Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kepolosan Erna Siswi PKL

shinobi505

Suka Semprot
Daftar
23 Sep 2012
Post
10
Like diterima
372
Bimabet
Kepolosan Erna Siswi PKL

Part 1




Namaku Niko, seorang PNS Pemda di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Usiaku 28 tahun, masih single. Kantor Instansi tempatku bekerja tidaklah terlalu besar, dengan jumlah pegawai hanya 6 orang termasuk kepala kantor. 4 laki-laki dan 2 perempuan.
Sepanjang tahun hampir selalu ada anak-anak SMK yang PKL di tempatku, jangka waktunya bervariasi antara 3-4 bulan. Setiap kali ada permohonan izin PKL dari sekolah, kesepakatan tidak tertulis dari kami semua adalah kami hanya menerima peserta PKL perempuan. Pertimbangannya adalah karena pekerjaan yg bisa dipegang oleh peserta PKL adalah administratif, dan diharapkan siswi perempuan cenderung lebih mudah diatur.
Hari ini ada peserta PKL baru dari sebuah SMK swasta di kota sebelah. Jam 9 pagi mereka sudah datang ke kantor dengan diantar oleh guru pembimbing nya bernama Pak Rahmat. Kedua siswi berjilbab itu bernama Erna dan Rara. Mereka berdua memiliki tinggi badan yang hampir sama, sekitar 165 cm. Penampilan Rara biasa aja, baju lengan panjang dan celana panjang nya tidak berhasil menampakkan lekuk tubuhnya. Tapi Erna berbeda, pakaiannya yg agak ketat membuat badannya terlihat lebih berisi, payudaranya terlihat membusung dan cukup besar. Yang istimewa adalah pinggulnya yang lebar dan pantatnya yang bulat dan semok, Rok span ketat yg Erna kenakan sukses mebuat pantat bulatnya makin menggoda untuk diremas.
Minggu pertama Erna dan Rara masih malu-malu dan belum terlalu berbaur dengan pegawai lain. Namun mulai minggu kedua, mereka berdua mulai menjadi diri mereka sendiri dan bertingkah layaknya anak SMA/SMK lainnya. Dari obrolan dengan mereka berdua, aku jadi tahu kalau mereka sudah kenal dan jadi bestie sejak di SMP. Dan sejak itu pula mereka selalu bersama sampai sekarang kelas 2 SMK. Rara cenderung lebih cool dan agak tomboi, sedangkan Erna sangat manja dan clingy. Oh iya, Erna juga sangat “ringan tangan”, maksudnya apabila sedang berbicara atau bersenda gurau, maka tangannya ga akan bisa diam, kadang ngelus-ngelus, mencubit atau memukul siapapun yg ada di sebelahnya.
“eh, Bella udah putus sama Bagas… “ kata Erna yg sedang membuka-buka instagram di hapenya sambil melahap sesendok bubur kacang hijau menu sarapan mereka pagi ini. Diruangan belakang ini hanya ada kami bertiga, 2 orang temanku sedang jaga di front office dan 2 temanku yang lain sedang ngopi-ngopi di kantin.
“ah entahlah, nyari cowo yg gimana sih si Bella? Padahal Bagas kurang apa coba, ganteng udah jelas, body atletis, lumayan tajir jg” kata Rara sambil mengaduk-aduk bubur kacang hijaunya.
“Burungnya gede juga… “ ucapan Erna santai
“Haah….!” Teriak aku dan Rara hampir bersamaan. Posisi mejaku yg tepat dibelakang mereka dengan posisi kursi saling memunggungi membuat aku mau ga mau selalu mendengar setiap obrolan mereka berdua.
Secepat kilat aku memutar kursiku menghadap mereka berdua dan bergerak mendekat ke Erna
“Tahu dari mana? Kamu mantannya ?”
“Bukan..” jawab Rara sambil mendekatkan kepalanya ke Erna
“Tapi jujur deh, kamu tau dari mana? Ngintip?”
“enggak…!” kata Erna sambil cekikikan dan menutup mulutnya
“pernah ga sengaja liat pas dia ganti baju abis main bola… hihihi…”
“di kelas dia?” selidik Rara
“Loh kalian sama si Bagas ga sekelas?” selaku sebelum Erna sempat menjawab pertanyaan Rara
“Engga Pak, kelas kami itu cewe semua” jawab Erna
“Jadi waktu itu kan aku abis dari kantin loh Ra, nah pas lewat belakang kelas dia itu aku ga sengaja liatnya” lanjut Erna
“Emang ga ditutup jendelanya”? Tanya Rara
“Ditutup sih, tapi ga dikunci Ra, ditarik dikit aja bisa kebuka…”
“Ya itu namanya ngintip Ernaaa…!” ucap Rara sambil menyentil jidat Erna yang tergelak
“Mungkin Erna ‘haus’ karena dikelas cuman ada cewek, jadi pas tau ada cowok sedang ganti baju di ruangan sebelah, tangannya langsung gerak sendiri nyari celah….” Timpalku yang langsung disambut tawa Rara
“Iiiih…. Pak Niko…. “ ucap Erna dengan gaya manjanya dan disertai cubitan di pahaku.
Mulai dia…
“Bener tuh pak, kalo kita lagi ganti baju di kelas jg tangannya kelayapan ngeremesin pantat ato payudara yg lain…” ucap Rara
“enggaaak…. “ teriak Erna sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya serta menggerakan tangannya. Erna lalu bangkit dari kursinya dan melompat ke arah Rara sambil mencoba menutup mulut Rara dengan tangannya.
Posisi kami bertiga waktu itu saling berhadapan membentuk segitiga dengan Erna di kiri dan Rara di kanan. Karena ruangan tidak terlalu luas jadi saat Erna sedang sibuk memukul-mukul Rara, posisi Erna memunggungi ku dengan jarak cukup dekat. Pantatnya yg bulat dibungkus rok ketatnya terus bergerak-gerak di depanku. Garis celana dalamnya yg terlihat jelas, semakin membuat imajinasiku liar. Ingin sekali aku menjamah pantat semok itu. Kontolku pun mulai bangun didalam celana yg kukenakan.
Ah, mungkin aku bisa memakai alasan memisahkan mereka, pikirku. Aku bisa memegang kedua bongkah pantat semok itu dengan berpura-pura memisahkan mereka. Baru saja tanganku kuarahkan kedepan menuju pantat Erna yang masih bergerak-gerak liar di depan mataku, rupanya keberuntungan berada di pihak ku.
Erna terdorong ke belakang oleh Rara, rok span ketat yg dikenakannya membuat dia hilang keseimbangan sehingga dia terjatuh terduduk ke pelukanku. Pantatnya langsung menindih kontolku yang sudah mulai tegak berdiri tepat di belahan pantatnya. Kenikmatan langsung menjalar pada kontolku. Kedua tanganku reflek memegang pinggulnya, seolah-olah aku ingin menjauhkan dia dariku, namun nyatanya aku berusaha sekuat tenaga menahannya tetap di pangkuanku. Sepertinya Erna masih tidak menyadari situasi yg menimpanya, dia masih sibuk berantem dengan Rara sambil ketawa-ketawa. Keadaan semakin mengkhawatirkan ketika Erna mulai menendang-nendang Rara dengan kedua kakinya. Ini menyebabkan semua berat tubuhnya hanya bertumpu pada pantatnya yg kini makin menindih kontolku yang sudah tegak sempurna. Untuk ukuran orang asia, kontolku tergolong besar, tidak terlalu panjang tapi gemuk. Apabila ada yg melihat ke arah celanaku yang sudah sangat menggembung ini, pasti langsung sadar kalau kontolku sedang ngaceng parah. Namun sepertinya Erna tidak terpengaruh sama sekali. Setiap kali Erna berusaha menendang Rara, maka pinggul dan pantatnya akan bergerak, ini membuat dia seakan-akan sedang menggoyangkan pantatnya ke kontolku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku seiring kontolku yang ditekan-tekan oleh pantatnya yang kenyal karena meronta-ronta. Hampir saja aku mendesah, untung bisa ku tahan.
Sayangnya ini tidak berlangsung lama. Ketika Erna mulai menendang-nendangkan kakinya, Rara tidak bisa menangkis sehingga dia berdiri dari kursinya dan mulai berlari ke arah front office. Erna yg masih belum puas berusaha berdiri dari pangkuanku untuk mengejar Rara. Untuk menghindari kecurigaan, terpaksa aku tidak menahan Erna untuk tetap di pangkuanku, aku seakan membantu dia berdiri. Namun, aku masih nekat ambil kesempatan saat membantunya berdiri dengan menggeser tanganku dari pinggulnya ke pantatnya sambil sedikit mendorong namun sekaligus meremas pelan kedua bongkahan pantatnya. Empuk sekali rasanya. Ingin sekali tetap kuremas pantat itu lebih lama namun Erna yg berlari mengejar Rara membuat pantatnya lepas dari remasanku.

#####​

Setelah kejadian itu, tidak ada perubahan apapun pada sikap Erna, dia masih tetap polos dan ga bisa diam, selalu kesana-kemari kalau sedang tidak ada kerjaan. Ini sangat menguntungkanku karena berarti ada banyak kesempatan untuk bisa menikmati tubuh montoknya, entah dengan pura-pura tidak sengaja menyenggol atau nekat sedikit menggodanya dengan mencolek atau mengelus badannya.
“Paket Pak Niko….!” Teriak Erna dengan gaya manja khasnya sambil berlari kecil dari front office ke ruangan belakang.
“Iphone ya pak..?” tanyanya setibanya di mejaku sambil memeriksa paketku yang masih dipegangnya.
“Unboxing ya pak…”
“Ya..” jawabku singkat tanpa mengalihkan perhatianku dari laptopku. Ada laporan yang harus selesai hari ini juga. Kubiarkan Erna membuka paketku dan mencoba-coba iPhone 13 Pro yg baru kubeli itu. Setelah setting-setting awal selesai, Erna langsung mencoba kamera dengan mengambil beberapa foto termasuk selfie.
“Yg seksi ya selfienya” ucapku sambil melirik Erna yg masih sibuk pose-pose alay selayaknya anak sekolah.
“Yeey… maunya” ucap Erna sambil menyibakkan jilbabnya ke pundak lalu berpose sambil meremas payudara kanannya
“Nih…” sambil menunjukkan layar iphone yg sedang menampilkan hasil selfienya barusan ke arahku.
Aku mengambil iPhone dari tangannya dan mulai melihat-lihat galery foto-foto yang baru diambil Erna.
“Emang mau buat apa sih pak..? “ tanya Erna sambil mendekatkan kursinya ke arahku.
“Ya kali aja dibutuhkan kl aku lagi kesepian di rumah…” godaku.
“Tuh kan…” ucap Erna sambil mencubit pinggangku. Sebenarnya cubitan Erna cukup sakit, namun ternyata bisa menaikkan gairahku saat itu. Anak ini gampang sekali membuat aku terangsang.
“Pasti buat aneh-aneh, makanya cari pacar pak biar ga kesepian di rumah…”
“Lho aku punya pacar kok, cuman lagi diklat di Jakarta selama 3 bulan”
Bohong.
Sebenarnya saat ini aku sudah 2 bulan menjomblo setelah putus dengan pacarku yg harus ikut orangtuanya pindah tugas ke Jakarta.
“ Ga percaya….. “ ucap Erna meledek sambil tertawa
“No pic is hoax… hihihi”
“Lah ga percaya… ada foto sama videonya kok..”
Aku seketika tersadar, ada ide kotor terlintas.
Aku memang sudah 2 bulan putus sama pacarku, namun foto video kami masih tersimpan di hape lamaku, termasuk foto video mesra kami yg pastinya beberapa diantaranya sangat vulgar.
Tanpa menunggu lama langsung kuserahkan hape lamaku ke Erna
“Cek aja di galery”
Erna menerima hape dariku dan langsung membuka galery dan melihat-lihat foto-foto yg ada.
Aku kemudian berpura-pura sibuk memainkan hape baruku sambil sesekali melirik ke arah Erna untuk melihat reaksinya saat melihat foto atau video mesra aku dan -mantan- pacarku.
“Cantik ya pak.., namanya siapa?” tanya Erna tanpa memalingkan pandangannya dari layar hape yg dipegangnya
“Gita..” jawabku pendek. Ini jujur, mantanku memang bernama Gita.
Erna kembali membuka-buka galery foto dan video, lalu dia memiringkan hape yg dipegangnya. Sepertinya dia memutar video.
“ihh….” Pekik Erna tertahan.
Kena dia.
Aku yg duduk didepannya pura-pura tidak mendengar dan tetap sibuk dengah iPhone baru ku. Namun sebenarnya, aku sedang merekamnya, jadi meski mataku tetap menatap layar iPhone, sebenarnya aku sedang mengamati reaksinya saat dia membuka video vulgarku dengan mantanku.
Dia melirik ku sebentar, namun langsung kembali menatap layar hape yg dipegangnya. Beberapa waktu kemudian ada perubahan pada wajahnya, dia mulai sedikit menggigit bibir bawahnya, duduknya juga mulai tidak tenang, kadang miring ke kanan, lalu miring ke kiri. Tangannya mulai mengelus-elus perut bawahnya. Sepertinya karena rok panjang yg dikenakannya cukup ketat sehingga dia kesulitan menjamah langsung selangkangannya.
Dia melirikku kembali, setelah memastikan aku tidak menatapnya langsung (padahal aku mengamati dengan jelas segala gerak-geriknya lewat layar iPhone baru ku) dia mulai melirik ke bawah.
Ah, dia pasti menatap kontol ku. Darahku berdesir, kontolku yang baru setengah bangun langsung membesar dengan cepat. Kutatap reaksi Erna, terlihat jelas dia agak kaget. Berkali-kali dia melirik ke arah wajahku lalu kembali melirik ke arah kontolku yang sudah cukup besar menggembung dibalik celanaku meski kurasakan belum maksimal. Erna makin terlihat ga tenang, matanya bolak balik menatap wajahku dan selangkanganku, tangannya makin digosokkan ke selangkangannya, namun rok ketatnya masih menghalangi usahanya, dia harus mengangkat rok nya sedikit ke atas agar cukup longgar bagi dia untuk menggosok langsung selangkangannya.
Tiba-tiba Erna berdiri, kupikir karna dia akan menarik roknya sedikit ke atas dan duduk lagi, namun ternyata dia malah meremas selangkangannya di depanku. Dan untungnya, kejadian itu terekam jelas di layar iPhoneku. Edan nih anak. Karena posisi dia sekarang berdiri aku jadi tidak bisa mengamati wajahnya, layar iPhoneku sekarang fokus merekam ke arah perut dan selangkangannya.
“Nih pak, udah….”
Aku terkejut, ternyata Erna menyerahkan hape lamaku.
“eh..oh iya..” aku sedikit gugup takut ketahuan kalau aku merekamnya.
Setelah kuterima hape lamaku, Erna langsung berjalan cepat ke arah belakang. Mungkin dia mau ke toilet luar di belakang kantor.

#####​

Besok kantorku akan mengadakan suatu kegiatan bersama gubernur dan para kepala desa dan lurah di suatu kecamatan yg agak terpencil. Karena acara akan berlangsung sejak pagi, maka aku dan rekan kerjaku bernama mba Hani ditugaskan berangkat sejak sore hari ini untuk mempersiapkan segala yg diperlukan. Ketika aku mendapat tugas ini kemarin, iseng-iseng aku ajak Erna dan Rara untuk ikut membantuku dan mba Hani. Mereka bersedia dan kepala kantor juga mengizinkan asal dapat izin dari orangtua masing-masing.
Hari ini Erna dan Rara sudah siap-siap dengan membawa ransel berisi pakaian mereka dan tak lupa menunjukkan hape chat WA izin dari orangtua masing-masing.
Perjalanan ke lokasi memakan waktu hampir 3 jam. Rombongan kami sampai pukul 7 malam. Lokasi kegiatan merupakan lapangan desa yang terletak tidak begitu jauh dari kantor kepala desa. Saat itu lokasi sudah cukup ramai dengan persiapan acara besok pagi. Setelah makan malam, rombongan kami mulai meninjau lokasi yg akan kami pakai besok.
Sekitar pukul 10 malam, mba Hani disusul oleh suaminya yg mengabarkan kalau anaknya agak sakit dan mencari ibunya. Akhirnya mba Hani tidak jadi menginap dan pulang bersama suaminya ke rumah mereka.
Mengingat sudah malam dan persiapan sudah hampir selesai juga, akhirnya aku, Erna dan Rara memutuskan untuk istirahat saja. Tempat istirahat rombongan kami adalah sebuah ruangan di belakang kantor kepala desa yang baru direnovasi dan direncanakan menjadi kafe dan kantin. Ruangannya hanya 2 ruang dan kamar mandi kecil dengan perabotan seadanya yg sepertinya belum merupakan perabotan untuk kafe maupun kantin. Di ruang belakang sudah tersedia kasur lantai yg cukup besar untuk menampung 4 orang. Di ruang itulah kami akan tidur.
Karena sudah cukup lelah, Erna dan Rara memutuskan langsung tidur. Mereka berdua berganti pakaian di kamar mandi. Saat mereka berdua keluar, mereka sudah melepas jilbab masing-masing. Baru kali ini aku melihat mereka tanpa jilbab. Rambut Rara hitam sebahu, agak bergelombang. Pakaian yg dikenakannya hanya tshirt agak ketat dan celana pendek.
Rambut Erna lurus agak lebih panjang dari rambut Rara. Erna mengenakan daster tipis berwarna pink.
"Wow... Erna seksi..." Ucapku sambil menjelajahi bayang samar tubuhnya dibalik daster tipis yg dia kenakan.
“jelas dong pak…” jawab Erna centil sambil beberapa kali berpose seakan-akan model sedang sesi pemotretan. Daster berbahan kaos tipis itu hanya sepanjang setengah paha, cukup pendek mengingat itu adalah baju terusan, yg artinya kalau Erna mengangkat tangannya ke atas, maka dasterya jg akan tertarik keatas. Tidak perlu lama untuk membuat teoriku itu terbukti. Saat Erna merapikan kasur lantai dan spreinya itu, terutama pada saat dia nungging, berkali-kali dasternya terangkat ke atas, cukup untuk menampakkan paha mulusnya dan kadang-kadang celana dalam ungunya juga terlihat.
Sambil menikmati pemandangan ini, otak mesumku langsung mengambil alih, berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa menikmati tubuh Erna malam ini.
Untuk bisa tidur di samping Erna, maka aku harus tidur di pinggir kanan atau kiri, tergantung Erna di sebelah mana. Masalahnya mereka mepetin kasur lantai ini ke tembok sisi kiri, dan kalo Erna memilih tidur mepet tembok tentu saja rencanaku berantakan, karena di sebelahnya lagi pasti ada Rara. Aku lalu memandang tembok sisi kiri dan akhirnya aku mempunyai ide setelah melihat sesuatu di tembok.
Colokan listrik....
Tanpa memberitahu Erna dan Rara, aku diam-diam mengumpulkan tas kami bertiga berjejer di tembok dan meletakkan laptopku di atas tasku lalu menancapkan charger ke colokan di tembok.
Sip.
Dengan begini kalaupun Erna tidur di sisi tembok, maka aku tinggal memindahkan tas-tas kami sehingga akan ada ruang untuk aku tidur, meski aku yakin ga bakalan tidur malam ini......
" Kalian tidur aja dulu, aku mau beresin dekor dulu..." Kataku sambil berjalan keluar rumah.
"Ga usah begadang... besok sibuk. " lanjutku
" Siaap booss, kalo soal tidur kami paling rajin pak...." Jawab Erna
"Apalagi Erna pak, kalo tidur dah kayak pingsan.." sambung Rara yg disambut tawa Erna....
Menarik sekali ini, pikirku
"Hahahha..." Aku jg jd ikut tertawa.
Mungkinkah mereka sadar kalo tawaku agak berbeda saat itu ..? Entahlah...

Aku baru kembali ke kamar pukul setengah 12 malam. Selain karena memang harus memastikan dekor sudah selesai sepenuhnya, aku jg ingin saat aku kembali, Erna dan Rara sudah tidur lelap. Barulah agendaku malam ini bisa kumulai.
Lampu ruang tengah tempat kami tidur ternyata telah di matikan. Setelah dipikir-pikir lampu dimatikan malah lebih aman, mengurangi resiko mereka menyadari aksiku apabila mereka terbangun. Meski lampu dimatikan, masih ada cahaya dari ruang depan dan dari luar rumah sehingga hanya perlu penyesuaian mata sebentar, dan aku bisa melihat cukup jelas.
Tas dan laptopku masih di tempat semula, sesuai perkiraanku, Erna ada di samping tas-tas kami. Dan Rara disebelah kanan Erna.
Sempurna.
Antisipasiku ternyata membuahkan hasil.
Rara tidur terlentang, setengah badannya ditutupi selimut. Sedangkan Erna tidur menyamping ke arah Rara dengan selimut menutupi badannya sampai ke leher.
Segera kupindahkan laptop dan tas-tas kami ke tempat lain. Segera ku posisikan badanku berbaring mepet ke tembok di sebelah Erna. Tidak terlalu luas, namun cukup untuk menjaga jarak tidurku dengan Erna apabila ada yg terbangun. Untuk amannya kupastikan dulu apakah Erna sudah lelap tertidur. Kugoyang-goyangkan pundaknya sampil kupanggil namanya pelan. Setelah yakin tidak ada reaksi dari Erna dan Rara, tanganku mulai bergerak menarik selimutnya ke bawah. Ternyata Erna tidak memegang selimutnya sehingga bisa dengan mudah aku tarik ke bawah hingga terlepas semua.
Terpampanglah tubuh Erna berbalut daster seksi itu yang sudah terangkat hampir sampai pinggang. Pantat semok itu terpampang di depanku, sungguh bulat dan kulitnya mulus sekali.
Hah... kulitnya mulus sekali..?
Pencahayaan yg kurang membuatku telat menyadari kalau pantat Erna ternyata sudah tidak tertutupi celana dalam lagi...! Sampai sekarang aku masih tidak tahu kenapa dan kemana celana dalamnya. Apakah dia memang sengaja melepasnya? Ataukah dia punya kebiasaan melepas pakaian saat tidur? Entahlah, saat itu aku tak sempat berpikir terlalu jauh, dan dikemudian haripun aku lupa menanyakannya.
Kontolku sudah mulai menegang, segera kubuka celana ku termasuk celana dalamku dan meletakkannya ke atas tas ku. Kuraba dan kuelus-elus pantat Erna pelan. Mulus, kenyal dan hangat sekali...!
Dengan pencahayaan yg minim, sepertinya aku harus puas dengan merabanya saja tanpa bisa melihat kemulusan tubuh Erna dengan jelas. Kuraba pinggul dan pahanya, kuelus paha depannya dan pelan-pelan kuarahkan tanganku ke pangkal pahanya..
Sreek …sreeekk… suara selimut bergeser.
Deegh... Jantungku seraya berhenti berdetak. Segera kutarik tanganku dari paha Erna dan kubaringkan tubuhku dengan cepat. Tanpa sadar kutahan napasku sambil mencoba mengerti apa yg baru saja terjadi. Sreeek…. Ternyata itu suara Rara yg menarik selimutnya. Kuangkat kepalaku sedikit, lewat atas kepala Erna yg sedang berbaring, aku bisa melihat bahwa posisi Rara sekarang berbaring menghadapku dan Erna.
Bahaya…., kalo Rara terbangun maka dia akan langsung melihat ke arahku dan Erna. Aku harus lebih hati-hati lagi.
Setelah beberapa lama memastikan tidak ada lagi gerakan Rara, tanganku mulai bergerak lagi, kali ini aku hanya berani beraksi sambil berbaring miring menghadap Erna. Kuletakkan tanganku ke payudara Erna. Aah... Ternyata dia juga sudah tidak memakai bra. Kuremas pelan kedua payudaranya bergantian. Padat namun cukup kenyal. Sayang piyamanya membuatku mustahil bisa menyentuh payudaranya secara langsung. Tanpa sadar kontolku yang makin tegang mulai menyodok pantat Erna.
"Hmph.... " Desahku tertahan saat kepala kontolku menyentuh pantat telanjang Erna. Ku geser-geser pinggulku sampai kontolku menemukan posisi yang pas, diantara dua bongkah pantatnya.
Kudiamkan kontolku di posisi ini beberapa saat. Meskipun aku dan Erna tidak bergerak, namun tetap saja kontolku berkedut- kedut terangsang kehangatan dan kelembutan pantat Erna.
“Ough….” Aku mengerang tertahan.
Ku gesekkan kontolku pelan keatas- bawah sambil makin kutekan.
" Eeenggh......"
Deeggh lagi... Erna mengerang
Lagi-lagi kutarik tanganku dari tubuh Erna dan reflek aku menggeser tubuhku dari posisi miring menjadi telentang. Aku tidak sempat menutupi tubuh telanjangku, kontolku mengacung tegak ke atas. Entah alasan apa yang bakal kuberikan kalau Erna terbangun dan melihatku dalam kondisi seperti ini.
Tangan Erna bergerak.
Gawat, Apakah Erna terbangun?
Tangan Erna lalu bergerak ke bawah dan menggaruk-garuk pantatnya sambil sedikit menggeliat. Apakah Erna terbangun karena rangsangan kontolku?
Erna lalu menggerakkan posisi tidurnya menjadi terlentang. Tangannya kembali menggaruk pangkal pahanya dan lalu melemparkan tangan kanannya kesamping. Tangan Itu mendarat diatas paha telanjangku, dekat dengan kontolku yg menjulang ke atas. Kontolku makin berdenyut- denyut terangsang situasi yg mengkhawatirkan tapi juga menggugah birahi ini.
Kutunggu beberapa saat sampai aku yakin Erna sudah kembali terlelap, lalu aku nekat memegang tangannya dan menggesernya pelan keatas. Setelah yakin tak ada reaksi, kuposisikan jari-jari Erna menggenggam kontolku.
Aaah….
Sentuhan awal jari-jari mungil Erna membuat kontolku kembali berkedut-kedut. Dengan bantuan tanganku, kugerakkan tangan Erna naik turun mengocok kontolku. Kulakukan kocokan dengan perlahan sambil memantau reaksi dari Erna.
Tak ada reaksi.
Merasa aman, tangan kiriku mulai bergerilya ke paha Erna, kuelus dari bawah sampai ke pangkal paha. Pelan-pelan kuraba juga perut bawah Erna, lalu turun ke memeknya, kurasakan rambut kemaluannya yg baru tumbuh masih tipis-tipis. Birahiku naik membayangkan tubuh telanjang Erna. Kuusap memeknya yg terasa empuk dan membukit. Kucari belahan memeknya, masih sangat rapat. Tiba-tiba kurasakan gerakan pelan pada pinggulnya. Setiap kali memeknya kuraba, pinggulnya sedikit terangkat seakan menyambut jari tanganku.
" Emmhh...."
Deggh... Aku menahan napas, semua aktifitas aku hentikan. Pelan-pelan kulepaskan tanganku yg menggenggam tangannya untuk mengocok kontolku. Namun kubiarkan tangannya masih menggenggam kontol tegangku. Tiba- tiba tangannya kembali bergerak pelan mengocok kontolku lagi.
Gila..., nih anak tidur atau sadar sih....
Aku tetap diam tidak berani bergerak, kunikmati saja kocokan pelan tangan Erna ke kontolku.
Oughh.. nikmat sekali…
Tak berapa lama tangannya melepaskan kontolku dan menggaruk perut bawahnya, di sekitar rambut kemaluannya berada. Lalu tubuhnya bergerak lagi, posisinya kembali miring membelakangiku. Kuberanikan tangan kiriku untuk meraba pantatnya lagi. Kurasakan sedikit gerakan dipinggulnya. Cukup pelan namun selalu ada reaksi atas rangsanganku ke pantatnya.
Aku yakin tubuhnya selalu bereaksi atas sentuhanku, namun tak ada penolakan....
Tak ada lampu merah.
Gas terus…
Kuberanikan diri untuk memutar tubuhku kembali sehingga miring tepat di belakang Erna. Kontolku kuarahkan ke celah di pangkal pahanya. Pelan pelan kudorong kontolku masuk ke celah sempit itu. Gesekan pangkal paha dan bibir memek Erna kekontolku sungguh nikmat, terasa licin, empuk dan hangat.
Licin? Ternyata memek Erna sudah basah....
"Mmmphhh .. " Erna kembali mengerang pelan, pinggulnya jg bergerak seiring gesekan kontolku.
Sekarang aku sudah tidak kaget lagi dengan reaksi Erna, selama lampu merah tidak menyala, gas terus… akan kumanfaatkann kesempatan langka ini semaksimal mungkin.
Kugesek terus kontolku dengan kecepatan yg meningkat. Tangan kananku kembali meremas pelan payudaranya. Kadang Erna masih bereaksi dengan mengerang atau menggerakkan pinggulnya.
Sambil terus mendesah pelan, tangan kanan Erna tiba-tiba meraba selangkangannya. Jari-jari tangannya bersentuhan dengan kepala kontolku yang masih maju mundur menggesek memeknya.
“ough…” refleks aku mengerang.
Kontolku makin kudorong ke depan sehingga tangan Erna bisa lebih mudah meraba-raba kepala kontolku dari depan.
“enggghhhhh……..” Erna kembali mengerang
Kupeluk tubuhnya di bagian pinggang sekaligus menahan tubuhnya saat pinggulku menyodok-nyodok pantatnya. Memeknya terasa lebih licin dan mulai membuka. Ini membuat kontolku sedikit bisa masuk ke belahan memeknya. Kepala kontolku sudah bisa menyentuh klitorisnya.
“eeengggghh…. aakkhhh” tiba-tiba Erna mengerang cukup keras, badannya menegang, pinggulnya tersentak ke depan dan belakang berkali-kali. Aku yang sudah ga tahan langsung mempercepat sodokan kontolku ke pangkal pahanya. Kugesek dan kutekan kontolku ke belahan memek dan klitoris Erna yang sudah sangat basah. Kontolku makin berdenyut-denyut, dan dengan satu sentakan kubenamkan kontolku ke belahan memek Erna
Crooot…. Croooot….
Dua kali spermaku menyembur ke bibir memek Erna, diikuti beberapa semburan kecil. Kudiamkan beberapa saat kontolku tetap di selangkangan Erna. Beberapa waktu lagi pasti bisa kugenjot lagi Erna, namun aku takut dia terbangun atau aku yg ketiduran, bisa runyam urusannya. Sekali orgasme cukuplah untuk malam ini.
Kutarik lagi selimut untuk menutupi tubuh Erna. Kupakai pakaianku dan aku keluar ke ruang depan. Di ruang depan ada sofa yang sebenarnya kurang nyaman buat tidur, tapi aku yg sudah kecapean sepertinya tidak akan kesulitan tidur di manapun. Sengaja aku memilih tidak tidur bersama Erna dan Rara di ruang tengah untuk menghindari kecurigaan ketika mereka bangun pagi besok.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan acara dengan normal, tidak ada perubahan sikap Erna yg berarti kepada ku. Dia masih tetap bisa bercanda-canda di sela-sela acara. Entah ini hanya rasa bersalahku padanya atau kadang aku memergoki Erna dan Rara mencuri pandang kearahku sambil berbisik-bisik dan tertawa kecil. Hal itu sedikit membuatku khawatir.
Namun selama tidak ada reaksi negatif atau penolakan dari Erna, lanjut aja.
Ga ada lampu merah, gas teruus….


Next Part di page 4


Bagian 1 Part 1 & Part 2
Bagian 2 End Disini

Jika berkenan klik Like dan tinggalkan komen
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd