Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY MUKTI atau MATI

update lanjutan


Dalam waktu singkat saja keduanya telah berada di lingkar luar hutan tutupan yang di tengah tengahnya mengalir sungai kecil yang merupakan anak kali brantas.

"Bagaimana Kinasih apa yang kau rasakan setelah kamu mengungkap tenaga cadanganmu untuk balap lari tadi" tanya Wirasaloka ketika keduanya sepakat untuk berjalan biasa saja meski tanpa saling mengatakan.

Karena setelah melalui jalan bulak yang cukup panjang itu nantinya, keduanya sudah mengetahui jika di ujung bulak itu terdapat gerbang kotaraja sebelah utara.

"Luar biasa kakang rasa rasanya begitu mudahnya aku mengungkapkan tenaga dalamku, tubuhku pun terasa sangat ringan" jawab Lintang kinasih dengan rasa gembira yang terbias lewat raut wajah manisnya.

"Iya Kinasih...kurasa simpul simpul syaraf utama tubuhmu pun tlah terbuka lebar andaikata kamu mau melatih pernapasan untuk meningkatkan tataran ilmu waringin sungsangmu yang masih mentah itu"

"Kurasa aku tak akan terburu buru kakang, bahkan andai aku tak memiliki ilmu sekalipun kurasa aku akan aman saja di sampingmu...bukankah kangmas akan slalu melindungiku?"

"Untuk menakutimu kurasa di perlukan segerombolan begal penyamun yang berilmu tinggi Kinasih...bahkan segelar sepapan prajurit demak tataran biasa takkan mampu melawanmu"

"Ah kakang terlalu membesarkan hatiku, tapi apapun itu aku hanya slalu ingin kau lindungi kakang titik"

"Iya nimas kita akan slalu bersama sama"

Tak lama mereka melangkahkan kaki, tiba tiba dari arah berlawanan tampak beberapa penunggang kuda yang berpacu ke menuju ke arah mereka.

"Apakah itu para prajurit Demak kangmas?" tanya Lintang kinasih berbisik.

"Iya Kinasih nampaknya dari kesatuan berkuda menurut pakaian yang mereka kenakan"

"Mau apa mereka kakang?"

"Biarlah mungkin sedang tugas berkeliling"

Tak lama kemudian lima penunggang kuda itu sudah berada di hadapan Wirasaloka dan Lintang kinasih.

"Siapa kalian? Dan apa yang kalian lakukan disini?" tanya salah seorang prajurit itu yang nampaknya pimpinan dari kelima prajurit itu.

"Namaku Wirasaloka dan ini istriku Lintang Kinasih... kami mau ke Kotaraja"

"Ada keperluan apa? Sebaiknya kisanak mengurungkan niyat untuk ke Kotaraja karena saat ini Kotaraja sedang di bersihkan" ujar pimpinan prajurit itu lagi.

Tiba tiba saja seorang prajurit yang di belakang mendorong maju kudanya lalu mendekat ke pimpinannya kemudian berbisik pelan, meski tetap terdengar jelas di telinga wirasaloka apa yang mereka bicarakan.

Sesaat kemudian pimpinan prajurit itu tampak terkejut mendengar bisikan dari anak buahnya itu.

"Maaf tuan...apakah kami sedang berhadapan dengan tuan Wirasaloka yang kudengar tlah berhasil mengalahkan Adipati Terung?" tanya pimpinan prajurit itu.

"Apakah kamu percaya berita yang kau dengar itu?" kata wirasaloka balik bertanya.

Pimpinan prajurit yang memang dari kesatuan berkuda wiratamtama Demak bintoro itu memang sedikit menyangsikan bahwa orang yang di hadapannya itulah yang mengalahkan panglima perang sakti dari Majapahit yang membelot melawan kakaknya sendiri itu.

Prajurit itu menarik napasnya dalam dalam sambil matanya lekat memandangi wirasaloka yang sorot matanya tajam begitu tenangnya, sikapnya pun sama sekali tidak menampilkan kecemasan, mengingat wujud lahiriahnya yang masih sangat muda.

"Baiklah biar kami meneruskan langkah kami, silahkan kalian lanjutkan tugas kalian" ucap wirasaloka lagi yang tak sabar lagi apalagi setelah melihat lintang kinasih yang terlihat cemas.

"Tunggu tuan, apakah tuan ini benar benar Wirasaloka yang sudah mengalahkan adipati terung?"

"Iya itulah aku dan sekarang ijinkan aku untuk menghadap adipati suradipa dan kakang gede banyubiru"

"Baiklah tuan biarlah kami mendahului untuk menyampaikan pesan tuan pada kanjeng adipati suradipa, karena sebenarnyalah tuan wirasaloka memang sedang di nanti nantikan kehadirannya" ujar pimpinan prajurit itu.

"Baik silahkan..." ucap wirasaloka.

Sejenak kemudian wirasaloka dan lintang kinasih melanjutkan perjalanan mereka setelah debu debu yang mengepul akibat derap kuda kuda itu telah mengendap.

Meskipun demikian terasa dada lintang kinasih makin berdegup kencang saat keduanya makin mendekati gerbang kotaraja sebelah utara.

"Percayalah nimas takkan ada apa apa" bisik Wirasaloka ketika melihat Lintang kinasih semakin enggan untuk melangkahkan kakinya.

Lintang kinasih hanya tersenyum simpul, namun tetap saja dadanya terasa semakin berdebar debar.

Perjalanan melintasi sebuah jalan bulak itu akhirnya serasa seperti sebuah perjalanan yang sangat panjang buat keduanya.

Pada akhirnya mereka berdua sampailah di regol gerbang utara kotaraja yang telah di jaga oleh sepasukan prajurit bersenjata lengkap dari beberapa kesatuan wiratamtama.

Beberapa prajurit yang tampak sudah mengenal wirasaloka buru buru menghampiri kedua orang yang datang itu.

"Marilah adi...aku sudah yakin pagi ini adi Wirasaloka pasti akan datang" tutur seorang perwira yang telah sangat wirasaloka kenali justru karena mereka pernah berselisih sebelumnya yaitu Ki Rangga Dipajaya dari kadipaten Pandanarang.

"Trimakasih kakang Rangga... apakah kakang sendiri yang memimpin penjagaan di gerbang utara ini?" tanya Wirasaloka setelah mereka bersalaman akrab.

"Iya adi...kebetulan akulah yang di pasrahi tanggung jawab melakukan penyambutan apabila rombongan dari kadipaten Demak yang di pimpin Adipati Demak sendiri melalui jalur utara ini"

"Oh jadi.. kanjeng adipati dari Demak berkenan kesini?"

"Iya adi tapi siapakah yang bersama adi itu, tampaknya aku sedikit mengenalinya?" tanya Rangga Dipajaya yang langsung meraba pundak kanannya yang sebenarnya terdapat goresan luka yang belum sembuh benar.

"Iya kakang Rangga benar...dia baru saja pulih dari luka dalam yang di deritanya" kata wirasaloka sambil melihat dan tersenyum ke arah Lintang kinasih yang menundukkan wajahnya.

"Bukankah mereka sepasang? dimana pasangannya itu sekarang?" tutur Rangga dipajaya sambil melirik tajam ke arah Lintang kinasih yang masih saja menundukkan wajahnya.

Ki Rangga dipajaya menarik napas dalam dalam saat wirasaloka tak segera menjawab pertanyaannya, dadanya tiba tiba terasa pepat mengingat kejadian tempo hari, dimana dia hampir saja menjadi wadal bagi keganasan nama besar pendekar sepasang pedang setan dari Tengger. Dan kini tiba tiba saja dia berhadapan adu hidung dengan salah satunya yang justru telah melukainya dengan parah.

"Kakang Rangga..namanya Lintang kinasih kali ini dia datang bersamaku dan untuk seterusnya akan bersamaku karena suami sekaligus pasangannya sudah tiada lagi"

"Apakah dengan begitu kamu akan menggantikan kedudukan nama besar pendekar sepasang pedang setan itu adi?" tanya Ki Rangga tajam.

"Untuk kedudukan yang lain mungkin iya kakang tapi tentu tidak untuk melukai pundak kakang Rangga lagi...hahahaa maaf aku bcanda kakang"

"Sudahlah sekarang bukankah kau akan menghadap Adipati Suradipa adi...?"

"Iya kakang Rangga aku akan menghadap sekaligus berpamitan mohon ijin untuk mendahului pulang bersama segelintir pasukan Pakubanjaran yang tersisa"

Ki Rangga Dipajaya mengerutkan keningnya sejenak lalu di tatapnya anak yang masih sangat muda di hadapannya itu, sosok anak muda yang terlampau luar biasa untuk orang seusianya yang tak lebih tua dari adeknya yang paling bungsu, namun kemampuannya melebihi para dedengkot kanuragan bahkan yang sudah karatan sekalipun.

Tapi sekali lagi Ki Rangga Dipajaya menyadari pemuda ini bukanlah seorang prajurit yang sebenarnya meskipun kemampuannya melebihi seorang Tumenggung atau bahkan Pangeran dan Adipati sekalipun, jadi wajar saja jika pemuda ini kurang paham akan aturan aturan dalam dunia keprajuritan.

"Baiklah adi silahkan menghadap kanjeng Adipati Suradipa sekarang tapi aku mohon adi ikut berusaha menjaga ketenangan, bukan apa apa suasana masih dalam kondisi ketegangan sehingga kita semua memerlukan suasana yang tenang"

"Baiklah...kakang Rangga tak perlu memohon begitu, mungkin barangkali kakang belum percaya sepenuhnya pada Lintang kinasih tapi aku yakin dia kesini karena ingin menunjukkan klo dia sekarang menjadi bagianku bukan sepasang pedang setan yang garang seperti tempo hari"

Ki Rangga hanya mengangguk saja bahkan senyumnya tiba tiba saja mengembang saat Lintang kinasih mengangguk hormat padanya.

"Saya mohon maaf Ki Rangga bukan maksudku pribadi untuk melukai Ki Rangga tempo hari melainkan semata karena tugas kewajiban yang kami emban" tutur Lintang kinasih pelan

"Iya nimas Lintang saya mengerti kita semua memang semata mata hanya melakukan perintah yang di bebankan" jawab Ki Rangga sambil tersenyum.

Ketika kemudian Wirasaloka dan Lintang kinasih sekali lagi mohon diri, Ki Rangga masih tersenyum ringan, serasa pepat di dadanya itu telah longgar.

Tak lama kemudian setelah kedua orang itu melangkah dari regol gerbang, dari arah berlawanan justru mereka melihat serombongan orang melangkah tergesa gesa ke arah mereka. Justru rombongan dimana Adipati Suradipa sendiri yang berjalan paling depan di ikuti Ki Ageng Banyubiru dan Tumenggung Wandubaya seorang tumenggung yang terkenal sakti pilih tanding dengan beberapa ilmu kesaktian yang bertimbun padanya, namun akibat dari ilmu ilmu yang di kuasainya itu merubah kepribadiannya menjadi seorang pria yang menyukai sesama pria untuk memuaskan nafsunya.

Hanya beberapa gelintir orang saja yang mengetahui hal itu selain Ki Tumenggung sendiri yang pandai menjaga rahasia pribadinya.

Sesaat kemudian Wirasaloka dan Lintang kinasih menunduk dalam dalam sebagai penghormatan pada rombongan orang orang besar itu.

"Akhirnya kau datang anakmas setelah kemaren kami semua kebingungan karena kehilanganmu" ujar Adipati Suradipa seakan menyindir kelakuan Wirasaloka yang berbuat semaunya sendiri.

"Hamba memang akan datang menghadap kanjeng Adipati tapi tak menyangka justru di sambut seperti ini, saya sungguh merasa sangat di berkati karena itu saya hanya dapat menghaturkan beribu terimakasih"

"Kau pikir kami sengaja menyambutmu seperti menyambut kedatangan baginda raja, dengarlah kami mendapat laporan bahwa kau datang membawa seorang musuh, apakah maksudmu ingin membuat onar atau apa? Kau pikir dirimu begitu besarnya sehingga bebas berbuat seenak perutmu sendiri" ujar Tumenggung Wandubaya sangat pedas membuat muka Wirasaloka langsung merah padam.

Secara pribadi Wirasaloka belum mengenal tumenggung itu karena sebelumnya tumenggung wandubaya di posisikan di induk pasukan demak sementara wirasaloka sendiri berada di sayap kiri di bawah perintah Adipati Suradipa.

Melihat Wirasaloka tertegun dan menahan gejolak amarah yang tertahan, Adipati Suradipa segera menyahut

"Beliau ini adalah Ki Tumenggung Wandubaya yang bertugas di wiratamtama Demak bintoro sendiri anakmas"

"Hormatku ki tumenggung sebelumnya aku mohon maaf agaknya tingkah lakuku kurang berkenan karena itu saya mohon ijin untuk menjelaskan diri" ujar wirasaloka pelan karena dadanya terasa pepat.

"Silahkan anakmas" Adipati Suradipalah yang menjawabnya.

"Pertama kedatangan hamba yang sekarang berdua ini adalah bersama nimas Lintang Kinasih yang sebelumnya memang di kenal sebagai satu dari sepasang pendekar pedang setan yang sebelumnya memang berada di pihak musuh, tapi kedatangannya kali ini bersama saya bukan sebagai musuh sama sekali melainkan untuk mengatakan bahwa dirinya kini telah menjadi bagian dari hamba yang sama sekali bukan musuh" ujar wirasaloka yang membuat hampir semua orang rombongan itu manggut manggut kecuali tumenggung wandubaya yang masih menyorot dengan tatapan tajam.

"Selanjutnya yang kedua setelah menghadap kanjeng Adipati saya bermaksud mohon ijin untuk menemui pamanda jalapaksi untuk menawarkan pada sisa pasukannya untuk mendahului pulang ke Pakubanjaran sesegera mungkin mengingat rasanya tugas kami disini sudah selesai" ujar Wirasaloka lagi

Kata kata terakhir membuat hampir seluruh rombongan itu terperanjat, sebelum tumenggung wandubaya yang muak melihat wirasaloka berkata

"Kau pikir dirimu itu siapa hey.. kau pikir dengan mengalahkan adipati terung kau boleh berbuat apapun sekehendakmu, kau pikir dirimu orang yang tak terlawan disini monyet busuk"

Sesungguhnya kata kata pedas dari tumenggung wandubaya itu mengejutkan semuanya pula, bahkan adipati suradipa sendiri sampai menggeleng gelengkan kepalanya.

"Apa boleh buat" gumam wirasaloka pelan seakan pada dirinya sendiri

"Apa katamu? Nah kalian semua dengar monyet kecil ini selain tak tau aturan juga sama sekali tak punya unggah ungguh, bukankah dengan demikian dia telah menantang kita" tukas tumenggung wandubaya keras

"Mohon bersabarlah ki tumenggung mungkin adi wirasaloka justru menghormati dan menghargai kita semua, kita harus menyikapinya dengan kepala dingin sebab apa yang di lakukan adi wirasaloka sebelumnya tentunya bukan tanpa alasan" Ki Ageng Banyubiru lah yang berkata.

"Benar sekali Ki Ageng kita semua memang telah pening akibat peperangan yang baru saja usai tapi dengan demikian bukankah kita memerlukan ketenangan tanpa membesar besarkan masalah sepele menjadi sesuatu yang serius" lanjut adipati suradipa

"Tapi apapun itu seorang prajurit yang melanggar tetap perlu di hukum supaya bisa menjadi pelajaran yang lain agar tak berbuat sekehendaknya sendiri" ujar tumenggung wandubaya masih tetap keras.

"Tapi harap di ingat ki tumenggung, adi wirasaloka bukanlah seorang prajurit dalam arti sempit yang tergabung dalam wiratamtama manapun, dia disini itu karena akulah yang mengajak andai aku bisa mengakunya sebagai bagian dari pengawal banyubiru meski setelah disini adi wirasaloka memimpin pasukannya sendiri dari pakubanjaran, nah dalam hal ini bukankah dia tak terikat aturan wiratamtama manapun" tutur Ki Ageng Sora Dipayana yang juga di juluki Ki Ageng Banyubiru karena menggantikan kedudukan ayahnya Ki Ageng Banyubiru sepuh yang tlah mangkat.

Wirasaloka hanya tercekat diam membisu mendengar segala percakapan orang orang besar itu, sementara Lintang Kinasih pun hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Tidak!!! di pasukan ini aturan bersifat menyeluruh, siapa yang melanggar harus di hukum" ujar tumenggung wandubaya

"Jadi apa yang ki tumenggung inginkan atas persoalan ini?" tanya adipati suradipa

"Bahwa Wirasaloka berbuat semaunya itu telah bersalah dan apalagi membawa musuh yang sebenarnya harus di binasakannya itupun suatu kesalahan yang sangat besar" kata tumenggung wandubaya

"Iya lantas apa yang ki tumenggung inginkan menyangkut kesalahan yang ki tumenggung maksud itu?" tanya adipati suradipa

"Aku akan nenghukumnya dengan tanganku sendiri, tangan seorang panglima wiratamtama demak yang berwenang memberi hukuman atas pelanggaran aturan aturan demak" ujar tumenggung wandubaya

"Kuingatkan ki tumenggung anakmas wirasaloka bukanlah prajurit wiratamtama demak yang pantas di perlakukan seperti itu" tukas adipati suradipa

"Biarlah kanjeng adipati...biarlah ki tumenggung melaksanakan kehendaknya jika mampu" kata wirasaloka geram

"Nah kalian dengar sendiri bukan betapa anak ini telah menjadi begitu sombongnya" ujar tumenggung wandubaya tak kalah geramnya.

"Sudahlah apa yang akan ki tumenggung perbuat?" tanya wirasaloka keras

"Pertama serahkan wanita itu untuk di hukum pancung atau setidaknya hukum rajam lalu kedua dirimu sendiri setidaknya harus bersumpah untuk tak mengulangi perbuatanmu lagi" ujar ki tumenggung

"Maaf aku berkeberatan silahkan tumenggung mau apa?" Sahut wirasaloka tegas.

"Bagus...aku akan memaksamu tunduk pada aturan, klo kau mati muda karenanya apa boleh buat" kata ki tumenggung.

"Baik aku terima tapi aku menginginkan saksi bahwa aku bukan sedang melawan pejabat pemerintahan yang bisa di artikan aku memberontak, tapi hanya sekedar menolak untuk di perlakukan sewenang wenang" ujar wirasaloka

"Aku saksinya....!!" ujar seseorang yang tiba tiba saja hadir di tempat itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd