Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure Story 4 - NEXT GENERATION

Lapor Komandan Sablenk siap di posisi. Siap menunggu perintah berikutnya. Sasaran sudah dikunci semua Komandan.
 
Mulustrasi...


Aiko Hatorangan



Deandra Hatorangan



Anna Julia



Jessica


PLTU Banten II


Pulau Misterius




Sebelumnya.....


Joko yang melihat Pajero meluncur kabur, segera menyadari bahwa ada yang melarikan diri. Matanya melihat sekeliling.

"Bang Edwin.. si boss itu kabur juga sama si Yudhi nya..."

"Bangsaaattt.. dia lolos.. kita harus segera beresin agen Arab ini... Pak Surya, tolong cegah Mobil Pajero itu..


Mobil Pajero tepat ingin berbelok keluar area PLTU.

Surya segera memerintahkan anak buahnya mengejar dan meminta koordinasi tapi di urungkan sebab pasti polisi sana sudah pro si boss cs..

Sedan patroli segera meluncur mengejar Pajero hitam. Dengan dua anggota di dalam nya..

Surya dan tiga orang anggota lain tetap mengawasi Jon dan orang nya.

Aiko yang melihat Pajero hitam, juga geram. Melihat suami nya juga bersimbah darah membuat nya makin marah. Dia melihat sekeliling, Putra masih mengejar dan membantai satu demi satu agen Arab itu. Beberapa menit lagi pasti selesai. Dea pun pada tahap akhir menghabisi dua Agent Arab dan satu masih mencoba membidik. Aiko segera lontarkan dua pisau shuriken dengan sebat. Tak di ketahui sang pembohong. Dan menancap indah di leher kiri dan punggung nya. Seketika tubuh nya tumbang dan nyawa nya lepas.

Dua Agent yang melihat tindakan Aiko, menyerang dengan pisau. Aiko mundur selangkah, dan dua tendangan meluncur, tendangan sabit di susul tendangan memutar cepat. Tendangan pertama dia mundur tapi tendangan ke dua menghantam telak dada di Agent. Tubuh terlempar kepala nya menghantam tiang besi pengikat tambang. Darah mengucur deras dari kedua telinga nya.

Seorang lagi, si ahli senjata rahasia, membuang asap ke udara..

Pssshhh....

pandangan Aiko tertutup.. tiba-tiba sebuah tendangan melompat terlontar ke arah kepalanya.

Swuuttt....

Aiko mempunyai refleks dan insting yang sangat baik, sebab sebagai ahli senjata rahasia, itu suatu yang mutlak harus bagus. Aiko menunduk dan bergeser ke kanan, tendangan lewat. Tapi Aiko susul dengan tendangan kanan mengincar punggung di ahli senjata rahasia.


BUUGGHHH...

HEEKKHH...



Tendangan mendarat dengan sangat baik.. Si Agent hanya sempat mengeluarkan suara tertahan. Tapi tubuh nya terguling dua kali dan diam. Aiko langsung mendatangi dan menginjak tengkuk si Agent yang sudah senior itu..


KREEKKHH...


Nyawa nya lepas dari raga..

Aiko melihat sekeliling. Instingnya berkata ada yang tidak beres .

Anto kembali bertempur. Pengeroyok nya awal nya tiga, sudah tewas dua, tinggal satu, tiba-tiba menyerbu lagi satu sehingga Anto tetap di kepung dua orang..

Dea manghajar dua pengeroyok nya dan bergelimpangan dengan dada remuk dan perut ambrol.

Lalu maju lagi dua orang yang memakai pistol. Tapi Dea dengan lincah bergerak secepat kilat, sehingga hendak membidik pun nyaris tak bisa.


DOORR...


tembakan meletus lagi, tapi nihil. Malah, suatu gerakan kilat, besi menghantam dari kiri menyobek pipi kanan si penembak disusul dengan pukulan menghantam kepala kiri. Kepala rengkah, tubuh nya ternhempas dan jatuh tertekuk. Satu nya di terlempar ke belakang 3m, tendangan Dea mengajar dadanya.

Aiko mendekati Dea..

"Dek.. aku belum melihat Stevan.. dia gak ada dari tadi..."

Putra yang baru selesai menghabisi dua pengeroyok nya mendengar pertanyaan mama nya..

"Stevan diatas tongkang mah..."

"Oh.. kok gak muncul... ??"


"Tadi aku sempat lihat ada satu topeng hijau kabur ke tongkang kak... "

jawab Dea

Putra melihat sekeliling, dia lihat papa nya sedikit lagi menghabisi dua terakhir. Lalu matanya menangkap Ivan yang meringkuk kesakitan.. dan mendatangi nya..

"Hei... Mana saudari mu .. jawab kalo ingin selamat..."

"Oookkkhh.. bangsat kau Putra... Pergi jangan dekati saya.. atau.. bunuh saja saya.. saya gak... tahaann..."

"Jawab.. dimana Anna...??"


Ivan mengerang kesakitan.. dia menatap Putra ..

"Jangan kau sentuh dia, atau jika saya selamat, aku pasti mencari mu..."

Putra maju dan menginjak perut Ivan..

"Jawab.. aku janji menolongmu langsung..."

"Oke.. tapi janji padaku.."

"Ya.. cepat... keputusan ada padamu..."


"Anna lari ke tongkang... Dia bilang akan menghabisi kalian dari jauh... hukk.. hukk.."

darah segar keluar mengalir dari mulut Ivan..

Putra menunduk...

Dua totokan dia lancarkan ke dada dan satu totokan ke punggung..

Darah berhenti keluar, tapi Ivan sekejap langsung pingsan.

Anto telah selesai, segera bergabung. Dea menghampiri, tapi Anto melambai tanda tidak masalah.

"Gak apa mah.. gak bahaya.. cuma sampe daging... Ada apa..?

Edwin dan Joko juga telah selesai, dan langsung meringkus para polisi Jon dan anak buah nya dibawah todongan Surya dan orang nya.

"Gimana nak..? Kenapa kamu tanya saudara nya dia...?"

"Mereka berdua inilah adik kakak orang Kazakhstan pembunuh bayaran. White Ross dan Red Wolf. Mereka menyamar jadi siswa di sekolah kami demi memata-matai kami. Aku dan Stevan..."



Lanjutannya.....


"Oh.. Mereka ini eksekutor nya. Edwin..."

"Siap komandan..."

"Amankan agen ini ke markas. Lakukan penjagaan level A.."

"Siap... Izin..."

Edwin segera meringkus Ivan, dan mengangkat nya lalu Joko membantu dan membawa nya menghilang ke dalam gedung.

Pada saat semua terkejut dan melihat sekeliling. Putra dan Aiko menghambur ke atas tongkang. Dea dan Anto mengikuti di belakang nya. Putra mengitari tongkang.

Lalu di salah satu sudut bibir tongkang yang menghadap ke laut lepas, mata Putra menangkap suatu.

Di sela-sela sampah yang mengambang, Putra menemukan sesosok tubuh yang mengapung. Dengan gerakan sangat ringan, Putra melompat ke salah satu kayu balok yang mengapung. Dengan menggenjot tubuh sedikit, kayu meluncur cepat ke arah sampah. Lalu Putra membungkuk, tangan nya menggapai ke air. Dengan satu tangan dia menarik naik tangan kanan si sosok itu. Lalu tangan kiri nya memeluk perut dan menaikkan nya ke pundak kiri nya. Tapi, bobot ke dua orang itu, harus nya telah menenggelamkan sang balok. Tapi ini, hanya berpengaruh sedikit saja pada gerakan balok sepanjang 3m dan lebar 10cm itu. Putra menggenjot tubuh, balok meluncur mendekati tongkang. Saat telah dekat, dengan sekali hentak, tubuh nya melesat naik ke atas tongkang. Dan meninggalkan balok yang tetap berada di air.

Sungguh suatu pertunjukan ilmu ginkang meringankan tubuh yang sangat sempurna.

Semua yang melihat di atas tongkang, terdiam dan melongo. Termasuk kakek Saiman kek Mat Rojak yang juga sudah bergabung.

"Kang Saiman.. Itu.. Itu..."

"Itu cucu ku.. Sang Anak Pinang. Dia lah yang memberi aku hidup yang ke dua kali.."

"Maneh beruntung kang... Tenaga akang juga sudah dua kali lipat.. Aku beruntung di sisa hidupku masih di beri kesempatan melihat langsung sang Legenda yang sangat di puji-puji guru kita.. Aku.. Sungguh takhluk lahir bathin.."

"Sok.. Coba sok maneh.. Jika tentara kita memiliki seorang satria tak tertanding seperti Putra itu. Apa yang bisa mengganggu negara ini. Aing teh yakin, aman. Akang bersyukur dia ada di jalan yang benar, dan dididik oleh orang tua yang hebat. Dia telah menjadi alat dan senjata kebenaran yang sangat dashyat."

'Ya kang.. Aing sangat bersyukur untuk nya.."

Pembicaraan ini tak lepas dari perhatian Dea.

"Kakek berdua, bukannya tadi bertarung..?"

"Benar ibu.. Kami berdua saudara seperguruan. Dan kami ber dua sama menempuh jalan yang salah. Tapi saat ini, kami berdua telah sadar, dan hidup kami di ampuni dan di beri kesempatan ke dua untuk berubah atas kejahatan kami..."

"Eh.. Siapa yang ampuni..?"

"Si anak pinang, Putra.. Anak ibu kan..? Aing Saiman.. Orang yang di kalahkan Putra tapi juga di beri kesempatan hidup. Seharusnya jika ikut peraturan perguruan dan dunia yang kami ber dua jalani, kami sudah pasti mati. Pasti.. Gak ada ampun.. Tapi.. Putra dengan jiwa satria nya telah memberikan kami berdua untuk insyaf. Dan kami mau dan akan berubah... Salam kenal dari kami, orang tua mantan penjahat ini, pada ibu selaku orang tua yang gagah perkasa. Aku si tua lihat sendiri, bagaimana ibu, bapak bertarung melawan para penjahat Arab itu.."

"Adduuhh.. Udah atuh bapak, pujian nya tinggi pisan.. Abdi Dea, salah satu ibu na Putra. Ibu yang satu na eta Aiko, juga ibu na Putra, Aiko eta ibu kandung na Stevan, yang lagi kita cari ini.. Ibu kandung na Putra, aya di rumah, gak ikut. Kami memang tinggal satu atap.. Bapak kandung na eta, a Julian Anto."

"Aing bangga berkenalan dengan keluarga hebat ini... Jika berkenan, setelah masalah ini selesai, aing mau undang ibu dan semua keluarga singgah di gubug aing di serang.."

"Baik Aki.. Abdi juga senang bisa kenal sama Aki. Juga sama Aki satunya.. "

"Aing Ahmad Rojak, biasa di panggil Mat Rojak..."

"Salam kenal aki Rojak. Abdi jujur bangga sama Putra juga Stevan, di misi mereka yang pertama ini, sudah bisa dapat kakek baru..."

"Benar bu.. Malah meng insyafkan kakek bekas penjahat ini jadi orang baik. Ternyata, jadi orang bebas itu, jauh lebih tentram. Tidak di kejar ketakutan dan ke khawatiran lagi. Yang ada hanya ikhlas dan berserah. Selebih nya biar yang KUASA yang nentuin..."

"Amin.. Insya allah semua aman ya aki..."

"Amin.. Amin.."



Anto memeriksa sosok lelaki yang diangkat Putra dari air. Menekan beberapa titik di punggung dan dada. Terlihat dadanya ada luka bekas tancapan benda tajam. Tapi benda nya sudah tidak ada, mungkin terlepas saat lelaki itu tercebur. Anto menotok saluran darah dan syaraf luka itu. Selang semenit kemudian..

"Ookkhh... Aakkhh... Uhukk.. Uhuukk... Uhukk.."

Lelaki yang ternyata nelayan itu, sadar dan memuntahkan air laut yang tertelan..

Anto membalikkan badan nya menjadi telungkup. Menekan punggung dan pangkal leher belakang. Setelah berhenti memuntahkan air, si lelaki membalikkan badan. Dan menatap bergantian semua yang ada disitu.

"Perahu aing.. Perahu aingg.. Dimana perahu aing.. Ahh.. Kumaha iyeu.. Gimana aing melaut..? Aahh.. Perempuan setan.. Penipu.. Tolong pak cari perempuan penipu itu, pura-pura di culik, ternyata mau ambil perahu aing... Tolong bapak.. Aaduuhh.. Sakiitt..."

"Tenang pak.. Tenang.. Bapak udah aman. Coba cerita gimana kejadiannya.."


Lalu si nelayan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya...

"Bapak sempat lihat mereka berlayar ke arah mana?"

Tanya Aiko cemas

"Gak liat pasti bu... Saya sempat mengapung, lihat mereka pergi ke arah tegah laut bu..."



~~~©©©~~~


Sementara itu sebuah sampan kecil meluncur cepat laksana mempunyai motor penggerak nya.

Sampan telah bergerak lebih dari setengah jam ke arah selatan. Gelap nya lautan tak mengurangi cepat nya sampan itu bergerak yang di dayung oleh dua orang. Dua orang memegang masing-masing satu dayung membelah ombak selat sunda yang saat itu tidak terlalu bergolak, bahkan cenderung tenang.

Jelas, ke duanya bukan orang sembarangan. Tiap kayuhan menghasilkan tenaga yang besar sehingga sampan atau perahu itu meluncur cepat.

Mereka melihat sebuah pulau tak lama, sebuah pulau yang ada terdekat dari pelabuhan ikan Labuan. Tapi, seseorang dari mereka berbicara...

"Kita jangan kesana sayang, terlalu mudah. Kita terus saja ke selatan..."

suara seorang wanita yang duduk di deret depan

"Iya oke lah.."

jawab seorang lagi, dengan suara lelaki.

Mereka adalah Anna dan Stevan. Meluncur diatas sampan meninggalkan tongkang batubara. Dan mereka memutuskan melewati pulau itu, pulau Popole.

Mereka terus ke Selatan. Tak terasa satu jam setengah telah lewat. Samar-samar terlihat sebuah pulau di kejauhan. Nampak sebuah titik cahaya di kejauhan itu.

Lewat setengah jam kemudian, mereka memasuki landasan pantai pulau itu.

Sebuah pulau yang di tempati sebuah rumah sederhana. Mereka merapat ke pulau tapi mengambil jalan memutar dan disisi lain pulau itu.

Pulau yang masih ditumbuhi hutan yang lebat, tanaman bakau bercampur dengan pohon-pohon sengon juga semak belukar.

Perahu ditarik ke darat. Dayung di simpan di semak tak jauh dari perahu.

Lalu kedua orang itu naik menjauh dan mendapati dataran agak tinggi dan ada pohon besar di tengah nya.

Lalu ke duanya mencoba mengumpulkan daun-daun yang berserak, menjadikan alas.

Si lelaki mengumpulkan ranting-ranting pohon dan membuat sebuah perapian. Dengan dua buah batu, dia memantik kan dan percikan api itu di berikan daun-daun kering. Tak lama, api pun menyala.

Si pemuda duduk bersila, dan melipat ke dua tangan di atas paha nya.

Si wanita menyilangkan kaki dekat perapian, dan wajahnya kosong. Seakan ada kesedihan yang amat sangat di sana.


Tak ada yang bicara hanya suara serangga hutan mengisi keheningan, di seling sesekali suara burung hantu dan auman di kejauhan. Entah itu suara auman binatang apa.

Lewat setengah jam, memasuki waktu subuh. Angin laut bertiup agak keras, sehingga menusuk tulang.

Si lelaki di tengah duduk bersilanya, tangan di temukan tapak nya di dada, menundukkan badan, menarik nafas, dan mendorong ke dua tangan lurus ke depan penuh, tapak terbuka. Lalu perlahan membuka ke dua tangan itu lurus ke dua arah, kanan dan kiri sampai mentok habis tulang belikatnya bertemu. Lalu di tarik lagi ke depan wajah, menarik tangan ke depan dada dan di ketemukan ke dua tapak nya, lalu menghembuskan nafas nya sambil membungkukkan badan nya.

"Bicaralah sekarang, apa yang mau kamu sampaikan Anna.. Aku jamin kamu aman.."

"Eh.. Eh.. Kamu.. Kamu.. Kok.."

"Kamu pikir aku terkena ilmu hipnotis mu..? Sejak awal aku tidak terkena apapun dari kemampuan mu itu. Aku sudah belajar dari kejadian waktu kamu datang di sekolah."


Wajah Anna berubah pucat seketika.

"Kamu tidak perlu gusar. Kalau aku mau, kamu sudah sejak di tongkang sudah bisa aku habisi. Tapi aku ikuti mau mu, karena aku ingin tau apa mau mu pada aku dan keluarga ku sebenarnya. Aku tau, yang mengicar dan memata-matai kami bertiga saat akan latihan itu adalah Ivan. Yang memasang kamera di area rumah ku adalah Yudhi, dan yang menghabisi mantan Dirjen itu pun Ivan dan Yudhi, kamu tidak pernah terlibat langsung. Itu sebab nya aku tertarik ingin tau, apa peran mu sebenarnya. Aku beritau, aku baru saja memasang bentengan, jangan coba menerobos nya, atau kamu akan kesakitan sendiri. Kekuatan luar tidak akan masuk, dan yang didalam pun tidak akan bisa keluar. Saat ini hanya ada aku dan kamu. Saat nya sekarang kamu bicara, jujur, terbuka, apa adanya. Sebab saat ini, kamu dalam penguasaan ku..."

Anna memandang Stevan sayu, tak berkedip. Stevan pun memandang Anna dengan teduh, tak terlihat marah, atau takut di mata Stevan. Yang ada hanya ketenangan.

"Aku.. Aku.. Tak mengira, kamu bisa menangkal hipnotis ku. Aku terlalu percaya diri. Dan bodohnya, aku lengah. Saat ini aku tak bisa apapun. Sepenuhnya tergantung padamu. Aku tau aku tidak mungkin selamat, aku tau azal ku sudah sampai. Begitu pun pasti dengan Ivan. Kalian adalah prajurit dan petarung terhebat yang pernah aku hadapi dan aku ketahui. Kamu, Putra plus kedua orang tua mu. Sungguh aku takhluk segalanya. Kalau tugas itu yang kamu mau kerjakan, lakukan lah, aku pasrah. Memang hanya segini saja jalan cerita hidup ku."

"Aku sudah katakan, kalau aku mau habisi kamu langsung, tak mungkin sampai sejauh ini kita pergi. Justru aku ikut kamu agar kamu aman lebih dahulu. Kalau masih di daerah sana, pasti kamu sudah tertangkap seperti Ivan. Aku tau, logika ku bilang, kamu ada beban dan tekanan yang sangat berat. Dan sangat terpaksa kamu lakukan. Aku ikut permainan mu agar aku tau dan tidak kesalahan tangan padamu..."

"Stevan... Sejak semula.. Saat aku mengenal kamu walau hanya dari luar, aku tau, jiwamu dan rasa kepedulian mu sangat besar. Entah sudah berapa orang yang kamu bantu, aku terlalu yakin, kamu sudah membantu banyak orang. Di sekolah pun, kamu selalu terpilih jadi ketua kelas dan orang kepercayaan para guru, karena jiwa kepemimpinan dan pengayoman mu, jauh lebih dewasa di banding umur mu. Aku yang tiga tahun diatas mu pun, kalah dewasa di banding kan dirimu. Tapi, aku harus akui saat ini, kemampuan mu diatas ku Stevan. Aku sudah malang melintang di dunia hitam, belum bertemu seseorang lawan setangguh kamu. Dan.. Lawann.. yang peduli pada musuh nya.. Hik.. hik.. Hik.."


Anna terisak, terhenti sesaat. Stevan hanya mendengar dan jadi pendengar yang baik. Karena pikir Stevan, saat ini saat nya dia hanya jadi pendengar akan semua keluhan Anna.

"Aku lahir dari seorang mama yang di nikahi seorang tentara bayaran paling ditakuti se eropa timur. Ayahku mantan mata-mata Soviet. Yang kemudian setelah pecah negara itu, ayah keluar dari militer dan menjadi pembunuh profesional, yang sangat banyak menjamur saat revolusi pecah nya negara Uni Soviet. Tapi yang sebenarnya adalah, ini lah rahasia yang ibu bocorkan hanya padaku, sesaat sebelum beliau meninggal akibat keracunan, tepat nya di racun musuh ayah. Aku bukan lah anak kandung ayah, mama telah hamil hampir lima minggu saat menikah dengan ayah. Ayah juga telah membawa seorang anak, lelaki, saat menikahi mama, dia lah Ivan Penkov. Mama menyimpan rahasia ini, sampai saat beliau krisis, dan hanya padaku rahasia ini di beritau. Mama sempat bilang, yang menghamili beliau adalah seorang lelaki agen rahasia asal negara ini. Dia di panggil Batman. Nama beliau mama tidak sempat omong padaku. Hanya sebuah pin lencana yang mama punya. Itu juga mama mengambil nya secara diam-diam karena itu memang bersifat sangat rahasia. Pin itu menandakan identitas dan prestasi dari si pemilik nya. Aku sudah mencoba mencari tau, tapi memang sistem keamanan dan kerahasiaan di negara ini sangat baik. Semua akses aku untuk menerobos selalu terhalang."

Stevan agak tercekat. Tapi segera ia bisa mengendalikan diri kembali. Sesuatu ingatan bermain di otak nya..

"Kamu bawa pin nya? Boleh aku lihat...?"

Anna memasukkan tangan nya ke dalam baju nya, baju yang tepat di bawah ketiak kiri, terdapat rongga kecil. Tangan nya merogoh ronggal itu, dan keluarlah sebuah benda bulat berdiameter 3cm, tipis dan ada bekas lubang untuk menaruh jarum untuk memasang nya di baju.

Pin itu di sodorkan ke Stevan.

Ia itu adalah pin lencana khusus yang hanya di berikan pada setiap agen rahasia saat ia telah selesai menuntaskan suatu misi.

Bergambar bendera Indonesia dan simbol dari badan intelligent. Setiap pin mempunyai gambar logo yang berbeda-beda warna. Juga ada tahun pemberian lencana itu. Masing-masing warna menandakan tingkatan dari agen itu.

Stevan melihat dengan seksama, pin ini di berikan pada si penerima 22 tahun yang lalu. Dan menjelaskan si pemilik adalah agen kelas 1, walau jabatan nya masih golongan menengah saat itu. Pasti jika si pemilik masih aktif sampai saat ini, dia sudah memasuki pangkat perwira tinggi, dengan bintang di pundak nya.

Papa nya, Anto pun memilikinya. Level kelas dengan dengan yang di pegang nya saat ini pun sama, menandakan agen utama kelas 1. Hanya beda tanggal di keluarkannya. Yang ini lebih tua dari milik papa nya.

Stevan memandang pin itu, matanya memandang kosong ke depan. Jelas otak nya sedang berputar cepat.

Lalu Stevan memalingkan wajah nya ke Anna.. Dan.. Saat ini pandangan Stevan berbeda, yang biasanya sendu dan teduh, saat ini menjadi tajam. Seakan menusuk jauh ke dalam hati Anna.

Stevan ingin mencari kebenaran dalam mata itu. Dan.. Terlihat tidak ada kepura-puraan di mata itu.



~~~©©©~~~


Sementara itu di pelabuhan PLTU Banten II, 2 jam sebelumnya.

Kepanikan atas hilang nya Stevan masih terjadi..

"Putra.. Apa Stevan memakai rompi yang papa kasih sewaktu kalian berangkat..?"

"Iya pah.. Aku juga. Pakai di dalam baju jalan malam..."

"Oke..."

Anto mengeluarkan hape nya..

"Jess.. Kamu ada di rumah nang..?"

"Siap.. Dirumah..."

"Coba lacak dimana posisi abang mu Stevan. Dia pakai rompi papa.."

"Siap.. Laksanakan.. Segera di info.."

Anto memutus komunikasi. Dia tau, anak perempuan bungsu nya sedang melaksanakan tugasnya, yaitu sebagai pusat komunikasi dan informasi. Bidang yang mem back up dan melindungi operasi mereka.

Sementara mereka menunggu, Anto mengumpulkan ke dua istri nya. Putra bergabung dan memberikan air mineral pada ke tiga orang tua nya.

Surya tak lama bergabung sambil masih dengan rompi serbu dan menenteng SS - 2 nya.

"Lae.. Aku dapat info baru saja dari markas kami.. Ada ternyata yang melindungi mereka ini dari internal. Sebal kali kurasa. Hebat kali jaringan bangsat-bangsat ini ternyata.."

"Aku wes ngiro mas.. Ora mungkin mereka bisa meraja lela selama ini kalau gak ada yang melindungi. Iki mafia tambang sing kita hadapi, jaringan e kuat mas, sampai ke pusat pemerintahan..."

"Itu lah lae, si Jon sama orang nya di minta kantor buat langsung di kirim kembali ke kantor. Aku tau nya itu, mau di amankan kian mereka itu. Paling juga di suruh dulu menghilang sampai situasi mereda..."

"Jenengan wes kirim..?"

"Belum.. Kutahan sebentar karena mau diskusi aku sama kau lae..."

"Nggak bisa kita menahan nya mas.. Soale kui wes perintah atasan e jenengan.. Masalah kabar pertempuran iki mesti wes sampai nang pusat. Pembantaian para penyusup itu mungkin akan di tutup rapat, soale kui kasus penyusupan ke daerah kedaulatan orang lain. TNI sing berkewajiban menghabisi. Tapi lek kasus Si Jon, kui memang pelanggaran kode etik murni. Sing berwenang urusi yo instansi POLRI dewe..."

"Iya lae.. sebal kali aku. Enggak enak aku ama orang lae dan keluarga. Mana pula keponakan ku belum pun ketemu.. Mereka yang menangkap keponakan ku, padahal itu pun hanya ecek-ecek nya. Sekarang sudah ketahuan belang nya, di lindungi pula.. Aaahh.. Kalau tau dari awal, sudah ku kasih finish nafas nya si Jon bangsat itu..."

"Iyo mas.. Aku paham... Ora opo-opo mas, jar ke wae kembali ke markas jenengan. Wes bukan urusan jenengan lagi. Jenengan disini aja kita bereskan masalah ini dengan cara kita.."



Bersambung...

Mohon kritik dan saran nya di lempar ke nubie.
Salam semprot...
 
Terakhir diubah:
Matursuwun om@balak6.....
Wes ojo kesuwen meneh di nikmati sajiane om balak...
Terawangane ki ancuk,anna sodara seayah ama putri koyone.....
Tk dongakne seger waras,lancar rejekine tur nambah bojone...amin
Loh lali salam kenal om...
Hahaha wes pikun
 
Waahhhh jadi si anna ini saudara se ayah dengan Putri. Soalnya agen dengan nama batman kan bang Saiful yang terbunuh waktu pertempuran besar di vila. Bakalan seru nih...lanjut terus suhu...
 
Mantap tenan suhu..
Ternyata peaduga-lradufa yang terjadi di cerita sebelumnya tidak terjadi.
Makin asik aj nih baca nya.
Tetap semangat dan sukses selalu suhu...
:semangat::semangat:
 
mmm... si ana jadi kualisi nih.... si ivan tau ga yaa si ana bukan ade kandungnya

siapa bapaknya si ana apa bang saipul yg udah tewas :mindik: .. eh tapi...
tunggu lanjutannya aja wess

makasih apdetnya suhu balak 6:ampun:
 
akhirnya lanjut lagi suhu....terima kasih updatenya....cerita yg selalu ditunggu ...:beer::beer::semangat:
 
Bimabet
Kapan Stefan dan Putra lepas perjaka yah?
ane menantikan suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd