Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Menggauli Istri Tua Pamanku (COPAS dari cerita lama + EDIT)

memekibubasahnih

Adik Semprot
Daftar
25 May 2020
Post
143
Like diterima
1.088
Bimabet
Hello suhu2 semproters, kenalin eike nubie disini. Baru 7 hari daftar. Tau ada situs beginian dari temen kantor yg jg dah jadi member & penulis cukup lama. Ini pertama nubie bikin postingan. Cerita ini nubie dapetin dari hardisk lama yg nubie masih simpen.
Nubie mau ijin, permisi n kulo nuwun ama penulis asli cerita ini yang namanya nubie cantumin juga. Kali aja beliau ada di forum ini jugak.
Nama2 tokoh dalam cerita sdh nubie edit, plus nubie juga ngerapihin tanda2 bacanya.
Semoga suhu2 semua berkenan:fgenit:



Menggauli Istri Tua Pamanku
By : Rafi Surya


S
aat itu pertengahan 2009 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru.. dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan... setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, akupun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah mang Iyus dan bi Linda . 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'. Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu. Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket-supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia mang Iyus sudah mencapai 55 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Linda itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus ngga kalah cantiknya.. ". Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya. Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 25 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Linda tampaknya pasrah saja dimadu.



Aku memasukkan mobil ku ke halaman rumah mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter !! Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu. Seorang lelaki sebaya ayahku dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi.

"Mang..kumaha, damang ?*" kataku seraya mencium tangannya ( *kumaha = bagaimana, damang = baik )

"Oh..pangesto..pangesto..** gimana kabarnya bapa dengan ibu ?" Mang Iyus terlihat begitu gembira melihat kedatanganku. ( **pangesto = baik-baik saja ).

"Baik..baik, bapa dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung.." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi.

"Aduuh..mani repot..nuhun atuh... BUUUU !! INI CEP RAFI DATANG.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang..." Bi Linda mengulurkan tangannya menerima cium tanganku.

"Apa kabar bi Linda ..? Bibi memang cantik seperti kata bapa..."

"Aaahhhh kamu bisa aja... anak dan bapa sama aja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. TIIII..TITI.... TOLONG BAWA BARANG-BARANG CEP RAFI KE KAMARNYA..." Bi Linda menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 167 cm.. kulitnya putih mulus.. dan wajah serta postur tubuhnya mirip dengan Lidia Kandau. Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan diatas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang.....



Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 38, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tau perhitunganku tak meleset. Ukuraannya 40.



"Waahh.. mang Iyus sekarang lagi sering ke pabriik.. jadi jarang di rumah" Kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku. Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya.. daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku.. membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya. Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tau bisa merasakan putingnya. Bi Linda merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku. Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya !!!'



( "Pemuda yang tampan", Linda tersenyum meninggalkan kamar keponakan suaminya itu. "Tampan dan nakal". Lalu tanpa sadar perempuan itu meraba ujung buah dada kirinya. Masih terasa sisa-sisa kegelian akibat gesekan siku kekar pemuda itu. Kegelian itu kini tiba-tiba membuat darahnya berdesir. Kegelian yang sudah lama tak dirasakannya, yang akhir-akhir ini cuma mampir lewat mimpi. Perempuan itu melirik Iyus, lelaki kaya yang mengawininya hampir 15 tahun lampau. Tampak suaminya itu kembali tenggelam dalam kesibukan meneliti catatan pengeluaran dan pemasukan perusahaannya. Linda menghela nafas, tiba-tiba saja ia begitu menyesal tak membiarkan siku pemuda itu sedikit lebih lama menggesek-gesek buah dadanya.. )
 
Catatan Penulis Asli:
Pembaca, kata-kata dalam kurung di atas adalah PERASAAN-PERASAAN bi Linda ( bukan kata-kata ) yang diceritakannya kelak setelah kami berdua menjadi 'akrab'. Dan anda akan menemukan kurung lainnya yang menunjukkan PERASAAN tokoh lain. Sengaja kubuat komposisi seperti ini untuk membuat cerita ini lebih mengalir.
 
3 hari pertama, aku melakukan sosialisasi dengan keluarga mang Iyus. Terutama, tentunya, dengan bi Linda . Perempuan - yang bernama lengkap MarLinda -- itu ternyata seorang yang cerdas dan senang membaca. Walau hanya lulusan SMA, ia banyak menguasai masalah-masalah aktual masa kini. Dari masalah ekonomi, politik, sampai ke soal fashion. Benar-benar teman bicara yang mengasyikkan. Akhir-akhir ini mang Iyus tampak lebih sibuk dengan pabrik dodolnya dan, sudah tentu, istri barunya. Sehingga praktis ia baru ada di rumah sesudah jam 8 malam setiap harinya. Itupun karena aku ada disini. Biasanya, hari Kamis sampai Minggu lelaki itu menginap di rumah Nuke, isteri mudanya. Bisa kubayangkan betapa kesepiannya bi Linda . Apalagi, belakangan kutau bahwa sudah 6 bulan lebih mang Iyus mengalami masalah dengan 'senjatanya' karena pernah terkena tendangan bola yang keras sekali sehingga harus dirawat seminggu dua kali oleh seorang dukun urut.

Malam itu, seperti biasa kami ngobrol berdua menunggu mang Iyus pulang. Badan kami terasa sangat segar selepas mandi setelah sesorean bersimbah keringat membersihkan rumah yang baru saja ditinggal pulang Titi, pembantu setia keluarga itu, selama seminggu. Saat itu bi Linda mengenakan kebaya hijau muda dikombinasikan dengan kain jarik hijau tua. Mang Iyus memang menyuruh isteri-isterinya mengenakan kebaya setiap hari. "Lebih indah.." Katanya suatu hari. "Lebih merangsang.." Jawabku dalam hati. Rambut perempuan yang belum lagi kering itu diikat buntut kuda, memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan putih mulus. Bi Linda tidak mengenakan penutup dada sehingga buah dadanya menyembul keluar dan dari belahannya kentara sekali kekenyalannya. Ingin rasanya memasukkan tanganku diantara belahan dada itu dan meremas sekuat-kuatnya. Kami duduk berhadapan di meja makan kayu berukir berukuran besar.

"Bi Linda .. umurnya sudah lebih dari 40.. kok badannya masih..." Sengaja aku mengalihkan topik pembicaraan ke topik yang agak 'syuur'.. Siapa tau bisa jadi entry point untuk menggumuli tubuh isteri pamanku itu. "Masih apa Fi..." Deliknya sambil tersenyum.

"Masih kenceng.. masih.. seksi.." jawabku seraya memandang wajah bi Linda yang mendadak bersemu merah.

( "O Tuhan, sudah lama aku mendambakan puji-pujian seperti ini dari seorang lelaki ", demikian jerit hati perempuan itu. Ketika masih perawan, tak ada lelaki yang luput melontarkan pujian padanya. Tak ada yang tak mengagumi kembang desa Cilimus yang namanya sempat jadi buah bibir para pria kota Garut kala menjuarai festival 'Mojang Garut'. Setiap pujian, selalu mengalirkan gairah pada seluruh pembuluh darahnya. Dan gairah itu lah yang senantiasa membuat esok menjadi lebih indah dari kemarin. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun padam, tiba-tiba seorang pemuda mengucapkan dua patah kata yang mengobarkan kembali gairah itu. Hanya saja diluar kebiasaan, kali ini gairah itu memacu jantung perempuan diusia 40-an itu berlari lebih cepat. )

Buah dada bi Linda naik turun mengiringi degup jantungnya yang semakin cepat "Untung benar mang Iyus bisa menikmati tubuh bibi yang montok ini.... Kalau saya jadi mang Iyus.. bibi akan saya tiduri setiap hari.." Kata-kata itu begitu saja mengalir tak terbendung. Aku sendiri terkejut mendengar pernyataan yang terkesan 'vulgar' itu. Konyolnya, gara-gara membayangkan kata-kata itu tanpa sadar penisku bangkit dan mengeras.. Nampak bi Linda juga sedikit terkejut mendengar kata-kataku .. gila.., mungkin begitu pikirnya, beraninya seorang keponakan berkata-kata jorok kepada bibinya.. untung dia tak marah.. malahan terenyum menggoda.. "Tiap hari Fi..? Kuat emangnya..?" Uff, jawabannya membuat penisku terasa sakit karena tertekuk di dalam celana dalamku.

"Hmm.. jadi bibi mau coba..?" Aku tersenyum menantang seraya berdiri dan berpura-pura akan menurunkan resleting celana katunku sambil mengambil kesempatan untuk membetulkan posisi penisku.. hahh.. lega.. "Iiiiiiihh... Rafi jorok ah... nanti ketauan mang Iyus..." Pekiknya sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Namun mata perempuan itu tampak diam-diam mengintip melalui jemarinya yang lentik. Wajahnya tercengang melihat bagian depan celanaku yang lebih menggelembung dari biasanya. Karena bahan katun yang lemas, penisku tercetak dengan jelas sedang berdiri tegak. Aku melirik ekspresi istri pamanku itu. Kentara sekali wajah bibiku itu bertanya-tanya.

( "Gila anak ini !" Maki Linda dalam hati. "Dia mau membuka resletingnya di hadapanku !! Aduh, lalu aku harus gimana ? Brengsek, serius ngga sih dia ? Tapi, tapi, kalau diliat-liat.. ya ampun, anunya membesar.. jelas benar tercetak di celananya. Kalau begitu dia tidak main-main !! Ya Tuhan, apa dia mau memperkosaku ? Ka.. kalau iya, apakah aku mampu menampung anunya yang besar itu ?? Hmmm, tapi kata orang kalau perempuan dimasuki anu yang besar rasanya seperti... " Linda tersenyum sendiri sebelum dengan perasaan malu menghentikan pikirannya yang berhamburan tak terkendali itu. Namun terlambat, desiran kegelian dan kegatalan itu terlanjur mengalir ke bawah perutnya )

"Nggak bakal ketauan bi.. mang Iyus kan lagi di pabrik.."

"Iiihh.. ngga mau ah.. bibi takuut.. " Kata bi Linda sambil bersiap bangkit dari kursi.

"Lo.. lo.. mau kemana bi..? Duduk aja.. saya cuma becanda kok.." "Uuuhhh.. dasar.., kirain beneran.."

"Kalau beneran, gimana ? Bibi mau..?" Sejenak Bi Linda memandang bongkahan besar di selangkanganku, kemudian mendelik galak kearahku.. lalu membuang muka.

"Tauk ah.."

"Loo..kok malah ngambek.. ayo dong bi.. saya kan cuma becanda.. " Perempuan itu masih juga tak mau melihat mukaku. "Iya deh.. bi.. sorry... jangan ngambek terus doongg.. entar punya saya tambah gede lo.."

"Iiih.. Rafi.. kamu tuh ngomongnya ngaco deh.. Lagian apa hubungannya ngambek sama.. sama.. punya kamu.."

"Ada dong bi.. kalau bibi ngambek, mukanya tambah merangsang.. hehe.." Isteri pamanku itu pun tersenyum geli, lalu melemparkan serbet ke mukaku.. "Dasar ngeres.."

( "Pemuda ini sungguh menggemaskan !!" Linda tersenyum dalam hati. Ia mulai menyukai keponakan suaminya itu. Mukanya lumayan cakep, cerdas, orangnya baik, dadanya bidang.. Tapi jailnya itu lo.. agak-agak menjurus… "Anak ini benar-benar tak tau keadaan !! Sadarkah dia kalau kejailannya itu membuat aku.. aku.. terangsang ? Apalagi..apalagi.. melihat anunya yang - iiiih -besarnya ". Linda mendesah membayangkan benda itu memasuki dirinya. Diam-diam, ia agak kecewa keponakannya tak sungguh-sungguh menurunkan resletingnya )

"Hehe.. Kebetulan bi.. berhubung kita udah kepalang ngeres.. kita cerita-cerita pengalaman ngeres yuk?"

"Yang ngeres kan kamu Fi bukan bibi…" Katanya memprotes.

"Iya deehh.. saya yang ngeres.. tapi mata bibi tadi juga ngeres.. buktinya tadi bibi ngeliatin terus 'punya' saya.."

"Itu bukan ngeres tauk !!! Itu kaget !! Habisnya…" Seperti sadar karena kelepasan omong, bi Linda tak melanjutkan kata-katanya. Ia menutup mata dengan tangannya sembari menggigit bibirnya yang tak kuasa menyunggingkan senyum.

"Abisnya apa bi..? Abisnya besar ya…" Aku melanjutkan kata-katanya sambil menyeringai.. Muka bi Linda memerah, sambil lagi-lagi membuang muka, ia mengangguk.

"Naah.. makanya.., biar asyik.. gimana kalau kita cerita tentang bagaimana si 'besar' saya itu bisa membuat perempuan tergila-gila... " Bi Linda tersenyum dan kembali memandangku.

"Kamu memang gila.. tapi... boleh juga tuh.. walaupun kedengerannya agak serem.. asal jangan nakut-nakutin bibi kayak tadi lagi ah.."

"Nggaa.. janji deh bi.. anggap aja sekarang kita lagi belajar anatomi tubuh.. kalaupun saya menunjukkan bagian tubuh saya pada bibi.. itu cuma demi pengetahuan kok.. suer.." Kataku seenaknya untuk menenangkan hatinya. Lalu perempuan itu meletakkan dagu di atas tangannya yang bertelekan di atas meja, menunggu aku bercerita. Akibatnya, buah dadanya tampak semakin menggelembung terganjal meja. Saat itu aku menyesal kenapa tidak diciptakan sebagai meja.

"Bi.. saya sudah kenal perempuan sejak SMA lo.. entah kenapa.. nafsu saya besar sekali.. sejak kali pertama itu, hampir tiap hari saya minta 'begituan' sama dia.. sampai-sampai dia sendiri kewalahan.. "

"Dia itu temen SMA kamu Fi..?"

"Heheh.. rahasia.. pokoknya perempuan.. cantik, montok, dan seksi.." "Sampai sekarang, kamu juga minta 'gituan' tiap hari Fi..?"

"Ngga.. sekarang agak berkurang.. paling banyak tiga kali seminggu.." "Kalo ngga ada perempuannya ?" Bi Linda mulai penasaran.

"Ya swalayan dong bi... seperti sekarang.. karena saya lagi ngga punya temen tidur.. yaaa terpaksa.. kecuali kalau bibi…."

"Aaaa.. tuh kaan.. mulai lagii.." Nada bicara bi Linda terdengar merajuk. "Heheh.. becanda… Nah.. selera saya selalu pada perempuan yang liar.. yang ngga malu untuk teriak-teriak.. yang kalau cium bibir lelaki seperti orang kehausan mencari air.. yang kalau saya tindih badannya menggeliat-geliat sehingga teteknya yang tergencet menggesek-gesek dada saya.. " Bi Linda nampak tercengang mendengar kata-kataku mengalir begitu saja tanpa rasa risih.

( "Edan !! Belum pernah terlintas sedikitpun dalam benakku untuk mendengarkan cerita sex dari seorang lelaki bukan suamiku. Celakanya, kini aku mendengarkan cerita-cerita itu dari mulut keponakanku sendiri !!" )

"Heheh.. santai aja bi.. saya ngga ngerasa risih ngomong beginian sama bibi.. habis bibi enak diajak ngobrol.. jadi yaa alami saja lah.." Perempuan itu agak tersipu karena 'terbaca' olehku. "Sampai dimana tadi..? O ya.. perempuan liar.. tapi jangan salah bi.. saya selalu memulai dengan lembut.. penuh rasa sayang… biasanya saya mulai cium pipinya.. terus hidungnya.. lalu mampir ke kuping.. saya paling suka gigit daun telinga dan jilatin lubangnya.. biasanya temen-temen perempuan saya sampai disitu udah ngga tahan.. kalau liarnya keluar, macem-macem deh reaksinya.. ada yang minta teteknya diremes keras-keras.. ada yang minta putingnya digigit dan disedot.. ada juga yang langsung ngisep kontol saya.. "

( "Aku benar-benar tak percaya pada apa yang kudengar. Anak muda yang belum genap 23 tahun ini menyebut kata 'kontol' dengan santainya di depan bibinya yang berumur 45 !! Tunggu. Apa katanya ? Seorang perempuan pernah menghisap anunya ? Gila. Perempuan macam apa itu ? Seperti apa bentuk mulutnya ? Hmmm, apakah anu sebesar itu muat di dalam mulutku ?" Linda mengeluh karena pertanyaan-pertanyaan itu pada akhirnya merangsang dirinya sendiri. Desiran rasa geli dan gatal itu semakin deras terasa di selangkangannya. )

Nafas bi Linda mulai memburu. Berkali-kali tampak ia menelan ludah. "Ko..kontol kamu pernah diisep perempuan Fi..?" Ia menyebut kata 'kontol' dengan sedikit risih karena tidak biasa. Suaranya terdengar serak. Aku mengangguk. "Rasanya kayak apa ya Fi..?" "Bibi belum pernah ngisep kontol ..?" Bi Linda kembali tersipu. Ia agak jengah dengan pertanyaanku yang tembak langsung itu. Walaupun sedikit kikuk, ia mencoba menjawabnya. "Ehm.. gimana ya bilangnya Fi.. soalnya mang Iyus biasanya langsung tancep sih.. terus… dianya molor.. jadi ya ngga ada variasi.." "Jadi belum pernah dong ?" Kejarku, dan perempuan itu menggeleng.

( "Sialan !! anak ini pasti menertawakanku," Linda menggerutu dalam hati. Ia teringat pesan kakak perempuannya untuk tidak menghisap dan menjilat anu suaminya kalau tidak diminta. Nanti kamu dikira murahan, begitu alasannya. Dan suaminya memang tak pernah meminta. Dan perempuan itu memang tak akan menunggu diminta kalau anu suaminya berukuran sebesar keponakannya. Dan kata 'kontol' dirasanya lebih kasar dibanding 'anu'. )

"Heheh kasihan bibiku sayang.. tapi jangan kawatir.. nanti saya ajarin deh cara-caranya.. tapi prakteknya tunggu sampe mang Iyus sembuh dulu ya..?" Aku mencoba menghibur. Namun, bi Linda hanya tersenyum masam pertanda apatis. "Ada cara lain sih bi.. ya swalayan itu tadi.. masturbasi.." "Tapi… tapi kan masturbasi akan terasa lebih nikmat kalau kamu udah pernah ngerasain yang sebenarnya.." "Betul sekali bi.. tapi saya ada solusi untuk itu.. " Aku bangkit mengitari meja dan duduk di sampingnya. Kami berdua duduk di kursi tanpa sandaran.

( "Rafi, mau kau apakan bibimu ini ?" )

"Saya ngga akan apa-apain bibi.. jangan takut.. " Kataku disambut senyum manisnya. Amboii cantiknya.. Tiba-tiba batinku seakan mengucapkan janjinya bahwa di malam inilah aku akan menikmati tubuh sintal isteri pamanku. "Pejamkan mata bibi.. saya akan mengelus muka dan tangan bibi.. lalu bibi harus berfantasi sesuai petunjuk saya..ok ?" Tanpa minta persetujuan aku berdiri di belakang bi Linda dan dengan lembut menutup matanya. "Atur nafas bibi.." Lalu aku meletakkan jari telunjuk dan tengahku di pipi kanannya "Bayangkan jari saya ini bibir lelaki ya bi.."

( "Ooooh apa yang harus kulakukan.. apa yang harus kulakukan.. haruskah aku mengikuti kata-katanya? Haruskah aku berfantasi ? Pantaskah seorang bibi berfantasi sexual bersama keponakannya sendiri ? Atau sebaiknya aku pergi dari sini ? Keponakan sialan ! Kamu sengaja, kamu tau bibimu lagi butuh.. kamu tau bibimu seorang isteri kesepian.." )

Bi Linda tak bereaksi. Ia menurutiku menutup mata. Hanya saja terasa otot tubuhnya menegang. Mungkin malu, tegang, dan gairah bercampur jadi satu. Kedua jariku mulai menelusuri pipinya yang mulus dan kencang, menelusuri sisi hidungnya yang indah, kemudian berhenti sebentar di bibirnya yang sexy dan tampak basah. Pelan-pelan kucubit bibir bawahnya.. "Mmmmhhh.." Perempuan itu menghela nafas. "Bi.. bayangkan seorang lelaki mencium lembut bibir bibi.. lalu sesekali ia menggigit bibir bawahnya.." Sementara itu tangan kiriku mulai mempermainkan daun telinganya. "Sssss…" Bi Linda mendesis dan menggeliat kegelian. Penisku mendadak berdenyut. Aku benar-benar hampir tak dapat menahan nafsu birahiku. Siapa yang bisa tahan melihat perempuan montok berkulit kuning langsat dengan buah dada yang menggelembung keluar dari kebayanya tengah mendesis-desis kegelian..!! Niat untuk memperkosanyapun mulai mendominasi sel-sel otakku. Terbayang betapa menggairahkannya menggumuli tubuh sintal ini seraya memaksanya bersetubuh. Tapi suara hatiku melarang. Perempuan ini isteri pamanmu ! Perlakukan dia dengan semestinya..! Heheh.., ternyata di situasi seperti ini masih ada juga peran suara hati. Jari tangan kananku sudah sampai ke dada bi Linda , tepat sebelum daging buah dadanya. Sejenak jari-jariku membelai-belai tulangnya, sambil sedikit-sedikit mulai menyentuh gelembung buah dadanya yang empuk itu...

( "Ooohhh gilaaa.. gillaa… apa yang kulakukan ?? Tangan anak muda ini seakan menjelma menjadi bibir seorang lelaki yang tengah menciumi, menjilati, dan menelusuri setiap lekuk liku tubuhku.. dan arahnya… oh.. arahnya makin mengarah ke buah dadaku. Oh, akankah dia.. akankah dia… " Lalu permpuan itu merasakan aliran darahnya bergerak semakin cepat, semakin cepat. Lalu ia menggeser pinggulnya. Dan tersadar, kalau celana dalam nilonnya mulai basah di bagian selangkangan )

Nafas bi Linda semakin terdengar tidak beraturan.. matanya masih terpejam.. alisnya mulai berkerut.. bibirnya sedikit menganga.. buah dadanya naik turun.. tangan kanannya pelan-pelan turun ke selangkangannya dan disambut oleh jepitan kedua pahanya yang langsung bergerak menggesek satu sama lain.. my god !! Perempuan ini sudah tidak sungkan-sungkan untuk menggesek-gesekkan vaginanya ke tangan sendiri di depanku. That's good !! Tangan kiriku turun dari telinganya dan mulai meremas-remas pundaknya yang sekal.. dengan hati-hati ku tempelkan penis yang sudah tegak berdiri di balik celana katunku ke punggungnya.. tak ada reaksi.. lalu kutekan dengan sedikit keras sehingga penis besarku terasa gepeng terjepit oleh perutku dan punggungnya.. Bi Linda tersentak dan membuka matanya.. aku tidak perduli dan terus menggesek-gesekkan penisku.. perempuan itu menengok kebelakang dan terbelalak melihat dari dekat bentuk penisku yang tercetak di celana katunku sedang menggesek-gesek punggungnya..

( Linda merasa dirinya seperti orang bisu. Segala kata-kata yang ingin ditumpahkan untuk menceritakan kenikmatan yang tengah dialaminya terbendung di leher. Kala otaknya menyusun kalimat "Aku ingin buah dadaku dicium" maka mulutnya mengucapkan "Auuuuhhh..". Kala otaknya menyusun "Gigitlah putingku.." maka mulutnya mengucapkan "Emmmmmhhh…". Tak ada lagi koordinasi antara otak dan tubuh. Apalagi ketika batang kenyal besar itu mulai tergencet di punggungnya . Kehangatannya, kekenyalannya, ukurannya, menyebarkan getaran-getaran listrik ke seluruh pembuluh syaraf isteri kesepian itu. "Ingin benar rasanya aku membalikkan badanku, membuka resletingnya, lalu meraih batang perkasa itu untuk kubelai, kuciumi lalu.. uh, beranikah aku memasukkannya ke mulutku ? Beranikah aku menghisapnya ? Lalu apa kata keponakanku nanti ? Apa ia akan menganggapku murahan, seperti kata kakakku ?" Lalu sel-sel otaknya mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang semakin menakutkan perempuan itu : "Pantaskah aku melakukan ini dengan keponakanku sendiri ? Akankah ia memaksaku untuk bersetubuh dengannya ? " Linda ingin sekali bisa bicara jujur pada hati nuraninya. Ia telah terlalu lama dahaga. Apalagi ia kini dimadu. Karena ingin jujur itulah, ia memberanikan diri berharap pertanyaan terakhirnya akan menjadi kenyataan. Lalu ia pun tersentak. Tinggal selangkah lagi bagi dirinya untuk menyandang predikat isteri tak setia. )

Tiba-tiba bi Linda menatapku dengan kawatir.. "Fi.. bibi takuut.." Aku tersenyum dan dengan lembut tangan kananku kembali menutup matanya.. "Sshhh.. ngga papa bi.. nggada siapa-siapa kok.. dan bibi ngga akan saya apa-apain.. suer.." dengan penuh perasaan janji-janji surgaku mengalir deras siap untuk mendinginkan gejolak ketakutannya.. and it works... otot tubuhnya kembali terasa santai.. bahkan.. beberapa saat kemudian.. bi Linda mulai membalas gesekanku dengan menggerak-gerakkan punggungnya kekiri dan kekanan seakan hendak memberikan kesempatan pada setiap pori kulit punggungnya untuk menikmati kerasnya penisku.. Melihat respon seperti itu aku mulai lepas kendali.. sambil terus menggesekkan penis.. meremas pundak kirinya.. dan mulai membelai belahan buah dadanya.. dengan lembut kukecup leher kirinya seraya bibirku menelusurinya turun ke pundak.. "Bi.. bayangkan lelaki itu mencium leher bibi.. terus turun ke pundak.. bayangkan bahwa sebentar lagi bibir itu akan melewati susu bibi.. mencium-cium kecil sekeliling puting.." "Ouhhh Fiii… ssss.." bi Linda mendesis keras seraya menggerakkan kepalanya ke kanan pertanda mulai terangsang.. bibirku kemudian menggigit-gigit kecil daun telinganya.. dan kemudian.. aku memasukkan lidahku di lubang telinganya dan mulai menciumnya.. kepala bi Linda menggeleng-geleng agak liar.. "Nggghh.. nggghh.. " Erangnya kegelian.. "Kontol saya enak rasanya bi…?" bisikku sambil terus menjilati telinganya. Sambil terus mengerang, ia mengangguk.. "Lebih besar dari mang Iyus bi..?" Erangan isteri pamanku itu terdengar mengeras, lagi-lagi ia mengangguk. "Bibi mau ngerasain kontol beneran saya..?" Bi Linda menengadahkan kepalanya dengan alis berkerut, mata terpejam dan mulut menganga.. "Hhhhh.. mm..mau Fi.. ehhhh.."

( Linda merasa otaknya sudah tak ada hubungan dengan organ lain tubuhnya. "Edan, aku benar-benar tak tau apa yang diucapkan mulutku", perempuan itu memaki. "Kata-katanya terlalu memojokkan. Penis pemuda ini terlalu menggairahkan. Kecupan, jilatan, dan rabaannya membuat selangkanganku semakin banjir. Ah, kata 'penis' lebih baik dari 'anu', dan jauh lebih beradab dari 'kontol'." )

Ketika itu juga kuselipkan tangan kananku ke balik beha hitamnya dan.. yesss… keempukan dan kekenyalan buah dada kanan isteri pamanku ini betul-betul terasa nikmat di dalam genggamanku..puting susunya begitu keras dan panjang..

( "Ohhhhh, ia meremas buah dadaku.. pemuda itu benar-benar meremasnya !! Inilah kali pertama buah dadaku diremas-remas tangan lelaki bukan suaminya. Ayo, ayo lebih keras, lebih keras, betapa selama ini aku merindukan tangan lelaki. Oh Rafii, kamu adalah pria kedua selama hidup yang pernah menjamah tubuhku." )

"Bi Linda .. bayangkan lelaki itu sekarang dengan buas sedang mencupang susu.. dan menyedot puting bibi…" "Ouuuhhh.. haaaahhhh.." Bi Linda menggelinjang sampai-sampai pantatnya terangkat dari kursi.. sikunya menyenggol gelas di atas meja sehingga tumpah.. seakan diingatkan tiba-tiba bi Linda meronta mencoba melepaskan diri dari remasan dan ciumanku..

( "Tunggu. Aku isteri orang !! Dan anak muda yang tengah mempermainkan putingku ini adalah keponakanku !! Auh, sudah lama putingku tidak mengeras seperti ini.." )

"Fi.. Fii.. ssss.. ehhh… FIIII… jangann.. nan.. nanti keterusan.. ahhh..jangan.." rintihnya memohon.

Bukannya berhenti, malah dengan cepat kuselipkan juga tangan kiriku ke balik beha satunya sehingga sekarang kedua tanganku berada di balik beha nya meremas kedua buah dada montok bi Linda . Dengan sekali sentak, kukeluarkan kedua buah dada besar itu sehingga bentuknya menonjol ke atas karena tertahan oleh kedua cup beha di bagian bawahnya. Tanpa membuang waktu, jari jempol dan telunjukku memilin-milin putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu.. bi Linda semakin mengerutkan alis dan mulutnya meringis seperti orang kepedasan.. "Aouuuhh.. Fiii.. gelliii..ssss " bi Linda mulai mendesah dan mendesis tak karuan. Kedua tangannya kini menjulur ke belakang memegang belakang pahaku.

( "O Rafiii lebih keras, lebih keraaass. Gigit puting bibimu sayang, gigit puting bibimuuuuu…" )

Sambil masih memilin puting kirinya dan menciumi lehernya, aku membuka resleting celanaku.. menurunkan sedikit celana dalamku.. lalu kukeluarkan penis raksasaku.. tangan kananku menjulur kebawah lalu dengan sekali tarik kuangkat ujung baju kebayanya ke atas sehingga punggung mulus behias tali beha hitam milik isteri mang Iyus itu kini terpampang di hadapanku. Kuletakkan penisku yang sudah sangat tegang itu di atas kulit mulus punggung bi Linda .. Lagi-lagi bi Linda membuka matanya dengan pandangan kebingungan, antara keinginan melihat penisku bercampur dengan ketakutan akan melakukan persetubuhan dengan lelaki bukan suaminya. Ia hanya bisa mengerang dan menggelinjang sambil menoleh menatapku ketika dirasanya daging keras penisku mulai menggesek-gesek kulit halus punggungnya.. dirasanya punggungnya mulai ditetesi oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisku.. bi Linda benar-benar terlihat berada di simpang jalan.. ia begitu bergairah dengan sensasi yang belum pernah dialaminya selama hidup.. namun ia begitu ketakutan melihat keponakannya dengan penuh nafsu tengah meremas-remas susunya, memilin putingnya, menggesekkan penis di punggungnya, dan… perempuan itu dengan mudah menebak bahwa perbuatan ini akan berakhir dengan persetubuhan !! Jam dinding berdentang keras menandakan pukul 8 malam. Waktu dimana mang Iyus biasa pulang. Seakan tersadar dari mimpinya, bi Linda meronta dan menahan kedua tanganku yang masih sibuk meremas buah dada dan putingnya.. "Fi…tolong.. stoop.. inget Fi.. kamu keponakan bibi.." Sambil berkata, perempuan itu menjauhkan kedua tanganku dari buah dadanya. Tak kehilangan akal, begitu terlepas dari puting, tangan kananku langsung menyambar selangkangannya dan meraba gundukan daging di balik kain jarik yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan cepat tanganku mengocok vagina bi Linda dari luar. Bi Linda sempat terbelalak melihat reaksiku.. ia sama sekali tak menduga gerakanku.. dan matanya tampak terkejap-kejap menikmati kocokan jemariku di celana dalam nilon yang menutupi daerah klitorisnya.

( "Aaaahhhh, tangan keponakanku ini benar-benar luar biasa. Kocokannya benar-benar membuat seluruh lorong vaginaku terasa geli. Dindingnya yang terasa amat basah itu mulai berdenyut. Ingin rasanya aku membuka celana dalamku dan membiarkan jemari kasarnya mempermainkan daging kemaluanku. Sial, haruskah aku menghentikan kenikmatan ini ? Tapi, betapa kejamnya orang menghujat seorang isteri tak setia !!" )





Sempat ia merenggangkan paha beberapa saat seakan menyilakan tanganku mengeksplorasi vaginanya lebih jauh.. namun dengan kekuatan entah dari mana, ia berteriak "FII.. LEPASKAAANN BIBI…" lalu meronta, dan mendorongku kebelakang hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu meloncat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan, buah dadanya bergelayutan keluar dari beha nya, kain jariknya nyaris lepas dari stagennya. Sial !! Padahal dia hampir menyerah !!! "Fi.. cukup Fi.. kita ngga boleh berbuat lebih jauh dari ini.. bibi yakin, kalau kita teruskan.. ini akan berakhir di atas ranjang.." Katanya dengan nafas memburu sambil membelakangiku dan memasukkan kembali kedua buah dadanya ke dalam beha. "Nggak akan berakhir di ranjang bi.. kan saya sudah bilang dari awal.. bibi NGGA AKAN SAYA APA-APAIN.. masa bibi ngga percaya omongan saya?? " Ia merapikan baju kebaya dan rambutnya "Bukan itu Fi, bibi ngga percaya pada bibi sendiri.."

( Mendadak Linda sendiri ragu. Apakah ia harus bangga atau menyesal akan keputusannya ini )

Lalu ia berbalik ke arahku… dan perempuan itu terbelalak… ia tampak terkejut dan tanpa sadar menjerit kecil "Ya ampuunn Rafi..BESARNYA…" Mata Bi Linda terpaku pada penisku yang masih mengacung tegang keluar dari celana dalamku. Urat-urat tegang tampak sekali menonjol di sekeliling batang berdiameter 3-4 cm itu. Kepala penisku menunjuk langsung ke wajah perempuan berusia empat puluhan itu. Keraguan kembali tergambar di air mukanya. Dari situ aku yakin, bahwa birahi isteri pamanku itu masih tersisa terlalu banyak untuk dilewatkan begitu saja. Nafsuku benar-benar sudah naik ke kepala.. aku sudah tak peduli.. kubungkam suara hatiku .. kubuang janji-janji bull shitku pada bi Linda … dan dengan cepat kuhampiri tubuh montoknya lalu kupeluk dengan erat. "Rafiiii mau apa kamuffff..mphhhh.." Teriakannya terpotong oleh lumatan bibirku di atas bibirnya yang ranum itu. Itulah kali pertama aku mencium bibiku.

( "Hah, ia menciumku, ia menciumku !! Rafi, kamu adalah laki-laki kedua dalam hidup yang pernah mencium bibir bibi. Oh, nikmat betul merasakan lidahmu menyapu seluruh rongga mulut bibi. Nikmat betul merasakan bibirku disedot dan digigit. Uh, apakah kamu juga akan menjadi lelaki kedua yang akan.. yang akan.. menyetubuhiku ?? Dan gelagat itu sudah tampak.. coba lihat, tanganku tak bisa bergerak. Tubuhku didekapnya erat. Jangan-jangan, jangan-jangan.. pemuda ini sungguh-sungguh berniat memperkosaku. Hah, bagaimana kalau orang lain tau ? " Bagi perempuan ini, kata 'perkosa' kini menimbulkan gairah sekaligus kekawatiran )

Pelukanku sedemikian eratnya sehingga terasa buah dadanya yang menggencet dadaku seakan hendak pecah. Ia melepaskan bibirnya dari lumatanku dan memalingkan muka mencoba untuk melawan. "Rafi.. JANGAN..ingeet.. SAYA ISTERI PAMANMU.. ohhhh…NANTI BIBI TERIAK !!!" Tak kuhiraukan kata-katanya. Di kupingku terngiang bisikan-bisikan yang terasa semakin keras : Dia mau.. Dia mau.. PAKSA DIA.. PERKOSA DIA..!! Maka dengan bertubi-tubi kuciumi lehernya sehingga walaupun ia meronta dan memukul-mukul punggungku, terasa sesekali badannya menggelinjang karena geli. Bunyi kecupan bercampur erangan birahiku dan desahan yang memohon aku melepaskannya menggema di udara dingin rumah besar di kabupaten Garut itu. Ia memejamkan matanya tak berani menatapku yang kini mulai menjilati telinga dan lehernya.. "TOLOOONG…TOLOOOONG !!!" Tiba-tiba perempuan itu menjerit.

( "Aku takut !! aku benar-benar takut !!! Saat ini aku memang dahaga lelaki. Dan itu bukan berarti aku mau diperkosa oleh keponakanku sendiri. Apalagi katanya, seorang pemerkosa cenderung selalu berbuat kasar. Oh tiba-tiba aku merasa begitu ngeri melihat pemuda itu menciumi leher dan kupingku dengan ganas. Tapi, haruskah berteriak ?" )

bersambung ke halaman 2
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ahh kereen nih cerita, jangan dibuat langsung binal hu. Apalagi kalau ada mulustrasinya hehe
 
Ijin minyak, dimari...sapa tau dapet nocan nih ts... Hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd