Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Max 8

sonnyboy

Suka Semprot
Daftar
5 Nov 2017
Post
11
Like diterima
72
Bimabet
Sesi I

Dyah
Jumat pagi, Dyah telah tiba di kelas dan baru terdapat beberapa orang termasuk salah satunya teman kelompoknya yang pendiam, Riski. Riski terlihat duduk nyaman dan memainkan telefon genggamnya sambil sesekali memakan sebuah cemilan di mejanya. “Pagi, Ris” sapa Dyah, tanpa respon. “Oi, Ris! Konsen amat!” ucap Dyah sambil menyenggol lengan Riski sehingga tidak sengaja menjatuhkan cemilan di meja Riski. “Yaelah kan jatoh berantakan”, ucap Riski heran. “Hehe, maaf - maaf sini gua beresin deh” jawab Dyah kemudian bergegas menunduk dan mengambil cemilan - cemilan yang terjatuh di lantai, sebuah kripik. Riski asik memandang Dyah dari tempatnya, membayangkan jika dia menyemprotkan sperma kentalnya di dahi dan jilbab milik Dyah. Makin berlanjut membayangkan dan mulai memperhatikan Dyah yang hari ini mengenakan jilbab coklat kaos lengan panjang hitam yang membungkus ketat payudara sintal 34B nya dan dibalut luaran kemaja bunga - bunga berwarna abu, yang diperhatikan Riski ternyata menerawang dan pundak Dyah yang putih membayang dibalik kemejanya “Waduh dalamannya tanktop ketat, mayan nih” batin Riski. “Anjir ini jajanan apa sih? Rembek apa? Krembak?” ucap Dyah yang tidak dihiraukan Riski, kemudian Dyah melirik bingung kearah Riski “Yaelah gua dicuekin mulu” Dyah kembali berkata. Riski hanya nyengir memonyongkan bibirnya. Dyah meletakkan pantatnya yang dibalut celana kain biru muda yang ketat dan sedikit menampakkan garis celana dalamnya. “Sorry ya Ris, jadi ga bisa lo makan lagi deh” kata Dyah, “Tenang ini gua masih ada” balas Riski sambil mengeluarkan krupuk ekstra dari tas hitamnya. “BTW, ini namanya Rambak, kerupuk kulit gitu, kalo di jogja krecek tapi kayanya daging kebo deh, agak alot bikin seret. Konon katanya ada orang meninggal gara - gara kebanyakan makan ini tapi nggak minum, seret gitu sampe kesumbat nggak bisa nafas!” dengan semangatnya Riski bercerita. “Yakali anjir, tolol amat ada cerita begituan. Lagian nih ya saluran pencernaan sama pernafasan beda kali. Dah deh sini mana gua cobain” balas Dyah menyerocos tak percaya sambil melirik - melirik melecehkan. “Ampe aja lo keseretan ga gua kasih air nih ya”, “Hahahaha, gak gak becanda ya kalo haus apalagi keseretan tetep minum dong” Dyah membalas sambil sesekali mengambil dan mulai memakan krupuk milik Riski.
Tak terasa kelas mulai terisi penuh, Dyah dan Riski duduk di barisan kedua paling belakang, sedangkan di belakang mereka tampak ada 1 senior yang tidur di mejanya, Dosen mulai datang dan menerangkan materi hari ini mengenai Teori Elastisitas Pasar, dan senior itu masih tidur. “Riski, bagi air dong ini krupuk enak juga gua ga bisa berhenti tapi seret banget haussss”, ucap Dyah yang hanya dibalas anggukan Riski. Saat akan meraih sebotol air mineral miliknya di dalam tas, tampak sebuah botol Mizone biru yang dia tidak familiar tapi tetap ia keluarkan dan langsung direbut Dyah dan diminumnya dengan cepat. “Busset dah neng sabar kek, gua juga haus”, Riski kemudian merebut botol minum tersebut dan tampak berisi tinggal sepertiganya. “Dih ini gua kira enak gitu seger asem eh taunya lo isi air tawar doang, miskin amaat lo” kata Dyah sambil mengusap bibirnya yang tampak basah. Giginya yang dihiasi kawat nampak mengintip di sela - sela bibir tipisnya yang berlapis lipstik pink menawan. Riski menelan lidah memperhatikan dan bingung dengan ucapan Dyah kemudian mencoba meminumnya sedikit kemudian berkata “Lah iya gua kira juga Mizone taunya air tawar doang, hahahaha lupa kali gua”, “SSSStttt” dosen tiba - tiba memperingatkan untuk diam dan mereka mulai memperhatikan dosen.

Setelah 30 menit berlalu, mungkin Riski hanya berusaha atau berpura - pura mulai memperhatikan karena dia mulai melirik kearah Dyah secara sembunyi - sembunyi. Dia memperhatikan bentuk buah dada Dyah yang terbungkus manis dan ketat oleh tanktop hitamnya. “Dyah, kok lo pake tanktop dah anjir kan lo pake jilbab?” bisik Riski, “Lhah kok lo merhatiin dah najis mesum yee, biarin lagian enak ketek gua jadi semriwing hahaha” balas Dyah dengan sedikit berbisik dan heran dengan ucapan Riski sambil mengibaskan tangan di bawah ketiaknya. Merasa diperhatikan, Dyah membayangkan apa saja yang telah diperhatikan oleh Riski. Sebenarnya Dyah sedikit merasa gerah sedari tadi, kontradiktif dengan ucapannya tentang semriwing, dia sendiri heran. Sesekali Dyah memergoki mata Riski memandang sedikit kebawah lehernya “Aduh toket gua di liatin nih ya jangan - jangan” kemudian sudut mata Riski bergeser melirik sedikit kebelakang “Wah ketek gua juga diliatin anjir malu banget untung deh udah gua wax” sambil Dyah sedikit merapatkan tangannya berusaha menghalangi ketiaknya agar tidak terlihat, tapi disaat bersamaan malah membuat payudaranya terekspose. Jantung Dyah mulai memompa sedikit lebih cepat, gelisah merasa diperhatikan dan payudaranya terasa sedikit nyeri, berdenyut, lemas seakan perlu dipijat, ujung payudara indah miliknya pun tidak merasa lebih baik, putingnya terasa lebih sensitif, tiap detik terasa panjang ketika putingnya sedikit menggesek tidak sengaja branya. Nafas Dyah terlihat semakin tidak teratur, dia memejamkan matanya mencoba meresapi perasaan aneh yang baru dia alami. Dia merasakan ada yang menyentuh pundaknya tapi dia biarkan saja, terasa seperti diusap - usap, kemudian semakin kasar usapannya dan ternyata Riski sedang menggoyangkan pundaknya dan membuatnya kaget “Oi kenapa dah lo merem - merem? Ga enak badan lo? Gapapa kan?” Dyah gugup menjawab dan lidahnya terasa sangat kering, “Eh, eh gapapa kok, oya Ris! Bagi lagi dong airnya, beneran seret banget ni mulut gua berasa kering” jawab Dyah gugup sambil berusaha membasahi bibirnya. Riski memperhatikan betapa erotisnya cara Dyah membasahi bibirnya, tapi dia bergegas mengambil botol Mizone yang tadi dan memberikannya pada Dyah. Dyah menenggak habis minuman tersebut sehingga Riski mengeluarkan botol minumnya sendiri lalu meminumnya.

Dyah
Darah Dyah berdesir, kini dia merasa denyutan di daerah vagina. Tepatnya sengatan sensitif di bagian atas bibir vagina miliknya setiap kaki dia sedikit bergerak dan denyutan konsisten di bagian dalam kewanitaannya. Dyah memejamkan mata dan meletakkan kepalanya di meja, tangannya memegang erat ujung - ujung meja, sedangkan pahanya nampak bergoyang pelan nampak tidak tenang. Riski yang memperhatikan Dyah mulai khawatir kemudian berusaha meraih pundak Dyah untuk memanggil temannya itu. Ketika telapak tangan Riski bersentuhan dengan bahan kain kemeja Dyah, pikiran lain muncul karena sedikit rasa geli yang muncul dipermukaan tangannya. Riski mulai menggoyang pelan pundak Dyah dan berbisik - bisik “Dyah, Dyah”. Saat Riski menggoyangkan pundaknya, Dyah merasakan hal lain. Pundaknya terasa lebih sensitif, dan entah dorongan dari mana tangan Dyah berusaha meraih tangan Riski yang menyentuh pundaknya kemudian meremas keras jari - jari Riski. Riski terkejut dan berusaha menarik tangannya tapi Dyah menahannya. Riski membutuhkan sedikit waktu menelan ludah dan kebingungan apa yang terjadi, punggung telapak tangannya dapat merasakan lembutnya jemari Dyah hingga akhirnya mulai mengusap lembut pundak Dyah. Saat jarinya mulai menapaki pundak mulus Dyah, tanpa sengaja tersentuh tali bra yang kemudian dia usap - usap dan susuri hingga ke punggung Dyah. Riski menggeser sedikit kursinya mendekat kearah Dyah kemudian dengan kepala menghadap ke depan kelas dan memperhatikan sekitar, tangannya dengan gugup mengusap - usap punggung Dyah. Riski tidak berani melihat respon Dyah, mungkin Dyah marah atau sedang melotot kearahnya Riski tidak peduli, tapi rasa penasaran membuatnya sedikit melirik kearah Dyah dan pemandangan yang dia lihat adalah Dyah bergeliat mendorong - dorong bongkahan dadanya ke arah meja. Riski tertegun dan tangannya mulai melakukan gerilya dari punggung Dyah pelan dan seksama melalui bawah lengannya menuju ke payudara Dyah yang sebelah kiri. Berawal dengan usapan - usapan, tangan Riski mulai merayap dan mengenggam bagian bawah payudara Dyah dan meremasnya lembut. Tangan kanan Dyah sendiri berpindah mengikuti Riski dan meremas jari - jari Riski yang masih belum puas terhalang kain dan bra. Tangan kiri Riski telah lama menyelinap dan melakukan gerakan urut lambat pada batang kemaluannya sendiri, dan Riski berpikir sebaiknya tangan kanannya juga demikian, menyelinap. Bedanya adalah tangan kanan Riski mulai menyelinap kedalam balik baju Dyah dan membelai - belai punggungnya sembari berusaha melepaskan kancing bra milik Dyah. “Cklk” kaitan bra dyah terlepas dan Dyah tampak menoleh kearah Riski, menggigit bibirnya dan wajahnya tampak memerah. Tangan Riski kembali menyelinap kedalam kaos Dyah dibagian depan dan mulai menyusuri pusar Dyah dan melakukan gerakan teratur membelai pusar Dyah dengan ujung jarinya secara lembut, dan dapat Riski rasakan tubuh Dyah yang mulus mulai bergetar dan rambut - rambut lembusnya mulai berdiri entah karena hawa yang dingin atau rangsangan yang luar biasa. Jemari Riski mulai berusaha merambat keatas dan Dyah menangkapnya dari luar tanktop hitamnya dan menahan Riski tanpa tenaga yang serius. Jari Riski terus berusaha meraih payudara Dyah menyelipkan dibagian tengahnya sehingga jemarinya dapat merasakan langsung buah dada 34B mulus Dyah tanpa penghalang lalu mulai meremasnya. Sesekali salah satu jari Riski akan berusaha menyelip kedalam bra milik Dyah dan menyenggol puting yang terasa telah mengeras.

“Oke, deadline review jurnal saya tunggu 2 minggu dari sekarang, langsung letakkan di loker Common Room. Terima Kasih’ ucap Dosen menutup kuliah dan seisi kelas mulai bergegas meninggalkan ruangan, begitu juga dengan tangan Riski yang dengan cepat berusaha tampak normal dan meletakkannya di meja. Dyah masih tampak lemas dengan badan menunduk dan kepala disandarkan pada meja, masih memejam. Riski pura - pura memainkan telepon genggamnya dan melirik seisi kelas menunggu para adik tingkat yang ada didepan barisan mejanya meninggalkan kelas. Mereka berdua adalah senior satu angkatan diatas kelas ini, yang sedang mengulangi kelas. “Oh iya, si abang itu masih dimana ya?” batin Riski dalam hati sambil berusaha mengingat bahwa ada satu orang lagi seniornya 3 angkatan diatasnya sedang mengulang kelas ini juga. Saat berusaha mencari dan menolehkan kepalanya kebelakang, waktu terhenti, dia melihat senior tersebut duduk tepat dibelakang Dyah, dengan kursi sangat dekat dengan bangku Dyah, dengan tangan kiri memainkan telepon genggam juga dan ada gerakan - gerakan menggeliat terlihat yang baru disadari Riski, terjadi dari dalam tanktop Dyah. Rupanya senior tersebut sedang menjamah Dyah dengan tangan kanannya dari dalam baju Dyah. Saat senior tersebut melihat Riski memergokinya, dia meletakkan hapenya dengan santai, memberikan gestur Riski untuk menutup mulutnya. Riski hanya dapat menelan ludah saat melihat Dyah menoleh kearahnya dan membuka mata sembari menggigit bibirnya. Sesaat kemudian Dyah berusaha menutup mulutnya dengan tangannya dan memejamkan matanya kembali, Riski melotot, membuka mulut dan terdiam, baru menyadari, tangan senior itu tengah meremas - remas kemaluan Dyah dari luar celana tipisnya. “Aaaaahhhhhhmmmppppfff” desah Dyah pelan, tubuh bergetar, dan tangannya berusaha menutup mulutnya rapat.


 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ilustrasinya juga sangat down to earth.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd