"Za.. badan mila panas banget"
"Seriusan"
"Udah aku kompres, tapi belum juga turun, sekarang si lagi tiduran"
"Waddduhhhh.. " aku pun kaget mendengarnya
Aku bergegas menuju kamar mila, mendapati mila yang sedang terbaring lemas disana. "Maaf" ucap ku dalam keramangan, aku tidak tau kata yang tepat untuk menggambarkan ini semua. Bagaimana bisa aku berbuat mesum pada orang yang harusnya aku jaga, bagaimana bisa aku melakukan ini semua sementara kondisi tubuhnya sedang tidak baik2 saja. Walaupun mila yang memulai duluan tapi aku kakanya, harusnya aku menjaganya
"Nes, ganti baju gih.. masak sesuatu, kamu juga belum makan kan"
"Belum si, masak apa?"
"Hmmm.. . . Apa aja si, liat aja di kulkas ada apa aja. Biar aku yang bikin bubur buat mila"
Bubur adalah satu2nya makanan yang bisa aku buat, soalnya dulu waktu mila sakit karna kecapean sepulang KBO dan mama yang masih diluar kota aku merasa tidak bisa berbuat apa2. Jadi waktu mama pulang aku memaksanya untuk mengajari aku cara buat bubur. Sementara mila dan ines mereka bisa masak berbagai makanan, karna mereka sering bantu mama saat masak
"Kamu gak ganti baju"
"Ahh ngapain, besok juga harus ganti seragam"
Sesuai peraturan sekolah, ada 3 jenis seragam yang harus dimiliki setiap siswa. Senin-selasa siswa wajib menggunakan seragam osis, rabu-kamis pakai batik yang sudah disediakan oleh sekolah sementara jumat-sabtu mengenakan seragam pramuka.
"Za. . . Ada ayam yang udah diungkep, sayurnya bikin cah kangkung aja gimana?" Teriak ines dari depan kulkas saat cari bahan yang bisa dimasak
"Terserah"
Aku membuat bubur menggunakan nasi yang udah ada, tinggal dimasak lagi menggunakan air yang lumayan banyak dan itu lebih praktis daripada harus bikin dari awal menggunakan beras, sementara ines mulai menggoreng ayam dan menyiapkan bahan untuk tumis kangkung, iris2 bawang merah, putih dan cabe karna kita suka pedes
"Za.. "
"Emhhh"
"Klo misalnya. . . Misal nih ya.. aku yang sakit, trus di uks sendirian, kamu bakal meluk aku kaya tadi kamu meluk mila gak"
"Emmmhh" aku berusaha berpikir untuk menjawabnya "gak tau, tapi pasti aku bakalan dateng nemenin kamu"
Ines tidak menjawab lagi ia hanya mengangguk tanda mengerti lalu fokus lagi pada masakanya, aku tidak tau apa yang ingin ines dengar dan menurut aku itu adalah jawaban yang paling aman
"Kok terdengar seperti kamu sedang iri ya" aku berusaha mencairkan suasana"
"Heeeee" ia menyeringai, responya ringan "kenapa aku harus iri, lagian first kiss kamu kan di aku" sambungnya lagi
"Kamukan ciuman sama beberapa cow, kenapa juga sama aku harua diinget2"
Ines memetikan kompornya lalu ia memandangku dengan tatapan yang sendu "karna itu paling spesial"
"Makasih" ucapku lirih
Aku memalingkan pandangan ku, ucapan ines bener membuat aku salah tingkah, bahkan sebelum aku merasa tenang ines menghapiri ku lalu menempelkan tanganya pada pipiku sehingga kita berhadapan lalu CUP ines mengecup bibir ku sekilas dan tersenyum manis setelahnya. Aku hanya bisa terdiam mandangi wajahnya
"Kamu gak marah kan" ucapnya dengan senyum termanis yang pernah aku lihat, aku hanya menggeleng tak menjawab tidak juga memalingkan wajah ku. Aku masih terkejut dengan perlakuanya. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi hari ini ines bener2 terlihat begitu manis dan cantik. Seragam osis yang ia kenakan serta rambut yang diikatnya kebelakang membuatnya terkesan begitu imut. Aku tidak tau sejak kapan ines terlihat seperti ini, ataukah ciuman itu yang merubah persepsi aku. Aku yang slalu menganggap ines sebagai sodara dan ciuman itu menyadarkan ku bahwa ines bukanlah adik ku, aku bisa menciumnya, aku bisa menjamahnya dan aku bisa memilikinya. Tapi sebelum aku berbuat terlalu jauh aku mendengar seseorang masuk rumah dari pintu depan
"Za.. " panggil mama yang baru masuk
"Eh mah.. mila di kamar" aku memberitau mamah "aku lagi bikin bubur buat mila" ucapku lagi
Mama hanya mengganguk tanda mengerti
"Mama udah makan? Mau ines gorengin ayam sekalian gak?" Tanya ines pada mama
"Boleh" ucap mama sambil tersenyum lalu bergegas kekamar mila
Mama pulang bareng bu dian, ia adalah dokter yang buka klinik tidak jauh dari tempat kami tinggal, aku tidak tau seberapa akrab mama sama bu dian, tapi setiap dari kami ada yang sakit bu dian lah yang akan dateng kerumah untuk memeriksa keadaan kami. Selalu, tanpa repot-repot jalan dan mengantri di kliniknya
Setelah aku dan ines selesai masak dan menatanya di meja makan, aku menyusul mama ke kamar mila, sementara ines ke kamar ku untuk ganti baju
"Widihhhhh.. mau dong jadi adeknya juga biar klo sakit diperhatiin gitu?" Ucap bu dian pada ku saat aku masuk kekamar mila membawa bubur untuk mila
"Yeeee.. dah tua kali, bu dian ma jadi ibu, kan sepantar sama mama"
"Emg reza mau jadi anakku" tanya bu dian
"Aku juga mau jadi anak bu dian" mila menyela obrolan kami
"Hahaha.. kamu mah gak pengen kehilangan reza doang mil" jawab bu dian
"Gak kok.. bu dian udah baik sama mila, sama kak reza, sama mama juga. Kaya ines yang jadi anak mama, bu dian kan juga bisa jadi mama kami"
Mama tersenyum merespon ucapan mila sambil memegang mangkuk bubur untuk menyuapi mila, sementara bu dian mendekat ke mila lalu mengusap ujung kepalanya "makasih" ucapnya sambil tersenyum
"Bu dian udah makan" sela ku memecah kecanggungan
"Udah kok"
"Mama mau makan bareng apa ntar aja"
"Kamu aja dulu"
"Yaudah aku makan dulu deh, ines juga udah nunggu"
"Cepet sembuh" ucapku tanpa suara yang direspon senyuman oleh mila
"Mama gak ikut makan?" Tanya ines saat aku duduk di depanya bersiap untuk makan
"Ngak.. "
Setelah kita makan kita masih terdiam tanpa pindah, karna mama dan bu dian sedang ngobrol di sofa, aku masih risih klo ngajak ines ke kamar aku gara-gara ciuman tadi, sementara klo di kamar mila takut berisik dan ganggu mila sedang tidur
"Papa di rumah gak?" Ucap ku memecah kesunyian
"Mana ada papa jam segini dirumah, palingan mama yang bentar lagi pulang"
"Kerumah kamu yuk, pengen rebahan"
"Gakk ahhh males, ngak ada orang. Klo mau rebahan mah sono kekamar"
"Kamu mau aku tinggal sendirian?"
"Heheh.. gak mau si"
"Yaudah ayoo"
Setelah pamit dengan mama kamipun bergegas pergi kerumah ines, sesampainya disana aku langsung masuk kemar ines dan merebahkan diri disana, ines yang sempet ke dapur dulu kini menyusulku kekamar bahkan ikut rebahan di samping ku
"Klo ujung-ujungnya rebahan satu ranjang ngapain juga kesini" ucapku dalam hati tapi kamar ines tuh cukup mewah, luasnya aja 2 kali dari kamar aku, bahkan ada kamar mandinya segala. Biasanya klo ines dan mila ngajak temen2 kerumah aku ngungsi kekamar ini, mamanya ines juga gak masalah aku sering kekamar ini, bahkan klo gak ada orang sekalipun. jadi ya udah kaya kamar sendiri.
Rebahan di satu ranjang tapi kita hanya diam tidak membicarakan apapun. Ines sibuk dengan hp nya sedangkan aku sibuk bersama saluran tv dengan acara yang membosankan, sampai pada di saluran dengan acara drama kas indonesia, aku menaruh remot berusaha menikmati drama yang sebenernya aku udah hafal alur ceritanya
"Kadek devi cantik ya.." ucap ines mengomentari pemeran utama pada drama yang sedang aku tonton
"Kamu juga cantik" jawab ku asal
Ines mendekati ku menyandarkan dagunya pada dadaku "masak si aku cantik" aku masih menghirokanya, fokusku masih pada sinetron yang sedang aku tonton. "Masa si aku cantik" ucapnya lagi deng dengan kepalanya yang digerak-gerakan menghalangi aku menonton tv
"Iya kamu cantik" jawab ku menyerah "tapi masih cantik kadek devi" lanjutku lagi sambil memiting kepalanya agar ia berhenti menggangguku menonton tv, aku menariknya kesamping tapi ines tak melawan iya malah membenamkan wajahnya ketubuhku dan tanganya disilangkan keatas perutku
"Wajarlah.. akukan masih kecil, ntar klo udah kuliah pasti aku tambah cantik"
"Masa.."
"Iya lahh.. makanya ntar kamu nikahnya sama aku aja ya" aku ketawa mendengar ucapanya, aku tau ines hanya becanda berusaha menggoda ku. meskipun dalam hati aku, berharap ada kejujuran dalam ucapanya
"nikah.. nikah.. masih kecil juga. Lagian aku masih pengen kuliah pacaran sama dewi atau cewek-cewek cantik lainya"
"Yaudah pacaranya sama aku aja.. ntar aku cium tiap hari deh"
"Hahahaha.. ngak usah pacaran juga kamu udah nyosor duluan"
"Cihhh... yaudah aku gak akan nyosor, bahkan aku ngak mau klo diajak ciuman"
Aku menarik tubuh ines agar sejajar dengan ku "yakin ngak akan nyosor" ucap ku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya, kali ini wajah ku benar-benar dekat, bahkan ines hanya perlu memonyongkan bibirnya agar bisa mencium bibir ku
'CUP "yakin" ines menahan senyumnya setelah mengecup bibir ku dan mengatakan itu. Sedangkan aku tertawa terbahak-bahak dengan tingkahnya, lalu menggeser tubuhku menjauhinya
"Za.. ciuman yuk" baru juga hitungan menit ia sudah lupa dengan semua yang ia ucapkan padaku
"Gak ahh.. " jawabku cepat "cihh.." desis ines kecawa "takut pingin lebih" ucapku lagi melanjutkan
Ia mengangkat tubuhnya mendekati ku "aku kasih lebih" ucapnya dengan senyum yang masih ditahan
Ines mencium bibir ku tanganya meremas kaos ku dan kakinya menggesek penisku, aku tidak tau hari hari seperti apa yang dilalui ines saat tak bersama ku, di usianya yang masih belia ia sudah berani menjamah daerah sentif ku tanpa ragu-ragu, bahkan tangannya sudah masuk kecelana dalam ku dan meremas penisku, diperlakukan seperti ini aku benar-benar horny, penisku tegang maksimal otakku tak karuan. Aku tak ragu-ragu lagi memegang payudaranya, aku meremasnya dari luar kaos yang ia kenakan, merasa kurang puas karna terhalang kaos dan bh aku melepaskan ciuman "nes, boleh buka gak?"
Ia mengangguk tanda setuju "buka aja, lagian ini kaos kamu"
Aku hanya tersenyum dengan jawabanya sambil berusaha membuka kaos dan bhnya. Aku tidak tau klo membuka bh sesusah ini
"Dasar amatir" ejek ines karna melihat aku kesusahan melepaskan bhnya
"Iya dahh yang udah pro" jawabku mengiyakan
Setelah bh terlepas kami berciuman lagi, lalu aku menariknya agar ia di bawahku. Baru kali ini aku melihat payudara perempuan, terlebih ia masih remaja. Payudaranya benar-benar cantik, putingnya mancung kedepan.
Dengan posisi seperti ini aku lebih leluasa untuk mengeksplor tubuhnya, bahkan penisku sudah aku gesek-gesekan ke selangkanganya, walaupun masih terhalang celana pendek masing-masing tapi ini bener-bener enak. Sementara ines menciumi bibir, leher, bahkan sesekali ia naik untuk memcium mata ku. Aku tak tau apa yang ada dipikiranya, tapi kelakuanya membuat birahiku terbakar. Lama di posisi seperti ini seakan2 aku tak pernah merasa bosan dengan payudaranya, dengan eksprsinya, dan dengan desahannya. Aku benar-benar sudah hanyut dengan semua yang ada pada diri ines.
Setelah payudaranya dipenuhi warna merah akibat hisapanku kini aku merangkak kebawa, jilatanku turun ke perut, ke pusar dan tepi celana pendeknya. Saat aku bersiap melepas celana pendeknya ines menahan tangan ku
"Mau ngapain?" Tanya ines dengan wajah yang dibikin seram
"Aku mau itu" jawabku dengan menunjuk selangkangannya dengan daguku
"Gak mau"
"Tadi bilangnya mau ngasih lebih"
"Yaa.. ngak itu juga kali"
"Sini"
Ines menyuruku rebahan, ia ambil posisi di atasku, lalu melepaskan celana pendek ku "kamu belum pernah diginiin kan" ucap ines sambil tanganya memperagakan mengocok penis di depan mulutnya
Celana pendek beserta celana dalamku sudah dilepasnya, kini penisku benar-benar sudah terpampang di hadapanya, mengacung seperti tonggak yang tegak menantang. Ines bersimpuh di depanku, tanganya menggenggam penisku dan mengocoknya pelan, ia terlihat ragu-ragu untuk mulai mengoral penisku
"Aku udah nafsu banget nes, pengen ngerasain titit aku ada di milut kamu.. tapi aku gak akan maksa, klo kamu ragu, gak usah juga gak papa.. tapi kamu harus tanggung jawab sampai akhir"
"Gak papa, lagian aku udah janji"
Aktifitasnya belum terhenti lalu ines mendekatkan wajahnya kepenisku "ahhhh.. sssshhh.. " ines menjilat penisku dari pangkal sampai ujung. Lidah ines terasa kenyal dan basah, ini pengalaman pertama bagi ku, dan rasanya begitu nikmat
Ines menjilati penisku bagiakan es krim; berputar-putar, tanganya bermain di buah zakar ku. Aku paling suka saat lidahnya mengenai pangkal kepala penis bagian dalam, saat itu terjadi aku tidak akan bisa menahan desisan dan desahan pada mulutku. Dengan kenikmatan seperti ini aku yakin, aku tidak akan bertahan lama
Aku kira kenikamatan itu udah maksimal nyatanya saat ines mulai memasukan penisku kemulutnya dan rasa itu benar-benar menggila. Meskipun ines melakunya dengan sangat pelan dan hanya masuk setengah dari panjang penisku, sensasi hangat,kenyal dan basah pada mulut ines menghasilkan sensasi yang tidak bisa digambarkan denga apapun.
"Aduhh.. jangan kena gigi anjirr.. sakit" keluh ku saat ines mempercepat tempo kocokanya pada penisku
"Hehe.. maaf"
Setelah mengucapkan itu ines memulai lagi mengulum penis ku.. awalnya pelan tapi lama-lama ia mempercepat temponya
"Iihhh.. sakit iness" keluh ku, saat giginya mengenai penisku lagi, sememtara ines hanya nyengir tanpa merasa bersalah "dasar amatir" aku merasa puas bisa mengejek ines mengunakan kata-katanya sendiri
"Dihhhsss" ines tanpak kesal lalu bangkit ia duduk di perutku lalu mencium bibir ku sementara tangan ku meremas payuranyanya sesekali aku melintir lembut putingnya
"Nes.. lanjutin dong. Aku dah mau nyampe nih"
"Cihh"
Walaupun ines mengeluh ia tetap melakukanya
"Pelan aja yang penting ngak kena gigi.. oh ya yang dalam ya" pinta ku pada ines
"Kontol kamu panjang anjing, klo aku mentokin pasti nyampe tenggorokan.. udah kamu diem aja"
Ines mulai nenjilati penisku lalu mengulumnya, ia seperti tidak mendengarkan kata-kata ku, ia mengulum penisku dengan cepat bahkan aku hanya bisa mendesah dibuatnya. Tidak lama berselang, aku benar-benar merasa akan keluar.. aku sangat menyukai sensasi di fase ini, diambang akan keluar, sensasinya benar-benar susah dilukiskan.
Aku memejamkan mata ku berusaha menikmati fase ini, menahan sensasi geli disekujur tubuhku aku hanya bisa mendesis dan mendesah "sssshhhh.. ahhhhh.. nes aku udah mau keluar" ines berhenti mengulum penisku berganti mengocoknya dengan cepat. Lalu "ahhhhhhh" semprotan pertama sampai ketiga mendarat di dada ku "ahhhhhhh" selanjutnya mengenai perutku dan tangan ines yang masih mengocok penisku
Aku belum pernah merasakan orgasme seperti ini, tubuh ku sampai bergetar, bahkan perutku menghentak-hentak kedepan. Ines masih memegang penisku yang masih berkedut kuat. Aku hanya bisa terbaring lemah menikmati kenikmatan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tidak tau apa yang beda. saat aku onani aku akan merasa bersalah saat ejakulasi bahkan semalam saat aku melakukanya dengan mila. Perasaan bersalah dan menyesal itu ada. Tapi kali ini tidak, aku benar-benar melepaskan semuanya tidak ada penyesalan yang ada hanya rasa nyaman
Aku masih memejamkan mata saat ines membersihkan spermaku yang berceceran dimana-mana. Setelah itu ia merebahkan diri di sampingku, aku menariknya dan memutar tubuhnya agar bisa memeluknya dari belakang
"Enak banget ya" tanya ines
"He'em"
"Keliatan tuh penis kamu masih kedut-kedut dipantat aku"
"Mau lagi kayanya" meskipun nafsuku sudah mulai menurun, tapi penisku masih tegang dan berkdut, ini adalah oragasme terlama yang pernah aku alami
"Mamah bentar lagi pulang goblog" ucapnya dibarengi tamparan ringan di kepalaku
"Yaudah besok aja" aku menawari opsi
"Dihhh maunya"
"Kamu juga menikmatinyakan"
"Hehe.."
"Besok ya.." aku masih belum menyerah
"Iya.. " ines mengiyakan
"Besoknya lagi juga"
"Iya.. " ines kembali mengiyakan
"Tiap hari ya.. "
"Iya.. "
"Serius ihhh.. "
"Iya.. "
"Iiiihhhhh.. " aku kecewa saat ines hanya bisa menjawab iya-iya saja, aku merasa jawabanya yang ia berikan tidak ada keseriusan sama sekali
"Iya za.. serius"
"Beneran nes"
"Tapi ada syaratnya"
"Apatuh.."
"Harus nikahin aku dulu" ia mengucapkan dengan sedikit senyuman
"Bocil ngajak nikah.. goblog"
Penisku sudah sepenuhnya tertidur, ines sudah memakai kaosnya tanpa bh karna bhnya ia gunakan untuk mengelap badan ku yang mengenai sperma. Ia masih didekapan ku, sementara celana pendeku belum aku kenakan kembali
"Za.." panggilnya memecah kesunyian
"Hemm"
"Ini oral sex pertama aku"
"Haaaa.. " aku kaget dengan pernyataannya "kamu belum ngelakuin sama iqbal" tanya ku memastikan
"Belum"
Aku memutar badanya agar menghadapku "makasih" ucap ku tulus lalu aku mengecup mata kirinya kemudian keningnya, ines hanya tersenyum tak membalas
"Za.. aku emg belum pengen ML dalam waktu dekat ini, tapi aku gak pernah berfikir 'virgin in merried. Kamu mau gak menjadi yang pertama LAGI buat aku?"
Aku masih bengong mendengarkan permintaan yang tidak biasa itu
"Yaaa gak sekarang za.. masih lama 2 atau 3 tahun lagu gitu. Pokonya klo aku udah siap"
"Suatu kehormatan buat aku nes" aku mencium keningnya lagi "makasih udah mempercayai ku" aku ngeratkan pelukan ku, sementara ines menenggelamkan badanya pada ku. "Aku rasa aku jatuh cinta pada ines" ucapku dalam hati
Lama kami diposisi seperti ini, kami hanya diam hanyut pada pikiran masing-masing. Sementara jam sudah menunjukan jam 5 lewat, itu tandanya aku udah harus pulang
"Nes.. aku pulang ya" ines mengangguk mengiyakan, lalu aku bangkit dan memakai celana pendekku lagi.
Sebelum aku menutup pintu kamar setelah keluar, ines memanggil ku "za.. " panggilnya sambil melemparkan bhnya yang penuh dengan sperma ku "buat kenang-kenangan" ucapnya lagi sambil menyeringai bangga, dan ines tidak tau klo mamanya sedang duduk tidak jauh dari ku
"Eh za.. kamu dari tadi" mamanya ines menyapa ku. Aku yakin mama ines melihat bh yang ines lemparkan pada ku
"mampus" ucap ku dalam hati