Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
Hae~
.
.
.
Part selanjutnya masih dalam proses. Sabar ya yang nungguin (?)

#GRAcefu19url.

Ketawa dulu sama yang ulang tahun!
FHwfGYFj_o.jpg
 
PART 7.1

SgRz5cXr_o.png


"Hai..." Aku menyapa Shani yang duduk terdiam sambil memotret beberapa momen.
"Eh, sini duduk..." Dia tersenyum.

Begitu aku duduk dia memberikan secarik foto diriku dengannya beberapa minggu lalu. Di belakang foto itu tertulis "Nuernberg - 2017". Aku bingung menatapnya. Apa maksudnya ini?


"Kamu masih marah sama aku?" Tanyaku.

Dia diam...

"Shan?"

"Aku jadi nggak bisa marah sama kamu..." Bisiknya tanpa menatapku.


DEG...



Aku merasa aneh. Mendengar perkataannya..


"Disatu sisi aku sayang sama Gracia. Tapi setelah kejadian itu...

...Aku jadi bingung, aku sayang sama Gracia tapi aku...


Dia gemetar menatapku.


...Suka sama kamu..."


Masalah baru...


"Aku tau harusnya aku nggak boleh suka sama kamu, tapi semenjak kita ciuman...
...Aku terus kepikiran...
...Aku harus gimana?"


Aku diam. Shani mulai suka sama aku? Jelas ini nggak boleh. Aku juga nggak mau...

Tapi...

Kenapa sekarang perasaanku senang?


***


Aku membereskan beberapa pakaianku yang sedikit berantakan di koper. Menemukan sebuah kotak disana. Sejak kapan ada kotak ini? Didalamnya berisikan foto Shania. Pikiranku terlempar ke suatu masa...

MRrBj46l_o.jpg

Hari itu hujan turun cukup deras, aku berteduh di pinggiran salah satu toko antik sampai seorang gadis tiba-tiba mendekatiku dan ikut berteduh...

"Shan?"

"Eh, Yovie? Kita ketemu terus..." Dia tersenyum.

Aku tertawa, "Iya ya, Nuernberg kan luas..."
Dia hanya terkekeh.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya.
"Kemana kaki melangkah aja..." Jawabku.
"Loh kok gitu?" Dia bingung.
"Ya tadinya mau keluar, hari ini Gracia lagi sibuk bantu-bantu mamanya. Aku bosen..."

Aku melihatnya sedikit gemetaran. Reflek aku melepaskan mantel milikku dan memakaikannya pada Shani. Dia sempat kaget lalu menatapku...

"Biar kamu nggak dingin..." Aku menatapnya.
"Hujan disini sama hujan di Indonesia beda ya... Lebih dingin..." Aku mengusap-usap kedua telapak tanganku.

Dia tersenyum, "Apa kabar Indonesia sekarang?"
"Maksudnya?" Aku bingung.

"Aku dari umur tujuh belas tahun udah disini. Sampe sekarang..." Dia nyengir.
"Udah sepuluh tahun aku disini..." Lanjutnya.

Aku berganti diam. Aku kira dia sering bolak balik. Terus kalo begini...

"Emang kenapa kamu nggak balik ke Indonesia?"

Dia diam, "Eh, udah lumayan reda nih. Temenin aku minum coklat panas yuk..."

Dia menarik tanganku mengajak ke kedai kopi dekat situ. Sejak saat itu aku mulai penasaran dengan kisah hidupnya. Aku benar-benar ingin mengenalnya lebih dalam...

"Tunggu Shan." Aku menahannya.

Aku melepas mantelku dari tubuhnya lalu menjadikan mantel itu peneduh hujan untuk kami berdua menuju kedai kopi itu... Dia tersenyum menatapku...



Aku memandangi secarik foto itu...

"Maaf Shan, aku tau ini salah...
...Tapi...
...Ada Shan lain disini yang harus aku kejar..."

Aku meletakkan foto itu kembali ke kotaknya dengan cincinku yang kulepas dan kusembunyikan disana. Aku nggak perduli dengan mereka disana, karena sekarang...


Aku harus bertahan disini...



***

PF8VuGny_o.jpg


"Yov..."

Suara Shani menyadarkanku...

"Aku harus gimana?"


Aku diam menatapnya, mendekatinya, dan memeluknya erat...


Dia menangis...


"Aku takut Gracia kecewa lagi sama kamu..." Dia berbisik.


Aku cuman bisa diam, aku nggak tau musti ngomong apa, tapi sekarang aku harus menyembunyikan ini dari Gracia. Aku melepas pelukanku dan menggenggam bahunya...


"Nggak akan Shan, aku bakalan simpan ini rapat-rapat..."


Aku mencium bibirnya, dia membalas ciumanku...


Aku tau ini pilihan kedua buatku, maafin aku gee. Bahkan sekarangpun aku masih tidak memilih kamu...


Kami terus berciuman, tanganku reflek bergerak menyentuh payudaranya. Dia reflek menahan...


"Kita di tempat ramai..." Bisiknya menempelkan keningnya di keningku.
"Terus gimana?" Tanyaku.
"Pengen banget?" Tanyanya balik.


DEG...


Nafasku jadi berat...


"Pe... Pengen..." Bisikku.

"Bener ya kata Gracia, kamu nggak bisa kontrol nafsu..."

Aku menyentuh payudaranya lagi. Dia menahan...

"Ke flat aku..."

Dia menarik tanganku meninggalkan tempat itu...


***


Sesampainya di Flat Shani aku tanpa basa-basi menariknya duduk di sofa dan menciumnya lagi, dia berusaha menahanku...

"Bentar-bentar..."
"Apalagi sih?" Aku gusar.


"Kamu bukan cuman mau badanku doang kan?"


Seketika pikiranku terlempar ketika aku mengintipnya...


"Kamu waktu itu juga sengaja kan?" Tanyaku balik.
"Waktu itu?" Dia bingung.
"Kamu mergokin aku ngintip kamu, reaksinya aneh..." Jelasku.


"Ya... Ya nggak... Nggak aneh lah, aku berusaha tenang karena kalo aku teriak, Gracia...


Aku langsung mencium lagi bibirnya, dia berusaha menahanku tapi kalah tenaga. Dia melemah dan membalas ciumanku. Kami saling pangut tapi kemudian terlepas lagi, pangut lagi, begitu terus...

"Nggak bisa gini, Yov..." Dia melepaskan ciumannya.
"Kenapa lagi sih, Shan?" Aku mulai jengkel.


"Aku keinget Gracia terus. Setiap sentuhan kamu itu bikin aku inget Gracia. Nggak- Nggak bisa!"


"Jadi?"
"Maaf-
"Udah gausah perduliin Gracia! Sekarang aku nafsunya sama kamu!" Aku sedikit naik.


Dia tercekat menatapku.


Damn...


"Kamu ternyata begini ya?"


"Apa?" Aku berusaha tenang walau sudah tau aku salah bicara.

"Bejat! Keluar dari sini!" Dia gemetar berganti marah.


DEG...


Aku diam...


"Keluar aku bilang!" Dia naik sedikit berkaca.

Aku tau aku salah, percuma minta maaf. Bodoh! Tolol! Nggak seharusnya aku bicara begitu! Aku menuruti keinginannya, aku melangkah keluar...

"Jangan pikir semua cewek gampang kamu ajak buat begituan ya!" Teriaknya.

BRAAKK!!!


***


Yap, setelah kejadian di usirnya aku dari flat Shani, aku nggak tau harus kemana. Aku bingung... Kakiku terus melangkah kemanapun dia mau, tapi untuk sekarang aku ingin sendiri...

"A-Aku nggak bisa tahan lagi, Gee..."
"Kakak udah nafsu sama kamu, Yup!"
"Persetan Yuvia, gue nafsunya sama lo Shan!"

"Udah nggak usah perduliin Gracia! Sekarang aku nafsunya sama kamu!"



Nafsu? Sekarang aku cuman berpikir tentang nafsu? Apa salah kalo nafsu liat mereka semua?

Peluangnya selalu ada. Gracia? Biasa aja waktu aku minta maaf udah menyentuh payudaranya. Yuvia? Biarin aku masuk kamarnya. Shania? Awalnya nolak tapi akhirnya mau juga, Shani? Aku ngintip dia reaksinya aneh.


"Sekarang aku salah kalo jadi gini?!" Teriakku.


"Kakyov?


Aku menghentikan langkahku...


"Ada apa...?


Aku mendongak, Gracia? Kok bisa disini?

lnp6Owt6_o.jpg


Kami sama-sama terdiam, dia menatapku bingung. "Kenapa kak?"


Mataku berkaca menatapnya... Dia mendekat... Setiap langkahnya, mengingatkanku sesuatu... Rasanya sakit... Aku gatau apa...


"Maafin aku, gee..."

"Maaf untuk apa?"


Aku menangis, Dia reflek memelukku...


Maafin aku... Bahkan disini-pun... Aku masih nggak bisa milih kamu...

RIn47acL_o.jpg


BERSAMBUNG...


Next Part.
 
Terakhir diubah:
PART 7.2 (Shani POV)

qNI5KBBt_o.jpg


"Kamu waktu itu juga sengaja kan?" Tanyaku balik.
"Waktu itu?" Dia bingung.
"Kamu mergokin aku ngintip kamu, reaksinya aneh..." Jelasku.


Astaga. Dia inget! Aku malu!



"Ya... Ya nggak... Nggak aneh lah, aku berusaha tenang karena kalo aku teriak Gracia...


DEG...


Dia menarik wajahku dan mencium lagi bibirku, aku berusaha menahannya tapi dia lebih kuat. Akhirnya aku melemah dan membalas ciumannya. Kami saling pangut tapi kemudian terlepas lagi, pangut lagi, begitu terus...


"Ci Shani!" Panggil Gracia.


"Nggak bisa gini, Yov..."


Bayangan Gracia tiba-tiba muncul...


"Kenapa lagi sih, Shan?" Dia mulai jengkel.


"Aku keinget Gracia terus. Setiap sentuhan kamu itu bikin aku inget Gracia. Nggak- Nggak bisa!"


"Jadi?"
"Maaf-
"Udah gausah perduliin Gracia! Sekarang aku nafsunya sama kamu!" Nafasnya berat.


DEG...


"Kamu ternyata begini ya?"


"Apa?"


Dia masih bisa bilang apa?


"Bejat! Keluar dari sini!" Aku gemetar marah.


"Keluar aku bilang!" Aku naik sedikit berkaca.


"Jangan pikir semua cewek gampang kamu ajak buat begituan ya!" Teriakku.


Dia pergi dengan perasaan kesal mungkin. Aku membanting pintu dan menangis...


Sudah kedua kalinya aku menangis seperti ini...


Aku nggak tahan lagi berada diantara mereka!


Gelap...

"Ci, aku lagi seneng dong!" Gracia menghampiriku.
"Kenapa?" Aku menatapnya.

Gracia menjelaskan bahwa besok orang yang di tunggunya datang. Yap, dia Yovie. Gracia benar-benar senang, aku malah sedih. Apa sih yang bikin Gracia jadi begini? Padahal jelas-jelas Yovienya malah menghilang gatau kemana sejak itu...



***

ZxYSrJZD_o.jpg


Aku dan Yovie berteduh di depan sebuah toko karena hujan cukup deras hari itu...

"Kamu mau kemana?" Tanyaku.
"Kemana kaki melangkah aja..." Jawabnya tersenyum.
"Loh kok gitu?" Aku bingung.
"Ya tadinya mau keluar, hari ini Gracia lagi sibuk bantu-bantu mamanya. Aku bosen..."

Hari ini terasa lebih dingin dari kemaren. Badanku bergetar sedikit tiba-tiba hangat. Aku menoleh dia memasangkan mantelnya di tubuhku, aku melongo...

"Biar kamu nggak dingin..." Dia tenang.
"Hujan disini sama hujan di Indonesia beda ya... Lebih dingin..." Dia mengusap-usap kedua telapak tangannya.

Aku tertawa,

"Apa kabar Indonesia sekarang?"

"Maksudnya?"

"Aku dari umur tujuh belas tahun udah disini. Sampe sekarang...
...Udah sepuluh tahun aku disini..." Jelasku.

Dia tiba-tiba diam.

"Emang kenapa kamu nggak balik ke Indonesia?"


DEG...

Karena disana... Aku kehilangan sesuatu yang berharga...


"Eh, udah lumayan reda nih. Temenin aku minum coklat panas yuk..."

Aku nggak mau menjawab pertanyaannya, menarik tangannya mengajak ke kedai kopi dekat situ.

Yovie menahanku, "Tunggu Shan..."

Dia menarik mantelnya dari tubuhku lalu merangkulku dan menjadikan mantel itu peneduh kami melewati rintik hujan. Entah kenapa saat itu aku hatiku jadi deg-degan...


***

bPqj4t6f_o.jpg


Aku mengajak Gracia bertemu, aku tau Gracia yang di maksud Yovie adalah Gracia sahabatku. Adikku. Itu dia datang dengan ceria seperti biasa, walau mungkin masalahnya sangat berat...

"Kenapa ci? Tumben tiba-tiba ngajak ketemuan..." Gracia duduk lalu nyengir
"Gapapa, kan udah lama nggak ketemu..." Aku ikutan nyengir.

Kami bertemu sekalian makan siang bersama, aku berusaha basa-basi mengobrol sana-sini sebelum menuju topik permasalahan. Yovie...

"Jadi sekarang seneng dong udah ada yang di tunggu-tunggu..." Aku tersenyum mengejek.

Dia berubah merah, "Apaan sih..."

"Dia menetap disini kan? Nggak pergi lagi?" Tanyaku.
"Mungkin..." Jawab Gracia.
"Kok... Mungkin?" Aku bingung.

"Susah ci, aku sih maunya dia tetep stay disini gausah balik-balik lagi. Tapi...
"Apa?" Potongku.
"Aku gabisa ngapa-ngapain sekarang..." Dia berubah sayu.

Aku nggak ngerti sama Gracia. Dia bisa terus bertahan dalam keadaan kayak gini? Menatapnya sekarang, aku yang emosi. Seperti apa sih? Sampe Gracia begini...

"Aku... Aku mau marah, tapi aku nggak bisa..." Bisiknya.
"Aku udah cinta sama dia, nggak perduli gimana keadaannya. Bisa bareng sama dia aja aku udah seneng..." Lanjutnya.


Aku udah nggak tahan!



"Ajak dia ke Flat aku besok! Aku mau ngomong sama dia!" Aku naik.
"Gausah ci, buat apa?" Dia menatapku.

"Aku cuman mau ngebelain kamu. Kamu di telantarin begini sampe sekarang! Sampe ada Gio!"

"Please ci, aku gapapa..."


Aku menggeleng. Benar-benar nggak mengerti sama Gracia...



"Aku cuman mau ngerti masalah kalian serumit apa sih? Cuman itu, Gee..." Aku menyakinkannya.

Dia diam seperti berpikir... Lalu mengangguk...


***

uJFGF1Fe_o.jpg


Gracia menangis, "Aku gabisa ci. Aku gabisa marah sama dia! Aku kecewa waktu dia bahkan nggak nyusul aku ke bandara buat terakhir kalinya!"

"Saat itu posisi aku sulit, Shan! Orang tua aku meninggal kecelakaan sementara adik aku... Hamil..." Jelas Yovie sedikit bergetar.

Gelap...

"Ssshhh..."

Aku reflek mendesah saat Yovie turun menciumi leherku, dia berusaha menarik bajuku. Dengan cepat aku menahan tangannya...



"Please, jangan sekarang..." Aku menatapnya sayu.


Sekarang aku gatau harus gimana...

Disatu sisi aku mulai suka sama Yovie, tapi disisi lain aku nggak mau buat Gracia kecewa untuk kedua kalinya. Kenapa aku harus ada disini sekarang?


KENAPA?!


Mengingat semua hal itu membuat aku menangis...


Tapi, aku harus menyadarkan Yovie bahwa yang di lakukannya salah. Dengan apa caranya?


BERSAMBUNG...

WzM5VbDj_o.jpg


Ehehehe gomen ya gaada SSnya. Mau bikin bingung dulu WKWKWKW enjoy the story! (?)

Next Part.
 
Terakhir diubah:
Dramanya udah mulai keluar nih. Tapi tetep aja kesel sama yovie. 3 aja masih kurang ya wkwkwkkwwk
 
Wah yovie bener2 tiga wanita dg nama yg mirip yg satu shania yg ada d jkt kedua shania jg yg d nuernberg satu lagi shani d kota yg sama blm lagi yuvia, dashyat ni kharisma yovie sampe shani yg g awalnya g suka jd suka, mantab gan pokoke lanjut........
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd