POV = Sumarni
Pagi itu aku kembali beraktivitas,kulihat banyak warga kampung sering melihatku,entah kenapa saat beberapa pria melirik ada perasaan aneh di dadaku.
Jujur hatiku senang dengan lirikan pria pria itu,"bi lihat banyak yang suka saat aku memakai baju berwarna cerah begini,pagi itu aku memakai jilbab biru,seragam dengan warna rok panjangku,kupadu dengan baju panjang warna putih bercorak bunga,aku yakin pria pria itu senang dengan busana yang dulu Abi gak memperbolehkan ku pakai,Abi jahat masak istrimu gak boleh tampil menawan"pikir Sumarni yang makin hari makin cantik dan hot saja.
Seandainya bukan janda orang yang di hormati di kampungnya,niscaya pria pria hidung belang akan menggodanya.
Setelah mengantar anakku aku bergegas pulang,pas di jalan aku mendengar suara panggilan.
"Bu nyai ,Bu nyai"panggil pria bersepeda ontel itu,akupun berhenti.
"Eh pak Suryo,mau kemana?"tanyaku pada pria yang barusan kukenali.
"Mau ke sawah Bu nyai,biasa mau ngisi air biar sawahnya gak kekeringan"jawab pak Suryo sambil tersenyum nakal padaku.
"Ya pak,jangan sawahnya saja yang di airi,kebun pak Suryo juga di airi biar gak gersang"jawabku membalas godaan pak Suryo.
"Kebun yang di rumah sudah kebanjiran Bu nyai,malah aku pengen membanjiri kebun yang baru,apalagi kebun Bu nyai"kata pak Suryo makin menggodaku.
"Pria setengah baya ini nakal sekali,banyak warga lalu lalang melewati kami,masih saja dia menggoda istrimu bi,memang pria yang berani kayak pak Suryo yang bisa mendapatkan kehangatan tubuh montok istrimu ini bi"pikir Sumarni yang mulai tergoda.
"Bu nyai kan lama gak lihat kebun,gimana kalau pagi ini kita kesana,siapa tau ada buah pepaya yang matang"kata pak Suryo mengajakku.
"Boleh pak, apalagi kedua putriku suka buah pepaya "entah kenapa aku langsung setuju,apa karena kejadian kemarin hingga aku tak takut lagi berduaan sama pak Suryo,yang bukan muhrim ku.
"Mari Bu kebun dekat perbatasan antar desa sebelah saja jaraknya gak jauh dari sini"ajak pak Suryo kegirangan.
Pria setengah baya itu langsung memacu sepeda ontelnya, perlahan ku ikuti pak Suryo dari belakang.
Sebagai istri pemilik kebun aku memang jarang melihat, apalagi saat suamiku masih ada aku jarang di ajak intinya aku dulu wanita rumahan.
Tak sampai 10 menit,pak Suryo berhenti di kebunku,ia dengan cekatan membuka pagar bambu terlihat rapi.
"Masuk saja Bu nyai" ajak pak Suryo .
Motor maticku ku bawa masuk ke dalam kebun, terlihat tanaman cabai dan pepaya tumbuh subur di lahan yang kuingat luasnya hampir 1 hektar ini.
Aku menunggu saat pak Suryo menutup pagar.
Pria setengah baya itu tersenyum saat menunjuk pondok di tengah kebunku,
"Parkir motornya di sana Bu nyai"pak Suryo langsung mengajakku kesana.
Kamipun bergegas menuju kesana,
Pondok itu terlihat bersih ,walau hanya terbuat dari bambu kulihat sangat kuat dan kokoh.
"Pak suryo memang rajin dan ulet pantesan almarhum Abi mempercayai bapak untuk merawat sawah dan kebun kami"
Aku memujinya sambil duduk di pondok, kurasakan udara segar di kebun yang jarang ku kunjungi ini.
"Bu nyai bisa saja,aku juga berterimakasih sama almarhum pak Modin sudah mempercayaiku merawat semuanya,termasuk Bu nyai Sumarni yang cantik dan semok"godanya nakal padaku.
"Sudah rejeki pak Suryo karena kerja rajin dan ulet, akhirnya mendapatkan semuanya " jawabku sambil tersenyum.
"Ouh ia pak mana pepayanya?"tanyaku padanya.
Pak Suryo tersenyum sambil duduk.merapat,aku berdebar.
"Ini pepayanya Bu nyai yang bikin aku ingat Bu nyai Sumarni terus"jawabnya sambil memegang payudaraku.
"Bi pak Suryo orang yang kamu percaya,melecehkan istrimu,dia berani sekali bi memegang payudaraku "pikir Sumarni yang bukannya marah saat di lecehkan malah menatap sayu pada pelakunya.
"Pepaya Bu nyai siap di panen,ini pepaya bagus sudah besar,padat lagi"bisik pak Suryo makin nakal,ia gerayangi payudaraku.
"Pak suryo,suka sama pepayaku"tanyaku sambil mendesah,
"Suka sekali Bu nyai,maaf Bu nyai Sumarni aku ingin melihat pepayanya"bisiknya sambil menarik baju panjangku ke atas,
Aku terdiam sesaat,pak Suryo tersenyum penuh nafsu birahi,melihat tubuh dan payudaraku yang masih memakai bh.
"Duh pepaya Bu nyai memang mantap,sudah besar padat mulus lagi benar benar bibit unggul"desisnya sambil menarik bh berwarna biru yang kupakai.
"Bi pak Suryo membuka bhku,putingku Langsung terlihat olehnya,duh bi pak Suryo terlihat bergairah banget, istrimu ini cantik,semok lihat pak Suryo langsung gercep(gerak cepat)saat ada kesempatan berduaan"pikir Sumarni yang darahnya mulai memanas karena di perlakukan tak senonoh sama pak Suryo.
"Bu nyai sebelum di panen pepayamu harus tak coba dulu,kalau manis dan enak pasti harganya mahal"sambil berkata pria setengah baya berbadan kekar itu langsung mengenyot puting payudaraku,
"Cup cup cup"bibir tebal pak Suryo dengan gercep menyusu padaku,
"Ohh ohhh ohhh"desisku keenakan,pak Suryo seperti bayi yang kehausan bergantian mengenyot kedua putingku yang langsung tegak berdiri,aku remas rambut pak Suryo yang mulai beruban,
"Gimana pak manis nggak pepayaku?"tanyaku yang mulai berani menggodanya.
"Manis sekali Bu nyai ,sedap betul ini mahal Bu nyai"celotehnya.
"Pasti mahal pepayaku karena gak sembarangan orang bisa merasakannya"jawabku makin nakal.
"Ya Bu nyai Sumarni,mana berani orang sama Bu nyai,Bu nyai jandanya almarhum pak Modin orang yang di segani warga kampung sini" jawab pak Suryo yang makin bernafsu.
"Bu nyai sebaiknya di lepas dulu jilbab dan semua pakaian Bu nyai,aku takut kotor Bu nyai,biar gampang memanen pepayanya".
Kembali kata kata ajakan nakal pak Suryo terlontar ,membuatku merinding tak karuan.
"Aman nggak di sini pak?"tanyaku memastikan, walaupun sudah mulai basah kuyup memekku karena rangsangan pak Suryo,aku masih sadar karena aku wanita yang terkenal alim di kampungku,aku takut perbuatan terlarang ku bareng pak Suryo di ketahui warga,bisa hancur martabat keluargaku.
"Aman Bu nyai Sumarni cantik,semok.
Kebun ini aman, apalagi pagarnya tinggi rimbun,rapat Bu nyai gak ada warga yang masuk ke sini tanpa seijin ku"pak Suryo berkata seakan menenangkanku.
"Baiklah pak Suryo ku lepas dulu bajuku agar pak Suryo mudah memanen pepayaku ini"sambil berkata dengan nakal ku angkat kedua payudaraku dengan jari mulus yang masih memakai cincin kawin almarhum suamiku.
Pak Suryo tersenyum penuh arti,ia juga berdiri dan melepas celana panjang dan kaos belelnya.
Kami saling pandang saat melepas seluruh penutup tubuh,aku dan pak Suryo seperti bayi yang sama sama polos gak berbaju.
"Tubuh Bu nyai memang montok,mulus luar biasa istrimu pak Modin,semua pria pasti terpesona dengan kemolekan tubuh Bu nyai"rayu pak Suryo yang membuatku makin bergairah.
Aku dan pak Suryo berpelukan bibir mungilku yang kupakaikan lipstik sejak pagi ia kecup"bi gak rugi aku berdandan cantik,pak Suryo langsung melahap bibirku,pantesan Abi gak suka kalau aku pakai lipstik,sebab kalau memakai lipstik pria langsung nyosor, seperti yang di lakukan pak Suryo padaku"
Pikirku nakal,aku tak tinggal diam ku balas kuluman bibir pak Suryo membuat pria itu makin buas.
Aku di rebahkan di pondok beralas bambu itu,aku memandang sayu pada pak Suryo yang dengan telaten menciumi seluruh tubuhku.
Getar birahi makin membuai tubuhku,di tengah kebunku sendiri aku bercumbu dengan pria yang bukan suamiku, seandainya suamiku ada ia juga tak mungkin melakukannya di tempat terbuka ini.
Tubuhku terasa basah karena air liur pak Suryo,entah kenapa aku gak jijik malah aku merasakan sensasi yang luar biasa hangat,
Pahaku di buka lebar sama pak Suryo,aku berdebar melihat perlakuan pak suryo,"achhhhh achhhh achhhh"desisku manja,lidah tebal pak Suryo perlahan menjilati kemaluanku.
Bulu jembutku yang lebat ia elus elus agar lebih mudah bibirnya melahap bibir kemaluanku yang kurasakan mulai menetes Karena cairan kenikmatan ku tak kuasa ku bendung.
"Srupppppp srupppppp srupppp"
Bunyi lidah pak Suryo terus menjilat,
"Ohhhh pak geli pakk ahhhh eh ohhhhh enak pak"desisku yang makin kelojotan,pinggul semokku ku gerakkan karena tak kuasa menahan rasa gatal karena birahi.
",Bi lihat pak Suryo sangat telaten menjilati memekku,Abi gak salah milih orang pak Suryo memang pria yang bertanggung jawab,ia ingin aku merasakan nikmat yang belum pernah Abi berikan,ohh bi pak Suryo memang berani,istrimu di buat jadi wanita nakal di kebunmu kita bi"bisikan nakal itu makin membuat gairahku timbul.
Hampir 10 menit pak Suryo menjilati memekku,akupun mendapatkan orgasme"pak ohhh aku keluar achhhhh,"kataku keras sambil ku Jambak rambut beruban pak Suryo.
Enak dan lega kurasakan saat tetesan cairan kental muncrat ke wajah pak Suryo.
Pak Suryo tersenyum bergairah,pria itu mengambil posisi di atas tubuhku.
Aku takjub dengan stamina pak Suryo,di usianya yang menginjak 50 tahun pria ini punya stamina yang prima,mungkin dari kesehariannya yang selalu kerja berat dan kasar membuat tubuh dan otot pak Suryo kuat dan keras.
"Bu nyai Sumarni cantik,semok aku mau mengairi kebunmu ya,biar gak gersang dan tandus"katanya minta ijin padaku.
"Ya pak,toh yang punya kebun sudah mempercayakan bapak agar merawatnya "jawabku tersipu.
Mataku sayu melihat kontol besar pak Suryo sudah siap di gerbang memekku,aku penasaran ingin melihat kontol itu masuk,mataku tak berkedip saat pak Suryo mulai menusukkan kontolnya,"sleeb jleeebbbb"kurasakan daging keras masuk ke liang memekku,besar panjang hingga terasa penuh lubang memekku.
Pria ini luar biasa berpengalaman setelah memekku mulai terbiasa dengan ukuran jumbo kontolnya,pak Suryo mulai menggenjotku, gerakannya kuat dan keras membuat tubuhku bergetar,
*Kreot kreot kreot "bunyi alas bambu itu membuat kami makin syahdu menikmati pe
rsenggamaan terlarang ini.
Saking kuatnya ia menggenjotku,pinggulku yang semok makin naik ke atas.
"Aduh enak sekali memekmu Bu nyai ohhhh enak seret dan nyedot"bisiknya memujiku,
"Memang memek istrimu gak begini pak?"
Tanyaku penasaran,
"Punya istriku sudah lower Bu nyai,maklum anak 5 he he he "jawabnya sambil terkekeh.
"Emmm bi,aku punya anak 2 aku harus merawat memekku biar gak lower kayak istri pak Suryo,aku harus cantik bi,"lamunan Sumarni makin bergairah, walaupun sodokan itu bertubi tubi tapi aku terus menggerakkan pinggul semokmu agar rasa geli ,ngilu campur nikmat ini makin menyatu.
"Ohhh enak pak terus pak Suryo enak"rintihku manja pada pak Suryo yang makin menjadi jadi,
Keringat kami bercucuran deras walaupun masih pagi,aku dan pak Suryo seakan menaiki puncak gunung,tapi ini gunung kenikmatan yang makin tinggi makin nikmat.
Desahan buas pak Suryo menyatu dengan rintihan Bu nyai Sumarni, keduanya sudah lupa daratan yang mereka inginkan adalah kepuasan bercinta,kepuasan tanpa paksaan,tanpa status.
Keduanya tak tahu ada sekilas bayangan yang memperhatikan perbuatan tak senonoh itu,siapakah bayangan itu?
Bersambung