Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Living Your Fantasy [NEW UPDATE Act 11]

Status
Please reply by conversation.
Act 4: Ungu
Tanpa terasa aku memacu mobilku lebih kencang. Nafasku sesak membayangkan apa yang akan kami lakukan nanti. Dalam keadaan seperti ini, aku menjadi kurang waspada sama keadaan jalan sekitar. Aku mengerem mendadak mobilku karena tiba-tiba mobil keluar dari gang kecil dan aku hampir menabraknya.

"WOE LIAT-LIAT KALO MAU MASUK JALAN ANJING!!!!!" Aku membuka kaca sambil berteriak.

Gre menertawakanku kecil. Dia sadar hal seperti ini gak akan terjadi kalo aku nyetir dengan kecepatan biasa. Dia sadar kalo aku udah ga sabar berhubungan seks dengannya.

"Pelan-pelan mas... Sabar" katanya sambil tertawa kecil.
"Simpan kata-katamu barusan buat diranjang nanti ya" balasku. Gre malah tambah ketawa.

Sampai di parkiran apartemen, kami bergegas menuju lift. Tangan kami bergandengan namun tak sepatah kata pun keluar dari mulut kami. Keluar lift, kami berjalan cepat menuju ruangan Gre. Tak terasa genggamannya pun semakin erat, mungkin dia juga udah gak sabar. Sampai didepan pintu, Gre langsung membuka kunci dan menyeretku masuk. Gre menutup pintu dan menguncinya kembali.

284489053154a9c2e70660d5cd2270737d1f24b7.jpg


Kami langsung berciuman. Gre melempar tasnya ke bawah seakan tak terganggu dengan ciuman kami. Bibirnya yang sangat lembut membuatku tambah bergairah untuk melumatnya. Kupeluk tubuhnya erat hingga desakan dadanya yg sudah mengeras menekan tubuhku. Gre melepas bibirnya sejenak, melempar kacamatanya lalu menciumku lagi. Aku pun mendesak memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Gre membuka sedikit mulutnya untuk membiarkan lidahku masuk lalu melumat habis lidahku.

Tak terasa kami berciuman dan bergeser mendekati ranjangnya. Memang apartemen Gre ini berbentuk studio jadi tidak perlu untuk masuk ruangan lagi ketika mau ke ranjang.

Gre melepaskan bibirnya. Dia naik ke atas ranjang mengambil posisi duduk ditengah sambil melepaskan sepatu hak warna hitamnya. Aku pun melepaskan sepatuku dan menyusul Gre keatas ranjang. Sambil berlutut aku membantu Gre untik melepaskan kaos abu-abunya dan juga bra warna hitamnya.

Payudaranya yg sudah mengeras sedari tadi sekarang terpampang dengan sangat jelas. Gre mengubah posisi duduknya untuk berganti ke posisi terlentang. Payudaranya semakin terlihat menyembul dengan puting berwarna coklat muda.

Tanpa berpikir panjang langsung kuhisap payudara kanannya sambil kuremas payudara kirinya menggunakan tangan kananku. Ahhh sungguh nikmat sekali rasanya setelah lama tidak menghisap payudara cewek. Dan sekarang aku sedang menghisap payudara dokter muda cantik yg pasti banyak diidamkan banyak lelaki yg melihatnya.

"Ouuu yeahhh.... Rico... ahhhhhh" terdengar suara erangan Gre sambil tangan kanannya menekan kepalaku dan tangan kirinya memegang tanganku yg sedang meremas buah dada kirinya.

Lalu tangan kananku turun menuju ke bawah. Kubuka kancing celananya yang ketat kemudian kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya. Terasa bulu halus vaginanya ketika kusentuh dan segera kumainkan vaginanya yang licin karena sudah basah dengan permainan kami.

Nafas Gre yg semakin cepat membuat dadanya naik turun sehingga aku susah menikmati payudaranya dengan mulutku.

"Rileks sayang.." kataku sambil menghentikan gerakanku supaya Gre bisa mengatur tempo nafasnya kembali.

“Maaf ya Ric, aku terlalu excited kamu mainin kayak gini” candanya dengan tawa kecil yang membuatnya semakin cantik dan menggemaskan.

Setelah tenang, kini giliran payudara kiri Gre yang kuhisap sembari memainkan vaginanya dengan tangan kiriku. Terlihat Gre memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya menikmati setiap permainanku.

Kucabut bibirku dari payudaranya. Kemudian aku berlutut dan melepas celana Gre sambil ia bantu dengan mengangkat pinggulnya. Sembari menarik celananya, aku tak dapat mengedipkan mataku melihat pahanya yang lumayan berisi, namun putih mulus.

Kini, di hadapanku telah berbaring sosok wanita cantik telanjang bulat dan tersenyum kepadaku.

Kupegang kedua lututnya dan kubuka kedua kakinya. Kini tampak jelas vaginanya yang sudah terlihat memerah.

Kumasukkan jari tengah dan jari manisku kedalam vaginanya dan kemudian kumainkan jari2ku didalam vaginanya dan jari jempolku bermain di klitorisnya.

"AAAAHHHHH...." desahan Gracia semakin kencang.
"Ssttt kalo tetangga kamu dengar gimana" bisikku ke Gracia.
"I don't care. Just go on"

Kukeluarkan jari2ku dari vaginanya. Kuhisap sisa cairan yang ada di tanganku. Lalu kuhisap vaginanya dengan mulutku sendiri. Gracia menggelinjang hebat. Aku pun mengangkat kedua kakinya lalu kudekap pinggangnya menggunakan kedua lenganku supaya tubuhnya stabil sambil ku memainkan mulut dan lidahku di vaginanya.

Dada Gracia terangkat dan payudaranya semakin menyembul keatas. Tangan kanannya menjambakku dengan erat tangan kirinya menggenggam sprei tempat tidurnya. Tampaknya Gracia akan mengalami orgasme pertamanya. Kupererat dekapanku di pinggangnya supaya badan Gracia tetap stabil. Lalu kutingkatkan hisapanku di klitorisnya.

"AAAHHHH RICO AHHHHHHH" Gracia mengalami orgasme pertamanya. Nafasnya masih terengah engah. Kuhisap semua cairannya dan kutelan.

Aku kembali berlutut dan melepas baju dan celanaku. Kini kita berdua sama2 telanjang bulat. Kuangkat dan kubuka kembali kedua kaki Gracia. Kukocok sedikit penisku hingga benar2 tegang sempurna lalu kutempelkan kepala penisku ke bibir vaginanya.

Sejenak aku berhenti dan baru kuingat, aku belum pakai kondom. Gracia tampak mengerti keresahan kecilku lalu menganggukkan kepalanya memberi kode bahwa its okay gak pakai kondom.

"Oh shit fuuuckkkk..." kata-kata itu yang muncul pertama kali dari mulut Gracia saat penisku mulai masuk ke vaginanya. Now I know she loves dirty talks while doing sex. Kudorong penisku perlahan hingga ujung penisku menyentuh dinding rahimnya.

Kucium bibirnya sejenak kemudian kumulai menggoyangkan pinggulku.

"Oh yeahhh fuck me Rico" katanya terus mengeluarkan dirty talks.
Oh my God nikmatnya. Mataku terpejam menikmati setiap gesekan penisku di vaginanya. Kenikmatan yang sudah lama tak kurasakan.

"Gre, I think I love you" kataku tersihir dengan kenikmatan vaginanya.
"I know Rico"

Gre kembali memejamkan matanya dan menggigit bibirnya membuatnya terlihat semakin seksi. Sontak langsung kunaikkkan tempo goyanganku terbius dengan keseksiannya.

"Ahhhh Ricoooo" desahannya semakin kencang.

Kucabut penisku. Kuletakkan kaki kanan Gre diantara kakiku yg sedang berlutut. Kemudian kunaikkan kaki kirinya ke bahu kananku dan kupeluk paha kirinya menggunakan tangan kananku.

Kudorong lagi penisku ke dalam vaginanya. Kali ini vaginanya terasa lebih sempit dan kuperlambat tempo goyanganku ke vaginanya untuk menikmati setiap gesekannya. Nikmat sekali.

Keringat kami bercucuran walaupun dalam ruangan ber-AC. Jari dan kuku tangan Gre semakin liar memainkan klitorisnya.

"Ric, boleh minum dulu gak?"
"Hahaha take it easy, Gre"

Kami berhenti sejenak. Tanpa baju, rambut sedikit berantakan dan nafas sedikit terengah2, Gre menuju kulkas menengguk air putih kemudian kembali ke ranjang.

Gre langsung memposisikan dirinya dalam keadaan tengkurap. Kuangkat pinggulnya hingga bertumpu pada kedua lututnya. Kukocok sejenak penisku lalu kuhujamkan kembali ke vaginanya.

Pantatnya terlihat jelas dalam posisi ini dan mudah sekali ku meremas-remasnya. Tempo goyanganku semakin lama semakin cepat. Hantaman tubuh kami semakin keras terdengar.

"Kamu udah mau keluar Ric?
"Iya nihh"
"Aku juga tapi bakal susah kalo posisinya kayak gini"

Gre membalikkan posisi badannya lalu melingkarkan kedua kakinya di pinggangku. Kini kedua buah dada Gre telihat lagi.

"Ahhh Greee.... Aku keluar"
Gre mengencangkan kakinya dipinggangku tanda aku harus mengeluarkannya di dalam vagina Gre.

Crot crot crot...

Ku jatuhkan tubuhku disamping Gre lalu menciumnya.

"Thank you Gre..."
"Told ya... I’m worth it" Gre tersenyum kemudian tertidur.

Sambil memeluknya, aku menatap apartemen Gre yang penuh dengan warna ungu dan berpikir ulang bagaimana hubunganku dan Gre yang berkembang dengan cepat. Mungkin karena kami sudah yakin satu sama lain sehingga rasa saling percaya muncul dengan cepat.

Sudah lama aku tidak merasakan kebahagiaan seperti ini dan aku merasa hubunganku dengan Gre akan berlangsung cukup lama.
 
Act 5: Susu

"Hi, aku udah bikinin kamu sarapan. Makan dulu gih kamu pasti laper"

Gre menyambutku saat ku terbangun. Sebuah sandwich dan susu tersedia di meja samping tempatku tidur. Di meja itu pula Gre sedang asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya ditemani lagu Back to December-nya Taylor Swift.

"Cie lagi ngonten ya?"
"Hahaha iya nih. Jadi temenku ada yang punya usaha produk oats. Aku bantuin dia promosiin lewat sosmed aku"

Gre hari ini bangun lebih pagi daripada aku. Semua sisi ruangan apartemennya sudah rapi bebas dari 'kekacauan' yang telah kami buat semalam. Gre masih mengenakan bathrobe putihnya. Jelas sekali dia baru selesai mandi.

Sedangkan aku? Aku masih telanjang tertutup selimut.

"Gre, tentang semalem..."
"Iya?"
"Gapapa keluar di dalem?"
"Hahaha kamu percaya sama aku aja"
"Maksudnya?"
"Iya percaya sama aku aja gak bakal terjadi apa2"

Kupikir karena dia seorang dokter, dia punya pengetahuan yang cukup mengenai hal seperti ini jadi aku mempercayainya. Kumakan sandwich yang dibuat Gre. Rasanya enak. Atau mungkin dipengaruhi perasaanku yang sedang bahagia juga jadi sandwich-nya terasa enak.

"Kamu harus promosiin sandwich kamu juga tau Gre.. Enak banget"
"Beneran? Makasih lohhh" jawab Gre sambil meminum segelas susu yang ada disamping laptopnya. Lucu sekali melihat susu cair putihnya tersisa dimulutnya.
"Sini aku aja yang bersihin..." sahutku saat Gre hendak membersihkan sisa susu menggunakan tangannya.

Gre menatapku dengan tersenyum. Lalu dia naik keatas ranjang dan membuka selimutku.

"Bersihin pake mulut kamu ya..."

Gre mencium bibirku. Penisku yang mulai mengeras lagi dikocoknya pelan. Lalu Gre mencium leherku, dadaku, perutku, hingga mencapai penisku. Penisku yang sudah tegak dijilat dan dikulumnya hingga hampir tersedak.

"Ahhh its so good, Gre" desahku sambil memegangi rambut kepalanya yang masih lembab sisa keramasnya.

Kriiing.... kringggg...

Handphone-ku tiba-tiba berdering tanda panggilan masuk. Kulihat layar hapeku ternyata Dhea.

"Angkat dulu aja Ric..." kata Gre sambil mengocok penisku pelan.
"Ya Dey... kenapa?" Kumulai percakapanku dengan Dhea.
"Lo dimana Ric? Ini gue, Mario, sama Chika udah di rumah lo nih bawa banyak daging buat barbeque-an" jawab Dhea"
"Kok lo gak kasih tau dari kemarin2?"
"Tadinya kita bertiga mau surprise jengukin lo. Lo kan abis sakit. Tapi malah lo gak ada di rumah."
"Ya sorry lagi ga bisa dadakan gue"
"Lo lagi dimana sih? Nyokap lo juga gak tau lo dimana. Pergi gak izin"
"Begadang gue lemburin skripsi di Starbucks biar foku... ahhhhhhhh" tiba2 saja Gre mengerjaiku dengan menghisap kuat kepala penisku sehingga desahanku terdengar di telepon.
"EH LO LAGI NGAPAIN ANJIRRR?????" respon Dhea mendengar ku tiba2 mendesah di telepon.

Suara Dhea sampai terdengar keluar walaupun tidak loudspeaker. Gre cekikikan tau dia berhasil mengerjaiku.

"Nggak kenapa2 Dey. Kopi gw aja nih tumpah"
"Oh yaudah... Lo cepetan balik gih kita tungguin ya"
"Oke Dey"
"Eh lo lagi sama Anin gak? Gw hubungin dia ga bisa"
"Enggak Dey, paling dia tidur dirumahnya. Nanti pas gue balik, gue sekalian jemput ke rumahnya"
"Oke cepetan jangan lama2"
"Iye galak"

Dengan cepat kulemparkan handphone-ku ke pinggir ranjang karena udah ga sabar melanjutkan oral sex yang nikmat.

"Ayo Greku sayang lanjut"
"Kamu udah mau pulang Ric? Selesaiin dulu ya"

Aku mengangguk kemudian Gre melanjutkan mengocok penisku sambil menghisap kepalanya.

Hisapannya yang bertubi-tubi dan kencang di kepala penisku membuat tubuhku tak tahan lagi mengeluarkan spermaku.

Crot... crot... crott....

Gre menelan semua sperma yang ada mulutnya dan lidahnya membersihkan sisa2 di luar mulut.

"Aku numpang mandi yah Gre abis itu pulang"



**

Kebodohanku gak bawa handuk, kini aku gak tau mau pakai apa saat keluar kamar mandi. Tapi ah biarlah lantai apartemen Gre jadi basah, gantian aku yang mengerjainya. Dengan pedenya aku keluar kamar mandi sambil telanjang

"Oh shitttt...." aku lari masuk ke kamar mandi lagi setelah kaget melihat sesosok pria sedang duduk di ranjang tempat tidur Gre. Sekilas wajahnya mirip dengan wajah Gre jadi aku yakin kalau itu ayahnya. Sial pikirku, baru pertama kali ke apartemen Gre sudah kepergok ayahnya. Mungkin karena aku terlalu asyik nyanyi saat mandi jadi gak sadar ada orang masuk. Gre tertawa keras melihat kelakuanku.

"Hahaha makanya bawa handuk kalo mandi. Nih dipake..." Gre memberikanku handuk dan pakaianku.

Sambil menahan malu, langsung kukenakan pakaianku dan menyapa ayah Gre.

"Halo Om, saya Rico"
"Hilman... Kamu temen baru Gracia ya?"
"Iya Om, baru kenal minggu lalu"

Wajahnya serius tapi suaranya ramah. Sepertinya ayah Gre tidak ada prasangka buruk kepadaku. Dari pakaian dan barang bawaannya, beliau baru pulang dari main golf lalu mampir ke apartemen Gre.

"Udah lain kali aja Pah ngobrolnya, Rico udah ditungguin di rumahnya"
"Iya Om, saya pamit dulu"
"Kamu bawa mobil Ric? Saya anterin kamu ke parkiran ya"

Aku yakin motivasinya mengantarku ke parkiran adalah ingin mengutarakan sesuatu yang Gre tidak boleh dengar. Kami pun turun ke basement lalu mampir ke minimarket untuk beli kopi dan mengobrol sebentar.

"Ngobrol bentar boleh?"
"Boleh Om saya santai kok. Orang2 rumah juga santai nungguin saya"
"Oke saya juga cepet aja. Begini nak Rico, saya orangnya cukup selektif buat siapa yang bakal jadi pacar Gracia . Hubunganmu sama Gracia sudah sejauh mana?"
"Baru temenan aja kok Om. Kita baru kenalan minggu lalu"
"Gitu ya.. Tapi baru kali ini saya liat Gracia sebahagia itu. Saya sudah tua dan saya pikir sudah saatnya ada yang ngejagain dia. Jadi saya mau titip Gracia ke kamu dan jangan kecewain dia."
"Saya masih mahasiswa Om belum punya apa2"
"Ini bukan tentang materi Rico, yang penting bisa selalu jaga perasaannya aja udah cukup. Saya yakin kalian akan semakin dekat dan saya rasa kamu bisa dipercaya gak seperti lelaki2 yang sudah pernah sama Gracia sebelumnya."

Ya memang aku tertarik dengan Gre. Hanya saja, aku tiba-tiba merasa mendapatkan beban yang tidak mudah. Mungkin karena aku dibesarkan tanpa ayah, jadi aku belum terlalu mengerti perasaan ayah Gracia.

Tidak lama obrolan kami berakhir dan aku berpamitan. Sambil berjalan menuju mobil, aku memikirkan apa yang dikatakan ayah Gracia tadi.

Terlihat dari kejauhan, ada cewek yang sedang berdiri di samping mobilku sedang menangis. Setelah kudekati....

"Anin, lo ngapain disini? Lo kenapa nangis?"
 
Ninggalin jejak dulu..
Semoga cepat update ya..
 
Act 6: FwB

Sepuluh menit kami duduk dalam mobil saling diam satu sama lain. Anin belum sanggup untuk menjelaskan kenapa dia nangis dan menemukan mobilku di apartemen ini. Wajahnya kali ini merupakan wajah tersedih Anin selama aku menjadi temannya. Terlihat ekspresinya kecewa oleh sesuatu. Tidak mungkin dia membuntutiku sampai apartemen dan bertahan menungguku di parkiran kalo dia sedang tidak butuh bantuanku. Kumainkan lagu Shake It Off-nya Taylor Swift dari Spotify mobilku untuk mencairkan suasana. Kenapa Taylor Swift? Mungkin karena aku seharian dengerin lagunya di apartemen Gre jadi lagunya ada di kepalaku juga seharian.

"Hahaha kenapa lo tiba-tiba suka Taylor Swift? Lo kayak cewek banget deh biasanya juga cuman ada Post Malone di playlist lo, ga ada yang lain." katanya masih dengan sesenggukan kecil memecah keheningan. Aku bersyukur ke-random-an ku kali membuat suasana awkward berakhir.

"Ya abis lo diem-diem aja. Ngomong kek. Kenapa tiba-tiba muncul disini. Kenapa lo nangis. Cerita dulu sebelum kita cabut dari sini"

"Gue gak nyaman kalo kejadian gue ini kesebar"

"Terus ngapain lo nungguin di mobil gue? Kalo mau main rahasia-rahasiaan sih mending lu langsung pulang aja tadi ga usah nungguin gue kayak tadi" jawabku ketus.

"Ih nyebelin banget sihhh... Yaudah tapi lo aja yang tau ya jangan pernah lo bilang2 ke orang lain termasuk temen2 kita"

"Anin sahabatku sayaaangggg, kapan sih gue sebarin rahasia lo sampai lo gak percaya sama gue?"

Anin pun menarik nafas panjang dan berusaha menghentikan tangisannya.

"Jadi gue udah lumayan lama deket sama Kim..."

"Kim si anak Korea yang kuliah di kampus kita? Dia tinggal di apartemen ini?"

"Iya.... Dia ternyata orangnya penuntut dan kasar banget Ric. Gue ga tahan. Gue udah putusin dia tadi"

"Terus lo yang putusin dia, tapi lo yang nangis?"

"Bukan gara2 itu gue nangis...."

Anin membuka hoodie yang menutupi kepala dan badannya. Tampak memar pada dagu dan tangan sebelah kirinya. Aku yakin Anin sudah mengalami kekerasan. Dari luka yang kulihat, beberapa hantaman mendarat di dagu dan tangannya.

"Anjing lo diapain sama si Kim?"

"Panjang Ric ceritanya. Lebih baik lo gak usah tau..."

"Oke kasih tau nomer apartemennya, biar gue samperin tu orang"

BRAKK BRAKKK BRAKKK.... seseorang memukul kasar kaca pintu kursi penumpang yang sedang diduduki Anin. Ternyata itu adalah Kim. Dia minta Anin buat ngebuka kaca pintunya. Ketukannya pada kaca mobilku makin lama makin keras hingga Anin menutup matanya saking takutnya.

Kesal pintu tidak dibuka, Kim melemparkan beberapa uang pecahan ratusan ribu ke kaca.

"ITU KAN YANG KAU INGIN!!!!" Teriak Kim dengan logat Koreanya dan mengacungkan jari tangannya ke arah Anin.

Aku yang terbawa emosi keluar dari mobil, berjalan cepat kearahnya, menarik bajunya, lalu kuacungkan kepalan tanganku di depan wajahnya.

"APA KAU TAK USAH SOK JAGO" teriaknya.

Dua satpam apartemen yang kebetulan sedang patroli berlari kearah kami memisahkan kami berdua.

"Ada apa ini? Mohon selesaikan dengan baik2 kalau ada masalah Mas-Mas semua. Ini tempat umum ga enak." Tanya salah satu satpam dengan nametag Rudi di dadanya.

"Ini orang kasar pak nyiksa temen saya, pantes dikasih pelajaran"

Kim hanya membalas perkataanku dengan sederet umpatan dalam bahasa inggris.

"Gini mas2 semuanya, kalau masalahnya tidak bisa diselesaikan disini, kita bisa ke pos dulu atau kalo perlu kita ke kantor polisi"

"Gak usah pak, saya gak ada waktu buat hal2 gak penting kayak gini. Mending saya pulang. Tapi tolong hati2 sama penghuni yang satu ini pak dia orangnya penyiksa, mungkin bakal banyak korban lagi setelah ini."

Aku memutuskan kembali dalam mobil dan bergegas pulang karena gak mau masalah berlarut-larut. Masih terlihat Kim mengacungkan jari tengahnya ke mobilku saat mobilku berjalan melewatinya.

"Sorry ya Ric lo jadi berantem sama Kim"

"Lo ngapain sih hubungan sama orang kayak gitu? Terus dia ngapain sampai bisa lempar duit segala? Lo jual diri ke dia? Lo ayam?"

"Enak ajaaa.... Lo kok interogasi gue gini. Enggak gue bukan ayam"

"Gue berhak tau Nin apa yang terjadi sama lo. Lo gak nganggep ini aib? Cuma gue yang bisa jaga aib lo."

"Yaudah..... Salah satu motivasi gue pacaran ama dia emang gara2 dia tajir sih. Gue gak terlalu suka juga sebenernya sama dia. Ganteng juga enggak, tapi itu gak bikin gue ayam ya catet! Lo tau lah orang luar kalo tinggal disini, pada banyak duit. Ya walaupun ga semua, tapi Kim termasuk yang banyak duit"

"Oh my God buat apa sih lo mau duit dia? Lo respect dong sama diri sendiri, jangan kayak orang jual diri gitu. Lo kalo butuh duit bilang ke gue siapa tau gue bisa bantu. Lo kenal nyokap gue juga kan? Lo udah anggep nyokap gue kayak nyokap lo sendiri, kasih duit buat lo gak masalah."

'Jual diri' mungkin bukan kata2 yang tepat keluar dari mulutku. Suasana kembali awkward. Mungkin aku terlalu jauh ngatain Anin. Kali ini memang topik yang kami bahas lumayan sensitif gak seperti biasanya. Aku sebagai cowok harus meminta maaf duluan apalagi hari ini adalah hari yang buruk buat Anin. Gak sepantasnya aku memperburuk suasana dan hubungan pertemanan kami menjadi buruk.

"Sorry Nin gue gak bermaksud. Cuma intinya lo kalo butuh apapun kasih tau gue. Kita udah temenan lama gak usah sungkan2 lah"

"Iya Ric gue tau. Cuma gue jujur akhir2 ini gue sadar hidup gue terlalu hedon. Gue tergoda barang2 branded, makan2 mewah, atau liburan fancy. Gue belum kerja Ric dan walaupun kedua orang tua gue masih utuh, mereka gak sekaya nyokap lo jadi gue cari cara buat memenuhi kebutuhan gue. Makasih banget lo udah peduli ama gue Ric gue gak akan ulangin lagi"

"Lo kan udah mau lulus kuliah setelah itu kan bisa cari duit sendiri. Lo usaha sekeras-kerasnya biar lo dapet kerjaan yang bagus atau lo bikin usaha. Cukupi kebutuhan lo sendiri."

"Iya Ric makasih banyak"

"Yaudah sekarang lo ganti baju. Lo pasti bawa kan lo abis nginep? Lo keliatan kucel banget abis nangis. Btw kita langsung ke rumah."

"Rumah siapa?"

"Rumah gue lah. Anak2 udah pada nungguin kita barbeque-an. Tadinya gw mau nyamperin ke rumah lo, eh taunya kita udah ketemu di parkiran."

Anin melepaskan seatbelt-nya, kemudian melepas bajunya. Lalu tampak dia kesusahan berusaha melepas celananya karena kami masih di dalam mobil. Setelah berhasil kini yang tersisa sekarang hanya Anin yang memakai BH dan celana dalam hitam berenda. Seharusnya pemandangan ini biasa saja buatku karena sudah bertahun-tahun Anin aku anggap seperti saudara sendiri dan gak cuma sekali ini aku melihatnya ganti baju. Tapi kali ini beda. Kebiasaan Anin nge-gym akhir2 ini membuat tubuhnya benar2 bagus dan motif renda itu membuat penisku mengeras. Gak ada capeknya ini barang padahal abis keluar dua kali yang semuanya masuk ke tubuh Gracia. Aku sekuat tenaga menahan genggamanku pada kemudi dan berusaha terus melihat kedepan.

"Cepetan pake dah Nin baju lo"

"Kenapa Ric? Lo nafsu sama gue?"

"Gak lama lagi kan kita sampai rumah. Udah buruan pake. Sama memar2 di muka sama tangan lo tutupin lah pake make up. Ga enak diliat anak2."

Anin sangat berhati2 pada bagian wajahnya yang sakit. Tak lama kemudian Anin sudah berpakaian dan sudah terlihat seperti Anin biasanya.

28524652ffae4945df663d15403f071cd9e1d09c.jpg


"Nah gini dong. Ini baru Anin gue."

"Thanks loh. Btw Ric, siapa cewek yang sama lo kemarin?" Tanyanya santai.

"Hah kok lo tau?" Aku balik bertanya bingung.

"Iyalah.... Lo pikir kenapa gue bisa tau mobil lo di parkiran bawah apartemen? Kita kemarin satu lift Ric waktu naik tapi lo gak sadar."

Aku pun mengingat-ingat saat pertama kali masuk ke lift sampai keluar dan aku memang tidak ingat ada orang selain aku dan Gracia.

"Waktu gue di lift, gak ada siapa2 lagi perasaan"

"Iya makanya gue bilang lo ga sadar. Muka lo tegang banget kemarin gandengan sama cewek. Siapa sih Ric cakep banget dan keliatan pinter gitu. Tapi gue agak familiar sih sama mukanya kayak pernah liat..... Alias lo boongin gue ya. Minggu lalu lo bilang lo mau skripsian."

"Ya nantilah ada saatnya lo kenal. Ntar pas waktunya tepat, gue kenalin. Iya sorry gue boong. Ya lo tau sendiri kan kalo gue gak mau mengumbar apapun kalo gue belum bener2 jadian sama orang. Gue gak boong sama lu doang, gue juga bilang ke anak2 kalo gue skripsian. Tu tas sama laptop gue ada dibelakang buat alibi hahahaha"

"Lo abis ML ya?"

Aku yang baru tertawa terbahak-bahak langsung terdiam gak tau harus jawab apa ke Anin.

"Tuh kan lo diem..... pasti iya. Udah Ric gue seneng kok kalo lo seneng. Lo emang butuh move on dari mantan lo."

"Iya Nin makasih ya. Doain aja."

"Iya... Ngomong2 soal ML dan sebelum kita ketemu temen2, gue merasa aneh sama cara berteman kita yang begini2 aja Ric. Kita udah bertahun-tahun temenan tapi flat-flat aja kayak ga ada yang bisa diinget. Gue mau pertemanan kita naik level. Gue sebenernya pengen ngajakin lo dari lama, cuma gue kan kenal akrab sama mantan lo dan gue gak mau nyakitin perasaan dia. Gue mau lho Ric FWBan sama lo!"

"FWB?"

"Iya FWB"

"Apa tu FWB?

"Ihhh dasar lo emang cowok kuper Ric. Pantesan temen lo dikit. Google sendiri deh sana masa kayak gitu aja gak tau. Udah gedhe juga lo" jawab Anin ketus sambil bibirnya cemberut.

Di sepanjang perjalananku pulang setelahnya, aku merasa seperti orang bodoh karena gak tau apa itu FWB.

***

Aku terpaksa markirkan mobilku di jalan karena ada mobil mama, mobil Dhea, dan Mobil Mario di rumah jadi ga muat kalo aku harus masuk ke garasi rumah juga.

"Ricooooo....." teriak Chika yang ternyata sudah ada di depan pintu rumahku.

2852464944cbfce247740e9aa0829164dd8e84d1.jpg


Chika pun berlari ke arahku dan memelukku.

"Dasar ya Chikuy kebiasaan kalo udah ada Rico, gue gak disapa" kata Anin ke Chika.

Chika hanya membalas dengan senyuman lucunya ke Anin.

Memang Chika ini temenku yang sifatnya paling bocah. Kelakuannya kayak anak kecil. Hobinya gelendotan ke aku kalo lagi main bareng. Tapi dia emang cewek paling cantik di serkelku atau bahkan dibandingkan dengan anak2 kampusku yang lain. Aku pun tidak keberatan kalo dia tiba2 dia memelukku seperti ini di depan banyak orang karena dia cantik. Hobi Chika adalah memasak. Memang tampilannya nggak keliatan seperti anak yang jago masak tapi tangan Chika tu ajaib, bahan makanan apa aja yang disentuhnya pasti jadi makanan enak. Chika pernah bilang kalua bakat memasaknya turun dari ibunya. Tak seperti cewek2 jaman sekarang yang ga betah soal urusan dapur, Chika justru sebaliknya. Dia selalu bisa meluangkan waktu kalo berurusan dengan yang namanya masak. Selain itu dia juga hobi mencicipi makanan keliling restoran dan pandai menilai mana restoran yang enak dan bukan. Oleh karena itu dia diterima magang di tempat situs kuliner online.

Kami bertiga masuk ke dalam rumah dan Dhea sudah menyambut kami di dalam.

285246505dae3d83847c8bb3301e35fba722e3ef.jpg


"Elu ya Chikuy, hobinya nempel mulu kalo ada Rico…." teriak Dhea.

"Biarin aja sih Dey, kan Rico sayang sama gueee…." jawab Chika sambil menjulurkan lidahnya ke arah Dhea.

"Udah2 mana makanannya, gw sama Anin laper" tanyaku.

"Ihh kalian ya lama datengnya gak ikutan masak, tinggal makannya doang" sahut Dhea.

"Alahhh yang masak juga dari tadi Chika. Kita gak banyak bantuin juga Dey" sahut Mario dari kejauhan sambil game.

Tu anak emang hobi banget main game. Kalo lagi kumpul bareng, malah suka menyendiri main game. Mario suka main ke rumah juga dan main PS bareng sama aku di rumah. Walaupun saat ini PS 5 udah mau rilis, tapi aku dan Mario masih betah dengan game-game PS 2 sampai sekarang. Kita memang kuno banget.

Aku pun langsung melahap ratusan gram Sirloin, Tenderloin dan Rossu yang sudah matang dibakar. Sudah kuduga masakan ini enak sekali karena Chika yang buat dan meracik bumbunya. Saus blackpepper buatan Chika selalu jadi favoritku.

Kami mengobrol, bermain board game, dan menonton film sepanjang hari sambil minum beer. Ah kayaknya juga baru kemarin aku minum beer, sekarang udah minum lagi.

Dhea mengeluarkan kameranya dan mengambil foto-foto kebersamaan kami. Dhea emang suka mengabadikan momen2 yang menurut dia menyenangkan.

"Gitu dong Dey mending lu ambil foto2 kita daripada foto ular hewan di rumah lo"

"Berisik lu Nin ah. Ntar gw bawa Zero kesini baru tau rasa lo"

Kalo Chika hobi masak, Dhea punya hobi terhadap hewan, foto, merekam, dan hal2 yang berbau film. Cita-citanya jadi produser acara-acara semacam National Geographic. Aku selalu berdebat dengan Dhea mana film Quentin Tarantino yang paling bagus. Dhea selalu pilih Pulp Fiction sementara aku selalu menyebut The Hateful Eight yg terbaik tapi kurang terapresiasi. Sampai sekarang perdebatan itu belum menemui titik temu.


Setelah berjam-jam berkumpul, mereka pun berpamitan dan aku pun kembali ke kamar. Aku cek handphoneku sambil tiduran dan ternyata sudah ada pesan masuk dari Gracia. Dia bilang kalo dia tau apa yang ayahnya bicarakan kepadaku dan dia minta aku gak usah terlalu mikir apa yang dikatakan oleh ayahnya. Aku jadi makin kagum sama dia karena dia ternyata pengertian banget.


Pintu kamarku tiba2 terbuka dan sesosok cewek masuk. Tanpa menengok pun aku tau itu pasti Anin.

"Kenapa Nin?" Tanyaku

"Kok Anin sih?"

"Eh elu Dey, kok belum pulang?" Ku terbangun dari empat tidurku dan berdiri.

"Iya Ric soalnya gue kangen ini..." kata Dhea mendekat ke arahku sambil memegang penisku dari luar celana pendek yang aku kenakan.

Aku pun berbalik badan menghindarinya.

"Kita udah janji gak bakal ngelakuinnya lagi Dey. Lo gak inget?"

Dhea pun memelukku dari belakang dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku dan meremas-remas penisku.

"Tumben gak pake celana dalem Ric? Lo udah tau ya gue mau dateng? Lo gak kangen sama memek gue apa?"

"Dey, kita udah janji gak bakal gituan lagi. Kita temen, dan ga bakal kita bisa pacaran" jawabku sambil mengeluarkan tangannya dari celanaku.

"Lo harus inget Ric siapa yang dulu ngehibur lo setelah lo putus dari mantan lo. Cuma gue yang bisa lo jadiin pelampiasan waktu itu."

"Iya itu kan dulu Dey....."

"Oh terus lo mau lupa gitu aja? Fine Ric... gue bakal bikin lo tertarik sama gue lagi. Asal lo tau aja, gue masih nonton rekaman kita waktu ML dulu. Gue pengen saat2 kayak dulu lagi Ric."

"Dey.... mending sekarang lo pulang!"

"Oke tapi inget ya kata2 gue tadi"

Dhea pun meninggalkan kamarku dan pulang. Pusing rasanya harus mengingat masa lalu yang harusnya udah dilupain.

Aku pun tiba2 teringat dengan istilah FWB yang diucapkan Anin saat berada di mobil dan sekarang aku ingat dengan benar apa arti istilah itu. Kenapa hal2 ini harus terjadi saat aku baru saja menemukan Gracia?

Kalo Coldplay punya album namanya A Head Full of Dreams, dipikiranku sekarang adalah A Head Full of Sex.....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd