok lain! Aku maunya senpai! Aku udah yakin banget! Senpai orangnya setia, tau bagaimana memperlakukan wanita, bisa tau pikiran aku tanpa bertanya, dan sekarang ini lah aku, berada dalam kondisi hati paling membingungkan."

"Eril, kamu cantik, sangat. Kamu masih muda, masih panjang perjalanan hidupmu, masih banyak laki-laki yang jauh lebih tepat untukmu diluar sana. Kamu mau di cap pelakor?" kataku.

"Kalau aku pelakor, kenapa senpai bolehin aku nginap? Kenapa? Hah!?" katanya mulai meninggi.


Aku hanya diam.

"Gakbisa jawab kan? Aku tau kenapa. Senpai juga lagi pengen kan? Kalau gitu tunggu apa lagi? Ayo mulai! Ayo kita bercinta! Ayo kita M.... mppphhhh!!" Eril tidak sempat selesai menyelesaikan kalimatnya karena aku sudah menyosor bibirnya dan mengecupnya secara tiba-tiba. Eril kaget, matanya melotot, napasnya pendek-pendek panik. Aku kemudian mundur.

"Eril, ka kinal datang kesini dan menginap cukup sering ketika sedang butuh. Tapi dia bisa mengendalikan hatinya sampai pada titik tidak ada perasaan. Apa kamu bisa kayak gitu?" tanyaku.

Eril diam cukup lama sambil matanya melotot ke arahku.

"Tidak bisa dan mungkin tidak akan pernah bisa. Senpai adalah role model terbaik aku. Preferensi lelaki idealku ya senpai. Badan tinggi besar, kekar dan agak berlemak, tapi perutnya keras tidak bergelambir. Senpai tidak berpikir dua kali untuk hal yang sesuai dengan idealisme senpai. Senpai setia. Senpai akan selalu jadi idamanku, meskipun kita tidak akan pernah bersatu. Izinkan aku senpai." kata eril.

"Izinkan aku menyayangimu." Eril berseru sambil menjerit kemudian memeluk leherku.


Bila cinta tak menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Izinkan aku tetap menyayangimu


Aku diam cukup lama, menghayati situasi ini, kemudian aku mendorong eril, agar bisa menatap matanya.

"Kamu sadar kalau kita gak akan pernah bisa bersama? Bukan karena umur, bukan karena pacarku, tapi karena kita berbeda keyakinan?" kataku. Eril mengangguk.
"Aku paham, aku tau bahwa senpai gak akan pernah jadi milikku. Biarlah aku menyimpan rasa ini, dan senpai pun sudah tau. Terserah senpai mau menganggap aku apa. Aku akan tetap mencintai senpai, sampai aku menemukan laki-laki yang lebih baik, yang bisa membuat aku berpaling. Sampai saat itu tiba, izinkan aku tetap menyayangimu, senpai." kata eril sambil tersengguk.

Aku diam. Kejadian ini persis seperti yang terjadi antara aku dengan Kinal. Bedanya, saat itu aku belum punya pacar, tapi kinal yang punya. Saat itu aku ketakukan setengah mati karena membayangkan ditembak anak jenderal, tapi aku bergeming hingga akhirnya kami berdua rutin berhubungan intim.

"Eril, aku tidak bisa menjanjikan apapun, aku sudah jarang teateran, aku tidak bisa juga menjalin kontak dengan kamu, terlalu beresiko. Tapi aku usahakan akan selalu ada untuk kamu, saat kamu membutuhkan. Kamu tau tempat aku tinggal, kamu akan tau kapan aku bisa dikunjungi, karena pacarku tidak mungkin menginap disini. Tapi hanya sebatas itu. Gimana?" kataku.
Eril diam sejenak, masih terisak-isak. "O-oke.. aku setuju. Tapi aku juga mau sentuhan. Aku mau lebih dari sekedar ciuman tadi.." katanya.

Aku terdiam sejenak. Tidak sopan bagiku menolak ajakannya. Terlebih dia sebagai wanita, telah merendahkan martabat dan harga dirinya sendiri untukku. Sangat tidak etis bagiku jika aku tidak memberikan yang terbaik.

Tanpa basa-basi, aku berdiri dari sofa, "ttunggu .. senpai.. aapa yang...." eril terbata saat aku menyelipkan tanganku ke bawah tubuhnya, kemudian mengangkat tubuhnya dan menggendongnya ke kamarku. Aku dudukkan ia di tepi kasur.
"Kamu mau yang lebih dari ciuman tadi?" tanyaku. Eril mengangguk. "Mau banget?" kataku. Eril menganggukan kepalanya kuat-kuat.

"I'm ready, senpai. I've already in a whole new world with you.." kemudian kami bercumbu dengan ganas.

Aku melahap bibirnya yang seksi, eril mengeratkan rangkulannya di leherku kemudian balas melahap bibirku. Aku mendorongnya berbaring. Kami berciuman panas. Tanganku bergerak ke arah pinggangnya, meraba-raba, kemudian meremas-remas dengan gemas. Lalu turun ke pinggulnya, lalu meraba kebelakang ke arah bokong. Aku remas bokongnya yang montok itu. Napas eril semakin cepat, tangannya merangkul semakin erat hingga nyaris mencekikku. Seakan enggan untuk melepaskanku.

BOrJj9O.jpg


Ciumanku beralih. Aku mengecup pipinya, matanya, hidungnya, kemudian menjilat-jilat dagunya. Jilatanku menjalar ke telingnya, Eril pun bergidik geli. Aku bergantian menjilati telinganya. Telinga kiri lebih lama. Selesai menjilat, aku meniup-niup lubang telinganya dengan lembut untuk memberikan rangsangan ekstra. Eril bergidik kemudian tangannya menggerayangi badanku. Aku pindahkan jilatanku dan aku fokuskan untuk menyerang lehernya. Jilatan-jilatan agresifku di lehernya membuat eril mendongak dan mendesah panjang.

"Aaahhhhhn....hhmmmmphhhj.... Geli senpai... Akhhh...." Desah eril.

Aku tidak menjawab, aku meneruskan jilatanku hingga ke tengkuknya sambil menghembuskan nafas disana hingga bulu romanya berdiri. Kemudian beralih ke sisi leher yang satunya. Tanganku masih aktif meremas-remas pantat eril dan beralih ke pahanya. Kemudian naik ke atas ke arah kerah bajunya, turun sedikit, dan berhenti di dadanya. Mengusap-ngusap payudaranya dari luar. Aku menyudahi jilatanku di lehernya dan menatap wajahnya. "Malam ini akan sangat panjang, eril.."

"You belong with me, senpai.."

Aku kembali mencumbu bibirnya. Tanganku meraba-raba dadanya dari luar kemudian meremasnya kuat-kuat.
"Engghhhhh!!!" Eril mendesah. Aku terus menggerayangi payudaranya tanpa menghentikan lumatanku di wajahnya, yang kemudian beralih ke lehernya. Aku terus meremas-remas payudaranya sambil membalikkan badan eril. Aku melepas ciumanku, kemudian aku memeluk badannya dari belakang. Eril menengok ke belakang, kemudian kami lanjut berciuman. Tanganku terus mengaduk-aduk payudaranya dari luar, eril hanya bisa mendesah pasrah.

"Enak ril?" kataku. "Engghhh....... enak kak, serasa dipijat hhhhhh..""

Aku kemudian mulai melepas kancing piyamanya satu persatu hingga mencapai tengah dadanya, kemudian aku menyusupkan tanganku ke balik bra nya untuk mengaduk payudaranya secara lebih leluasa. Aku memelintir daging payudaranya kesamping. Eril melenguh panjang dan menghembuskan nafas.

"Hmmhhhhhhhh...." Desah eril tertahan.
Aku terus bermain-main dengan payudaranya selama kurang lebih 5 menit. Kurasakan keringat mulai menjalar di badannya.

"Senpai... Gerah... Buka ajah..." eril mencicit.

Aku membalikkan badannya, membuka kancing piyama yang tersisa, kemudian menyibakkan kain piyama kesamping. Terlihat tubuh eril yang gempal namun enak untuk dilihat. Pinggangnya tidak terlalu kecil, tapi ukuran payudaranya menggiurkan. Pipi eril merona merah ketika aku menatap tubuhnya. "J-jangan diliatin terus senpai.. m-maluu..." Aku melepaskan atasan piyama yang dipakai eril, kemudian terlihatlah tubuhnya hanya dengan menggunakan bra. Aku mengagumi tulang selangkanya yang terlihat menarik. Membentuk garis tegas diantara leher dan payudaranya. Sungguh indah.
Aku kemudian menciumi tulang selangkanya, terus mencium dan menjilat secara rakus. Tangan eril kuangkat. Terlihat ketiaknya yang bersih dan aku menggelitiknya.

"Iihh.. geliii.." desah eril manja, aku tersenyum jahil, kemudian menahan kedua tangan eril di atas kepalanya.

"a-apa yang.... Aaaahhhhhhhhhh...." Eril memejamkan matanya dan kemudian mendesah panjang ketika aku menyusupkan jariku untuk menyentuh putingnya kemudian memelintir. Eril bergerak-gerak tapi tangannya kutahan, sehingga bibirnya terus-menerus mendesah.

"aaahh... Senpai, buka aja, lepas beha aku, ganjel banget, gaenak.. aahhhh.." desahnya panjang saat aku akhirnya mengenyahkan bra yang mengganjal sejak tadi.

Aku menatap dengan takjub payudaranya yang berbentuk bulat. Cukup berisi, tidak seperti punya kinal. Dan puting serta areola yang berwarna terang hampir sewarna kulitnya mengindikasikan bahwa payudara ini belum pernah disentuh siapapun. Eril nampak malu saat aku mengagumi payudaranya, kemudian tangannya menangkup menutupi.

"Tadi katanya disuruh lepas, kok sekarang ditutupin?" kataku iseng.

"Huu senpai mesum banget abisnyaaa! Ngeliatinnya gitu bangett kayak belum pernah liat aja.." eril memiringkan badannya untuk menutupi payudaranya itu. Aku tertawa melihat kelakuannya.
"Dasar remaja tanggung. Tadi minta dibuka, sekarang udah dibuka dibilang mesum, udah sini.." aku menarik tangannya dengan tidak sabar kemudian langsung aku mencaplok payudara kirinya. Eril melenguh keenakan. Ia mengigit bibirnya dan memejamkan mata, kemudian mendesah panjang.

"S-senpai.. ahhhhhhhhh....... Enak bangetttt..." kata eril mendesah panjang. Aku menyusu di kiri dan kanan secara bergantian. Menyedot payudaranya secara lahap sambil tanganku meremas payudara satunya dan tanganku yang lain meremas pinggangnya dan menjamah pantatnya. Eril semakin keenakan. Aku kemudian menggunakan lidahku untuk menjilati puting susunya. Titik yang sangat sensitif. Karena eril menjerit keenakan.

"AHHHHH.... ENAK BANGET AAAHHHH...." eril menikmati momen tersebut.

Tidak terasa berapa lama aku menyusu di payudaranya. Mungkin sekitar 15 menit. Kemudian aku mulai menjilati perutnya seraya menggelitik pinggangnya. Eril bergidik dan berseru "iiih aku kan gelian senpai, jangan gitu dong mainnya.. AKKKHHH" jeritnya ketika aku menggelitik pinggangnya dengan kedua tanganku sambil lidahku menjilat pusarnya.

Tanganku kemudian memegang karet celana piyama. Dengan sekali sentak, aku memelorotkan celana piyama yang dikenakannya, sehingga eril hanya tinggal mengenakan CD berwarna biru muda. Aku menatap ke arah atas, mata kami bertemu, kemudian aku menyeringai sambil mengelus-elus pahanya yang mulus dan putih.

"Kalau belum siap gapapa kok.." kataku padanya dengan nada sedikit membuat penasaran sambil tanganku terus meraba-raba pahanya, pantatnya, kemudian turun menuju betisnya. Seluruh bagian bawah tubuhnya ini kencang. Mulutku kemudian mulai menciumi betisnya. Bergantian dari kiri ke kanan, hingga akhirnya tiba di bagian paha. Aku menyelipkan jari-jariku di lipatan lututnya, kemudian mulai menciumi dan menjilati kedua pahanya dengan rakus.

"Engghhhhh..... Aakkhhhh.... Senpai... Gelii.... Akkkhhh..." Eril semakin berisik ketika aku dengan penuh nafsu menyedot pahanya hingga meninggalkan bekas merah. Terasa sedikit asin saat aku mengangkat kepalaku, menyeringai untuk kedua kalinya, kemudian memberikan bekas yang sama di pahanya yang satu lagi. Eril hanya bisa mendesah pasrah.

"Ah.... ah..... senpai... Jadi ada bekasnya gitu... hhhh" kata eril tersengal.

"Biarin, ini tandanya kamu punyaku." kataku tegas. Eril menatapku dengan wajah sayu, kemudian mulai membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi aku langsung menyosor mulutnya dan kami saling melahap bibir. Memagut, dan bersilat lidah.

Aku kemudian melepas ciumanku, kembali beralih pada payudara kirinya, namun tangan kiriku bergerak ke arah selangkangannya, mengelus kelaminnya dari luar CD. Eril melenguh.

"Ngghjn...... S-senpai..." katanya, aku mengelus-elus cukup lama sambil menyusu di payudara kirinya. Kemudian akhirnya kata-kata yang kutunggu muncul juga.
"Masukin jari senpai... AKHHH!!" Eril berseru kaget saat jari-jariku masuk melewati pinggir CD kemudian mengelusnya secara langsung. Kemudian mulai menggosok garis vaginanya. Eril melenguh pasrah. Tidak sanggup berkata-kata.

"Ahhhnnnn...." Desahnya panjang.

Kemudian aku berhenti menyusu lalu menyentakkan CD nya hingga turun sampai lutut. Kemudian secara refleks paha eril mengatup, aku menyelesaikan "pembebasan" selangkangan nya setelah melempar cd nya. Eril terdiam memalingkan muka. Pahanya masih mengatup menghalangi kelaminnya. Tanganku mengelus bagian bawah perutnya, mencoba memberi rangsangan, kemudian mulutku menyosor payudara kanannya untuk menyusu.

"Engghh.... arkhh.... senpai... enak banget, ahh..... Rasanya geli.. dan.... AAAKKKKKKKHHHH!!!" jeritnya saat jariku berhasil menyentuh kemaluannya secara langsung, tanpa terhalang. Tanganku yang lain mengibaskan gangguan-gangguan yang berasal dari tangan eril. Menepis segala usahanya untuk menutupi kelaminnya. Aku akhirnya berhenti menyusu.

"Diem." kataku santai, kemudian jari telunjukku mulai meraba-raba klitorisnya secara naik turun.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh...." Eril mendesah panjang saat jariku berhasil merogoh vaginanya lebih dalam dan menemukan lubang yang dari tadi aku cari. Telunjukku memperagakan keahliannya mengorek-mengorek memek mencari G-spot.

"Engghhhhh....... ehhhhhhhm..... ahkkhhhhh.... a-akuuuhb.... enggak sanggupp... nahan... aahhh.... senpai terlalu kuat... ahhhhhhhhhhhh!!!!" Kata eril akhirnya.

Aku mendongak menatapnya. Ia balas menatapku sambil mendesah. "Jangan ditahan, sayang.. lepasin.. biarin aku membantu...k an kamu yang pingin enak kan? Nah... Sekarang rileks.. nikmati, jangan dilawan.. dilepasin aja... nahh betul begitu.."

"Engghhhhhh...... akuh... akuhm... geli... senpai.... perutnya... kayak mau.... akhh.... pipiss... tapi.. beda... aaaakkkhhhh..."

"Iya sayaang gapapa, jangan ditahan, lepasin aja... Enak kok..."

"Enggghhhhj..... senpai.... senpai ... aakhhhh.... akuhh... akuhh..... keluarr... AAAAAA..."

Aku melihat dalam gerakan lambat, saat perutnya bagian bawah melengkung, menegang, kemudian melepaskan tegangannya. Tangan-tangan eril yang semula mencengkramku melemah, punggungnya menegang, kemudian sejurus seketika melemas. Aku merasakan semburan hangat di jariku.

"...... HHHHHH......" Eril mendesah kehabisan nafas. Ini adalah orgasme pertamanya seumur hidupnya.

Aku menatapnya, "enak, sayang?" tanyaku.
"Enn... enak bangetttt..... Jadihh... Gini rasanya orgasme..." kata eril tersengal.

"Yup. Inilah orgasme. Nikmat dunia yang tidak akan bisa kamu ingkari." kataku. Kemudian aku melepas pakaian dan celanaku hingga aku polos. Aku kemudian berdiri menatap eril yang berada di kasur. Orgasme pertamanya ternyata membuatnya tersengal dan berkeringat cukup banyak.

"Sekarang giliranku, eril." kataku berjalan mendekat. Eril terhuyung duduk, kemudian menatap ke arahku yang berdiri menjulang di atasnya. Eril menatap sayu. Kemudian seakan mengerti, ia menggenggam kelaminku. Tangannya yang kecil terasa hangat dan licin karena keringat. Ia menatapku kembali dari bawah, tersenyum.

"Aku harus apa? Senpai?" tanya eril sambil menggenggam kelaminku.

"Gerakin naik turun, seperti mengurut, pelan-pelan, nah.. begitu.. bagus.. anak pintar.." Kataku sambil menepuk-nepuk puncak kepalanya. Eril mendongak, tersenyum nakal, kemudian mempercepat gerakan mengocoknya. Aku menikmati sensasi kocokannya yang kasar itu sambil menyeringai.

Eril terus mengocok kelaminku selama 2 menit, namun tidak terjadi aapa-apa. Ia heran dan menatapku seakan bertanya. "Apa yang akan terjadi kalau ini kukocok terus? Apakah senpai akan orgasme?" ttanyanya. Aku menjawab santai "tergantung bagaimana kamu memperlakukannya. Kelaminku punya daya tahan cukup kuat, jadi gerakan monoton seperti itu tidak akan berpengaruh apapun, kecuali kalau kamu berimprovisasi sedi... eeehhhhhh!!" aku kaget dan mendesah secara bersamaan saat tiba-tiba aku merasakan sensasi hangat saat eril melahap kemalianku.

"Engghh.... Eril... Belajar dari mana kamu... akhh.." aku kembali mendesah saat eril, diluar dugaan, menggunakan lidahnya untuk menjilati penisku. Aku merem melek dibuatnya. Jilatannya yang asal-asalan justru membuatku naik lebih cepat.
"Eril... Eril... Stop... Stop... Berhenti sayang.. aku gakmau keluar dulu... Stop... Akkkh..... Stopp!!" tapi eril terus saja mengulum penisku, memaju-mundurkan kepalanya kuat-kuat sambil tangannya menumpu pada pahaku. Tangan kirinya secada usil menarik sejumput bulu di pahaku. "ARGH!" kataku agak keras, eril terus mengulum penisku sampai ke bagian terdalam mulutnya untuk melakukan deep-throat. Ini aneh karena baru sejam yang lalu ia nampak polos. Tapi aku kemudian tersadar bahwa itu semua hanya kedoknya untuk menutupi nafsu yang sebenarnya dia simpan secara masif. Timbunan nafsunya itu ia akumulasikan dengan niatnya untuk membalas perlakuanku terhadap memeknya. Walaupun ini sudah terlalu jauh karena aku sendiri tadi tidak mengoralnya.

Eril kemudian melepas kuluman, nyengir, dan menatapku ke atas. "Ayo senpai.. ayo keluarin, ayo, jangan ditahan!" katanya sambil terus mengocok dengan cepat dan tak bberaturan. Aku sudah benar-benar tidak tahan lagi.

Crrrooootttt.....
crotttt...
crooot..
crot..
crott


Penisku memuntahkan isinya tepat di wajah eril yang kaget dan bengong sambil melongo, tidak menyangka dan seolah tak percaya terhadap apa yang terjadi pada wajah cantiknya itu.

N4knISA.jpg


"Ahh .... Lumayan..." kataku meresapi orgasmeku kemudian mengambil kaosku, kuberikan pada eril untuk mengelap wajahnya. Ia masih terpaku menatapku seakan tak percaya. Kemudian membersihkan mukanya. Aku kemudian duduk dilantai di sebelahnya. Setelah selesai menyeka wajah, eril menyandar di bahuku.

"Aku belum pernah kayak tadi. Aku cuma pernah lihat beberapa kali di video dewasa, 2 kali aku melihat langsung saat temanku melakukannya di kamar kosannya, dan sekali waktu saat ad-lupakan." katanya.

Aku merangkul tubuhnya, mendekatkannya ke tubuhku. Kurasakan hangat tubuhnya yang mengguar dan keringat yang mengucur mengiringi permainan kami.

"Ini baru pemanasan." kataku. "Kalau kamu benar-benar pengen lebih, kamu harus siap."

"A-aku.. aku siap." kata eril mantap. Aku melihat sorot matanya, kemudian tersenyum. Lalu bangkit, berjalan ke arah kulkas, dan mengambil 2 botol pulpy orange. Melempar 1 ke eril, dan meminum punyaku. Eril menenggak minuman tersebut dalam 3 kali tenggakan.

"Aku mau kamu menikmati saat melakukannya, aku mau kamu rileks, dan senang." kataku.

Eril tersenyum. "Aku sudah siap." Kemudian aku berjalan ke arahnya, menyelipkan tanganku di ketiaknya untuk membantunya berdiri. Tingginya hanya sampai ketiakku. Ia memeluk tubuhku, aku membalas pelukannya dan membelai rambutnya.

"You won't be a Virgin anymore." aku berbisik. "There's no turning back."

"I know. I'm glad that i'm doing this with you, senpai." eril balas berbisik mesra. Kemudian aku mengangkat tubuhnya, dan menghempaskan ke kasur. Eril bergerak-gerak pasrah. Aku meregangkan kedua pahanya dengan tanganku, kemudian menghunus penisku. Eril melotot menatap penisku yang semakin dekat dengan vaginanya, aku balas melotot menatapnya sambil terus mendorong penisku menyentuh vaginanya.

"ehhh.." eril mulai mendesah, menatap kemaluanku yang telah menyentuh vaginanya. Aku menggesek-gesekkan penisku di permukaan vaginanya sambil mencari-cari liang kenikmatan itu. Eril menahan napas pasrah. "haaaahh.." desahnya saat penisku akhirnya menemukan pintu vaginanya. Eril menatap kemaluannya itu dengan agak ketakutan. Aku mengangkat dagunya, menatap matanya dengan tajam dan meyakinkan. Awalnya akan sakit, tapi ingat, kamu harus selalu rileks. Jangan takut, jangan khawatir, jangan cemas. Ini adalah proses yang normal. Lagipula.." kataku sambil bersiap menyentakkan penisku "kamu melakukan ini denganku." kataku mengakhiri kalimat dengan sekali gerakan menyentak kencang dan penisku berhasil menyeruak vagina eril.

"ENGGHHHHHHHB....!!! S-SAKIT... SENPAI... AKKKHHH..." Eril berteriak saat baru setengah penisku masuk. "Tenang sayang, aku disini, aku akan mengabulkan semua kemauanmu, semua hasratmu, semuanya.." kataku seraya mengangkat dagunya, membuat mata kami saling bertatapan selama sekian detik, kemudian eril mengangguk. Kedua tangannya mencengkram lenganku yang menumpu di kasur di kedua sisi tubuhnya.

JLEBBB

"AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH.... SENPAIII!!!!!!"

Aku menyodok keras vagina eril. Eril menangis dan meringis, cengkramannya keras sekali di lenganku. Aku hanya bisa menatap matanya yang sudah sembab itu. "Sabar sayang.. memang begini.." kataku seraya memberi jeda waktu agar vaginanya terbiasa. Setengah detik kami saling tatap, kemudian aku menyodok lagi hingga seluruh penisku ambles. Eril hanya bisa memekik tertahan. Aku mulai menggoyang pinggulku, mengulek sedikit vaginanya, kemudian secara tiba-tiba menusuk vaginanya kuat-kuat dan menggenjot dengan kecepatan mantap dan teratur.

"nggghhhh!!!! Ssakit... senpai... argghhhh!!!"

"Rileks sayang.. rileks... Semuanya baik-baik aja.. enak kok.. rileks ya sayangghh aaaaahhhh!!" aku menggenjot eril dengan kecepatan mantap. Eril memejamkan mata. Suaranya habis. Aku terus menggenjot vaginanya tanpa ampun.

Bleshhh....
bleshhh....
sleppp....
bleshhh


"Ahhh.... ahhh ah ah ah ah ah... AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!" Eril akhirnya menemukan suaranya tepat saat tubuhnya bergetar mengalami orgasme kedua. Aku merasakan sensasi hangat saat penisku dibanjur cairan vaginanya. Setelah beberapa saat, aku mencabut penisku.

"Tengkurep sayang.., iya betul begitu, geser sedikit, nah.. siap ya.... Enggghhh!!!" Aku kembali menghajar vaginanya dari belakang. Eril yang masih mengatur nafas kembali terhempas ke bantal. Menjerit-jerit serak keenakan.

"Enggghhh ... enggghhhhhh..... aaakkhhh..... akhhhh..... sakit... sa... sakitt ..s enpai... stop... akahh....... punyamu... sesak.... terlalu.. besar... Aaahhh!!! Ahhh!!!!! Ahhh!!!!" Eril berteriak tidak keruan sementara aku menghiraukan permintaannya untuk stop malah aku semakin gencar menggaruk vaginanya.

"Ah ah..... ahhhhhh... AAAAAHHHHH!!!!" Eril berteriak kaget saat tiba-tiba tanganku yang menumpu mendadak mencengkram pinggulnya dan memaksanya naik.

"Angkat pantatnya sayang, angkat, bangun kamunya, bangun buruan! Tahan pake tangan! Nah, gini bener. Kita main kuda-kudaan ya sayang, HIYAAAAH!!!" Aku berseru keras sambil menerjang vaginanya seraya memukul pantat kirinya secara keras.

PLAKK!!

"Aaauhhh!!!! Ah! Ah! Ahnn!... Ah! Ah.. AH!.. sakit... Hiks.. senpai jahat... Kenapa aku dipukul.. hikss..."

"Kamu nakal eril, kamu nakal! Ngajakin ngentot, maksa lagi! Aku kan punya pacar! Kamu mau jadi pelakor HAH?!" ujarku kasar sambil terus memompa vaginanya seraya sesekali menampar pantatnya.

PLAKK!!
PLAKK
PLAKK!!


"UGH!.... senpai.. senpai... Stop... Akh!!!"

"Enak aja, kamu yang minta kan tadi? Nih aku kasih, nih, nih, rasain! Rasain kontol! Rasain nih! Makan nih sentuhan pria! Nih!"
"Ah.. ah.. ah... ah... AHHHHH!!" pinggulnya bergetar, orgasme lagi.

Aku memberinya jeda sebentar. Eril masih terisak-isak. Aku yang merasa pegal lalu duduk sambil meluruskan kaki. Kemudian menarik bangun badan eril dan mengangkatnya secara paksa, kemudian memposisikannya di atas tubuhku.

"Bangun! Bangun cepetan! Katanya mau enak hah!? Gantian kamu yang gerak!" ujarku. Eril terisak-isak sedikit, kemudian berjongkok dan memposisikan vaginanya di atas kontolku, setelah yakin posisinya tepat, eril menatapku, aku mengangguk singkat, kemudian eril menurunkan seluruh badannya.

"HAAAAHHH!!!!"

"GERAK BURUAN! JANGAN DIEM AJA! EMANGNYA AKU GAK CAPEK? GERAK KAMU!" aku memegang pinggulnya, membuat gerakan naik turun.

"Ah... ah... ah.... ah... sen... pai... ah.... galak... banget... ah.... akuubn.... takut...hh... janganhh bentak-bentak akuh... aku... takut... aku gak suka... Engghhhh!!""

"Terus kamu sukanya apa sayang?" kataku mendadak lembut sambil menyibakkan rambutnya ke samping telinganya. Eril kaget dengan perubahan emosi yang mendadak.

"Ehh.... AAnu... anggghhh... aku... suka.... s-senpai... yang... lembut... gini... gak.. marah-marah... nghhh!!!" Eril terus berbicara sambil menggenjotku seraya melakukan gerakan mengulek. Staminanya boleh juga, akhirnya latihan fisiknya berdampak signifikan.

"Terus... terus... terus sayang... terus... iyahh... Enak bangeet... Kamu pinter banget sayang... ngghhhh... Enak gak sayangku Ariella Callista IIchwan?"

"Ah.. Ahmhhghngghhhhhhh... aaahhh.... iyahhhh enak banget kakanda ... s-senpai.. a gggghhh.... terus..... enak.... banget.... akuhhbb.. mau ngewe.... Teruss... sama... senpai... selamanya... aarrghh!!"

"Iyah... iyah sayang... iyah.... selamanya... selamanya.... kamu milikku.... kamu punya aku.... Kapanpun... kamu mau... tinggal kesini ajah.... ahhahhhh.. ahhhh.. ahhhh..."

"Aaaaahhhh!!!! Iyah.. iyahhhh! Senpai.. aku hhhbakallan.... kesini terus... aaahhhhh!!!! Buat.... ngewe!!! Aahhhhh! AKU KELUAR LAGI SENPAI. ARRRRRRGGGHHHJJJJ!!!!" badannya menggelinjang hebat, memeknya berkedut semakin kencang menjepit. Kontolku akhirnya mulai berkedut. Tanpa banyak bicara, aku membaringjan tubuhnya, Eril hanya bisa tergeletak pasrah, kelelahan, keringat membanjiri tubuhnya.

Aku mengambil ancang-ancang posisi missionary, kemudian,dengan kontol masih menancap, aku menggenjot vaginanya.

"AHHHHH ahhhhh abhhh ahhhh ahhhhhhh!!!!"

"Ngghhhh!! Enak... enak... enak... enak gak eril sayang? Hmm?? Enak gak??? Hmm??"

"Nggghhh!!!... ngghhhhh!!! Enak... enakkk!!!" Eril menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalo enak kok geleng-geleng? Sini, sini, liat aku, liat aku! Aaahh;! Ariella! Lihat aku! Sini!" aku menahan dagunya, mata kami bertatapan.

"Engghhhh.... enak... banget... senpai.. ngghhhh!!! Ahhhhh!!! Ah ah ah ah ah ah ah ah ah enak banget mau ngewe terus ah ah ah AH!"

"AH.. AH .. AH .. Enak ril? Enak?"

"Ah... ah.... ahh... Enak banget.."

"AH.. AH... ENAK GAK ERIL SAYANG?! ENAK GAK?"

"ah... ah ah ah ah enak bangetsenpaienakkkk.."

"Ahh .... Ah..... Kamu.. mau aku keluarin dimana....???HAH???"

"AH.... AH.... aku gatau... senpai... enaknya dimana... ah... ah...."

"Di dalem aja ya? Hah? Mau? Enak di dalem.."

"EHHH..? jjangan... senpai... enghhhhhh!!!!! Nanti.. aku bisa hamil... nghhhhh ahhhhhh!!!"

"Tapi mau enak kan? Mau kan? Kalo enak di dalem... ngghhhh... kkeluarinnya... mau gak?"

"Ah..... ah..... ah...... ah...."

"MAU GAK ARIELLA? MAU GAK AKU KELUARIN DI DALEM? JAWAB"

uPQwEpP.jpg


"AH.... AH .. AHH..... AHH.... M.. MMAU!... MAUUU!! DIDALEM AJA!! DI DALEM!!! YANG PENTING ENAK! AH! AH!" eril berteriak keras dan kedua tangannya mencengkram pantatku, menancapkan kuku-kukunya, memberiku tenaga ekstra.

"ERIL! ERIL! ERIL! AH AH AH AH AH AH ENAK BANGET RIL ENAK ENAK ENAKKK AAAHHHH!!"

"IYAH! IYAH! ENAK BANGET SSENPAI!! AHHH! KITA KELUAR BARENGG!!""

"eril.... eril.... eril... ARIELLA CALLISTA ICHWAN!!"

"IYAH!! IYAHH!!! SENPAIII AAAAKKKHHHH!!!!!"

CROTTTT ......
CROTTTT......
CROTTTT.....
CROTTT .....
CROT.......

.
.
.
SERRRR.......

"AKKKHHH!!!!" perutnya bergetar tak keruan. Aku mencabut penisku tepat pada waktunya sebelum meledakkan peju, yang akhirnya muncrat di badan eril. Perut dan sekitarnya. Aku menghela napas panjang dan ambruk ke sampingnya. Lalu aku tertidur.
.
.
.
.
.
"Makasih.. banyak... s-senpai. Aku sayang kamu selamanya. You belong with me.."

Aku tersenyum sekilas, kemudian terlelap.


If you can see I'm the one who understands you
Been here all along so why can't you see
You belong with me
You belong with me
 
Terakhir diubah:
Oiya sori belum bisa masukin mulustrasi, kendala di device, besok ane coba lagi yak
 
Aku terdiam sejenak. Tidak sopan bagiku menolak ajakannya. Terlebih dia sebagai wanita, telah merendahkan martabat dan harga dirinya sendiri untukku. Sangat tidak etis bagiku jika aku tidak memberikan yang terbaik.

GOOD JOB! kok bisa kepikiran macem tu, hahaha. But its oke lah updatenya.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd