Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure Story 4 - NEXT GENERATION

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Keren suhu @Balak 6, btw hu kok ane enggak asing sama gerakan bentengan si steven ya apakah suhu satu aliran dengan saya hehe
Ah mas suhu ini.. Bukan cuma bentengan kok...
Polygamy is the best choice. :3some:
Wah.. Berat sih suhu.. Tapi makasih udah mau mampir ya suhu...
wahhh...nanti Steven jd rebutan Ama kakak beradik si Anna ama Putri
Kalao itu kita musti ikutin nih hu.. Rebutan, atau satu ngalah atau gak dua2 nya...
 
Selamat malam semua. Buat momod, submod, pertapa, sesepuh, king, staff member, maha guru, master, pendekar, guru besar, ahli cerita, senior, senpai, guru master, addict, holic, lover, kakak, adik dan para suhu terhormat, semoga semua dalam keadaan sehat, sukses dan bahagia senantiasa.

Izinkan nubie yang masih merah, hijau dan kuncup ini melanjutkan cerita nubie.


Nubie lanjutkan cerita ndeso, dan jauh kelas di bawah cerita para ahli cerita dan senior di forum terhormat ini.

Ini cerita fiksi, masih sangat perlu kritik dan saran dari para sesepuh dan suhu terhormat.

Akhir kata, salam semprooot...
 
Mulustrasi....


Aiko Hatorangan



Deandra Hatorangan



Jessica



Anna Julia



Fortuner dan Strada



Pulau Liwungan


PLTU Banten II




Sebelumnya....



Sementara itu di pelabuhan PLTU Banten II, 2 jam sebelumnya.

Kepanikan atas hilang nya Stevan masih terjadi..

"Putra.. Apa Stevan memakai rompi yang papa kasih sewaktu kalian berangkat..?"

"Iya pah.. Aku juga. Pakai di dalam baju jalan malam..."

"Oke..."

Anto mengeluarkan hape nya..

"Jess.. Kamu ada di rumah nang..?"

"Siap.. Dirumah..."

"Coba lacak dimana posisi abang mu Stevan. Dia pakai rompi papa.."

"Siap.. Laksanakan.. Segera di info.."

Anto memutus komunikasi. Dia tau, anak perempuan bungsu nya sedang melaksanakan tugasnya, yaitu sebagai pusat komunikasi dan informasi. Bidang yang mem back up dan melindungi operasi mereka.

Sementara mereka menunggu, Anto mengumpulkan ke dua istri nya. Putra bergabung dan memberikan air mineral pada ke tiga orang tua nya.

Sepuluh menit kemudian, Surya bergabung sambil masih dengan rompi serbu dan menenteng SS - 2 nya.

"Lae.. Aku dapat info baru saja dari markas kami.. Ada ternyata yang melindungi mereka ini dari internal. Sebal kali kurasa. Hebat kali jaringan bangsat-bangsat ini ternyata.."

"Aku wes ngiro mas.. Ora mungkin mereka bisa meraja lela selama ini kalau gak ada yang melindungi. Iki mafia tambang sing kita hadapi, jaringan e kuat mas, sampai ke pusat pemerintahan..."

"Itu lah lae, si Jon sama orang nya di minta kantor buat langsung di kirim kembali ke kantor. Aku tau nya itu, mau di amankan kian mereka itu. Paling juga di suruh dulu menghilang sampai situasi mereda..."

"Jenengan wes kirim..?"

"Belum.. Kutahan sebentar karena mau diskusi aku sama kau lae..."

"Nggak bisa kita menahan nya mas.. Soale kui wes perintah atasan e jenengan.. Masalah kabar pertempuran iki mesti wes sampai nang pusat. Pembantaian para penyusup itu mungkin akan di tutup rapat, soale kui kasus penyusupan ke daerah kedaulatan orang lain. TNI sing berkewajiban menghabisi. Tapi lek kasus Si Jon, kui memang pelanggaran kode etik murni. Sing berwenang urusi yo instansi POLRI dewe..."

"Iya lae.. sebal kali aku. Enggak enak aku ama orang lae dan keluarga. Mana pula keponakan ku belum pun ketemu.. Mereka yang menangkap keponakan ku, padahal itu pun hanya ecek-ecek nya. Sekarang sudah ketahuan belang nya, di lindungi pula.. Aaahh.. Kalau tau dari awal, sudah ku kasih finish nafas nya si Jon bangsat itu..."

"Iyo mas.. Aku paham... Ora opo-opo mas, jar ke wae kembali ke markas jenengan. Wes bukan urusan jenengan lagi. Jenengan disini aja kita bereskan masalah ini dengan cara kita.."




Lanjutannya....


Tiba-tiba hape Anto berbunyi... Terlihat nama Jessi disana. Tepat 45 menit sejak terakhir Anto bicara dengan putri bungsunya itu..

"Hallo.. Ini Jessi pak..."

"Ya nang.. Apa yang kamu dapat sayang..?"

"Signal abang ada di 13 km sebelah selatan dan 1,3km dari daratan. Baru saja mendarat. Tepat nya ada di sebuah pulau.. Terdaftar dengan nama pulau Liwungan. Tapi pak... Ada gerakan signal radio yang mengarah ke sana dan pergerakan beberapa titik, yang di ketahui, 4 kapal cepat dengan persenjataan lengkap. 50 menit ke depan akan sampai di pulau itu.."

"Hahhh... Bahaya... Abangmu di ketahui posisi nya sama musuh. Dan ini ada di lautan.. Jessi coba lacak siapa mereka, cari tau.. Laporkan segera... Sebarkan informasi ke ompung doli mu (kakek = ayah Anto) ada invasi masuk banten.."

"Siap laksanakan...."

Hubungan putus...

Anto segera mengontak seseorang.. Dia tau waktu nya hanya singkat.

"Edwin.. Joko... Menghadap..."

Anto mengontak bawahannya..

Tak sampai semenit, dua orang berlari secepat kilat menghadap padanya..

"Kumpul.. Ini darurat..."

Aiko, Dea, Putra, Surya juga kedua kakek itu terheran dan terpana. Lalu mereka merapat kan barisan..

"Dengar semua.. Jessica baru saja laporkan, Stevan ada di selatan sana lepas pantai di sebuah pulau. Namanya pulau Liwungan. 13 km dari sini dan 1.3 km dari pantai. Dan saat ini, 48 menit ke depan, akan datang 4 kapal cepat bersenjata lengkap mengarah pulau itu. Artinya, lokasi Stevan telah di ketahui dan dalam bahaya besar. Dia seorang diri menghadapi serangan. Saya kirakan itu adalah para pembunuh bayaran profesional."

"Haaahh.. Papa.. Ini gimana..?"

Aiko teriak gusar..

"Kok.. Aduuhh bahaya... Eh.. Gimana pah.."

Dea pun terkejut panik..

"Kurang ajar.. Berani dia.. "

Surya geram..

"Edwin.. Siapkan mobil saya mau meluncur kesana.. Mas Surya, bisa hubungi pol air pandeglang, khusus nya tanjung lesung? Biar segera meluncur.. Edwin, siapa Agen di daerah sana, segera bergerak.. Tak ada waktu."

"Ah.. Mobil patroli sedang keluar pula.."

sahut Surya

"Ada mobil Mama.. "

Aiko menyela

"Maaf pak, aya mobil jelek saya ada pak. Masih bisa di gunakan pak. Maaf saya menyela, saya Saiman. Saya yang membawa Putra dan Stevan tadi siang ke sini, sejak kemarin malam kami telah bersama-sama.."

"Iya pah.. Maaf baru bisa kenalkan.. Ini Kek Saiman, kakek aku yang baru, orang serang. Dan ini kakek juga, kek Rojak, orang Pandeglang.."


"Oh.. Salam kenal dari saya, Julian Hatorangan. Maaf untuk para bapak yang terhormat, perkenalan kita pada saat seperti ini.. Mungkin keadaan nya bapak sudah tau ya pak..."

"Pak Julian.. Ini daerah saya. Izinkan saya memandu bapak dan ibu untuk secepat nya mencapai sana. Dan izinkan anak buah saya membuka jalan jika diizinkan..."

"Dengan senang hati pak Rojak..."

Saiman dan Rojak segera bergerak. Anto menahan Putra sebentar, memandang ke dua kakek itu..

"Putra... Kamu...?"

"Iya pah.. Putra yang bikin..."

"Oke kita bagi dua rombongan... Aku, Aiko, Mas Surya dan Dea. Putra, Edwin, ikut kakek Saiman dan Kakek Rojak.. Joko.. cari bantuan amankan Ivan.. "

"Siaappp..."

Semua berpencar

Fortuner hitam Aiko di kemudikan Anto. Strada Saiman mendahului tepat di depannya.


Dua mobil keluaran pabrikan ternama Jepang itu menghambur laksana terbang.

Kakek Saiman melahap semua medan jalan, dengan navigator kek Rojak. Nyata benar, kakek Saiman dengan lincah dan sigap menerobos gelap nya malam.

Dibelakang nya, Anto juga menggeber mobil nya menempel mobil Strada kek Saiman

Tak terasa, hanya dengan waktu 12 menit mereka telah masuk kawasan tanjung lesung.

Mobil segera di parkir, semua yang menumpang di mobil, berhambur ke luar.

Kek Rojak melesat ke pantai, disana telah tersedia tiga buah kapal speed yang biasa di gunakan untuk wisata. Tapi saat ini, orang nya kek Rojak dengan cepat dapat menyediakan nya...

Speed boat ini tanpa senjata, jelas mereka harusnya jadi sasaran empuk jika terbentur musuh.

Yang memiliki senjata api saat ini Surya dengan SS-2 nya dan Anto dengan revolver nya. Sedang Dea dan Aiko membawa senjata pertarungan pribadi.



~~~©©©~~~


Sementara itu di pulau...

Stevan menatap tajam mata Anna. Anna melihat ke Stevan dengan kosong dan pasrah.

"Kamu... Apa yang kamu tau dengan si pemilik pin ini..?"

"Mama hanya bilang, papa orang baik, pemberani dan petarung sejati. Beliau ke tanah Soviet dalam misi menangkap penjahat pembuat dan penjual uranium sebagai bahan dasar bom atom. Mama saat itu hanya gadis desa yang telah yatim piatu akibat perang. Mama menampung papa selama menjalani misi nya. Disana lah mereka bersama.. Dan sampai akhirnya mama hamil, tapi papa di tarik pulang, karena sasaran nya dapat melarikan diri. Tapi belakangan aku dengar, si penjahat itu membuat pabrik lainnya di Pavlodar city. Selang 7 tahun kemudian, pabrik itu di hancur lantakkan oleh agen BALAK 6, yaitu papa kamu, Julian. Tapi dia tetap lolos. Terakhir aku dengar, dia tidak lagi membuat pabrik, tapi jadi pedagang besar. Dia ada di negara ini, menjadi sekutu para pembesar negara ini..."

"Lalu, apa yang terjadi kemudian dengan kamu..?"

"Mama dinikahi oleh Alexander Karimov. Dan peta politik berubah. Soviet pecah, negara Kazakhstan berjuang untuk merdeka. Aku lahir dengan status putri dari Alexander Karimov. Papa menjadi pembunuh bayaran profesional. Orang nya tersebar di banyak negara. Papa juga memiliki senjata dan amunisi pribadi yang lengkap.. aku dididik hidup di lingkungan para pembunuh. Dan.. Aku memang menjadi pembunuh profesional. Dengan keahlian merusak pikiran lawan. Aku di ajar ilmu hipnotis dari seorang guru dari timur tengah. Aku pun.. Hidup dari satu misi ke misi lainnya. Ah.. Aku sangat terpaksa, sungguh, aku membenci pekerjaan ini. Untuk menghilangkan rasa bersalah, kami bersenang-senang, menyenangkan diri kami masing-masing. Kami mengikuti insting terliar kami agar rasa bersalah itu tertekan habis. Kami berpesta, sex bebas, memakai obat apapun yang penting kami lepas... Kami berpesta karena kami tau, belum tentu esok hari kami masih hidup.. Menikmati sampai habisss..."


Diam sejenak, isak Anna jelas terdengar. Badannya makin di tekuk, lutut nya di peluk rapat di depan dada. Pandangan nya kosong, tapi air mata deras mengalir...

"Tapi.. Hati aku tetap menjeriiitttt... Aku muaakkk... Aku lelaaahhh.... Stevaann... (berpaling ke Stevan) Tolong aku... Tolong lepaskan aku dari semua ini... Bunuh saja aku.... Jangan kamu kasihani aku.. Aku capeeekkk..."

Stevan diam..

Suasana hening, hanya suara serangga malam dan suara kayu yang terbakar api..

"Semua nya lepas kan Anna.. Jangan di tahan. Beban mu harus kau lepas agar.. Pikiran mu bisa jernih. Aku dengarkan..."

"Aku rapuh... Walau terlihat dari luar aku kuat.. Aku putus asa. Sampai kapan aku begini..? Kapan aku bisa hidup normal..? Aku telah bersekolah hampir 6 bulan.. Aku masuk negara ini sejak se tahun lalu. Dan dipaksa secepatnya menyaruh jadi orang sini. Aku belajar hidup di negara ini di Bali. Enam bulan aku belajar segala hal. Dan lima bulan aku bersekolah. Sungguh ini adalah waktu persinggahan terlama sepanjang hidup ku. Aku sangat merasa bersatu dengan negara ini, apalagi aku tau, ayah kandungku memang orang sini... aku sangat bahagia hidup di negara ini. Dari pada aku di suruh keluar lagi dari negara ini, aku lebih ikhlas mati di tanah ini. Aku sudah putuskan, Indonesia adalah tanah air ku..."


Diam lagi..

Anna berpaling pada Stevan...

"Maafkan aku Stevan, aku sempat memiliki niat jahat padamu. Aku telah sempat meniatkan untuk menyerap semua sari inti mu. Aku memang tertantang padamu.. Sekarang aku paham... Aku bodoh luar biasa. Malah saat ini, aku yang terhisap oleh mu. Aku pasrah, aku kalah sebelum berperang, aku serahkan semua hidupku pada mu.. Aku telah masuk dalam jerat mu.. Aku suka kamu.. Sungguh.. Maaf jika aku terlalu jujur, di tempat ku, kami terbiasa bicara apa adanya... Dan aku ikhlas jika harus mati dengan ada bersama mu..."

Stevan sedikit terkejut. Tapi segera mengendalikan diri nya.

"Tidak Anna.. Setelah semua yang kamu jelaskan, siapa dirimu sebenarnya.. Aku berkewajiban melindungi mu. Aku akan menyelamatkan mu apapun resiko nya, A P A P U N... Sebab... Sebab... Aku tau siapa papa kandung mu.. Dan.. Beliau adalah... Penyelamat keluarga ku... "

"SUNGGUHHH VAANN...?"

"Iya.. Sangat sungguh... Tapi... Tapiiii.... Beliau telah tiada... Setahun lalu, tuntas sudah bakti nya pada negeri ini. Sebagai seorang pahlawan sejati... PAHLAWAN bukan hanya untuk negara ini, tapiii... PAHLAWAN untuk keluarga ku.. Aku pun jika diizinkan, ingin mengikuti jejak nya.. Om Muhammad Saiful..."


Anna terbelalak. Kepala terangkat menghadap Stevan... Lalu kepala menunduk...

"Papa.... Aku terlambat... Maafkan Anna pah.. Van.. Bolehkan aku melihat kubur nya..?"

"Ya tentu setelah selesai ini semua.. Sebab.. Kamu pun memiliki seorang saudara, adik perempuan.. Dari istri om Saiful di sini..."

"Ya Tuhan... Apa yang harus aku lakukaaannn... Aku punya adikkk..? Apa aku di.. aku... Ahh.. Tidaakkk... Aku tidak layakk.. Aku kotoor.. Aku hinaaa... sampah... kotoran yang sangat bau... Hik.. Hik.. Hik.. Hua... Huaa... Huaa..."


Anna menangis.. Menangis lepas.. Buat dia, ini adalah suatu yang di haramkan dalam dunia nya. Menangis sebagai tanda kelemahan dan kerapuhan. Pantang besar dalam dunia pembunuh bayaran. Rasa lemah harus di buang jauh-jauh. Yang ada hanya rasa berani, nekat, dan tanpa rasa bersalah. Tak ada pengampunan, semua harus di bunuh sesuai misi yang telah di emban.

Tapi saat ini, di hadapan pemuda ini.. Hati nya kecut bukan kepalang, logika nya pudar, yang ada hanya rasa dan bathin yang bicara..

Dia merasa bisa sebagai seorang Anna apa adanya, tanpa topeng, tanpa pemyamaran. Dia merasa polos di hadapan Stevan.

Saat ini, perasaannnya berada di titik terendah, kepercayaan dirinya habis, keberanian dan harapan nya musnah. Dia merasa sangat kosong. Pada saat ingin bekerja menjadi profesional, kesempatannya telah hilang, ingin hidup benar pun, dia belum tau asa nya ke depan. Sungguh, Anna sangat terpuruk...

Pelan-pelan Stevan mendekat lalu memeluk Anna melalui pundak nya. Anna yang tau di peluk, segera memasukkan kepala nya ke dada Stevan dan memeluk punggung Stevan.

"Menangis lah yang puas.. Aku ada.. Aku akan menjaga mu..."

Anna menangis dengan lepas, mata dan mukanya telah basah. Baju Stevan pun basah oleh airmata nya.

Dia membayangkan jalan hidup yang telah dia lalui. Bagaimana kerasnya hidup nya, hilangnya hubungan sosialnya, juga musnah nya masa anak dan remaja nya. Semua dilalui dengan pekerjaan nya menjadi pembunuh. Terbayang juga para korban nya, ada yang memang orang jahat, tapi ada juga yang nyata-nyata orang baik-baik. Semua membuat dirinya merasa bersalah. Tapi, itu semua dilakukan dengan keterpaksaan dan dibawah tekanan. Dia sadar, dia telah di ciptakan ayah tirinya menjadi seorang mesin pembunuh profesional. Ini membuat lambat laun, timbul rasa benci di hati nya pada sosok ayah tirinya, Alexander Karimov.

10 menit Anna menangis. Lambat laun tangisannya mereda. Tak lama benar-benar mereda. Dia hanya bersandar dengan nyaman dalam bidang nya dada Stevan.

Stevan tetap diam sambil memeluk erat Anna. Dia tau, saat ini dia hanya perlu memberikan rasa peduli dan menyediakan dada nya sebagai tempat yang nyaman untuk mencurahkan rasa kesedihan yang telah terakumulasi bertahun-tahun dalam diri Anna. Timbul rasa iba dalan diri Stevan. Dia bersyukur, masa kanak-kanak dan remaja nya masih di lalui dalam satu keluarga yang utuh dan hangat.

Belum pernah dia melihat seorang wanita benar-benar terpuruk seperti ini. Jiwa lelaki nya muncul. Dia menjadi merasa wajib menjaga Anna. Apalagi setelah dia tau, Anna adalah anak dari seseorang yang dia sangat kagumi semasa hidup sampai matinya.

Pelan, Stevan mengangkat tangan kanan nya, dan membelai rambut dan kepala Anna.

"Ann... Aku akan menjaga mu dari gangguan para penjahat itu. Jika hatimu mantap mau menjadi bagian dari republik ini dan meninggalkan dunia mu yang lalu, aku janji, aku akan menjaga mu sekuat aku. Bahkan nyawaku aku serahkan jika ada yang mau mengambil mu kembali. Papa kandung mu, om Saiful telah menyerahkan hidup nya buat keluarga ku, saat ini aku akan juga membalas budi baik itu. Kamu tidak usah khawatir, aku akan jadi benteng mu mulai saat ini.."

"Van... Aku serahkan hidupku padamu.. Aku sudah mantap ingin menjadi bagian dari negara ini, resmi ataupun tidak. Aku tidak akan kembali ke Kazaks, aku sudah tidak mau menjadi pembunuh lagi. Tidak akan..."

"Stevan.. Kamu tau, sejak awal pertemuan kita dikelas itu, aku sudah merasa mempunyai ikatan bathin dengan mu. Naluri ku bicara, kamu seseorang yang sangat spesial. Kamu tau, kenapa hipnotisku bisa tembus oleh mu..?"

"Iya tau.. Karena kamu tak sungguh-sungguh dan perhatianmu pecah akibat bathin mu menolak karena ada aku. Aku tau.. Walau terkesan jawaban ku itu seakan berlebihan.. Lebay...."

"Iya Van... Iya.. Memang itu yang terjadi. Konsentrasiku goyah karena kamu... Bathin ku menolak menghipnotis kamu..."

"Wah.. Geer nih aku.. Aduhh.. Segitunya..."

"Ehhh... (Anna menarik wajah nya dan melihat ke Stevan).. Memang iya.. Aku menyukaimu sejak pertama bertemu.. Aku sudah sayang padamu... Sayang ku Stevan.."



Stevan menatap Anna, Anna menatap Stevan. Mata bertemu, lambat laun wajah mendekat, semakin dekat, dan merapat.

Bibir bertemu.

Anna memejamkan matanya, Stevan juga sama. Kecupan lembut, menempel dengan sangat lembut. Terdiam sesaat, lalu lambat laun, ciuman itu makin erat. Bibir beradu dengan lincah. Saling lumat, saling sedot. Lembut penuh dengan perasaan.

Stevan memegang kepala Anna, Anna mengalungkan tangan nya di tengkuk Stevan.

Nafas mulai memburu, api gairah mulai terpantik, dan lambat laun namun pasti mulai membakar dada. Nafas mulai memburu, jantung berdetak cepat. Seiring makin gencar nya kuluman bibir ke dua nya.

Tangan Stevan mulai turun ke leher Anna. Dan dengan mantap hinggap di dada yang putih dan sekal. Penuh terasa tapak tangan Stevan. Baru kali ini ia menyentuh tubuh lawan jenis nya. Tangan itu tau tugas nya..

Anna melenguh dan mengeliat.

Ciuman Stevan di lepas nya, kepalanya mendongak ke belakang, tangan nya menangkap kepala Stevan dan menarik nya ke leher kiri.

Stevan paham.. Sekejap dia cumbu lehet putih bersih itu. Dia ciumi dan kecup semua wilayah leher itu. Tak lama Stevan beralih ke leher kanan. Mencium dan mengendus seluruh leher jenjang Anna.

"Eesshh... Aaasshh... Euuhh... Eegghhh..."

Stevan meremas dada Anna, kedua tangan menari lincah. Anna mengucek rambut Stevan.

Stevan dengan sigap, lalu membuka resleting depan baju jalan malam Anna sampai terbuka lepas. Di dalam baju jalan malam hijau tua itu, ada sebuah tanktop putih, tipis. Stevan mengangkat tanktop itu, dan terlihat sebuah bra setengah warna putih. Nampak dua gunduk gunung yang sangat putih dan mulus.

Stevan mengalihkan bibir nya. Menciumi dua gunung itu kiri kanan dengan nafas yang memburu.

Aliran energi terasa berputar cepat dari bawah perut. Merambat naik ke perut, berputar dan naik ke dada dan punggung, lalu dengan cepat memenuhi leher, lalu kepala dan menyebar ke seluruh badan.

Anna pun mengalami hal yang sama, gairah panas sekarang menguasai ke dua insan manusia ini.

Lenguh, desah dan geram dari kedua nya silih berganti. Keringat mulai bercucuran. Sekejap ke dua nya mulai membuka semua pakaian yang ada, saling adu cepat, berkejaran dengan aliran gairah yang siap membuncah keluar menuntut pelepasannya...

"Aaaiihh... aasshh... Tee.. ruusshh.. oohhh..."

"Stevaann... Akkuu... saayaanngg.. Kamuuu.."


Anna meracau ditengah nafsu nya yang bergelora..

"Eerrgghh... Oohhsshh... Hosshh.. Hosshh.."

"Aannaa... saayaangg... Aakuu.. Maauu kaamuuu..."


Pakaian telah terbuka, tak beraturan lagi. Kedua insan saling bergulingan.. Nafas dan gairah membuncah.. Kedua nya telah di penuhi energi masing-masing. Kedua nya memiliki energi inti. Ini yang membuat ke dua benar-benar seimbang. Sungguh, energi dari ke duanya sangat sesuai. Jenis yang sama. Sehingga menggabung dan menyatu dengan erat, utuh dan siap di ledakkan..




Bersambung...
Mohon kritik dan saran ya suhu semua...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd