Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
Jagan di rusak dulu suhu si liana nya. Biarkan budak lain ikut nyiksa. Gimana jadinya jika lianan di perkosa girno 24 jam nin stop

Hahaha, ini mah belum 24 jam, baru dari sore smp malem aja 😁
 
Hu gmn kalo nanti Liana nya nyiksa Widya & Widya nya nyiksa Liana...
Jd saling siksa.
Trs abis disiksa keringetan, Widya srh jilatin ketek Liana & Liana jilat ketek Widya.
Trs anus nya difisting pake lengan Hu, gantian jg.

Nah nanti sampe akhirnya kalo pas ML Liana & Widya nya selalu minta disiksa spy orgasme.
 
Hu gmn kalo nanti Liana nya nyiksa Widya & Widya nya nyiksa Liana...
Jd saling siksa.
Trs abis disiksa keringetan, Widya srh jilatin ketek Liana & Liana jilat ketek Widya.
Trs anus nya difisting pake lengan Hu, gantian jg.

Nah nanti sampe akhirnya kalo pas ML Liana & Widya nya selalu minta disiksa spy orgasme.

Hahaha, liar juga nih suhu 😁
 
Wahh alhirnya selesai juga baca sampai sini

Suka banget sama ceritanya hu.. semoga sampai tammatya hu..

Kalau berkenan, bisa ditambahkan utk si widya atau liana utk mengumpulkan 1 botol berisi sperma dan dibawa utk bekal minum

Hahaha, semoga ya. Menarik juga idenya, akan dipertimbangkan 😁
 
Waduh, hahaha, banyak yang comment kasihan Liananya. Iya hu, untuk yg eps ini ada memang sadisticnya. Ada plot-nya sih nanti, hehe. Pengennya sih agak diterusin. Cuman nanti malah ndak tau kapan bisa update. Makanya segini dulu, maaf-keun kalau jadi banyak yg tidak berkenan 🙂

kasihan??

itu baru level average untuk di dunia cerita
belum masuk ke level sickest lah ehehehe

:woi:
 
kasihan??

itu baru level average untuk di dunia cerita
belum masuk ke level sickest lah ehehehe

:woi:

Haha, iya, dulu sih sering baca cerita-cerita genre torture dan sadistic di blog2. Sebelum banyak blog itu di tutup. Hanya saja di sini aku lihat masih sangat jarang genre kayak gitu. Makanya kemarin minat untuk coba bikin. Mungkin banyak kekurangan, karena selama ini ane silent reader dan jarang posting di mari...
 
Haha, iya, dulu sih sering baca cerita-cerita genre torture dan sadistic di blog2. Sebelum banyak blog itu di tutup. Hanya saja di sini aku lihat masih sangat jarang genre kayak gitu. Makanya kemarin minat untuk coba bikin. Mungkin banyak kekurangan, karena selama ini ane silent reader dan jarang posting di mari...
Huaaaaaa apaan gan blognya.. masi ada kah whahahahah
 
waduh gagal ngatjeng, ane kira sex slave biasa, sekedar pasang tindik, urinate gokkun/bukkake, g taunya pake acara berdarah''...
 
Part 14

“Hmmmmppphhhhh, tidak lepaskan, jangan masukan, tidak, ampun!! Aku bisa mati, aku bisa hancur.” jerit Liana.

Tangan Girno perlahan tapi pasti menusuk masuk ke dalam lubang dubur Liana. Tangan yang kasar dan berukuran cukup besar itu dipaksakan begitu saja untuk memasuki lubang dubur Liana yang cukup sempit.

Para budak yang ada di sekitar Liana hanya tertawa-tawa melihat wanita itu mengerang-ngerang kesakitan. Tubuh Liana benar-benar rusak luluh lantak. Payudaranya ditusuki dengan paku, kemaluannya tadi dimasuki oleh botol yang ujungnya pecah sehingga merobek-robek dinding kemaluan, dan sekarang, lubang duburnya tengah dimasuki oleh tangan Girno yang tidak bisa disebut kecil.

Liana merintih, menangis, dan memohon, namun tak ada yang menggubrisnya. Seluruh budak yang ada di sekitar sana hanya ingin menyiksa wanita yang selama ini dianggap diperlakukan khusus dibandingkan dengan mereka. Ia mendapat perlakuan istimewa, lebih baik dari teman-temannya. Ia juga mendapatkan jatah, lebih baik dari teman-temannya. Dan ia mendapat jatah pekerjaan, jauh lebih ringan daripada teman-temannya.

c6a9c11222785214.jpg

Liana​

Liana tahu jika ia dikucilkan oleh teman-teman sesama budak, namun itu bukan karena keinginannya. Sang mandor memang memberikan perhatian lebih kepadanya, entah karena kecantikan Liana, atau karena suatu hal yang lain.

Kepalan tangan Girno hampir masuk seluruhnya ke dalam lubang dubur Liana. “Permen, Girno mau permen.” Kata laki-laki idiot itu sambil terus mencoba memasukan tangannya sedalam mungkin ke dubur Liana.

Permen yang tadi dimasukan ke dubur Liana entah sudah masuk sedalam apa. Liana merintih kesakitan karena lubang duburnya dipaksa untuk membuka secara maksimal. Rasa sakitnya yang Liana rasakan sungguh tidak terkira, mungkin rasanya seperti melahirkan.

“Sudah, tolonglah, aku mohon hentikan.” jerit Liana.

Saking sakitnya, Liana bahkan kembali tak sadar ia terkencing-kencing dan tubuhnya bergetar dengan hebat.

Apakah Liana mencapai orgasme? Liana sendiri sudah tidak tahu lagi apa beda rasanya orgasme dengan pasrah karena menahan rasa sakit. Yang ia tahu, tubuhnya hanya mencoba melawan rasa sakit dengan menggapai puncak kegojalak rasa yang membendung.

Pada waktu di fisting, para budak laki-laki menghentikan sebentar aksi oral seks Liana. Mereka tidak mau kemaluan mereka sampai tak sengaja tergigit oleh Liana. Namun, lama-lama mereka tak tahan juga. Melihat wanita secantik Liana disiksa dan dilecehkan seperti itu membuat nafsu mereka memuncak. Salah satu dari mereka bahkan mulai mengocok kemaluannya dan kemudian memuncratkannya di kepala Liana yang terbelenggu oleh pasung.

“Kamu cocok jadi toilet penampung peju.” Kata budak itu diikuti dengan gelak tawa rekan-rekannya.

“Mukamu tambah cantik kalau luluran pakai peju.”

“Emang muka perek, makin dilulurin peju malah makin cantik.”

Liana tak menggubris pernyataan mereka. Rasa sakit di duburnya sudah lebih dari cukup untuk mengalihkan perhatiannya. Girno sudah berhasil memasukan kelima jarinya di dalam dubur Liana, ia kemudian berusaha mendorong-dorongnya agar ia dapat menggapai sebutir permen yang tadi dimasukan ke dalam dubur Liana.

“Permen, Girno mau ambil permen, Girno mau permen.” Kata pria idiot itu.

Dengan ganas dan tanpa kasihan, Girno terus menusuk-nusukan tangannya ke lubang dubur Liana sehingga lubang itu makin besar. Tangan Girno tidak hanya besar, tapi tangan itu juga penuh dengan kutil dan penyakit kulit. Orang normal melihat saja pasti jijik, apalagi sampai tangan itu menyentuh kulit seseorang. Tapi Liana berbeda, ia tidak hanya disentuh, lubang duburnya bahkan dijebol dengan tangan itu. Lubang dubur yang tadinya hanya berbentuk lubang kecil itu kini menggangga dengan lebarnya. Entah apakah ia masih dapat berubah ke bentuknya yang semula.

“Sudahlah, ampun, aku akan menuruti apa kata kalian, sudah, lepaskan tangan itu.” rintih Liana.

Liana mencoba memohon dan terus memohon, namun ia sama sekali tak digubris. Ia juga terpaksa harus pasrah menerima lubang duburnya dirusak oleh Girno. Lagipula ia tak mampu untuk menghindar karena tangan dan lehernya dipasung kuat-kuat.

“Kamu itu kan budak, budak itu biasa tubuhnya rusak.” Kata seorang budak wanita.

“Kamu itu sudah bukan seorang wanita terhormat, ingat itu.” kata budak yang lain.

Liana menangis sejadi-jadinya, apalagi ketika seorang budak laki-laki kembali onani di depan wajahnya. Air mani dari budak itu begitu banyak menyemprot ke seluruh wajah Liana. Lalu, tanpa basa-basi, budak laki-laki itu mengencingi wajah Liana hingga seluruh rambut dan wajahnya basah akan air kencing.

“Biar seger dikit cuci muka pake pipis.” Kata laki-laki biadab itu.

Sementara itu Girno berhasil memasukan tanganya hingga menembus pegelangan tangan. Liana semakin merintih kesakitan, ia ingin sekali rasanya pingsan atau mati sekalian. Namun sayang, entah mengapa ia justru terus tetap terjaga dan menahan rasa sakit yang sudah hampir dikatakan tak tertahan itu.

“Girno mau permen, Girno mau permen.” Kata orang gila idiot itu.

“Wah, dah jadi goa tu bool.” Kata seorang budak.

“Udah ndak bakal enak lagi dientot.” Kata yang lain.

“Jangankan dientot, ndak tau tu bool bisa nutup lagi apa ndak.” tambah yang lain.

Ada benarnya kata-kata mereka, lubang dubur Liana sudah mengangga sedemikian lebar. Liana merasakan bahkan seperti ada bagian dari duburnya yang robek.

Karena saking sempitnya, Girno memaju-mundurkan tangannya seolah-olah ia sedang menyetubuhi Liana.

Tak berapa lama kemudian, Girno akhirnya menemukan sebutir permen yang ia inginkan. Wajahnya menjadi gembira, mirip wajah anak kecil yang kegirangan. Iapun mencabut tangannya dengan paksa dari lubang dubur Liana. Karena dicabut dalam keadaan kepalan tangan menggenggam permen, maka dubur Liana nampak seperti ikut terlepas dari tubuhnya. Bentuknya sempat menggunung, sebelum akhirnya gumpalan tangan Girno tercabut.

Lubang dubur Liana mengangga lebar, menampilkan bagian dalamnya yang berwarna kemerah mudaan. Hancur sudah kedua lubang milik Liana. Kemaluannya penuh dengan luka akibat sodokan botol yang pecah. Sedangkan duburnya mengangga dengan lebar karena fisting dari tangan raksasa milik Girno.

Girno memasukan permen yang ia ambil dari lubang dubur Liana tanpa ragu. Ia sama sekali tak memikirkan jika permen itu baru saja keluar dari anus seseorang.

Bagi Liana, ia sesaat dapat mengistirahatkan tubuhnya yang sudah hancur. Rasa sakit yang ia alami di sekujur tubuhnya membuatnya sudah setengah sadar. Namun sayang sekali, para budak itu rupanya belum mau memaafkan wanita itu. Pasung Liana dilepas, dan ia diseret sedikit menjauh dari tempat ia dipasung.

Liana tahu, jika nasib malangnya belum akan berakhir. Ia coba memohon dan memohon, namun tak ada satupun dari budak itu yang peduli. Mereka justru mulai menendangi dan menghajar tubuh telanjang Liana yang terseok diatas tanah berlumpur.

“Ampun, ampun, hentikan, tolong.” pinta Liana.

Namun justru tendangan, hantaman, dan tamparan semakin banyak mendarat di tubuhnya.

Setelah babak belur dan penuh luka, tubuh Liana yang sudah tak berdaya itu diseret kembali oleh salah seorang budak wanita yang sedari awal mempunyai ide untuk menyiksa Liana. Ia menyeret Liana dengan cara menjambak rambutnya. Liana yang sudah benar-benar tak punya tenaga sama sekali tak melawan. Entah mau dibawa kemana ia, entah mau diapakan Liana setelah ini.

***​

Widya mencoba meronta-ronta, namun kekepan tangan yang menahan tubuhnya tak mampu ia lepas. Orang itu menyeret Widya semakin masuk ke dalam taman kota yang cukup gelap dan ditumbuhi banyak sekali pepohonan.

“Lepaskan, lepaskan!” Jerit Widya.

Namun tangan laki-laki itu begitu kuat mencengkram Widya. Dan ia tidak dapat melakukan apapun hingga mereka sampai ke tempat yang cukup jauh dari jalan umum.

“Tolong nona, aku mohon diamlah.“ Kata pria itu. “Aku akan melepaskanmu, tapi tolong jangan pergi.” Tambahnya lagi.

Widya sedikit binggung dengan pernyataan pria itu. Ia berpikir dirinya akan diperkosa seperti beberapa hari yang lalu, ketika ia diseret ke sebuah gang sempit dan dikerjai oleh dua orang preman.

Pria itu melepaskan Widya dari dekapan tangannya, sempat terpikir bagi Widya untuk lari. Namun pria itu cepat-cepat menunjukan sebuah kertas.

“Nona, tolong liat kertas ini.” Kata pria itu.

Widya melihat kertas itu, ada sebuah peta, peta yang cukup detail. Pria itu menyalakan pematik rokok miliknya untuk menerangi kertas itu. Widya cukup kebinggungan, apa isi peta itu? Ada sebuah titik yang ditandai dengan tanda silang. Jauh di sebelah utara, dekat dengan perbatasan kerajaan.

“Liat tanda silang itu. Tolong nona hafalkan tanda itu, ada yang menanti nona di sana.” Kata pria itu.

Pria yang menculik Widya itu berpakain serba necis, ia memakai jas dan topi. Matanya ditutup oleh kacamata hitam sehingga Widya tidak bisa mengenali siapa itu.

“Kesanalah, dan kau kemungkinan akan selamat.” Kata pria itu.

“I ini peta apa?” Tanya Widya.

“Untuk sekarang kau tidak usah tau, kau juga tidak usah tahu siapa aku. Anggap saja pertemuan kita tidak pernah terjadi.” Kata pria itu. “Tapi kalau kau mau selamat, dan tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, datanglah kesana.”

“Tapi, aku tidak...”

“Kamu cukup dengarkan aku, pergi ke provinsi utara, dari kota Barha, jalan memasuki hutan ke arah bintang timur laut. Kamu akan menemukan air terjun dan tiga mata air. Ikuti jalan setapak di sana hingga dua hari perjalanan. Tunggu dibalik batu berwarna merah di dekat jurang.” Kata pria itu. “Tolong, non ulangi kata-kataku tadi.” pinta pria itu.

Widya yang masih kebinggungan mencoba mengulangi kata-kata pria itu. Setelah yakin Widya mengingatnya, ia mempersilahkan Widya untuk kembali melihat peta. Sekedar untuk memastikan jika gadis itu mempunyai gambaran lokasi yang dimaksud. Lalu, setelah dirasa cukup, pria itu membakar peta itu dengan api dari pematik rokok.

“Ingat non, nona tidak pernah bertemu saya, dan nona juga tidak pernah tahu peta itu.” Kata pria itu.

Dengan sekejap, pria itu sudah menghilang diantara pepohonan taman kota yang rimbun. Widya masih binggung dengan apa yang terjadi kepadanya.

Siapa pria itu? Ada apa di titik yang dimaksud di peta? Mengapa ia berkata ada yang menunggunya di sana?

Widya masih terperangah di sana, ia tak tahu apa yang musti ia perbuat dengan informasi itu. Apakah ada sesuatu yang rahasia tentang kehidupannya dan keluarganya? Atau ini semua hanyalah jebakan agar ia pergi dari kota dan kemudian para anggota Gestapo menangkapnya. Lebih parah lagi, semua itu bisa menjadi alasan bagi ayahnya untuk di eksekusi.
 
Bimabet
pertamaz
x
nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd