memekibubasahnih
Adik Semprot
- Daftar
- 25 May 2020
- Post
- 143
- Like diterima
- 1.088
Hello suhu2 semproters, kenalin eike nubie disini. Baru 7 hari daftar. Tau ada situs beginian dari temen kantor yg jg dah jadi member & penulis cukup lama. Ini pertama nubie bikin postingan. Cerita ini nubie dapetin dari hardisk lama yg nubie masih simpen.
Nubie mau ijin, permisi n kulo nuwun ama penulis asli cerita ini yang namanya nubie cantumin juga. Kali aja beliau ada di forum ini jugak.
Nama2 tokoh dalam cerita sdh nubie edit, plus nubie juga ngerapihin tanda2 bacanya.
Semoga suhu2 semua berkenan
Menggauli Istri Tua Pamanku
By : Rafi Surya
Saat itu pertengahan 2009 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru.. dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan... setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, akupun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah mang Iyus dan bi Linda . 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'. Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu. Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket-supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia mang Iyus sudah mencapai 55 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Linda itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus ngga kalah cantiknya.. ". Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya. Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 25 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Linda tampaknya pasrah saja dimadu.
Aku memasukkan mobil ku ke halaman rumah mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter !! Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu. Seorang lelaki sebaya ayahku dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi.
"Mang..kumaha, damang ?*" kataku seraya mencium tangannya ( *kumaha = bagaimana, damang = baik )
"Oh..pangesto..pangesto..** gimana kabarnya bapa dengan ibu ?" Mang Iyus terlihat begitu gembira melihat kedatanganku. ( **pangesto = baik-baik saja ).
"Baik..baik, bapa dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung.." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi.
"Aduuh..mani repot..nuhun atuh... BUUUU !! INI CEP RAFI DATANG.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang..." Bi Linda mengulurkan tangannya menerima cium tanganku.
"Apa kabar bi Linda ..? Bibi memang cantik seperti kata bapa..."
"Aaahhhh kamu bisa aja... anak dan bapa sama aja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. TIIII..TITI.... TOLONG BAWA BARANG-BARANG CEP RAFI KE KAMARNYA..." Bi Linda menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 167 cm.. kulitnya putih mulus.. dan wajah serta postur tubuhnya mirip dengan Lidia Kandau. Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan diatas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang.....
Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 38, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tau perhitunganku tak meleset. Ukuraannya 40.
"Waahh.. mang Iyus sekarang lagi sering ke pabriik.. jadi jarang di rumah" Kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku. Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya.. daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku.. membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya. Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tau bisa merasakan putingnya. Bi Linda merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku. Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya !!!'
( "Pemuda yang tampan", Linda tersenyum meninggalkan kamar keponakan suaminya itu. "Tampan dan nakal". Lalu tanpa sadar perempuan itu meraba ujung buah dada kirinya. Masih terasa sisa-sisa kegelian akibat gesekan siku kekar pemuda itu. Kegelian itu kini tiba-tiba membuat darahnya berdesir. Kegelian yang sudah lama tak dirasakannya, yang akhir-akhir ini cuma mampir lewat mimpi. Perempuan itu melirik Iyus, lelaki kaya yang mengawininya hampir 15 tahun lampau. Tampak suaminya itu kembali tenggelam dalam kesibukan meneliti catatan pengeluaran dan pemasukan perusahaannya. Linda menghela nafas, tiba-tiba saja ia begitu menyesal tak membiarkan siku pemuda itu sedikit lebih lama menggesek-gesek buah dadanya.. )
Nubie mau ijin, permisi n kulo nuwun ama penulis asli cerita ini yang namanya nubie cantumin juga. Kali aja beliau ada di forum ini jugak.
Nama2 tokoh dalam cerita sdh nubie edit, plus nubie juga ngerapihin tanda2 bacanya.
Semoga suhu2 semua berkenan
Menggauli Istri Tua Pamanku
By : Rafi Surya
Saat itu pertengahan 2009 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru.. dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan... setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, akupun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah mang Iyus dan bi Linda . 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'. Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu. Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket-supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia mang Iyus sudah mencapai 55 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Linda itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus ngga kalah cantiknya.. ". Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya. Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 25 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Linda tampaknya pasrah saja dimadu.
Aku memasukkan mobil ku ke halaman rumah mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter !! Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu. Seorang lelaki sebaya ayahku dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi.
"Mang..kumaha, damang ?*" kataku seraya mencium tangannya ( *kumaha = bagaimana, damang = baik )
"Oh..pangesto..pangesto..** gimana kabarnya bapa dengan ibu ?" Mang Iyus terlihat begitu gembira melihat kedatanganku. ( **pangesto = baik-baik saja ).
"Baik..baik, bapa dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung.." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi.
"Aduuh..mani repot..nuhun atuh... BUUUU !! INI CEP RAFI DATANG.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang..." Bi Linda mengulurkan tangannya menerima cium tanganku.
"Apa kabar bi Linda ..? Bibi memang cantik seperti kata bapa..."
"Aaahhhh kamu bisa aja... anak dan bapa sama aja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. TIIII..TITI.... TOLONG BAWA BARANG-BARANG CEP RAFI KE KAMARNYA..." Bi Linda menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 167 cm.. kulitnya putih mulus.. dan wajah serta postur tubuhnya mirip dengan Lidia Kandau. Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan diatas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang.....
Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 38, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tau perhitunganku tak meleset. Ukuraannya 40.
"Waahh.. mang Iyus sekarang lagi sering ke pabriik.. jadi jarang di rumah" Kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku. Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya.. daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku.. membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya. Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tau bisa merasakan putingnya. Bi Linda merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku. Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya !!!'
( "Pemuda yang tampan", Linda tersenyum meninggalkan kamar keponakan suaminya itu. "Tampan dan nakal". Lalu tanpa sadar perempuan itu meraba ujung buah dada kirinya. Masih terasa sisa-sisa kegelian akibat gesekan siku kekar pemuda itu. Kegelian itu kini tiba-tiba membuat darahnya berdesir. Kegelian yang sudah lama tak dirasakannya, yang akhir-akhir ini cuma mampir lewat mimpi. Perempuan itu melirik Iyus, lelaki kaya yang mengawininya hampir 15 tahun lampau. Tampak suaminya itu kembali tenggelam dalam kesibukan meneliti catatan pengeluaran dan pemasukan perusahaannya. Linda menghela nafas, tiba-tiba saja ia begitu menyesal tak membiarkan siku pemuda itu sedikit lebih lama menggesek-gesek buah dadanya.. )