Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA My Only Sunshine - TAMAT

Nice update hu di tunggu kelanjutannya

Walaupun kentang:aduh::aduh::aduh:

semoga suhunya rajin update biar gak kentang

Di tunggu next updatenya hu semangat nulisnya biar cepat update lagi
Terimakasih kak, ditunggu kelanjutannya yaa hehehe~

Waduh salah postingan saya ngirim itu...lg kurang fokus hahaha

Btw update dan langsung nge gas aja nih Anin, lanjutkan hu!
Iya kak, Anin nya agresif banget :( untuk luvchu.

Wah ini suhu panutan rajin update, nggak kayak yang itu, yang ceritanya nggak update-update.

*haciwww* terima kasih Viny kapan update * haciawww
Ini bisa update karena bos dan dosen belum menyerang dengan kalimat legend.
Deadline minggu depan ya. :hua:

Wkwkwk lol lol

Suhu nya Blink :pandaketawa:



Uhuk! Puppy Love~
Keracunan ekhem jadi ikut ikutan kak :(

iiihhh, emang kakak kuat berapa ronde sih?



wah wah aku lebih suka yang bahasa korea nya kak ehehee....
Kalo aku suka kamu gre, gimana? :(

Kirain bahasa kalbu, Gre :pandaketawa:

Atau bahasa sansekerta :pandaketawa: :pandaketawa:

1 kali aja lah tapi buang di dalam.....he he

saya hanya menyimak kalo masalah bahasa apa dan buang dimana :goyang:

Izin mantau bro :baca:
Mantap suhu lanjutkan lagi :adek::tegang:
selamat datang kak, silahkan duduk santai dan kencangkan sabuk pengaman~

Ini suhu2 sebelah pada nangkring disini biar ketularan cepet update ato biar nularin jarang update sih?
semoga suhu suhu sebelah ketularan cepet updatenya deh:jimat::jimat:

gemes ya lama lama :o
Nindut emang gemesin kak :(
 
printf(“==PART 2==\n”);


“Ayo kak masuk dulu, maaf ya kak gara-gara nganterin aku jadi kehujanan.” Anin membuka pintu rumahnya, dan tidak ada siapa-siapa disini. Aku menelan ludah.

Ditengah perjalanan tadi, kami berdua kehujanan. Kami kira hanya gerimis sesaat, namun ternyata semakin kami terjang semakin deras. Alhasil mau tidak mau aku harus menunggu sesaat dirumah Anin.

“Aku tinggal sendiri kak, ini dulu kayak semacam villa gitu, cuman berhubung aku pindah jadinya aku tempatin deh. Maaf acak-acakan ya kak.” Anin menyambar handuk yang tergantung di dekat tangga lalu segera mengeringkan rambut bagian bawahnya yang basah dan bajunya.

Sialan.

Anin memakai kemeja putih dengan motif garis-garis, yang membuat daleman yang ia kenakan terlihat karena kemejanya basah terkena hujan. Aku buru-buru menelan ludah lalu berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Ini kak handuknya, kalo mau ngeringin baju ada mesin cuci di belakang.” Anin tiba-tiba berada di depanku lalu menyerahkan sebuah handuk berwarna merah muda. Sesaat, mata kami bertemu. Keheningan menyelimuti kami. Aku segera mengambil handuk tersebut lalu tersenyum kepadanya.


“Sana, ganti baju dulu kamu. Udah dingin gitu keliatannya” aku membalikan tubuhnya lalu mendorongnya sedikit.
“Eh, I, iya kak” dia berlalu menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya.


Sejujurnya, rumah ini lebih dari cukup untuk dihuni satu orang. Rumahnya cenderung sedang, dengan dinding warna putih mendominasi. Lantai 1 ini sepertinya hanya ada ruang tamu yang aku tebak merangkap ruang keluarga, dapur, satu kamar tidur, dan satu kamar mandi. Mungkin untuk tamu yang menginap, entahlah. Rumahnya sangat bersih, hampir seperti tidak tersentuh karena kurasakan ada debu di beberapa bagian. Foto keluarga menghiasi dinding yang berada diatas tv.


“Hatchiw!” sialan, tanda-tanda alergi debu ku mulai muncul. Benar rupanya, ada beberapa bagian yang tidak tersentuh sehingga berdebu. Aku menggaruk hidungku, lalu melepas kaos ku karena sudah cukup kedinginan, lalu berjalan menuju mesin cuci yang tadi di tunjukan Anin.

“Apa sekalian sama tas aja ya?” aku befikir sejenak, lalu mengambil tasku yang berisi seragam, beberapa peralatan pribadi, dan sebuah laptop.

“Kok bisa lupa sih kalo bawa laptop kampret.” Aku buru buru mengeluarkan laptop berlambangkan apel yang tergigit itu keluar beserta chargernya dan charger handphoneku.

Setelah kaos, seragam, dan tas kumasukan kedalam mesin cuci, aku menekan tombol untuk mengeringkan.


“Kak” Anin mencolek lenganku, yang membuatku reflek memutarkan badan kearahnya. Dia terkejut sesaat, lalu memperhatikan badanku dari atas kebawah.
“Kenapa Nin?” lamunannya seperti terbuyar ketika aku bertanya.
“Emm, ini aku ada kaos buat ganti kakak dulu, cuman gatau ukurannya muat apa nggak.” Dia menyerahkan sebuah kaos bertuliskan Thrasher ditengahnya dengan latar hitam. Aku tersenyum.
“Makasih yak hehehe” aku mengambil kaos itu lalu mengenakan nya. Ukurannya pas, sedikit lebih longgar.

“Aku bikinin teh ya kak. Tungguin di meja makan!” dia sedikit antusias, padahal kulihat dari sorot matanya dia sedikit lelah. Kuintip sedikit ke arah luar, ternyata makin deras. Bahkan beberapa kali petir menyambar. Aku menghela nafas, mengisyaratkan bahwa kecewa hujan tidak kunjung reda. Sembari menunggu Anin membuat teh hangat, aku membuka laptopku, melanjutkan beberapa tugas yang harus di kumpulkan via online.

Sejujurnya, aku tidak terlalu kesulitan membagi waktu antara pendidikanku dan pekerjaanku. Semua terasa mudah bagiku, mungkin karena sudah sejak semester 1 aku “setengah-setengah”, ditambah dengan statusku sebagai mahasiswa berprestasi meski kupu-kupu. Sembari mengetik, aku mendengar suara dentingan sendok dan gelas dari dapur.

“Ini kak. Teh manis hangat untuk kak Tama buatan Anindhita. Selamat menikmati~” ia menyodorkan gelas berisi teh panas kearahku. Aku tertawa sedikit lalu meniup-niup teh yang asapnya saja masih mengepul. Anin duduk di sebelahku.

“Teknisi juga kudu nulis laporan ya kak?” dia terlihat antusias bertanya, terdengar dari nadanya.
“Hahaha, ini tugas kampus. Gini gini aku juga masih kuliah”
“Hah? Kuliah sambil kerja apa kerja sambil kuliah?” wajah terkaget nya terlihat lucu.
“Kuliah sambil kerja, aku waktu SMK dulu jurusan nya listrik, jadilah teknisi di fx.” Aku menjelaskan sembari melanjutkan tugasku.

Terjadi keheningan antara kami.

Tiba-tiba.


“Kak, temenin Anin tidur ya?” Anin bertanya sesaat setelah muncul kalimat “ Task Submitted” di layar macbook ku. Aku terkaget.
“Hah? Tumbenan?” aku menekan tombol power macbook ku lalu menyeruput sisa teh ku.
“Anin takut, diluar juga masih hujan deres, emang kakak mau nerabas hujan balik ke Kuningan lagi kak? Yayayayayaya?” ia bergelayut manja di lenganku.
“Huft. Iyadeh. Mau tidur sekarang?” aku menghela sesaat.
“Iya! Ayo tidur! Anin ngantuk kak!” ia langsung berdiri, menarik tanganku menuju lantai 2, tempat kamarnya berada.

Sejurus, ia membuka pintu kamarnya. Aroma cherry langsung menyeruak menusuk hidungku. Terlihat warna-warna cerah khas kamar perempuan menghiasi mataku. Dindingnya didominasi warna pink. Kasurnya cukup besar, dihiasi meja belajar dan sebuah gitar. Langit-langitnya ditempel seperti stiker glow in the dark. Intinya : rapih.

Anin menghempaskan diri ke kasurnya. Aku berjalan ragu sembari memperhatikan sekeliling, lalu iseng mengambil gitar yang terletak di antara meja belajar dan lemari pakaiannya. Aku duduk di kasur disamping Anin dan mulai memetik gitar. Kulirik Anin sebentar, rupanya ia langsung terlelap. Nafasnya teratur, kaos kuning cerahnya yang bertuliskan JKT48 di bagian depannya nampak sedikit kebesaran. Aku bisa bahkan bisa melihat belahan dadanya yang menggoda.

Sialan. Aku ngaceng.

Aku membuang pandangan, lalu mulai memainkan sebuah lagu.


Bukiyou na sono kotoba de
Hui ni kizu tsuite
Gomen ne mo nanimo naku
Hitori de jibun hage mashite
Kyou mo mata modo ttewa
Konai kato fuan de
I just want you to stay




Sejenak kembali melirik Anin, dia masih terlelap, menandakan gitaranku tidak mengganggu tidurnya. Aku kembali melanjutkan bernyanyi


Kono koro narete kita yo sono mukuchina taido ni
Sorosoro wakareyou to kagami ni tsubuyaku no
Watashi ga ite atarimaede kimirashīi ne
Dakedo stay stay with me




Anin bergerak sedikit, menggeser kepalanya agar nyaman, lalu kembali lelap dalam mimpinya. Aku tersenyum.

“Sialan. Masa aku mulai sayang sama dia sih?.” Aku bergumam dalam hati sembari tetap memetik gitarku lalu melanjutkan laguku yang tertunda.


Setsunaku nagareru melody eh eh
Kon'nani naka serunoni
Sono kaori wa amai felony
Demo mada daisukide

Kono makkurana sora ni suikoma re chau mae ni
Ne~e onegaidakara soba kara mō hanarenaide yo
Dōshitemo kimijanakya damena no
Soba ni ite stay with me




“It goes little something like..” aku kaget saat Anin menyauti lagu yang aku nyanyikan, namun kulihat dia masih memejamkan matanya dengan menyunggingkan senyum sedikit.

“Lalala lalalaa~”

“Lalala lalalaa~”

“Lalala lalalaa~”

Kami bergantian menyahuti penggalan lirik lagu tersebut.

Because it doesn’t have to be eternal...

Stay with me..”
Aku menutup lagu yang seharusnya berbahasa Jepang tersebut dengan terjemahan yang aku tau. Anin tersenyum lebih lebar dengan mata yang masih terpejam. Aku meletakan gitar kembali pada tempatnya, lalu berbaring disamping Anin.

“Kak..” ia memanggilku, aku menoleh.

“Maafkan aku..” ada jeda sesaat sebelum ia melanjutkan.

“...jadi suka sama kamu.”

Ia masih terpejam, namun pipinya tidak bisa menyembunyikan rona merah yang nampak. Aku tersenyum, lalu menyentil hidungnya.

“aw! Ih sakit!” ia menggaruk hidungnya lalu menunjukan raut wajah kesal yang membuatnya malah terlihat gemas.
we just met several hours ago, so please, tell me why you said that.” Aku memainkan ujung rambutnya yang jatuh kearahku.

“Kakak... orang baik. Bela-belain nganter aku sampe rumah, padahal apart kakak deket. Terus... kakak...” dia berhenti sesaat.
“Aku sering lihat kakak kalo naik eskalator, kakak selalu senyum dan menurut aku senyum kakak itu lucu....”dia berbicara dengan suara yang lebih pelan. Aku hanya tersenyum lalu mengusap pucuk kepalanya.

“Have a good night, Anin. Thank you.” Anin menenggelamkan wajahnya didalam selimut setelah aku mengucapkan kalimat tersebut. Aku memandang kearah luar lewat jendela yang ada dikamar Anin, rupanya hujan sudah berhenti. Karena memang belum ada tanda-tanda kantuk akan menyerang, aku putuskan untuk kembali mengambil gitar yang tadi sudah kuletakan kembali ke tempatnya.

Petikan gitar kembali terdengar perlahan, karena aku tidak ingin membangunkan Anin.

kiss kiss, kiss kiss and make up~

Kiss kiss, kiss kiss and make up~”

Belum sempat aku bernyanyi, handphoneku berbunyi. Ada telfon masuk rupanya, tanpa nama. Penelfon baru yang entah darimana mendapatkan nomor telfonku. Saat aku angkat, suaranya sangat aku kenali.

Sangat. Aku. Kenali.

**

Aku membuka mata perlahan. Sayup-sayup dentuman lagu terdengar lewat indra pendengaran kanan dan kiriku. Tanganku bergerak mencari handphone yang harusnya aku letakkan di meja sebelah kasurku bersama dengan dompet dan kunci motor. Aku langsung terbelalak begitu mengetahui ini bukan kamarku. Badanku reflek menegak, bangun dengan sendirinya. Rupanya aku tidak mengenakan atasan sama sekali saat tidur semalam. Aku melihat sekeliling dengan jantung berdegup kencang.


Warna pink mendominasi kamar ini. Khas perempuan. Wangi cherry tercium lewat hidungku.

"Wanginya sih enak." gumamku sejenak lalu melanjutkan menyapu seluruh isi ruangan ini. Matahari menembus langsung lewat jendela, memberikan energi kepada sebuah tanaman yang ada di pinggir jendela tersebut. Kasurnya kurasakan cukup besar, king size istilahnya. Spreinya bermotif polkadot warna merah. Aku turun dari kasur dan kurasakan kakiku menginjak sesuatu yang menarik mataku melihat kebawah.


"Ini kan beha cewek!" aku sedikit terkejut saat melihat apa yang aku injak. Mataku masih menyusuri lantai kamar itu. Terdapat celana dalam berwarna maroon bermotif renda di samping bh yang aku injak tadi, dikelilingi sebuah rok, dan kaos berwarna kuning cerah. Jantung semakin berdebar saat aku mendengar sebuah langkah kaki mendekati pintu kamar yang tertutup ini, membuatku menoleh dengan cepat untuk mengetahui siapa pemilik barang-barang 'haram' yang aku lihat barusan.


Krieett.


Pintu kamar terbuka. Perempuan. Dia nampak terkejut.


"Eh, kakak udah bangun? Aku udah buatin sarapan dibawah. Yuk kak, makan dulu" ucapnya dengan riang seakan tidak terjadi apa-apa. Aku masih melongo tidak percaya.


Perempuan itu.


Gadis itu.


"ANIN?!"


“Eh? Iya, ini Anin kak. Kakak lupa ya? semalem kan kakak tidur dirumah aku gara-gara kehujanan.” iya menatapku dengan heran. Aku masih terkaget.

Pagi ini ia rupanya sudah bersiap, entah ingin kemana. Ia mengenakan kaos dengan gambar hati kecil dibagian tengahnya, dengan celana hitam yang sedikit kebesaran yang aku tidak tau namanya apa. Aku menelan ludah.

Ia cantik sekali.

“Ayo sarapan dulu!” ia menarik tanganku kebawah, sementara aku masih kaget karena bangun di tempat yang asing bagiku. Sesampainya dibawah, sudah ada 2 piring nasi goreng di meja makan, beserta segelas kopi hitam dan susu.

“Tada~ Anin yang masak loh kak, semoga enak ya!” ia mengangkat sepiring nasi goreng itu kearahku dan tersenyum. Bisa bisa diabetes aku jika seharian ini begini. Karena lapar, aku segera duduk, berdoa, lalu menyendok sedikti nasi goreng buatan Anin.

“Gimana kak? Enak kan?!” iya terlihat antusias menunggu responku.

Aku memejamkan mata, merasakan nasi goreng itu melalui indra pengecapanku.

“Enak. Beneran enak. Cobain deh kamu juga sarapan ayok!” ucapku seraya menyerahkan piring yang lain kearah Anin, yang langsung disambut dengan senyum bahagia olehnya. Selama sarapan, kami mengobrol banyak hal. Kehidupan masing-masing, musik, film, motorku, rumahnya, dan beberapa hal kecil.

Selesai makan, aku pamit pulang kepada Anin namun segera ia cegah. Ia mengatakan kalo aku boleh mandi terlebih dahulu disini. Tanpa berlama-lama, aku segera menuju kamar mandi untuk mandi.

“GEDE BANGET ANJAY!” aku menganga begitu melihat kamar mandinya yang mungkin luasnya setengah dari kamarnya. Terdapat sebuah shower, kloset duduk, wastafel lengkap dengan kacanya, dan sebuah ruang kosong ditengah-tengah barang-barang itu. Sejurus kemudian, aku melepas celana ku dan bergegas mandi. Semua kotoran yang menempel di tubuhku sejak kemarin ikut hanyut bersama dengan kucuran air dari shower yang berada diatas kepalaku.

Tiba-tiba, sepasang tangan memelukku dari belakang. Aku jelas kaget, namun yang pertama kulihat adalah apakah kaki si pemeluk ini berada di tanah. Ternyata iya.

“Anin pengen mandi bareng kakak.” Bisiknya lembut ditelingaku, diiringi dengan semakin tegangnya penisku. Aku menelan ludah sesaat.

“Kita baru kenal kemarin Nin.”

“Gapapa. Aku Cuma pingin sama kakak.” Ia membalikan tubuhku menghadapnya.

Anin sudah bertelanjang bulat rupanya. Kulitnya putih mulus tanpa celah, badannya sedikit berisi namun tidak gendut, payudaranya terlihat menantang dengan puting yang sedikit menampakan warna pink. Aku menelan ludah lagi lalu melirik kebawah. Vaginanya mulus tanpa bulu-bulu disekitarnya, mungkin Anin baru saja mencukurnya. Aku bersama penisku makin tegang dibuatnya.

Tanpa izinku, ia mencium bibirku dengan lembut, yang langsung aku balas.

“Emmhh...” desahan Anin tertahan karena ciumanku. Lidahnya berusaha masuk melewati rongga mulutku yang langsung disambut dengan hangat oleh lidahku. Tangan kanannya memegang penisku lembut sementara tangan kananku berusaha menggapai toketnya.

“Emmhh... enak kak..” desahnya saat tanganku berhasil menggapai toketnya dan meremasnya lembut. Ciuman kami terlepas, lalu ia berbisik di telingaku.

“Aku sayang kakak.” Suaranya lembut, dan aku bisa merasakan nafasnya mulai berat. Aku tersenyum lalu kembali menciumnya dengan lebih hebat dari sebelumnya.



break;
Nerbener demen bikin orang kentang wkwk alias bagus banget ni cerita hehe

Ditunggu updateannya
 
Wehehehehe akhirnya ada cerita dede Anin ;)

Ditunggu part berikutnya hu!
 
Apa karena JKT48 makanya pakai "stay japanese version"? Agar tidak menyalahi kodrat haha
 
Aneh, ngerasanya ngebut gitu, padahal belum ekse, tapi lapak lain yang chapter 1 udah ekse malah ga terasa ngebut

Ah semoga cuma efek "tidak mendalami membernya" saja. Anw, semangat untuk update terus hu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nerbener demen bikin orang kentang wkwk alias bagus banget ni cerita hehe

Ditunggu updateannya

Yaa kentang Hu. .
Lanjut ampe crottt dong . .
Terimakasih kak sudah berkunjung, sabar ya kak sedang dikerjakan updateannya :D

Wehehehehe akhirnya ada cerita dede Anin ;)

Ditunggu part berikutnya hu!
Ditunggu ya kak, pesanannya masih di waiting tray/?

Apa karena JKT48 makanya pakai "stay japanese version"? Agar tidak menyalahi kodrat haha

Blackpink - Stay

Gapapa, kamu gak melanggar etika kok, Dok.
Yap! tepat! sebenernya, saya suka dua-duanya, cuman kepikirannya bawa yang Japanese ver nya hehehe

Judulnya pakai script output Java, Programmer ya bro?
Saya cuman tukang pijet biasa kak, bukan programmer :(

Ceritanya bagus hu,ijin ninggalin jejak ya
Selamat datang kak!

Aneh, ngerasanya ngebut gitu, padahal belum ekse, tapi lapak lain yang chapter 1 udah ekse malah ga terasa ngebut

Ah semoga cuma efek "tidak mendalami membernya" saja. Anw, semangat untuk update terus hu
Mungkin, karakter penulisan saya yang beda dengan cerita-cerita sebelumnya kak, ditambah pembawaan saya di tulisan saya diluar forum ini cenderungnya seperti ini hehe. Terimakasih sudah membaca ya kak :D

Aku sukak nih anin cepet update hehe
Wangi, lembut, gedhe, hehe..
Aku cinta kentang. Buruan-buruan gak sabar ><
Udha becek aninnya
Waduh master kentang sudah tidak sabar, sabar ya master saya juga sebenernya tidak sabar menunggu kelanjutan cerita master :(
 
Mungkin, karakter penulisan saya yang beda dengan cerita-cerita sebelumnya kak, ditambah pembawaan saya di tulisan saya diluar forum ini cenderungnya seperti ini hehe. Terimakasih sudah membaca ya kak :D

Tolong beri tahu link "diluar forum ini" ya tq
 
printf(“>>PART 3<<\n”);


Lidah kami saling bertemu didalam rongga mulutku. Tangan Anin kembali meremas penisku dengan sedikit kasar, sementara tanganku masih aktif meremas toketnya yang menggemaskan itu.

“Emhh... Kak.... Mpphhh....” desahannya tertahan ciuman kami. Aku melepaskan ciumannya karena mulai kehabisan nafas. Terlihat liur yang sudah ‘belepotan’ kemana-mana. Anin tersenyum.

“Udah kecemplung, diving sekalian aja kak.” Ucapnya seraya mematikan shower lalu mendorong tubuhku duduk diatas kloset yang sudah ia tutup. Iya memposisikan badannya, namun aku segera memegang bahunya sesaat.

“Anin, kamu yakin? I mean, kita baru ketemu kemarin malem.” Aku menatap matanya yang berubah sayu tersebut. Iya hanya tersenyum, lalu mengarahkan kedua tanganku menuju buah dadanya.

“Dont worry, its not my first time” iya mengarahkan lubang vaginanya menuju penisku. Aku kembali meremas toketnya dengan sedikit kasar, sementara Anin sibuk mengarahkan sendiri.

Dan.

Bless.

Tenggelamlah penisku didalam vaginanya. Benar ternyata, ini bukan pengalaman pertamanya.

“Siap siap ya kak” iya menatapku sembari tersenyum lalu mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang ia jadikan gelang. Anin mulai menggerakan pinggulnya naik turun, sementara aku masih sibuk dengan kedua buah dadanya yang kenyal itu.

“Ahhh.. Ahhh.. Emhhh... Enak.... ergh....kak.... emmhh...”

Desahnya seirama dengan pinggulnya yang naik turun. Penisku serasa dijepit didalamnya. Anin melingkarkan tangannya di leherku dan berusaha menciumku. Namun aku mengelak dan menyambar lehernya.

“Ahhhh... gelii kaakkk.... aahhh...” badannya sedikit bergetar menahan geli saat aku menciumi lehernya dengan gemas. Tempo genjotannya makin cepat, dan desahannya makin tak tertahankan.

“Ahh.. kak... aahh... anin.... mau... aahhhAAaaAAHHhhhhh..” Anin mendapat orgasme pertamanya. Cairan hangat membasahi penisku. Jepitan vaginanya makin kencang, namun perlahan mengendur. Ia menghela nafas dan menempatkan kepalanya di pundakku.

“Hhh.. enak kak... hhehe...”

“Sempet sempetnya nyengir, tapi aku belum keluar nih” ucapku dengan nada sedikit protes yang dibuat-buat tentunya. Anin kemudian mengangkat tubuhnya. Kulitnya yang mulus terlihat lebih menggoda karena pantulan cahaya lampu kamar mandi ini.

“Kakak awas dulu, Aku mau nungging nih.” Anin menarik tanganku, kemudian ia menunggingkan badannya. Bongkahan pantat dan lubang vaginanya terlihat menggoda dari sini. Tangannya bertumpu pada kloset yang tadi aku duduki. Dengan segera aku memposisikan penisku ke lubang vaginanya.

plak!

“Ahh.. sakit kaakkk..” desah Anin setelah aku iseng menampar pantatnya. Desahannya terdengar begitu menggoda, membuatku langsung memasukan penisku kedalam vaginanya.

“Emmhh.... enakk....kaakkk...”

“Ahhhh... Aniiinn...”

“Aku.... aahhh....” Anin mendesah tak karuan. Tanganku tidak bisa diam saja. Aku meremas dadanya yang bergoyang-goyang itu, lalu memilin-milin putingnya yang sudah tegang. Anin menengok kebelakang dan langsung melumat bibirku.

“Emmpphhh...”

“Mmmpphh...”

Desahan kami berdua tertahan ciuman penuh nafsu yang dilayangkan Anin. Makin lama, aku mempercepat tempo genjotanku.

Plok..

Plok..

Plokkk..

Suara pahaku berbenturan dengan pantat Anin yang gempal itu terdengar memenuhi kamar mandi ini. Anin melepas ciuman kami.

“Ahhh.. kAAkkkk.... Aninn.... ergghhh... mau keluar.....” racau Anin tak karuan.

“Tahan Nin... aku juga.... erghh.. sebentar lagi...” kupercepat tempo genjotanku. Kurasakan spermaku sudah berada diujungnya dan tak kuat lagi. Segera kucabut penisku keluar sebelum terlambat.

“AAAaAAHHHHH... KaaAAKkkkk...”

“AAaahhh... AnnIIiiinnn..”

Penisku memuntahkan spermanya hingga mengenai rambut Anin. Aku ambruk kebelakang, disusul dengan Anin yang ikut ambruk kearahku. Nafas kami berdua tersenggal-senggal. Anin menoleh kearahku, lalu mengecup pipiku.

“Makasih kak.” Ia tersenyum dengan sangat manis, yang kubalas dengan senyuman pula. Setelah nafas kami kembali, kami berdua memutuskan untuk mandi. Selama mandi, aku iseng menyentil puting Anin yang dibalas dengan remasan kasar di penisku. Selesai mandi, aku segera memakai pakaian yang tadi aku tanggalkan, begitu juga Anin.

“Hari ini ngapain Nin?” tanyaku setelah aku memasukan semua barang-barangku kedalam tas.

“Emm, gatau. Aku gaada ngampus hari ini, paling teateran aja nanti.” Jawabnya sambil menggigit roti tawar yang diberi kental manis coklat lalu dilipat. Aku terkekeh sedikit.

“Pantesan gembul, makan mulu.”

Anin tak menjawab, hanya melanjutkan mengunyah dengan mulut manyun. Aku tertawa sendiri dibuatnya.

“Kakak sendiri hari ini ngapain? Yang pasti harus kerja kan?” ia bertanya setelah menelan gigitan terakhir dari rotinya.

“Aku mau balik apart, mau tidur, nanti sore baru kerja. Kenapa?”

“Mau ikut ke apart kakak~” Anin menggelayut manja dilenganku. Aku menghela nafas.

“Iyadeh serah aja deh” jawabanku membuat Anin sedikit heboh. Untung saja Anin ini luchu. Ia bergegas menuju kamarnya, mungkin membawa beberapa barangnya. Setelah siap, kami melaju menuju apartemenku.

**

Kami tiba di basement tower apartement ku, lalu menaiki lift menuju lantai 16 tempat unitku berada.

“Masuk aja Nin, sepatunya taroh didalem aja. Maaf ya sempit.” Aku membuka unitku dan menyalakan lampunya. Anin terlihat sedikit takjub dengan unitku yang bisa dibilang ukuran studio ini.

“Rapih banget kak. Suka deh penataan nya.” Ia melepas sepatunya lalu menaruhnya disamping pintu. Aku menaruh sepatuku secara bersebelahan dan segera mengeluarkan barang-barang yang ada di tasku dan menaruhnya ke tempat semestinya. Anin menaruh tasnya sembarang di lantai dan langsung tiduran di tempat tidurku.

“Di kulkas ada cemilan, buka aja siapa tau ada yang kamu suka.” Aku segera menuju meja kerjaku untuk menuntaskan tugas kampus yang tertinggal. Sembari mengerjakan tugas, lantunan musik lofi terdengar menggema di unitku ini. Tidak terdengar suara apa-apa dari Anin, dan ternyata ia tertidur. Aku terkekeh melihat posisi tidurnya. Anin tertidur dengan posisi telungkup. Lengan kanannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya sementara lengan kirinya masih memegang handphonenya. Aku mengambil handphonenya, lalu meletakkannya di rak. Lambat laun aku mulai merasakan kantuk menyerang diriku. Setelah aku menyimpan pekerjaan ku, aku putuskan untuk tidur diatas meja.

**

Intro dari sebuah lagu trap berjudul “Bangarang” berdering dari gawaiku. Alarmku menyala tepat waktu, sekitar pukul 2 siang. Aku segera bangun dan meregangkan otot-ototku yang sedikit lelah setelah digunakan untuk tidur dengan posisi yang sesungguhnya tidak nyaman. Aku menoleh ke kasur, mendapati Anin masih terlelap. Pipinya terlihat menggumpal dengan lucu. Beberapa helai rambutnya berjatuhan menutupi wajahnya. Aku mengusap pipinya dengan perlahan.

“Anin.. Bangun yuk...”

Tidak ada jawaban dari Anin. Pulas sekali ia tidur. Kembali aku usap pipinya.

“Anindhitaaa, ayo bangun. Aku harus kerja, kamu juga ada teater kan?”

Anin bergerak malas. Gemas sekali melihatnya bangun dengan malas lalu mengucek matanya.

“Ah, kak..” suaranya serak, khas orang bangun tidur. Ia berdehem sebentar.

“Maaf ya aku ketiduran hehe.” Ia tertawa kecil dengan matanya yang masih belum sepenuhnya terbuka. Aku mendekatkan kepalaku ke pucuk kepalanya, lalu mencium ubun-ubunnya.

“Mau kamu apa aku dulu yang mandi?” aku berjalan menuju arah kulkas untuk mengambil minum. Anin turun dari tempat tidur dan mengikutiku.

“Bareng~” ucapnya manja. Aku tertawa.

“Nggak dulu ya, shift ku jam setengah tiga, jadi kita harus gerak cepat oke?” aku menyentil hidungnya, yang disambut Anin dengan bersin yang cukup kencang.

“Yaudah, aku dulu ya kak.” Ucapnya. Aku melemparkan handuk cadanganku kearahnya, lalu membiarkan ia mandi.

***

Kami tiba di P1, dan aku langsung memarkirkan motorku ditempat biasa. Anin menyerahkan helm yang ia kenakan kepadaku.

“Semangat ya kak kerjanya, aku kayaknya hari ini bareng kak Yona, jadi bisa pulang cepet kakak hehe.” Ia memeletkan lidahnya lalu membenarkan rambutnya di spion. Aku melepas helmku lalu tertawa.

“Pede banget diajak pulang bareng hahaha.”

“huuu” ia hanya membalas dengan memeletkan lidahnya. Anin segera berpamitan untuk segera menuju theater, sementara aku berjalan menuju ruang ‘loker’.

Tidak banyak orang di loker, hanya ada atasanku dan dua orang yang sepertinya anak baru, terlihat dari pakaiannya yang masih mengenakan kaos polos berwarna putih dipadukan dengan celana jeans biru.

“Ah, iya Tam. Kenalin ini anak baru disini.” Bosku memanggilku untuk berkenalan. Aku menyalami mereka.

“Tama..”

“Izul.” Ucap ‘anak baru’ pertama dengan perawakan tinggi tegap, rambutnya cepak, dan terlihat sedikit bekas jahitan di dagunya.

“Tama.”

“Arief.” Jawab lainnya dengan perawakan sedang, rambut sedikit gondrong dan bekas tindik di bibir bagian bawahnya.

“Tam, smoke detector di toilet F7 katanya sempet error tadi pagi, gaada yang bisa ngerjain, coba lihat deh.” Bosku langsung memberi perintah setelah aku selesai ‘berkenalan.’ Aku mengangguk mengiyakan, lalu segera menuju F7.

Ketika kulihat, rupanya ada kabel yang menjuntai keluar dari salah satu smoke detector ini. Setelah kulihat keadaan di plafon, tidak ada kabel tergigit tikus atau sejenisnya, mungkin ada yang tidak sengaja melempar sesuatu keatas namun mengenai smoke detector ini. Kabel yang menjuntai keluar adalah kabel yang bertugas untuk mendeteksi asap. Sehingga, karena putus, rangkaian membaca ada asap yang mengenai detector utamanya, sehingga alarm berbunyi dan air akan menyembur keluar.

Selesai dengan urusan masalah asap ini, aku melangkah keluar berniat untuk kembali turun. Namun, tiba-tiba, sebuah bilik toilet laki-laki terbuka dengan cepat, dan seorang gadis berlari keluar secara tiba-tiba. Aku kaget setengah mati karena bisa ada perempuan di bilik laki-laki. Dari jauh, aku mengenali gadis itu.


Itu gadis yang mengucapkan terimakasih kepadaku saat di theater kemarin.

Gadis dengan perawakan tinggi, dan tahi lalat di dekat dagunya.



break;
 
Hai halo kak!
Mungkin untuk update cepat hanya sampai part 3 ya kak, kedepannya mungkin seminggu atau dua minggu sekali, karena bos besar dan dosen sudah memberikan mandat berupa beberapa pekerjaan yang harus dipenuhi :(

By the way,
ini pengalaman pertama saya nulis cerita 'semodel' ini, biasanya saya cuman nulis drama cinta picisan kak, jadi mohon bimbingannya ya :(

selamat menunggu update selanjutnya ya kak.
terimakasih sudah membaca.


tatatama_a
 
Bimabet
Wah udah update aja ni cerita
Inilah contoh suhu yang rajin update gak kayak yang di sebelah lama updatenya di tunggu kelanjutannya hu

Itu di wattpad judul cerita/username nya apa hu kalau boleh tau soalnya pengen baca karya suhu di wattpad
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd